Anda di halaman 1dari 38

LAPORAN

ASUHAN KEBIDANAN PRAKONSEPSI PADA NY. I DENGAN


INFERTIL PRIMER DI PUSKESMAS ABENAHO
TAHUN 2023

OLEH:

DAURINA KOMBO

NIM: 230707476

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ABDI NUSANTARA
2023
LEMBAR PERSETUJUAN

LAPORAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN PRAKONSEPSI PADA NY. I DENGAN INFERTIL PRIMER

DI PUSKESMAS ABENAHO
TAHUN 2023

Telah disetujui, diperiksa, dan siap diujikan dihadapan Tim Penguji

Pembimbing I(Tanda Tangan)

Sonda Nur Assyaidah, S.S.T, M.K.M


NIDN 0327079205
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Kasus yang berjudul
“Asuhan Kebidanan Prakonsepsi Pada NY. I dengan Infertil Primer di Puskesmas Abenaho
Tahun 2023” dalam penyusunan Laporan ini, penulis banyak mendapatkan dukungan dari
berbagai pihak, baik secara moril maupun materil. Untuk itu penulis mengucapkan banyak
terima kasih kepada:
1. Ibu Prof.DR. Hj. Maryati Sutarno, SPd, SST, MARS, MH selaku Ketua Yayasan
Abadi Nusantara 2002.
2. Ibu Lia Idealistiana, SKM, SST, Bd, MARS selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Abdi Nusantara.
3. Ibu Mariyani, SSiT, Bd, M.Keb selaku Kaprodi Pendidikan Profesi Bidan STIKes
Abdi Nusantara.
4. Ibu Sonda Nur Assyaidah, S.S.T, M.K.M Pembimbing yang telah banyak
memberikan masukan, pengarahan, dan bantuan kepada penulis dalam melakukan
perbaikan-perbaikan untuk kesempurnaan laporan enulis.
5. Ibu penguji yang telah banyak memberikan masukan, pengarahan dan bantuan
kepada penulis dalam melakukan perbaikan-perbaikan untuk kesempuranaan
laporan penulis.
6. Kepada keluarga dan rekan-rekan yang telah memotivasi penulis dalam
menyelesaikan laporan studi kasus.
Dalam penulisan laporan, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun untuk perbaikan di masa yang akan datang. Penulis berharap semoga laporan
kasus ini dapat berguna bagi pembaca umumnya dan profesi kebidanan khususnya. Semoga
Tuhan Yang Maha Esa senantiasa memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua.

Yalimo, 6 Novemver 2023


Penulis

Daurina Kombo
DAFTAR ISI

Halaman Judul.....................................................................................................................................
Lembar Persetujuan ...............................................................................................................
Kata Pengantar.......................................................................................................................
Daftar isi...................................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................
1.1 Latar Belakang................................................................................................................
1.2 Tujuan..............................................................................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................................
2.1 Prakonsepsi......................................................................................................................
2.2 Infertilitas........................................................................................................................
BAB III TINJAUAN KASUS................................................................................................
3.1 Pengkajian Data Subjetif...............................................................................................
3.2 Pemeriksaan Objektif....................................................................................................
3.3 Assasment .....................................................................................................................
3.4 Penatalaksanaan.............................................................................................................
3.5 Dokumentasi Asuhan Kebidanan dalam Bentuk Pathway............................................
BAB IV PEMBAHASAN.......................................................................................................
BAB V PENUTUP..................................................................................................................
5.1 Kesimpulan....................................................................................................................
5.2 Saran..............................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Infertilitas adalah salah satu komplikasi terpenting dalam ginekologi dan dijelaskan
sebagai ketidakmampuan untuk mencapai kehamilan setelah satu tahun hubungan seksual
tanpa pelindung (tanpa menggunakan metode kontasepsi apapun) (Rodriguez and polyz,
2018). Infertilitas adalah ketidakmampuan untuk hamil dalam waktu satu tahun tanpa
menggunakan alat kontrasepsi dan melakukan hubungan seksual secara normal minimal 2 – 3
kali seminggu. Infertilitas dibedakan atas infertilitas primer dan infertilitas sekunder.
Infertilitas primer yaitu jika pasangan suami istri belum pernah mendapatkan kehamilan.
Infertilitas sekunder yaitu jika istri sudah pernah hamil akan tetapi tidak berhasil hamil lagi
tanpa menggunakan alat kontrasepsi dan hubungan seksual dilakukan secara normal (Oktarina
et al., 2014). Faktor risiko terjadinya infertilitas diantaranya adalah usia, penyakit menular
seksual, merokok, penggunaan alkohol dan kopi, sosial ekonomi, ketidakseimbangan hormon
dan paparan pestisida. Penggunaan pestisida yang tidak selektif dapat mempengaruhi
eksposur pada manusia yang berdampak pada infertilitas (Eftekhar et al., 2018).
Infertilitas telah menjadi masalah utama di seluruh dunia. Hal ini terjadi karena hampir
15% pasangan suami-istri mendapat kesulitan untuk memiliki keturunan. Penyebab dari
infertilitas itu sendiri diketahui bahwa sekitar 61% sebabnya datang dari istri dan 36% dari
pihak suami. Dari istri sebabnya adalah faktor tuba, ovulasi, endometriosis, vagina, serviks,
korpus dan endometrium, psikogeni. Sedangkan dari suami istri sebab endrokinologik dalam
infertilitas adalah sebesar 20% dan sebab imunologik cukup rendah, sekitar 2%. Sekitar 10%
pasangan usia subur yang telah menikah menderita infertilitas primer, 10% lainnya telah
mempunyai anak satu atau dua dan tidak berhasil untuk hamil lagi (Hastiara, 2018).
The Word Health Organization (WHO) tahun 2020 memperkirakan kejadian infertilitas
(8-10%) pasangan usia subur mengalami masalah kesuburan. Jutaan orang usia reproduksi di
seluruh dunia mendapat mengaruh infertilitas dan berdampak pada keluarga maupun
komunitas mereka. Perkiraan menunjukkan bahwa antara 48 juta pasangan dari 186 juta orang
hidup mengalami infertilitas secara global. WHO juga memperkirakan sekitar 50-80 juta
pasutri (1 dari 7 pasangan) memiliki masalah infertilitas, dan setiap tahun muncul sekitar 2
juta pasangan infertil (Kamila Mas’udah, 2023). Revalensi infertilitas di Indonesia saat ini
adalah 12-15% dari 40 juta pasangan usia subur yang mengalami masalah dalam kesuburan.
Banyaknya pasangan infertilitas di Indonesia dapat diperhitungkan dari banyaknya wanita
yang pernah kawin dan tidak mempunyai anak yang masih hidup (Rahmadiani, 2021).
Masalah infertilitas ini merupakan masalah yang berat bagi pasangan infertil karena

1
seringkali mendapatkan perlakuan yang tidak menyenangkan dari orang sekitar. Penyebab
dari terjadinya infertilitas ini dapat berasal dari pihak wanita maupun pihak pria. Pada wanita,
infertilitas dapat terjadi dapat dipengaruhi oleh ovulasi yang tidak teratur, tertutup atau
rusaknya tuba falopi, dan endometriosis. Sedangkan pada pria, sebagian besar kasus dapat
disebabkan oleh buruknya kualitas cairan semen yang diproduksi (Kurniawidjaja & Hikmat
Ramdhan, 2019).
Kesehatan yang baik adalah salah satu faktor yang paling penting dalam kehamilan.
Kesehatan prakonsepsi adalah cara untuk meningkatkan hasil kehamilan yang positif dengan
mendorong perempuan untuk terlibat dalam gaya hidup yang sehat sebelum mereka hamil.
Asuhan prakonsesi yang dimulai sebelum kehamilan dapat menjadi strategi efektif untuk
mengurangi gangguan bawaan dan meningkatkan kesehatan wanita usia subur. Preconception
counseling adalah komponen penting dari asuhan prakonsepsi yang memaikan peran utama
dalam mempersiapkan kehamilan. Asuhan ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan
memodifikasi risiko yang berhubungan dengan kesehatan dan hasil kehamilan ibu, serta
sebelum kehamilan (Lestari, 2020).
Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk memberikan
asuhan dengan judul “Asuhan Kebidanan Prakonsepsi Pada Ny. I dengan Infertil Primer di
Puskesmas Abenaho Tahun 2023”.
1.2 Tujuan
1. Tujuan Umum
Mampu menganalisa kasus dari pengkajian, menegakkan diagnosa, melakukan asuhan
kebidanan dengan benar dan tepat sesuai teori yang berhubungan dengan Asuhan Kebidanan
Prakonsepsi Pada NY. I dengan Infertil Primer di PUSKESMAS ABENAHO Tahun 2023”

