Bab Iv
Bab Iv
penelitian
IV.1 Hidroklimatologi
IV.1.1 Iklim
Stasiun klimatologi yang mewakili lokasi adalah Stasiun Banjarmasin.
Berdasarkan data iklim tersebut diketahui bahwa parameter iklim adalah sebagai
berikut :
Tabel IV.1 Parameter Iklim Stasiun Banjarmasin
Bulan Kelembaban Temperatur Kecepatan Angin Penyinaran Matahari
(%) (oC) (Km/Jam) (%)
Jan 93,52 26,24 50,79 51,00
Feb 93,83 30,09 46,41 45,00
Mar 93,70 30,11 52,10 56,00
Apr 93,40 29,12 43,65 60,00
Mei 93,29 28,55 43,59 68,00
Juni 93,57 31,88 44,85 87,00
Juli 92,40 31,38 48,05 79,00
Agu 98,42 30,56 54,40 73,00
Sep 93,86 31,36 56,64 62,00
Okt 92,97 31,94 61,61 69,00
Nop 93,52 30,59 48,84 49,00
Des 94,19 31,68 48,51 36,00
Sumber: BMG, 2020
49
Koleksi digital milik UPT Perpustakaan ITB : Hanya di pergunakan di area kampus ITB untuk keperluan pendidikan dan penelitian
160
Curah Hujan Bulanan Terkecil
140
120
100
A.f
80
60
40
20 A.m
A.d
50
Koleksi digital milik UPT Perpustakaan ITB : Hanya di pergunakan di area kampus ITB untuk keperluan pendidikan dan penelitian
12
700%
11
H
10
300%
G
9
Jumlah rata-rata bulan kering
Harga Q
8 167%
F
7
100%
E
6
D
5 60%
4
C 33.3%
3
B
2 14.3%
A
1
0 0%
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
51
Koleksi digital milik UPT Perpustakaan ITB : Hanya di pergunakan di area kampus ITB untuk keperluan pendidikan dan penelitian
3,000
2,500
(mm/thn)
2,000
1,500
1,000
500
0
1999
2000
2001
2002
2003
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2004
2011
Tahun
300
250
(mm/bln)
200
150
100
50
0
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agst Sep Okt Nop Des
Bulan
Berdasarkan data curah hujan selama 12 tahun (2003 – 2014) dari stasiun
Banjarbaru, Kalimantan Selatan, diketahui bahwa curah hujan (CH) rata-rata
tahunan adalah sebesar 2,724 mm. Oldeman, (1980) mengklasifikasikan wilayah
ini ke dalam Zona Agroklimat C2 yaitu wilayah dengan bulan basah (CH bulanan
52
Koleksi digital milik UPT Perpustakaan ITB : Hanya di pergunakan di area kampus ITB untuk keperluan pendidikan dan penelitian
> 200 mm) selama 6 bulan berturut turut dan bulan kering (CH bulanan < 100 mm)
selama 2 bulan berturut turut. Secara umum musim hujan pada lokasi penelitan
dimulai pada bulan Oktober, dengan puncak musim hujan terjadi sekitar bulan
November – Desember. Lebih lanjut, musim kering terjadi pada bulan Juli –
September, dengan puncak musim kering pada bulan Agustus. Pola curah hujan di
lokasi demfarm Jejangkit disajikan pada gambar di bawah.
Tabel IV.4 Jumlah Curah Hujan Setiap Bulan di Kecamatan Jejangkit, 2019
Bulan Curah hujan Hari Hujan
(mm3) (Hari)
(1) (2) (3)
1 Januari 322,6 19
2 Februari 178,0 12
3 Maret 293,5 21
4 April 365,5 21
5 Mei 29,4 6
6 Juni 101,1 10
7 Juli 9,4 3
8 Agustus 18,1 4
9 September 24,0 4
10 Oktober 106,1 12
11 Nopember 214,5 11
12 Desember 294,8 12
Rata-rata 1957,0 135
Jumlah 163,1 11
Sumber: Dinas Pertanian Kabupaten. Barito Kuala, 2019
53
Koleksi digital milik UPT Perpustakaan ITB : Hanya di pergunakan di area kampus ITB untuk keperluan pendidikan dan penelitian
200.0
180.0 1 Harian
160.0 2 Harian
140.0 3 harian
120.0
100.0
80.0
60.0
40.0
20.0
0.0
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
Waktu (tahun)
54
Koleksi digital milik UPT Perpustakaan ITB : Hanya di pergunakan di area kampus ITB untuk keperluan pendidikan dan penelitian
55
Koleksi digital milik UPT Perpustakaan ITB : Hanya di pergunakan di area kampus ITB untuk keperluan pendidikan dan penelitian
56
Koleksi digital milik UPT Perpustakaan ITB : Hanya di pergunakan di area kampus ITB untuk keperluan pendidikan dan penelitian
Uji Kesesuaian
Hasil uji kesesuaian disajikan sebagai berikut:
Tabel IV.12 Hasil perhitungan uji Smirnov-Kolmogorov
Curah Hujan Harian Maksimum (mm)
Periode
Ulang 1-H 2-H 3-H 4-H 5-H 6-H
Metode Gumbel Log Log Log Log Log
Person Person Person Normal Normal
2 56,37 78,37 92,66 107,32 126,80 138,52
5 80,65 111,35 131,33 145,11 170,91 183,99
10 96,73 136,43 160,60 171,09 199,75 213,42
25 117,03 169,50 199,11 203,10 235,88 249,98
Hasil perhitungan modul drainase untuk padi sawah dengan periode ulang 5 tahun
adalah 3,2 lt/dt/ha.
