Anda di halaman 1dari 31

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

(PKn)
Program Studi Komunikasi
Universitas Siber Asia

Sesi 14 - Penerapan Hak Azasi Manusia (HAM) Di Indonesia

Masidin, SH., MH.


Bidang Kajian
1. Konsepsi Mengenai HAM (14-1)
2. Sejarah Perkembangan HAM (14-2)
3. Prinsip-Prinsip HAM (14-3)
4. Pelaksanaan HAM Di Indonesia (14-4)
5. Penegakan HAM Di Indonesia (14-5)
6. Pencegahan Pelanggaran HAM Di Indonesia (14-6)
7. Hambatan Penegakan HAM Di Indonesia (14-7)
8. Sifat-Sifat HAM (14-8)
9. Bahan Diskusi (14-9)
Konsepsi Mengenai HAM (14-1)
Pengertian Hak Asasi Manusia Hak Asasi Manusia adalah hak-hak dasar
yang dimiliki oleh manusia, sesuai dengan kodratnya. Hak asasi manusia
meliputi hak hidup, hak kemerdekaa atau kebebasan, hak milik dan hak-
hak dasar yang melekat pada diri pribadi manusia dan tidak dapat diganggu
gugat oleh orang lain. Hak Asasi Manusia hakikatnya semata-mata bukan
dari manusia sendiri tetapi dari Tuhan Yang Maha Esa.
Sebagaimana tercantum di dalam Pembukaan Hak Asasi Manusia (HAM)
menurut Ketetapan MPR Nomor XVII/MPR/1988, bahwa Hak Asasi
Manusia adalah hak-hak dasar yang melekat pada diri manusia secara
kodrat, universal, dan abadi sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa.
Secara umum Hak Asasi Manusia adalah hak yang dimiliki manusia (tanpa
perbedaan bangsa, ras, agama atau kelamin) yang telah diperoleh dan
dibawanya bersamaan dengan kelahiran atau kehadirannya di dalam
kehidupan masyarakat.
Konsepsi Mengenai HAM (14-1)
Jan Materson mengatakan bahwa Hak Asasi Manusia adalah hak-hak yang
melekat pada setiap manusia, yang tanpanya manusia mustahil dapat hidup
sebagai manusia. Sedangkan, John Locke menyatakan bahwa Hak Asasi Manusia
adalah hak-hak yang diberikan langsung oleh Tuhan Yang Maha Esa sebagai hak
yang kodrati.
Berdasarkan beberapa rumusan Hak Asasi Manusia di atas, dapat ditarik
kesimpulan tentang beberapa ciri pokok hakikat Hak Asasi Manusia, yaitu :
1. Hak Asasi Manusia tidak perlu diberikan, dibeli atau diwarisi. Hak Asasi
Manusia adalah bagian dari manusia secara otomatis;
2. Hak Asasi Manusia berlaku untuk semua orang tanpa memandang jenis
kelamin, ras, agama, etnis, pandangan politik atau asal-usul sosial dan bangsa;
3. Hak Asasi Manusia tidak bisa dilanggar. Tidak seorangpun mempunyai hak
untuk membatasi atau melanggar hak orang lain.
Konsepsi Mengenai HAM (14-1)
Menurut Dudi (2009), ada beberapa definisi tentang Hak Asasi Manusia :
Pertama, Hak Asasi Manusia adalah hak yang melekat pada diri manusia, tanpa
hak-hak ini manusia tidak dapat hidup layak sebagai manusia.
Kedua, Hak Asasi Manusia adalah hak yang dimiliki manusia yang telah diperoleh
dan dibawanya bersamaan dengan kelahirannya atau kehadirannya di dalam
kehidupan masyarakat.
Ketiga, Hak Asasi Manusia adalah hak-hak dasar yang dibawa manusia sejak lahir
yang melekat pada esensinya sebagai anugerah Tuhan.
Keempat, Hak Asasi adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan
keberadaan manusia sebagai mahluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan
anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh Negara,
hukum, pemeritahan, dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan
harkat dan martabat manusia, seperti tertera dalam Pasal 1 ayat 1 UU no 39
tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia.