2. Tujuan Khusus
1. Mampu memberikan asuhan kebidanan prakonsepsi yang benar dan tepat pada Ny. I dengan
Infertil Primer di PUSKESMAS ABENAHO Tahun 2023
2. Mampu melakukan pengumpulan data dasar pada Ny. I dengan Infertil Primer di
PUSKESMAS ABENAHO Tahun 2023
3. Mampu menginterpretasi data dasar pada Ny. I dengan Infertil Primer di PUSKESMAS
ABENAHO Tahun 2023
4. Mampu mengidentifikasikan diagnosa potensial pada Ny. I dengan Infertil Primer di
PUSKESMAS ABENAHO Tahun 2023
5. Mampu menetapkan kebutuhan tindakan segera pada asuhan kebidanan Ny. I dengan
Infertil Primer di PUSKESMAS ABENAHO Tahun 2023
6. Mampu melaksanakan perencanaan yang sesuai dengan pengkajian pada NY. I dengan Infertil
Primer di PUSKESMAS ABENAHO Tahun 2023

2
3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Prakonsepsi
2.1.1 Definisi

Masa prakonsepsi merupakan masa sebelum hamil atau masa sebelum terjadi
pertemuan sel ovum (sel telur) dengan sperma. Wanita prakonsepsi diasumsikan
sebagai wanita dewasa atau wanita usia subur yang siap menjadi seorang ibu.
Kebutuhan gizi pada masa ini berbeda dengan masa anak-anak, remaja, ataupun
lanjut usia. Perbaikan kesehatan prakonsepsi berdampak pada peningkatan
kesehatan reproduksi dan dapat menurunkan resiko pengeluaran biaya yang
mungkin muncul karena masalah kesehatan reproduksi. Pelayanan prakonsepsi
dianggap sebagai komponen utama pelayanan kesehatan pada wanita usia subur
(Dieny, dkk., 2019).
Prakonsepsi merupakan penggabungan dua kata, yaitu pra yang berarti
sebelum, konsepsi yang berarti pertemuan sel telur wanita dan sel sperma pria.
Prakonsepsi adalah masa sebelum terjadi pertemuan sel telur atau diasumsikan
sebagai wanita usia subur yang siap menjadi seorang ibu. Masa pranikah dapat
dikaitkan dengan masa prakonsepsi, karena setelah menikah wanita akan segera
menjalani proses konsepsi. Masa prakonsepsi merupakan masa sebelum
kehamilan. Periode prakonsepsi adalah rentang waktu dari tiga bulan hingga satu
tahun sebelum konsepsi dan idealnya harus mencakup waktu saat ovum dan
sperma matur, yaitu sekitar 100 hari sebelum konsepsi. Status gizi wanita usia
subur selama tiga sampai enam bulan pada masa prakonsepsi merupakan kunci
kelahiran bayi normal dan sehat.

2.1.2 Tujuan Wanita Prakonsepsi


Penelitian (Yulizawati, dkk., 2016) tujuan pemberian perawatan pada masa
prakonsepsi antara lain:
1. Mengurangi angka kematian ibu dan anak
2. Mencegah kehamilan yang tidak diinginkan
3. Mencegah komplikasi selama kehamilan dan persalinan
4. Mencegah bayi lahir mati, lahir premature, dan berat bayi lahir rendah

4
5. Mencegah bayi lahir cacat
6. Mencegah infeksi neonatal
7. Mencegah berat badan rendah dan stunting
8. Mencegah penularan vertikal HIV/IMS
9. Menurunkan resiko beberapa bentuk kangker pada anak
10. Menurunkan resiko diabetes tipe 2 dan kardiovaskuler penyakit dikemudian
hari.

2.1.3 Asuhan Wanita Prakonsepsi


Asuhan kesehatan prakonsepsi merupakan asuhan kesehatan bagi laki-laki
dan perempuan yang diberikan oleh dokter atau tenaga kesehatan profesional
lainya yang fokusnya pada upaya untuk memiliki anak yang sehat dimana dengan
asuhan tersebut dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian pada ibu dan
bayi (Anggraeny dan Dian, 2017).
Peneltiian Yulizawati (2016) mengeluarkan rekomendasi untuk
meningkatkan pelayanan kesehatan praonsepsi yaitu:
1. Kunjungan ke tempat pelayanan kesehatan secara teratur (terjadwal)
2. Pemberian edukasi terkait kesehatan prakonsepsi dan kehamilan seperti
skrining berat badan, vaksinasi, status zat besi dan asam folat, pengkajian
konsumsi alkohol, dan riwayat penyakit.
3. Pemberian konseling terkait modifikasi kebiasaan individu skrining kesehatan
prakonsepsi dapat dilakukan dengan menggunakan formulir untuk
mempermudah mendapatkan data. Point-point yang dapat dicantumkan dalam
formulir tersebut antara lain riwayat diet, aktivitas fisik, pola hidup, riwayat
kesehatan individu dan keluarga, obat-obatan yang dikonsumsi, riwayat
kesehatan seperti pola menstruasi, faktor genetik, dan lingkungan. Berbagai
faktor juga harus dikaji melalui pemeriksaan fisik secara rutin. Pengkajian
meliputi komposisi makanan (diet) seimbang, aktivitas fisik, antropometri
(berat badan, tinggi badan, indeks masa tubuh), anemia, dan resiko defisiensi
zat gizi (asam folat, zat besi, seng, kalsium, yodium, vitamin). Petugas
kesehatan yang ikut berperan dalam suplementasi zat besi maupun asam folat.

5
2.2 Infertilitas
2.2.1 Definisi
Infertilitas adalah penyakit system reproduksi yang ditandai dengan
kegagalan pasangan untuk mencapai kehamilan setelah pasangan berhubungan
seksual tanpa proteksi atau kontrasepsi selama 12 bulan. Infertilitas dibagi
menjadi 2 yaitu infertilitas primer dan infertilitas sekunder. Infertilitas primer
terjadi Ketika pasangan tidak pernah sama sekali memiliki anak atau tidak terjadi
kehamilan sama sekali. Sementara infertilitas sekunder adalah Ketika pasangan
suami istri yang sudah memiliki anak namun kesulitan untuk bisa hamil kembali
atau mendapatkan anak yang berikutnya (WHO, 2021). Infertilitas adalah
gangguan dari sistem reproduksi yang ditandai dengan kegagalan mengalami
kehamilan setelah 12 bulan atau lebih dan telah melakukan hubungan sanggama
tanpa kontrasepsi secara teratur. Infertilitas dapat dibagi menjadi infertilitas
primer dan infertilitas sekunder. Infertilitas primer adalah jika seorang wanita
belum pernah memiliki anak karena tidak pernah terjadi kehamilan atau pernah
mengalami kehamilan tetapi tidak pernah terjadi kelahiran hidup. Sedangkan
infertilitas sekunder jika seorang wanita tidak mampu untuk memiliki anak yang
disebabkan karena tidak terjadinya kehamilan atau pernah mengalami kehamilan
tetapi tidak terjadi kelahiran hidup dengan syarat sebelumnya wanita tersebut
pernah mengalami kehamilan atau pernah terjadi kelahiran hidup (Cavallini &
Beretta, 2018).
2.2.2 Epidemiologi
Hingga saat ini, tingginya angka infertilitas masih menjadi permasalahan di
dunia (Inhorn & Patrizio, 2015). Studi yang dilakukan Boiven et al. pada tahun
2010 mengatakan bahwa 72,4 juta wanita di dunia mengalami infertilitas.
Sementara itu, menurut Mascarenhas et al., 48,5 juta pasangan di dunia
mengalami masalah infertilitas pada 9 tahun 2010. Perbedaan ini dikarenakan
pada studi yang dilakukan Boiven et al menggunakan algoritma yang berbeda dan
menggunakan sumber data yang lebih sedikit dibandingkan dengan studi yang
dilakukan oleh Mascarenhas et al (2012) Studi lainnya yang dilakukan oleh
Ombelet et al. pada tahun 2010 mengatakan bahwa sekitar 8%-12% pasangan usia
reproduktif di dunia mengalami masalah infertilitas, dengan rata-rata prevlensi