57
Koleksi digital milik UPT Perpustakaan ITB : Hanya di pergunakan di area kampus ITB untuk keperluan pendidikan dan penelitian
Dengan demikian curah hujan andalan adalah harga hujan bulanan pada urutan
nomor 4 dari terkecil.
Curah Hujan Andalan (R80%), Metoda (Harza Engineering Company dan Wang,
2012), Rangking : N /5 + 1 = 4.
Besarnya nilai hujan efektif bulanan digunakan untuk analisa neraca air bulanan
pada DIR. Jejangkit dengan memperhitungkan berbagai komponen aliran termasuk
evapotranspirasi.
58
Koleksi digital milik UPT Perpustakaan ITB : Hanya di pergunakan di area kampus ITB untuk keperluan pendidikan dan penelitian
IV.1.7 Evapotranspirasi
Metoda Penman Modifikasi merupakan metoda yang paling banyak
memperhitungkan faktor-faktor yang mempengaruhi penguapan. Berikut hasil
perhitungan menggunakan metoda tersebut.
IV.2 Hidrometri
59
Koleksi digital milik UPT Perpustakaan ITB : Hanya di pergunakan di area kampus ITB untuk keperluan pendidikan dan penelitian
2.90
Elevasi Muka Air (m)
2.80
2.70
2.60
2.50
2.40
2.30
0 24 48 72 96 120 144 168 192 216 240 264 288 312 336 360
Waktu (jam)
Gambar IV.7 Grafik Fluktuasi Muka Air di Unit Rawa Jejangkit 2013
Hasil pengamatan di Sungai Alalak, muara saluran primer DIR. Jejangkit pada 2014
yang dilakukan oleh Balai Rawa, dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Grafik Ramalan Pasang Surut Rawa Jejangkit
3.00
2.90
2.80
Elevasi Muka Air (m)
2.70
2.60
2.50
2.40
2.30
2.20
0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 8000 9000
Waktu
Hasil pengamatan di Sungai Alalak, muara saluran primer DIR. Jejangkit pada 2018
yang dilakukan oleh Kementan dalam kegiatan SERASI, 2018, dapat dilihat pada
gambar di bawah ini.
60
Koleksi digital milik UPT Perpustakaan ITB : Hanya di pergunakan di area kampus ITB untuk keperluan pendidikan dan penelitian
Gambar IV.9 Grafik Fluktuasi Muka Air di Saluran Primer dan Tersier 3 Kanan
DIR. Jejangkit 2018
Dari hasil pengamatan tinggi muka air selama 15 hari dengan menggunakan metoda
Admiralty didapat konstanta utama pasut sebagai berikut:
A (cm) 258,71 3,75 13,46 3,36 12,06 5,10 2,29 1,65 3,64 3,98
g0 23,16 268,80 229,04 321,23 263,12 333,53 97,03 268,80 321,23
Dari komponen pasut dapat dihitung bilangan Formzal (F) untuk menetapkan tipe
pasang surut yang terjadi dalam lokasi studi.
K1 + O1
fi = ................................................................................... (IV.1)
M2 + N2
𝐾1 + 𝑂1 12,06+5,10 17,16
fi = 𝑀2 + 𝑁2 = = = 2,41
3,75+3,36 7,11
Sehingga dapat diketahui bahwa tipe pasang surut termasuk ke dalam campuran
dominan semi diurnal.
Dari hasil konstanta pasang surut diprediksi ketinggian muka air setiap waktu
sehingga dapat dibuat paramater pasang surut sebagai berikut :
61
Koleksi digital milik UPT Perpustakaan ITB : Hanya di pergunakan di area kampus ITB untuk keperluan pendidikan dan penelitian
62
Koleksi digital milik UPT Perpustakaan ITB : Hanya di pergunakan di area kampus ITB untuk keperluan pendidikan dan penelitian
dengan arah aliran dari hilir ke hulu, sedangkan kecepatan keluar adalah
sebaliknya.
Berdasarkan grafik kecepatan versus kedalaman yang disajikan pada gambar dan
tabel di bawah ini sebagai berikut :
Berdasarkan nilai hasil perhitungan di atas, kecepatan aliran air di bawah 1 m/s
yang berarti aliran tersebut sangat lambat.
Grafik di atas menunjukkan bahwa kecepatan air pasang sangat sempit berkisar 3-
4 jam. Sehingga energi dorong pasang terdorong kembali ke hulu saluran sebelum
sempat tercuci dengan air segar dari hulu. Akibatnya air tidak bisa keluar dari
saluran dan tertahan. Inilah salah satu kendala penyebab rendahnya mutu air di
lahan rawa pasang surut.
63
Koleksi digital milik UPT Perpustakaan ITB : Hanya di pergunakan di area kampus ITB untuk keperluan pendidikan dan penelitian
Setelah diketahui harga debit aliran untuk tiap jam dalam rentang waktu
pengamatan, selanjutnya dibuat grafik debit versus waktu pengamatan yang
disajikan pada bagian lampiran.
Berdasarkan grafik tersebut selanjutnya dapat dihitung besarnya debit masuk dan
debit keluar, yang melalui penampang pada posisi pengukuran. Debit masuk
merupakan harga debit yang masuk dari arah hilir ke hulu akibat pasang surut,
sedangkan debit keluar adalah sebaliknya. Sesuai dengan tinjauan terhadap
kecepatan aliran, pada bagian analisa debit dapat dilihat pada gambar dan Tabel.