Sejarah Perkembangan HAM (14-2)
Dengan adanya perang dunia, mengakibatkan hak-hak asasi manusia tertindas,
oleh karena itu muncullah Deklarasi Hak Asasi Manusia Universal yang
dideklarasikan pada tanggal 10 Desember 1948. Naskah-naskah tersebut adalah,
sebagai berikut :
1. Piagam Madinah (shahifatul madinah) juga dikenal dengan sebutan Konstitusi
Madinah, ialah sebuah dokumen yang disusun oleh Nabi Muhammad SAW, yang
merupakan suatu perjanjian formal antara dirinya dengan semua suku-suku dan
kaum-kaum penting di Yatsrib (kemudian bernama Madinah) di tahun 622 M.
Dokumen tersebut disusun sejelas-jelasnya dengan tujuan utama untuk
menghentikan pertentangan sengit antara golongan di Madinah. Untuk itu
dokumen tersebut menetapkan sejumlah hak-hak dan kewajiban-kewajiban bagi
kaum Muslim, kaum Yahudi, dan komunitas-komunitas pagan Madinah. Sehingga
membuat mereka menjadi suatu kesatuan komunitas, yang dalam bahasa Arab
disebut ummah.
Sejarah Perkembangan HAM (14-2)
2. Magna Charta (Piagam Agung 1215), yaitu suatu dokumen yang
mencatat beberapa hak yang diberikan oleh Raja Jhon dari Inggris kepada
beberapa bangsawan bawahannya atas tuntutan mereka. Naskah ini yang
sekaligus membatasi kekuasaan Raja Jhon;
3. Bill of Rights (Undang-undang 1689), yaitu suatu undang-undang yang
diterima oleh parlemen Inggris sesudah berhasil dalam tahun sebelumnya,
mengdakan perlawanan terhadap Raja James II dalam suatu revolusi hak
berdarah yang dikenal dengan istilah The Glorious revolution of 1688;
4. Declaration des Droits de I’homme et du citoyen (pernyataan hak-hak
manusia dan Warga Negara), yaitu suatu naskah yang dicetuskan pada
permulaan revolusi Perancis, sebagai perlawanan terhadap kewenangan
rezim lama.
Sejarah Perkembangan HAM (14-2)
5. Bill of Rights (Undang-undang Hak), yaitu suatu naskah yang disusun oleh
rakyat Amerika pada tahun 1769 dan kemudian menjadi bagian dari undang-
undang dasar pada tahun 1791.
Hak-hak tersebut cakupannya belum luas, karena hanya bidang politik saja.
Sejalan dengan itu, PBB memprakarsai berdirinya sebuah komisi Hak Asasi
Manusia untuk pertama kali yang diberi nama Commision on Human Rights pada
tahun 1946. Komisi inilah yang menetapkan secara terperinci hak-hak manusia
disamping hak politik yaitu hak ekonomi dan sosial, yaitu :
1) Hak hidup, kebebasan dan keamanan pribadi;
2) Larangan perbudakan;
3) Larangan penganiayaan; dan
4) Larangan penangkapan, penahanan atau pengasingan yang sewenang-wenang
Sejarah Perkembangan HAM (14-2)
5. Hak atas pemeriksaan pengadilan yang jujur;
6. Hak atas kebebasan bergerak;
7. Hak atas harta dan benda;
8. Hak atas kebebasan berfikir, menyuarakan hati nurani dan beragam; dan
9. Hak atas mengemukakan pendapat dan mencurahkan pikiran;
10. Hak atas kebebasan berkumpul dan berserikat; dan
11. Hak untuk turut serta dalam pemerintahan.
Deklarasi dunia ini juga menyebutkan beberapa hak sosial dan ekonomi yang penting, al :
1) Hak atas pekerjaan;
2) Hak atas taraf hidup yang layak, termasuk makanan, pakian, perumahan dan kesehatan;
3. Hak atas Pendidikan;
4. Hak kebudayaan meliputi hak untuk turut serta dalam kehidupan kebudayaan masyarakat,
ambil bagian dalam kemajuan ilmu pengetahuan dan hak atas perlindungan kepentingan moral
dan material yang timbul dari hasil karya cipta seseorang dalam bidang ilmu, kesustraan dan
seni.;
Prinsip-Prinsip HAM (14-3)
Ada beberapa prinsip pokok yang terkait dengan penghormatan, pemenuhan,
pemajuan dan perlindungan Hak Asasi Manusia (HAM). Prinsip-prinsip tersebut
adalah:
1. Prinsip universal, bahwa Hak Asasi Manusia itu berlaku bagi semua orang, apa
pun jenis kelaminnya, statusnya, agamanya, suku bangsa atau kebangsaannya;
2. Prinsip tidak dapat dilepaskan (inalienable), siapa pun, dengan alas apa pun,
tidak dapat dan tidak boleh mencabut atau mengambil hak asasi seseorang.