6
dunia yaitu sebesar 9% (Mascarenhas et al., 2012)
Insidensi infertilitas dikaitkan dengan perbedaan geografis. Di beberapa
negara di barat Afrika, tingkat infertilitas mencapai 50%, sedangkan di barat
Eropa tingkat infertilitas berkisar 12%. Penyebab infertilitas juga dikaitkan
dengan perbedaan geografis. Faktor risiko infertilitas paling umum di negara-
negara bagian barat adalah usia, sedangkan di Afrika adalah penyakit menular
seksual. Distribusi penyebab infertilitas yang hampir sama ditemukan di Asia,
Amerika Latin, Timur Tengah, tetapi berbeda dengan Afrika yang mayoritas
penyebab infertilitas pada wanita adalah faktor tuba. PID karena penyakit menular
seksual adalah 10 penyebab utama infertilitas karena masalah pada tuba (Roupa et
al.,2018).
2.2.3 Penyebab dan Faktor Resiko
2.2.3.1 Wanita
Infertilitas pada wanita menjadi faktor penyebab infertilitas pada
pasangan sebesar 40%. Berdasarkan studi yang dilakukan WHO, penyebab
infertilitas pada wanita diantaranya: faktor tuba 36%, ovulatory disorders 33%,
endometriosis 6%, dan tidak diketahui sebesar 40% (Mattos et al., 2021).
1) Gangguan Ovulasi
Gangguan pada ovulasi merupakan penyebab infertilitas yang cukup sering,
yaitu berkisar 30-40% dari semua kasus infertilitas pada wanita. Periode ovulasi
normal pada wanita adalah 25-35 hari, dengan periode paling sering yang dialami
mayoritas wanita adalah 27-31 hari. Gejala utama yang perlu diamati untuk
mendiagnosis faktor ovulasi sebagai penyebab infertilitas meliputi anovulasi dan
oligo-ovulasi. Anovulasi merupakan suatu kondisi tidak terjadinya ovulasi pada
wanita, sedangkan oligo-ovulasi merupakan istilah yang menggambarkan
ketidakteraturan ovulasi.21 Kasus anovulasi 90% disebabkan oleh polycystic
ovaries syndrome (PCOS). Pada PCOS, androgen diproduksi dalam jumlah besar,
yang diikuti oleh tingginya kadar luteinizing hormone (LH) dan rendahnya kadar
follicle-stimulating hormone (FSH). Hal tersebut menyebabkan hambatan dalam
pematangan folikel.4 Manifestasi klinis pada PCOS dapat berupa siklus
menstruasi tidak normal (amenorea atau oligomenorea), hirsutisme, obesitas, dan
timbulnya jerawat (Kanagavalli G et al., 2019).

7
2) Faktor Tuba, Paratuba, dan Peritoneal
Penyebab lain infertilitas adalah faktor tuba fallopi, paratuba dan peritoneal.
Faktor tuba dan peritoneal menjadi 30%- 40% penyebab infertilitas pada wanita.
Faktor tuba meliputi kerusakan maupun obstruksi pada tuba fallopi dan biasanya
terkait dengan riwayat PID, operasi tuba dan operasi pelvis. Faktor peritoneal
meliputi adhesi perituba dan periovarium, yang biasanya merupakan akibat dari
PID, operasi, maupun endometriosis. PID akibat penyakit menular seksual yang
ditransmisikan oleh mikroorganisme seperti gonococcus dan chlamydia adalah
penyebab utama infertilitas karena faktor tuba. Infeksi berulang akan
menyebabkan perubahan pada mukosa tuba fallopi, adhesi intratubular, dan
obstruksi pada bagian distal tuba fallopi. Riwayat PID berkaitan dengan
peningkatan risiko infertilitas. Suatu studi meyatakan bahwa riwayat PID pertama,
kedua, dan ketiga kali, berturut-turut memiliki risiko infertilitas sebesar 12%,
23%, dan 54%. % (R. Edward Varner, 2017)
3) Gangguan pada Uterus
Gangguan pada uterus dapat memengaruhi infertilitas, seperti abnormalitas
bentuk uterus dan septum intrauterin. Abnormalitas pada uterus yang
memengaruhi infertilitas meliputi polip endometrium, fibroid submukosa, anomali
duktus mulleri, dan defek pada fase luteal. Diagnosis dan terapi terhadap
abnormalitas pada uterus dapat meningkatkan keberhasilan terapi pada pasien
infertil (Sudha Nair, 2019)
4) Hormonal
Ketidakseimbangan hormonal dapat memengaruhi infertilitas melalui
sekresi gonadotrophin- releasing hormone (GnRH) oleh hipotalamus, sehingga
akan menginduksi kelenjar hipofisis yang dapat mengontrol kelenjar lainnya di
tubuh. Kelainan hormonal dapat memengaruhi ovulasi, seperti pada
hipertiroidisme, hipotiroidisme, PCOS, dan hiperprolaktinemia. Perubahan
hormonal pada aksis hipothalamus-hipofisis-adrenal dapat dipengaruhi oleh stress.
Sebuah studi pada wanita infertil akibat endometriosis menyatakan bahwa terjadi
peningkatan kadar prolaktin pada wanita infertil. Hiperprolaktinemia
menyebabkan infertilitas dengan cara menghambat GnRH. Hambatan pada sekresi
GnRH selanjutnya akan menghambat hormon yang berperan dalam aktivitas

8
reproduksi wanita, seperti LH dan FSH. (Eniola, Adetola and Abayomi, 2022).

5) Perubahan Masa Tubuh


Perubahan masa tubuh diketahui memiliki pengaruh terhadap terjadinya
infertilitas. Banyaknya lemak tubuh menyebabkan meningkatnya produksi
estrogen yang diinterpretasikan tubuh sebagai kontrasepsi, sehingga menurunkan
kesempatan untuk mendapatkan kehamilan. Suatu penelitian menyebutkan
bahwa Indeks Masa Tubuh (IMT) ≥ 29,5 berhubungan dengan peningkatan risiko
infertilitas (Eniola, Adetola and Abayomi, 2022).
6) Usia
Seiring bertambahnya usia, laju konsepsi menurun sebagai akibat dari
menurunnya kualitas dan jumlah ovum. Hal ini mengakibatkan kesempatan hamil
menurun 3%- 5% per tahun setelah usia 30 tahun dan akan lebih besar
penurunannya setelah usia 40 tahun (Oktarina et al., 2014).
2.2.3.2 Pria
Definisi pria infertil merujuk pada ketidakmampuan pria dengan
pasangannya yang fertil untuk memperoleh kehamilan. Infertilitas pada
pria menjadi penyebab 40%-50% kasus infertilitas pada pasangan infertil.
Infertilitas pada pria disebabkan karena banyak faktor, dari proses
gametogenesis hingga ejakulasi, abnormalitas genetik, infeksi, defek
struktural, ketidakseimbangan hormonal, dan faktor lingkungan. Baru-baru
ini, reactive oxygen species (ROS) juga dikaitkan dengan penyebab
kerusakan sperma sebesar 30%-80% kasus.6 Sekitar 30%-40% penyebab
infertilitas pada pria tidak diketahui penyebabnya. Pada kasus ini pria
tidak memiliki riwayat medis terkait infertilitas, menunjukan tanda-tanda
normal pada pemeriksaan fisik, endokrin, genetik, dan tes laboratorium.
Namun, pada analisis semen ada kemungkinan didapatkan temuan patologis
(Jungwirth et al., 2022).
1) Penyebab Pre-testikuler
Penyebab pre-testikuler meliputi kondisi yang tidak mendukung bagi
testis, kondisi hormonal yang buruk, dan kesehatan fisik yang buruk. Pengaruh
obat-obatan juga dapat memengaruhi kondisi hormonal pada pria, seperti

