Anda di halaman 1dari 219

LAPORAN KOMPREHENSIF

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY.”S”


DIWILAYAH KERJA PUSKESMAS WOSI
KABUPATEN MANOKWARI

Disusun Oleh:
LISBET HANDAYANI
NIM: PB21.05.281

UNIVERSITAS MEGA BUANA PALOPO


PROFESI KEBIDANAN
TAHUN 2022
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Wanita hamil biasanya mengalami perubahan yang bersifat fisiologis,
bukan patologis. Kehamilan dan kelahiran merupakan proses yang normal,
alami dan sehat. Sebagai bidan kita percaya bahwa model asuhan
kebidanan yang membantu dan melindungi proses kelahiran normal,
adalah yang paling sesuai untuk kebanyakan ibu selama kehamilan dan
kelahiran (Yulizawati, 2017).
Kehamilan adalah pertumbuhan dan perkembangan janin intrauterine
mulai sejak konsepsi dan berakhir sampai permulaan persalinan. Lamanya
kehamilan dimulai dari ovulasi sampai partus kira-kira 280 hari (40
minggu), dan tidak lebih dari 300 hari (43 minggu). Untuk memantau
kehamilan ibu agar kelahirannya normal diperlukan asuhan sesuai dengan
standar kebidanan, asuhan yang diperlukan agar maksimal adalah asuhan
komprehensif sejak dari kehamilan (Miftahul, 2019).
Asuhan kehamilan mengutamakan kesinambungan pelayanan
(countinuity of care) sangat penting bagi wanita untuk mendapatkan
pelayanan dari seorang profesional yang sama atau dari satu team kecil
tenaga profesional, sebab dengan begitu maka perkembangan kondisi
mereka setiap saat akan terpantau dengan baik selain juga mereka menjadi
lebih percaya dan terbuka karena merasa sudah mengenal si pemberi
asuhan (Lusiana, 2020). Tujuan asuhan berkesinambungan (komprehensif)
adalah melaksanakan pendekatan manajemen kebidanan secara
berkesinambungan mulai pada kasus kehamilan, persalinan, bayi baru
lahir, nifas hingga pemilihan alat kontrasepsi sehingga menurunkan angka
kesakitan serta kematian ibu dan bayi (Masruroh, 2017).
Berdasarkan data WHO 2017, angka kematian ibu (AKI) di dunia
adalah 211/100.000 Kelahiran Hidup (KLH). Dalam sehari pada tahun
2017 di Dunia sekitar 810 wanita meninggal karena penyebab yang dapat
dicegah terkait kehamilan dan persalinan. DI Indonesia, rasio kematian
ibu per
100.000 kelahiran hidup pada tahun 2017 adalah 177/100.000 KLH pini
merupakan angka ke 4 tertinggi di Asia Tenggara (World Health
Organitazion/WHO, 2017) Angka kematian neonatal per 1000 kelahiran
hidup pada tahun 2015 adalah 13.20/1000 KLH. Penyebab utama kematian
merupakan premature, komplikasi terkait persalinan (asfixia atau kesulitan
bernafas saat lahir), infeksi dan cacat lahir (birth defect) (WHO, 2017).
Di Provinsi Papua pada tahun 2017 Angka Kematian Ibu (AKI) sebesar
111/100.000 KLH. Jumlah kematian bayi dari data rutin pada tahun 2017
sebanyak 257/1.000 kelahiran (Profil Kesehatan Provinsi Papua, 2018).
Angka harapan hidup penduduk Kabupaten Jayapura yang diperoleh dari
data statistik tahun 2018 mencapai 66,4 tahun, sementara angka kematian
bayi pada tahun 2018 sebesar 14/1000 KLH, angka kematian ibu
119/100.000 KLH dan prevalensi gizi kurang pada anak balita 70 % pada
tahun 2018 (Profil Kesehatan Kabupaten Jayapura, 2018).
Komplikasi utama yang menyebabkan hampir 75% dari semua
kematian ibu salah satunya adalah pada kehamilan (pre-eklampsia dan
eklampsia), komplikasi dari persalinan aborsi tidak aman. Sisanya
disebabkan oleh atau terkait dengan infeksi seperti malaria atau terkait
dengan kondisi kronis seperti penyakit jantung atau diabetes (WHO,
2017). Sebagian besar kematian tersebut seharusnya bisa dicegah atau
diobati. Artinya, bila AKI tinggi banyak ibu yang seharusnya tidak
meninggal tetapi meninggal karena tidak mendapatkan upaya pencegahan
dan penanganan yang seharusnya. Upaya percepatan penurunan AKI dapat
dilakukan dengan menjamin agar setiap ibu mampu mengakses pelayanan
kesehatan ibu yang berkualitas, seperti pelayanan kesehatan ibu hamil,
pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan terlatih di fasilitas pelayanan
kesehatan, perawatan pasca persalinan bagi ibu dan bayi, perawatan
khusus dan rujukan jika terjadi komplikasi, dan pelayanan keluarga
berencana termasuk KB pasca persalinan. Puskesmas melaksanakan kelas
ibu hamil dan Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan
Komplikasi (P4K), dan pelayanan kontrasepsi/KB (Profil Kesehatan
Indonesia, 2018).
Diperlukan asuhan kebidanan berkelanjutan (komprehensif) kepada ibu
sebagai upaya menurunkan AKI, beberapa hal yang akan dilakukan pada
keha’milan melakukan manajemen asuhan kebidanan sesuai dengan
standar kebidanan, dengan melakukan konseling kepada ibu terlebih
dahulu agar melakukan pemeriksaan ke pusat kesehatan medis profesional
dengan kunjungan teratur agar memantau jika ada tanda bahaya pada
kehamilan, serta mengingatkan ibu untuk memenuhi gizi dan nutrisi
selama kehamilan, menjelaskan kepada ibu dan suami atau keluarga
tentang persiapan menuju persalinan, tanda menuju persalinan, kebutuhan
saat persalinan. Menjelaskan pentingnya ASI Eksklusif ibu pada bayi,
masa nifas yang akan dialami ibu dan KB jika ibu ingin menjarakan
kehamilannya.

Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik melakukan asuhan


kebidanan berkelanjutan dari ibu hamil, bersalin, nifas, BBL hingga
pemilihan alat kontrasepsi untuk mengkaji data dan memantau kesehatan
ibu. Bertujuan untuk mengurangi resiko kematian pada ibu dan bayi.
Dengan mengambil judul “Asuhan Kebidanan Komprehensif Pada Ny.S
G3P2A0 Usia Kehamilan 38 Minggu Di Puskesmas Wosi Kabupaten
Manokwari”
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Melakukan asuhan kebidanan secara komprehensif sejak masa
kehamilan, bersalin, bayi baru lahir, nifas serta pemilihan alat
kontrasepsi sesuai dengan standar pelayanan kebidanan dan
mendokumentasikan dalam bentuk 7 langkah varney.
2. Tujuan Khusus
Penulisan laporan tugas akhir ini bertujuan membantu penulis agar
mampu:
a. Memberikan asuhan kebidanan secara komprehensif pada
asuhan kehamilan dan melakukan pendokumentasian dengan

metode 7 langkah varney dilanjutkan dengan dokumentasi


SOAP.
b. Memberikan asuhan kebidanan secara komprehensif pada
asuhan persalinan dan melakukan pendokumentasian dengan
metode SOAP.
c. Memberikan asuhan kebidanan secara komprehensif pada
asuhan bayi baru lahir dan melakukan pendokumentasian
dengan metode SOAP.
d. Memberikan asuhan kebidanan secara komprehensif pada
asuhan masa nifas dan melakukan pendokumentasian dengan
metode SOAP.
e. Memberikan asuhan kebidanan secara komprehensif pada
pelayanan kontrasepsi dan melakukan pendokumentasian
dengan metode SOAP.
C. Manfaat
1) Bagi Institusi
Institusi STIKes Jayapura dapat menjadikan Laporan Tugas Akhir ini
sebagai referensi dalam pemberian pemahaman tentang asuhan
komprehensif mulai dari kehamilan, persalinan, bayi baru lahir, nifas
hingga pelatanan.
2) Bagi Klien
Klien dapat mengetahui dan mendapatkan asuhan kebidanan
komprehensif mulai dari masa kehamilan, persalinan, bayi baru
lahir, masa nifas sampai pelayanan kontrasepsi sesuai standar
pelayanan kebidanan.
3) Bagi BPM
Bagi BPM, bidan dapat mengetahui lebih detail tentang asuhan
kebidanan komprehensif mulai dari kehamilan, persalinan, bayi baru
lahir, nifas hingga pelayanan kontrasepsi.
4) Bagi Mahasiswa
Mahasiswa dapat mengimplementasikan apa yang ada di teori
diaplikasikan di lapangan yaitu melakukan asuhan kebidanan
komprehensif mulai dari kehamilan, persalinan, bayi baru lahir, nifas
hingga pelayanan kontrasepsi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori Klinis

1. Asuhan Komprehensif

a. Definisi

Asuhan kebidanan adalah interaksi yang dilakukan oleh bidan

kepada pasien yang mempunyai suatu permasalahan. Dalam

memberikan asuhan kebidanan pada pasien bidan dapat menggunakan

metode pendekatan dengan menggunakan manajemen asuhan

kebidanan untuk mengatasi masalah pasien (Mangkuji, 2012).

Asuhan komprehensif adalah asuhan kebidanan yang diberikan

secara komprehensif yang mencakup lima kegiatan pemeriksaan

berkesinambungan diantaranya adalah asuhan kebidanan kehamilan

(Antenatal Care), asuhan kebidanan persalinan (Intranatal Care),

asuhan kebidanan masa nifas (Postnatal Care) dan asuhan kebidanan

bayi baru lahir (Neonatal Care) hingga penentuan alat kontrasepsi.

Asuhan kebidanan komprehensif adalah suatu pemeriksaan yang

dilakukan secara lengkap dengan adanya pemeriksan laboratorium dan

konseling (Masruroh, 2017).

Standar Asuhan Kebidanan adalah acuan dalam proses pengambilan

keputusan dan tindakan yang dilakukan oleh bidan sesuai dengan

wewenang dan ruang lingkup prakteknya berdasarkan ilmu dan kiat

7
8

kebidanan. Mulai dari pengkajian, perumusan diagnosa dan atau

masalah kebidanan, perencanaan, implementasi, evaluasi dan

pencatatan asuhan kebidanan (Masruroh, 2017).

b. Tujuan

Tujuan Asuhan Komprehensif adalah melaksanakan pendekatan

manajemen kebidanan secara berkesinambungan mulai pada kasus

kehamilan, persalinan, bayi baru lahir, nifas hingga pemilihan alat

kontrasepsi sehingga dapat menurunkan atau menekan angka kesakitan

serta kematian ibu dan bayi (Masruroh, 2017).

2. Kehamilan

a. Definisi

Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin.

Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7

hari) (Lusiana, 2020). Kehamilan dan kelahiran biasanya merupakan

proses yang normal, alami dan sehat. Sebagai bidan, kita membantu

dan melindungi proses kelahiran tersebut dan kita percaya bahwa

model asuhan kebidanan yang membantu dan melindungi proses

kelahiran normal, adalah yang paling sesuai untuk kebanyakan ibu

selama kehamilan dan kelahiran (Yulizawati, 2019).

b. Tanda dan Gejala Kehamilan

Tanda-tanda kehamilan dapat dibagi menjadi :

1) Tanda-tanda dugaan hamil

a) Amenorea/tidak mengalami menstruasi (terlambat haid)


9

b) Mual (Nausea) dan muntah (Emesis)

c) Ngidam

d) Pingsan/Sinkope

e) Payudara menegang dan sedikit nyeri

f) Miksi/sering buang air kecil

g) Pigmentasi kulit terutama di daerah muka, aerola payudara,

dan dinding perut

h) Epulis: Hipertrofi dari pupil gusi

i) Varices atau penampakan pembulu darah vena (Lusiana, 2020)

2) Tanda tidak pasti kehamilan

a) Rahim membesar, sesuai dengan umur kehamilan

b) Pada pemeriksaan dalam dijumpai

(1) Tanda Hegar : Lunak pada portio

(2) Tanda Chadwicks : Warna kebiruan pada serviks, vagina,

dan vulva

(3) Tanda Piscaseck : Pembesaran uterus ke salah satu arah

sehigga menonjol jelas kearah

pembesaran tersebut.

(4) Kontraksi Braxton hicks : Bila uterus drangsang (stimulasi

dengan diraba) akan mudah

berkotraksi (Lusiana, 2020).


10

3) Pasti hamil

a) Denyut jantung janin yang terdeteksi pada usia kehamilan 17

minggu hingga 20 minggu

b) Hasil USG yang positif pada kehamilan 6 minggu

c) Gerak janin yang dapat dirasakan oleh pemeriksaan pada

kehamilan sesudah 16 minggu.

d) Terlihatnya janin dan garis bentuk janin (Anita, 2014).

c. Perubahan Fisik Pada Kehamilan

1) Perut dan uterus membesar

Pembesaran dinding abdomen terkait dengan terjadinya

pembesaran uterus di rongga abdomen. Pembesaran ini biasanya

dimulai pada usia kehamilan 16 minggu dimana uterus beralih dari

organ pelvik jadi organ abdomen. Pembesaran perut ibu lebih

terlihat pada posisi berdiri jika dibandingkan dengan posisi

berbaring. Juga lebih terlihat pada multipara dibandingkan dengan

primigravida akibat kendurnya otot-otot dinding perut (Yulizawati,

2017).

2) Penambahan berat badan

Sebagian besar penambahan berat badan selama kehamilan

disebabkan oleh uterus dan isinya, payudara dan peningkatan

volume darah serta cairan ekstrasel ekstravaskular. Sebagian kecil

dari peningkatan ini dihasilkan oleh perubahan metabolik yang

menyebabkan peningkatan air sel dan pengendapan lemak dan

protein baru yang disebut dengan cadangan ibu (martenal reseves).


11

Penambahan berat badan ibu selama kehamilan rata-rata adalah

12,55 kg (Yulizawati, 2017).

Tabel 2.1 Indeks Masa Tubuh dan Rekomendasi


Kenaikan Berat Badan

Kategori IMT Rekomendasi (Kg)


Rendah < 19,8 12,5-18
Normal 19,8-26 11,5-16
Tinggi 26-29 7-11,5
Obesitas >29 5-9
Gemeli 16-20,5
Sumber : Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2015.

3) Hiperpigmentasi

Garis tengah kulit abdomen (linea-alba) mengalami pigmentasi

sehingga warnanya berubah menjadi hitam kecoklatan (linea

nigra). Kadang muncul bercak kecoklatan irregular dengan

berbagai ukuran di wajah dan leher, menimbulkan kloasma atau

melasma gravidarum. Pigmentasi aerola dan kulit genital juga

sering terjadi. Perubahan pigmentasi ini biasanya hilang atau

berkurang secara nyata setelah persalinan (Yulizawati, 2017).

d. Standar Asuhan Kehamilan

Segera ke dokter atau bidan jika terlambat datang bulan. Periksa

kehamilan minimal 6 kali selama kehamilan dan minimal 2x

pemeriksaan oleh dokter pada trimester 1 dan 3:

1) 2 kali pada trimester pertama (kehamilan hingga 12 minggu)

2) 1 kali pada trimester kedua (kehamilan diatas 12 minggu sampai 24

minggu
12

3) 3 Kali pada trimester ketiga (kehamilan diatas 24 minggu sampai

40 minggu) (Kemenkes RI, 2020).

Tabel 2.2 Garis Besar Informasi Setiap Kali Kunjungan

Kunjungan Waktu Informasi Penting


- Menjalin hubungan dan saling
percaya
- Deteksi masalah dan menangani
TM I < 12 mg pencegahan tetanus : TT, Anemia
dan kesiapan menghadapi kelainan
- Motivasi hidup sehat (Gizi, latihan,
istirahat, hygiene).
TM II < 28 mg s. d. a + Waspada pre-eklamsia
s. d. a + palpasi abdominal
28-36 mg
TM III s. d. A + deteksi letak janin dan tanda-
>36 mg
tanda abdominal
(Sumber : Buku Asuhan Kebidanan Pada Kehamila. Yulizawati, 2017)

Tabel 2.3 Standar Minimal Asuhan Antenatal : “14 T”

1. Timbang berat 8. Pemeriksaan protein urin


badan 9. Pemeriksaan urin reduksi
2. Tinggi fundus uteri 10. Perawatan payudara
3. Tekanan darah 11. Senam hamil
4. Tetanus toxoid 12. Pemberian obat anti
5. Tablet Fe malaria
6. Tes PMS 13. Pemberian kapsul
7. Pemeriksaan Hb yodium
14. Temu wicara
(Sumber : Buku Asuhan Kebidanan Pada Kehamila. Yulizawati, 2017)

e. Ketidaknyamanan Saat Kehamilan

1) Trimester III

a) Sering kencing

Keluhan sering kencing karena tekanannya kandung kemih

oleh uterus yang semakin membesar dan menyebabkan

kapasitas kandung kemih berkurang serta frekuensi berkemih

meningkat.
13

Menjelang akhir kehamilan, presentasi terendah sering

ditemukan janin yang memasuki pintu atas panggul, sehingga

menyebabkan dasar kandung kemih terdorong ke depan dan ke

atas, mengubah permukaan yang semua konveks menjadi

konkaf akibat ada tekanan. Dalam menangani keluhan ini,

jelaskan kepada ibu bahwa sering kencing merupakan hal

normal akibat dari perubahan yang terjadi selama kehamilan,

menganjurkan ibu untuk mengurangi asupan cairan 2 jam

sebelum tidur agar istirahat ibu tidak akan terganggu (Munthe,

2019).

b) Varises

Varises vena banyak terjadi pada tungkai, vulva dan rectum.

Selain perubahan yang terjadi pada vena, penekanan uterus

yang membesar selama kehamilan pada vena panggul saat

duduk atau berdiri dan penekanan vena panggul saat duduk

atau berdiri dan penekanan vena kava interior saat ia berbaring

dapat menjadi penyebab varises. Cara mengatasi varises dan

kram diantaranya dengan latihan senam ringan selama

kehamilan dengan teratur, menjaga sikap tubuh yang baik, tidur

dengan posisi kaki sedikit lebih tinggi selama 10-15 menit dan

dalam keadaan miring, hindari duduk dengan posisi kaki

menggantung, serta mengkonsumsi suplemen kalsium

(Munthe, 2019).

Wasir atau hemoroid dirasakan pada bulan-bulan terakhir,

dan disebabkan karena progesterone serta adanya hambatan

arus
14

balik vena. Penatalaksanaan khusus dengan diet, reposisi

digital, kadang operasi jika terjadi trombosis (kolaborasi

dengan dokter). Asuhan yang diberikan dengan nasihat untuk

mencegah konstipasi (Masruroh, 2017).

c) Sesak nafas

Terasa pada saat usia kehamilan lanjut (33-36 minggu).

Disebabkan oleh pembesaran Rahim yang menekan daerah

dada. Dapat diatasi dengan senam hamil (latihan pernafasan),

pegang kedua tangan diatas kepala yang akan memberi ruang

bernafas yang lebih luas (Masruroh, 2017).

d) Bengkak dan kram pada kaki

Dikarenakan adanya perubahan hormonal yang

menyebabkan retensi cairan. Yang harus dilakukan adalah

dengan segera berkonsultasi dengan dokter jika bengkak yang

dialami pada kelopak mata, wajah dan jari disertai tekanan

darah tinggi, sakit kepala, pandangan mata kabur (tanda

preeklampsi). Kurang asupan makanan yang mengandung

garam, hindari duduk dengan kaki bersilang, gunakan bangku

kecil untuk menopang kaki ketika duduk, memutar pergelangan

kaki juga perlu dilakukan (Masruroh, 2017).

e) Gangguan tidur dan mudah lelah

Gangguan tidur dan mudah lelah adalah salah satu keluhan

yang paling sering dilaporkan oleh ibu hamil. Pada trimester II


15

hampir semua wanita mengalami gangguan tidur, cepat lelah

pada kehamilan disebabkan nocturia (sering kencing di malam

hari), terbangun di malam hari dan mengganggu tidur yang

nyenyak. Untuk cara mengatasinya anjurkan ibu untuk mandi

air hangat, minum air hangat, lakukan aktivitas yang tidak

menimbulkan stimulus sebelum tidur (Munthe, 2019).

f) Nyeri perut bawah

Nyeri perut bagian bawah biasa dikeluhkan 10-30% ibu

hamil ini disebabkan karena tertariknya ligamentum, sehingga

menimbulkan nyeri seperti kram ringan dan atau terasa seperti

tusukan yang akan lebih terasa akibat gerakan tiba-tiba,

dibagian perut bawah (Munthe, 2019).

Yang dapat dilakukan bidan terkait nyeri fisiologis pada

bagian bawah perut pada masa kehamilan, yaitu :

(1) Menganjurkan ibu untuk menghindari berdiri secara tiba-

tiba dari posisi jongkok

(2) Mengajarkan ibu posisi tubuh yang baik, sehingga

memperingan gejala nyeri yang mungkin timbul (Munthe,

2019).

g) Heartburn

Sebesar 17-45% wanita hamil mengeluhkan rasa terbakar

atau dalam Bahasa medis disebut juga Heartburn. Ini

disebabkan oleh peningkatan hormone progesterone, estrogen,


16

relaxing yang mengakibatkan relaksasi otot-otot dan organ

termasuk pencernaan. Hak tersebut menurunkan ritme dan

mortalitas lambung serta penurunan tekanan spingter

esophagus bawah. Akibatnya makanan yang masuk cenderung

lambat dicerna sehingga makanan relative menumpuk.

Langkah pertama untuk mengurangi keluhan itu heartburn

adalah dengan memperbaiki pola hidup, misalkan menghindari

makan tengah malam, makan dengan porsi besar,

memposisikan kepala, lebih tinggi pada saat terlentang atau

tidur (Munthe, 2019).

f. Perubahan Psikologi dalam Kehamilan

1) Perubahan psikologis pada Kehamilan

a) Perubahan yang terjadi pada trimester III

(1) Rasa tidak nyaman timbul kembali, merasa dirinya jelek,

aneh dan tidak menarik.

(2) Merasa tidak menyenangkan ketika bayi tidak lahir tepat

waktu.

(3) Takut akan rasa sakit dan bahaya fisik yang akan timbul

pada saat melahirkan, khawatir akan keselamatannya.

(4) Khawatir bayi akan dilahirkan dalam keadaan tidak normal,

bermimpi yang mencerminkan perhatian dan

kekhawatirannya.

(5) Ibu tidak sabar menunggu kelahiran bayinya.

(6) Semakin ingin menyudahi kehamilannya.


17

(7) Aktif mempersiapkan kelahiran bayinya

(8) Bermimpi dan berkhayal tentang bayinya (Yulizawati,

2017).

g. Kebutuhan Nutrisi Pada Ibu Hamil

1) Karbohidrat

Merupakan sumber utama dalam makanan sehari hari.

Sebenarnya tidak ada rekomendasi tetap mengenai asupan minimal

karbohidrat bagi ibu hamil dan ibu menyusui. Namun bila di US

dan Kanada rekomendasi asupan karbohidrat bagi ibu hamil

sebesar 175 gram per hari dan bagi ibu menyusui sebesar 210 gram

per hari (Yulizawati, 2017).

2) Protein

Pada trimester awal kehamilan, pada ibu hamil usia 19- 50

tahun kebutuhan asupan protein sebesar 46 gram per hari. Pada

trimester II dan III 60 gram per hari. Protein pada kehamilan

berguna untuk membantu sintesis jaringan maternal dan

pertumbuhan janin (Yulizawati, 2017).

3) Lemak

Rekomendasi intake lemak dalam masa kehamilan sebesar 20-

35% dari total energi keseluruhan. Lemak membantu penyerapan

vitamin larut lemak yaitu vitamin A, D, E, dan K. Selama

kehamilan, janin mengambil asam lemak sebagai sumber makanan

dari ibu. Namun pada trimester III janin dapat membuat asam

lemak sendiri
18

yang berguna untuk menaikkan berat badan saat lahir nanti

(Yulizawati, 2017).

h. Tanda Bahaya Dalam Kehamilan.

Setiap kunjungan antenatal bidan harus mengajarkan kepada ibu

hamil untuk mengenali tanda–tanda bahaya pada kehamilan maupun

persalinan. Tanda bahaya ini jika tidak terdeteksi maka akan

mengakibatkan kematian. Untuk mengantisipasi ini maka tidak hanya

ibu hamil saja yang perlu mengerti tentang tanda bahaya tetapi suami

dan keluarganya khususnya orang penting yang berhak memberi

keputusan apabila terjadi kagawat daruratan harus juga mengetahui

tentang tanda bahaya (Tyastusti, 2016).

Ada 6 tanda bahaya selama periode antenatal adalah :

a) Perdarahan per vagina

Perdarahan tidak normal yang terjadi pada awal kehamilan

(perdarahan merah, banyak atau perdarahan dengan nyeri),

kemungkinan abortus, mola atau kehamilan ektopik.

Perdarahan tidak normal pada kehamilan lanjut (perdarahan merah,

banyak, kadang – kadang, tidak selalu, disertai rasa nyeri) bisa

berarti plasenta previa atau solusio plasenta (Tyastusti, 2016).

b) Sakit kepala yang hebat, menetap yang tidak hilang.

Sakit kepala hebat dan tidak hilang dengan istirahat adalah gejala

preeklampsia (Tyastusti, 2016).


19

c) Perubahan visual secara tiba – tiba (pandangan kabur)

Masalah penglihatan pada ibu hamil yang secara ringan dan

tidak mendadak kemungkinan karena pengaruh hormonal. Tetapi

kalau perubahan visual yang mendadak misalnya pandangan kabur

atau berbayang dan disertai sakit kepala merupakan tanda

preeklampsia (Tyastusti, 2016).

d) Nyeri abdomen yang hebat

Nyeri abdomen yang tidak ada hubungan dengan persalinan

adalah tidak normal. Nyeri yang tidak normal apabila nyeri yang

hebat, menetap dan tidak hilang setelah beristirahat, hal ini

kemungkinan karena appendisitis, kehamilan ektopik, abortus

penyakit radang panggul, gastritis, penyakit kantung empedu,

abrupsio plasenta, infeksi saluran kemih dll (Tyastusti, 2016).

e) Bengkak pada muka atau tangan.

Hampir separuh ibu hamil mengalami bengkak normal pada

kaki yang biasanya muncul pada sore hari dan biasanya hilang

setelah beristirahat atau meninggikan kaki. Bengkak dapat

menunjukkan tanda bahaya apabila muncul pada muka dan tangan

dan tidak hilang setelah beristirahat dan disertai keluhan fisik lain.

Hal ini dapat merupakan tanda anemia, gagal jantung atau

preeklampsia (Tyastusti, 2016).


20

f) Bayi bergerak kurang dari seperti biasanya

Ibu hamil akan merasakan gerakan janin pada bulan ke 5 atau

sebagian ibu merasakan gerakan janin lebih awal. Jika bayi tidur

gerakannya akan melemah. Bayi harus bergerak paling sedikit 3x

dalam periode 3 jam. Gerakan bayi akan lebih mudah terasa jika

ibu berbaring atau beristirahat dan jika ibu makan dan minum

dengan baik (Tyastusti, 2016).

3. Persalinan

a. Definisi

Persalinan dan kelahiran, bagi banyak wanita yang merupakan

aspek-aspek yang paling mendebarkan. Seperti perubahan fisik dari

kehamilan itu sendiri, pemahaman akan proses-proses yang terlibat

membantu mengurangi kecemasan. Wanita yang hamil 9 bulan siap

untuk melahirkan, dan agar berpartisipasi penuh dalam pengalaman itu

dia semestinya menjadi tahu dengan semua kemungkinan yang ada.

Tetapi pengalaman setiap wanita secara hakiki bersifat pribadi dan

individu: Apakah dia melahirkan di rumah atau dirumah sakit, dan

dengan atau tanpa obat-obatan dan dengan atau tampa kehadiran

pasangannya atau teman pada akhirnya dia sendiri yang harus

memutuskan (Elisabeth, 2019).

Fokus utama asuhan persalinan normal adalah mencegah terjadinya

komplikasi. Hal ini merupakan suatu pergeseran paradigma dari sikap

menunggu dan menangani komplikasi, menjadi mencegah komplikasi


21

yang mungkin terjadi. Pencegahan komplikasi selama persalinan dan

setelah bayi baru lahir akan mengurangi kesakitan dan kematian ibu

serta bayi baru lahir (Elisabeth, 2019).

Tujuan asuhan persalinan normal adalah mengupayakan

kelangsungan hidup dan mencapai derajat kesehatan yang tinggi bagi

ibu dan bayinya. persalinan normal harus didukung oleh adanya alasan

yang kuat dan berbagai bukti ilmiah yang dapat menunjukan adanya

manfaat apabila diaplikasikan pada setiap proses persalinan (Yuni,

2018).

Persalinan normal WHO adalah persalinan yang dimulai secara

spontan beresiko rendah pada awal persalinan dan tetap demikian

selama proses persalinan, bayi dilahirkan spontan dengan presentasi

kepala kepada usia kehamilan antara usia kehamilan 27 hingga 37

lengkap. Setelah persalinan ibu dan bayi dalam keadaan baik (Yuni,

2018).

Persalinan adalah rangkaian peristiwa keluarga bayi yang sudah

cukup berada dalam rahim ibunya, dengan disusul oleh keluarnya

plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu. Dalam ilmu kebidanan, ada

berbagai jenis persalinan, diantaranya adalah persalinan spontan,

pesalinan buatan, dan persalinan anjuran. Persalinan spontan adalah

persalinan yang berlangsung dengan adanya kekuatan ibu melalui jalan

lahirnya. Persalinan buatan adalah proses persalinan yang berlangsung

yang dibantu dengan tenaga dari luar atau selain dari ibu yang akan
22

melahirkan. Tenaga yang dimaksud, misalnya ekstraksi forcep, atau

ketika dilakukan operasi sectio caesaria. Berbeda dengan persalinan

anjuran, yaitu proses persalinan yang tidak dimulai dengan proses yang

seperti biasanya, akan tetapi baru berlangsung setelah pemecahan

ketuban, pemberian pytocin, atau prostaglandin (Yuni, 2018).

b. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Persalinan

Pada setiap persalinan harus diperhatikan faktor-faktor yang

mempengaruhinya. faktor-faktor inilah yang akan menjadi penentuan

dan pendukung jalanya persalinan dan sebagai acuan melakukan

tindakan tertentu pada saat terjadinya proses persalinan, faktor-faktor

tersebut di antaranya :

1) Power (tenaga yang mendorong bayi keluar)

Seperti his atau kontraksi uterus kekuatan ibu mengedan,

kontraksi diafragma, dan ligamentum action terutama ligamentum

rotundum (Yuni, 2018).

2) Passage (faktor jalan janin)

Perubahan pada serviks, pendataran serviks, pembukaan servik

dan perubahan pada vagina dan dasar panggul (Yuni, 2018).

3) Passager

Passager utama lewat jalan lahir adalah janin. Ukuran kepala

janin lebih lebar daripada bagian bahu, kurang lebih seperempat

dari panjang ibu. 96% bayi dilahirkan dengan bagian kepala lahir
23

pertama. Passanger terdiri dari janin, plasenta, dan selaput ketuban

(Yuni, 2018).

4) Psikis ibu

Penerimaan klien atas jalannya perawatan antenatal (petunjuk

dan persiapan untuk menghadapi persalinan), kemampuan klien

untuk bekerjasama dengan penolong, dan adaptasi terhadap rasa

nyeri persalinan (Yuni, 2018).

5) Penolong

Penolong merupakan tenaga kesehatan yang membantu

persalinan seperti dokter atau bidan (Yuni, 2018).

c. Tahapan Persalinan

Pada proses persalinan di bagi 4 kala yaitu:

1) Kala I : Pembukaan

Waktu untuk pembukaan serviks sampai menjadi pembukaan

lengkap (10 cm). Dalam kala pembukaan di bagi menjadi 2 fase :

a) Fase laten

Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan

dan pembukaan serviks secara bertahap.

Pembukaan kurang dari 4 cm dan biasanya berlangsung kurang

dari 8 jam (Elisabeth, 2019).


24

b) Fase aktif

(1) Frekuensi dan lama kontraksi uterus umumnya meningkat

(kontraksi adekuat / 3 kali atau lebih dalam 10 menit dan

berlangsung selama 40 detik atau lebih).

(2) Serviks membuka dari 4 sampai 10, biasanya dengan

kecepatan 1 cm/lebih perjam hingga pembukaan lengkap.

(3) Terjadi penurunan bagian terbawah janin.

(4) Berlangsung selama 6 jam dan di bagi atas 3 fase, yaitu :

(a) Periode akselerasi, berlangsung selama 2 jam

pembukaan menjadi 4 cm.

(b) Periode dilatasi maksimal, berlangsung selama 2 jam

pembukaan berlangsung cepat dari 4 menjadi 9 cm.

(c) Periode diselerasi, berlangsung lambat dalam waktu 2

jam pembukaan 9 cm menjadi 10 cm (lengkap).

2) Kala II : Kala Pengeluaran Janin

Waktu uterus dengan kekuatan his ditambah kekuatan mengejan

mendorong janin hingga keluar.

Pada kala II ini memiliki ciri khas :

a) His terkoordinir, kuat, cepat dan lebih lama kira- kira 2-3 menit

sekali.

b) Kepala janin telah turun masuk ruang panggul dan

menimbulkan rasa ingin mengejan.

c) Tekanan pada rektum, ibu merasa ingin BAK.