Seseorang tetap mempunyai hak asasinya kendati hukum di negaranya tidak
mengakui dan menghormati hak asasi orang itu, atau bahkan melanggar hak
asasi tersebut. Contohnya, ketika di suatu negara dipraktekkan perbudakan,
budak-budak tetap mempunyai hak-hak asasi, kendati hak-haknya itu dilanggar.
3. Prinsip tidak dapat dipisahkan (indivisible), bahwa hak-hak sipil dan politik,
maupun hak-hak ekonomi, sosial dan budaya, serta hak pembangungan, tidak
dapat dipisah-pisahkan, baik dalam penerapan, pemenuhan, pemantauan
maupun penegakannya.
Prinsip-Prinsip HAM (14-3)
4. Prinsip saling tergantung (inter-dependent), bahwa disamping tidak
dapat dipisahkan, hak-hak asasi itu saling tergantung satu sama lainnya,
sehingga pemenuhan hak asasi yang satu akan mempengaruhi pemenuhan
hak asasi lainnya. Contohnya, kurang berjalannya hak-hak sipil dan politik,
bisa menjuruskan suatu negara ke pemerintahan yang otoriter dan korup;
pada gilirannya, pemerintahan yang otoriter dan korup bisa
menjerumuskan negara pada ketertinggalan di bidang ekonomi, yang
akhirnya bisa bermuara pada kemiskinan (tidak terpenuhinya hak-hak
ekonomi).
Oleh karena itu, prinsip ini sekaligus mengakhiri perdebatan mengenai
prioritas pemenuhan dan pemajuan Hak Asasi Manusia, dimana beberapa
negara semula berpandangan bahwa suatu kategori Hak Asasi Manusia
tertentu harus mendapatkan prioritas terlebih dahulu dibandingkan
dengan kategori Hak Asasi Manusia lainnya.
Prinsip-Prinsip HAM (14-3)
5. Prinsip keseimbangan, bahwa perlu ada keseimbangan dan keselarasan di
antara Hak Asasi Manusia perorangan dan kolektif di satu pihak dengan tanggung
jawab perorangan terhadap individu yang lain, masyarakat dan bangsa di pihak
lainnya. Hal ini sesuai dengan kodrat manusia sebagai mahluk individu dan
mahluk sosial. Keseimbangan dan keselarasan antara kebebasan dan tanggung
jawab merupakan faktor penting dalam penghormatan, pemajuan, pemenuhan
dan perlindungan Hak Asasi Manusia; dan
6. Prinsip partikularisme, bahwa kekhususan nasional dan regional serta berbagai
latar belakang sejarah, budaya dan agama adalah sesuatu yang penting dan
harus terus menjadi pertimbangan. Namun, hal ini tidak serta merta menjadi
alasan untuk tidak memajukan dan melindungi Hak Asasi Manusia, karena
adalah tugas semua negara, apa pun sistem politik, ekonomi dan budayanya,
untuk memajukan dan melindungi semua Hak Asasi Manusia.
Pelaksanaan HAM Di Indonesia (14-4)
Dalam upaya penegakan Hak Asasi Manusia di Indonesia, dibutuhkan sarana dan
prasarana. Sarana dan prasarana penegakan Hak Asasi Manusia tersebut
dikategorikan menjadi dua bagian, yakni :
1. Sarana yang berbentuk institusi atau kelembagaan seperti lahirnya Lembaga
advokasi tentang Hak Asasi Manusia yang dibentuk oleh LSM, Komisi Nasional
Hak Asasi Manusia, Komisi Nasional HAM Perempuan dan institusi lainnya;
2. Sarana yang berbentuk peraturan atau undang-undang, seperti adanya
beberapa pasal dalam Konstitusi UUD 1945 yang memuat tentang Hak Asasi
Manusia, UU RI No. 39 Tahun 1999, Keppres RI No. 50 Tahun1993, Keppres RI No.