9
cimetidine dan spironolactone yang dapat menurunkan kadar FSH, yang bekerja
pada sel Sertoli untuk meningkatkan spermatogenesis. Selain pengaruh obat-
obatan, gaya hidup seperti konsumsi alkohol, ganja, dan merokok dapat
menurunkan fertilitas pria.Sebuah studi menyebutkan bahwa rokok menyebabkan
penurunan enzim superoxide dismutase pada semen, yang berperan pada jalur
stress oksidatif. Superoxide dismutase berkorelasi dengan jumlah dan durasi
merokok; penurunan volume, jumlah, dan motilitas sperma pada perokok. (Kovac,
Khanna and Lipshultz, 2018).
2) Penyebab Testikuler
Penyebab testikuler meliputi faktor-faktor yang memengaruhi kualitas dan
kuantitas semen yang diproduksi testis. Faktor-faktor yang memengaruhi kualitas
dan kuantitas semen tersebut diantaranya adalah usia, defek pada kromosom Y
(Sindrom Klinifelter), neoplasma, infeksi mumps virus, dan penyebab idiopatik.
(Leaver, 2018).
3) Penyebab Post-testikuler
Penyebab post-testikuler memengaruhi sistem genitalia pria setelah
produksi sperma. Faktor tersebut meliputi gangguan ejakulasi, seperti ejakulasi
retrograde, anejakulasi dan obstruksi Vas deferens. Selain itu, infeksi pada organ
genitalia pria, seperti prostitis, juga dapat menjadi faktor penyebab post-testikuler
(Leaver, 2018).
2.2.4 Klasifikasi
Klasifikasi Infertilitas dapat dibedakan menjadi primer maupun sekunder.
Infertilitas primer terjadi jika wanita belum pernah memperoleh kehamilan atau
pernah memperoleh kehamilan tanpa kelahiran bayi yang hidup. Infertilitas
sekunder terjadi pada wanita yang sebelumnya pernah memperoleh kehamilan
dengan kelahiran hidup (Mascarenhas et al., 2012)
2.2.5 Jenis-jenis Infertilitas
Munurut WHO (2021) Secara medis infertil terbagi menjadi dua jenis, yaitu
a. Infertil Primer Yaitu pasangan suami istri yang belum mampu dan belum pernah
memliki anak setelah satu tahun berhubungan seksual sebanyak 2-3 kali
perminggu tanpa menggunakan alat kontrasepsi dalam bentuk apapun.
b. Infertil sekunder

10
Yaitu pasangan suami istri yang telah memiliki anak sebelumnya tetapi saat ini
belum mampu memiliki anak lagi setelah satu tahun berhubungan seksual
sebanyak 2-3 kali perminggu tanpa menggunakan alat kontrasepsi. Sebanyak 60-
70% pasangan yang telah menikah akan memiliki anak pada satu tahun usia
pernikahan mereka. Sebanyak 20% akan memiliki anak pada tahun ke-2
pernikahan mereka. Sebanyak 10-20% sisanya akan memiliki anak pada tahun ke-
3 atau lebih atau tidak akan memiliki anak (WHO, 2021).
2.2.6 Patofisiologi Infertilitas

Gambar 2.1 Pathway Infertilitas

11
1. Wanita
Beberapa penyebab dari gangguan infertilitas dari wanita diantaranya
gangguan stimulasi hipofisis hipotalamus yang mengakibatkan pembentukan
FSH dan LH tidak Adekuat sehingga terjadi gangguan dalam pembentukan
folikel di ovarium. Penyebab lain yaitu radiasi dan toksik yang
mengakibatkan gangguan pada ovulasi. Gangguan bentuk anatomi system
reproduksi juga penyebab mayor dari infertilitas, diantaranya cidera tuba dan
perlekatan tuba sehingga ovu tidak dapat lewat dan tidak terjadi fertilisasi dari
ovum dan sperma. Kelainan bentuk uterus meyebabkan hasil konsepsi tidak
berkembang normal walaupun sebelumnya terjadi fertilisasi. Abnormalitas
ovarium, mempengaruhi pembentukan folikel. Abnormalitas servik
mempengaruhi proses pemasukan sperma. Faktor lain yang mempengaruhi
infertilitas adalah aberasi genetik yang menyebabkan kromosom seks tidak
lengkap sehingga organ genetalia tidak berkembang dengan baik.
Beberapa infeksi yang menyebabkan infertilitas dengan melibatkan
reaksi imun sehingga terjadi gangguan interaksi sperma sehingga sperma
tidak bisa bertahan, infeksi juga menyebabkan inflamasi berlanjut perlekatan
yang pada akhirnya menimbulkan gangguan implantasi zigot yang berujung
pada abortus.
Obesitas pada wanita secara jelas berdampak pada kondisi kesehatan
diantaranya gangguan menstruasi, infertilitas, komplikasi pada kehamilan,
resistensi insulin,jantung, Stroke, dan gangguan kesehatan lainnya. Menurut
Paleva (2019) dalam penelitiannya tentang mekanisme resistensi insulin
terkait obesitas menunjukkan jika obesitas merupakan salah satu faktor resiko
terjadinya resistensi insulin yang menyebabkan insulin tubuh tidak dapat
bekerja dengan maksimal. Pada keadaan obesitas, resistensi tubuh terhadap
insulin akan berkembang dengan ditandai oleh berkurangnya kemampuan
pengambilan glukosa pada lemak dan otot. Infertilitas yang diakibatkan oleh
obesitas ini erat kaitannya dengan keadaan ovulasi, hal ini karena saat
obesitas, lemak tubuh dalam keadaan yang sangat banyak dan akan tertimbun
dalam tubuh. Pada kondisi gizi lebih atau obesitas, terjadi peningkatan jumlah
hormon estrogen dalam darah karena lemak yang berlebih. Estrogen yang

12
tinggi memberikan feedback negatif terhadap produksi GnRH (Gonadotropin
Hormone) melalui sekresi protein inhibitor yang dapat menghambat kerja
hipofisi anterior untuk memproduksi FSH. Adanya hambatan tersebut
menyebab gangguan proliferasi folikel sehingga folikel tidak terbentuk secara
matang yang mengakibatkan pemanjangan siklus menstruasi. Peningkatan
estrogen juga memberikan feedback positif pada LH, akibatnya terjadi
peningkatan LH secara cepat. Perlu diketahu bahwa kerja LH beriringan
dengan FSH. Jika ada gangguan pada sekresi FSH maka LH juga tidak bisa
berjalan dengan baik. LH yang terlalu cepat keluar menyebabkan
pertumbuhan folikel baru terus menerus distimulasi, namun tidak sampai
pada proses pematangan dan ovulasi sehingga mengalami siklus tidak normal.
Demikian pula jika kondisi gizi kurang (IMT kurang), akan terjadi gangguan
reproduksi, dimana berat badan yang kurang dari normal akan menyebabkan
penurunan GnRH untuk pengeluaran LH dan FSH, selanjutnya terjadi
penurunan hormon estrogen dan berdampak pada siklus menstruasi yaitu
hambatan dalam proses ovulasi dan terjadi pemanjangan siklus (Paleva,
2019).
2. Pria
Abnormalitas androgen dan testosterone diawali dengan disfungsi
hipotalamus dan hipofisis yang mengakibatkan kelainan status fungsional
testis. Gaya hidup memberikan peran yang besar dalam mempengaruhi
infertilitas diantaranya merokok, penggunaan obat-oabtan terlarang dan zat
adiktif yang berdampak pada abnormalitas sperma dan penurunan libido.
Konsumsi alcohol mempengaruhi masalah ereksi yang mengakibatkan
berkurangnya pancaran sperma. Suhu disekitar areal testis yang
mempengaruhi abnormalitas spermatogenesis. Terjadinya ejakulasi retrograt
misalnya akibat pembedahan sehingga menyebabkan sperma masuk ke vesika
urinaria yang mengakibatkan komposisi sperma terganggu.

2.2.7 Ciri-ciri Pasangan yang Mengalami Infertilitas


Pasangan yang mengalami infertilitas memiliki ciri-ciri berikut:
a. Pasangan tersebut memiliki keinginan untuk memiliki anak.