25

d) Anus membuka.

Pada his kepala janin mulai kelihatan, vulva membuka dan

perineum meregang, dengan his dan mengejan yang terpimpin

kepala akan lahir dan diikuti seluruh badan janin.

Lama pada kala II ini pada primi dan multipara berbeda yaitu:

a) Primipara kala II berlangsung 1,5 jam -2 jam

b) Multipara kala II berlangsung 0,5 jam – 1

jam Pimpin persalinan

Ada dua cara ibu mengejan pada kala II yaitu menurut dalam letak

berbaring, merangkul kedua padanya dengan kedua lengan sampai batas

siku, kepala diangkat sedikit sehingga dagu mengenai dada, mulut dikatup

tetapi badan miring dimana punggung janin berapa dan hanya satu kaki

yang dirangkul yaitu yang sebelah atas (Elisabeth, 2019).

3) Kala III : Kala Uri

Yaitu waktu pelepasan dan pengeluaran uri (plasenta). Setelah

bayi lahir kontraksi rahim berhenti sebentar, uterus teraba keras

dengan fundus uteri setinggi pusat dan berisi plasenta yang menjadi

tebal 2 kali sebelumnya. Beberapa saat kemudian timbul his

pengeluaran dan pelepasan uri. Dalam waktu 1-5 menit plasenta

terlepas terdorong ke dalam vagina dan akan lahir spontan atau

dengan sedikit dorongan, seluruh proses biasanya berlangsung 5-30

menit setelah bayi lahir dan pada pengeluaran plasenta biasanya di

sertai dengan pengeluaran darah kira-kira 100-200 cc.


26

Tanda kala III terdiri dari 2 fase :

a) Fase pelepasan uri

b) Fase pengeluaran uri

4) Kala IV (Tahap Pengawasan)

Tahapan ini digunakan untuk melakukan pengawasan terhadap

bahaya perdarahan. Pengawasan ini dilakukan selama kurang lebih

dari dua jam. Dalam tahap ini ibu masih mengeluarkan darah dari

vagina, tapi tidak banyak, yang berasal dari pembuluh darah yang

ada dinding rahim tempat terlepasnya plasenta, dan setelah

beberapa hari akan mengeluarkan cairan sedikit darah yang di

sebut lokhea yang berasal dari sisa-sisa jaringan (Elisabeth, 2019).

d. Mekanisme Persalinan Normal

Menurut Manuaba (1999) gerakan – gerakan janin dalam persalinan

adalah sebagi berikut :

1) Engagement (masuknya kepala) : kepala janin berfiksir pada pintu

atas panggul.

2) Descent (penurunan) penurunan di laksanakan oleh satu / lebih.

a) Tekanan cairan amnion

b) Tekanan langsung fundus pada bokong kontraksi otot

abdomen.

c) Ekstensi dan penelusuran badan janin.

d) Kekuatan mengejan.
27

3) Fleksion (fleksi). Fleksi di sebabkan karena anak di dorong maju

dan ada tekanan pada PAP, serviks, dinding panggul atau dasar

panggul. Pada fleksi ukuran kepala yang melalui jalan lahir kecil,

karena diameter fronto occopito di gantikan diameter sub occipito.

4) Internal rotation (rotasi dalam). Pada waktu terjadi pemutaran dari

bagian depan sedemikian rupa sehingga bagian terendah dari janin

memutar ke depan ke bawah simfisis (UUK berputar ke depan

sehingga dari dasar panggul UUK di bawah simfisis)

5) Extensition (ekstensi), Ubun – ubun kecil (UUK) di bawah simfisis

maka sub occiput sebagai hipomoklion, kepala mengadakan

gerakan defleksi (ekstensi).

6) External rotation (rotasi luar), Gerakan sesudah defleksi untuk

menyesuaikan kedudukan kapala denga punggung anak.

7) Expulsion (ekspusi) : terjadi kelahiran bayi seluruhnya.

e. Komplikasi Persalinan

1) Kala I dan II

a) Persalinan lama

b) Partus presipitatus

c) Distosia

2) Kala III dan Kala IV

a) Pendarahan pada kala III

b) Atonia Uteri

c) Retensio Plasenta
28

d) Inversio Uteri

e) Embilo Air Ketuban

f. Asuhan Kebidanan dan Penatalaksanaan Ibu Bersalin Normal

Asuhan Persalinan pada Kala I (Kemenkes, 2013)

1) Asuhan yang diberikan yaitu beri dukungan dan dengarkan keluhan

ibu

2) Jika ibu tampak gelisah/kesakitan biarkan ia berganti posisi sesuai

keinginan, tapi jika ditempat tidur sarankan untuk miring kiri,

biarkan ia berjalan atau beraktivitas ringan sesuai kesanggupannya,

serta anjurkan suami atau keluarga memijat punggung atau

membasuh muka ibu, dan ajari teknik bernapas.

3) Jaga privasi ibu, gunakan tirai penutup dan tidak menghadirkan

orang lain tanpa seizin ibu.

4) Izinkan ibu untuk mandi atau membasuh kemaluannya setelah

buang air besar/kecil.

5) Jaga kondisi ruangan sejuk untuk mencegah kehilangan panas pada

bayi baru lahir, suhu ruangan minimal 25°C dan semua pintu serta

jendela harus tertutup.

6) Beri minum yang cukup untuk menghindari dehidrasi.

7) Sarankan ibu berkemih sesring mungkin.

8) Pantau parameter berikut secara rutin dengan menggunakan

partograf.
29

Tabel 2.4 Penilaian dan Intervensi Selama Kala I

Frekuensi Pada Kala Frekuensi Pada Kala


Parameter
I Laten I Aktif
Tekanan darah Tiap 4 jam Tiap 4 jam
Suhu Tiap 4 jam Tiap 2 jam
Nadi Tiap 30-60 menit Tiap 30-60 menit
Denyut Jantung Janin Tiap 1 jam Tiap 1 jam
Kontraksi Tiap 1 jam Tiap 30 menit
Pembukaan serviks Tiap 4 jam Tiap 4 jam
Penurunan kepala Tiap 4 jam Tiap 4 jam
Warna cairan amnion Tiap 4 jam Tiap 4 jam
(Sumber : Kemenkes. 2013. Pelayanan Kesehatan Ibu Di Fasilitas
Kesehatan Dasar Dan Rujukan, Jakarta)

Asuhan Persalinan pada Kala II, III, dan IV tergabung dalam 60 langkah APN :

Asuhan persalinan pada kala II

1) Mengamati tanda dan gejala persalinan kala dua.

a) Ibu mempunyai keinginan untuk meneran.

b) Ibu merasa tekanan yang semakin meningkat pada rektum dan vaginanya.

c) Perineum menonjol.

d) Vulva –vagina dan spingter anal membuka

2) Memastikan perlengkapan, bahan, dan obat-obatan esensial siap digunakan.

Mematahkan ampul oksitosin 10 unit dan menempatkan tabung suntik steril

sekali pakai di dalam partus set.

3) Mengenakan baju penutup atau celemek plastik yang bersih.

4) Melepaskan semua perhiasan yang dipakai dibawah siku, mencuci kedua

tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir dan mengeringkan tangan

dengan handuk satu kali pakai/ pribadi yang bersih.

5) Memakai satu sarung tangan DTT atau steril untuk semua permeriksaan dalam.
30

6) Mengisap oksitosin 10 unit ke dalam tabung suntik (dengan memakai sarung

tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril) dan meletakkan kembali di partus

set/wadah disinfeksi tingkat tinggi atau steril tanpa mengotaminasi tabung

suntik).

7) Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati dari depan

ke belakang dengan menggunakan kapas atau kasa yang sudah dibasahi air

disinfeksi tingkat tinggi. Jika mulut vagina, perineum, atau anus

terkontaminasi oleh kotoran ibu, membersihkannya dengan cara seksama

dengan cara menyeka dari depan ke belakang. Membuang kapas atau kasa

yang terkontaminasi dalam wadah yang benar. Mengganti sarung tangan jika

terkontaminasi (meletakkan kedua sarung tangan tersebut dengan benar di

dalam larutan dekontaminasi).

8) Dengan menggunakan teknik aseptik, melakukan pemeriksaan dalam untuk

memastikan bahwa pembukaan serviks sudah lengkap. Bila selaput ketuban

belum pecah, sedangkan pembukaan sudah lengkap, lakukan amniotomi.

9) Mendekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan yang

masih memakai sarung tangan kotor kedalam larutan klorin 0,5 % selama 10

menit. Mencuci kedua tangan (seperti diatas).

10) Memeriksa Denyut Jantung Janin (DJJ) setelah kontraksi berakhir untuk

memastikan bahwa DJJ dalam batas normal (100-180 x/menit).

a) Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal

b) Mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan dalam, DJJ, dan semua hasil-

hasil penilaian serta asuhan lainnya pada partograf.


31

11) Memberi tahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin bayi.

Membantu ibu berada dalam posisi yang nyaman sesuai dengan keinginannya.

a) Menunggu hingga ibu mempunyai keinginan untuk meneran. Melanjutkan

pemantauan kesehatan dan kenyamanan ibu serta janin sesuai dengan

pedoman persalinan aktip dan pendokumentasikan temuan-temuan

b) Menjelaskan kepada anggota keluarga bagaimana mereka dapat

mendukung dan member semangat kepada ibu saat ibu mulai meneran.

12) Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisiibu untuk meneran. (pada

saat ada his, bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan ibu merasa

nyaman)

13) Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat untuk

meneran:

a) Membimbing ibu untuk meneran saat ibu mempunyai keinginanuntuk

meneran.

b) Mendukung dan member semangat atas usaha ibu untukmeneran.

c) Membantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai dengan pilihannya

(tidak meminta ibu berbaring terlentang)

d) Menganjurkan ibu untuk beristirahat di antara kontraksi.

e) Menganjurkan keluarga untuk mendukung dan memberi semangat pada


ibu.

f) Mengajurkan asupan per oral.

g) Menilai DJJ setiap 5 menit.

h) Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan terjadi segera dalam

waktu 120 menit (2 jam) meneran untuk ibu primipara atau 60 menit (1

jam)
32

untuk ibu multipara, merujuk segera. Jika ibu tidak mempunyai keinginan

untuk meneran.

i) Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok, atau mengambil posisi

yang aman. Jika ibu belum ingin meneran dalam 60 menit, anjurkan ibu

untuk mulai meneran pada puncak kontraksi-kontraksi tersebut dan

beristirahat di antara kontraksi.

j) Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan terjadi segera setelah

60 menit meneran, merujuk ibu dengan segera.

14) Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm, letakkan

handuk bersih di atas perutibu untuk mengeringkan bayi

15) Meletakkan kain yang bersih dilipat 1/3 bagian di bawah bokong ibu.

16) Membuka partus set

17) Memakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan

18) Saat kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5-6 cm, lindungi perineum

dengan satu tangan yang dilapasi dengan kain tadi , letakkan tangan yang lain

di kepala bayi dan lakukan tekanan yang lembut dan tidak menghambat pada

kepala bayi, membiarkan kepala keluar perlahan-lahan. Meganjurkan ibu

meneran perlahan-lahan atau bernapas cepat saat kepala lahir.

19) Dengan lembut menyeka muka, mulut, dan hidung bayi dengan kain atau

kassa yang bersih

20) Memeriksa lilitan tali pusat dan mengambil tindakan yang sesuai jika hal itu

terjadi, dan kemudian meneruskan segera proses kelahiran bayi:


33

a) Jika tali pusat melilit leher janin dengan longgar, lepaskan lewat bagian

atas kepala bayi.

b) Jika tali pusat melilit leher dengan erat, mengklemnya di dua tempat dan

memotongnya.

21) Menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan

22) Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, tempatkan kedua tangan di

masing-masing sisi muka bayi. Menganjurkan ibu untuk meneran saat

kontraksi berikutnya, dengan lembut menariknya ke arah bawah dan ke arah

luar hingga bahu anterior muncul di bawah arkus pubis dan kemudian dengan

lembut menarik ke arah atas dan ke arah luar untuk melahirkan bahu posterior

23) Setelah kedua bahu dilahirkan, menelusurkan tangan mulai kepala bayi yang

berada di bagian bawah ke arah perineum, membiarkan bahu dan lengan

posterior lahir ke tangan tersebut. Mengendalikan kelahiran siku dan tangan

bayi saat melewati perineum, gunakan lengan bagian bawah untuk menyangga

tubuh bayi saat dilahirkan menggunakan tangan anterior (bagian atas) untuk

mengendalikan siku dan tangan anterior bayi saat keduanya lahir.

24) Setelah tubuh dari lengan lahir, menelusurkan tangan yang ada di atas

(anterior) dari punggung ke arah kaki bayi untuk menyangga saat punggung

dan kaki lahir. Memegang kedua mata kaki dengan hati-hati membantu

kelahiran kaki.

25) Menilai bayi dengan cepat (dalam 30 detik), kemudian meletakkan bayi di atas

perut ibu dengan posisi kepala bayi sedikit lebih rendah dari tubuhnya (bila

tali pusat terlalu pendek, meletakkan bayi di tempat yang memungkinkan).

Bila bayi mengalami asfiksia, lakukan resusitasi


34

26) Segera membungkus kepala dan badan bayi dengan handuk dan biarkan

kontak kulit ibu-bayi. Lakukan penyuntikan oksitoksin/i.m

27) Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3 cm dari pusat bayi.

Melakukan urutan pada tali pusat mulai dari klem ke arah ibu dan memasang

klem kedua 2 cm dari klem pertama (ke arah ibu)

28) Memegang tali pusat dengan satu tangan, melindungi bayi dari gunting dan

memotong tali pusatdi anatara dua klem tersebut.

29) Menegeringkan bayi, mengganti handuk yang basah dan menyelimuti bayi

dengan dengan kain atau selimut yang bersih dan kering, menutupi bagian

kepala bayi membiarkan tali pusat terbuka. Jika bayi mengalami kesulitan

bernapas. Jika bayi mengalami kesulitan bernapas, ambil tindakan yang

sesuai.

30) Membiarkan bayi kepada ibunya dan menganjurkan ibu untuk memeluk

bayinya dan memulai pemberian ASI jika ibu menghendakinya

Asuhan persalinan pada kala III

31) Meletakkan kain yang bersih dan kering. Melakukan palpasi abdomen untuk

menghilangkan kemungkinan adanya bayi kedua

32) Memberitahu kepada ibu bahwa ia akan disuntik

33) Dalam waktu 2 menit setelah kelahiran bayi, berikan suntikan oksitoksin 10 unit

I.M di gluteus atau 1/3 atas paha kanan ibu bagian luar, setelah

mengaspirasinya terlebih dahulu.

34) Memindahkan klem pada tali pusat


35

35) Meletakkan satu tangan di atas kain yang ada di perut ibu, tepat di atas tulang

pubis, dan menggunakan tangan ini untuk melakukan palpasi kontraksi dan

menstabilkan uterus. Memegang tali pusat dan klem dengan tangan yang lain

36) Menunggu uterus berkontraksi dan kemudian melakukan penegangan ke arah

bawah pada tali pusat dengan lembut. Lakukan tekanan yang berlawanan arah

pada bagian.

37) Setelah plasenta terlepas, meminta ibu untuk meneran sambil menarik tali

pusat ke arah bawah dan kemudian ke arah atas, mengikuti kurva jalan lahir

sambil meneruskan tekanan berlawanan arah pada uterus.

a) Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak sekitar

5-10 cm dari vulva

b) Jika tali pusat tidak lepas setelah melakukan penegangan tali pusat selama

15 menit :

(1) Mengulangi pemberian oksitoksin 10 unit I.M

(2) Menilai kandung kemih dan dilakukan katerisasi kandung kemih

dengan menggunakan teknik aseptik jika perlu

(3) Meminta keluarga untuk menyiapkan rujukan

(4) Mengulangi penegangan tali pusat selama 15 menit berikutnya.

(5) Merujuk ibu jika plasenta tidak lahir dalam waktu 30 menit sejak

kelahiran bayi

38) Jika plasenta terlihat di introitus vagina, melanjutkan kelahiran plasenta

dengan menggunakan kedua tangan. Memegang plasenta dengan dua tangan

dengan hati-hati memutar plasenta hingga selaput ketuban terpilin. Dengan

lembut
36

perlahan melahirkan selaput ketuban tersebut. Jika selaput ketuban robek,

memakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril dan memeriksa

vagina dan serviks ibu dengan seksama. Menggunakan jari-jari tangan atau

klem atau forseps disinfeksi tingkat tinggi atau steril untuk melepaskan bagian

selaput yang tertinggal.

39) Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase uterus,

meletakkan telapak tangan di fundus dan melakukan masase dengan gerakan

melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi (fundus menjadi keras).

40) Memeriksa kedua plasenta baik yang menempel ke ibu maupun janin dan

selaput ketuban untuk memastikan bahwa plasenta dan selaput ketuban

lengkap dan utuh. Meletakkan plasenta di dalam kantung plastik atau tempat

khusus. Jika uterus tidak berkontraksi setelah melakukan masase selam 15

detik mengambil tindakan yang sesuai

41) Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan segera menjahit

laserasi yang mengalami perdarahan aktif.

Asuhan persalinan pada kala IV

42) Menilai ulang uterus dan memastikannya berkontraksi dengan baik

43) Mencelupkan kedua tangan yang memakai sarung tangan ke dalam larutan

klorin 0,5%; membilas kedua tangan yang masih bersarung tangan tersebut

dengan air disinfeksi tingkat tinggi dan mengeringkannya dengan kain yang

bersih dan kering.


37

44) Menempatkan klem tali pusat disinfeksi tingkat tinggi atau steril atau

mengikatkan tali disinfeksi tingkat tinggi dengan simpul mati sekeliling tali

pusat sekitar 1 cm dari pusat.

45) Mengikat satu lagi simpul mati di bagian pusat yang berseberangan dengan

simpul mati yang pertama.

46) Melepaskan klem bedah dan meletakkannya ke dalam larutan klorin 0,5%.

47) Menyelimuti kembali bayi atau menutupi bagian kepalanya. Memastikan

handuk atau kainnya bersih atau kering.

48) Menganjurkan ibu untuk melakukan pemberian ASI

49) Melanjutkan pemantauan kontraksi uterus dan perdarahan vagina.

a) 2-3 kali dalam 15 menit pertama pascapersalinan

b) Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pascapersalinan

c) Setiap 20-30 menit pada jam kedua pascapersalinan

d) Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, laksanakan perawatan yang

sesuai untuk menatalaksana atonia uterus

e) Jika ditemukan laserasi yang memerlukan penjahitan, lakukukan

penjahitan dengan anestesia lokal dan menggunakan teknik yang sesuai

50) Mengajarkan pada ibu/keluarga bagaimana melakukan masase uterus dan

memeriksa kontraksi uterus.

51) Mengevaluasi kehilangan darah.

52) Memeriksa tekanan darah, nadi, dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit

selama satu jam pertama pascapersalinan dan setiap 30 menit selama jam

kedua pascapersalinan.
38

a) Memeriksa temperatur suhu tubuh sekali setiap jam selama dua jam

pertama pasca persalinan.

b) Melakukan tindakan yang sesuai dengan temuan yang tidak normal

53) Menempatkan semua peralatan di dalam larutan klorin 0,5% untuk

dekontaminasi (10 menit). Mencuci dan membilas pakaian setelah

dekontaminasi.

54) Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi ke dalam tempat sampah yang

sesuai.

55) Membersihkan ibu dengan menggunakan air disenfeksi tingkat tinggi.

Membersihkan cairan ketuban, lendir dan darah. Membantu ibu memakai

pakaian yang bersih dan kering.

56) Memastikan bahwa ibu nyaman. Membantu ibu memberikan ASI.

Menganjurkan keluarga untuk memberikan ibu minuman dan makanan yang

diinginkan

57) Mendekontaminasi daerah yang digunakan dengan larutan klorin 0,5% dan

membilas dengan air bersih

58) Mencelupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%, membalikkan

bagian dalam ke luar untuk merendamnya dalam larutan klorin 0,5% selama

10 menit

59) Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir

60) Melengkapi partograf (halaman depan dan belakang) (Kemenkes, 2013)


39

g. Partograf

1) Pengertian Partograf

Partograf adalah alat bantu yang digunakan selama fase aktif

persalinan (Sari dan kurnia, 2014).

2) Kegunaan partograf

a) Mencatat kemajuan persalinan

b) Mencatat kondisi ibu dan janin

c) Mancatat asuhan yang diberikan selama persalinan

d) Mendeteksi secara dini penyulit persalinan

e) Membuat keputusan klinik cepat dan tepat (Kemenkes RI,

2015) Petugas harus mencatat kondisi ibu dan janin sebagai

berikut:

a) Denyut jantung janin. Catat setiap satu jam.

b) Air ketuban. Catat warna air ketuban setiap melakukan

pemeriksaan vagina, dengan menggunakan kode :

U : Selaput Utuh,

J : Selaput pecah, air ketuban Jernih,

M : Air ketuban bercampur Mekonium,

D : Air ketuban bernoda Darah,

K : Tidak ada cairan ketuban/ Kering.

c) Perubahan bentuk kepala janin (molding atau molase), dengan

menggunakan kode :

0 : Sutura terpisah,
40

1 : Sutura (pertemuan dua tulang tengkorak) yang tepat/

bersesuaian,

2 : Sutura tumpang tindih tetapi dapat diperbaiki,

3 : Sutura tumpang tindih dan tidak dapat diperbaiki.

d) Pembukaan mulut rahim (serviks). Dinilai setiap 4 jam dan

diberi tanda silang (x).

e) Penurunan : mengacu pada bagian kepala (dibagi 5 bagian)

yang teraba (pada pemeriksaan abdomen/luar) diatas simfisis

pubis; catat dengan tanda lingkaran (O) pada setiap

pemeriksaan dalam. Pada posisi 0/5, sinsiput (S) atau paruh

atas kepala berada disimfisis pubis.

f) Waktu : menyatakan berapa jam waktu yang telah dijalani

sesudah pasien diterima.

g) Jam, catat jam sesungguhnya.

h) Kontrasksi, Catat setiap setengah jam; lakukan palpasi untuk

menghitung banyaknya kontrasksi dalam 10 menit dan lamanya

tiap-tiap kontrasksi dalam hitungan detik:

(1) Kurang dari 20 detik;

(2) Antara 20 dan 40 detik;

(3) Lebih dari 40 detik.

i) Oksitosin. Jika memakai oksitosin, catatlah banyaknya

oksitosin pervolume cairan infus dan dalam tetesan per menit.

j) Obat yang diberikan. Catat semua obat yang dibrikan.


41

k) Nadi. Catatlah setiap 30-60 menit dan tandai dengan sebuah

titik besar.

l) Tekanan darah. Catatlah setiap 4 jam dan tandai dengan anak

panah.

m) Suhu badan. Catatlah setiap 2 jam.

n) Protein, aseton dan protein urin. Catatlah setiap kali ibu

berkemih. Jika temuan-temuan melintas kearah kanan dari garis

waspada, petugas kesehatan harus melakukan penilaian

terhadap kondisi ibu dan janin dan segera mencari rujukan yang

tepat (Saifuddin, 2014).

4. Bayi Baru Lahir (BBL)

a. Definisi

Neonatus (bayi baru lahir) merupakan bayi berusia 0-1 bulan

(biasanya dari bayi lahir sampai 28 hari). Bayi dan balita merupakan

fase lanjutan dari neonatus. Masa-masa ini sangat penting dan

memerlukan perhatian serta perawatan khusus. Neonatus dapat

dibedakan menjadi dua kategori, yaitu neonatus dini (bayi berusia 0-7

hari) dan neonatus lanjut (bayi berusia 7-28 hari). Bayi yang dimaksud

di sini adalah anak berusia 1 bulan-1 tahun. Secara umum anak di

bawah usia 5 tahun disebut bayi. Dan balita merupakan bayi berusia

antara 1 tahun hingga 5 tahun (Saputra, 2014).

Asuhan neonatus, bayi, dan balita bertujuan memberikan asuhan

secara komprehensif kepada bayi baru lahir, baik pada saat masih di
42

ruang perawatan maupun pada saat dipulangkan, memberikan asuhan

secara komprehensif kepada bayi dan balita, serta mengajarkan

orangtua tentang cara merawat bayi dan memotivasi mereka agar

menjadi orangtua yang percaya diri (Saputra, 2014)

Berat badan neonatus pada saat kelahiran, ditimbang dalam satu

jam setelah lahir. Bayi berat lahir cukup 2.500gram - 4.000gram. Bayi

berat lahir lebih > 4.000gram. Bayi berat lahir rendah (BBLR)

1.500gram - < 2.500gram. Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR)

1.000gram – 1.500gram. Bayi berat lahir amat sangat rendah

(BBLASR) < 1.000gram (Saputra, 2014).

b. Ciri-ciri Bayi Baru Lahir

1) Berat badan 2500-4000 gram

2) Panjang badan 48-52 cm

3) Lingkar dada 30-38 cm

4) Lingar kepala 33-35 cm

5) Frekuensi jantung 120-160 x/menit

6) Pernapasan ±40-60 x/menit

7) Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan sub kutan cukup

8) Rambut lanugo tidak terlihat, rambut kepala biasanya telah

sempurna

9) Kuku agak panjang dan lemas

10) Genitalia

Perempuan : Labia mayora sudah menutupi labia minora


43

Laki-laki : Testis sudah turun, skortum sudah ada

11) Reflek hisap dan menelan sudah berbentuk dengan baik

12) Reflek morro atau gerak memeluk bila dikagetkan sudah baik

13) Reflek graps atau menggenggam sudah baik

14) Reflex rooting mencari puting susu dengan rangsangan taktil pada

pipi dan daerah mulut terbentuk baik

15) Eliminasi baik, meconium akan keluar dalam 24 jam pertama,

meconium berwarna hitam kecoklatan (Saputra, 2014).

Tabel 2.5 Tanda APGAR Skor

Tanda Nilai : 0 Nilai : 1 Nilai : 2


Appearance Pucat/biru Tubuh merah, Seluruh tubuh
(Warna Kulit) seluruh tubuh ekstermitas biru kemerahan
Pulse (Denyut
Tidak ada <100 >100
Jantung)
Grimace (Tonus Sedikit gerakan
Tidak ada Batuk./bersin
Otot) mimic
Activity Sedikit fleksi
Tidak ada Gerak aktif
(Aktivitas) pada ekstremitas
Respiration Lemah/tidak
Tidak ada Menangis kuat
(Pernapasan) teratur
(Sumber : Asuhan Neonatus, Bayi dan Balita. Saputra, 2014)
Interprestasi :

1) Nila 1-3 asfiksia berat

2) Nilai 4-6 asfiksia sedang

3) 7-10 asfiksia ringan (normal)

c. Tahapan Bayi Baru Lahir

1) Tahapan I terjadi segera lahir, selama menit-menit pertama

kelahiran. Pada tahap ini digunakan sistem scoring APGAR untuk

fisik dan scoring grade untuk interaksi bayi dan ibu


44

2) Tahap II disebut tahap transisional rektivitas. Pada tahap II

dilakukan pengkajian selama 24 jam pertama terhadap adanya

perubahan perilaku

3) Tahap III disebut tahap periodik, pengkajian dilakukan setelah 24

jam pertama yang meliputi pemeriksaan seluruh tubuh (Saputra,

2014).

d. Adaptasi Bayi Baru Lahir

1) Adaptasi bayi baru lahir terhadap kehidupan di luar uterus

Adaptasi neonatal (bayi baru lahir) adalah proses penyesuaian

fungsional neonatus dari kehidupan di dalam uterus kekehidupan

diluar uterus. Perubahan-perubahan yang terjadi setelah proses

kelahiran sebagai berikut:

a) Perubahan sistem respirasi

Sistem pernapasan pada neonatus adalah sistem organ yang

digunakan untuk pertukaran gas pada masa kehidupan pertama

diluar Rahim sampai dengan usia 28 hari, dimana terjadi

perubahan yang sangat besar dari kehidupan didalam Rahim

menjadi diluar Rahim. Perubahan yang terjadi pada sistem

pernapasan adalah selama dalam kandungan, janin

mendapatkan oksigen dari pertukaran gas melalui plasenta.

Setelah bayi lahir pertukaran gas melalui paru-paru (Hj

deslindel, 2011).
45

Faktor-faktor yang berperan pada rangsangan nafas pertama

bayi adalah :

a) Hipoksia pada akhir persalinan dan rangsangan fisik

lingkungan luar rahim yang merangsang pusat pernafasan

di otak.

b) Tekanan terhadap rongga dada, yang terjadi karena

kompresi paru - paru selama persalinan, yang merangsang

masuknya udara ke dalam paru - paru secara mekanis.

c) Penimbunan karbondioksida (CO2)

Setelah bayi lahir, kadar CO2 meningkat dalam darah

dan akan merangsang pernafasan. Berkurangnya O2 akan

mengurangi gerakan pernafasan janin, tetapi sebaliknya

kenaikan CO2 akan menambah frekuensi dan tingkat

gerakan pernapasan janin.

d) Perubahan suhu

e) Keadaan dingin akan merangsang pernapasan (Hj deslindel,

2011).

2) Perubahan sistem kardiovaskular

Perubahan kardiovaskular terjadi akibat perubahan tekanan pada

seluruh sistem pembuluh darah tubuh. Terdapat hukum yang

menyatakan bahwa darah akan mengalir pada daerah-daerah yang

mempunyai resistensi yang kecil. Perubahan sistem kardiovaskular

yang terjadi yaitu :


46

a) Penutupan voramen ovale

b) Penutupan atreiosus botolo

c) Vena dan arterium bikalis

d) Perubahan sistem termogenik

3) Perubahan sistem urinarius

a) Neonatus harus buang air kecil dalam waktu 24 jam setelah

lahir dengan jumlah urine sekitar 20-30 ml/hari dan meningkat

menjadi 100-200 ml/hari pada waktu akhir minggu pertama.

Urine yang bagus adalah encer, warna kekuningan-kuningan,

dan tidak berbau.

b) Fungsi ginjal belum sempurna karena jumlah nefronmatur

belum sebanyak orang dewasa dan ketidak seimbangan antara

duan permukaan glomerulus dan volume tubuh lusproksimal

serta blood flow pada neonatus kurang bila dibandingkan

dengan orang dewasa.

4) Perubahan suhu tubuh

Mekanisme kehilangan panas tubuh bayi baru lahir dengan 4

cara:

a) Evaporasi : kehilangan panas dapat terjadi karena penguapan

cairan ketuban pada permukaan tubuh oleh panas bayi sendiri

karena setelah lahir, tubuh bayi tidak segera dikeringkan

kehilangan panas juga terjadi pada bayi yang cepat dimandikan

dan tubuhnya tidak segera dikeringkan dan diselimuti.


47

b) Konduksi : kehilangan panas melalui kontak langsung antara

tubuh bayi dengan permukaan yang dingin

c) Konveksi : kehilangan panas tubuh yang terjadi saat bayi

terpapar udara sekitar yang lebih dingin

d) Radiasi : kehilangan panas yang terjadi karena bayi

ditempatkan didekat benda-benda yang mempunyai suhu tubuh

lebih rendah dari suhu tubuh bayi.

5) Perubahan metabolisme

Luas permukaan tubuh neonatus relatif lebih luas dari tubuh

orang dewasa sehingga metabolisme basal per kg BB akan lebih

besar. Bayi baru lahir harus menyesuaikan diri dengan lingkungan

baru. Tenaga diperoleh dari metabolisme karbohidrat dan lemak.

Pada jam-jam pertama energi didapatkan dari perubahan

karbohidrat. Pada hari kedua, energy berasal dari pembakaran

lemak. Setelah mendapat susu kurang lebih pada hari keenam

pemenuhan kebutuhan energi bayi 60% didapatkan dari lemak dan

40% dari karbohidrat.

6) Perubahan peredaran darah

Fetus (janin) menerima oksigen makanan dari plasenta maka

seluruh darah fetus harus melalui plasenta. Semua darah tercampur,

yaitu darah yang direoksiogenisasi ketika meninggalkan fetus

untuk masuk kembali ke dalam plasenta.


48

7) Perubahan sistem gastroinstestinal

a) Kapasitas lambung neonatus sangat bervariasi dan tergantung

pada ukuran bayi, sekitar 30 – 90 ml. pengosongan di mulai

dalam beberapa menit pada saat pemberian makanan dan

selesai

2 – 4 jam setelah pemberian makan. Pengosongan ini di

pengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain waktu dan volume

makanan, jenis dan suhu makanan, serta faktor fisik.

b) Meconium yang ada dalam usus besar sejak 16 minggu

kehamilan diangkat dalam waktu 48 – 72 jam. Feses yang

pertama berwarna hijau kehitam-hitaman, keras, dan

mengandung empedu.

c) Refleksi gumoh dan refleksi batuk yang matang sudah

terbentuk dengan baik pada saat lahir.

8) Perubahan sistem Hepar

Segera setelah lahir, hati menunjukan perubahan biokimia dan

morfologis berupa kenaikan kadar protein dan penurunan kadar

lemak dan glikogen.

9) Perubahan Sistem Imunitas

a) Sistem imunitas neonatus masih belum matang sehingga

menyebabkan neonatus rentan terhadap berbagai infeksi dan

alergi.

b) Kekebalan alami juga disebabkan pada tingkat sel, yaitu oleh

sel darah yang membantu BBL membunuh mikroorganisme

asing.
49

c) ASI, terutama kolostrum, memberikan kekekbalan pasif kepada

bayi dalam bentuk :

(1) Laktoferin

(2) Lisosom

(3) Faktor antripsin

(4) Faktor bifindus

10) Perubahan – perubahan Sistem Reproduksi

Pada neonatus perempuan labia mayora dan labia minora

mengaburkan vestibulum dan menutupi klitoritas. Pada neonatus

laki – laki preptium biasanya tidak sepenuhnya tertarik masuk dan

testis sudah turun.