129 Tahun 1998, Keppres RI No. 181 Tahun 1998, Inpres RI No. 26 Tahun 1996,
dan HAM diatur dalam pasal 28. PP No. 7 Tahun 2005 berisikan program
penegakan hukum dan HAM yang meliputi pemberantasan korupsi, anti
terorisme, pembasmian penyalahgunaan narkotika dan obat berbahaya serta
penegakanhukum dan hak asasi manusia. Kesemua perangkat hukum tersebut
merupakan sarana pendukung perlindungan HAM.
Pelaksanaan HAM Di Indonesia (14-4)
Hak Asasi Manusia di Indonesia Pengakuan Hak Asasi Manusia di Indonesia
Pengakuan Hak Asasi Manusia di Indonesia telah tercantum dalam Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 yang sebenarnya telah lebih
dahulu ada dibandingkan dengan Deklarasi PBB (Universal Declaration of
Human Rights) tanggal 10 Desember 1948.
Pengakuan hak Hak Asasi Manusia di Indonesia tampak pada: Dalam
Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 Pada alinea pertama dinyatakan:
“...Kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa...”, alinea ini menunjukkan
pengakuan hak asasi manusia berupa hak kebebasan atau kemerdekaan
dari segala bentuk penjajahan atau penindasan.
Pada alinea kedua dinyatakan: ”...mengantarkan rakyat Indonesia ke depan
pintu gerbang kemerdekaan Negara Indonesia yang merdeka, bersatu,
berdaulat, adil dan makmur. Alinea ini menunjukkan adanya pengakuan
atas hak asasi di bidang politik berupa kedaulatan dan ekonomi.
Pelaksanaan HAM Di Indonesia (14-4)
Pada alinea ketiga dinyatakan: “Atas berkat rahmat Alloh yang maha Kuasa dan
dengan didorongkan oleh keinginan luhur supaya berkehidupan kebangsaan yang
bebas...”. Alinea ini menunjukkan adanya pengakuan bahwa kemerdekaan itu
berkat anugerah Tuhan Yang Maha kuasa.
Pada alinea keempat dinyatakan: “... melindungi segenap bangsa Indonesia dan
seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia..”.
Alinea ini menunjukkan pengakuan akan hak-hak asasi manusia.
Dalam Pasal-pasal Undang-Undang Dasar 1945 Pasal-pasal di dalam Undang-
Undang Dasar 1945 ini menegaskan tentang Hak Asasi Manusia dalam bidang
politik, ekonomi, social, dan budaya. Pasal-pasal tersebut adalah:
Pasal 27 (1) Segala warga Negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan
pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak
ada kecualinya. (2) Tiap-tiap warga Negara berhak atas pekerjaan dan
penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. (3) Setiap warga Negara berhak dan
wajib ikut serta dalam upaya pembelaan Negara.
Pelaksanaan HAM Di Indonesia (14-4)
Pasal 28A Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan
hidup dan kehidupannya.
Pasal 28B (1) Setiap orang berhak membentuk keluarga dan melanjutkan
keturunan melalui perkawinan yang sah. (2) Setiap anak berhak atas
kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta berhak atas
perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.
Pasal 28C (1) Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui
pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapat pendidikan dan
memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan
budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan
umat manusia. (2) Setiap orang berhak untuk memajukan dirinya dalam
memperjuangkan haknya secara kolektif untuk membangun masyarakat,
bangsa, dan negaranya.
Pelaksanaan HAM Di Indonesia (14-4)
Pasal 28D (1) Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan dan
kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama dihadapan hukum. (2)
Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan yang
adil dan layak dalam hubungan kerja. (3) Setiap warga Negara berhak
memperoleh kesempatan yang sama dalam pemerintahan. (4) Setiap orang
berhak atas status kewarganegaraan.
Pasal 28E (1) Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadah menurut
agamanya, memilih pendidikan dan pengajaran, memilih pekerjaan, memilih
kewarganegaraan, memilih tempat tinggal diwilayah Negara dan
meninggalkannya serta berhak kembali. (2) Setiap orang berhak atas kebebasan
meyakini kepercayaan, menyatakan pikiran dan sikap sesuai dengan hati
nuraninya. (3) Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan
mengeluarkan pendapat.