13
b. Selama satu tahun atau lebih berhubungan seksual, isteri belum mendapatkan
kehamilan
c. Melakukan hubungan seksual 2-3 kali dalam seminggu dalam kurun waktu satu
tahun
d. Istri maupun suami tidak pernah menggunakan alat ataupun metode kontrasepsi,
baik kondom, obat-obatan dan alat lain yang berfungsi untuk mencegah
kehamilan.
2.2.8 Faktor-faktor yang Menyebabkan Infertilitas
Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya infertilitas pada wanita adalah karena
terjadinya beberapa gangguan, yaitu:
a. Gangguan Organ Reproduksi
1) Terjadinya infeksi pada vagina sehingga meningkatkan keasaman vagina
yang akan membunuh sperma, serta pengkerutan vagina yang akan
menyebabkan terhambatnya transportasi sperma ke vagina.
2) Kelainan pada serviks akibat defesiensi hormon esterogen yang mengganggu
pengeluaran mukus serviks. Apabila mucus yang berada di serviks sedikit,
maka perjalanan sperma ke dalam rahim akan terganggu. Selain itu bekas
operasi pada serviks yang menyisakan jaringan parut juga dapat menutup
serviks sehingga sperma tidak bias masuk ke dalam rahim.
3) Kelainan pada uterus, misalnya diakibatkan oleh malformasi uterus yang
mengganggu pertumbuhan fetus, mioma uteri dan adhesi uterus yang
menyebabkan terjadinya gangguan suplai darah untuk perkembangan fetus
dan akhirnya terjadi abortus berulang. Kelainan tuba falopii akibat infeksi
yang menyebabkan adhesi tuba falopii dan terjadi abstruksi sehingga ovum
dan sperma tidak dapat bertemu.
b. Gangguan Ovulasi
Gangguan ovulasi dapat terjadi karena ketidakseimbangan hormonal seperti
adanya hambatan pada sekresi hormone FSH dan LH yang memiliki pengaruh
besar terhadap ovulasi.Hambatan ini dapat terjadi karena adanya tumor cranial,
stress, dan pengguna obat-obatan yang menyebabkan terjadinya disfungsi
hipotalamus dan hipofise.Bila terjadi gangguan sekresi kedua hormon ini, maka
folikel mengalami hambatan untuk matang dan berakhir pada gangguan ovulasi.

14
c. Kegagalan Implantasi
Wanita dengan kadar progesteron yang rendah mengalami kegagalan dalam
mempersiapkan endometrium untuk nidasi. Setelah terjadi pembuahan proses
nidasi pada endometrium tidak berlangsung baik. Akibatnya fetus tidak
berkembang dengan baik dan terjadilah abortus

15
16

1) Faktor immunologis Apabila embrio memiliki antigen yang berbeda dari ibu,
maka tubuh ibu memberikan reaksi sebagai respon terhadap benda asing,
reaksi ini dapat menyebabkan abortus spontan pada wanita hamil.
2) Faktor lingkungan Paparan radiasi dalam dosis tinggi, asap rokok, gas
anastesi, zat kimia, dan pestisida dapat menyebabkan toxic pada seluruh
bagian tubuh termasuk organ reproduksi yang akan mempengaruhi
kesuburan.
Adapun pada pria, faktor-faktor yang menyebabkan infertilitas yaitu karena
adanya beberapa kelainan umum:
a. Abnormalitas sperma: morfologi dan motilitas.
b. Abnormalitas ejakulasi: ejakulasi retrograde dan hipospadia.
c. Abnormalitas ereksi
d. Abnormalitas cairan semenperubahan PH dan perubahan komposisi
kimiawi.
e. infeksi pada saluran genital yang meninggalkan jaringan parut sehingga
terjadi penyempitan obstruksi pada saluran genital
f. Lingkungan: radiasi, zat kimia dan obat-obatan.
2.2.9 Penatalaksanaan
Pengobatan infertilitas yaitu sebagai berikut:
1. Pemberian antibiotik diberikan pada peria yang memiliki gangguan infeksi
traktus genitalis yang menyumbat vas deferens atau merusak jaringan testis.
2. Pembedahan dapat dilakukan pada pasien mioma dan tuba yang tersumbat.
Tindakan pembedahan ini akan meninggalkan perut uang dapat menyumbat
atau menekuk tuba sehingga akhirnya memerlukan pembedahan untuk
mengatasinya.
3. Terapi dapat dilakukan pada pendeita endometriosis. Terapi endometriosis
terdiri dari mrnunggu sampai terjadinya kehamilan sendiri, pengobatan
hormonal, atau pembedahan konservatif.
4. Tindakan pembedahan/oprasi Varikokel tindakan ini dianggap paling tepat
adalah dengan operasi berupa pengikat pembuludarah yang melebar
(varikokel) tersebut. Suatu penelitian dengan pembanding menunjukan
dengan keberhasilan tindakan pada 66% penderita berupa peningkatan jumlah
17

sperma dalam kehamilan, dibanding dengan hanya 10% pada kelompok yang
tidak dioprasi.
5. Memberi suplemen vitamin, infertilitas yang tidak diketahui penyebabnya
merupakan masalah bermakna karena meliputi 20% penderita.
Penanggulanganya berupa peberian beberapa macam obat, yang dari
pengalaman berhasil menaikan jumlah dan kualitas sperma. Usaha dalam
menemukan penyebab ditingkat kromosom dan keberhasilan genetik
tampaknya menjadi titik harapan dimasa datang (Purwoastuti, 2015).

2.2.10 Perundang-undangan Terkait Penatalaksanaan Infertil oleh Bidan

Adapun Perundang-undangan yang berkaitan dengan infertil antara lain:


1. Undang-undang No 17 Tahun 2023 tentang Kesehatan pasal 51 kesehatan
dewasa dimana Upaya kesehatan dewasa ditujukan utnuk menjaga agar
seseorang tetap hidup sehat dan produktif dan berhak mendapat akses ke
fasilitas pelayanan kesehatan yang dimaksud kesehatan reproduksi dan
skrining berkala untuk deteksi dini penyakit
2. Keputusan Menteri Kesehatan No. 320 Tahun 2020 tentang Standar Profesi
Bidan yang meliputi etik legal dan keselamatan klien, komunikasi efektif,
pengembangan diri dan pofesionalisme, landasan ilmiah praktik kebidanan,
keterampilan klinis dalam praktik kebidanan, promosi kesehatan dan
konseling dan manajemen kepemimpinan.

3. Peraturan Menteri Kesehatan No. 28 Tahun 2017 tentang ijin dan


penyelenggaraan praktik bidan bahwa dalam penyelenggaraan praktik
kebidanan, bidan memiliki kewenangan untuk memberikan pelayanan
kesehatan ibu, anak dan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga
berencana.

4. Permenkes No. 21 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Kesehaan


Masa Sebelum Hami, Masa Hamil, Persalinan dan Masa Sesudah Melahirkan,
Pelayanan Kontrasepsi dan Pelayanan Kesehatan Seksual.

5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 61 Tahun 2014 Tentang


Kesehatan Reproduksi Pasal 40 ayat (1) Yang dimaksud dengan
18

“ketidaksuburan atau infertilitas” adalah keadaan yang terjadi pada pasangan


suami dan/atau istri yang tidak berhasil memperoleh keturunan setelah
melakukan hubungan seksual secara teratur dalam 1 (satu) tahun tanpa
perlindungan kontrasepsi.
6. Ayat (2) Reproduksi dengan Bantuan atau Kehamilan di Luar Cara Alamiah
dilakukan dengan cara antara lain pembuahan di luar tubuh manusia
(fertilisasi invitro) atau teknologi lain.
Teknologi fertilisasi invitro/pembuahan di luar tubuh manusia merupakan
reproduksi dengan cara mempertemukan ovum dengan sel sperma di
laboratorium sampai terjadi pembuahan dan hasil pembuahan (embrio)
dikembalikan ke rahim si ibu untuk dibiarkan berkembang menjadi janin,
yang dimaksud dengan “embrio” adalah perkembangan lebih lanjut dari hasil
pembuahan sperma dan ovum sampai terbentuk blastokista.
19

BAB III
TINJAUAN KASUS
FORMULIR PENGKAJIAN PRAKONSEPSI

A. PENGKAJIAN DATA SUBJEKTIF


1. Identitas
Nama Klien : Ny. I
Asal/Suku : Yalimo
Agama : Kristen Protestan
Alamat : RT 003 RW 002
Kelurahan : Abenaho
Kecamatan : Abenaho
Kab/Kota : Yalimo
NIK. e-KTP : -
Tempat, tgl lahir : Yalimo/31/12/1999 Umur 23 thn
Telepon/HP : -
Pekerjaan Klien :Ibu rumah tangga
Pendidikan Klien : -