11) Perubahan Sistem Skeletal

Tubuh neonatus kelihatan sedikit tidak kelihatan proposonal,

tangan sedikit lebih panjang dari kaki, penggunaan neonatus

kelihatan lurus, dapat mengangkat dan memutar kepala ketika

menelungkup.

12) Perubahan Keseimbangan Air dan Fungsi Ginjal

Tubuh bayi baru lahir mengndung relatif banyak air dan kadar

natrium relatif lebih besar dari kalium karena ruang ekstraseluler

luas, fungsi ginjal belom sempurna karena jumlah nefron masih

belum sebanyak orang dewasa, ketidakseimbangan luas permukaan

glomelurus dan volume tubulus proksimal, serta renal blood flow

relative kurang bila dibandingkan dengan orang dewasa.


50

13) Perubahan Immunoglobulin

Pada neonatus tidak terdapat sel plasma pada sumsum tulang,

lamina propia ilium, serta apendiks. Plasenta merupakan sawar

sehingga fetus bebas dari antigen dan stress imunologis. Pada bayi

baru lahir hanya terdapat gama globulin G sehingga imunologi dari

ibu dapat melalui plasenta karena berat molekulnya kecil. Akan

tetapi, bila ada infeksi yang dapat melalui plasenta (lues,

toksoplasma, herpes simpleks, dan lain – lain), reaksi imunologis

dapat terjadi dengan pembentukan sel plasma dan antibody gamma

A, G, dan M.

14) Perubahan Traktus Digestivus

Traktus digestivus relatif lebih berat dan lebih panjang

dibandingkan dengan orang dewasa. Pada neonatus, traktus

digestivus mengandung zat yang berwarna hitam kehijauan yang

terdiri dari mukopolisakarida yang disebut mekonium. Pengeluaran

mekonium biasanya dalam 10 jam pertama dan dalam 4 hari

biasanya tinja sudah berbentuk dan berwarna biasa. Enzim dalam

traktus digestivus biasanya sudah terdapat pada neonatus, kecuali

amylase pancreas.

15) Perubahan keseimbangan asam basa

Derajat keasaman (PH) darah pada waktu lahir rendah karena

glikolisis anaerobic. Dalam 24 jam neonatus telah

mengompensasikan asidosis ini (Hj deslindel, 2011).


51

16) Perubahan-perubahan sistem neuromuscular

a) Dibandingkan dengan sistem tubuh lain, saraf neonatus

berkembang dengan baik secara anatomi maupun fisiologis.

Hal ini menyebabkan kegiatan refleks spina dan batang otak

dengan control minimal oleh lapisan luar serebrum pada bulan-

bulan awal. Interaksi sosial terjadi lebih awal.

b) Beberapa aktivitas refleks yang terdapat pada neonatus antara

lain:

(1) Pada mata, bagian pupil mata bila diberi cahaya normalnya

akan mengecil. Memeriksa mata dengan oftalmoskop untuk

melihat reflek merah. Jika tidak ada reflek tersebut, yaitu

pupil berwarna putih (katarak, glaukoma, retino blastoma)

maka rujuk bayi langsung ke ahli mata. Periksa juga mata

yang tampak normal. Misalnya untuk koloboma, suatu

defek berbentuk kunci pada iris. Yang paling sering adalah

defek berbentuk lubang kunci pada iris di bagian inferior.

Juga dapat mengenai koroid dan struktur lainnya.

Penglihatan dapat normal pada kasus ringan, namun buruk

jika saraf optikus terlibat.

(2) Rooting reflek (reflek mencari puting susu), bayi akan

menoleh kearah dimana terjadi sentuhan pada pipinya. bayi

akan membuka mulutnya apabila bibirnya disentuh dan


52

berusaha untuk menghisap benda yang disentuhkan tersebut

(Dwiendar, 2014).

(3) Grasp reflek (reflek menggenggam), bila jari kita

menyentuh telapak tangan, maka jari-jarinya akan

menggenggam dengan kuat (Dwiendar, 2014)

(4) Babinski reflek (pada anggota bawah telapak kaki, bila jari-

jari yang lain membeber dan membengkok kedepan)

(Dwiendar, 2014)

(5) Moro reflek (Reflek emosional)/ Startle reflek (reflek

terkejut), bila bayi diangkat akan seolah-olah

mengangkatkan tubuh pada orang yang mendekatnya.

Hentakan dan gerakan seperti mengenjang pada lengan dan

tangan disertai tangis yang kuat (Dwiendar, 2014).

(6) Tonick neck reflek, gerakan spontan otot kuduk pada bayi

normal, bila bayi ditengkurapkan ia akan spontan

memiringkan kepala (Dwiendar, 2014).

(7) Swallowing reflek (reflek menelan), kumpulan ASI di

dalam mulut bayi mendesak otot-otot daerah mulut dan

faring untuk mengaktifkan reflek menelan dan mendorong

ASI ke dalam lambung bayi (Dwiendar, 2014).


53

e. Penanganan Bayi Baru Lahir

Tujuan utama perawatan bayi segera sesudah lahir, menurut

(Damayanti, 2014) adalah:

1) Membersihkan jalan nafas

Bayi normal akan menangis spontan segera setelah lahir,

apabila bayi tidak langsung menangis, penolong segera

membersihkan jalan nafas dengan cara sebagai berikut :

a) Letakkan bayi pada posisi terlentang di tempat yang keras dan

hangat.

b) Posisi kepala diatur lurus sedikit tengadah ke belakang

c) Bersihkan hidung, rongga mulut dan tenggorokan bayi dengan

jari tangan yang dibungkus kasa steril.

d) Tepuk kedua telapak kaki bayi sebanyak 2-3 kali atau gosok

kulit bayi dengan kain.

2) Memotong dan merawat tali pusat

Tali pusat dipotong sebelum atau sesudah plasenta lahir tidak

begitu menentukan dan tidak akan mempengaruhi bayi, kecuali

pada bayi kurang bulan. Tali pusat dipotong 5 cm dari dinding

perut bayi dengan gunting steril dan diikat dengan pengikat steril.

Apabila masih terjadi perdarahan dapat dibuat ikatan baru. Luka

tali pusat dibersihkan dan dirawat dengan alkohol 70% atau

povidon iodin 10% serta dibalut kasa steril. Pembalut tersebut

diganti setiap hari dan atau setiap tali basah/kotor (Damayanti,

2014).
54

Sebelum memotong tali pusat, dipastikan bahwa tali pusat telah

diklem dengan baik, untuk mencegah terjadinya perdarahan,

membungkus ujung potongan tali pusat adalah kerja tambahan

(Damayanti, 2014).

3) Mempertahankan suhu tubuh bayi

Pada waktu baru lahir, bayi belum mampu mengatur tetap suhu

badannya dan membutuhkan pengaturan dari luar untuk

membuatnya tetap hangat. Bayi baru lahir harus dibungkus hangat

(Damayanti, 2014).

4) Memberi vitamin k

Untuk mencegah terjadinya perdarahan, semua bayi baru lahir

normal dan cukup bulan perlu diberi vitamin K peroral 1 mg/hari

selama 3 hari, sedangkan bayi resiko tinggi diberi vitamin K

parenteral dengan dosis 0,5 – 1 mg I.M (Damayanti, 2014).

5) Memberi obat tetes / salep mata

Dibeberapa negara perawatan mata bayi baru lahir secara

hukum diharuskan untuk mencegah terjadinya oplitalmic

neonatorum. Di daerah dimana prevalensi gonorhoe tinggi, setiap

bayi baru lahir perlu diberi salep mata sesudah 5 jam bayi lahir.

Pemberian obat mata eritromisin 0,5% atau tetrasiklin 1%

dianjurkan untuk pencegahan penyakit mata karena klamidia

(penyakit menular seksual) (Damayanti, 2014).


55

6) Identifikasi bayi

a) Peralatan identifikasi bayi baru lahir harus selalu tersedia di

tempat penerimaan pasien, di kamar bersalin dan di ruang

rawat bayi.

b) Alat yang digunakan, hendaknya kebal air, dengan tepi yang

halus tidak mudah melukai, tidak mudah sobek dan tidak

mudah lepas.

c) Pada alat/gelang identifikasi harus tercantum : nama (bayi,

nyonya) tanggal lahir, nomor bayi, jenis kelamin, unit, nama

lengkap ibu.

d) Di setiap tempat tidur harus diberi tanda dengan

mencantumkan nama, tanggal lahir, nomor identifikasi

(Damayanti, 2014).

7) Pemantauan bayi baru lahir

Tujuan pemantauan bayi baru lahir adalah untuk mengetahui

aktivitas bayi normal atau tidak dan identifikasi masalah kesehatan

bayi baru lahir yang memerlukan perhatian keluarga dan penolong

persalinan serta tindak lanjut petugas kesehatan.

Pemantauan 2 jam pertama sesudah lahir meliputi :

a) Kemampuan menghisap kuat atau lemah

b) Bayi tampak aktif atau lunglai

c) Bayi kemerahan atau biru

Sebelum penolong persalinan meninggalkan ibu dan bayinya,

penolong persalinan melakukan pemeriksaan dan penilaian

terhadap
56

ada tidaknya masalah kesehatan yang memerlukan tindak lanjut

seperti:

a) Bayi kecil untuk masa kehamilan atau bayi kurang bulan

b) Gangguan pernapasan

c) Hipotermia

d) Infeksi

e) Cacat bawaan dan trauma lahir

Waktu pemeriksaan BBL:

a) 0-6 jam setelah bayi lahir

b) 6-48 jam setelah bayi lahir (Kunjungan Neonatal 1)

c) 3-7 hari setelah bayi lahir (Kunjungan Neonatal 2)

d) 8-28 hari setelah bayi lahir (Kunjungan Neonatal 3)

(Kementerian kesehatan RI, 2020).

Sejak bayi lahir sampai usia 28 hari, ibu dan keluarga mendeteksi keadaan

bayinya. Apabila ditemukan 1 kriteria atau lebih tanda bayi tidak sehat, segera

dibawa ke fasilitas kesehatan (Puskesmas, dokter praktek dan rumah sakit).

Tabel 2.6 Pemantauan Kesehatan Bayi Baru Lahir 0-28 hari (Neonatus)

SEHAT TIDAK SEHAT


KRITERIA
Kurang 40 kali/menit atau
Napas 40-60 kali/menit
lebih dari 60 kali/menit.
Bayi Pucat/Biru Pada
Warna Kulit Merah Muda Tubuh
Ada, mata medelik, tangan
bergerak seperti menari,
Kejang Tidak ada menangis melengking,
tiba-tiba badan kaku,
mulut mencucu.
57

Menangis jika sedang Menangis terus, bayi lemas


Aktivitas haus dan buang air dan tidak bergerak
Tidak mau minum atau
Minum ASI Mau minum muntah semuanya
Hisapan Bayi Hisapan kuat Hisapan lemah
Tidak ada/ ada : Ada :
- Muncul antara 24-72 - Muncul < 24 jam
Kuning Pada jam pertama pertama atau menetap
Bayi - Hilang dalam 2 setelah 2 minggu
minggu - Bilirubin > 15 mg/dl
- Bilirubin < 15 mg/dl
Air seni pekat dan sedikit
Buang Air Kecil 6-8 kali/hari
(BAK< 6 kali/hari)
Sangat encer/tidak bisa
buang air besar lebih dari 3
Encer berisi seperti
Buang Air Besar hari (adanya perubahan
biasanya
konsistensi dan frekuensi
buang air besar)
Panas seluruh tubuh/dingin
Suhu Tubu Normal (36,5oC-37,5oC)
seluruh tubuh
Merah dipinggir tali
Tali Pusat Bersih pusat/bernanah/berbau
Merah menetap, bernanah,
Mata Bening ada kotoran
Bercak Putih di Mulut Tidak ada Ada
Ada bintil berair dan
Kulit Bersih kemerahan
(Sumber : Buku KIA Kesehatan Ibu dan Anak. 2020. Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia).

5. Nifas

a. Definisi

Masa nifas adalah mulai dari setelah partus selesai dan berakhir

setelah kira-kira 6 minggu akan tetapi seluruh alat genital baru pulih

kembali seperi sebelum hamil dalam waktu 3 bulan. Masa nifas adalah

masa pulihnya kembali ke dalam keadaan sebelum hamil dan masa

nifas berlangsung selama kira-kira 2-6 minggu (Abdul, 2010).


58

b. Tahapan dalam Masa Nifas

Masa nifas di bagi menjadi 3 periode, yaitu :

1) Puerpurium Dini

Yaitu dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan.

Dalam agama islam dianggap telah bersih dan boleh bekerja

setelah 40 hari.

2) Puerpurium Intermedial

Yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6-

8 minggu.

3) Remote Puerpurium

Adalah waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna

terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai

komplikasi waktu untuk sehat sempurna bias berminggu-minggu,

bulanan atau tahunan (Lockhart, 2014).

c. Perubahan Fisiologi Masa Nifas

1. Perubahan sistem reproduksi

a) Involusi adalah perubahan yang merupakan proses kembalinya

alat kandungan atau uterus dan jalan lahir setelah bayi

dilahirkan hingga mencapai keadaan sebelum hamil (Abdul,

2010).

b) Autolysis, penghancuran jaringan otot-otot uterus yang tumbuh

karena adanya hyperplasia dan hipertropo pada masa hamil

yang akan surut kembali mencapai keadaan sebelum hamil

(Abdul, 2010).
59

c) Aktifitas otot, adanya kontraksi otot rahim setelah anak lahir

yang diperlukan untuk menjepit pembuluh darah yang pecah

akibat pelepasan plasenta dan berguna untuk mengeluarkan isi

uterus yang tidak diperlukan lagi (Abdul, 2010).

Tabel 2.7 Tinggi fundus uteri dan berat menurut masa involusi

Involusi TFU Berat Uterus


Bayi lahir Setinggi pusat 1000 gram
Uri lahir 2 jari dibawah pusat 750 gram
Pertengahan
1 minggu 500 gram
symphysis
2 minu Tidak teraba 350 gram
6 minggu Semakin kecil 50 gram
(sumber : Asuhan Kebidanan Masa Nifas Fisiologis dan Patologis.
Lockhart, 2014)

d) Regenerasi endometrium

Dalam 2-3 hari kelahiran, desidua yang tertinggal di uterus

berdeferensial menjadi 2 lapisan. Lapisan superfisisal menjadi

nekrotik dan terkelupas bersama lokhea dan lapisan basal

sebagai sumber pembentukan endometroim baru. Proses

regenerasi berjalan cepat kecuali di tempat plasenta karena

permukaan lain lebih cepat tertutup stroma dan epitel dalam

satu minggu atau 10 hari dan pulih kembali dalam minggu ke 3

(Abdul, 2010).

Masa puerpurium diikuti pengeluaran cairan sisa lapisan

endometrium dan sisa dari tempat implantasi plasenta yang

disebut lochea. Pengeluaran lochea terdiri dari :


60

a) Lokhea rubra (kruenta)

(1) Hari ke 1-2 pasca persalinan

(2) Berwarna merah dan hitam

(3) Terdiri dari sel desidua, verniks kaseosa, rambut lanugo,

sisa mekonium, sisa darah (Abdul, 2010).

b) Lokhea sangilenta

(1) Hari ke 3-7 pasca persalinan

(2) Berwarna merah kuning

(3) Terdiri dari darah bercampur lendir (Abdul, 2010).

c) Lokhea serosa

(1) Hari 7-14 pasca persalinan

(2) Berwarna kuning

(3) Terdiri dari banyak serum, selaput lendir, leucocyt, kuman

yang mati (Abdul, 2010).

d) Lokhea alba

(1) Setelah hari ke 14

(2) Berwarna putih

(3) Terdiri dari selaput lendir, leukosit, kuman penyakit yang

mati (Abdul, 2010).

e) Perubahan pada pembuluh darah uterus

Dalam kehamilan uterus mempunyai banyak pembuluh

darah yang besar, tapi karena setelah pembentalinan tidak

diperlukan
61

lagi peredaran darah yang banyak mengalami obliterasi dan

pembuluh darah mengalami hialinasi seperti pada ovarium

setelah terjadi pembentukan korpus luteum (Lockhart, 2014).

f) Perubahan pada serviks

Setelah persalinan, bentuk serviks agak menganga seperti

corong berwarna merah kehitaman. Konsistensinya lunak,

kadang-kadang terdapat perlukaan-perlukaan kecil (Lockhart,

2014).

Tabel 2.8 Perubahan Pada Serviks

Waktu Serviks
Setelah bayi lahir Tangan masih bias masuk rongga Rahim
2 jam post partum Dapat dilalui 2-3 jari
2 hari post partum Dapat dilalui 2 jari
4 hari post partum Dapat dilalui 1 jari
11 hari post partum Berangsur seperti semula
12 hari post partum Osteum uteri internum sudah tertutup
2 minggu post
Serviks sudah kembali seperti semula
partum
Rugae mulai Nampak, hymen muncul
3 minggu post sebagai potongan kecil dan diubah
partum menjadi curuncule multiformis yang khas
pada
wanita yang melahirkan.
(Sumber : Asuhan Kebidanan Masa Nifas Fisiologis dan Patologis.
Lockhart, 2014)

g) Ligamen-ligamen

Ligament, fasia dan diafragma pelvis yang meregang pada

waktu persalinan. setelah bayi lahir secara berangsur-angsur

menjadi ciut dan pulih kembali sehingga tidak jarang uterus


62

jatuh ke belakang menjadi retrofleksi karena ligamentum

rotundum menjadi kendor (Lockhart, 2014).

Setelah melahirkan, kebiasaan wanita Indonesia melakukan

“berurut” dimana sewaktu diurut tekanan intraabdomen

bertambah tinggi. Karena setelah melahirkan ligament, fasia

dan jaringan penunjang menjadi kendor, jika dilakukan urut,

banyak wanita akan mengeluh kandungannya turun atau

terbalik-balik. Untuk memulihkan kembali sebaiknya dengan

latihan-latihan dan senam pasca persalinan/ senam nifas.

Biasanya strie yang terjadi pada saat kehamilan akan berkurang

(Lockhart, 2014).

2. Perubahan sistem pencernaan

Pengosongan usus spontan terhambat 2-3 harian karena

penurunan kontraksi otot, pembengkakan perineal yang disebabkan

oleh episiotomy, luka, dan haemoroid (Lockhart, 2014).

3. Perubahan sistem perkemihan

Fungsi ginjal normal adalah beberapa bulan setelah persalinan,

diaphoresis terjadi berlebihan pada malam hari pada hari ke 2-3

persalinan sebagai mekanisme untuk mengurangi tahanan cairan

pada kehamilan. Kontraksi kandung kemih sering kali pulih 5-7

hari persalinan dengan pengosongan kandung kemih yang adekuat

(Lockhart, 2014).
63

4. Perubahan sistem musculoskeletal

Stabilisasi secara sempurna terjadi pada 6-8 minggu setelah

persalinan sebagai upaya relaksasi yang disebabkan pembesaran

uterus selama kehamilan (Abdul, 2010).

5. Perubahan sistem endokrin

Setelah plasenta lepas, hormon estrogen dan progesterone mulai

menurun. Kondisi ini akan cepat mengembalikan fungsi ovarium

(indung telur). Apabila ibu menyusui secara eksklusif, kadar

prolaktin (yang diproduksi oleh kelenjar hipofisis anterior)

meningkat dan menekan produksi FSH sehingga fungsi ovarium

tertunda. Dengan menurunnya hormone estrogen dan progesterone

juga akan mengembalikan fungsi organ lainnya yang berubah sejak

masa kehamilan (Lockhart, 2014).

d. Komposisi Gizi dalam ASI

ASI adalah makanan terbaik untuk bayi yang khusus dibuat untuk

bayi, kandungan gizi dari ASI sangat sempurna serta sesuai dengan

kebutuhan tumbuh kembang bayi, ASI dibedakan dalam tiga stadium

yaitu :

1. Kolostrum

Kolostrum adalah air susu yang pertama kali keluar sampai hari

keempat merupakan cairan kental, lengket dan berwarna

kekuningan. Mengandung tinggi protein, mineral, garam, vitamin

A, nitrogen, sel darah putih dan antibody yang tinggi (igG, igA,

igM)
64

yang digunakan sebagai zat untuk mencegah dan menetralisir

bakteri, virus, jamur dan parasite. Volume kolostrum 150-300

ml/24 jam.

2. ASI transisi/peralihan

ASI peralihan adalah ASI yang keluar setelah kolostrum sampai

ASI matang, yaitu sejak hari ke 4 sampai hari ke 10. Volume ASI

bertambah banyak dan berubah warna serta komposisinya. Kadar

immunoglobulin dan protein menurun, sedangkan lemak dan

laktosa meningkat.

3. ASI matur

ASI yang keluarkan pada hari ke 10 sampai seterusnya, ASI

tampak berwarna putih, ASI yang mengalir 5 menit pertama

disebut foremik. Foremik lebih encer dan mengandung rendah

lemak, tinggi laktosa, gula, protein, mineral dan air. Setelah itu ASI

berubah menjadi hindmilk yang mengandung lemak tinggi

(Martenity, 2016).

e. Adaptasi Psikologi Masa Nifas

Periode post partum menyebabkan stress emosional terhadap ibu

yang baru melahirkan. Adaptasi psikososial pada waktu post partum

dibagi menjadi 3 periode, yaitu :

1) Fase taking in

a) Terjadi pada 1-2 hari post partum

b) Merupakan masa ketergantungan

c) Ciri-ciri
65

(1) Butuh istirahat yang cukup

(2) Nafsu makan meningkat

(3) Ingin menceritakan pengalaman saat persalinan

(4) Pasif terhadap lingkungan dan focus pada dirinya sendiri

2) Fase taking hold

a) Terjadi pada hari ke 3-10 post partum

b) Merupakan usaha melepaskan diri

c) Ciri-ciri

(1) Sudah mengerjakan tugas keibuan

(2) Ibu konsentrasi pada pengontrolan fungsi tubuhnya (BAB,

BAK dan kekuatan tubuhnya).

(3) Ibu berusaha untuk menguasai ketrampilan merawat bayi

(4) Ibu cenderung terbuka menerima nasehat-nasehat bidan dan

kritikan pribadi

3) Fase letting go

a) Terjadi lebih dari hari ke 10 post partum

b) Dipengaruhi oleh waktu dan perhatian yang diberikan keluarga

c) Ibu melakukan tugas dan tanggungjawab terhadap perawatan

bayi

d) Pada umumnya depresi post partum terjadi pada periode ini

e) Adaptasi terhadap kebutuhan bayi yaitu berkurangnya hak ibu

dan hubungan social (Endang, 2015)


66

f. Macam-macam Infeksi Masa Nifas

Infeksi nifas adalah keadaan yang mencakuo semua radangan alat-

alat genetalia dalam masa Nifas. Masuknya kuman-kuman dapat

terjadi dalam masa kehamilan, waktu persalinanm dan nifas. Demam

Nifas adalah demam dalam kasus masa Nifas oleh sebab apa pun.

Morbiditas puerpuralis adalah kenaikan suhu badan sampai 380C atau

lebih selama 2 sampai dalam 10 hari pertama postpartum, kecuali pada

hari pertama. Suhu diukur 4 kali secara oral.

Dan beberapa infeksi pada Vulva, Vagina, da serviks.

1) Vulvitis

2) Vaginitis

3) Servisitis

4) Endometritis

5) Septicemia dan pyemia

6) Perironitis

7) Parametritis (Endang, 2015)


67

g. Kebijakan Program Pemerintah dalam Asuhan Masa Nifas

Perawatan ibu nifas mulai 6 jam sampai 42 hari pasca bersalin oleh

tenaga kesehatan minimal 4 kali kunjungan nifas.

Tabel 2.9 Kunjungan Masa Nifas

Kunjungan Waktu Tujuan


1 6 jam – 2 hari 1. Mencegah pendarahan masa nifas karena
setelah persalinan atonia uteri.
2. Mendeteksi dan merawat penyebab lain
pendarahan, merujuk bila pendarahan
berlanjut.
3. Memberikan konseling pada ibu atau
salah satu anggota keluarga bagaimana
mencegah pendarahan masa nifas
karena atonia uteri.
4. Pemberian ASI awal, 1 jam setelah
Inisiasi Menyusui Dini (IMD) berhasil
dilakukan
5. Memberikan supervis kepada ibu
bagaimana teknik melakukan hubungan
antara ibu dan bayi baru lahir
6. Menjaga bayi tetap sehat dengan cara
mencegah hipotermia. Jika ada petugas
kesehatan yang menolong persalinan, ia
harus tinggal dengan ibu dan bayi baru
lahir untuk 2 jam pertama pertama atau
sampai bayi dan ibu dalam keadaan
stabil
2 3 hari – 7 hari 1. Memastikan involusi uterus berjalan
setelah persalinan normal: uterus berkontraksi, fundus di
bawah umbilikus, tidak ada pendarahan
abnormal, tidak ada bau
2. Mengevaluasi adanya tanda demam,
infeksi atau pendarahan abnormal
3. Memastikan ibu mendapat cukup
makanan, minuman dan istirahat
4. Memastikan ibu menyusui dengan baik
dan tidak ada tanda-tanda penyulit
5. Memberikan konseling pada ibu
mengenai asuhan pada bayi: misalnya
merawat tali pusat, menjaga bayi tetap
hangat dan merawat bayi sehari-hari
3 8 hari – 28 hari 1. Memastikan involusi uterus berjalan
setelah persalinan normal, uterus berkontraksi, fundus di
68

bawah umbilikus, tidak ada pendarahan


abnormal, tidak ada bau
2. Mengevaluasi adanya tanda demam,
infeksi atau pendarahan abnormal
3. Memastikan ibu mendapat cukup
makanan, minuman dan istirahat
4. Memastikan ibu menyusui dengan baik
dan tidak ada tanda-tanda penyulit
5. Memberikan konseling pada ibu
mengenai asuhan pada bayi: misalnya
merawat tali pusat, menjaga bayi tetap
hangat dan merawat bayi sehari-hari
4 29 hari – 42 hari 1. Menanyakan pada ibu tentang penyulit
setelah persalinan yang ia alami atau yang ada dialami
oleh bayi
2. Memberikan konseling tentang
menggunakan KB secara dini.
(Sumber : Kemenkes RI.2020.Buku KIA Kesehatan Ibu dan Anak)

6. Keluarga Berencana (KB)

a. Definisi Keluarga Berencana (KB)

Keluarga berncana atau KB yaitu membatasi jumlah anak, hanya

dua, tiga dan lainnya. Keluarga berencana yang di bolehkan syariah

adalah suatu usaha pengaturan atau penjarangan kelahiran atau usaha

pencegahan kehamilan sementara atau kesepakatan suami istri karna

situasi dan kondisi tertentu untuk kepentingan (maslahat) keluarga,

masyarakat maupun keluarga (Purwastuti, 2015).

b. Tujuan

1) Tujuan umum :

Menurunkan angka kematian ibu

2) Tujuan khusus:

a) Menurunkan kejadian lbu hamil dengan jarak kehamilan yang

terlalu dekat
69

b) Meningkatkan cakupan peserta KB baru

c) Menurunkan unmet need (Kemenkes RI, 2014).

c. Sasaran

Sasaran pelayanan KB Pasca persalinan adalah :

1) lbu hamil

2) lbu bersalin

3) lbu nifas (Kemenkes RI, 2014)

d. Konseling KB Pasca Persalinan

Konseling adalah proses pertukaran informasi dan interaksi positif

antara klien-petugas untuk membantu klien mengenali kebutuhannya,

memilih solusi terbaik dan membuat keputusan yang paling sesuai

dengan kondisi yang sedang dihadapi (Kemenkes RI, 2014).

1) Proses konseling yang baik mempunyai empat unsur kegiatan:

a) Pembinaan hubungan yang baik,

b) Penggalian dan pemberian informasi

c) Pengambilan keputusan, pemecahan masalah dan perencanaan

d) Menindaklanjuti pertemuan.

2) Manfaat konseling adalah:

a) Membina hubungan baik dan membangun rasa saling percaya

b) Memberi informasi yang lengkap, jelas dan benar

c) Membantu klien dalam memilih dan memutuskan metode

kontrasepsi yang akan digunakan sesuai dengan kebutuhannya

d) Memberikan rasa puas kepada klien terhadap pilihannya


70

3) Dalam melakukan konseling yang baik, harus dimengerti tentang

hak dari klien yaitu :

a) Hak untuk dilayani secara pribadi (privasi) dan terpeliharanya

kerahasiaan

b) Hak untuk mendapatkan informasi yang lengkap dan tepat

c) Hak untuk memilih dan memutuskan metode yang akan

digunakan

d) Hak untuk mendapatkan pelayanan yang sesuai dengan standar

(bermutu)

4) Agar konseling berjalan eflsien dan efektif dibutuhkan komunikasi

yang efektif antara petugas pemberi pelayanan dan klien. Adapun

haI-hal yang perlu diperhatikan oleh petugas pemberi pelayanan

adalah:

a) Menjadi pendengar yang aktif dan baik

b) Menggunakan bahasa verbal yang mudah dimengerti dan

dipahami oleh klien Menggunakan bahasa non verbal untuk

menunjukkan empati

c) Mengutamakan dialog (dengan menggunakan pertanyaan

terbuka)

d) Membantu klien untuk mengeksplorasi perasaan mereka

Dalam pelayanan KB pasca persalinan, sebelum mendapatkan

pelayanan kontrasepsi, klien dan pasangannya harus mendapat

informasi dari petugas kesehatan secara lengkap, jelas dan benar agar
71

dapat menentukan pilihannya dengan tepat. Pelayanan KB pasca

persalinan akan berjalan dengan baik bila didahului dengan konseling

yang baik, dimana klien berada dalam kondisi yang sehat, sadar, dan

tidak di bawah tekanan ataupun tidak dalam keadaan kesakitan

(Kemenkes RI, 2014).

Beberapa hal yang perlu diperhatikan khusus dalam konseling

pelayanan KB pasca persalinan adalah :

1) Tahapan Konseling :

Dalam memberikan konseling, dapat diterapkan enam langkah

dengan kata kunci “SATU TUJU”

SA : SApa dan salam kepada klien secara sopan dan ramah

T : Tanyakan kepada klien informasi tentang dirinya,

pengalaman ber-KB dan keinginan metode yang akan

digunakan.

U : Uraikan pada klien tentang beberapa pilihan metode KB

pasca persalinan yang direkomendasikan

TU : BanTU klien dalam memilih dan memutuskan pilihan

J : Jelaskan secara lengkap tentang metode kontrasepsi yang

dipilih Klien

U : Buat rencana kunjungan Ulang dan kapan klien akan

kembali (Kemenkes RI, 2014).


72

2) Tempat dan waktu konseling

Konseling dapat dilakukan di semua tempat yang memenuhi

syarat yaitu ruangan tertutup yang dapat menjamin kerahasiaan dan

keleluasaan dalam menyampaikan pemikiran dan perasaan serta

memberikan rasa aman dan nyaman bagi klien (Kemenkes RI,

2014).

Konseling KB pasca persalinan dapat dilaksanakan pada waktu

pemeriksaan kehamilan, mengisi amanat persalinan dalam P4K dan

saat mengikuti kelas ibu hamil, selama proses persalinan, pasca

persalinan, dan sebelum/sesudah pelayanan kontrasepsi (Kemenkes

RI, 2014).

3) Media yang digunakan

Konseling pelayanan KB pasca persalinan dapat menggunakan

media lembar balikAlat Bantu Pengambilan Keputusan (ABPK)

ber-KB (Kemenkes RI, 2014).

4) Poin kunci dalam pelayanan KB :

a) Tetap mempromosikan ASI eksklusif

b) Memberikan informasi tentang waktu dan jarak kelahiran yang

baik

c) Memastikan tujuan klien ber-KB apakah untuk membatasi

jumlah anak atau mengaturjarak kelahiran (Kemenkes RI,

2014).

Setelah dilakukan konseling pada klien dan sudah ditentukan metode

kontrasepsi yang dipilih, klien memberikan persetujuannya berupa tanda tangan


73

pada lembar persetujuan tindakan medis (informed consent) untuk metode KB

AKDR, implan, kontrasepsi mantap (tubektomi dan vasektomi) (Kemenkes RI,

2014).