Pasal 28F Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi
untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk
mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah dan menyampaikan
informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia.
Pelaksanaan HAM Di Indonesia (14-4)
Pasal 28G (1) Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan,
martabat, dan harta benda yang di bawah kekuasaannya, serta berhak atas rasa aman
dan perlindungan dari ancaman ketakutan untuk berbuat sesuatu atau tidak berbuat
sesuatu yang merupakan hak asasi. (2) Setiap orang berhak untuk bebas dari
penyiksaan atau perlakuan yang merendahkan derajat martabat manusia dan berhak
memperoleh suaka politik dari Negara lain.
Pasal 28H (1) Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir batin, bertempat tinggal, dan
mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh
pelayanan kesehatan. (2) Setiap orang berhak mendapat kemudahan dan perlakuan
khusus untuk memperoleh kesempatan dan manfaat yang sama guna mencapai
persamaan dan keadilan. (3) Setiap orang berhak atas jaminan social yang
memungkinkan pengembangan dirinya secara utuh sebagai manusia yang bermartabat.
(4) Setiap orang berhak mempunyai hak milik pribadi dan hak milik tersebut tidak boleh
diambil alih secara sewenang-wenang oleh siapapun.
Pasal 28I (1) Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kemerdekaan pikiran dan hati
nurani, hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi
dihadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut,
adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apapun.
Pelaksanaan HAM Di Indonesia (14-4)
(2) Setiap orang berhak bebas dari perlakuan yang bersifat diskriminatif atas
dasar apapun dan berhak mendapatkan perlindungan terhadap perlakuan
bersifat diskriminatif itu. (3) Identitas budaya dan hak masyarakat tradisional
dihormati selaras dengan perkembangan jaman dan peradaban. (4)
Perlindungan, pemajuan, penegakan, dan pemenuhan hak asasi manusia adalah
tanggungjawab Negara, terutama pemerintah. (5) Untuk menegakkan dan
melindungi hak asasi manusia sesuai dengan prinsip Negara hukum yang
demokratis, maka pelaksanaan hak asasi manusia dijamin, diatur, dan dituangkan
dalam bentuk peraturan perundang-undangan.
Pasal 28J (1) Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia dalam tertib
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. (2) Dalam menjalankan
hak dan kebebasannya, setiap orang wajib tunduk kepada pembatasan yang
ditetapkan dengan undang-undang semata-mata untuk menjamin pengakuan
serta penghormatan atas hak dan kebebasan orang lain, dan untuk memenuhi
tuntutan yang adil sesuai dengan pertimbangan moral, nilai-nilai agama,
keamanan, dan ketertiban umum dalam suatu masyarakat demokratis.
Pelaksanaan HAM Di Indonesia (14-4)
Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia
Ketetapan MPR 1998 menugaskan pada pemerintah agar disusunnya undang-undang tentang
hak asasi manusia. Berdasarkan ketetapan MPR tersebut maka dibentuklah undang-undang
nomor 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia dan Undang-Undang nomor 26 tahun 2000
tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia. Hak asasi manusia yang terkandung dalam keketatapan
MPR tersebut antara lain: hak untuk hidup, hak berkeluarga dan melanjutkan keturunan, hak
keadilan, hak kemerdekaan, hak atas kebebasan informasi, hak keamanan, hak kesejahteraan,
hak perlindungan dan pemajuan.
Peraturan Perundang-Undangan
Undang-undang yang mengatur tentang Hak Asasi Manusia di Indonesia adalah Undang-Undang
Nomor 39 tahun 1999. Dalam pasal 12 UU nomor 39 tahun 1999 disebutkan bahwa: Setiap
orang berhak atas perlindungan bagi pengembangan pribadinya, untuk memperoleh
pendidikan, mencerdaskan dirinya, dan meningkatkan kualitas hidupnya agar menjadi manusia
yang beriman, bertaqwa, bertanggungjawab, berakhlak mulia, bahagia, dan sejahtera sesuai
dengan hak asasi manusia. Secara umum tentang Hak Asasi Manusia yang ditetapkan pada
Undang-undang ini adalah: hak untuk hidup; hak untuk berkeluarga; hak untuk
mengembangkan diri; hak untuk memperoleh keadilan; hak atas kebebasan pribadi; hak atas
rasa aman; hak atas kesejahteraan; hak turut serta dalam pemerintahan; hak wanita; hak anak,
orang tua dan usia lanjut.