Nama Calon Suami /Suami : Tn. N


Pekerjaan calon suami / suami: Petani
Pendidikan Klien :-

2. Keluhan Saat Ini : Sudah 1 tahun menikah belum memiliki Anak, Haid
terakhir tgl 6 Oktober 2023 (haid 5 hari), saat ini baru hari ke 2 pasca
haid. suami tidak merokok, berhubungan seksual 2x seminggu,

3. Riwayat Identitas
Status kawin klien : Belum/Belum hub. Sex X Menikah
sekali
Menikah ke …… Janda
X
Status kawin suami : Menikah sekali Menikah ke
……

4. Riwayat Kesehatan
x Jantung
x Hipertensi
x DM
20

x Asma
x Hepatitis
x IMS/HIV
x TBC
x Ginjal kronis
x Malaria
x Epilepsi
x Kejiwaan
x Kelainan kongenital
x Alergi obat /makanan
x Kecelakaan
x Tranfusi darah

5. Riwayat Kontrasepsi
 Kontrasepsi yang pernah digunakan : Belum pernah menggunakan
kontrasepsi
 Kontrasepsi terakhir sebelum hamil :-
 Keluhan dalam penggunaan kontrasepsi : -

6. Riwayat Imunisasi TT :
TT I :

TT II :

TT III :

TT IV :

TT V :

7. Riwayat Kesehatan Reproduksi


Usia pertama haid : 13. Th Usia pertama Nikah : 22 th
Usia pertaman hamil : Belum pernah hamil
Siklus Haid :. 28 hari
Nyeri Haid : x Ya Tidak
Konsumsi Narkoba : Ya x Tidak
Konsumsi alcohol > 1x/hr : Ya
x Tidak
21

Jumlah melahirkan : Normal Caesar


Keguguran

Pernah menyusui Ya, selama ……. Bln x Tidak

Sebelum ini pernah periksa : IVA Pap smear


x Tidak pernah

Merokok : Aktif, …. btg/hr Pasif


Tidak
x

Kurang aktifitas fisik (30 menit/hari) : Ya x Tidak


Kurang konsumsi buah/sayur (5 porsi/hari) : Ya Tidak
Golongan Darah :B
Rhesus : +.

8. Riwayat Penyakit Keturunan


a. Penyakit Genetis
x Hemofilia
x Thalasemia
x Butawarna
x Anemia cell Bulan sabit
x Fenil Keton uria
x Albino
x Diabetes Melitus
x Huntington Disease
x Sindrom Klenefelter

b. Kelainan Konginetal
x Spina bifida
22

x Labio Skisis, Palato Skisis, Genato Skisis


x Penyakit jatung bawaan
x Fibrosistik
x Down Sindrom

c. Gangguan jiwa
x
d. Kembar x

9. Pola Kehidupan Sehari-hari

Kegiatan Saat ini


a. Nutrisi Makan
Jenis Pantangan 3 kali sehari Nasi,
Minum Jenis sayur, lauk Tidak ada
6-7 kali sehari
Air putih, teh, kopi
b. Eliminasi
Buang air kecil Jenis 3-4 kali sehari Cair
Keluhan Tidak ada
Buang air besar 1 kali sehari
Konsistensi Warna Lembek
Keluhan Kuning kecoklatan
Tidak ada
c. Istirahat
Tidur Siang 2 jam
Tidur Malam 3 jam
d. Aktivitas Memasak, mencuci,
membereskan rumah
e. Personal Hygiene
Mandi 2 kali sehari
Gosok gigi 2 kali sehari
Keramas 2 kali/minggu
Ganti pakaian dalam 2 kali sehari
23

B. PENGKAJIAN DATA OBJEKTIF


1. BB : 79 kg
2. TB :159 cm
3. IMT : 31,3
4. Pemeriksaan TTV :
a. TD : 110/87 mmHg
b. Suhu : 36 C
c. Nadi : 88x/mnt
d. Pernafasan : 22x/mnt

5. Head to toe
a. Mata : Konjungtiva : Tidak pucat
Sklera : tidak Kuning
b. Mulut : Caries Dentis : ya x tidak
c. Leher : Kelenjar getah bening :tak ada Pembengkakan
Kelenjar Tiroid : tidak ada pembekakan
d. Dada
Payudara : Pembesaran ada / tidak
Tarikan dinding payudara : tak ada
e. Abdomen : Pembesaran : tak ada
Nyeri tekan : tak ada
f. Ekstremitas : telapak tangan Pucat : ya x tidak
g. Genetalia : Pengeluaran : tak ada,
Warna : kemerahan
Bau : Khas

6. Pemeriksaan Laboratorium
a. Darah : -
b. Urine : -
c. TORCH : -
d. USG : -
e. HIV/AIDS : -
f. Hepatitis : -
g. Rapid Tes Malaria : Negatif
h. Sputum BTA : -
i. Tes Sifilis : -

C. Assasment
Seorang perempuan Usia 23 tahun P0A0 persiapan Kehamilan dengan Infertil
primer
24

D. Penatalaksanaan
1. Memberitahukan kepada ibu hasil pemeriksaan (ibu mengerti tentang apa
yang di jelaskan)
2. Menganjurkan ibu pola hidup sehat, olahraga teratur, memakan makanan
yang sehat tidak mengandung pengawet, dan menghindari stress (ibu
mengerti dengan kondisinya saat ini)
3. Menjelaskan pada pasien mengatur Diit sehat, menurunkan BB, dan
mengkonsumsi makanan-makanan yang dapat meningkatkan kesuburan
yaitu makanan yang rendah karbohidrat, tinggi protein (daging,
ayam,ikan ,telur) dan mengandung asam folat (toge sayuran warna
hijau,alpukat ) serta mengandung vitamin E (kecambah)serta Zink
(kepiting ,jamur ,biji wijen dan brokoli) . (ibu mau makan – makanan
yang disarankan).
4. Memberitahu ibu untuk menghitung masa suburnya dan memeriksa
tanda-tanda dalam masa subur. Mengatur dan melakukan hubungan saat
masa subur 2-3 kali dalam seminggu (ibu mengerti dan mau melakukan
anjuran bidan)
5. Hasil Advice Dokter Umum
Therapy :
Asam Folat 400 mg
Zinc 10 mg
6. Kontral Ulang saat hari ke 12 siklus Haid (17 Oktober 2023)
25

Dokumentasi Asuhan Kebidanan Dalam Bentuk Pathway

Tanda / Gejala / keluhan yang dialami pasien :


PRAKONSEPSI Subjektif : Sudah 1 tahun menikah belum
Tanda / Gejala / keluhan secara Diagnosa : Ny. I Umur 23 Tahun P0A0 memiliki Anak, Haid terakhir tgl 6
teori: Secara medis infertil terbagi menjadi H1 pra konsepsi Dengan Infertil primer Oktober 2023 (haid 5 hari), saat ini baru
dua jenis, yaitu Infertil skunder Yaitu hari ke 2 pasca haid. suami tidak
pasangan suami istri yang telah mempunyai merokok, berhubungan seksual 2x
anak sebelumnya tetapi saat ini belum seminggu, tidk pernah menggunakan
mampu memliki anak setelah satu tahun Patofisiologi (Sesuai Tanda / Gejala / keluhan yang kontrasepsi
berhubungan seksual sebanyak 2-3 kali dialami pasien) :
perminggu tanpa menggunakan alat Gangguan stimulasi hipofisis hipotalamus yang Objektif
kontrasepsi dalam bentuk apapun. mengakibatkan pembentukan FSH dan LH Keadaan umum :baik
Faktor penyebab Infertilitas Primer tidak Adekuat sehingga terjadi gangguan dalam Kesadaran: composmentis
• Gangguan senggama pembentukan folikel di ovarium kemudian Keadaan emosional: stabil
• Ketidaktahuan pasangan menganggu anatomi system reproduksi dan Tb:159cm bb:79 kg IMT :31,3
• Reaksi imunologis (kekebalan) dapat merubah tuba falopi cidera/infeksi TTV
• Adanya tumor otak sehinga seprma tidak dapat lewat dan tidak Tekanan Darah :110/82mmHg Nadi:88
Adanya gangguan fungsi kelenjar tiroid. terjadi fertilisasi dari ovum dan sperma X/Menit Respirasi 22 X/Menit Suhu:
• Vorikokel, yaitu pelebarn pembuluh darah 36°C
dalam vena disekitar skrotum(buah zakar),
merupakan penyebab terbanyak infertiltas
pria.
• Sumbatan,/obstruksi saluran sperma
menyebabkan spermatozoa tidak dapat
disalurkan , walaupun diproduksi dengan
baik. (intan Komalasari,
2018)