Dalam konseling KB pasca persalinan, informasi penting yang harus diberikan

pada umumnya meliputi :

a) Efektivitas dari metode kontrasepsi

b) Keuntungan dan keterbatasan dari metode kontrasepsi

c) Kembalinya kesuburan setelah melahirkan

d) Efek samping jangka pendek dan jangka panjang

e) Gejala dan tanda yang membahayakan

f) Kebutuhan untuk pencegahan terhadap Infeksi Menular Seksual (seperti

: Chlamydia, HBV, HIV/AIDS)

g) Waktu dimulainya kontrasepsi pasca persalinan yang didasarkan pada:

(1) Status menyusui

(2) Metode kontrasepsi yang dipilih

(3) Tujuan reproduksi, untuk membatasi atau hanya memberi jarak


74

Algoritma KB Pasca Persalinan

PUS

Ya
Membatasi anak Kontrasepsi Mantap

Tidak Ya Gunakan
- ASI Eksklusif MAL selama KB lain
Ibu Menyusui - Belum Haid 6 bulan setelah 6
- Bayi < 6 bulan pasca bulan
persalinan pasca
Tidak persalinan

Gunakan KB lain - Non


Tidak setelah 6 minggu > 6 bulan Hormonal
pasca persalinan - Hormonal
Progestin/
Kombinasi
< 6 bulan
Gunakan KB
sebelum < 3 mg
hubungan - Non Hormonal
seksual pertama - Hormonal
Progesteron

(Sumber : Kemenkes RI, 2014)

Gambar 2.1 Algoritma Pilihan KB Pasca Persalinan

e. Kontrasepsi KB Pasca Persalinan Untuk Ibu Menyusui

Menyusui memberikan banyak dampak positif pada kesehatan dan

kesejahteraan ibu dan bayi, sehingga dalam pemilihan kontrasepsi KB

pasca persalinan harus menggunakan metode kontrasepsi yang tidak

mengganggu produksi ASI. Beberapa hal yang harus diinformasikan

dalam konseling KB pasca persalinan pada ibu menyusui adalah

sebagai berikut :
75

a) Jika menggunakan MAL (terpenuhi syarat yang ada) dapat

diproteksi sekurangnya enam bulan, setelah enam bulan harus

menggunakan metode kontrasepsi lainnya

b) Jika menyusui namun tidak penuh (tidak dapat menggunakan

MAL) hanya terproteksi sampai 6 minggu pasca persalinan dan

selanjutnya harus menggunakan kontrasepsi lain seperti metode

hormonal progestin yang dimulai 6 minggu pasca persalinan

c) Dapat menggunakan kondom kapanpun

d) Dapat memilih Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)

e) Untuk pasangan yang mau membatasi anak dapat memilih

kontrasepsi mantap yaitu tubektomi atau vasektomi dan dapat

dimulai segera pasca persalinan

Dalam kondisi tertentu dapat menyebabkan seorang ibu tidak dapat

menyusui anaknya, walaupun demikian, pemilihan metode kontrasepsi

dan waktu yang tepat harus tetap dilakukan. Beberapa hal yang harus

diinformasikan dalam konseling KB pasca persalinan pada ibu tidak

menyusui adalah sebagai berikut :

a) Kontrasepsi harus dimulai sebelum terjadinya hubungan seksual

yang pertama kali pasca persalinan

b) Metode hormonal progestin dapat dimulai segera pasca persalinan

c) Metode hormonal kombinasi dapat dimulai setelah 3 minggu pasca

persalinan

d) Dapat menggunakan kondom kapapun


76

e) Dapat memilih Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)

f) Untuk pasangan yang mau membatasi anak dapat memilih

kontrasepsi mantap yaitu tubektomi atau vasektomi dan dapat

dimulai segera pasca persalinan.

f. Jenis Metode KB Pasca Persalinan

Tenaga kesehatan memegang peranan penting dalam memberikan

informasi tentang metode KB pasca persalinan kepada calon akseptor

yang dalam hal ini khusus ibu hamil, bersalin dan nifas. Pemberian

informasi ini dilakukan melalui konseling dengan menggunakan alat

bantu pengambilan keputusan (ABPK) ber-KB. Hal ini harus dimulai

dari awal kunjungan antenatal dan dilanjutkan sampai saat persalinan

dan pasca persalinan (masa nifas). Pemberi pelayanan harus dapat

memberikan informasi lengkap, akurat dan seimbang tentang :

1) Jenis kontrasepsi

2) Cara menggunakan

3) Risiko pemakaian

4) Keuntungan

5) Efek samping dan tindakan untuk mengatasinya

6) Efektifitas

7) Akibat bagi kegiatan sehari-hari dan bagi hubungan seksual

8) Kemungkinan ganti cara

9) Fleksibelitas (Kemenkes RI, 2014).


77

Dalam pedoman pelaksanaan kontrasepsi pasca persalinan ini akan

diuraikan jenis-jenis kontrasepsi. Secara umum, hampir semua metode

kontrasepsi dapat digunakan sebagai metode KB pasca persalinan

(Kemenkes RI, 2014).

Metode KB pasca persalinan dibagi dalam dua jenis :

a) Non hormonal

(1) Metode Amenore Laktasi (MAL)

(2) Kondom

(3) Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)

(4) Kontrasepsi Mantap (Tubektomi dan Vasektomi)

b) Hormonal

(1) Progestin : Pil, Injeksi dan Implan

(2) Kombinasi : Pil dan Injeksi

a) Non Hormonal

(1) Metode Amenore Laktasi (MAL)

(a) Definisi :

MAL adalah kontrasepsi yang mengendalikan pemberian Air

Susu Ibu (ASI) secara eksklusif, artinya hanya diberikan ASI tanpa

tambahan makanan ataupun minuman apapun lainnya.

(b) Syarat untuk dapat menggunakan :

Menyusui secara penuh (Full Breast Feeding), lebih efektif bila

pemberian lebih dari 8 kali sehari.


78

(c) Cara kerja :

Penundaan atau penekanan ovulasi.

(d) Keuntungan :

Efektivitas tinggi (keberhasilan 98% pada enam bulan pasca

persalinan), Segera efektif, Tidak mengganggu senggama, Tidak ada

efek samping secara sistematik, Tidak perlu pengawasan medis, Tidak

perlu obat atau alat dan Tanpa biaya.

(e) Keterbatasan :

Perlu persiapan sejak perawatan kehamilan agar dapat segera

menyusui dalam 30 menit pasca persalinan, Efektivitas tinggi

sampai kembalinya haid atau sampai dengan 6 bulan, Mungkin

sulit dilaksanakan karena kondisi sosial.

(f) Efek samping :

Tidak ada

(2) Kondom

(a) Definisi :

Kondom merupakan selubung/sarung karet sebagai salah satu

metode kontrasepsi atau alat untuk mencegah kehamilan dan atau

penularan penyakit kelamin pada saat bersenggama. Penggunaan

kondom perlu memperhatikan cara menggunakan kondom yang

benar dan tepat (Kemenkes RI, 2014).


79

(b) Cara kerja :

Menghalangi terjadinya pertemuan sperma dan sel telur dengan

cara mengemas sperma di ujung selubung karet yang dipasang

pada penis sehingga sperma tersebut tidak tercurah ke dalam

saluran reproduksi perempuan, Mencegah penularan

mikroorganisme (IMS termasuk HBV dan HIV/AIDS) dari satu

pasangan kepada pasangan yang lain (khusus kondom yang terbuat

dari lateks dan vinil) (Kemenkes RI, 2014).

(c) Keuntungan :

Kontrasepsi , Efektif mencegah kehamilan bila digunakan dengan

benar, Tidak mengganggu produksi ASI, Tidak mengganggu

kesehatan klien, Tidak mempunyai pengaruh sistemik, Murah dan

dapat dibeli secara umum, Tidak perlu resep dokter atau

pemeriksaan kesehatan khusus, Metode kontrasepsi sementara bila

metode kontrasepsi lainnya harus ditunda.

Non Kontrasepsi, Membantu mencegah terjadinya kanker

serviks (mengurangi iritasi bahan karsinogenik eksogen pada

serviks), Mencegah penularan IMS, HIV Memberi dorongan

kepada suami untuk ikut ber-KB, Mencegah ejakulasi dini, Saling

berinteraksi sesama pasangan, Mencegah imuno infertilitas

(Kemenkes RI, 2014).


80

(d) Keterbatasan :

Efektivitas tidak terlalu tinggi, Cara menggunakan sangat

mempengaruhi keberhasilan kontrasepsi, Agak mengganggu

hubungan seksual (mengurangi sentuhan langsung), Bisa

menyebabkan kesulitan untuk mempertahankan ereksi, Harus

selalu tersedia setiap kali berhubungan seksual, Malu membeli

kondom di tempat umum, Pembuangan kondom bekas mungkin

menimbulkan masalah dalam hal limbah (Kemenkes RI, 2014).

(e) Efek samping :

Tidak ada

(3) Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)

(a) Definisi :

Alat kontrasepsi yang dipasang dalam Rahim dengan menjepit

kedua saluran yang menghasilkan indung telur sehingga tidak

terjadi pembuahan, terdiri dari bahan plastic polietilena, ada yang

dililit oleh tembaga dan ada yang tidak (Kemenkes RI, 2014).

(b) Cara kerja :

Mencegah terjadinya fertilisasi, tembaga pada AKDR

menyebabkan reaksi inflamasi steril, toksik buat sperma sehingga

tidak mampu untuk fertilisasi.


81

(c) Waktu pemasangan AKDR :

Pascaplasenta, dipasang dalam 10 menit setelah plasenta lahir

(pada persalinan normal), Pada persalinan Caesar, dipasang pada

waktu operasi Caesar.

(d) Pasca persalinan :

Dipasang antara 10 menit – 48 jam pasca persalinan, Dipasang

antara 4 minggu – 6 minggu (42 hari) setelah melahirkan

(Perpanjang Interval Pasca Persalinan).

(e) Efektivitas Insersi dini pasca plasenta :

Telah dibuktikan tidak menambah risiko infeksi, perforasi dan

pendarahan, Kemampuan penolong meletakkan di fundus amat

memperkecil risiko eksplusi, Kontra indikasi pemasangan AKDR

pascaplasenta ialah ketuban pecah sebelum waktunya, infeksi intra

partum (Kemenkes RI, 2014).

(f) Keuntungan :

Efektivitas tinggi, 99,2-99,4% (0,6-0,8 kehamilan/100

perempuan dalam 1 tahun pertama), Dapat efektif segera setelah

pemasangan, Metode jangka Panjang, Sangat efektif karena tidak

perlu lagi mengiat-ingat, Tidak mempengaruhi hubungan seksual,

Meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu takut untuk

hamil, Tidak ada efek samping hormonal, Tidak mempengaruhi

kualitas dan volume ASI, Dapat dipasang segera setelah setelah

melahirkan atau sesudah abortus (apabila tidak terjadi infeksi),


82

Dapat digunkan sampai menopause (1 tahun atau lebih setelah haid

terakhir), Tidak ada interaksi dengan obat-obat, Membantu

mencegah kehamilan ektopik.

(g) Keterbatasan :

Tidak mencegah Infeksi Menural Seksual, Tidak baik

digunakan pada perempuan dengan IMS atau perempuan yang

sering berganti pasangan, Diperlukan prosedur medis termasuk

pemeriksaan pelvis, Klien tidak dapat melepas AKDR sendiri,

Mungkin AKDR keluar dari uterus tanpa diketahui (sering terjadi

apabila AKDR dipasang segera sesudah melahirkan), Klien harus

memeriksa posisi benang AKDR dari waktu ke waktu. Untuk

melakukan ini, perempuan harus memasukkan jarinya ke dalam

vagina, sebagian perempuan tidak mau melakukan ini (Kemenkes

RI, 2014).

(h) Efek samping :

Perubahan siklus haid (umumnya pada 3 bulan pertama dan

akan berkurang setelah 3 bulan), Haid lebih lama dan banyak,

Pendarahan (spotting) antara menstruasi, Saat haid lebih sakit,

Merasakan sakit dan kejang selama 3 sampai 5 hari setelah

pemasangan, Pendarahan berat pada waktu haid atau diantaranya

yang memungkinkan penyebab anemia, Perfomasi dinding uterus

(sangat jarang apabila pemasangannya benar).


83

(4) Kontrasepsi Mantap

(a) Tubektomi (Metode Operasi Wanita/MOW)

i. Definisi :

Adalah metode kontrasepsi mantap yang bersifat sukarela bagi

seorang wanita bila tidak ingin hmil lagi dengan cara mengoklusi tuba

falopii (mengikat dan memotong atau memasang cincin), sehingga

sperma tidak dapat bertemu dengan ovum (Kemenkes RI, 2014).

ii. Jenis :

Minilaparotomi, Laparoskopi (tidak tepat untuk klien pasca

persalinan).

iii. Waktu menggunakan :

Idealnya dilakukan dalam 48 jam pasca persalinan, Dapat dilakukan

segera setelag persalinan atau setelah operasi sesar, Jika tidak dapat

dikerjakan dalam 1 minggu setelah persalinan, ditunda 4-6 minggu

(Kemenkes RI, 2014).

iv. Keuntungan :

Kontrasepsi, Efektivitas tinggi 99,5% (0,5 kehamilan per 100

perempuan selama tahun pertama penggunaan), Tidak mempengaruhi

proses menyusui, Tidak bergantung pada factor senggama, Baik bagi

klien apabila kehamilan akan menjadi risiko kesehatan yang serius,

Tidak ada efek samping dalam jangka Panjang, Tidak ada perubahan

dalam fungsi seksual. Non kontrasepsi, Berkurangnya risiko kanker

ovarium.
84

v. Keterbatasan :

Harus dipertimbangkan sifat permanen kontrasepsi ini (tidak dapat

dipulihkan kembali, kecuali dengan operasi rekanalisasi), Rasa

sakit/ketidaknyamanan dalam jangka pendek setelah tindakan,

Dilakukan oleh dokter yang terlatih, Tidak melindungi diri dari IMS,

hepatitis dan HIV/AIDS (Kemenkes RI, 2014).

vi. Efek samping :

Rasa sakit/ketidaknyamanan dalam jangka pendek setelah tindakan,

Risiko komplikasi kecil (meningkat apabila digunakan anestesi

umum).

(b) Vasektomi (Metode Operasi Pria/MOP)

i. Definisi :

Adalah prosedur klinik untuk menghentikan kapasitas reproduksi

pria dengan cara mengoklusi vasa defetensia sehingga alur transportasi

sperma terhambat dan proses fertilisasi (penyatuan dengan ovum) tidak

terjadi.

ii. Jenis :

Insisi, Vasektomi Tanpa Pisau (VTP).

iii. Waktu :

Bila dilakukan kapan saja

iv. Keuntungan :

Efektivitas tinggi 99,6-99,8%, Sangat aman, tidak ditemukan efek

samping jangka Panjang, Morbiditas dan mortalitas jarang, Hanya

sekali
85

aplikasi dan efektif dalam jangka Panjang, Tinggi tingkat rasio

efesiensi biaya dan lamanya penggunaan kontrasepsi (Kemenkes RI,

2014).

v. Keterbatasan :

Tidak efektif segera, WHO menyarankan kontrasepsi tambahan

selama 3 bulan setelah prosedur (kurang lebih 20 kali ejakulasi),

Komplikasi minor 5-10% seperti infeksi, pendaraha, nyeri pasca

operasi, Teknik tanpa pisau merupakan pilihan mengurangi

pendarahan dan nyeri dibandingkan teknik insisi (Kemenkes RI, 2014).

vi. Komplikasi :

5-10% mengalami infeksi, pendarahan, nyeri pasca oprasi, Teknik

tanpa pisau merupakan pilihan mengurangi pendarahan dan nyeri

dibandingkan teknik insisi (Kemenkes RI, 2014).

b) Hormonal

(1) Hormone Progestin

i. Definisi :

Adalah metode kontrasepsi dengan menggunakan progestin,

yaitu bahan tiruan dan progesterone (Kemenkes RI, 2014).

ii. Cara kerja :

Mencegah ovulasi, Mengentalkan lender serviks sehingga

menurunkan kemampuan penetrasi sperma, Menjadikan selaput

lendir Rahim tipis dan atrofi, Menghambat transportasi gamet oleh

tuba (Kemenkes RI, 2014).


86

(a) Pil

i. Jenis :

Kemasan 28 pil berisi 75 µg norgestrel, Kemasan 35 pil

berisi 300 µg levonorgestrel atau 350 µg norethindrone.

ii. Keuntungan :

Efektif jika diminum setiap hari di waktu yang sama (0,05-5

kehamilan/100 perempuan dalam 1 tahun pertama), Tidak

diperlukan pemeriksaan panggul, Tidak mempengaruhi ASI,

Tidak mempengaruhi hubungan seksual, Kembalinya fertilisasi

segera jika pemakaian dihentikan, Mudah digunakan dan

nyaman, Efek samping kecil (Kemenkes RI, 2014).

iii. Keterbatasan :

Harus digunakan setiap hari dan waktu yang sama, Bila lupa

satu pil saja, kegagalan menjadi lebih besar, Risiko kehamilan

ektopik cukup tinggi, tetapi risiko ini lebih rendah

dibandingkan dengan perempuan yang tidak menggunakan

minipil, Efektivitas menjadi rendah bila digunakan bersamaan

dengan obat tuberculosis atau obat epilepsy, Tidak mencegah

IMS (Kemenkes RI, 2014).

iv. Efek samping :

Hampir 30-60% mengalami gangguan haid (pendarahan

sela, spotting, amonorhea), Peningkatan/penurunan berat

badan, Payudara menjadi tegang, mual, sakit kepala,

dermatitis atau
87

jerawat, Hirsutisme (tubuh rambut/bulu berlebih di daerah

muka) tetapi sangat jarang terjadi.

v. Waktu mulai menggunakan :

Pada ibu menyusui dapat menggunakan setelah 6 minggu

pasca persalinan, Pada ibu tidak menyusui dapat menggunakan

segera setelah persalinan (Kemenkes RI, 2014).

(b) Injeksi Suntik

i. Jenis

Tersedia 2 jenis kontrasepsi suntikan yang hanya

mengandung progestin yaitu :

Depo medroksiprogesteron asetat mengandung 150 mg

DMPA, yang diberikan setiap 3 bukan dengan cara disuntik

intramuskuler di daerah bokong. Depo noretisteron enantat,

diberikan setiap 2 bulan dengan cara disuntik intramuskuler

ii. Keuntungan :

Sangat efektif (0,3 kehamilan per 100 perempuan dalam

satu tahun pertama), Pencegahan kehamilan jangka Panjang,

Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri, Tidak

mengandung estrogen sehingga tidak berdampak serius

terhadap penyakit jantung dan gangguan pembekuan darah,

Tidak mempengaruhi ASI, Sedikit efek samping, Dapat

digunakan oleh perempuan usia > 35 tahun sampai

perimenopouse, Membantu mencegah kanker endometrium

dan kehamilan ektopik, Menurunkan


88

kejadian penyakit jinak payudara, Mencegah beberapa

penyebab penyakit radang panggul, Menurunkan krisis anemia

bulan sabit (sickle cell) (Kemenkes RI, 2014).

iii. Keterbatasan :

Klien sangat bergantung pada tempat sarana pelayanan

kesehatan (harus kembali sesuai jadwal suntikan), Tidak dapat

dihentikan sewaktu-waktu sebelum suntikan berikut, Tidak

mencegah IMS, Terlambatnya kehamilannya kesuburan setelah

penghentian pemakaian (Kemenkes RI, 2014).

iv. Efek samping :

Gangguan haid seperti siklus haid yang memendek atau

memanjang, pendarahan yang banyak atau sedikit, pendarahan

bercak/spotting, tidak haid sama sekali, Peningkatan berat

badan, Terjadi perubahan pada lipid serum pada penggunaan

jangka Panjang, Sedikit menurunkan kepadatan (densitas)

tulang pada penggunaan jangka Panjang, Pada penggunaan

jangka Panjang dapat menimbulkan kekeringan pada vagina,

menurunkan libido, gangguan emosi (jarang), sakit kepala,

nervositas, jerawat

v. Yang tidak boleh menggunakan :

Hamil atau dicurigai hamil risiko cacat pada janin 7 per

100.000 kelahiran, Pendarahan pervaginam yang belum jelas

penyebabnya, Tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid


89

terutama amenorrhea, Menderita kanker payudara atau riwayat

kanker payudara, Diabetes mellitus disertai komplikasi.

vi. Waktu memulai menggunakan :

Pada ibu menyusui dapat menggunakan setelah 6 minggu

pasca persalinan, Pada ibu tidak menyusui dapat menggunakan

segera setelah persalinan (Kemenkes RI, 2014).

(c) Implan

i. Definisi :

Adalah alat kontrasepsi bawah kulit yang mengandung

progestin yang dibungkus dalam kapsul silasik silikon

polidimetri.

ii. Jenis :

Norplan, terdiri dari 6 batang silasik lembut berongga

dengan Panjang 3,4 cm, diameter 2,4 mm yang diisi dengan 36

mg levonorgestrel dan lama kerjanya 5 tahun, Implanon, terdiri

dari satu batang putih lentur dengan Panjang kira-kira 40 mm,

diameter 2 mm yang diisi dengan 68 mg 3 keto desogestrel dan

lama kerjanya 3 tahun, Jadelle dan indoplan, terdiri dari dua

batang berisi 75 mg Levonorgestrel dengan lama kerjanya 3

tahun (Kemenkes RI, 2014).

iii. Keuntungan, dibagi menjadi 2 yaitu :

Keuntungan kontrasepsi, Sangat efektif (kegagalan 0,2-1,0

kehamilan per 100 perempuan, Daya guna tinggi, Perlindungan


90

jangka panjang (sampai 5 tahun), Pengembalian tingkat

kesuburan yang cepat setelah pencabutan, Tidak memerlukan

pemeriksaan dalam, Bebas dari pengaruh estrogen, Tidak

mengganggu hubungan seksual, Tidak menganggu ASI.

Non kontrasepsi, Mengurangi nyeri haid, Mengurangi

jumlah darah haid, Mengurangi/memperbaiki anemia,

Melindungi terjdinya kanker endometrium, Menurunkan angka

kejadian tumor jinak payudara, Melindungi diri dari beberapa

penyebab penyakit radang panggul, Menurunkan angka

kejadian endometriosis.

iv. Keterbatasan :

Membutuhkan tindakan pembedahan minor untuk insersi

dan pencabutan, Tidak mencegah IMS, Klien tidak dapat

menghentikan sendiri pemakaian kontrasepsi, akan tetapi harus

pergi ke klinik untuk pencabutan, Efektivitas menurun bila

menggunakan obat tuberculosis atau obat epilepsy, Terjadinya

kehamilan ektopik sedikit lebih tinggi (Kemenkes RI, 2014).

v. Efek samping :

Sakit kepala, Nyeri payudara, Amenorrhea, Perasaan mual,

Pendarahan bercak ringan, Ekspulsi, Infeksi pada daerah insisi,

Penambahan berat badan, Perubahan perasaan atau

kegelisahan.
91

vi. Yang tidak boleh menggunakan implant :

Pendarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya,

Benjolan/kanker payudara atau riwayat kanker payudara, Tidak

dapat menerima perubahan pola haid yang terjadi, Mioma uteri

dan kanker payudara, Gangguan toleransi glukosa (Kemenkes

RI, 2014).

vii. Waktu mulai menggunakan implant :

Waktu pemasangan minimal 4 minggu pasca persalinan

(2) Hormon Kombinasi

i. Definisi :

Metode kontrasepsi dengan menggunakan kombinasi hormon

mengandung hormon estrogen dan progesterone (Kemenkes RI,

2014).

ii. Cara Kerja :

Menekan ovulasi, Mencegah implantasi, Mengentalkan lendir

serviks sehingga sulit dilalui sperma, Pergerakan tuba terganggu

sehingga transportasi telur akan terganggu (Kemenkes RI, 2014).

(a) PIL

i. Jenis :

Monofasik : kemasan 21 tablet mengandung hormon /aktif

estrogen/progestin dalam dosis yang sama dan tablet tanpa

hormon aktif.
92

Bifasik : kemasan 21 tablet mengandung hormon aktif

estrogen/progestin dengan dua dosis yang berbeda dan 7 tablet

tanpa hormon aktif.

Trifasik : kemasan 21 tablet mengandung hormon aktif

estrogen/progestin dengan tiga dosis yang berbeda dan 7 tablet

tanpa hormon aktif (Kemenkes RI, 2014).

ii. Waktu mulai menggunakan :

Direkomendasikan hanya untuk ibu tidak menyusui, Ibu

pasca persalinan : aman digunakan setelah 3 minggu pasca

persalinan. Ibu pasca keguguran : segera atau dalam 7 hari

setelah keguguran.

iii. Keuntungan :

Efektivitas yang tinggi (1 kehamilan per 100 perempuan

dalam tahun pertama penggunaan, Risiko terhadap kesehatan

sangat kecil, Tidak mengganggu hubungan seksual, Mudah

dihentikan setiap saat, Kesuburan segera kembali setelah

penggunaan pil dihentikan, Dapat digunakan sebagai

kontrasepsi darurat, Dapat digunakan sebagai kontrasepsi

darurat, dapat digunakan sejak usia remaja hingga menopause,

membantu mencegah kehamilan ektopik, kanker ovarium,

kanker endometrium, kista ovarium, penyakit radang panggul,

kelainan jinak pada payudara, disminore atau akne.


93

iv. Keterbatasan :

Membosankan karena harus menggunakannya setiap hari,

Tidak boleh diberikan kepada perempuan menyusui

(mengurangi ASI), Tidak mencegah IMS.

v. Efek samping :

Mual terutama pada 3 bulan pertama, Pendarahan bercak

atau pendarahan sela terutama 3 bulan pertama, Sakit kepala,

Nyeri payudara, Berat badan naik sedikit, Pada sebagian kecil

perempuan dapat menimbulkan depresi dan perubahan suasana

hati sehingga keinginan untuk melakukan berhubungan seks

berkurang, Dapat meningkatkan tekanan darah dan retensi

cairan sehingga risiko stroke dan gangguan pembekuan darah

pada vena dalam sedikit meningkat. Pada perempuan usia > 35

tahun dan merokok perlu hati-hati (Kemenkes RI, 2014).

(b) Injeksi/Suntik

i. Jenis :

25 mg Depo Medroksiprogesteron Asetat dan 5 mg

Estradiol Sipionat yang diberikan injeksi instramuskular

sebulan sekali, 50 mg Noretindron enentat dan 5 mg Estradiol

Valerat yang diberikan injeksi intramuscular sebulan sekali

(Kemenkes RI, 2014).


94

ii. Keuntungan dalam kontrasepsi dan non kontrasepsi :

Keuntungan kontrasepsi, Sangat efektif (0,1-0,4 kehamilan

per 100 perempuan selama setahun pertama penggunaan),

Risiko terhadap kesehatan kecil, Tidak berpengaruh pada

hubungan suami istri, Tidak diperlukan pemeriksaan dalam,

Efektif samping sangat kecil.

Keuntungan Non Kontrasepsi, Mengurangi jumlah

pendarahan, Mengurangi nyeri saat haid, Mencegah anemia,

Khasiat pencegahan terhadap kanker ovarium dan kanker

endometrium, Mengurangi penyakit payudara jinak dan kista

ovarium, Mencegah kehamilan ektopik, Melindungi klien dari

jenis-jenis tertentu penyakit radang panggul, Pada keadaan

tertentu dapat diberikan pada perempuan usia perimenopouse.

iii. Kerugian :

Pola haid teratur, pendarahan bercak atau pendarahan sela

samapi 10 hari, Mual, sakit kepala, nyeri payudara ringan dan

keluhan seperti ini akan hilang setelah suntikan kedua atau

ketiga, Ketergantungan klien terhadap pelayanan kesehatan.

Klien harus kembali setiap 30 hari untuk mendapatkan

suntikan, Efektivitas berkurang bila digunakan bersamaan

dengan obat epilepsy (fenitoin dan barbiturat) atau obat

tuberculosis (rifampisin) (Kemenkes RI, 2014), Dapat terjadi

efek samping yang serius seperti serangan jantung, stroke,

bekuan darah pada


95

paru atau otak dan kemungkinan timbulnya tumor hati,

Penambahan berat badan, Tidak menjamin perlindungan

terhadap penularan infeksi menular seksual, hepatitis B virus

atau virus HIV, Kemungkinan terlambatnya pemulihan

kesuburan setelah penghentian pemakaian.

iv. Waktu mulai menggunakan

Direkomendasikan hanya untuk ibu tidak menyusui, Ibu

pasca persalinan : aman digunakan setelah 3 minggu pasca

persalinan. Ibu pasca keguguran : segera atau dalam 7 hari

setelah keguguran.

v. Efek samping :

Pola haid tidak teratur, pendarahan bercak atau pendarahan

sela sampai 10 hari, Mual, sakit kepala, nyeri payudara ringan

dan keluhan seperti ini akan hilang setelah suntikan kedua atau

ketiga, Dapat terjadi efek samping yang serius seperti serangan

jantung, stroke, bekuan darah pada paru atau otak dan

kemungkinan timbulnya tumor hati, Penambahan berat badan.

vi. Yang tidak boleh menggunakan

Pendarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya,

Tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid terutama

amenore, Menderita kanker payudara atau riwayat kanker

payudara, Diabetes Mellitus disertai komplikasi (Kemenkes RI,

2014).
96

B. Tinjauan Teori Manajemen Asuhan Kebidanan Menurut Hellen Varney

2007 dan SOAP

1. Pengertian Manajemen Asuhan Kebidanan

Manajemen asuhan kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang

digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan

berdasarkan teori ilmiah, temuan, keterampilan dalam tahapan yang logis

untuk mengambil suatu yang terfokus pada klien. Proses manajemen

asuhan kebidanan adalah pendekatan yang digunakan dalam menerapkan

metode pemecahan masalah secara sistematisnya dari pengumpulan data

dasar dan berakhir dengan evaluasi (Jannah, 2011).

2. Konsep Pendokumentasian Manajemen Asuhan Kebidanan

Pendokumentasian yang benar adalah pendokumntasian mengenai

asuhan yang telah dan akan dilakukan pada seorag pasien. Menurut

Varney, didalamnya tersirat proses berfikir bidan yangsistematis dalam

menghadapi pasien sesuai langkah-langkah manajemen asuhan kebidanan

maka didokumentasikan dalam bentuk tujuh langkah Varney dan SOAP

(Jannah, 2011).

3. Proses Menajemen Kebidanan

Penatalaksanaan kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang

digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan

berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan, keterampilan dan

rangkaian/tahapan yang logis untuk pengambilan suatu keputusan yang

berfokus pada klien (Varney, 2016).


97

Penatalaksanaan kebidanan terdiri dari beberapa langkah yang

berurutan yang dimulai dengan pengumpulan data dasar dan berakhir

dengan evaluasi. Langkah-langkah tersebut membentuk kerangka yang

lengkap yang bisa diaplikasikan dalam semua situasi. Akan tetapi, setiap

langkah tersebut bisa dipecah-pecah ke dalam tugas-tugas tertentu dan

semuanya bervariasi sesuai dengan kondisi klien. Jadi manajemen

kebidanan ini suatu pendekatan pemecahan masalah yang digunakan oleh

setiap bidan dalam pengambilan keputusan klinik pada saat mengelola

klien; ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, bayi baru lahir dan balita

dimanapun tempatnya.

Proses ini akan membantu para Bidan dalam berpraktek memberikan

asuhan yang aman dan bermutu.

Langkah I : Pengkajian

Pada langkah pertama ini bidan mengumpulkan semua informasi yang

akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi

klien, baik dari hasil anamnesa dengan klien, suami/keluarga, hasil

pemeriksaan, dan dari dokumentasi pasien/catatan tenaga kesehatan yang

lain.

Untuk memperoleh data dapat dilakukan dengan cara :

a. Menanyakan riwayat kesehatan, haid, kehamilan, persalinan, nifas dan

sosial

b. Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan

c. Pemeriksaan khusus

d. Pemeriksaan penunjang

e. Melihat catatan rekam medik pasien


98

Langkah ini merupakan langkah yang akan menentukan langkah

pengambilan keputusan yang akan diambil pada langkah berikutnya,

sehingga kelengkapan data sesuai dengan kasus yang dihadapi akan

menentukan proses interpretasi yang benaratau tidak dalam tahap

selanjutnya, oleh sebab itu dalam pendekatan ini harus yang

komperehensif meliputi data subjektif, objektif, dan hasil pemeriksaan

sehingga dapat menggambarkan kondisi/menilai kondisi klien yang

sebenarnya dan pasti.

Setelah mengumpulkan data, kaji ulang data yang sudah dikumpulkan

apakah sudah tepat, lengkap dan akurat. Sebagai contoh informasi yang

perlu digali ada pada Formulir pengkajian terlampir (Formulir ini

merupakan bagian yang tidak terpisah dari catatan rekam medik yang ada

pada rumah sakit, Puskesmas ataupun tempat pelayanan kebidanan yang

lain)

Langkah II : Merumuskan Diagnosa/Masalah Kebidanan

Pada langkah ini bidan menganalisa data dasar yang didapat pada

langkah pertama, menginterpretasikannya secara akurat dan logis,

sehingga dapat merumuskan diagnosa atau masalah kebidanan.

Rumusan diagnosa merupakan kesimpulan dari kondisi klien, apakah klien

dalam kondisi hamil, inpartu, nifas, bayi baru lahir? Apakah kondisinya

dalam keadaan normal? Diagnosa ini dirumuskan menggunakan

nomenklatur kebidanan.

Sedangkan masalah dirumuskan apabila bidan menemukan

kesenjangan yang terjadi pada respon ibu terhadap kehamilan, persalinan,

nifas dan bayi


99

baru lahir. Masalah ini terjadi pada ibu tetapi belum termasuk dalam

rumusan diagnosa yang ada, karena masalah tersebut membutuhkan

penanganan/intervensi bidan, maka dirumuskan setelah diagnosa.

(Masalah sering berkaitan dengan hal-hal yang sedang dialami wanita

yang diidentifikasi oleh bidan sesuai dengan hasil pengkajian. Masalah

tersebut juga sering menyertai diagnosa).