Penegakan HAM Di Indonesia (14-5)
Pelaksanaan Hak Asasi Manusia di Indonesia dianggap kurang terlaksana
dengan baik. Kasus-kasus yang terjadi di Indonesia seperti penanganan
Aceh, Timor Timur, Maluku, Poso, Papua, Semanggi dan Tanjung Priok
dianggap sebagai pelaksanaan perlindungan Hak Asasi Manusia yang
belum berjalan. Dalam rangka memberikan jaminan perlindungan terhadap
Hak Asasi Manusia dan menangani masalah-masalah yang berkaitan
dengan penegakkan Hak Asasi Manusia, pemerintah telah melakukan
langkah-langkah, antara lain :
(1) pembentukan Komisi Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) berdasarkan
Keputusan Presiden nomor 5 tahun 1993 pada tanggal 7 Juni 1993, yang
kemudian dikukuhkan lagi melalui undang-undang nomor 39 tahun 1999
tentang Hak Asasi Manusia;
Penegakan HAM Di Indonesia (14-5)
(2) penetapan Undang-Undang nomor 26 tahun 2000 tentang Pengadilan Hak
Asasi Manusia;
(3) pembentukan Pengadilan Hak Asasi Manusia Ad Hoc dengan Keputusan
Presiden, untuk memeriksa dan memutuskan perkara pelanggaran HAM berat
yang terjadi sebelum diundangkannya UndangUndang nomor 26 tahun 2000;
(4) pembentukan Komisi Kebenaran dan Rekonsiliaasi sebagai alternative
penyelesaian pelanggaran Ham diluar Pengadilan HAM sebagaimana diisyaratkan
oleh Undang-Undang tentang HAM;
(5) meratifikasi berbagai konvensi internasional tentang Hak Asasi Manusia.
Sementara itu, konvensi yang telah diratifikasi berkaitan dengan penegakkan Hak
Asasi Manusia di Indonesia adalah:
(1) Konvensi Jenewa tanggal 12 Agustus 1949 (diratifikasi dengan Undang-
Undang nomor 59 tahun 1958);
(2) Konvensi tentang Hak Politik Kaum Perempuan (diratifikasi dengan Undang-
Undang nomor 68 tahun 1958);
Penegakan HAM Di Indonesia (14-5)
(3) Konvensi tentang Penghapusan segala bentuk diskriminasi terhadap Perempuan (diratifikasi
dengan Undang-Undang nomor 7 tahun 1984);
(4) Konvensi tentang Hak Anak ( diratifikasi dengan Undang-Undang nomor 36 tahun 1990);
(5) Konvensi tentang Pelarangan, Pengembangan, Produksi, dan Penyimpanan senjata biologis
dan beracun serta Pemusnahannya (diratifikasi dengan Keppres nomor 58 tahun 1991);
(6) Konvensi Internasional terhadap Apartheid dalam Olahraga (diratifikasi dengan Undang-
Undang nomor 48 tahun 1993);
(7) Konvensi menentang Penyiksaan dan Perlakuan atau Penghukuman lain yang kejam, tidak
manusiawi, atau merendahkan martabat manusia (diratifikasi dengan Undang-Undang nomor 5
tahun 1998);
(8) Konvensi Organisasi Buruh Internasional nomor 87 tahun 1998 tentang kebebasan berserikat
& Perlindungan Hak utk Berorganisasi (diratifikasi dengan Undang-Undang No. 83 tahun 1998);
(9) Konvensi tentang Penghapusan semua bentuk Diskriminasi Rasial (diratifikasi dengan
Undang-Undang nomor 29 tahun 1999);
(10) Konvensi tentang Penghapusan segala bentuk diskriminasi terhadap perempuan (diratifikasi
dengan Undang-Undang No. 23 tahun 2004 ttg Penghapusan kekerasan dalam rumah Tangga).