Asuhan yang diberikan : Rasionaliasai :


1. Memberitahukan kepada ibu hasil pemeriksaan (ibu mengerti tentang apa 1. Agar pasien memahami kondisi yang dialami dan
yang di jelaskan) dapat mengurangi kecemasan.
2. Menganjurkan ibu pola hidup sehat, olahraga teratur, memakan makanan
yang sehat tidak mengandung pengawet, dan menghindari stress (ibu 2. Dengan menerapkan pola hidup sehat maka akan
mengerti dengan kondisinya saat ini) meningkatkan tingkat kesuburan dan berolahraga dapat
3. Menjelaskan pada pasien mengatur Diit sehat, menurunkan BB, dan menurunkan risiko terjadinya obesitas
mengkonsumsi makanan-makanan yang dapat meningkatkan kesuburan 3. Dengan mengurangi Lemak pada tubuh terutama
yaitu makanan yang rendah karbohidrat, tinggi protein (daging, daerah abdomen diharapkan dapat memudahkan
ayam,ikan ,telur) dan mengandung asam folat (toge sayuran warna pertemuan Ovum dan sperma serta dapat
hijau,alpukat ) serta mengandung vitamin E (kecambah)serta Zink
menstabilkan hormone tubuh
(kepiting ,jamur ,biji wijen dan brokoli) . (ibu mau makan – makanan yang
disarankan). 4. Frekuensi hubungan normal 2-3 kali per minggu diharapkan
4. Memberitahu ibu untuk menghitung masa suburnya dan memeriksa terjadi nya Masa subur akan mempermudah terjadinya
tanda-tanda dalam masa subur. Mengatur dan melakukan hubungan pembuahan antara sel telur dan sperma
saat masa subur 2-3 kali dalam seminggu (ibu mengerti dan mau 5. Dengan mengonsumsi makanan yang mengandung protein
melakukan anjuran bidan) dan vitamin E seperti kecambah dapat meningkatkan kesuburan
5. Hasil Advice DokterUmum 6. Asam folat dapat meningkatkan kesuburan karena dapat
Therapy : memelihara kesehatan dan fungsi indung telur ( ovarium), selain
Asam Folat 400 mg itu asam folat dapat digunakan sebagai perisiapan kehamilan.
Zinc 10 mg
zink untuk meningkatkan kualitas sperma
6. Kontral Ulang saat hari ke 12 siklus Haid (17 Oktober 2023)
7. Kunjungan ulang dilakukan untuk mengecek Kembali apakah klien
dalam keadaan subur atau belum

Evaluasi :
Ibu dan suami merasa tenang dengan penjelasan yang diberikan dan
ibu bersedia mengikuti saran/anjuran bidan
26

Infertilitas adalah salah satu komplikasi


terpenting dalam ginekologi dan dijelaskan
sebagai ketidakmampuan untuk mencapai
kehamilan setelah satu tahun hubungan seksual
tanpa pelindung (tanpa menggunakan metode
kontasepsi apapun) (Rodriguez and polyz,
2018). Infertilitas adalah ketidakmampuan
untuk hamil dalam waktu satu tahun tanpa
menggunakan alat kontrasepsi dan melakukan
hubungan seksual secara normal minimal 2-3
kali seminggu. Infertilitas dibedakan atas
27

infertilitas primer dan infertilitas sekunder.


Infertilitas primer yaitu jika pasangan suami
istri belum pernah mendapatkan kehamilan.
Infertilitas sekunder yaitu jika istri sudah pernah
hamil akan tetapi tidak berhasil hamil lagi tanpa
menggunakan alat kontrasepsi dan hubungan
seksual dilakukan secara normal (Oktarina at al.
2014). Faktor risiko terjadinya infertilitas
diantaranya adalah usia, penyakit menular
seksual, merokok, penggunaan alkohol dan
kopi, sosial ekonomi, ketidakseimbangan
hormon dan paparan pestisida. Penggunaan
pestisida yang tidak selektif dapat
mempengaruhi eksposur pada manusia yang
berdampak pada infertilitas (Eftekhar et al.,
2018).

Ny. I berusia 23 tahun datang ke


Puskemas Abenaho mengatakan ingin hamil,
sudah menikah 1 tahun tapi belum berhasil
hamil. Ibu dan suami ingin berkonsultasi agar
dapat hamil. Kesimpulan yang didapatkan dari
hasil subjektif, ibu saat ini dalam keadaan sehat
dan tidak ada aktifitas yang berkaitan dengan
kesehatan yang dapat merugikan atau
menyebabkan untuk sulit hamil. Artinya dari
aspek usia ibu memenuhi kriteria reproduksi
untuk hamil. Hal ini sesuai teori yang di
kemukakan Stickler (2018) bahwa usia
reproduksi ideal wanita adalah 20-35 tahun.
Penelitian menunjukkan bahwa wanita yang
hamil di bawah usia 20 tahun memiliki resiko
yang lebih tinggi untuk mengalami preeklamsi
28

dan plasenta previa (Stickler, 2018) tidak ada


kesenjangan teori dan fakta dalam kasus ini.

Berdasarkan teori bahwa kasus Ny. I


yang sudah menikah 1 tahun lamanya dan
belum menggunakan kontrasepsi namun belum
mempunyai keturunan maka diagnose dalam
kasus ini adalah Ny. I dengan Infertilitas
primer. Hal ini sejalan dengan teori yang
mengatakan bahwa adalah Infertilitas Primer
adalah suatu keadaan ketika PUS belum mampu
memilik anak lagi setelah menikah lebih dari
satu tahun melakukan hubungan seksual secara
teratur dan benar tanpa usaha pencegahan
(WHO,2021). Tidak ada kesenjangan teori dan
fakta dalam kasus ini.

Berdasarkan data Objektif bahwa ibu


masuk pada kategori gemuk sehingga penulis
menyarankan untuk diet makanan. Dengan
mengurangi Lemak pada tubuh terutama daerah
abdomen diharapkan dapat memudahkan
pertemuan Ovum dan sperma serta dapat
menstabilkan hormone tubuh.penulis juga
menyarankan untuk mengkonsumsi makanan
yang rendah karbohidrat, tinggi protein (daging,
ayam,ikan ,telur) dan mengandung asam folat
(toge sayuran warna hijau,alpukat) serta
mengandung vitamin E (kecambah) serta Zink
(kepiting ,jamur ,biji wijen dan brokoli). Sesuai
dengan pendapat Septiana dkk (2018) bahwa
penanganan obesitas asupan zat gizi harus
diperhatikan, mengkonsumsi makanan dengan
29

gizi yang seimbang dengan beraneka ragam


makanan, makanan junk food tidak baik di
konsumsi berlebihan jadi harus dikurangi,
minum air putih 2 liter perhari dan tidak lebih
agar body mass index normal serta mengatur
pola diet. Infertilitas yang diakibatkan oleh
obesitas ini erat kaitannya dengan keadaan
ovulasi, hal ini karena saat obesitas, lemak
tubuh dalam keadaan yang sangat banyak dan
akan tertimbun dalam tubuh. Pada kondisi gizi
lebih atau obesitas, terjadi peningkatan jumlah
hormon estrogen dalam darah karena lemak
yang berlebih. Estrogen yang tinggi
memberikan feedback negatif terhadap produksi
GnRH (Gonadotropin Hormone) melalui sekresi
protein inhibitor yang dapat menghambat kerja
hipofisi anterior untuk memproduksi FSH.
Adanya hambatan tersebut menyebab gangguan
proliferasi folikel sehingga folikel tidak
terbentuk secara matang yang mengakibatkan
pemanjangan siklus menstruasi. Peningkatan
estrogen juga memberikan feedback positif
pada LH akibatnya terjadi peningkatan LH
secara cepat. Perlu diketahui bahwa kerja LH
beriringan dengan FSH. Jika ada gangguan pada
sekresi FSH maka LH juga tidak bisa berjalan
dengan baik. LH yang terlalu cepat keluar
menyebabkan pertumbuhan folikel baru terus
menerus distimulasi, namun tidak sampai pada
proses pematangan dan ovulasi sehingga
mengalami siklus tidak normal. Demikian pula
jika kondisi gizi kurang (IMT kurang), akan
30

teradi gangguan reproduksi, dimana berat badan


yang kurang dari normal akan menyebabkan
penurunan GnRH untuk pengeluaran LH dan
FSH, selanjutnya terjadi penurunan hormon
estrogen dan berdampak pada siklus menstruasi
yaitu hambatan dalam proses ovulasi dan terjadi
pemanjangan siklus. Sehingga tidak ada
kesenjangan antara teori dan praktik .