Langkah III : Mengantisipasi Diagnosa/masalah potensial

Langkah ini merupakan langkah antisipasi, sehingga dalam melakukan

asuhan kebidanan bidan dituntut untuk mengantisipasi permasalahan yang

akan timbul dari kondisi yang ada/sudah terjadi. Dengan mengidentifikasi

masalah potensial atau diagnosa potensial yang akan terjadi berdasarkan

diagnosa/masalah yang sudah ada, dan merumuskan tindakan apa yang

perlu diberikan untuk mencegah atau menghindari masalah/diagnosa

potensial yang akan terjadi.

Pada langkah antisipasif ini diharapkan Bidan selalu waspada dan

bersiap-siap mencegah diagnosa/masalah potensial ini menjadi benar-

benar tidak terjadi. Langkah ini, penting sekali dalam melakukan asuhan

yang aman. Dan langkah ini perlu dilakukan secara cepat, karena sering

terjadi dalam kondisi emergensi.

Langkah IV : Menetapkan Kebutuhan Tindakan Segera.

Pada saat ini bidan mengidentifikasi perlunya tindakan segera, baik

tindakan intervensi, tindakan konsultasi, kolaborasi dengan dokter lain,

atau rujukan berdasarkan Kondisi Klien. Langkah keempat

mencerminkan
100

kesinambungan dari proses penatalaksanaan kebidanan yang terjadi dalam

kondisi emergensi. Dapat terjadi pada saat mengelola ibu hamil, bersalin,

nifas dan bayi baru lahir. Berdasarkan hasil analisa data, ternyata kondisi

klien membutuhkan tindakan segera untuk menangani/mengatasi

diagnosa/masalah yang terjadi.

Pada langkah ini mungkin saja diperlukan data baru yang lebih spesifik

sehingga mengetahui penyebab langsung masalah yang ada, sehingga

diperlukan tindakan segera untuk mengetahui penyebab masalah. Jadi

tindakan segera bisa juga berupa observasi/pemeriksaan.

Beberapa data mungkin mengidentifikasikan situasi yang gawat dimana

bidan harus bertindak segera untuk kepentingan keselamatan jiwa ibu atau

anak (misalnya menghentikan perdarahan kala III, atau mengatasi distosia

bahu pada kala II).

Pada tahap ini mungkin juga klien memerlukan tindakan dari seorang

dokter, misalnya terjadi prolaps tali pusat, sehingga perlu tindakan rujukan

dengan segera. Demikian juga bila ditemukan tanda-tanda awal dari pre-

eklamsi, kelainan panggul, adanya penyakit jantung, diabetes atau masalah

medik yang serius, maka bidan perlu melakukan konsultasi atau kolaborasi

dengan dokter.

Dalam kondisi tertentu seorang wanita mungkin juga akan memerlukan

konsultasi atau kolaborasi dengan dokter atau tim kesehatan lain seperti

pekerja sosial ahli gizi. Dalam hal ini bidan harus mampu mengevaluasi
101

kondisi setiap klien untuk menentukan kepada siapa konsultasi dan

kolaborasi yang tepat dalam penatalaksanaan asuhan klien.

Pada penjelasan diatas menunjukan bahwa dalam melakukan tindakan

harus sesuai dengan prioritas masalah/kebutuhan yang dihadapi kliennya.

Setelah bidan merumuskan tindakan yang perlu dilakukan untuk

mengantisipasi diagnosa/masalah potensial pada step sebelumnya, bidan

juga harus merumuskan tindakan emergency/segera yang harus

dirumuskan untuk menyelamatkan ibu dan bayi.

Langkah V : Menyusun Rencana Asuhan Secara Menyeluruh

Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh ditentukan

oleh langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan

penatalaksanaan terhadap masalah atau diagnosa yang telah diidentifikasi

atau diantisipasi, baik yang sifatnya segera ataupun rutin. Pada langkah ini

informasi data yang tidak lengkap dapat dilengkapi dengan merumuskan

tindakan yang sifatnya mengevaluasi/memeriksa kembali. Atau perlu

tindakan yang sifatnya follow up.

Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi penanganan

masalah yang sudah teridentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap

masalah yang berkaitan, tetapi juga tindakan yang bentuknya antisipasi

(dibutuhkan penyuluhan, konseling). Begitu pula tindakan rujukan yang

dibutuhkan klien bila ada masalah-masalah yang berkaitan dengan social

ekonomi-kultural atau masalah psikologis. Dengan perkataan lain asuhan

terhadap wanita tersebut sudah mencakup setiap hal yang berkaitan dengan
102

semua aspek asuhan kesehatan. Setiap rencana asuhan haruslah disetujui

oleh kedua belah pihak, yaitu oleh bidan dan klien agar dapat

dilaksanakan dengan efektif karena klien juga akan melaksanakan rencana

tersebut (Informed Consent). Oleh karena itu, pada langkah ini tugas bidan

adalah merumuskan rencana asuhan sesuai dengan hasil pembahasan

rencana asuhan bersama klien kemudian membuat kesepakatan bersama

sebelum melaksanakannya, baik lisan ataupun tertulis contoh format

inform conversal tertulis. Semua keputusan yang dikembangkan dalam

asuhan menyeluruh ini harus rasional dan benar-benar nyata berdasarkan

pengetahuan dan teori yang up to date serta telah dibuktikan bahwa

tindakan tersebut bermanfaat/efektif berdasarkan penelitian (Evidence

Based).

Langkah VI : Implementasi

Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah

diuraikan pada langkah ke 5 dilaksanakan secara efisien, efektif dan aman.

Pelaksanaan dapat dilakukan seluruhnya oleh bidan atau bersama-sama

dengan klien, atau anggota tim kesehatan lainnya kalau diperlukan.

Apabila ada tindakan yang tidak dilakukan oleh bidan tetapi dilakukan

oleh dokter atau tim kesehatan yang lain, bidan tetap memegang tanggung

jawab untuk mengarahkan kesinambungan asuhan berikutnya. (misalnya

memastikan langkah-langkah tersebut benar-benar terlaksana, dan sesuai

dengan kebutuhan klien).

Dalam situasi dimana bidan berkolaborasi dengan dokter untuk

menangani klien yang mengalami komplikasi, maka keterlibatan bidan


103

dalam penatalaksanaan asuhan bagi klien adalah tetap bertanggung jawab

terhadap terlaksananya rencana bersama yang menyeluruh tersebut.

Penatalaksanaan yang efisien akan menyangkut waktu dan biaya serta

meningkatkan mutu dan asuhan klien. Kaji ulang apakah semua rencana

asuhan telah dilaksanakan.

Langkah VII : Mengevaluasi

Pada langkah terakhir ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan

yang sudah diberikan, meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan

apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana

telah diidentifikasikan didalam diagnosa dan masalah. Rencana tersebut

dapat dianggap efektif jika memang benar efektif dalam pelaksanaannya.

Ada kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebut efektif sedangkan

sebagian belum efektif. Mengingat bahwa proses penatalaksanaan ini

merupakan suatu kegiatan yang berkesinambungan maka perlu mengulang

kembali dari awal setiap asuhan yang tidak efektif melalui pengkajian

ulang (memeriksa kondisi klien). Proses evaluasi ini dilaksanakan untuk

menilai mengapa proses penatalaksanaan efektif/tidak efektif serta

melakukan penyesuaian pada rencana asuhan tersebut (Sari, 2017).

4. Data Perkembangan

Metode SOAP merupakancatatan yang bersifat sederhana, jelas, logis

dan singkat. Prinsisp dari metode SOAP ini merupakan proses pemikiran

penatalaksanaan manajemen kebidanan.


104

a. S (Data Subyektif)

Merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan menurut

Halen Varney langkah pertama (pengkajian data), terutama data yang

diperoleh melalui anamnesa. Data subyektif ini berhubungan dengan

masalah dari sudut pandangan pasien. Data subyektif ini nantinya

akan menguatkan diagnosis yang akan disusun.

b. O (Data Objektif)

Merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan menurut

Halen Varney pertama (pengkajian data), terutama yang diperoleh

melalui hasil observasi yang jujur dari pemeriksaan fisik pasien,

pemeriksaan laboratorium/pemeriksaan diagnostik lain.

c. A (Assessment)

A (Analysis/Assessment) merupakan pendokumentasian manajemen

kebidanan menurut Halen Varney langkah kedua, ketiga dan keempat

sehingga mencakup hal-hal berikut ini : diagnosis/masalah kebidanan,

diagnosis/masalah potensial serta perlunya mengidentifikasi

kebutuhan tindakan segera untuk antisipasi diagnosis/masalah

potensial dan kebutuhan tindakan segera harus diidentifikasi manurut

kewenangan bidan meliputi : tindakan mandiri, tindakan kolaborasi

dan tindakan merujuk klien.

d. P (Planning)

Planning/ perencanaan adalah membuat rencana asuhan saat ini dan

yang akan datang. Rencana asuhan disusun berdasarkan hasil analisis


105

dan intepretasi data. Menurut Halen Varney langkah kelima, keenam,

dan ke tujuh. Pendokumentasian P dalam SOAP ini adalah pelaksanan

asuhan sesuai rencana yang telah disusun sesuai dengan keadaan dan

dalam rangka mengatasi masalah pasien. Dalam planning juga harus

mencantumkan evaluation/evaluasi yaitu tafsiran dari efek tindakan

yang telah diambil untuk menilai efektivitas asuhan/hasil pelaksanaan

tindakan. Untuk mendokumentasikan proses evaluasi ini, diperlukan

sebuah catatan perkembangan, dengan tetap mengacupada metode

SOAP (Sari, 2017).


106

Alur Fikir Bidan Pencatatan dari Asuhan Kebidanan

Proses Manajemen Pendokumentasian


Kebidanan Asuhan Kebidanan

5 LANGKAH
7 LANGKAH VARNEY (KOMPETENSI SOAP NOTES
BIDAN)
1. Pengumpulan Data Data. Subjektif (Hasil
Dasar. Anamnesis
Objektif
(Pemeriksaan)
2. Interpretasi Data: Assesment / Assesment
Diagnosis, Masalah, Diagnosis. (Analisis dan
kebutuhan. Interpretasi Data).
3. Identifikasi Diagnosis
atau Masalah Potensial.  Diagnosis dan
4. Identifikasi Kebutuhan Masalah.
yang Memerlukan  Diagnosis atau
Penanganan Segera Masalah Potensial.
secara Mandiri,  Kebutuhan
Konsultasi atau Tindakan Segera.
Kolaborasi
5. Rencana Asuhan: Planning. Planning
 Melengkapi Data: (Dokumentasi
Tes Diagnostik / Implementasi dan
Laboratorium Evaluasi).
 Pendidikan /
Kosnseling.  Asuhan Mandiri.
 Rujukan  Kolaborasi.
 Follow Up.  Tes Diagnostik
6. Pelaksanaan. Implementasi. atau Tes
Laboratorium.
7. Evaluasi. Evaluasi.  Konseling.
 Follow Up.
(Sumber : Sari Febriani.2017.Konsep Kebidanan. Medan : Akademi Kebidanan

Mitrahusada)

Gambar 2.2 Alur Fikir Bidan 7 Langkah Varney dan SOAP


107

Ibu hamil
UK 36-40 minggu

Fisiologis Patologis

Asuhan kebidanan pada kehamilan Fisiologis Rujuk


 Kunjungan I (UK 0-12 minggu)
 Kunjungan II (UK 12-28 mingggu)
 Kunjungan III (UK 28 minggu – 42 minggu/bersalin)

Bersalin

Fisiologis Patologis

Pemantauan kemajuan persalinan kala Rujuk


I-IV dengan partograf

Nifas
Bayi baru lahir

Fisiologis Fisiologis
Patologis Patologi

Asuhan kebidanan pada Asuhan kebidanan pada ibu nifas


BBL/neonatus fisiologi : Rujuk fisiologis : Rujuk
 KN I pada (0-6 jam) KF I (6 jam-2 hari pasca persalinan)
 KN II pada (6-48 jam) KF II (3 hari-7 hari pasca persalinan) KB
 KN III pada (3-7 hari) KF III (8 hari-28 hari pacsa persalinan) (Keluarga
 KN IV pada (8-28 hari) KF IV( 29 hari-42 hari pasca persalinan) Berencana)

Asuhan kebidanan keluarga berencana fisiologis Konseling :


SATU TUJU

(Sumber : Varney, Helen, 2016. Buku Ajar Asuhan kebidanan. Jakarta: EGC)

Gambar 2.3 Alur Asuhan Kebidanan (Continuity Of Care)


108

Proses Pendampingan dan Ujian Proposal LTA

Pengurusan Perijinan Kampus

Pengurusan Perijinan Tempat Pengambilan Kasus LTA

Infoment Consent Responden

Pelaksanaan Studi Kasus Asuhan Kebidanan Komprehensif

Asuhan Asuhan Asuhan Asuhan Asuhan


Kebidanan Kebidanan Kebidanan Kebidan Kebidanan
Kehamilan Persalinan Masa Nifas Neonatusan Keluarga
(ANC) (INC) (PNC) (BBL) Berencana (KB)

Pengambilan data dengan 7 langkah varney pada ANC memperhatikann protocol


kesehatan (Menggunakan Masker, Mencuci tanggan, menjaga jarak dan mengukur suhu

Perkembangan dengan SOAP di INC, PNC, BBL DAN KB

Analisis Kesenjangan Antara Teori dan Kasus yang di Dapat

Pembimbingan dan ujian LTA

Penyampaian LTA ke Kampus

Gambar 2.4 Kerangka Kerja Pelaksanaan LTA


BAB III
TINJAUAN KASUS

A. KEHAMILAN

ASUHAN KEBIDANAN IBU HAMIL PADA NY.S UMUR 34 TAHUN


G3P2A0 USIA KEHAMILAN 38 MINGGU DI BPM BIDAN DEBY
KABUPATEN JAYAPURA

Tanggal pengkajian : 12 Januari 2021

Tempat Pengkajian : Rumah Ibu

Jam pengkajian : 16.00 WIT

Dikaji oleh : Mhs. Daningtias Melini Fitri

I. PENGKAJIAN DATA DASAR

A. Data subjektif

1. Identitas

Nama Ibu : Ny.S Nama Suami : Tn.J

Umur : 34 Tahun Umur : 43 Tahun

Kebangsaan : Indonesia Kebangsaan : Indonesia

Suku : Manado Suku : Manado

Pendidikan : S1 Pendidikan : S1

Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta

Agama : Kristen Protestan Agama : Kristen Protestan

Alamat : BTN Marwah Alamat : BTN Marwah

109
110

2. Keluhan utama

Ibu mengatakan tidak ada keluhan

3. Riwayat menstruasi

Menarche : 15 Tahun

Siklus : 28 Hari

Teratur/tidak : Teratur

Lamanya : 5-7 Hari

Volume : 3-4x ganti pembalut/hari

Sifat darah : Encer

Dismenorhea : Tidak ada

HPHT : 21-04-2020

4. Riwayat obstetri lalu

a. Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang lalu

KEHAMILAN PERSALINAN NIFAS


Umur
No
anak
Usia Penyulit Jenis Penyulit Tempat Penolong BB PB Penyulit Laktasi

Cukup Tidak Tidak RS Tidak


1 10 Thn Normal Bidan 3680 gr 49 cm ASI
Bulan ada ada Manado ada
BPM
Cukup Tidak Tidak Tidak
2 5 Thn Normal Bidan Bidan 3500 gr 50 cm ASI
Bulan ada ada ada
Debi

HAMIL INI
111

b. Keluarga Berencana

Pasang/Mulai Lepas/Berhenti
NO Jenis Kontrasepsi
Tahun Alasan Tahun Alasan
1 KB Alami metode Ingin menjarakan kehamilannya.
2010 2013 Ingin memiliki anak.
kalender
2 KB Alami metode Ingin menjarakan kehamilanna. Ingin memiliki anak
2016 2019
kalender kembali.

5. Riwayat kehamilan sekarang

a. Tempat ANC : BPM Bidan Debi dan RS Yowari

b. Petugas kesehatan ANC : Bidan dan Dokter

c. Frekuensi selama

hamil TM I : 2x

TM II : 3x

TM III : 2x

d. Imunisasi

TT 5 : 22-09-2020

e. Terapi saat ANC : SF (1x1) dan KALK (1x1)

f. KIE saat ANC : Jalan pagi atau sore dan kurangi makanan atau

minuman yang manis-manis.

g. Keluhan

TM I : Ibu mengatakan tidak ada.

TM II : Ibu mengatakan tidak ada.

TM III : Ibu mengatakan tidak ada.


112

h. Pergerakan janin pertama kali dirasakan : Ibu mengatakan merasakan

gerakan di usia kehamilan 4

bulan.

i. Pergerakan janin 24 jam terakhir : Ibu mengatakan hari ini

merasa 8x gerakkan janin.

6. Riwayat kesehatan

a. Sekarang : Ibu mengatakan ibu tidak sedang menderita

penyakit kronik (TBC, Hepatitis), sistemik

(Stroke, Jantung, Diabetes Melitus, Asma).

b. Yang lalu : Ibu mengatakan yang lalu menderita

penyakit kronik (TBC, Hepatitis), sistemik

(Stroke, Jantung, Diabetes Melitus, Asma).

c. Keluarga : Ibu mengatakan dalam keluarga tidak ada

yang mengalami menderita penyakit

kronik (TBC, Hepatitis), sistemik (Stroke,

Jantung, Diabetes Melitus, Asma).

7. Riwayat sosial ekonomi

a. Riwayat pernikahan

Status pernikahan : Menikah

Umur istri saat menikah : 22 Tahun

Umur suami : 31 Tahun

Lama menikah : 12 Tahun

Pernikahan ke : Pertama
113

b. Keadaan psikososial

Kehamilan ini : Ibu mengatakan kehamilan ini

di harapkan.

Respon ibu dan keluarga : Ibu mengatakan suami dan

keluarga mendukung kehamilan

ini.

Persepsi ibu terhadap respons keluarga : Ibu mengatakan respon

keluarga baik.

Hubungan keluarga : Ibu mengatakan hubungan

keluarga baik.

Pengambilan keputusan dalam keluarga :Ibu mengatakan pengambilan

keputusan ada pada Suami.

Status ekonomi dan sosial : Ibu mengatakan cukup untuk

kehidupan sehari-hari ± 1-5

jt/bulan

8. Kebiasaan hidup sehat (kebiasaan merokok, minuman beralkohol,

narkoba, dan jamu-jamuan) :

Ibu mengatakan tidak memiliki kebiasaan merokok, minum-minuman

beralkohol ataupun minum jamu-jamuan.


114

9. Pola kehidupan sehari-hari

NO. Pola Kebutuhan Sebelum Hamil Saat Hamil


a. Nutrisi
- Frekuesi Makan 3x/hari 3x/hari
- Porsi 1 Pirinng 1 piring
- Nafsu Makan Baik Baik
- Jenis Makanan Ubi, lauk-pauk, sayuran. Ubi, lauk-pauk, sayuran.
- Pantangan Tidak ada Tidak ada
- Frekuensi Minuman 3-7x/hari 3-7x/hari
- Porsi gelas (250ml) 1 gelas (250ml)
- Jenis Minuman 1 Air Putih, Teh, Jus Buah Air Putih, Teh, Jus Buah
- Pantangan Tidak ada Tidak ada
b. Eliminasi
BAB
- Frekuensi 1x/hari 1x/hari
- Konsistensi Lunak Lunak
- Warna Kuning kecoklatan Kuning kecoklatan
- Bau Khas feses Khas feses
BAK
- Frekuensi 2-4x/hari 2-4x/hari
- Konsistensi Cair Cair
- Warna Kuning jernih Kuning jernih
- Bau Amoniak Amoniak
- Keluhan Tidak ada Tidak ada
c. Pola istirahat
- Tidur siang 1 jam/hari 1 jam/hari
- Tidur malam 7-8 jam/hari 7-8 jam/hari
d. Personal hygiene
a. Frekuensi mandi 2x/hari 2x/hari
b. Sikat gigi 2x/hari 2x/hari
c. Bersihkan alat kelamin Saat Mandi, BAB, BAK Saat Mandi, BAB, BAK
d. Ganti pakaian dalam Setelah Mandi atau saat Setelah Mandi atau saat lembab
lembab

e. Pola Seksualitas 2-3 x/minggu 1-2 x/minggu

B. Data Obyektif

1. Pemeriksaan umum

a. Keadaan umum : Baik

b. Kesadaran : Composmentis
115

c. Status emosional : Stabil

d. Tanda-tanda vital

Tekanan darah : 116/80 mmHg

Nadi : 90x/m

Pernapasan : 22x/m

Suhu : 36,60C

BB sebelum hamil : 90 kg

BB saat hamil sekarang : 115 kg

Kenaikan BB selama hamil : 25 kg

Tinggi badan : 168 cm

IMT : 90 = 90 = 31,8 (Obes)

1,68 x 1,68 2.8224

Usia Kehamilan : 38 Minggu

TP : 28-01-2021

LILA : 35 cm

2. Pemeriksaan fisik

a. Kepala

Warna rambut : Hitam

Kebersihan : Bersih

Benjolan : Tidak ada

Nyeri Tekan : Tidak ada


116

b. Wajah

Oedeme : Tidak ada

Pucat : Tidak ada

Cloasma gravidarum : Tidak ada

c. Mata

Letak : Simetris kanan/kiri

Konjungtiva : Merah muda

Sklera : Putih

Penglihatan : Jelas

Kondisi pupil : Baik

d. Hidung

Sekret : Tidak ada

Polip : Tidak ada

Kebersihan : Bersih

Nyeri tekan : Tidak ada

e. Mulut dan gigi

Mukosa : Lembab

Stomatitis : Tidak ada

Karies : Tidak ada

Lidah : Bersih

f. Telinga

Letak : Simetris kanan/kiri

Serumen : Tidak ada


117

Kebersihan : Bersih

Pendengaran : Jelas

g. Leher

Kelenjar tiroid : Tidak ada pembesaran

Kelenjar limfe : Tidak ada pembesaran

Vena jugularis : Tidak ada pembengkakan

h. Dada

Benjolan : Tidak ada

Irama pernafasan : Teratur

i. Payudara

Letak : Simetris kanan/kiri

Kebersihan : Bersih

Putting susu : Menonjol

Areola mammae : Hiperpygmentasi

Pengeluaran ASI : Belum ada -/-

Benjolan : Tidak ada -/-

Nyeri tekan : Tidak ada -/-

Kebersihan : Bersih

j. Abdomen

Bekas operasi : Tidak ada

Linea : Nigra

Striae gravidarum : Ada


118

Palpasi

TFU : 35 cm, 2 jari di bawah px.

Leopold 1 : Pada bagian atas fundus ibu teraba bulat, lunak,

tidak melenting (Bokong).

Leopold II : Sebelah kiri perut ibu teraba kecil-kecil

(Ekstremitas), Sebelah kanan perut ibu teraba

Panjang, lurus, keras seperti papan (Punggung).

Leopold III : Pada bagian terendah janin teraba bulat, keras,

melenting (Kepala). Bagian terendah janin

(Kepala) belum masuk Pintu Atas Panggul (PAP).

Leopold IV : Kepala belum masuk PAP

Auskultasi : Punggung janin berada di sebelah kanan perut ibu

kuadran 3, DJJ (+) : 130x/m.

TBJ : (35-12) x 155 = 23x155 = 3.565 gram

k. Genetalia : Bersih, tidak ada pembekakan, tidak ada

tanda-tanda infeksi.

l. Anus : Tidak ada hemoroid.

m. Ekstremitas atas

Letak : Simetris kanan/kiri

Kelengkapan : Lengkap

Pergerakan : Aktif +/+

Oedema : Tidak ada


119

n. Ekstremitas bawah

Letak : Simetris kanan/kiri

Kelengkapan : Lengkap

Pergerakan : Aktif +/+

Oedema : Tidak ada

Reflek Patella : +/+

3. Pemeriksaan penunjang

Tanggal : 22-09-2020 (Rekam Medik)

HB : 11 gr %

VCT : Non Reaktif (NR)

DDR : Negatif (-)

HBsAg : Negatif (-)

Sifilis : Negatif (-)

Golongan darah : O

II. INTERPRETASI DATA DASAR

Diagnos : Ny.S Umur 34 Tahun G3P2A0 Usia Kehamilan 38 Minggu

dengan Kehamilan Normal

DS :

a. Ibu mengatakan ini kehamilan ketiganya

b. Ibu mengatakan tidak pernah mengalami keguguran

c. Ibu mengatakan hari pertama haid terakhirnya adalah 21 april 2020


120

DO :

a. Pemeriksaan umum

b. Keadaan umum : Baik

c. Kesadaran : Composmentis

d. Status emosional : Stabil

e. Tanda-tanda vital

Tekanan darah : 116/80 mmHg

Nadi : 90x/m

Pernapasan : 22x/m

Suhu : 36,6oC

BB sebelum hamil : 90 kg

BB saat hamil sekarang : 115 kg

Kenaikan BB selama hamil : 25 kg

Tinggi badan : 168 cm

IMT : 31,8 (obes)

Palpasi

TFU : 35 cm, 2 jari di bawah px.

Leopold 1 : Pada bagian atas fundus ibu teraba bulat, lunak,

tidak melenting (Bokong).


121

Leopold II : Sebelah kiri perut ibu teraba kecil-kecil (Ekstremitas),

Sebelah kanan perut ibu teraba Panjang, lurus, keras

seperti papan (Punggung).

Leopold III : Pada bagian terendah janin teraba bulat, keras,

melenting (Kepala). Bagian terendah janin (Kepala)

belum masuk Pintu Atas Panggul (PAP).

Leopold IV : Kepala belum masuk PAP.

Auskultasi : Punggung janin berada di sebelah kanan perut ibu

kuadran 3, DJJ (+) : 130x/m.

TBJ : 3.565 gram

III. MASALAH POTENSIAL

Tidak Ada

IV. TINDAKAN SEGERA

Tidak Ada

V. PERENCANAAN

1. Beritahu ibu kondisinya saat ini

Rasional : agar ibu mengetahui kondisinya saat ini

2. Beritahu ibu tentang tanda bahaya kehamilan trimester III

Rasional : agar ibu mengetahui tanda-tanda bahaya pada persalinan di

trimester III
122

3. Anjurkan ibu menjaga makanannya yang bergizi

Rasional : agar ibu tetap menjaga makanan gizi seimbang untuk memenuhi

nutrisi ibu dan janinnya

4. Anjurkan ibu jalan pagi atau sore setiap hari

Rasional : untuk mengurangi varises, melancarkan pencernaan,

Menurunkan risiko diabetes gestasional, menurunkan resiko preeklamsi,

mencegah stress, membermudah proses persalinan dan bayi lahir dengan

berat sehat.

5. Anjurkan ibu untuk menghabiskan tablet penambah darah dan kalsium

laktat yang di berikan bidan

Rasional : penambah darah atau zat besi untuk mencegah ibu kekurangan

darah atau anemia dan kalsium digunakan untuk membuat tulang dan gigi,

mengembangkan jantung, saraf dan otot. Selain itu kalsium juga

menurunkan resiko dari tekanan darah tinggi (hipertensi) yang merupakan

salah satu komplikasi kehamilan yang berbahaya.

6. Beritahu ibu akan dilakukan kunjungan ulang 9 hari lagi pada tanggal 21

Januari 2020

Rasional : agar ibu mengetahui kapan kunjungan ulang pemeriksaannya.


123

VI. PELAKSANAAN

Tanggal : 12-01-2021 Jam : 16.10 WIT Oleh : Mhs. Daningtias

1. Memberitahukan ibu kondisinya saat ini

a. Keadaan umum : Baik

b. Kesadaran : Composmentis

c. Keadaan emosional : Stabil

d. Tanda-tanda vital

TD : 116/80 mmHg S : 36,6oC

N : 90x/m R : 22x/m

e. Palpasi

Leopold 1 : TFU : 35 cm, Teraba bulat, lunak, tidak melenting

(Bokong).

Leopold II : Sebelah kiri teraba kecil-kecil (Ekstremitas), Sebelah

kanan teraba Panjang, lurus, keras seperti papan

(Punggung).

Leopold III : Teraba bulat, keras, melenting (Kepala). Bagian

terendah janin (Kepala) belum masuk Pintu Atas

Panggul (PAP).

Leopold IV : Kepala belum masuk PAP.

Auskultasi : Punggung janin berada di sebelah kanan perut ibu

kuadran 3, DJJ (+) : 130x/m.

TBJ : (35-12)x155 = 3.565 gram


124

2. Memberitahukan ibu tentang tanda bahaya kehamilan trimester III

Yaitu : sakit kepala yang hebat, penglihatan kabur, bengkak pada kaki,

tangan dan muka disertai tekanan darah yang tinggi, gerakan janin yang

berkurang, jika ibu mengalami hal tersebut segera ke puskesmas atau

rumah sakit terdekat.

3. Menganjurkan ibu menjaga makanannya yang bergizi seimbang seperti

sayur-sayuran hijau, buah-buahan, makanan mengandung protein,

karbohidrat dan lemak yang cukup dan mengurangi mengkonsumsi gula

dari makanan atau minuman yang manis-manis, serta diiringi

mengkonsumsi air putih yang banyak.

4. Menganjurkan ibu jalan pagi atau sore setiap hari

5. Menganjurkan ibu untuk menghabiskan tablet penambah darah dan

kalsium laktat yang di berikan bidan

6. Beritahu ibu akan dilakukan kunjungan ulang 9 hari lagi pada tanggal 21

Januari 2021

VII. EVALUASI

Tanggal : 12/01/2021 Jam : 16.20 WIT Oleh : Mhs. Daningtias

1. Ibu sudah mengetahui kondisinya saat ini

2. Ibu sudah mengerti tentang tanda bahaya kehamilan trimester III dan

bersedia ke puskesmas atau rumah sakit terdekat jika mengalami tanda

bahaya tersebut.
125

3. Ibu sudah mengerti dan bersedia menjaga makanannya yang bergizi

seimbang, mengurangi makanan atau minuman yang manis-manis dan

minum air putih yang cukup.

4. Ibu bersedia jalan pagi atau sore setiap hari.

5. Ibu bersedia untuk menghabiskan tablet penambah darah dan kalsium

laktat yang di berikan bidan.

6. Ibu sudah mengetahui kunjungan ulang kehamilan dan menyepakati

dikunjungi ulang 9 hari lagi pada tanggal 21 Januari 2020.


126

KUNJUNGAN ULANG KEHAMILAN PERTAMA KE RUMAH NY.S


UMUR 34 TAHUN G3P2A0 USIA KEHAMILAN 39 MINGGU 2 HARI
DI BPM BIDAN DEBY KABUPATEN JAYAPURA

Tanggal pengkajian : 21 Januari 2021

Tempat pengkajian : Rumah Ibu

Jam pengkajian : 17.00 WIT

Dikaji Oleh : Mhs.Daningtias Melini Fitri

S : Subjektif

Ibu mengatakan mulai merasa nyeri pada punggung dan perut bagian

bawah.

O : Objektif

a. Keadaan Umum : Baik

b. Kesadaran : Composmentis

c. Keadaan Emosional : Stabil

d. Tanda-tanda Vital

TD : 120/80 mmHg

N : 91x/m, R : 22x/m

S : 37oC

DJJ : 132x/m.

Leopold 1 : TFU : 35 cm, Teraba bulat, lunak, tidak melenting (Bokong).

Leopold II : Sebelah kiri teraba kecil-kecil (Ekstremitas), Sebelah kanan

teraba Panjang, lurus, keras seperti papan (Punggung).


127

Leopold III : Teraba bulat, keras, melenting (Kepala). Bagian terendah

janin (Kepala) sudah masuk Pintu Atas Panggul (PAP).

Leopold IV : Bagian terendah janin tidak dapat digoyangkan dan saat

diperiksa menggunakan kedua tangan jari-jari tidak

menyatu atau disebut divergen.

Auskultasi : Punggung janin berada di sebelah kanan perut ibu kuadran 3,

DJJ (+) : 134x/m

TBJ : (35-11)x155 = 24x155 = 3.720 gram

A : Assesment

a. Diagnosa

Ny.S G3P2A0 Usia Kehamilan 39 Minggu 2 Hari dengan Kehamilan

Normal

b. Masalah

Tidak ada

c. Kebutuhan

Tidak ada

P : Planning

Waktu Pelaksanaan Evaluasi


17.05 WIT 1. Memberitahu ibu tanda-tanda Ibu sudah mengetahui tanda-
persalinan tanda persalinan dan
a. Keluar lendir bercampur darah mengatakan bersedia
b. Sakit dari bawah sympisis menghubungi bidan jika
sampai ke tulang belakang mengalami tanda-tanda
c. Kontraksi kuat dan teratur 4 kali tersebut.
setiap 10 menit
128

Dan mengatakan kepada ibu seger


ke tempat fasilitas kesehatan
terdekat atau menghubungi bidan
jika mengalami tanda-tanda
tersebut.
17.12 WIT Ibu sudah mengetahui
2. Memberitahu ibu tentang persiapan persiapan persalinan, dan
persalinan mengatakan sudah mulai
Perlengkapan Yang Harus Dibawa menyiapkannya.
Saat Persalinan
a. Buku KIA
Sebaiknya selain buku ini harus
di jaga (tidak boleh hilang), ibu
hamil & keluarga juga
membaca buku KIA ini. Dalam
persalinan, Buku KIA
digunakan sebagai salah satu
sumber untuk menentukan cara
persalinan.
b. Jarik 2 buah, Baju kancing
depan
Ibu memakai jarik untuk
bersalin dan selepas persalinan.
Baju atasan adalah baju kancing
yang berbahan dasar kaos (agar
tidak panas & mudah untuk
dilepas serta gampang untuk
menyusu).
c. Pembalut persalinan dan celana
dalam
Pembalut khusus ibu bersalin
yang besar dan celana dalam
yang nyaman untuk ibu.
d. Perlengkapan untuk Bayi Baru
Lahir
Minimal membawa 2 baju bayi,
2 popok bayi, sarung tangan dan
kaki bayi, selimut bayi 2 buah,
topi 1 buah dan selimut tebal 1.
(Penggunaan gurita TIDAK
DIBOLEHKAN karena dapat
17.25 WIT menekan perut bayi) Ibu mengatakan
menyepakati akan dilakukan
3. Memberitahukan ibu akan dilakukan kunjungan ulang tanggal 26
kunjungan ulang 5 hari lagi pada Januari
tanggal 26 Januari 2021 atau jika ada 2021 atau jika ada keluhan
keluhan
129

B. PERSALINAN

DATA RIWAYAT PERSALINAN NY.S G3P2A0 DI BPM BIDAN DEBY


KABUPATEN JAYAPURA

Tanggal Pengkajian : 25 Januari 2021

Tempat Pengkajian : BPM Bidan Deby

Jam Pengkajian : 08.30 WIT

Data ini diambil dari riwayat persalinan Ny.S yang ditolong oleh bidan Deby dari

hasil wawancara saya dengan Bidan, Klien yaitu Ny.S dan didukung oleh data

riwayat persalinan Ny.S pada tanggal 25 Januari 2021 jam 08.30 WIT sampai

dengan jam 16.00 WIT.

