Universitas Indonesia: Perancangan Perbaikan ..., Farel Hylmi Hakim, FT UI, 2023
Universitas Indonesia: Perancangan Perbaikan ..., Farel Hylmi Hakim, FT UI, 2023
SKRIPSI
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik
ii
Universitas Indonesia
NPM : 1906355075
Tanda Tangan :
iii
Universitas Indonesia
iv
Universitas Indonesia
Puji syukur penulis sampaikan pada Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat
dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan skripsi yang berjudul
“Perancangan Perbaikan Proses Bisnis dengan Pendekatan Rekayasa Proses Bisnis Studi
Kasus pada PT Telkom Akses”. Penulisan skripsi ini dilakukan untuk memenuhi salah
satu syarat memperoleh gelar Sarjana Teknik pada Program Studi Teknik Industri,
Fakultas Teknik, Universitas Indonesia. Pada penyusunan skripsi ini, penulis mendapat
bantuan dan bimbingan baik secara langsung maupun tidak langsung dari berbagai pihak.
Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Ir. Erlinda Muslim, MEE selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan
waktu untuk memberikan bimbingan, masukan, dan saran selama penyusunan
skripsi;
2. Papa, Mama, Mas Ariq, Lila, dan Raya yang selalu memberikan doa, dukungan,
dan saran, sehingga dapat menjadi motivasi bagi penulis untuk dapat
menyelesaikan penulisan skripsi dengan baik;
3. Bapak Dr. Andri D. Setiawan, ST., M.Sc. dan Bapak Billy Muhamad Iqbal, S.Ds.,
M.T. selaku dosen penguji pada seminar 1 dan 2 yang telah memberikan banyak
masukan dan saran perbaikan dalam penulisan skripsi;
4. Ibu Panca, Mas Taufiq, Mas Wahyudi, Mas Alfian, dan Mba Arim serta seluruh
karyawan PT Telkom Akses yang telah meluangkan waktu untuk membantu
penulis dalam melakukan penelitian;
5. Ahsha Aziva Darmawan selaku teman terdekat penulis yang selalu memberikan
motivasi dan dukungan kepada penulis, serta mengisi kehidupan penulis dengan
pengalaman bahagia yang tidak terlupakan selama proses penyusunan skripsi;
6. Muhammad Ziyad Nafis, Belva Fikry Mahardika, Gabriella Regina, Yudi
Fernando Silalelo, dan Salsabila Zulfa Dzikrina, teman penulis yang telah
meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk memberikan masukan dan saran
terkait penyelesaian skripsi penulis;
7. Christie Joanna Nathania, Cherish Amarissa Gadisku, dan Stefanus Jacob
Sibarani, selaku teman dekat penulis yang selalu memberikan waktu dan tenaga
untuk mendukung selama pengerjaan skripsi;
v
Universitas Indonesia
vi
Universitas Indonesia
Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Farel Hylmi Hakim
NPM : 1906355075
Program Studi : Teknik Industri
Fakultas : Teknik
Jenis Karya : Skripsi
beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif
ini Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihmedia/formatkan, mengelola
dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan memublikasikan tugas akhir saya
selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak
Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
vii
Universitas Indonesia
Penelitian ini membahas tentang solusi perbaikan sebuah proses bisnis pada perusahaan
Telkom Akses pada bagian Direktorat Konstruksi yang pekerjaan utamanya adalah
sebagai penyedia layanan instalasi jaringan akses dengan basis fiber optic. Penelitian ini
menggunakan metode utama yaitu Business Process Reengineering (BPR) yang
digunakan untuk mengubah proses bisnis secara radikal. Perubahan proses yang
dilakukan memanfaatkan beberapa sistem informasi untuk dapat melakukan digitalisasi
pada beberapa proses yang masih dilakukan secara manual oleh perusahaan dan untuk
menghilangkan permasalahan yang diakibatkan oleh human error. Penelitian ini
membuat 3 solusi skenario perbaikan proses bisnis, skenario yang dibuat melakukan
pengembangan aplikasi digital, implementasi sistem dashboard, dan penggabungan dari
keduanya. Skenario 3 menjadi solusi terbaik bagi perusahaan karena memiliki efisiensi
sebesar 41,51%. Dengan implementasi skenario tersebut dapat menghilangkan beberapa
proses yang tidak memiliki nilai tambah dan mengurangi waktu pada banyak proses
dengan pemanfaatan teknologi.
Kata Kunci:
Business Process Reengineering, Sistem Informasi, Aplikasi Digital
viii
Universitas Indonesia
This research discusses a solution to improve a business process at the Telkom Akses
company in the Directorate of Construction, whose main job is as a provider of access
network installation services on a fiber optic basis. This study uses the main method,
namely Business Process Reengineering (BPR), which is used to radically change
business processes. The process changes made use of several information systems to be
able to digitize several processes that are still carried out manually by the company and
to eliminate problems caused by human error. This research makes 3 solutions for
business process improvement scenarios, scenarios created for digital application
development, system implementation dashboards, and a combination of the two. Scenario
3 is the best solution for the company because it has an efficiency of 41.51%. With the
implementation of this scenario, it can eliminate several processes that do not have added
value and reduce time in many processes by using technology.