Debit pasang surut di DIR. Jejangkit tinggi. Mampu mencapai saluran di hulu,
namun waktu tunggang pasang surutnya sedikit.
64
Koleksi digital milik UPT Perpustakaan ITB : Hanya di pergunakan di area kampus ITB untuk keperluan pendidikan dan penelitian
Menurut grafik di atas, waktu yang diperlukan untuk mengeluarkan sejumlah sebit
air cukup singkat. Oleh karena itu volume air tidak dapat terflushing dengan baik,
sehingga kualitasnya rendah.
IV.3 Topografi
U
BM 04
X = 2 57 2 51 .000
Y = 9 6 52 3 09 .000
B T
Z = 3 .8 26
SAWIT
Sa
l. T
+ 3.7
ers
Sa
ier
5
l. T
16ki
BM 03
ers
SAWIT
ier
X = 2 55 0 41 .000
Sa
15ki
Sa
l. T
l. T
Y = 9 6 50 6 04 .000
er
sie
ers
r1
Sa
Z = 3 .8 92
ier
7k
l. T
Sa
a
14ki
ers
l. T
+
ers
ier
3.7
Sa
16ka
ier
5
l. T
13ki
Sa
er
Titik Poligon
l. T
sie
ers
r1
5k
Sa
ier
BM
a
l. T
12ki
ers
Sa
J embatan
l. T
ier
Sal
14ka
ers
Sa
.Ter
ier
l. T
Pintu Air
11ki
sier
ers
+ 3.75
ier
10ki
Kontur
13ka
Sa
l. T
Sungai
ers
Sa
ier
l. T
9ki
Saluran
ers
ier
12ka
Sa
J alan
l. T
er J EJ ANGKIT TIMUR
nd
ers
Pemuk iman ku
se
Ba
ier
an
+ 3.75
8ki
tas
Sa
lur
Sa
l. T
Mas jid
De
Sa
ers
sa
l. T
Sa
ers
ier
l. T
+ 3.50
Sekolah
Sa
7ki
ier
ers
Sa
l. T
11ka
ier
l. T
ers
Puskesmas
10ka
ers
ier
6ki
ier
9ka
Sa
J EJ ANGKIT BARAT
l. T
ers
Sa
l. T
ier
Sa
Ba
er
5ki
l. T
sie
tas
Sa
r8k
ers
De
l. T
a
ier
sa
er
Sa
4ki
sie
l. T
r7k
ers
a
Sa
ier
3ki
l. T
Sa
er
l. T
sie
ers
r6k
a
ier
2ki
J EJ ANGKIT PASAR
Sa
Sa
l. T
l. T
Ba
ers
ers
tas
ier
ier
5ka
1ki
De
Sa
l. T
sa
er
nd
er
BM 01 ku
sie
se
r4k
an
Sa
X = 2 50 3 58 .000
a
lur
l. T
Sa
er
Y = 9 6 46 7 21 .000
sie
J EJ ANGKIT MUARA
r3k
Z = 3 .5 79
a
Sa
l. T
Sungai Alalak
ers
ier
+ 3.75
2ka
Sa
l. T
+3
ers
.50
+ 3.
ier
1ka
75
+
3.5
0
65
Koleksi digital milik UPT Perpustakaan ITB : Hanya di pergunakan di area kampus ITB untuk keperluan pendidikan dan penelitian
IV.4 Hidrotopografi
Dari estimasi ini dapat diambil kesimpulan bahwa hidrotopografi lahan di hilir
bertipe A/B dimana elevasi muka air pasang bisa masuk ke lahan sedangkan di
bagian hulu bertipe B/C dimana elevasi muka air pasang tidak bisa masuk ke lahan.
Elevasi lahan bervariasi antara +3.25 sampai dengan +3.50, sehingga sebagian
besar penduduk berbudidaya pertanian hanya mengandalkan dari air hujan.
Luas
Simbol Hidrotopografi
Ha %
TYPE B
< 3.75 m
TYPE B
< 3.75 m
SungaiAlaa
lk
66
Koleksi digital milik UPT Perpustakaan ITB : Hanya di pergunakan di area kampus ITB untuk keperluan pendidikan dan penelitian
67
Koleksi digital milik UPT Perpustakaan ITB : Hanya di pergunakan di area kampus ITB untuk keperluan pendidikan dan penelitian
IV.7.3 Salinitas
Berdasarkan data sekunder dan hasil pengukuran di lapangan, hampir semua lokasi
nilai salinitasnya relatif nol yang berarti air yang ada adalah tawar atau dengan kata
lain tidak ada intrusi air asin walau saat di musim kemarau.
68
Koleksi digital milik UPT Perpustakaan ITB : Hanya di pergunakan di area kampus ITB untuk keperluan pendidikan dan penelitian
1 0 - 25 cm
0 - 1 0 cm
SungaiAlalak
Luas
Ketebalan
Simbol
(cm) Ha %
0 - 10 1.550 88,6
10 - 25 200 11,4
Kedalaman muka air tanah dan tinggi genangan, merupakan salah satu faktor yang
sangat menetukan pengembangan pertanian di daerah rawa pasang surut. Oleh
karena hal ini akan berhubungan atau berkaitan dengan sistim/tingkat drainasi suatu
lahan, sehingga kedalaman muka air tanah dan tinggi genangan merupakan salah
satu faktor untuk memprediksi kelas kesesuaian lahan.