Riwayat Persalinan

KALA I Wawancara Bidan :


Bidan Deby mengatakan ibu datang tanggal
25- 01-2021 jam 08.30 WIT dengan keluhan
keluar lendir bercampur darah jam 08.00 WIT.
Di periksa tanda-tanda vital dalam batas
normal, keadaan umum baik, dilakukan
pemeriksaan dalam 4 cm. Pada jam 13.20 WIT
dilakukan pemecahan ketuban (amniontomi)
warna hijau, pemeriksaan dalam (VT) 9 cm.

Wawancara Klien :
Ibu mengatakan nyeri pada bagian bawah perut
sampai ke tulang belakang dari jam 22.00 WIT
pada tanggal 24-01-2021 namun masih hilang-
hilang dan sakit semakin sering menjelang
pagi. Pada jam 08.00 WIT tanggal 25-01-2021
keluar lendir bercampur darah dan ibu segera
ke BPM Bidan Deby. Sesampai di BPM
sekitar jam
08.30 WIT ibu mulai diperiksa.
130

Data Penunjang :
Ibu datang jam 08.30 WIT di BPM Bidan
Deby. Ibu mengatakan merasakan sakit pada
perut bagian bawah dari semalam sampai
sekarang. Keluar lendir bercampur darah jam
08.00 WIT. HPHT : 21-04-2020
Hamil Anak Ke 3
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Keadaan Emosional : Stabil
TFU : 33 cm
TD : 110/82 mmHg
N : 90x/m
DJJ : 134x/m
His : 2x10’ durasi 30-35.
Pembukaan : 4 cm
Penurunan : Hodge II
Ny.S G3P2A0 Bayi Aterm Kala I pembukaan 4
Hodge II
Pada jam 13.20 WIT Pecahkan Ketuban,
Warna Hijau, VT ulang 9 cm, Ibu mengatakan
rasa ingin BAB.
KALA II Wawancara Bidan :
Pada jam 13.55 WIT bayi lahir spontan, lahir
belakang kepala, lilitan ketat 1x dilakukan
pengguntingan lilitan tali pusat dengan
memasukan dua jari untuk melonggarkan tali
pusat dan melindungi leher bayi, bayi
menangis spontan, A/S. 8/9, cacat (-), caput
(-), anus (+) meconium, salep mata +/+ dan Vit
K (+).

Wawancara Klien :
Ibu mengatakan bayi lahir jam 13.55 WIT
berjenis kelamin laki-laki. Ibu mengatakan
memiliki jahitan 4 kali pada perineumnya. Ibu
mengatakan senang dan lega bayinya lahir
dengan selamat dengan berat badan bayi : 4100
gram, kemudian Panjang badan bayi : 50 cm.

Data Penunjang :
Bayi lahir spontan, lahir belakang kepala,
lilitan ketat 1x, menangis spontan, A/S. 8/9,
BB : 4100 gram, PB : 50 cm, LD : 35 cm, LP :
34 cm, LILA : 14 cm, cacat (-), caput (-),
anus (+)
meconium, salep mata +/+, vit k (+).
131

KALA III Wawancara Bidan :


Plasenta lahir 5 menit kemudian jam 14.00
WIT dengan keadaan utuh. Kemudian ada luka
derajat I dan dilakukan jahitan 4 kali.

Wawancara Klien :
Ibu mengatakan merasakan nyeri pada perut
bagian bawah dan tidak lama plasenta lahir.

Data Penunjang :
Pada Jam 14.00 WIT, plasenta lahir spontan,
lengkap dengan selaput dan kotiledonnya,
perineum ruptut D-I hecting (+), TFU 3 jari
dibawah pusat, kontraksi (+).
TD : 124/70 mmHg
N : 78x/m
S :36,90C
R : 21x/m
KALA IV Wawancara Bidan :
Kemudian pemantauan 2 jam postpartum pada
ibu tanda-tanda vital normal pendarahan ±
150cc setelah itu lakukan antropometri pada
bayi BB : 4100 gram, PB : 50 cm, LD : 35 cm,
LP : 34 cm, LILA : 14 cm dan suntikan HB-0.

Wawancara Klien :
Ibu mengatakan setelah persalinan dilakukan
pemeriksaan berkala dari bidan selama 2 jam.

Data Penunjang :
Jam 14.15 WIT
TD : 120/80 mmHg
N : 78x/m
TFU : 3 jr diatas sympisis
Kontraksi : Baik
Kandung kemih : Kosong
Pendarahan : 100 cc

Jam 14.30 WIT


TD : 120/80 mmHg
N : 81x/m
TFU : 3 jr diatas sympisis
Kontraksi : Baik
Kandung kemih : Kosong
Pendarahan : Tidak ada
132

Jam 14.45 WIT


TD : 122/82 mmHg
N : 80x/m
TFU : 3 jr diatas sympisis
Kontraksi : Baik
Kandung kemih : Kosong
Pendarahan : Tidak ada
Jam 15.00 WIT
TD : 120/80 mmHg
N : 82x/m
TFU : 3 jr diatas sympisis
Kontraksi : Baik
Kandung kemih : Kosong
Pendarahan : Tidak ada
Jam 15.30 WIT
TD : 117/80 mmHg
N : 90x/m
TFU : 3 jr diatas sympisis
Kontraksi : Baik
Kandung kemih : Kosong
Pendarahan : Tidak ada
Jam 16.00 WIT
TD : 110/80 mmHg
N : 90x/m
TFU : 3 jr diatas sympisis
Kontraksi : Baik
Kandung kemih : Kosong
Pendarahan : 50 cc
133

C. BAYI BARU LAHIR

ASUHAN KEBIDANAN PADA BY.NY.“S” BAYI BARU LAHIR


UMUR 1 HARI DI BPM BIDAN DEBY
KABUPATEN JAYAPURA

Tanggal pengkajian : 26 Januari 2021

Tempat pengkajian : Rumah Pasien

Jam Pengkajian : 16.30 WIT

Dikaji oleh : Mhs. Daningtias Melini Fitri

S : Subjektif

1. Riwayat Kelahiran

Ibu mengatakan nyeri pada bagian bawah perut sampai ke tulang belakang

dari jam 22.00 WIT pada tanggal 24-01-2021 namun masih hilang-hilang

dan sakit semakin sering menjelang pagi. Pada jam 08.00 WIT tanggal 25-

01-2021 keluar lendir bercampur darah dan ibu segera ke BPM Bidan

Deby. Sesampai di BPM sekitar jam 08.30 WIT ibu mulai diperiksa. Ibu

mengatakan bayi lahir jam 13.55 WIT berjenis kelamin laki-laki. Ibu

mengatakan memiliki jahitan 4 kali pada perineumnya. Ibu mengatakan

senang dan lega bayinya lahir dengan selamat dengan berat badan bayi :

4100 gram, kemudian Panjang badan bayi : 50 cm.


134

O : Objektif

a. Keadaan Umum : Baik

b. Kesadaran : Composmentis

c. Tanda-tanda Vital

Denyut jantung : 130x/m

R : 40x/m

S : 36,5oC

A : Assesment

a. Diagnosa

By.Ny.S Umur 7 Hari dengan BBL Normal

b. Masalah

Tidak ada

c. Kebutuhan

Tidak ada

P : Planning

Waktu Pelaksanaan Evaluasi


16.35 WIT 1. Mengobservasi tanda-tanda vital dan Sudah mengobservasi TTV
memberitahu ibu hasil pemeriksaan bayi dan ibu sudah
bayinya mengetahui keadaan
bayinya
Denyut Jantung: 130 x/m
Pernafasan : 40 x/m
Suhu : 36,5ºC

16.38 WIT 2. Menimbang berat badan bayi Sudah menimbang BB bayi


bayi : 4100 gram
16.40 WIT 3. Membedong dengan kain hangat Bayi dibungkus (dibedong)
135

16.42 WIT 4. Mengobservasi eliminasi bayi BAK sudah 2 kali dan BAB
1 kali hari ini.
16.44 WIT 5. Melakukan perawatan tali pusat pada Ibu mengatakan mengerti
bayi, tali pusat dijaga bersih dan kering dan sudah melakukan
tidak boleh ditutup atau diberikan perawatan tali pusat
16.47 WIT betadine. Bayi sudah memakai popok.
6. Mengganti pakaian atau popok bayi tiap
16.49 WIT kali basah Ibu mengatakan mau
7. Menganjurkan kepada ibu untuk menyusui bayinya secara
memberikan ASI Ekslusif pada bayinya ekslusif selama 6 bulan.
selama 6 bulan dan mengkomsumsi sayur-
sayuran hijau seperti daun katuk agar
16.51 WIT produksi ASI lancar Ibu bersedia mengkonsumsi
8. Menganjurkan kepada ibu untuk makanan bergizi dan
mengkomsumsi makanan bergizi dan istirahat yang cukup.
16.53 WIT istirahat yang cukup Ibu paham dan mengerti
9. Mengajarkan kepada ibu cara menyusui cara menyusui yang baik
yang baik dan benar dan benar.
a. Usahakan pada saat menyusui ibu
dalam keadaan tenang
b. Memasukkan semua areolla mammae
kedalam mulut bayi
c. Ibu dapat menyusui dengan cara
duduk atau berbaring sesuai
kenyamanan dengan santai dan dapat
menggunakan sandaran (bantal) pada
punggung
d. Payudara dipegang dengan ibu jari
diatas, jari yang lain menopang
dibawah payudara
e. Berikan ASI pada bayi secara teratur
dengan selang waktu 2-3 jam atau
dengan cara on demand. Setelah salah
satu payudara mulai terasa kosong,
sebaiknya ganti pada payudara yang
satunya.
f. Setelah selesai menyusui oleskan ASI
payudaranya, biarkan kering sebelum
kembali memakai bra, langkah ini
berguna untuk mencegah lecet pada Ibu menyepakati bertemu di
putting BPM Bidan Deby tanggal
g. Sendawakan bayi tiap kali habis 01 Februari 2021
menyusui untuk mengeluarkan udara
17.15 WIT dari lambung bayi agar bayi tidak
kembung dan muntah
10. Menanyakan pada ibu kapan kunjungan
ulang ke BPM dan meminta ijin untuk
bertemu di BPM. Ibu mengatakan akan
kunjungan ulang ke BPM Bidan Deby
pada hari senin, tanggal 01 Februari 2021
136

KUNJUNGAN KE 2 BY.NY.S BAYI BARU LAHIR HARI KE-7


DI BPM BIDAN DEBY KABUPATEN JAYAPURA

Tanggal pengkajian : 01 Februari 2021

Tempat pengkajian : BPM Bidan Deby

Jam pengkajian : 17.30 WIT

Dikaji Oleh : Mhs.Daningtias Melini Fitri

S : Subjektif

Ibu mengatakan tali pusat sudah lepas hari sabtu pagi tanggal 30 januari 2021

keadaan kering. BAK 3 kali warna jernih, BAB 1 kali warna kuning gelap

kecoklatan. Ibu mengatakan bayi tidak ikterik dan menyusu kuat 2 jam sekali.

O : Objektif

d. Keadaan Umum : Baik

e. Kesadaran : Composmentis

f. Tanda-tanda Vital

Denyut jantung : 135x/m

R : 37x/m

S : 36,5oC

BB : 4300 gram

PB : 51 cm.

A : Assesment

d. Diagnosa

By.Ny.S Umur 7 Hari dengan BBL Normal


137

e. Masalah

Tidak ada

f. Kebutuhan

Tidak ada

P : Planning

Waktu Pelaksanaan Evaluasi


17.31 WIT 1. Mengobservasi keadaan umum Sudah melakukan observasi
Bayi dan memberitahu ibu hasil keadaan umum bayi dan ibu
pemeriksaan bayinya sudah mengetahui keadaan
bayinya
Denyut Jantung : 135x/m
R : 37x/m
S : 36,50C
Pemeriksaan fisik, bayi tidak
tampak kuning.
17.36 WIT 2. Mengobservasi pengukuran Sudah melakukan pengukuran
berat badan bayi dan Panjang berat badan dan Panjang badan
badan bayi BB : 4300 gram
PB : 51 cm
3. Memberitahukan ibu cara Sudah memberitahu ibu cara
17.38 WIT memandikan bayi yang benar memandikan bayi yang benar
a. Isi bak mandi bayi dengan dan ibu mengatakan mengerti
air hangat serta dapat mempraktekannya
b. Baringkan bayi di alas
ganti atau handuk, buka
pakaian bayi secara
perlahan.
c. Gunakan satu tangan dan
lengan Anda untuk
menopang kepala dan
tubuh bayi, sedangkan
tangan yang lain untuk
menyangga tubuh bayi
bagian bawah.
d. Letakkan bayi ke dalam
bak mandi secara perlahan,
dimulai dengan kaki.
Pastikan satu tangan tetap
menyangga punggung dan
kepala bayi, sementara
tangan Anda yang lain
138

membersihkan bagian
tubuh bayi.
e. Jaga posisi kepala bayi
agar selalu berada di atas
permukaan air.
f. Bersihkan bayi dimulai
dari kelopak matanya
dengan kapas atau kain
katun lembut yang
dicelupkan ke dalam air
hangat. Gunakan kain yang
berbeda untuk setiap mata.
g. Lanjutkan dengan
membersihkan hidung,
telinga, dan wajah bayi.
h. Jika menggunakan sabun,
tuang sedikit saja atau
oleskan tipis di kulit Anda
sebelum mengusapnya di
kulit bayi.
i. Usap secara perlahan dan
lembut ketika
membersihkan bagian
ketiak, belakang telinga,
leher dan kelamin bayi.
j. Guyur kepala dan seluruh
tubuh bayi secara perlahan
dengan gayung, kemudian
seka dengan kain atau
waslap bersih.
k. Jika sudah selesai, angkat
bayi secara perlahan dari
bak mandi.
l. Segera letakkan bayi di
atas tempat tidur yang
sudah diberi alas handuk.
m. Keringkan setiap bagian
tubuh bayi secara
perlahan- lahan dengan
handuk berbahan lembut.

18.00 WIT 4. Memberitahukan akan Ibu mengatakan sepakat akan


dilakukan kunjungan ulang 3 dilakukan kunjungan ulang
hari lagi tanggal 04 Februari pada tanggal 04 Februari 2021
2021
139

KUNJUNGAN KE 3 BY.NY.S BAYI BARU LAHIR HARI KE 10


DI BPM BIDAN DEBY KABUPATEN JAYAPURA

Tanggal pengkajian : 04 Februari 2021

Tempat pengkajian : Rumah Pasien

Jam pengkajian : 16.30 WIT

Dikaji Oleh : Mhs.Daningtias Melini Fitri

S : Subjektif

Ibu mengatakan bayi sudah minum ASI namun masih diiringi dengan susu

formula dan bayi kuat menyusu setiap 2 jam sekali. Ibu mengatakan bayi tidak

ikterik atau kuning. Ibu mengatakan menjemur setiap pagi jam 9 selama 10

menit.

O : Objektif

a. Keadaan Umum : Baik

b. Kesadaran : Composmentis

c. Tanda-tanda Vital

Denyut Jantung : 130x/m

R : 38x/m

S : 36,5oC.

A : Assesment

a. Diagnosa

By.Ny.S Umur 10 Hari dengan BBL Normal


140

b. Masalah

Tidak ada

c. Kebutuhan

Tidak ada

P : Planning

Waktu Pelaksanaan Evaluasi


16.32 WIT 1. Mengobservasi keadaan umum Sudah mengobservasi keadaan
bayi dan memberitahu hasil bayinya dan ibu sudah
pemeriksaan bayinya mengetahui keadaan bayinya
Denyut Jantung : 130x/m,
R : 38x/m,
S : 36,5oC.

16.37 WIT 2. Mengobervasi pola eliminasi Sudah observasi eliminasi pada


bayi bayi BAB bayi 1 kali sehari
setiap pagi, warna kuning gelap
kecoklatan dan BAK 4 kali
warna kuning jernih.
3. Mengobservasi panjang badan Sudah mengukur panjang badan
16.40 WIT bayi bayi yaitu 53 cm

4. Memberitahukan ibu Ibu sudah mengerti tentang ASI


16.43 WIT pentingnya ASI Eksklusif Eksklusif dan bersedia
tanpa tambahan susu formula, mengurangi susu formula pada
ditakutkan bayi ketergantungan bayinya
pada susu formula karena
bayinya yang cukup besar jika
terus diberi susu formula yang
mengandung gula dapat
berakibat penambahan berat
badan yang tidak sehat.

17.05 WIT 5. Memberitahu ibu bahwa akan Ibu sudah sepakat akan
dilakukan kunjungan ulang dilakukan kunjungan ulang
tanggal 11 Februari 2021 tanggal 11 Februari 2021
141

KUNJUNGAN KE 4 BY.NY.S BAYI BARU LAHIR HARI KE 17


DI BPM BIDAN DEBY KABUPATEN JAYAPURA

Tanggal pengkajian : 11 Februari 2021

Tempat pengkajian : BPM Bidan Deby

Jam pengkajian : 17.45 WIT

Dikaji Oleh : Mhs.Daningtias Melini Fitri

S : Subjektif

Ibu mengatakan bayi sehat, minum ASI teratur 2 jam sekali atau setiap bayi

menginginkannya dan ibu mengatakan sudah mengurangi susu formula dan

tidak ada keluhan apapun. BAK ± 3-5 kali dan BAB 1 kali.

O : Objektif

a. Keadaan Umum : Baik

b. Kesadaran : Composmentis

c. Tanda-tanda Vital

Denyut Jantung : 128x/m

R : 35x/m

S : 36,6oC.

A : Assesment

a. Diagnosa

By.Ny.S Umur 17 Hari dengan BBL Normal


142

b. Masalah

Tidak ada

c. Kebutuhan

Tidak ada

P : Planning

Waktu Pelaksanaan Evaluasi


17.46 WIT 1. Mengobservasi keadaan Sudah mengobservasi keadaan
umum bayi dan bayi dan ibu sudah mengetahui
memberitahukan ibu hasil keadaan bayinya.
pemeriksaan bayinya Denyut Jantung : 128x/m,
. R : 35x/m,
S : 36,6oC
17.49 WIT 2. Mengobervasi pola Sudah mengobservasi pola
eliminasi bayi eliminasi bayi BAK ± 3-5 kali
(cair, kuning jernih, amoniak),
BAB bayi 1x sehari setiap pagi,
warna kuning gelap kecoklatan
17.51 WIT 3. Mengobservasi panjang Sudah mengobservasi panjang
badan dan berat badan badan dan berat badan bayi.
bayi PB : 53 cm
BB : 4700 gram

17.53 WIT 4. Memberikan imunisasi Sudah memberikan imunisasi pada


suntik BCG + Polio 1 bayi
tetes mulut

17.55 WIT 5. Membetahukan ibu untuk Ibu sudah mengerti dan bersedia
memberikan ASI setiap 2 memberikan ASI setiap 2 jam
jam sekali atau setiap bayi
menginginkannya

18.15 WIT 6. Memberitahu ibu bahwa Ibu bersedia dilakukan kunjungan


akan dilakukan kunjungan ulang tanggal 20 Februari 2021
ulang tanggal 20 Februari
2021.
143

KUNJUNGAN KE 5 BY.NY.S BAYI BARU LAHIR HARI KE 26


DI BPM BIDAN DEBY KABUPATEN JAYAPURA

Tanggal pengkajian : 20 Februari 2021

Tempat pengkajian : Rumah Pasien

Jam pengkajian : 18.10 WIT

Dikaji Oleh : Mhs.Daningtias Melini Fitri

S : Subjektif

Ibu mengatakan bayi sehat minum ASI secara teratur setiap bayi

menginginkannya, ibu mengatakan sudah mengurangi susu formula untuk

bayinya dan tidak ada keluhan apapun. BAK ± 4-6 kali/hari dan BAB 2 kali.

O : Objektif

a. Keadaan Umum : Baik

b. Kesadaran : Composmentis

c. Tanda-tanda Vital

Denyut Jantung : 130x/m

R : 38x/m

S : 36,7oC.

A : Assesment

a. Diagnosa

By.Ny.S Umur 26 Hari dengan BBL Normal

b. Masalah

Tidak ada
144

c. Kebutuhan

Tidak ada

P : Planning

Waktu Pelaksanaan Evaluasi


18.12 WIT 1. Mengobservasi keadaan Sudah mengobservasi keadaan
umum bayi dan bayi dan ibu sudah mengetahui
memberitahukan ibu hasil keadaan bayinya
pemeriksaan bayinya Denyut Jantung : 130x/m
R : 38x/m
S : 36,7oC.
2. Mengobervasi pola Sudah mengobservasi pola
18.13 WIT eliminasi bayi eliminasi bayi . BAK ± 4-6
kali/hari (cair, kuning jernih,
amoniak), BAB bayi 2x hari ini,
warna kuning kecoklatan.

18.14 WIT 3. Mengobservasi panjang Sudah mengobservasi panjang


badan bayi badan bayi yaitu 53 cm

18.15 WIT 4. Memberitahukan ibu Ibu sudah mengerti tentang


pentingnya pemberian pemherian ASI pada bayi
ASI untuk perkembangan sampai umur 2 tahun dan
dan daya tahan tubuh bersedia menyusui bayinya
bayi. ASI di berikan dari sampai umur 2 tahun
usia bayi 0 hari sampai
usia 2 tahun.
18.30 WIT 5. Memberitahu ibu akan Ibu menyepakati kunjungan
dilakukan kunjungan lagi ulang pada tanggal : 08 Maret
pada tanggal : 08 Maret 2021
2021
145

KUNJUNGAN KE 6 BY.NY.S BAYI BARU LAHIR HARI KE 42


DI BPM BIDAN DEBY KABUPATEN JAYAPURA

Tanggal pengkajian : 08 Maret 2021

Tempat pengkajian : Rumah Pasien

Jam pengkajian : 16.30 WIT

Dikaji Oleh : Mhs.Daningtias Melini Fitri

S : Subjektif

Ibu mengatakan bayi sehat minum ASI secara teratur, sudah tidak minum susu

formula, bayi tidak ikterik dan tidak ada keluhan apapun. BAB 2x

(lembek,kuning,khas feses), BAK ± 4 kali/hari (cair, jernih, amoniak).

O : Objektif

a. Keadaan Umum : Baik

b. Kesadaran : Composmentis

c. Tanda-tanda Vital

Denyut Jantung : 130x/m

R : 36x/m

S : 36,5oC.

A : Assesment

a. Diagnosa

By.Ny.S Umur 42 Hari dengan BBL Normal

b. Masalah

Tidak ada
146

c. Kebutuhan

Tidak ada

P : Planning

Waktu Pelaksanaan Evaluasi


16.32 WIT 1. Mengobservasi keadaan umum Sudah mengibservasi keadaan
bayi dan memberitahu ibu hasil bayi dan ibu sudah
pemeriksaan bayinya mengetahui keadaan bayinya
Denyut Jantung : 130x/m,
R : 38x/m,
S : 36,7oC.

16.37 WIT 2. Memberitahukan ibu pentingnya Ibu sudah mengerti tentang


pemberian ASI untuk pentingnya ASI pada bayi
perkembangan dan daya tahan sampai umur 2 tahun
tubuh bayi. ASI di berikan dari
usia bayi 0 hari sampai usia 2
tahun.
16.39 WIT 3. Memberitahu ibu untuk Ibu mengatakan bersedia
kunjungan ke bidan kembali kunjungan ulang ke bidan
untuk imunisasi pada bayi usia 2 pada tanggal 25 Maret 2021
bulan yaitu DPT-HB-Hib 1 dan
Polio 2
17.00 WIT 4. Memberitahu ibu makanan Ibu sudah mengerti tentang
tambahan pada bayi dapat makanan tambahan pada bayi
diberikan pada usia bayi 6 bulan,
dimulai dari makanan-makanan
lembut atau yang dihaluskan.
147

D. NIFAS

ASUHAN KEBIDANAN MASA NIFAS PADA NY.”S” UMUR 34 TAHUN


P3A0 NIFAS HARI KE 1 DI BPM BIDAN DEBY
KABUPATEN JAYAPURA

Tanggal pengkajian : 26 Januari 2021

Tempat Pengkajian : Rumah Pasien

Jam pengkajian : 16.30 WIT

Oleh : Mhs.Daningtias Melini Fitri

S : Subjektif

Ibu mengatakan masih nyeri pada luka jahitan saat BAK, 3 kali ganti

pembalut, minum 6-8 gelas/hari, BAK ± 3-4 kali/hari, BAB 1 kali/hari dan

ASI belum keluar.

O : Objektif

1. Pemeriksaan Umum

a. Keadaan umum : Baik

b. Kesadaran : Composmentis

c. Keadaan Emosional : Stabil

d. Tanda-tanda vital

Tekanan darah : 120/70 mmHg

Nadi : 88 x/menit

Pernapasan : 21 x/menit

Suhu : 370C
148

e. Perineum

a) Utuh : Ada luka jahitan

b) Robekan : Derajat I

e) Jahitan perineum dengan : 4 kali jahit

f. Mata

Bentuk : Simetris

Odema : Tidak ada

Konjungtiva : Merah muda

Sklera : Putih

g. Payudara

Bentuk : Simetris

Pembesaran : Membesar sama besar

Striae : Tidak ada

Puting : Menonjol

Areola : Menghitam

Benjolan : Tidak ada

Pengeluaran : Ada/Colostrum

h. Abdomen

TFU : 3 jari di atas sympisis

Kontraksi uterus : Baik (Teraba keras)

i. Ekstremitas Atas

Bentuk : Simetris kanan/kiri

Kelengkapan jari : Lengkap


149

Pergerakan : Aktif +/+

Odema : Tidak ada

j. Genetalia

Pengeluaran lokhea : Rubra

Warna : Berwarna merah kecokelatan dan berlendir.

Perineum : Jahitan masih basah, keadaan baik

A : Assesment

a. Diagnosa

Ny.S Umur 34 Tahun P3A0 Nifas Hari Ke 1 dengan Masa Nifas Normal

b. Masalah

Tidak ada

c. Kebutuhan

Tidak ada

P : Planning

Waktu Pelaksanaan Evaluasi


16.53WIT 1. Memberitahukan ibu hasil Ibu sudah mengetahui
pemeriksaannya saat ini, bahwa keadaannya saat ini
ibu dalam keadaan baik-baik TD : 120/70 mmHg
saja. N : 88 x/menit
R : 21 x/menit
S : 370C
17.00 WIT 2. Mengajarkan pada ibu Ibu sudah mengerti cara
perawatan luka dengan perawatan luka perineum
senantiasa menjaga kebersihan
dan kering atau tidak lembab.
Dan saat ingin membersihkan
alat kelamin merebus air hingga
mendidih lalu tunggu hingga
dingin dan bersihkan alat
kelamin dari depan ke belakang
150

.
17.03 WIT 3. Mengajarkan ibu cara menyusui Ibu sudah mengerti cara
yang baik dan benar. menyusui yang benar
a. Ibu duduk mengambil posisi
yang nyaman, keluarkan
sedikit cairan ASI dan
oleskan pada putting.
b. Bayi diletakan menghadap
ke perut ibu, kepala bayi
disanggah satu tangan, area
leher dan kepala bayi berada
pada siku (Lengkungan
lengan ibu), kemudian
bokong bayi ditahan dengan
lengan dan telapak ibu.
c. Perut bayi menempel
dibadan ibu, tangan bayi
yang satu diletakan
dibelakang, telinga dan
lengan bayi terletak pada
satu garis lurus.
d. Ibu memegang payudaranya
mengarahkan ke mulut bayi
dan biarkan bayi mencarinya
sendiri.
e. Setelah bayi menemukan
putting ibu, pastikan seluruh
aerola mammae masuk pada
mulut bayi.

17.08 WIT 4. Menganjurkan ibu untuk Ibu bersedia menyusui


menyusui bayinya 2 jam sekali yang secara teratur
atau setiap bayi memintanya
(on demand) secara bergantian
pada payudara kanan dan kiri
walaupun ASI belum keluar.

17.15 WIT 5. Menanyakan pada ibu kapan Ibu menyepakati bertemu


kunjungan ulang ke BPM dan di BPM Bidan Deby pada
meminta ijin untuk bertemu di tanggal 01 Februari 2021
BPM. Ibu mengatakan akan
kunjungan ulang ke BPM Bidan
Deby pada Hari Senin, tanggal
01 Februari 2021
151

KUNJUNGAN KE 2 MASA NIFAS NY.S UMUR 34 TAHUN P3A0


NIFAS HARI KE 7 DI BPM BIDAN DEBY
KABUPATEN JAYAPURA

Tanggal pengkajian : 01 Februari 2021

Tempat pengkajian : BPM Bidan Debi

Jam pengkajian : 17.30 WIT

Dikaji Oleh : Mhs.Daningtias Melini Fitri

S : Subjektif

Ibu mengatakan masih terasa sakit pada jahitan saat BAK dan 3 kali ganti

pembalut/hari. BAK ± 3-4 kali, BAB 1 kali.

O : Objektif

a. Keadaan Umum : Baik

b. Kesadaran : Composmentis

c. Keadaan Emosional : Stabil

d. Tanda-tanda Vital

TD : 116/80 mmHg N : 91x/m

R : 22x/m S : 36,7oC

A : Assesment

a. Diagnosa

Ny.S Umur 34 Tahun P3A0 Nifas Hari Ke 7 dengan Masa Nifas Normal

b. Masalah

Tidak ada
152

c. Kebutuhan

Tidak ada

P : Planning

Waktu Pelaksanaan Evaluasi


17.38 WIT 1. Mengobservasi keadaan umum Sudah mengobservasi
ibu dan memberitahukan ibu keadaan ibu dan ibu sudah
hasilnya mengetahui keadaannya
TD : 116/80 mmHg
R : 22x/m
N : 91x.m
S : 36,70C
Sudah mengobservasi TFU
17.46 WIT 2. Mengobservasi tinggi fundus 3 jari diatas sympisis,
uteri, kontraksi uterus, kontraksi teraba keras
pengeluaran lokhea (baik) dan pengeluaran
darah nifas sangunolenta.
17.48 WIT 3. Mengobserbasi luka jahitan, Sudah mengobservasi luka
sudah tidak ada pendarahan jahitan dalam keadaan baik
abnormal/aktif, jahitan mulai
menyatu.

17.43 WIT 4. Menganjurkan ibu makan Ibu bersedia menjaga gizi


sayuran hijau, buah-buahan, makanan dan minum air
ikan, daging dan minum air putih yang cukup
putih yang cukup.

17.48 WIT 5. Memberitahukan ibu tentang Ibu mengerti dan bersedia


pentingnya istirahat yang melaksanakan anjuran
cukup dan personal hygiene tersebut
serta perawatan payudara

18.00 WIT 6. Memberitahu ibu akan Ibu mengatakan


dilakukan kunjungan ulang 3 menyepakati akan
hari lagi pada tanggal 04 dilakukan kunjungan ulang
Februari 2021. tanggal 04 Februari 2021.
153

KUNJUNGAN KE 3 MASA NIFAS NY.S UMUR 34 TAHUN P3A0


NIFAS HARI KE 10 DI BPM BIDAN DEBY
KABUPATEN JAYAPURA

Tanggal pengkajian : 04 Februari 2021

Tempat pengkajian : Rumah Pasien

Jam pengkajian : 16.30 WIT

Dikaji Oleh : Mhs.Daningtias Melini Fitri

S : Subjektif

Ibu mengatakan sudah tidak merasakan sakit pada jalan lahir atau jahitan, ibu

mengatakan ASI sudah keluar namun tetap menyusui diiringi dengan susu

formulan. BAK 3-4 kali, BAB 1 kali.