Hasil konsultasi dengan Dokter umum,


maka pasien mengalami infertile primer,
sehingga diberikan therapi hormone untuk
membantu proses pematangan ovum dan
memantau waktu subur. Tidak diperlukan
adanya tindakan segera dalam hal ini hanya
diberikan rekomendasi untuk berhubungan
seksual secara intent.

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesimpulan asuhan kebidanan prakonsepsi pada NY. I dengan Infertil
primer sudah dilakukan sesuai dengan teori dan kewenangan bidan dalam UU
4 Tahun 2019 tentang Kebidanan adalah segala sesuatu yang berhubungan
dengan bidan dalam memberikan pelayanan kebidanan kepada perempuan
selama masa sebelum hamil, masa kehamilan, persalinan, pasca persalinan,
masa nifas, bayi baru lahir, bayi, balita, dan anak prasekolah, termasuk
kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana sesuai dengan tugas
dan wewenangnya.
31

B. Saran
1. Bagi pasien
Di harapkan mengurangi stres dan mengkonsumsi makan- makanan
yang bergizi sehingga dapat mengurangi kejadian ganggunan reproduksi
khususnya infertil skunder.

2. Bagi Institusi
Digunakan sebagai masukan fasilitas pelayanan dan meningkatkan
kualitas pelayanan kebidanan pada gangguan reproduksi dengan amenore
sekunder dan memberi wawasan bagi profesi atau tenaga kesehatan
lainnya dalam menagani kasus gangguan reproduksi khususnya infertil
skunder dengan standar asuhan kebidanan.
3. Bagi institusi pendidikan
Diharapkan dapat menambah referensi tentang gangguan reproduksi
dan dapat menjadi referensi yang bermanfaat bagi institusi pendidikan.
32

DAFTAR PUSTAKA

Anggraeny, Olivia, Ariestiningsih, Ayuningtyas Dian (2017) Gizi Prakonsepsi,


Kehamilan dan Menyusui. Malang: UB Press
Dieny, Fillah Fithra, Ayu Rahadiyanti dan Dewi Marfu’ah (2019). Gizi
Prakonsepsi. Jakarta: Bumi Medika.
Eftekhar, M., Neghab, N., Naghshineh, E., & Khani, P. (2018). Can autologous
platelet rich plasma expand endometrial thickness and improve pregnancy
rate during frozen-thawed embryo transfer cycle ? A randomized clinical
trial. Taiwanese Journal of Obstetrics & Gynecology, 57(6), 810–813.
https://doi.org/10.1016/j.tjog.2018.10.007
Inhorn, M. C., & Patrizio, P. (2015). Infertility around the globe: new thinking on
gender, reproductive technologies and global movements in the 21st century.
National Library Of Medicine, 21(4), 26–411.
https://doi.org/10.1093/humupd/dmv016
Jungwirth, J., Urbanova, M., Boot, A., Hosek, P., & Bendova, P. (2022).
Mutational analysis of driver genes defines the colorectal adenoma : in situ
carcinoma transition. Scientific Reports, 1–10.
https://doi.org/10.1038/s41598-022-06498-9
Kamila Mas’udah, E. (2023). STUDI KASUS: PERSIAPAN PRAKONSEPSI DAN
PERENCANAAN KEHAMILAN SEHAT PADA WANITA USIA SUBUR
DENGAN INFERTILITAS SEKUNDER Endah. 01, 46–51.
Kanagavalli G, Seethalakshmi R, & Sowdamini T. (2019). A SYSTEMATIC
REVIEW OF LITERATURE ON RECRUITMENT AND SELECTION
PROCESS. Humanities & Social Sciences Reviews, 7(2), 01–09.
https://doi.org/10.18510/hssr.2019.721
Kovac, Jason R., Abhinav Khanna, and Larry I. Lipshultz. 2018. “The Effects of
Cigarette Smoking on Male Fertility.” Physiology & Behavior 176(5):139–
48.
Kurniawidjaja, L. M., & Hikmat Ramdhan, D. (2019). Penyakit Akibat Kerjad
dan Surveilans. UI Publishing. https://library.uniba-bpn.ac.id/index.php?
p=show_detail&id=13841&keywords=

32
33

Lestari, D. (2020). Laporan Kegiatan Individu Asuhan Kesehatan Pra Konsepsi


dan Rencana Kehamilan Sehat Ny. E Usia 24 Tahun dengan Infertilitas
Sekunder. Poltekkes Malang.
https://www.scribd.com/document/503544622/Asuhan-kebidanan-pra-
konsepsi
Leaver, Kate 2018, Could it be yoour gut keeping you awake at night?, diakses 19
April 2020. https://www.theguardian.com/lifeandstyle/2018/mar/19/is-your-
gutkeeping-you-awake-at-night
Mascarenhas, M. N., Flaxman, S. R., Boerma, T., Vanderpoel, S., & Stevens, G.
A. (2012). National, regional, and global trends in infertility prevalence since
1990: a systematic analysis of 277 health surveys. National Library Of
Medicine, 9(12). https://doi.org/10.1371/journal.pmed.1001356
Mattos, L. A. de, Jacques Sauer, L., Blasbalg, R., Petta, C. A., Pereira, Ri. M., &
Pina de Carvalho, L. F. (2021). Hysterosalpingography using Magnetic
Resonance Imaging for infertility patients. JBRA Assisted Reproduction,
25(3), 403–411. https://doi.org/10.5935/1518-0557.20210002
Oktarina, A., Abadi, A., Bachsin, R., Forensik, D., & Unsri, F. K. (2014). Faktor-
faktor yang Memengaruhi Infertilitas pada Wanita di Klinik Fertilitas
Endokrinologi Reproduksi. 4, 295–300.
Paleva, R. (2019). LITERATUR REVIEW Mekanisme Resistensi Insulin Terkait
Obesitas Pendahuluan Metode Hasil Dan Pembahasan. Jurnal Ilmiah
Kesehatan Sandi Husada, 10(2), 354–358.
https://doi.org/10.35816/jiskh.v10i2.190
Rahmadiani, D. (2021). Ekstrak Pollen Kurma (Phoenix dactylifera L) Sebagai
Terapi Infertilitas Pada Pria. Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi Husada, 10(1),
31–40. https://doi.org/10.35816/jiskh.v10i1.501
Roupa, Z., Polikandrioti, M., Sotiropoulou, P., Faros, E., Koulouri, A., Wozniak,
G. (2019). Causes of Infertility in Women at Reproductive Age. 3(2), 80-7
Sudha Nair. (2019). Theory of Change: A Success or a Failure for School
Improvement, A Discussion Base on Malaysian Context. The Social
Sciences, 14: 9-18. 14, 9–18. https://doi.org/10.3923/sscience.2019.9.18
Wasiu Eniola, O., Adebayo Adetola, A. and Taiwo Abayomi, B. (20w2) A

33
34

Review of Female Infertility; Important Etiological Factors and


Management. Journal of Microbiology and Biotechnology Research, 2, 379-
385. http://scholarsresearchlibrary.com/archive.html.
Yulizawati, D. (2016). Pengaruh Pendidikan Kesehatan Metode Peer Education
Mengenai Skrining Prakonsepsi Terhadap Pengetahuan dan Sikap Wanita
Usia Subur di Wilayah Kabupaten Agam Tahun 2016. 11–20.

34

Anda mungkin juga menyukai