Kedalaman air tanah di DIR. Jejangkit dipengaruhi oleh banjir kiriman dari hulu
Sungai Alalak, terutama pada saat musim hujan, dimana keberadaan tanggul yang
kurang memadai serta adanya tanggul yang sengaja dibuka untuk jalur transportasi
dan juga sebagai alat jebakan ikan, sehingga hal ini tak jarang lahan pertanian
69
Koleksi digital milik UPT Perpustakaan ITB : Hanya di pergunakan di area kampus ITB untuk keperluan pendidikan dan penelitian
terendam banjir selama kurang lebih 2 sampai 3 bulan dengan tinggi genangan ± 50
– 75 cm. Adapun pada musim kemarau lahan kekeringan/kurang air, sehingga tidak
bisa bercocok tanam. Karena areal pertaniannya bersifat tadah hujan sehingga
penanaman menunggu datangnya suplai air dari hujan. Untuk lebih jelasnya luas
dan sebarannya disajikan pada tabel dan gambar di bawah.
Tabel IV.21 Luasan Kriteria Kedalaman Muka Air Tanah dan Tinggi Genangan
Kedalaman Luas
Kriteria
(cm) Ha %
0 – 10 Tergenang 950 54,3
10 – 25 Tergenang 202 11,5
25 – 50 Tergenang 570 29,7
50 – 75 Tergenang 78 4,5
Jumlah 1.750 100,0
Dari tabel di atas terlihat bahwa hampir semua lahan tergenang dengan tinggi
genangan bervariasi. Tinggi genangan antara 10 sampai dengan 25 cm tidak akan
begitu berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman padi, akan tetapi tinggi
genangan antara 50 sampai dengan 75 cm akan memberikan pengaruh yang cukup
serius terhadap kegiatan budidaya tanaman pertanian, oleh karena selain sulit dalam
pengolahan lahan dan penanaman, tanaman padi juga tidak akan tumbuh pada
kedalaman tersebut. Untuk mengatasi hal ini adalah dengan jalan perbaikan tanggul
Sungai Alalak dan normalisasi saluran-saluran drainase yang ada. Pada saat ini,
dampak dari keadaan tersebut di atas menyebabkan keterlambatan musim tanam
karena menunggu surutnya air di lahan.
1 0 - 25 cm
< 1 0 cm
2 5 - 50 cm
50
- 75
cm
SungaiAlalak
Luas
Simbol Kedalaman (cm) Kriteria
Ha %
50 - 75 Tergenang 78 4,5
Gambar IV.16 Peta Kedalaman Muka Air Tanah dan Tinggi Genangan
70
Koleksi digital milik UPT Perpustakaan ITB : Hanya di pergunakan di area kampus ITB untuk keperluan pendidikan dan penelitian
71
Koleksi digital milik UPT Perpustakaan ITB : Hanya di pergunakan di area kampus ITB untuk keperluan pendidikan dan penelitian
lapisan pirit terendam. Turunnya muka air tanah melebihi 75 cm dari permukaan
tanah dapat menyebabkan cat clay muncul dan dapat meracuni tanaman atau
naiknya muka air tanah sampai permukaan dapat menyebabkan cat clay yang sudah
terbentuk terbawa sampai permukaan yang dapat meracuni tanaman. Untuk
mengatasi hal tersebut di atas yaitu sebelum di lakukan penanaman, keberadaan
lahan perlu dilakukan pencucian/flushing (sewaktu hujan) dengan cara penggengan
terlebih dahulu kemudian air dibuang.
7 5 - 10 0 cm
> 10 0 cm
7 5 - 10 0 cm
SungaiAlaa
lk
Luas
Simbol Kedalaman Pirit
(cm) Kriteria
Ha %
72
Koleksi digital milik UPT Perpustakaan ITB : Hanya di pergunakan di area kampus ITB untuk keperluan pendidikan dan penelitian
Lahan pertanian di Jejangkit relatif masih cukup luas. Lahan yang bukan merupakan
lahan pertanian adalah berupa tapak rumah/bangunan-bangunan fasilitas umum,
jalan, parit, dan lahan-lahan di sekitarnya. Artinya, sekitar 80% lahan adalah lahan
pertanian.
Berdasarkan data Kecamatan Jejangkit Dalam Angka, 2020, lahan yang sudah
dikembangkan untuk areal pertanian sekitar 30 – 40 % berupa lahan persawahan
dan lahan perkebunan, dan sekitar 20 – 30% berupa lahan rawa dan lahan tidur.
73
Koleksi digital milik UPT Perpustakaan ITB : Hanya di pergunakan di area kampus ITB untuk keperluan pendidikan dan penelitian
2. Areal Persawahan
Areal persawahan yang berada di Jejangkit merupakan tanaman padi sawah
tadah hujan, karena sawah di daerah
ini sistem pengairannya masih
mengandalkan air hujan. Maka, pola
tanamnya satu kali dalam setahun
yaitu pada musim hujan, Sedangkan
pada musim kemarau umumnya
dibiarkan (bera).
Pada umumnya padi yang dibudidayakan adalah jenis lokal, akan tetapi pada
saat ini sebagian warga sudah mulai
membudidayakan padi jenis unggul.
Tipe penggunaan lahan ini terletak di
belakang permukiman warga
setempat, dan lebih banyak
menyebar di sebelah timur lokasi
atau pada saluran tersier bagian kanan.