O : Objektif

a. Keadaan Umum : Baik

b. Kesadaran : Composmentis

c. Keadaan Emosional : Stabil

d. Tanda-tanda Vital

TD : 120/80 mmHg N : 90x/m

R : 22x/m S : 36,6oC

A : Assesment

a. Diagnosa

Ny.S Umur 34 Tahun P3A0 Nifas Hari Ke 10 dengan Masa Nifas Normal
154

b. Masalah

Tidak ada

c. Kebutuhan

Tidak ada

P : Planning

Waktu Pelaksanaan Evaluasi


16.44 WIT 1. Mengobservasi keadaan umum ibu Sudah melakukan
dan memberitahukan hasil observasi keadaan ibu
pemeriksaannya dan ibu sudah
mengetahui
keadaannya
TD : 120/80 mmHg
R : 22x/m
N : 90x.m
S : 36,60C
16.50 WIT 2. Mengobservasi tinggi fundus uteri, Sudah mengobservasi
kontraksi uterus, pengeluaran TFU 2 jari di atas
lokhea. sympisis, kontraksi
uterus teraba keras
(baik) dan pengeluaran
darah nifas serosa
16.52 WIT 3. Mengobserbasi luka jahitan, sudah Sudah mengobservasi
tidak ada pendarahan luka jahitan ibu dan
abnormal/aktif, jahitan mulai luka dalam keadaan
kering. baik

16.53 WIT 4. Memberitahukan ibu pentingnya Ibu mengatakan


ASI Eksklusif tanpa tambahan susu mengerti tentang
formula karena bayinya yang pentingnya ASI dan
cukup besar jika terus diberi susu bersedia mengurangi
formula yang mengandung gula susu formula pada
dapat berakibat penambahan berat bayinya.
badan yang tidak sehat.

17.05 WIT 5. Memberitahukan akan dilakukan Ibu menyepakati untuk


kunjungan ulang 1 minggu lagi dilakukan kunjungan
pada tanggal 11 februari 2021, ulang tanggal 11
Februari di BPM
Bidan Debi
155

KUNJUNGAN KE 4 MASA NIFAS NY.S UMUR 34 TAHUN P3A0


NIFAS HARI KE 17 DI BPM BIDAN DEBY
KABUPATEN JAYAPURA

Tanggal pengkajian : 11 Februari 2021

Tempat pengkajian : BPM Bidan Deby

Jam pengkajian : 17.45 WIT

Dikaji Oleh : Mhs.Daningtias Melini Fitri

S : Subjektif

Ibu mengatakan tidak ada keluhan, minum 6-8 gelas/hari, BAK ± 5 kali/hari

(kuning jernih), BAB 1 kali/hari lancar (dengan konsistensi lembek) dan ibu

menyusui, ASI lancar.

O : Objektif

a. Keadaan Umum : Baik

b. Kesadaran : Composmentis

c. Keadaan Emosional : Stabil

d. Tanda-tanda Vital

TD : 120/80 mmHg N : 92x/m

R : 22x/m S : 37,1oC

A : Assesment

a. Diagnosa

Ny.S Umur 34 Tahun P3A0 Nifas Hari Ke 17 dengan Masa Nifas Normal
156

b. Masalah

Tidak ada

c. Kebutuhan

Tidak ada

P : Planning

Waktu Pelaksanaan Evaluasi


17.56 WIT 1. Mengobservasi keadaan umum Sudah mengobservasi
ibu dan memberitahukan ibu keadaan ibu dan ibu
hasil pemeriksaannya mengetahui kondisinya
TD : 120/80 mmHg
R : 22x/m
N : 92x.m
S : 37,10C

18.02 WIT 2. Mengobservasi tinggi fundus Sudah mengobservasi TFU


uteri, kontraksi uterus, 2 jari di atas sympisis,
pengeluaran lokhea. kontraksi teraba keras
(baik) dan pengeluaran
darah nifas alba.
18.05 WIT 3. Mengobserbasi luka jahitan, Sudah mengobservasi luka
sudah tidak ada pendarahan jahitan dalam keadaan baik
abnormal/aktif, jahitan mulai
kering.

18.07 WIT 4. Memberitahukan ibu untuk Ibu mengatakan bersedia


menyusui bayinya setia 2 jam menyusui bayinya setiap 2
atau setiap bayi jam
menginginkannya. Menyusui
secara teratur pada bayi dapat
mencegah bendungan ASI pada
payudara ibu.

18.09 WIT 5. Memberitahu ibu untuk Ibu mengerti dan bersedia


menjaga pola makan dengan menjaga nutrisi dan
gizi dan nutrisi seimbang, minum air putih yang
makan sayuran dan buah serta cukup
minum air putih yang cukup.

18.15 WIT 6. Memberitahukan akan


dilakukan kunjungan ulang 9 Ibu menyepakati untuk
hari lagi pada tanggal 20 dilakukan kunjungan ulang
Februari 2021. pada tanggal 20 Februari
2021.
157

KUNJUNGAN KE 5 MASA NIFAS NY.S UMUR 34 TAHUN P3A0


NIFAS HARI KE 26 DI BPM BIDAN DEBY
KABUPATEN JAYAPURA

Tanggal pengkajian : 20 Februari 2021

Tempat pengkajian : Rumah Pasien

Jam pengkajian : 18.00 WIT

Dikaji Oleh : Mhs.Daningtias Melini Fitri

S : Subjektif

Ibu mengatakan sudah tidak merasakan sakit pada jalan lahir atau jahitan,

makan teratur 3x/hari sudah mulai makan nasi, minum ± 8 gelas/hari, BAK ±

4 kali/hari, BAB 1 kali.

O : Objektif

a. Keadaan Umum : Baik

b. Kesadaran : Composmentis

c. Keadaan Emosional : Stabil

d. Tanda-tanda Vital

TD : 110/80 mmHg N : 98x/m

R : 20x/m S : 37oC

A : Assesment

a. Diagnosa

Ny.S Umur 34 Tahun P3A0 Nifas Hari Ke 26 dengan Masa Nifas Normal
158

b. Masalah

Tidak ada

c. Kebutuhan

Tidak ada

P : Planning

Waktu Pelaksanaan Evaluasi


18.16 WIT 1. Mengobservasi keadaan umum Sudah mengobservasi
ibu dan memberitahukan ibu keadaan ibu dan ibu sudah
hasil pemeriksaannya mengetahui kondisinya
TD : 110/80 mmHg
R : 20x/m
N : 98x.m
S : 370C
18.20 WIT 2. Mengobservasi tinggi fundus Sudah mengobservasi TFU
uteri, pengeluaran lokhea. tidak teraba dan pengeluaran
darah nifas bercak-bercak
18.22 WIT 3. Mengobserbasi luka jahitan, Sudah mengobservasi luka
sudah kering. jahitan kering

18.23 WIT 4. Memberitahu ibu tentang KB Sudah memberitahu ibu


yang dapat ibu gunakan seperti berbagai macam KB yang
Pil, Suntik, Impant dan IUD dapat ibu gunakan dan akan
(AKDR), ibu mengatakan akan mendiskusikannya dahulu
mendiskusikan dulu bersama dengan suaminya
suaminya.
18.26 WIT 5. Menganjurkan ibu kontrol ulang Ibu mengatakan bersedia
jika memiliki keluhan untuk kontrol ulang jika memiliki
pemantauan ibu dan mengubungi keluhan atau menghubungi
jika sudah mantap memilih alat jika sudah mantap ingin ber-
kontrasepsi yang akan KB
digunakan.
18.30 WIT Ibu menyepakati akan
6. Memberitahu ibu akan dilakukan dilakukan kunjungan ulang
kunjungan lai pada tanggal : 08 lagi pada tanggal : 08 Maret
Maret 2021. 2021
159

KUNJUNGAN KE 6 MASA NIFAS NY.S UMUR 34 TAHUN P3A0


NIFAS HARI KE 42 DI BPM BIDAN DEBY
KABUPATEN JAYAPURA

Tanggal pengkajian : 08 Maret 2021

Tempat pengkajian : Rumah Pasien

Jam pengkajian : 16.30 WIT

Dikaji Oleh : Mhs.Daningtias Melini Fitri

S : Subjektif

Ibu mengatakan tidak ada keluhan, darah sudah bersih pada tanggal 23

februari 2021, makan teratur 3x/hari sudah mulai makan nasi, minum ± 8

gelas/hari, BAK ± 4 kali/hari, BAB 1 kali.

O : Objektif

a. Keadaan Umum : Baik

b. Kesadaran : Composmentis

c. Keadaan Emosional : Stabil

d. Tanda-tanda Vital

TD : 120/80 mmHg N : 90x/m

R : 18x/m S : 36,6oC

A : Assesment

a. Diagnosa

Ny.S Umur 34 Tahun P3A0 Nifas Hari Ke 42 dengan Masa Nifas Normal
160

b. Masalah

Tidak ada

c. Kebutuhan

Tidak ada

P : Planning

Waktu Pelaksanaan Evaluasi


16.40 WIT 1. Mengobservasi keadaan umum Sudah mengobservasi
ibu dan memberitahukan ibu keadaan ibu dan ibu
hasil pemeriksaannya mengetahui keadaannya
TD : 120/80 mmHg
R : 18x/m
N : 90x.m
S : 36,60C

16.46 WIT 2. Mengobservasi luka jahitan Sudah mengobservasi luka


sudah kering, TFU sudah tidak jahitan dan TFU ibu
teraba.

16.48 WIT 3. Menanyakan ibu tentang pilihan Sudah menanyakan pilihan


KB yang akan digunakan, KB ibu dan ibu memilih
menjekaskan kepada ibu KB suntik 3 bulan
kekurangan dan kelebihan KB
suntik 3 bulan.

16.50 WIT 4. Menganjurkan ibu kontrol Ibu mengerti dan bersedia


ulang jika memiliki keluhan menghubungi jika ingin
untuk pemantauan ibu dan menggunakan KB
mengubungi jika ingin
menggunakan KB.

17.00 WIT 5. Memberitahu ibu akan Ibu mengatakan sepakat


dilakukan kunjungan ulang lagi untuk dikunjungi lagi
tanggal 18 Maret 2021
161

E. KELUARGA BERENCANA

ASUHAN KELUARGA BERENCANA CALON AKSEPTOR KB SUNTIK


3 BULAN NY.S UMUR 34 TAHUN P3A0 DI BPM BIDAN DEBY
KABUPATEN JAYAPURA

Tanggal pengkajian : 18 Maret 2021

Tempat pengkajian : Rumah Pasien

Jam pengkajian : 18.00 WIT

Dikaji Oleh : Mhs.Daningtias Melini Fitri

S : Subjektif

Ibu mengatakan tidak ada keluhan, makan teratur 3x/hari sudah mulai makan

nasi, minum ± 8 gelas/hari, BAK ± 3-4 kali/hari, BAB 1 kali. Berencana KB

suntik 3 bulan.

O : Objektif

a. Keadaan Umum : Baik

b. Kesadaran : Composmentis

c. Keadaan Emosional : Stabil

d. Tanda-tanda Vital

TD : 110/80 mmHg N : 92x/m

R : 18x/m S : 36,7oC

A : Assesment

a. Diagnosa

Ny.S Umur 34 Tahun P3A0 Calon Akseptor KB Suntik 3 Bulan


162

b. Masalah

Tidak ada

c. Kebutuhan

Tidak ada

P : Planning

Waktu Pelaksanaan Evaluasi


18.05 WIT 1. Mengobservasi keadaan umum Sudah mengobservasi
ibu dan memberitahukan ibu keadaan ibu dan ibu
hasil pemeriksaannya mengetahui keadaannya
TD : 110/80 mmHg
R : 18x/m
N : 92x.m
S : 36,70C

18.06 WIT 2. Menanyakan ibu tentang pilihan Sudah menanyakan pilihan


KB yang akan digunakan KB ibu dan ibu memilih
KB suntik 3 bulan

18.08 WIT 3. Menanyakan tentang pemberian Ibu mengatakan sudah


ASI ibu kepada bayinya tidak memberikan bayinya
susu formula dan rajin
menyusui bayinya setiap
bayinya menginginkannya.
18.12 WIT 4. Melakukan KIE KB Suntik 3
Bulan tentang pengertian, Ibu mengerti dan
jenisnya, cara kerja dan waktu mengatakan akan
pemberian. menggunakan KB Suntik 3
bulan pada tanggal 25
Maret di BPM Bidan
Deby.
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada BAB ini akan di bahas tentang penyesuaian antara teori dan kenyataan

yang terjadi pada kasus yang diambil dan teori yang mendukung antara kenyataan

atau fakta yang terjadi serta ditambah pendapat yang luas dari penulis sebagai

pendamping klien yang melaksanakan asuhan pada Ny.”S” Umur 34 Tahun

G3P2A0 38 minggu dengan kehamilan normal.

A. Asuhan Kebidanan Kehamilan Pada Trimester III

Pembahasan yang pertama yaitu pemeriksaan kehamilan (Antenatal Care)

pada Ny.”S” Umur 34 Tahun G 3P2A0, dari data subjektif (dari pernyataan ibu)

dan dari data objektif (hasil pemeriksaan) berikut data-data yang mendukung

untuk dibahas dalam pemeriksaan kehamilan (Antenatal Care) :

1. Data Subjektif

a. Nama pasien dan suami

Dalam data subjektif ibu hamil pengkajian nama pasien dan suami

bertujuan untuk mengidentifikasi wanita dan membantu dalam

pembentukan laporan. Mempererat hubungan antara bidan dan pasien

sehingga dapat meningkatkan rasa percaya pasien terhadap bidan

(Munthe, 2019). Menurut penulis pengenalan nama dibutuhkan agar

mengetahui pasien yang dikaji dan mendapat kedekatan awal terapeutik.

Kesimpulannya tidak ada kesenjangan dan mempermudah dalam

komunikasi dan pendataan.

163
164

b. Umur

Dalam data subjektif ibu hamil pengkajian umur pada pasien

membantu mengidentifikasi kehamilan yang memerlukan perhatian

khusus seperti (kehamilan remaja, risiko persalinan sulit dengan

disproporsi kepala panggul, inersia uteri, tidak kuat hejan dan

pendarahan postpartum) dan usia tua (>35 tahun, berisiko melahirkan

janin dengan kongenital, risiko diabetes gestasional, risiko hipertensi

dalam kehamilan, risiko kesulitan saat persalinan dan pendarahan

postpartum) (Munthe, 2019).

Berdasarkan pengkajian data umur Ny.”S” adalah 34 tahun. Menurut

penulis umur 34 tahun masih dalam batas umur yang produktif namun

sudah mendekati umur resiko kehamilan. Umur pada saat hamil

berpengaruh pada ibu dan janin, jika terlalu muda rahim dikhawatirkan

rahim belum siap menerima embrio (bakal janin) dan jika ibu hamil di

umur tua mengakibatkan beresiko karena menurunnya fungsi alat

reproduksi. Kesimpulannya ibu masih dalam batas umur usia produktif

dan tidak ada kesenjangan.

c. Suku dan bangsa pasien dan suami

Dalam data subjektif ibu hamil pengkajian suku dan bangsa pasien

dan suami bertujuan mengetahui kebudayaan dan perilaku atau

kebiasaan pasien, apakah sesuai atau tidak dengan pola hidup sehat

(Munthe, 2019). Menurut penulis pengkajian suku pada pasien dan

suami diperlukan agar mengetahui kebiasaan pada kebudayaan ibu

dan suami. Ibu dan


165

suami suku Manado, bangsa Indonesia tidak mengikuti adat atau

sukunya yang mempengaruhi pola kehidupan sehari-hari.

Kesimpulannya dalam kenyataan tidak ada kebudayaan yang

mempengaruhi keseharian ibu dan tidak ada kesenjangan.

d. Agama

Dalam data subjektif ibu hamil pengkajian agama bertujuan

memotivasi pasien dan suami dngan kata-kata yang bersifat religious,

terutama pada pasien dengan gangguan psikologis (Munthe, 2019).

Menurut penulis pengkajian data agama akan berpengaruh dalam

memotivasi ibu secara spiritual. Kesimpulanya agama berpengaruh

dalam memberikan motivasi spiritual pada ibu.

e. Pendidikan

Dalam data subjektif ibu hamil pengkajian Pendidikan bertujuan

mempermudah dalam berkomunikasi sesuai tingkat Pendidikan pasien

dan suami (Munthe, 2019). Menurut penulis pengkajian mengenai

Pendidikan pasien dan suami akan berpengaruh dalam percakapan dan

penyusunan Bahasa untuk di sampaikan agar komunikasi berjalan

dengan baik. Kesimpulannya ibu memiliki komunikasi yang baik

karena berpendidikan ibu merupakan S1 dan tidak ada kesenjangan.

f. Pekerjaan

Dalam data subjektif pengkajian tentang pekerjaan pasien dan suami

bertujuan mengetahui keadaan ekonomi pasien, sehingga saat diberikan

asuhan dapat disesuaikan dengan kondisi ekonominya (Munthe, 2019).


166

Menurut penulis pengkajian mengenai Pekerjaan pasien dan suami

dibutuhkan karena berpengaruh dalam keseharian pasien dan suami

mengenai waktu, kesibukan dalam kegiatan serta ekonomi untuk

mempermudah memberikan konseling yang tepat. Kesimpulan dalam

pekerjaan ibu berfokus melakukan tugas rumah tangga dan yang

mencari nafkah adalah suami dan tidak ada kesenjangan.

2. Data Objektif

a. Pemeriksaan umum

1) Tinggi badan

Dalam data objektif ibu hamil pemeriksaan tinggi badan

bertujuan mendeteksi faktor resiko terhadap kehamilan yang sering

berhubungan dengan keadaan kelainan rongga panggul pada tinggi

badan kurang dari 145 cm (Munthe, 2019). Berdasarkan pengkajian

data tinggi badan Ny.”S” adalah 168 cm termasuk dalam tinggi

badan yang ideal bagi ibu hamil karena tinggi badan yang kurang

dapat memicu resiko pada kehamilan seperti terhambatnya

pertumbuhan janin dan tentunya ibu yang memiliki tinggi badan di

bawah rata-rata membutuhkan perhatian khusus. Kesimpulannya

tinggi badan Ny.S normal dan tidak ada kesenjangan.

2) Berat badan

Dalam data objektif ibu hamil pemeriksaan berat badan

bertujuan mengetahui berat badan pasien sebelum hamil dan saat

hamil untuk mengetahui adanya peningkatan berat badan selama

kehamilan.
167

Rekomendasi kenaikan berat badan pada ibu hamil tergantung pada

Indeks Masa Tubuh (IMT) ibu sebelum hamil, IMT normal 19,8-26

dan rekomendasi kenaikan berat badan selama kehamilan dengan

IMT normal adalah 11,5-16 kg dan untuk IMT obestitas > 29

rekomendasi kenaikan berat badan selama kehamilan adalah 6-9 kg.

Risiko Hamil dengan Obesitas, selain mempersulit ibu hamil untuk

bergerak, obesitas juga meningkatkan risiko ibu hamil mengalami:

Persalinan yang sulit atau lama, Diabetes gestasional, Perdarahan

pascapersalinan, Gangguan jantung dan ginjal, Apnea tidur,

Melahirkan dengan operasi Caesar, Penggumpalan darah,

Preeklamsia, Keguguran atau bayi lahir dalam keadaan tidak

bernyawa (IDAI, 2015). Berdasarkan pengkajian data Ny.”S”

sebelum hamil ibu memiliki berat 90 kg dan memiliki IMT 31,8

yang merupakan obesitas maka kenaikan BB seharusnya 5-9 kg

namun hingga kehamilan trimester ke III ini ibu memiliki berat 115

kg dimana mengalami kenaikan 25 kg dan dalam kehamilan ibu

tidak memiliki keluhan apapun ataupun riwayat penyakit tertentu.

Kesimpulannya, kenaikan tersebut cukup tinggi dan adanya

kesenjangan mengenai kenaikan berat badan selama kehamilan

maka perlunya konseling tentang risiko hamil dengan obesitas dan

pentingnya menjaga pola makan yaitu menjaga nutrisi ibu semasa

kehamilan dengan mengurangi makanan berkabohidrat dan

mengandung gula yang tinggi.


168

3) Lingkar Lengan Atas (LILA)

Dalam data objekif ibu hamil pemeriksaan lingkar lengan atas

(LILA) bertujuan mengetahui adanya risiko kekurangan energi

untuk kronik (KEK) pada wanita usia subur atau ibu hamil dan

menampis ibu hamil yang mempunyai risiko melahirkan BBLR

apabila ambang LILA < 23,5 cm (Munthe,2019). Menurut penulis

pemeriksaan lingkar lengan atas pasien termasuk komponen penting

untuk mengetahui status gizi ibu dan mempermudah konseling

sesuai kebutuhan ibu karena jika lingkar lengan atas ibu hamil di

bawah batas normal dapat mempengaruhi kondisi ibu dan janin

mengenai pemenuhan nutrisi. Lingkar lengan Ny.”S” 35 cm,

kesimpulannya tidak ada kesenjangan LILA ibu normal dan ibu

tidak memiliki kekurangan nutrisi.

4) Tanda-tanda Vital (Tekanan darah, Nadi, Pernapasan dan Suhu)

Dalam data objektif ibu hamil pemeriksaan tanda-tanda vital

bertujuan untuk :

a) Tekanan darah : diukur setiap kali pemeriksaan kehamilan.

Tekanan darah ibu dikatakan mengikat apabila tekanan sistol

meningkat > 30 mmHg dan diastole > 15 mmHg dari tekanan

darah sebelumnya. Menurut WHO batas normal tekanan darah

sistolik berkisar 110-120 mmHg.

b) Nadi : pada masa kehamilan akan terjadi peningkatan frekuensi

jantung sejak usia kehamilan 4 minggu sekitar 15-20 denyut


169

permenit. Memuncak pada usia gestasi 28 minggu karena

disebabkan peningkatan total volume darah. Frekuensi nadi

normal antara 60-90x/m.

c) Suhu : suhu tubuh yang meningkat dapat menyebabkan

peningkatan kebutuhan oksigen jaringan dan di sertai dengan

peningkatan frekuensi jantung. Pada ibu hamil mengalami

peningkatan suhu tubuh sampai 0,5oC dikarenakan adanya

peningkatan hormone progesterone yang disertai peningkatan

metabolism tubuh ibu hamil. Nilai normal suhi tubuh berkisar

antara 36oC-37,5oC.

d) Pernapasan : dikaji untuk mendeteksi secara dini adanya

penyakit yang berhubungan dengan pernapasan yang berpotensi

sebagai penyulit pada saat persalinan. Umumnya frekuensi nafas

yang normal yaitu 20-24x/menit (Munthe, 2019).

Menurut penulis pemeriksaan tanda-tanda vital salah satu

komponen penting dari tanda-tanda vital petugas kesehatan dapat

memantau keadaan ibu dan mendeteksi resiko pada kehamilan

contohnya, hipertensi yang menyebabkan preeklamsi. Dalam

pemeriksaan Ny.S memiliki Tekanan darah : 116/80 mmHg, Nadi :

90x/m, Pernapasan : 22x/m dam Suhu : 36,60C semua dalam batas

normal dan tidak ada kesenjangan.


170

b. Pemeriksaan Fisik

Menurut Munthe 2019, pemeriksaan fisik pada ibu hamil dilakukan

untuk mengetahui ada atau tidaknya masalah secara fisik. Pada

pemeriksaan Ny.”S” didapati pemeriksaan fisik, sebagai berikut :

Kepala tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan. Wajah tidak ada

oedeme, tidak pucat tidak ada Cloasma gravidarum. Mata, letak simetris

kanan/kiri, konjungtiva merah muda, sklera putih, penglihatan jelas,

respon pupil baik. Mulut dan gigi, mukosa lembab, tidak ada stomatitis,

tidak ada karies, lidah bersih. Payudara, putting susu menonjol, areola

mammae hiperpygmentasi, pengeluaran ASI belum ada, tidak ada

benjolan dan nyeri tekan. Abdomen, tidak ada bekas operasi. TFU : 35

cm, 2 jari di bawah px Pentingnya pemeriksaan fisik pada ibu hamil

untuk memantau perkembangan ibu dan mendeteksi dini jika ada tanda

bahaya atau risiko yang dialami pada masa kehamilan. Berdasarkan

pemeriksaan fisik Ny.”S” dalam keadaan normal.

c. Keluhan utama

Nyeri perut bagian bawah biasa dikeluhkan 10-30% ibu hamil ini

disebabkan karena tertariknya ligamentum, sehingga menimbulkan

nyeri seperti kram ringan dan atau terasa seperti tusukan yang akan

lebih terasa akibat gerakan tiba-tiba, dibagian perut bawah (Munthe,

2019).

Dari kunjungan pertama kehamilan setelah anamnesa, ibu

mengeluhkan nyeri perut bagian bawah, menurut penulis ini disebabkan

kepala janin sudah mulai mencari ruang pada rongga panggul sehingga
171

itu yang menyebabkan tertariknya ligamentum dan membuat ibu

merasanyeri pada bagian bawah perut ibu.

d. Pemeriksaan penunjang

Menurut Munthe 2019, pemeriksaan penunjang berguna untuk

menentukan diagnosa pada ibu hamil fisiologis atau patologis.

Berdasarkan pemeriksaan darah lengkap hasil pemeriksaan Ny.”S”

adalah HB : 11 gr %, VCT : Non Reaktif (NR), DDR : Negatif (-),

HBsAg : Negatif (-), Sifilis : Negatif (-). Pemeriksaan darah lengkap di

perlukan agar dapat mendeteksi resiko kehamilan dengan anemia,

hepatitis, malaria, HIV dan Sifilis. pemeriksaan ibu dalam keadaan

normal.

3. Analisa Data

Kebanyakan tenaga kesehatan memberitahu hasil pengamatan apakah

masukan gizi seorang wanita hamil sudah memuaskan atau belum dalam

memenuhi tuntutan kebutuhan kehamilannya. Dengan bertanya, kita akan

menemukan variasi dari kondisi ideal dan wanita hamil yang beriziko dapat

dirujuk ke bagian gizi atau diet (Farrer Helen, 2011).

Berdasarkan fakta Analisa data pada Ny.”S” adalah G3P2A0 usia

kehamilan 38 minggu dengan kehamilan normal. Menurut penulis, dalam

memberikan asuhan pada Ny.”S” kehamilan berjalan normal, tidak

mengalami komplikasi atau keadaan ibu dan janin sehat tidak ada

gangguan. Pada kenaikan berat badan ibu yang cukup tinggi disarankan

untuk mengurangi makanan karbohidrat tinggi dan kandungan gula yang

tinggi.
172

4. Penatalaksanaan

Persiapan persalinan bermanfaat agar ibu dan keluarga menjadi lebih

siap dalam menghadapi proses persalinan, mencegah masalah potensial

sedini mungkin, proses persalinan berjalan lancar, ibu mendapat asuhan

yang sesuai dan tepat waktu serta yang terpenting adalah menurunkan

angka kematian dan kesakitan ibu dan bayi (Manuba, 2010).

Asuhan pada masa hamil penulis melakukan penatalaksanaan pada

Ny.”S” sebagaimana asuhan yang diberikan untuk kehamilan normal

karena tidak ditemukannya masalah, asuhan yang diberikan yaitu seperti

KIE tentang tanda bahaya ibu hamil, tanda-tanda persalinan, persiapan

persalinan, pemberian suplemen, dan kontrol ulang. Menurut penulis hal ini

fisiologis.

B. Asuhan Kebidanan pada Ibu Bersalin

Pada pembahasan yang kedua, akan dijelaskan tentang kesesuaian teori dan

kenyataan pada Intranatal Care. Berikut akan disajikan data-data yang

mendukung untuk dibahas dalam pembahasan tentang Intranatal Care. Dalam

pembahasan yang berkaitan dengan Intranatal Care maka dapat diperoleh data

pada tabel berikut ini :

Tabel 4.1 Riwayat Persalinan Ny.S pada Tanggal 25 Januari 2021 di


BPM Bidan Deby

JAM DIAGNOSA
08.30 WIT Ibu mengatakan merasakan sakit pada perut bagian bawah
dari semalam sampai sekarang. Keluar lendir bercampur
darah jam 08.00 WIT
HPHT : 21-04-2020
173

Hamil Anak Ke 3

Keadaan Umum : Baik


Kesadaran : Composmentis
Keadaan Emosional : Stabil
TFU : 33 cm
TD : 110/82 mmHg
N : 90x/m
DJJ : 134x/m
His : 2x10’ durasi 30-35.
Pembukaan : 4 cm
Penurunan : Hodge II

Ny.S G3P2A0 Bayi Aterm Kala I pembukaan 4 Hodge II


13.20 WIT Pecahkan Ketuban, Warna Hijau
VT ulang 9 cm
Ibu mengatakan rasa ingin BAB
13.55 WIT Bayi lahir spontan, lahir belakang kepala, lilitan ketat 1x,
menangis spontan, A/S. 8/9, BB : 4100 gram, PB : 50 cm,
LD : 35 cm, LP : 34 cm, LILA : 14 cm, cacat (-), caput (-),
anus (+) meconium, salep mata +/+.

14.00 WIT Plasenta lahir spontan, lengkap dengan selaput dan


kotiledonnya, perineum ruptut D-I hecting (+), TFU 3 jari
dibawah pusat, pendarahan pervaginam ±150 cc, kontraksi
(+).
14.20 WIT TD : 124/70 mmHg
N : 78x/m
S :36,90C
R : 21x/m

Berdasarkan fakta diatas, dapat diperoleh analisa sebagai berikut :

1. Data Subyektif

a. Keluhan utama

Keluhan yang dirasakan Ny”S” ibu mengatakan nyeri pada perut

bagianbawah tembus ke tulang belakang dan keluar lendir bercampur

darah sejak tanggal 25 Januari 2021 jam 08.00 WIT. Menurut penulis

keluhan ini merupakan keadaan yang normal pada tanda-tanda

menjelang
174

persalinan. Menurut Manuaba (2010) keluhan yang dirasakan ibu

bersalin yaitu dimulai dengan adanya his yang dipengaruhi oleh hormon

esterogen dan progesterone. Selanjutnya keluar lendir darah terjadi

karena adanya pembuluh darah yang pecah akibat pendataran dan

pembukaan servik. Adanya pengeluaran cairan, hal ini dikarenakan

karena ketuban pecah. Sebagian ketuban pecah menjelang pembukaan

lengkap. Dengan pecahnya ketuban diharapkan persalinan berlangsung

dalam waktu 24 jam. Berdasarkan hal diatas keadaan fisik Ny.‘’S’’

masih dalam keadaan normal. Persalinan berjalan dengan normal.

2. Data Obyektif

Pada fakta, diperoleh data pada Ny.“S” muka tidak oedem,

konjungtiva merah muda, sklera putih, mukosa bibir lembab, payudara

bersih, puting susu menonjol, kolostrum belum keluar, tidak ada

bendungan/ massa abnormal, pemeriksaan abdomen, meliputi:

TFU : 3 jari dibawah Processus Xypoideus (33 cm). Bagian

fundus teraba bulat, lunak, tidak melenting, Bagian kanan perut ibu

teraba panjang, keras seperti papan, di bagian kiri perut ibu teraba

bagian terkecil janin, di bagian bawah perut ibu teraba bulat, keras,

melenting, kepala sudah masuk PAP. Kontraksi : 2x dalam 10 menit

selama 30-35 detik DJJ : 134 x/menit, Genetalia : Tidak odema, tidak

ada varises, keluar lendir bercampur darah. VT (dilakukan pukul 08.30

WIT) Pembukaan 4 cm, Ketuban: utuh (+), Hodge: I.

Menurut penulis pemeriksaan yang dilakukan masih dalam batas


175

normal dan fisiologis. Menurut Manuaba (2010), pemeriksaan fisik pada

ibu bersalin meliputi muka tidak oedem, konjungtiva merah muda,

sklera putih, mukosa bibir lembab, payudara bersih, puting susu

menonjol, kolostrum sudah keluar, tidak ada bendungan/ massa

abnormal, pemeriksaan abdomen pada ibu bersalin, meliputi: TFU Mc.

Donald (cm) sesuai dengan umur kehamilan, pemeriksaan Leopold

(Leopold I, II, III, dan IV), DJJ (normalnya 120- 160x/menit). genetalia

bersih, tidak oedem, tidak varises, tidak ada tanda-tanda infeksi, tidak

ada pembesarankelenjar bartholini maupun scene. Ekstremitas atas dan

bawah tidak oedem. Berdasarkan hal diatas maka pemeriksaan pada

Ny.”S” dalam batas normal.

3. Analisa Data

Analisa data pada Ny.”S” adalah P3A0 UK 39 minggu 6 hari, dengan

persalinan normal. Menurut penulis proses persalinan pada ibu yang

hamil cukup bulan, dengan presentasi belakang kepala, yang

berlangsung dalam waktu 5 jam 25 menit dan tidak menimbulkan

komplikasi baik ibu maupun janin. Yang diawali dengan terjadinya

kontraksi/mules yang datang teratur setiap 10-15 menit, keluarnya lendir

dan darah dari jalan lahir dengan 4 tahapan yaitu kala 1, kala 2, kala 3

dan kala 4.

Menurut Sulistiyawati (2010) bahwa persalinan normal adalah

prosespengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta) yang telah cukup

bulan atau hidup diluar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan

lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri).