Pencegahan Pelanggaran HAM Di Indonesia (14-6)
Upaya pendekatan keamanan dengan mengedepankan upaya represif
menghasilkan stabilitas keamanan yang sangat stabil namun dianggap banyak
sekali menimbulkan terjadinya pelanggaran hak asasi manusia, hal ini tidak boleh
terulang kembali. Untuk itu supremasi hukum dan demokrasi harus ditegakkan,
pendekatan hukum dan dialogis harus dikemukakan dalam rangka melibatkan
partisipasi masyarakat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Perlunya lebih memberikan Desentralisasi melalui otonomi daerah dengan
penyerahan berbagai kewenangan dari pemerintah pusat kepada pemerintah
daerah. Perubahan paradigma dari penguasa yang menguasai dan ingin dilayani
menjadi penguasa yang menjadi pelayan masyarakat dengan cara mengadakan
perubahan bidang struktural, dan kultural dalam rangka meningkatkan kualitas
pelayanan public untuk mencegah terjadinya berbagai bentuk pelanggaran hak
asasi manusia. Perlakuan yang sama terhadap kaum perempuan untuk
menikmati dan mendapatkan hak yang sama di bidang politik, ekonomi, sosial,
budaya, sipil, dan bidang lainnya, mematuhi Konvensi Perempuan sebagaimana
yang telah diratifikasi dalam Undang undang No.7 Tahun 1984.
Pencegahan Pelanggaran HAM Di Indonesia (14-6)
Supremasi hukum harus ditegakkan, sistem peradilan harus berjalan
dengan baik dan adil, para pejabat penegak hukum harus memenuhi
kewajiban tugas yang dibebankan kepadanya dengan memberikan
pelayanan yang baik dan adil kepada masyarakat pencari keadilan,
memberikan perlindungan kepada semua orang menghindari tindakan
kekerasan yang melawan hukum dalam rangka menegakkan hukum.
Perlunya social control dan lembaga politik terhadap dalam upaya
penegakan hak asasi manusia yang dilakukan oleh pemerintah.
Hambatan Penegakan HAM Di Indonesia (14-7)
Hambatan dalam upaya penegakkan Hak Asasi Manusia yang antara lain adalah:
(1) kondisi poleksosbud hankam;
(2) faktor komunikasi dan informasi yang belum digunakan secara maksimal dan benar;
(3) faktor kebijakan pemerintah;
(4) faktor perangkat perundangan;
(5) faktor aparat dan penindakannya.
Dalam kondisi poleksosbudhankam, kondisi perpolitikan di Indonesia yang masih belum
menuju ke arah demokratis yang sebenarnya mempunyai andil yang besar terhadap
pelanggaran hak-hak asasi manusia. Perekonomian yang belum mendukung dan belum
sampai pada tingkat masyarakat yang sejahtera, pengangguran dari yang terdidik
sampai pengangguran yang tidak terdidik, perbedaan peta berfikir yang ekstrim yang
berdasarkan pada suku, agama, ras dan antar golongan, serta faktor keamanan
dianggap sebagai pemicu atau penyebab terjadinya pelanggaran hak asasi manusia atau
sebagai penghambat utama upaya penegakkan hak asasi manusia.
Hambatan Penegakan HAM Di Indonesia (14-7)
Dalam faktor komunikasi dan informasi yang belum digunakan secara maksimal dan
secara benar, komunikasi dan informasi yang akurat sangat penting, untuk mengambil
dan menghasilkan suatu kebijakan yang berkaitan dengan permasalahan hak-hak warga
negara termasuk hak asasi manusia. Sementara itu, dalam faktor kebijakan pemerintah,
tidak semua penguasa mempunyai kebijakan yang sama tentang pentingnya hak asasi
manusia. Sering kali mereka lupa atau bahkan tidak menghiraukan masalah tentang
hak-hak masyarakatdalam menentukan kebijakan.
Dalam faktor perangkat perundangan, peraturan perundang-undangan tentang hak
asasi manusia di Indonesia sudah banyak, namun dirasa masih belum cukup, termasuk
yang tercantum di dalam Undang-Undang Dasar 1945 dengan amandemen. Sebagai
contoh adalah masalah interpretasi antara pasal 28 J dengan pasal 28 I tentang hak
hidup yang tidak boleh dikurangi. Dalam faktor aparat dan penindakannya (law
enforcement), masih banyaknya permasalahan pada birokrasi pemerintahan Indonesia,
tingkat pendidikan dan kesejahteraan sebagian aparat yang dinilai masih belum layak,
aparat penegak hukum yang mengabaikan prosedur kerja sering membuka peluang
terjadinya pelanggaran Hak Asasi Manusia.