74
Koleksi digital milik UPT Perpustakaan ITB : Hanya di pergunakan di area kampus ITB untuk keperluan pendidikan dan penelitian
4. Belukar
Tanaman belukar merupakan sejenis tanaman keras yang masih kecil, dan lama
kelamaan akan membentuk suatu
vegetasi baru yaitu berupa hutan
tersier. Tanaman belukar yang ada di
Jejangkitberupa spot kecil di sebelah
Timur areal lokasi yang merupakan
lahan-lahan yang sudah lama tidak
digarap, sehingga membentuk vegetasi baru yaitu berupa belukar.
5. Hutan Gelam
Keberadaan hutan gelam di Jejangkitsudah berupa spot-spot kecil, berdasarkan
informasi dari penduduk setempat
bahwa daerah ini banyak ditumbuhi
tanaman gelam yang dapat dijadikan
sebagai sumber mata pencaharian
sehari-hari, akan tetapi untuk saat ini
cukup sulit untuk mendapatkannya.
75
Koleksi digital milik UPT Perpustakaan ITB : Hanya di pergunakan di area kampus ITB untuk keperluan pendidikan dan penelitian
SungaiAlalak
Luas
Simbol Keterangan
Ha %
76
Koleksi digital milik UPT Perpustakaan ITB : Hanya di pergunakan di area kampus ITB untuk keperluan pendidikan dan penelitian
77
Koleksi digital milik UPT Perpustakaan ITB : Hanya di pergunakan di area kampus ITB untuk keperluan pendidikan dan penelitian
menanam 2 kali dalam setahun dengan resiko kegagalan panen karena kekurangan
air. Untuk jenis padi lokal penanaman biasanya dilakukan pada bulan Maret atau
April dan panen jatuh pada bulan Agustus atau Sepetember, sedangkan untuk jenis
padi unggul biasanya dilakukan pada bulan Mei dan panen jatuh pada bulan
Agustus. Selain tanaman pangan, tanaman palawija juga sudah mulai
dikembangkan oleh penduduk seperti tanaman jagung, kacang panjang, dan ubi
kayu, begitu juga untuk jenis tanaman Hortikultur seperti mangga, pisang,
semangka, papaya dan tanaman jeruk. Pengelolaan untuk tanaman padi sawah
sudah dilakukan secara semi tradisional yaitu dengan menggunakan hand traktor,
akan tetapi untuk pemeliharaan seperti penggunaan pupuk belum sesuai dengan
dosis yang dianjurkan oleh Dinas Pertanian Setempat, sehingga hasil yang
diperoleh juga belum begitu maksimal. Penjualan hasil panen dilakukan langsung
kepada konsumen atau melalui pengecer, akan tetapi sebagian besar hasil panen
biasanya digunakan untuk konsumsi sendiri.
Tanaman pangan lain seperti palawija diusahakan juga tetapi intensitasnya masih
rendah, hal ini dapat dicirkan dengan sistim tanam yang diterapkan oleh para petani
yaitu sistim tumpang sari, dimana tanaman palawija ditumpang sarikan dengan
tanaman padi.
Tanaman tahunan lainnya dan buah-buahan umumnya ditanam di lahan pekarangan
jenis pohon yang seringkali dijumpai antara lain; kelapa, Nangka, Rambutan,
pisang dan lain-lain. Pengusahaan tanaman ini lebih bersifat subsisten, dalam hal
pemeliharaannya yaitu dilakukan apabila mereka memiliki kesempatan dari
kegiatan usaha tani tanaman pangan.
Jenis ternak yang dikembangkan di DIR. Jejangkit adalah sapi, ayam kampung,
Bebek, dan burung walet, sedangkan untuk budidaya air tawar (perikanan) yang
dikembangkan oleh penduduk setempat adalah ikan gabus, papuyu, dan ikan sepat
siam. Tetapi kepemilikan ternak dan empang (perikanan) ini hanya dipelihara oleh
beberapa keluarga saja sehingga tidak dapat mewakili karakteristik usahatani di
daerah ini.
78
Koleksi digital milik UPT Perpustakaan ITB : Hanya di pergunakan di area kampus ITB untuk keperluan pendidikan dan penelitian
IV.9.3 Pola Usaha Tani Tanaman Pangan dan SAPRODI (Sarana dan
Produksi)
Secara umum penanaman padi sawah di DIR. Jejangkit dilakukan hanya satu kali
dalam satu tahun, karena kebutuhan air untuk tanaman hanya mengandalkan air
hujan, sehingga padi sawah yang berada di lokasi merupakan padi sawah tadah
hujan.
Keberadaan Sungai Alalak yang berada di sebelah Selatan DIR. Jejangkit tidak bisa
dijadikan sebagai sumber air bagi kebutuhan tanaman padi, dan berdasarkan
informasi dari penduduk setempat bahwa pasang surut sungai Alalak pada saat
musim kemarau airnya tidak bisa naik ke lahan, akan tetapi sebaliknya pada saat
musim hujan lahan-lahan yang berada di DIR. Jejangkit sering kebanjiran selama
1,5 – 2,5 bulan dengan tinggi genangan antara 50 – 100 cm, hal ini dikarenakan
keberadaan tanggul sungai yang kurang memadai dan adanya tanggul yang sengaja
dibuka untuk keperluan transportasi dan juga digunakan sebagai jebakan untuk
ikan, serta saluran-saluran drainase yang ada sudah pada dangkal, sehingga terjadi
keterlambatan dalam penanaman padi. Untuk memperoleh gambaran usaha tani
tanaman pangan padi di DIR. Jejangkit diasumsikan sebagai berikut:
Luas tanah sawah yang digarap petani di asumsikan rata-rata adalah hanya 1,0
hektar, dengan penggunaan benih padi sekitar 15 Kg. Benih padi yang ditanam
biasanya berasal dari penyisihan hasil panen sebelumya. Hal ini menyebabkan
kualitas benih sulit terjamin. Dilain pihak, relatif rendahnya daya beli petani untuk
penyediaan saprotan menyebabkan tingkat produktivitas usaha tani masih belum
optimal.