176

C. Asuhan Kebidanan pada Bayi Baru Lahir (BBL)

Pada pembahasan yang ketiga, akan dijelaskan tentang kesesuaian teoridan

kenyataan asuhan kebidanan pada neonatus. Berikut akan disajikan data-data

yang mendukung untuk dibahas dalam pembahasan tentang asuhankebidanan

pada neonatus. Dalam pembahasan yang berkaitan dengan tentang asuhan

kebidanan pada neonatus, maka dapat diperoleh data sebagai berikut:

Berdasarkan fakta, diperoleh data bayi Ny. ”S” sebagai berikut :

Pada usia 1 hari bayi sudah BAB 1 kali, dan sudah BAK 3 kali, warna

jernih. Bayi sudah menyusu diiringi dengan susu formula. Berdasarkan fakta

diatas, dapat diperoleh analisa sebagai berikut :

Tabel 4.2 Pemantauan BBL By.Ny.S dari Umur 1-42 Hari

1 2 3 4 5 6
Tgl
26 Januari 01 Februari 04 Februari 11 Februari 20 Februari 08 Maret
Kunjungan 2021 2021 2021 2021 2021 2021
ASI ASI + ASI + ASI + ASI + ASI dan ASI
Formula Formula Formula Formula Formula
sudah
dikurangi.

BAK 3x, warna 3x, warna 4x warna ± 3-5 x ± 4-6 x ± 4 x,


jernih. jernih. kuning warna warna warna
jernih. kuning kuning jernih
jernih, jernih.
BAB 1x, warna 1x, warna 1x sehari 1x sehari 2 x, warna 2 x, warna
hijau kuning setiap pagi, setiap pagi, kuning kuning.
kehitaman, gelap warna warna kecoklatan
konsistensi kecoklatan kuning kuning
lembek. gelap gelap
kecoklatan kecoklatan.
BB 4100 gr 4300 gr - 4700 gr - -

Ikterus Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
177

1. Data Subyektif

a. Eliminasi

Berdasarkan fakta, pada usia 1 hari bayi Ny.“S” sudah BAK, 4

kali warna kuning jernih, dan BABpada usia 1kali warna hitam.

Menurut penulis hal ini normal, sesuai dengan teori Walyani (2015),

proses pengeluaran defekasi dan urin terjadi 24 jam pertama setelah

bayi lahir adalah 20-300 cc/24 jam atau 1-2 cc/Kg BB/jam/ 8 kali/

hari. Berdasarkan hal diatas proses eliminasi pada bayi Ny.”S”

berjalan normal.

b. Nutrisi

Berdasarkan fakta, bayi Ny. “S” sudah menyusui. Menurut

penulis hal ini fisiologis karena nutrisi ASI sangat penting untuk

mencukupi kebutuhan tumbuh kembang bayi , Menurut Walyani

(2015), setelah lahir bayi segera disusukan pada ibunya. Pada bayi

usia 1 hari, membutuhkan 5-7 ml atau satu sendok makan ASI sekali

minum, dan diberikan dengan jarak sekitar 2 jam. Kebutuhan ASI

memang baru sedikit, karena ukuran lambung bayi pada usia ini

hanya sebesar biji kemiri. Bayi usia 3 hari, membutuhkan 22-27 ml

ASI sekali minum yang diberikan 8-12 kali sehari atau hampir satu

gelas takar air untuk satu hari. Pada usia ini lambung berkembang

menjadi sebesar buah ceri atau anggur berukuran sedang. Bayi usia 1

minggu, membutuhkan ASI 45-60 ml dalam satu kali minum, dan

dapat menghabiskan 400-600 ml ASI atau satu setengah gelas

hingga dua
178

setengah gelas takar air dalam satu hari. Bayi Usia 1 bulan,

membutuhkan ASI 80-150 ml dalam sekali minum, dan diberikan 8

hingga 12 kali dalam satu hari, dengan jeda 1,5 jam-2 jampada

siang dan pada malam hari jeda 3 jam. Berdasarkan hal diatas nutrisi

yang diberikan pada bayi Ny.”S” hanya susu formula dan ASI saja.

2. Data Obyektif

a. Tanda-tanda vital

Berdasarkan fakta, tanda-tanda vital bayi Ny.“S” dalam batas

normal. Menurut penulis, pemeriksaan tanda vital bayi sangat

mutlak dilakukan karena dari pemeriksaan tersebut kita bisa

mengetahui apakah keadaan bayi sehat atau timbul tanda bahaya

bayi baru lahir seperti hipotermi, asfiksia, dsb. Tanda-tanda vital

harus dipantau setiap kujungan neonatus, karena untuk mengetahui

perkembangan berat badan bayi, panjang badan, lingkar kepala serta

pemeriksaan reflek juga dilakukan untuk mengetahui bayi tumbuh

optimal. Menurut Walyani (2015) suhu bayi normal adalah antara

36,5oC- 37,5oC, laju napas normal neonatus berkisar antara 40-60

kali permenit dan nadi apikal dapat berfluktuasi dari 110 sampai 180

x/menit. Berdasarkan hal diatas pemeriksaan tanda-tanda vital pada

bayi Ny.“S” telah dilakukan.

b. Pemeriksaan fisik

Pada bayi Ny.”S”, warna kulit selama kunjungan rumah merah

muda, tidak ada kelainan pada anggota tubuh, tidak ada tanda-tanda
179

infeksi tali pusat, anus ada, tidak ada kelainan pada ekstremitas tidak

ada ruam pada genetalia dan lipatan hal ini disebabkan karena ibu

sering mengganti popok. Menurut penulis pemeriksaan fisik pada

neonatus sangat penting karena dengan melakukan pemeriksaan kita

bisa menyimpulkan resiko atau komplikasi yang menyertai, selain

itu bisa mencegah terjadinya tanda bahaya bayi, bayi yang

mengalami kelainan dapat disebabkan karena kurangnya nutrisi yang

dikonsumsi ibu. Menurut Walyani (2015) warna kulit bayi harus

berwarna merah muda yang bersih, tidak ada kelainan pada anggota

tubuh, dan tidak ada tanda-tanda infeksi tali pusat. Berdasarkan hal

diatas pemeriksaan fisik pada bayi Ny.“S” masih dalam batas

normal.

3. Analisa Data

Analisa data pada Ny.”S” adalah bayi baru lahir (BBL) aterm usia 1

hari dengan BBL normal. Menurut penulis, bayi baru lahir normal

adalah neonatus yang lahir aterm/cukup bulan dan selama bayi maupun

neonatus tidak terjadi komplikasi. Menurut Padila (2010), neonatus

normal mulai dari usia 0-28 hari.

4. Penatalaksanaan

Pada asuhan bayi baru lahir, penulis melakukan penatalaksanaan pada

Bayi Ny.”S” sebagaimana untuk bayi baru lahir (BBL) normal karena

tidak ditemukan masalah selama kunjungan. Asuhan yang diberikan

yaitu memberikan KIE, seperti KIE tentang pentingnya pemerian ASI

secara teratur 2 jam sekali atau saat bayi menginginkannya, cara

memandikan
180

bayi, dan perawatan tali pusat. Menurut Walyani (2015) penatalaksanaan

pada neonatus fisiologis, KIE diberikan secara bertahap agar ibu lebih

mudah dalam memahami penjelasan perawatan bayi sehari-hari.

Berdasarkan hal diatas penatalaksanaan bayi pada Ny.”S” sudah sesuai

dengan asuhan bayi baru lahir dan By.Ny.S dalam kondisi BBL Normal.

D. Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas

Pada pembahasan yang ketiga akan dijelaskan tentang kesesuaian teori

pendapat dan kenyataan pada PNC (post natal care). Berikut akan disajikan

data- data yang mendukung untuk dibahas dalam pembahasan tentang asuhan

kebidanan pada post natal care. Dalam pembahasan yang berkaitan dengan

tentang post natal care, maka dapat diperoleh data pada tabel berikut ini:

Tabel 4.3 Pemantauan Masa Nifas Ny.”S” Hari Ke 1-42

Tanggal PNC 26 Januari 01 Februari 04 Februari 11 Februari 20 Februari 08 Maret


2021 2021 2021 2021 2021 2021
Post Partum 1 Hari 7 Hari 10 Hari 17 Hari 26 Hari 42 Hari
hari ke
Anamnesa Ibu Ibu Ibu Ibu Ibu Ibu
mengatakan mengatakan mengatakan mengatakan mengatakan mengatakan
masih nyeri masih terasa sudah tidak tidak ada sudah tidak tidak ada
pada luka sakit pada merasakan keluhan merasakan keluhan,
jahitan saat jahitan saat sakit pada sakit pada darah sudah
BAK. BAK. jalan lahir jalan lahir bersih pada
atau jahitan. atau jahitan. tanggal 23
februari
2021
Eliminasi BAK ± 3 – BAK ± BAK 3-4 kali, BAK ± 5 BAK ± 4 BAK ± 4
4 x /hari, 3-4 kali, BAB 1 kali. kali/hari, kali/hari, kali/hari,
BAB BAB 1 BAB 1 BAB 1 kali BAB 1 kali
1x/hari kali kali/hari

Tekanan 120/70 116/80 120/80 120/80 110/80 120/80


Darah mmHg mmHg mmHg mmHg mmHg mmHg

Laktasi ASI Belum ASI ASI sudah ASI Lancar ASI Lancar ASI Lancar
Keluar sudah keluar.
keluar
181

TFU 3 jari di atas 3 jari di 2 jari di atas 2 jari di atas Tidal teraba Tidak
sympisis atas sympisis sympisis teraba
sympisis

Lochea Rubra Sangunolenta Serosa Alba Bercak- Bersih


bercak.

1. Data Subyektif

a. Keluhan

Berdasarkan fakta, dalam kurun masa nifas mulai dari hari ke 1

masa nifas sampai 42 hari masa nifas Ny.“S” keadannya baik tidak

mengeluh apapun dan masa nifas berjalan dengan normal. Pada hari

ke 1 masa nifas ibu biasanya masih mengeluh nyeri pada luka bekas

jahitan dikarenakan jahitan masih basah dan ibu belum bisa bergerak

dengan bebas, maka dianjurkan kepada ibu untuk melakukan

mobilisasi dini. Keadaan ibu yangbaik selama masa nifas

dipengaruhi oleh nutrisi, ibu makan makanan yang bergizi seperti

nasi, lauk pauk, sayur, dan minum air putih 8 gelas setiap hari, ibu

juga tidak tarak terhadap makanan apapun. Pulihnya keadaan ibu

juga dipengaruhi oleh aktifitas ibu setiap harinya seperti menyapu,

merawat anak. Menurut Rukiyah (2010), asa nifas adalah masa

setelah keluarnya plasenta sampai alat-alat reproduksi pulih seperti

sebelum hamil dan secara normal masa nifas berlangsung selama 6

minggu atau 40 hari. Berdasarkan hal diatas keluhan Ny. “S” masih

normal.

Berdasarkan keluhan Ny.”S” yang kedua pada kunjungan

pertama ibu mengatakan ASI belum keluar. Menurut penulis ini

merupakan keadaan yang normal karena pada hari 1-3 merupakan


182

pengeluaran kolostrum dalam pemeriksaan pada payudara ibu

sudah ada pengeluaran kolostrum maka diberikan asuhan

kebidanan berupa teknik menyusui yang baik dan benar agar

merangsang payudara untuk ASI keluar dengan lancar dan pada

kunjungan ke 2 yaitu post partum hari ke 7 ibu ASI sudah keluar.

Menurut Martenity (2016), Kolostrum adalah air susu yang

pertama kali keluar sampai hari keempat merupakan cairan kental,

lengket dan berwarna kekuningan. Mengandung tinggi protein,

mineral, garam, vitamin A, nitrogen, sel darah putih dan antibody

yang tinggi (igG, igA, igM) yang digunakan sebagai zat untuk

mencegah dan menetralisir bakteri, virus, jamur dan parasite.

Volume kolostrum 150-300 ml/24 jam. Berdasarkan hal diatas

keluhan Ny.”S” merupakan hal yang normal, maka tidak ada

kesenjangan antara kenyataan dan teori.

b. Eliminasi

Berdasarkan fakta, Ny.“S” sudah BAK sejak awal post partum,

BAB 1x/ hari dari awal saat post partum, BAK dan BAB sudah

lancar. Menurut penulis hal ini fisiologis proses eliminasi Ny.“S”

berjalan normal karena dari awal post partu ibu pola eliminasi sudah

lancar. Ny.“S” sudah bisa BAB dengan konsistensi lembek. Ibu

dianjurkan untuk makan makanan yang banyak mengandung serat

seperti buah, sayur dan juga disarankan untuk minum air putih 7-8

gelas per-hari, agar luka jahitan cepat kering. Berdasarkan hal diatas

proses eliminasi Ny.“S” normal.


183

2. Data Obyektif

a. Laktasi

Berdasarkan fakta, ASI Ny.“S” belum keluar lancar di 1-3 hari

post partum, tidak ada bendungan, tidak ada massa abnormal.

Menurut penulis hal ini fisiologis pada payudara terjadi proses

laktasi. Pada keadaan fisiologis, tidak terdapat benjolan, pembesaran

kelenjar atau abses. Menurut Sulistyowati, (2009) ASI matur

dikeluarkan mulai hari ke 14 post partum, keluarnya ASI dengan

lancar dapat dipengaruhi oleh refleks hisap bayi/ refleks let down,

semakin kuat hisapan bayi, semakin lancar ASI yang keluar.

Berdasarkan hal diatas, proses laktasi Ny.”S” berjalan normal.

b. Involusi

1) TFU

Berdasarkan fakta pada Ny.“S” pada 7 hari masa nifas TFU

teraba 3 jari diatas sympisis, kontraksi uterus baik. Pada 10 hari

masa nifas TFU teraba 3 jari di atas sympisis, kontraksi uterus

baik. Pada 17 hari masa nifas TFU 2 jari diatas sympisis. Pada

26 hari masa nifas TFU tidak teraba. Menurut peneliti kontraksi

uterus Ny.“S” sangat baik sehigga involusi uterus berjalan

normal yaitu 26-42 hari TFU sudah tidak teraba. Menurut

Rukiyah (2010), TFU menurut masa involusi bayi lahir setinggi

pusat, plasenta lahir 2 jari dibawah pusat, 1 minggu pertengahan

pusat symphisis, 2 minggu tidak teraba diatas symphisis, 6

minggu
184

bertambah kecil, 8 minggu sebesar normal (tidak teraba).

Berdasarkan hal diatas ukuran TFU Ny.”S” masih dalam batas

normal, nifas berjalan dengan normal.

2) Lokhea

Berdasarkan fakta pada Ny.“S”, pada 1 hari nifas lokhea

Rubra, pada 7 hari lokhea Sangunolenta, pada 10 hari nifas

lokhea Serosa, pada 17 hari nifas lokhea Alba, pada 26 hari

lokhea bercak-bercak, pada 42 hari darah sudah bersih. Menurut

peneliti, proses involusi berdasarkan lokhea pada Ny.“S”

berjalan normal. Menurut Rukiyah (2010), bahwa lokhea rubra

berwarna merah berlangsung selama 1-2 hari post partum,

lokhea sanguinolenta warnanya merah kuning berisi darah dan

lendir, terjadi pada hari ke 3-7 hari post partum, lokhea serosa

berwarna kuning dan cairan ini tidak berdarah lagi pada hari ke

7-14 post partum, lochea alba merupakan cairan putih yang

terjadi pada hari setelah 2 minggu post partum. Berdasarkan hal

diatas pengeluaran lochea pada Ny.”S” masih berjalan normal.

3. Analisa Data

Analisa data pada Ny.”S” adalah P3A0 post partum fisiologis.

Menurut penulis, nifas normal adalah nifas yang berlangsung 6 minggu

tanpa ada keluhan dan penyulit pada masa nifas sehingga nifas berjalan

secara fisiologis. Menurut Rukiyah (2010) nifas normal yaitu masa

setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali


185

seperti keadaan sebelum hamil yang ditandai dengan ibu tidak ada

keluhan, perdarahan dalam batas normal, dan kontraksi baik.

Berdasarkan hal diatas pada Ny.“S” nifas berjalan dengan normal.

4. Penatalaksanaan

Penulis melakukan penatalaksanaan asuhan kebidanan ibu nifas pada

Ny.”S” sebagaimana untuk ibu nifas normal karena tidak ditemukannya

masalah, seperti melakukan observasi pengeluaran pervaginam, tinggi

fundus uteri, dan proses laktasi, memberikan KIE tentang tanda bahaya,

kebutuhan nutrisi dan kontrol ulang. Menurut penulis, dengan diberikan

implementasi yang sesuai dengan asuhan pada ibu nifas, memberikan

dampak yang postif bagi ibu dan bayi seperti mengajari ibu bagaimana

cara menyusui yang benar, melakukan perawatan bayi sehari-hari,

memberikan konseling tentang KB agar ibu merasa mantap dan nyaman

sebelum menggunakan alat kontrasepsi dan pada nifas hari ke 42 ibu

mengatakan ingin menggunakan KB suntik 3 bulan. Menurut Rukiyah

(2010), seperti melakukan observasi pengeluaran pervaginam, tinggi

fundus uteri, dan proses laktasi, memberikan KIE pentingnya ASI,

nutrisi dan kontrol ulang. Berdasarkan hal diatas penatalaksanaan nifas

pada Ny.“S” sudah sesuai dengan keluhan.


186

E. Asuhan Kebidanan pada Keluarga Berencana

Pada pembahasan yang keenam akan dijelaskan tentang kesesuaian teori

dan kenyataan pada asuhan kebidanan pada keluarga berencana. Berikut akan

disajikan data-data yang mendukung untuk dibahas dalam pembahasan tentang

asuhan kebidanan pada keluarga berencana. Dalam pembahasan yang

berkaitan dengan asuhan kebidanan pada keluarga berencana, maka dapat

diperoleh data berikut ini:

Tabel 4.4 Distribusi Data Subyektif dan Data Obyektif Konseling


KB dari Ny.”S” Umur 34 Tahun P3A0 Pasca Persalinan

Kunjungan 1 2
Tanggal 08 Maret 18 Maret
2021 2021
Subjektif Ibu mengatakan belum tahu Ibu mengatakan ingin
ingin memakai alat menggunakan KB suntik
kontrasepsi apa. 3 Bulan
Tensi 120/80 mmHg 110/80 mmHg
Nadi 90x/m 92x/m
Haid Belum haid Belum haid

1. Data Subjektif

Berdasarkan fakta, pada 42 hari nifas Ny.“S” tidak ada keluhan

dan ia berencana menggunakan KB suntik 3 bulan setelah usia

sampai saat ini ibu belum haid. Pada 52 hari Ny.“S” ingin

melakukan suntik KB 3 bulan sebagai akseptor baru ibu ingin

menggunakan KB tanggal 25 Maret 2021. Menurut peneliti, keadaan

ibu dalam batas normal semua, serta rencana ibu untuk memilih KB

suntik 3 bulan adalah hal yang efektif karena ibu tidak mau

menggunakan KB jangka panjang dan juga KB suntik 3 bulan tidak

memengaruhi produksi ASI. Menurut Affandi (2012), yaitu

kontrasepsi suntikan progestin cocok


187

untuk ibu menyusui, boleh digunakan oleh wanita pada tekanan darah

<180/110 mmHg, usia reproduksi, nulipara dan yang telah memiliki

anak, menyusui dan membutuhkan kontrasepsi yang sesuai, tidak

dapat menggunakan kontrasepsi yang mengandung estrogen, sering

lupa menggunkan pil kontarsepsi, yang tidak boleh menggunakan

kontrasepsi suntikan progestin wanita hamil atau dicurigai hamil,

perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya, tidak dapat

menerima terjadinya gangguan haid terutama amenorea, menderita

kanker payudara atau riwayat kanker payudara dan diabetus melitus.

Berdasarkan hal diatas kontrasepsi yang di pilih Ny.”S” adalah KB

suntik 3 bulan.

2. Data Objektif

Berdasarkan pemeriksaan Ny.”S” dengan metode KB suntik

3 bulan, hasil pemeriksaan ibu normal semua. Menurut peneliti,

hasil pemeriksaan ibu dalam batas normal salah satunya tekanan

darah ibu yaitu 110/80mmHg. Menurut peneliti, ibu saat ini

ingin menggunakan KB suntik 3 bulan karena ibu tidak ingin

menggunakan alat kontrasepsi jangka panjang dan ibu masih

menyusui. Menurut Affandi (2012), KB suntik 3 bulan

merupakan kontrasepsi suntikan progestin cocok untuk ibu

menyusui, boleh digunakan oleh wanita pada tekanan darah

<180/110 mmHg, usia reproduksi, nulipara dan yang telah

memiliki anak, menyusui. Berdasarkan hal diatas KB suntik 3


188

bulan cocok diberikan kepada Ny.”S”.

3. Analisa Data

Berdasarkan fakta pada analisa data Ny.“S” akseptor baru suntik

KB 3 bulan. Ibu saat ini ingin menggunakan KB suntik 3 bulan.

Menurut penelti, KB suntik 3 bulan baik untuk ibu karena tidak

mengurangi produksi ASI serta tekanan darah ibu selama ini masih

dalam batas normal. Menurut Kemenkes RI (2014), KB suntik 3

bulan merupakan kontrasepsi suntikan yang direkomendasikan pada

ibu menyusui dan dapat menggunakan setelah 6 minggu pasca

persalinan, pada ibu tidak menyusui dapat menggunakan segera

setelah persalinan, penulisan diagnosa data adalah Ny.”S” dengan

Metode Amenore Laktasi.

4. Penatalaksanaan

Pada asuhan kebidanan untuk akseptor KB, peneliti melakukan

penatalaksanaan pada Ny.“S” akseptor baru KB suntik 3 bulan, ibu

diberi KIE tentang efek samping KB suntik 3 bulan, keuntungan dan

kerugian KB suntik 3 bulan dan kunjungan ulang. Menurut Affandi

(2012) penatalaksanaan pada akseptor baru KB suntik 3 bulan

meliputi KIE efek samping, keuntungan dan kerugian KB suntik 3

bulan, tanda bahaya dan kunjungan ulang. Berdasarkan hal diatas

penatalaksanaan KB Ny.”S” sudah sesuai dengan keluhan.


BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Asuhan kebidanan pada Ny.“S” telah dilakukan selama kurang lebih 2

bulan yang di mulai dari masa hamil dengan usia kehamilan 38 minggu

sampai dengan pemilihan KB.

1. Asuhan kebidanan kehamilan dimulai pada kehamilan ibu trimester

III yaitu usia kehamilan 38 Minggu dilakukan dua kali kunjungsn ibu

tidak memiliki keluhanan apapun dalam kunjungan awal maka saya

melakukan asuhan kebidanan berupa konseling mengenai pengaturan

pola makan gizi seimbang, mengurangi makanan atau minuman yang

manis-manis, minum air putih yang cukup serta menganjurkan ibu

untuk jalan pagi atau sore setiap harinyA. Ibu merespon dengan baik

dan mengatakan bersedia melaksanakan anjuran tersebut. Pada

kunjungan kehamilan selanjutnya ibu mengatakan nyeri pada perut

;./9- bagian bawah namun itu dalam batas wajar karena menjelang

persalinan maka saya memberikan konseling mengenai tanda-tanda

menjelang persalinan dan persiapan persalinan. Ibu merespon dengan

baik dan mengatakan bersedia menghubungi bidan atau ke fasilitas

kesehatan terdejat jika sudah mengalami tanda-tanda persalinan dan

ibu juga sudah mulai melakukan persiapan persalinan. Berdasarkan

hal tersebut asuhan kebidanan pada Ny.“S” G3P2A0 dengan

kehamilan

189
190

normal.

2.
Asuhan kebidanan persalinan ibu berjalan lancar ada robekan jalan

lahir namun sudah di jahit sebanyak 4 kali jahitan. Pada riwayat

persalinan ibu memiliki observasi TTV, TFU, kontraksi maupun

pendarahan dalam batas normal. Berdasarkan hal tersebut asuhan

kebidanan pada Ny.“S” G3P2A0 dengan persalinan normal.

3.
Asuhan kebidanan nifas ibu memiliki keluhan ASI tidak lancar maka

diberikan asuhan yang sesuai berupa teknik menyusui yang benar

sehingga pada hari ke 3 ASI sudah mulai lancar dan ibu tidak

memiliki keluhan lain ataupun tanda-tanda infeksi. Berdasarkah hal

tersebut asuhan kebidanan pada Ny.“S” P3A0 dengan nifas normal.

4.
Asuhan kebidanan BBL bayi lahir sehat dengan berat badan lebih

yaitu 4100 gram dan Panjang 50 cm, menangis spontan tidak ada

kelainan apapun. pada pemantauan awal bayi diberikan susu formula

karena ASI ibu tidak lancar namun setelah melakukan konseling

mengenai pentingnya ASI serta ASI ibu mulai lancar susu formula

pelan-pelan dilepas sampai ibu full menyusui ASI saja pada usia 40

hari. Berdasarkan hal tersebut asuhan kebidanan pada Bayi Ny.“S”

P3A0 dengan BBL normal.

5.
Asuhan kebidanan keluarga berencana dalam konseling KB dimulai

dari masa nifas awalnya ibu ingin menggunakan implant setelah

pertemuan berikutnya ibu ingin menggunakan KB suntik 3 bulan

namun masih didiskusikan dengan suaminya. Dengan riwayat ibu


191

belum pernah menggunakan KB maka saya menganjurkan KB suntik

3 bulan dengan konseling menggunakan lifleat hingga pada akhirnya

ibu memilih KB suntik 3 bulan dan akan melakukan penyuntikan di

BPM Bidan Debi pada tanggal 25 Maret 2021. Berdasarkan hal

tersebut pada Ny.“S” P3A0 ibu akseptor baru KB Suntik 3 bulan.

B. Saran

1. Bagi Institusi

STIKes Jayapura diharapkan dapat mengembangkan penerapan

pendidikan asuhan kebidanan secara komprehensif dengan tepat dalam

proses belajar mengajar dan memperbaiki praktik pembelajaran menjadi

lebih efektif dan efesien salah satunya dengan cara menambah referensi

atau buku-buku yang terbaru di perpustakaan sehingga kualitas sumber

daya manusia di institusi meningkat

2. Bagi Klien

Klien diharapkan lebih menjaga pemenuhan nutrisi pada bayi dengan

meningkatkan pemberian ASI Ekslusif pada bayi dan juga memikirkan

lebih lanjut rencana menjarakkan atau pembatasan anak dengan konseling

KB pada tenaga kesehatan.

3. Bagi BPM

Bidan diharapkan dapat menerapkan Asi Ekslusif selama 6 bulan pada

bayi baru lahir dan memberikan konseling kepada semua ibu yang

memiliki bayi tentang pentingnya ASI bagi pertumbuhan dan

perkembangan bayi hingga usia 2 tahun.


192

4. Bagi Mahasiswa

Mahasiswa kebidanan diharapkan dapat mengembangkan ilmu yang

didapat dalam teori maupun praktek di lahan dan selalu up to date tentang

ilmu kebidanan dan dapat menerapkannya dengan baik.


DAFTAR PUSTAKA

Abdul Bari, Saifudin.2010. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan

Maternal dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo Cipta

Affandi, B, 2012, Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta

Anita, Saputra Lyndon.2014.Asuhan Kebidanan Kehamilan Fisiologi

dan

Patologis. Tangerang Selatan: BINARUPA AKSARA Publisher

Danayanti Ika Putri, Maita Liva, Triana Ani, Afni Rita. 2014.Asuhan

Kebidanan Komprehensif pada Ibu Bersalin dan Bayi Baru lahir.

Yogyakarta : Deepublish. ISBN : 978-602-280-402-4

Dewi, 2010.Asuhan Neonatus Bayi Dan Balita. Jakarta: Salemba Medika.

Dewi Putri,P R. Maternity, D. Yantina, Y. 2014. Asuhan Kebidanan

Patologis. Tangerang Selatan: BINARUPA AKSARA Publisher.

Dwiendar Ockta, dkk. 2014.Buku Ajar, Asuhan Kebidanan Neonatus,

Bayi/Balita Dan Anak Prasekolah. Yogyakarta: CV Budi utama.

Elisabeth Walyani, Purwoastuti Endang. 2019. Asuhan Persalinan

Dan Bayi Baru Lahir. Yogyakarta : PUSTAKABARUPRESS

Endang, Walyani, Elisabeth Siwi, Purwastuti. 2015. Asuhan

Kebidanan Masa Nifas dan Menyusui. Yogyakarta : Pustaka Baru

Press. ISBN:

9786021674666

Hj deslindel, 2011.Buku Ajar Asuhan Neonatus Bayi Dan Balita. Jakarta :

EGC.

Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDKAI). 2015. Jakarta


Jannah, Nurul. 2011. Konsep Dokumentasi Kebidanan. Yogyakarta:

Ar’ruz Media.

Kemenkes RI. 2013. Pelayanan Kesehatan Ibu Di Fasilitas Kesehatan

Dasar Dan Rujukan, Jakarta.

Kementrian Kesehatan RI. 2014. Pedoman Pelayanan Keluarga

Berencana Pasca Persalinan Di Fasilitas Kesehatan.

Kementrian Kesehatan RI. 2015. Profil Kesehatan Indonesia 2015.

http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/profilkeseha

tanindonesia/profilkesehatan-Indonesia-2015.pdf

Kementrian Kesehatan RI.2020. Buku KIA Kesehatan Ibu dan Anak

Lusiana, Julietta.2020.Asuhan Kebidanan Kehamilan. Sidoarjo : Ziafatama

Jawara. ISBN : 978-623-7748-03-8

Lockhart Anita, Saputra Lyndon.2014.Asuhan Kebidanan Masa Nifas

Fisiologis dan Patologis. Tangerang Selatan : BINARUPA

AKSARA Publisher

London, Marcia dkk.2012.Buku Saku Asuhan Ibu Dan Bayi Baru Lahir.

Jakarta : EGC

Mangkuji,dkk.2012. Asuhan Kebidanan 7 Langkah SOAP. Jakarta : EGC

Maryanti, Dwi dkk.2010. Buku Ajar Neonatus, Bayi Dan Balita.

Yogyakarta : CV Budi Utomo.

Manuaba, Chandranita I.A; Manuaba, Fajar I.B.G.2012.Ilmu Kebidanan

Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk Pendidikan

Bidan. Jakarta : EGC.


Maryuni, Anik.2010.Ilmu kesehatan anak dalam kebidanan. Yogyakarta :

CV Budi Utomo.

Masruroh, Sandhi Shinta Ika.2017.Asuhan Kebidanan Komprehensif.

Yogyakarta : Nuha Medika

Martenity, Dainty, dkk.2016.Asuhan Kebidanan Masa Nifas dan Menyusui.

Tangerang Selatan : Binarupa Aksara.

Melani Niken, Setiyawan Nanik, Estiwidani Dwiana,

Suherni.2012.Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta:

Citramaya

Miftahul, Arkha, Kholifatul.2019.Asuhan Kebidanan Kehamilan. Surabaya

: CV.Jakad Publishing. ISBN : 978-623-7033-41-7

Munthe Juliana, Adthia Kismiasih, Simbolon Marlina L, Damanik Lisa

Putri Utami. 2019.Buku Ajar Asuhan Kebidanan

Berkesinambungan (Continuity Of Care). Jakarta Timur : CV.

Trans Info Media

Prawirohardjo Sarwono, S. d. (2010). Ilmu Kebidanan Sarwono

Prawirohardjo (Vol. III). (M. S. Prof. dr. Abdul Bari Saifuddin,

Penyunt.) Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Profil Kesehatan Indonesia, 2017.

Profil Kesehatan Provinsi Papua, 2018.

Profil Kesehatan Kabupaten Jayapura, 2018.

Purwastuti Endang, Walyani Elisabeth Siwi.2015.Kesehatan Reproduksi

& Keluarga Berencana. Yogyakarta : PUSTAKABARUPRESS


Rukiyah, A, Yulianti, L, Liana, M,. 2010. Asuhan Kebidanan III (Nifas).

Jakarta.

Saputra Lyndon.2014.Asuhan Neonatus, Bayi, Dan Balita. Tangerang

Selatan : BINARUPA AKSARA Publisher

Sari Febriani.2017.Konsep Kebidanan. Medan : Akademi Kebidanan

Mitrahusada

Sari, E.P. dan Kunia, D.R. 2014. Asuhan Kebidanan Persalinan (Intranatal

care). Jakarta: TIM.

Saifuddin. 2014. Ilmu Kebidanan. Jilid III. Jakarta : Nusa Pustaka

Sulistiyawati, Nungraheny. 2010. Asuhan Kebidanan Pada

IbuBersalin.

Jakarta

Tyastusi Siti.2016.Asuhan Kebidanan Kehamilan. Jakarta Selatan :

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDOESIA

Varney, Helen, 2016. Buku Ajar Asuhan kebidanan. Jakarta: EGC.

Wijayanegara Hidayat.2017.Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana.

Jakarta : CV. Trans Info Media

World Health Organitazion (WHO).2017. https://www.who.int/news-

room/fact-sheets/detail/maternal-mortality

Yulizawati, Iryani Detty, Lusiana, Aldina, Feni.2017.Asuhan

Kebidanan Pada Kehamilan. Padang : CV. Rumahkayu Pustaka

Utama. ISBN

: 978-602-6506-69-6

Yuni, Nurwiansani Widy. 2018.Asuhan Persalinan. Yogyakarta :

PUSTAKABARUPRESS
LAMPIRAN
Lampiran 1
Lampiran 2
Lampiran 3
Lampiran 4
Lampiran 5 : Dokumentasi Buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dan Foto
Kunjungan
Kunjungan Nifas Pertama Kunjungan Neonatus Ke-2

Kunjungan Neonatus Ke-3


Kunjungan Nifas Ke-3
Kunjungan Neonatal dan Nifas Ke-5

Kunjungan Nifas Ke-6


Kunjungan Neonatus Ke-
Kunjungan Neonatus, Nifas dan Konseling KB
Lampiran 6
Lampiran 7
Lampiran 8
Lampiran 9

Anda mungkin juga menyukai