Sifat-Sifat HAM (14-8)
Sifat Hak Asasi Manusia Berdasarkan pengertian Hak Asasi Manusia seperti
diuraikan diatas, ada beberapa sifat dasar Hak Asasi Manusia. Menurut
Dudi (2009), sifat-sifat itu, antara lain :
(1) individual: Hak Asasi Manusia melekat erat pada kemanusiaan
seseorang dan bukan kelompok;
(2) universal: Hak Asasi Manusia dimiliki oleh setiap orang lepas dari
suku,ras, agama, Negara, dan jenis kelamin yang dimiliki seseorang;
(3) supralegal: Hak Asasi Manusia tidak tergantung pada Negara,
pemerintah, atau undangundang yang mengatur hak-hak ini;
(4) kodrati: Hak Asasi Manusia bersumber dari kodrat manusia;
(5) kesamaan derajat: kesamaan sebagai ciptaan Tuhan maka harkat dan
martabat manusia pun sama.
Bahan Diskusi (14-9)
Ada perdebatan sekitar universalitas dan lokalitas Hak Asasi Manusia. Pertanyaan
pokoknya adalah apakah Hak Asasi Manusia itu bersifat Universal atau Lokal atau
Partikular saja. Hak Asasi Manusia sebetulnya berciri universal sekaligus local.
Universal dalam pengertian bahwa Hak Asasi Manusia itu melekat pada harkat
dan martabat setiap manusia. Jadi setiap manusia harus diakui hak-haknya, ini
merupakan prinsip universal. Setiap manusia harus diakui dan dihormati hak-hak
dasarnya sebagai manusia melalui produk hukum atau undang-undang. Namun
perumusan atau penentuan hak-hak mana yang termasuk dalam Hak Asasi
Manusia tidak bisa dilepaskan dari pengalaman sosiokultural suatu masyarakat
atau Negara, dengan kata lain perumusan isi Hak Asasi Manusia dan
pelaksanaannya sering tidak bisa dilepaskan dari kondisi social, budaya, politik,
atau pengalaman Negara yang bersangkutan.
Masalah di atas, agar mahasiswa mendiskusikan bersama rekan-rekannya untuk
mencari jawaban yang terbaik !
DAFTAR KEPUSTAKAAN
1. Nurwardani, Paristiyanti. 2016. Pendidikan Kewarganegaraan untuk Perguruan Tinggin. Jakarta:
Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan
Tinggi Republik Indonesia
2. Sumiarno, S. 2005. Geopolitik Indonesia. Paparan disampaikan pada Penataran Dosen Dikwar. Tidak
dipublikasikan.
3. Sunardi. 1997. Teori Ketahanan Nasional. Jakarta: HASTANAS.
4. Sunarso, dkk. 2006. Pendidikan Kewarganegaraan. Yogyakarta: UNY Press.
5. Suradinata, Ermaya. Geopolitik dan Geostrategi dalam mewujudkan Negara Kesatuan Republik
Indonesia dalam Jurnal Ketahanan Nasional No VI, Agustus 2001.
6. I Nyoman Bagiastra, SH, MH, Bahan Ajar Pendidikan Kewarganegaraan, FH Univ. Udayana, Denpasar,
2016.
7. Ujang Jamaludin, MSi, MPd, dkk, Pendidikan Kewarganegaraan untuk Perguruan Tinggi, BKS PTN Barat,
Palembang, 2017.
8. Imron Fauzi, MPd.I, dkk, Pendidikan Kewarganegaraan (Civic Education), Superior, Jember, 2013.
9. Marfiani, SH, MSi, Diktat Pendidikan Kewarganegaraan, STIE YAI, Jakarta, 2015.
10. Dr. Tjipto Subandi, MSi, Pendidikan Kewarganegaraan (Civic Education), BP FKIP UMS, Surakarta, 2007.

Anda mungkin juga menyukai