Penggunaan sarana produksi seperti benih, pupuk, maupun masukan lain masih
dibawah standar dosis yang direkomendasikan. Upaya pemeliharaan tanaman dari
serangan hama (proteksi tanaman) meskipun dilakukan penyemprotan dengan
menggunakan pestisida tetapi dosisnya belum tepat. Hal ini mungkin disebabkan
daya beli yang rendah.
Jenis pupuk yang digunakan adalah Urea dan NPK, dengan aplikasi penggunaannya
berkisar antara satu sampai dua kali. Umumnya satu kali. Pemberantasan hama
dan penyakit pada tanaman padi merupakan kegiatan yang penting untuk
menjamin tingkat produksi yang akan dipanen. Tetapi penggunaan pestisida pada
79
Koleksi digital milik UPT Perpustakaan ITB : Hanya di pergunakan di area kampus ITB untuk keperluan pendidikan dan penelitian
Tabel IV.25 Rata-rata Penggunaan Sarana Produksi dan Hasil Usahatani Padi
Tadah Hujan Varietas Lokal di DIR. Jejangkit
80
Koleksi digital milik UPT Perpustakaan ITB : Hanya di pergunakan di area kampus ITB untuk keperluan pendidikan dan penelitian
Pada tabel di atas disajikan rata-rata tingkat penggunaan input dan hasil yang
diperoleh, baik fisik maupun nominalnya. Rata-rata pendapatan kotor usahatani
Padi sawah / 1,0 Ha / MT di lokasi untuk jenis padi lokasl adalah Rp.8.100.000,-
Sedangkan pendapatan bersih dari usahatani ini Rp.5.487.000,-/ 1,0 Ha/th.
Sedangkan untuk jenis padi unggul adalah Rp.14.000.000,- Sedangkan pendapatan
bersih dari usahatani padi varietas unggul adalah Rp.10.767.000,-/ 1,0 Ha/MT.
Dari perbandingan pendapatan hasil antara padi varietas lokal dan padi verietas
unggul (Tabel IV.25 dan IV.26) terlihat bahwa untuk padi jenis unggul lebih besar
hasilnya dari pada jenis lokal, sehingga hal ini dapat dijadikan sebagai bahan
pertimbangan dalam hal budidaya tanaman padi di DIR. Jejangkit yaitu dengan
jalan penyuluhan yang lebih intensif dan pembuatan demplot-demplot tanaman padi
jenis unggul, sehigga dengan demikian diharapkan masyarakat dapat lebih
mengengal dan tahu cara budidaya tanaman padi ini, dan tentunya sejalan dengan
waktu maka peralihan budidaya tanaman padi lokal ke tanaman padi jenis unggul
dapat berjalan sesuai dengan rencana.
81
Koleksi digital milik UPT Perpustakaan ITB : Hanya di pergunakan di area kampus ITB untuk keperluan pendidikan dan penelitian
Tabel IV.26 Rata-rata Penggunaan Sarana Produksi dan Hasil Usahatani Padi
Tadah Hujan Varietas Unggul di DIR. Jejangkit
82
Koleksi digital milik UPT Perpustakaan ITB : Hanya di pergunakan di area kampus ITB untuk keperluan pendidikan dan penelitian
dari Balitan setempat, dengan varietas padi yang di uji cobakan adalah varietas
unggul seperti verietas Ciherang, Margasari dan varietas Impara, dimana dengan
menggunakan varietas unggul nantinya diharapkan penanaman dapat dilakukan dua
kali dalam satu tahun.
83
Koleksi digital milik UPT Perpustakaan ITB : Hanya di pergunakan di area kampus ITB untuk keperluan pendidikan dan penelitian
2) Penyiapan Lahan
Secara konvisional petani menggunakan tajak berfungsi selain dapat menebas
gulma juga dapat memapas permukaan tanah 5 – 10 cm, menjadi tumpukan-
tumpukan dibiarkan 1 - 2 bulan. Sistem penyiapan lahan ini dengan perombakan
gulma dan sisa panen dapat menyumbangkan sejumlah hara ke dalam tanah.
Penyiapan lahan untuk tanaman padi lokal biasanya dilakukan di bulan Oktober
dan Desember, dengan menebas semak dan rumput-rumput yang tumbuh di
lahan. Setelah ditebas, sisa-sisa semak dan rumput tersebut dibiarkan mengering
selama beberapa minggu, sebelum kemudian dibakar. Kegiatan penyiapan
lahan ini membutuhkan waktu sekitar satu bulan, tergantung luas lahan yang
akan ditanam.
Penanaman padi dilakukan pada bulan Januari sampai bulan Pebruari dengan
cara benih ditugal atau disebar langsung di lahan, sekitar 1 - 2 minggu setelah
selesai pembakaran.
Pemanenan padi dilakukan pada bulan Juni dan Agustus. Kegiatan panen
biasanya dilakukan oleh tenaga keluarga, meskipun kadang diupahkan. Setelah
pemanenan padi, lahan kemudian diberakan sampai musim tanam berikutnya.
3) Pengelolaan Air
Pengelolan air di rawa pasang surut adalah untuk mempertahankan permukaan
air pada batas yang layak untuk tanaman padi, untuk mepertahankan air selama
musim tanam dengan menggunakan tabat. Pengelolaan air di DIR. Jejangkit
lebih bersifat kearah pengelolaan sistem drainase oleh karena proses penanaman
padi tergantung pada air hujan.
84
Koleksi digital milik UPT Perpustakaan ITB : Hanya di pergunakan di area kampus ITB untuk keperluan pendidikan dan penelitian
Perkebunan
Jenis tanaman perkebunan yang di produksi di DIR. Jejangkit sampai saat ini
hanyalah kelapa sawit, seperti terdata pada table berikut:
85
Koleksi digital milik UPT Perpustakaan ITB : Hanya di pergunakan di area kampus ITB untuk keperluan pendidikan dan penelitian
Berdasarkan tabel di atas, produksi tanaman kelapa sawit masih rendah karena dari
wawancara dengan petani setempat masih menggunkan plasma sawit dan tidak ada
dukungan dari Pemerintah terkait kelapa sawit karen program hanya untuk tanaman
pangan.
Produktivitasnya pun hanya 4 kg/ha dari luasan total yang ada, sehingga banyak
petani menjual kepada perusahaan sawit.
Tanaman Pangan
Berbeda dengan perkebunan, untuk tanaman pangan menjadi focus utama wilayah
ini. Selain masyarakat lokalnya adalah dominan petani, juga didukung oleh
Pemerintah Daerah untuk mempertahankan kestabilan produksi padi. Berikut
detailnya:
86
Koleksi digital milik UPT Perpustakaan ITB : Hanya di pergunakan di area kampus ITB untuk keperluan pendidikan dan penelitian
Tabel IV.29 Luas Panen dan Produksi Padi Sawah Tiap Kelurahan/Desa, 2019
Luas Panen Produksi
Kelurahan/Desa
(ha) (ton)
1 Cahaya Baru 408 1.224
2 Sempurna 434,5 1.390,4
3 Bahandang 127 343,9
4 Jejangkit Muara 570 1.767
5 Jejangkit Pasar 640 2.112
6 Jejangkit Barat 375 1.125
7 Jejangkit Timur 217 607,6
Jejangkit 2.771,5 8.569,9
Sumber: BPP Kecamatan Jejangkit dalam Kecamatan Jejangkit Dalam Angka,
BPS, 2020
Tabel IV.30 Luas Tanam, Panen, Produksi dan Rata-Rata Produksi Tanaman Padi
Tiap Jenis Padi, 2019
Luas Tanam Luas Panen Produksi Rata-Rata Produksi
Jenis Padi
(ha) (ha) (ton) (kw/ha)
1 Padi Sawah 2.771 2.771 8.569,9 3,09
2 Padi Ladang - - - -
Sumber: BPP Kecamatan Jejangkit dalam Kecamatan Jejangkit Dalam Angka,
BPS, 2020
Palawija
Berdasarkan data untuk tanaman palawija masih belum dikembangkan pada DIR.
Jejangkit. Dari pengamatan di lapangan, tanaman palawija yang ditaman di kebun
hanya untuk dikonsumsi masyarakat untuk keperluan sehari-hari. Data tercatat
terakhir ditunjukkan pada tabel berikut:
87
Koleksi digital milik UPT Perpustakaan ITB : Hanya di pergunakan di area kampus ITB untuk keperluan pendidikan dan penelitian
Tabel IV.31 Luas Tanam, Panen, Produksi dan Rata-Rata Produksi Tanaman
Palawija Tiap Jenis Palawija, 2019
Luas Tanam Luas Panen Produksi Produksi
Jenis Palawija
(ha) (ha) (ton) (kw/ha)
1 Jagung - - - -
2 Kedelai - - - -
3 Kacang Tanah - - - -
4 Kacang Hijau - - - -
5 Ubi Kayu - - - -
6 Ubi Jalar - - - -
Sumber: BPP Kecamatan Jejangkit dalam Kecamatan Jejangkit Dalam Angka,
BPS, 2020
Penduduk yang bermukim di DIR. Jejangkit yaitu di Desa Jejangkit Pasar, Desa
Jejangkit Barat dan desa Jejangkit Timur, sebagian besar atau hampir 90 % berasal
dari etnis/suku Banjar, sedangkan keberadaan suku yang lainya seperti suku Jawa,
Sunda, Bugis dan suku Madura merupakan penduduk pendatang, komposisi
etnis/suku yang bermukim di masing-masing wilayah kajian terdapat pada Tabel di
bawah. Data kependudukan dan luas daerah perencanaan terkait dengan wilayah
administrasi desa, untuk luas administrasi masing – masing desa tersebut
berdasarkan Kecamatan Dalam Angka dan Profil Desa, 2019 disajikan pada Tabel
dibawah.
Tabel IV.32 Jumlah Etnis
Desa
No Etnis
Jejangkit Pasar Jejangkit Barat Jejangkit Timur
1 Banjar 1.194 768 1.083
2 Jawa 3 0 79
3 Sunda 26 0 41
4 Bugis 11 0 2
5 Dayak 0 0 0
6 Madura 0 0 1
Jumlah 1.197 768 1.206
Sumber : Kecamatan Jejangkit Dalam Angka (BPS), 2020
88
Koleksi digital milik UPT Perpustakaan ITB : Hanya di pergunakan di area kampus ITB untuk keperluan pendidikan dan penelitian
Desa
Jejangkit Pasar Jejangkit Barat Jejangkit Timur
No.
Jumlah Jumlah Jumlah
Umur Umur Umur
(Jiwa) (jiwa) (jiwa)
89
Koleksi digital milik UPT Perpustakaan ITB : Hanya di pergunakan di area kampus ITB untuk keperluan pendidikan dan penelitian
Bila dilihat dari usia produktif (angkatan kerja) umur 15 – 54, jumlah usia produktif
di tingkat desa adalah sebanyak 2.004 jiwa, dengan usia produktif tertinggi berada
di desa Jejangkit Timur sebanyak 736 jiwa, hal ini mencerminkan bahwa sumber
tenaga kerja masih cukup tersedia di wilayah kajian.
Berdasarkan data profil desa tercatat bahwa, penduduk di wilayah kajian adalah
beragama Islam, sedangkan untuk penganut agama yang lainnya seperti Kristen,
Hindu, Budha dan agama Khonghucu tidak ada, hal ini menandakan bahwa
mayoritas penduduk di DIR. Jejangkit adalah beragama Islam.
90
Koleksi digital milik UPT Perpustakaan ITB : Hanya di pergunakan di area kampus ITB untuk keperluan pendidikan dan penelitian
Desa
No Agama
Jejangkit Pasar Jejangkit Barat Jejangkit Timur
1 Islam 1.309 891 1.036
2 Kristen 0 0,5 0
3 Hindu 0 0 0
4 Budha 0 0 0
5 Khonghucu 0 0 0
Jumlah 1.309 891 1.036
Sumber : Kecamatan Jejangkit Dalam Angka (BPS), 2020
Rasio Rasio
Jumlah
Penduduk Penduduk
Penduduk
No Desa Mesjid Langgar Agama Agama
Beragama
Islam Per Islam Per
Islam
Mesjid Langgar
Tabel di atas menunjukan bahwa jumlah sarana ibadah di tiap desa terkait yaitu
berupa Mesjid dan Langgar cukup, dengan rasio kepadatan penduduk per Mesjid
dan Langgar seperti tertera pada di atas.
91
Koleksi digital milik UPT Perpustakaan ITB : Hanya di pergunakan di area kampus ITB untuk keperluan pendidikan dan penelitian
Tabel IV.38 Jumlah Penerimaan Pajak Hasil Bumi dan PBB Tiap Desa, 2019
Potensi/Target Realisasi
Kelurahan/Desa %
WP (Rp) WP (Rp)
1 Cahaya Baru 312 4.725.564 312 4.725.564 100,0
2 Sempurna 269 4.148.245 275 4.250.118 102,5
3 Bahandang 67 1.107.243 68 1.122.243 101,4
4 Jejangkit Muara 90 4.427.230 95 4.502.230 101,7
5 Jejangkit Pasar 393 8.946.608 394 8.961.608 100,2
6 Jejangkit Barat 97 1.638.386 97 1.638.386 100,0
7 Jejangkit Timur 519 9.756.746 522 9.823.905 100,7
Jejangkit 1.747 34.750.022 1.763 34.750.022 100,79
Sumber: BP2RD Kabupaten. Barito Kuala dalam Kecamatan Jejangkit Dalam
Angka, BPS, 2020
Penjualan hasil panen dilakukan langsung kepada konsumen atau melalui pengecer,
akan tetapi sebagian besar hasil panen biasanya digunakan untuk konsumsi sendiri.
92
Koleksi digital milik UPT Perpustakaan ITB : Hanya di pergunakan di area kampus ITB untuk keperluan pendidikan dan penelitian
Desa
Tingkat Jejangkit Jejangkit Jejangkit
No
Pendidikan Pasar Barat Timur
Jumlah (Unit) Jumlah (Unit) Jumlah (Unit)
1 Tidak Sekolah 174 37 177
2 Tidak Tamat SD 155 125 105
3 Tamat SD 540 430 158
4 Tamat 213 177 177
SMP/Sederajat
5 Tamat 104 50 81
SMA/Sederajat
6 D1 3
7 DII 1
8 DIII 5 3
9 SI 5 9
Sumber : Kecamatan Jejangkit Dalam Angka (BPS), 2020
Di bidang kesehatan, jenis sarana yang tersedia sudah cukup memadai, hal ini dapat
dicirikan dengan adanya fasilitas baik berupa bangunan fisik seperti Puskesmas,
Posyandu, dan Polindes maupun orang yang menanganinya seperti Mantri
93
Koleksi digital milik UPT Perpustakaan ITB : Hanya di pergunakan di area kampus ITB untuk keperluan pendidikan dan penelitian
Desa
Jejangkit Jejangkit Jejangkit
Jenis Sarana
No Pasar Barat Timur
Kesehatan
Jumlah Jumlah Jumlah
(Unit) (Unit) (Unit)
1 Puskesmas 1 - -
2 Pustu/Klinik/Balai - -
1
Kesehatan
3 Posyandu 1 1 3
4 Poskesdes - 1
5 Polindes 1 1 1
- Tenaga Medis - - -
1 Dokter 1 - -
2 Perawat 8 1 -
3 Bidan Praktek 8 1 1
4 Farmasi 2 - -
5 Ahli Gizi 1 1 -
6 Mantri Kesehatan - 1 -
7 Dukun Kampung 1 1 1
Sumber : Kecamatan Jejangkit Dalam Angka (BPS), 2020
94