Key words:
Business Process Reengineering, Information System, Digital Application
ix
Universitas Indonesia
x
Universitas Indonesia
xi
Universitas Indonesia
xii
Universitas Indonesia
Gambar 2.1 Hubungan Rekursif antara Kapabilitas TI dan Perancangan Ulang Proses
Bisnis Sumber: (Davenport & Short, 1990) ................................................................... 27
Gambar 2.2 Elemen BPR Sumber: (Simon, 1994) ......................................................... 29
Gambar 2.3 Kerangka Kerja BPR menurut Montwani Sumber: (Motwani et al., 1998)
........................................................................................................................................ 32
Gambar 2.4 Kerangka Holistik Implementasi BPR menurut Al- Mashari dan Zairi ..... 34
Gambar 2.5 Kerangka Kerja BPR menurut Bhaskar Sumber: (Bhaskar, 2018)............. 34
Gambar 2.6 Langkah dalam Perancangan Ulang Proses Sumber: (Davenport & Short,
1990) ............................................................................................................................... 36
Gambar 2.7 BPR dan metode yang terkait ..................................................................... 37
Gambar 2.8 Metodologi BPR menurut Muthu Sumber: (Muthu et al., 1999) ............... 38
Gambar 2.9 Metodologi Siklus Hidup BPR ................................................................... 39
Gambar 2. 10 Model Manajemen Sistem Informasi....................................................... 45
Gambar 2.11 SDCLC Model Waterfall Sumber: (Dwivedi, 2016) ................................ 48
Gambar 2.12 SDLC Model Iteratif Sumber: (Dwivedi, 2016) ....................................... 48
Gambar 2.13 SDLC Model V Sumber: (Dwivedi, 2016) ............................................... 49
Gambar 2.14 SDLC Model Spiral Sumber: (Dwivedi, 2016) ........................................ 49
Gambar 2.15 SDLC Model Prototipe Sumber: (Dwivedi, 2016) ................................... 50
xiii
Universitas Indonesia
xiv
Universitas Indonesia
xv
Universitas Indonesia
BAB I
PENDAHULUAN
Pada bab 1, penulis akan membahas mengenai latar belakang penulisan penelitian
ini, selain latar belakang penulis juga akan menjelaskan mengenai rumusan masalah,
tujuan penelitian, ruang lingkup penelitian, metodologi penelitian, dan sistematika
penulisan penelitian ini.
Menurut badan pusat statistik (BPS) pada tahun 2022 Indonesia menjadi negara
ke-7 sebagai negara dengan ekonomi terbesar di dunia, dan pada triwulan 3 tahun 2022
pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai angka 5,72%. Angka pertumbuhan ekonomi
tersebut diatas dari proyeksi pertumbuhan ekonomi global yang dikeluarkan oleh
International Monetary Fund (IMF) yaitu sebesar 3,2%. Menurut data yang di dapat dari
BPS setiap tahun dan triwulan pertumbuhan ekonomi Indonesia cenderung mengalami
kenaikan sejak triwulan 3 tahun 2021.
Universitas Indonesia
Untuk melihat pertumbuhan ekonomi hal yang memiliki pengaruh besar adalah
produk domestik bruto (PDB). Pada tahun 2022 sendiri industri konstruksi menjadi
industri dengan penyumbang PDB terbesar ke-5 untuk perekonomian Indonesia setelah
industri pengolahan, pertambangan, pertanian, dan perdagangan. Pada kuartal ke-3 tahun
2022 sendiri industri konstruksi menyumbang pendapatan sebesar 481,1 triliun rupiah
atau dalam persentase sebesar 9,45% seperti bisa dilihat pada grafik di bawah.
Universitas Indonesia
Melihat industri yang besar tersebut tentunya akan terdapat sebuah kompetisi di
dalamnya yang pada umumnya terdapat 3 poin utama yang diperhatikan oleh konsumen
yaitu cost, quality, dan service. Sehingga diperlukannya optimasi dari segi proses bisnis
untuk dapat mengurangi cost, meningkatkan kualitas dan service yang diberikan oleh
layanan perusahaan. Selain untuk meningkatkan 3 aspek tersebut ada beberapa faktor
eksternal yang juga mempengaruhi jalannya perusahaan dari segi proses bisnis yaitu
dengan terjadinya pandemi yang telah kita lewati 2 tahun terakhir yang mengakibatkan
timbulnya sebuah kebiasaan baru yaitu kebiasaan untuk melakukan pekerjaan secara
remote atau jarak jauh. Hal tersebut tentu merubah culture yang ada pada perusahaan dan
bisa sebagai alternatif pengganti dari beberapa proses perusahaan. Menurut jakpat pada
tahun 2022 para pegawai perusahaan memiliki preferensi untuk bekerja tidak secara work
from office (WFO) yaitu sebesar 55,6%. Hal tersebut di bagi menjadi 3 yaitu work from
home, work from anywhere, dan hybrid.
Universitas Indonesia
Penelitian ini bertujuan untuk memberikan usulan perbaikan proses bisnis terbaik
terhadap proses bisnis yang digunakan sekarang dengan menggunakan pendekatan
business process reengineering sehingga dapat membuat proses bisnis menjadi lebih
efisien dengan memanfaatkan digitalisasi untuk menghilangkan dokumen – dokumen
yang masih berbentuk fisik dan mengintegrasikan system yang digunakan pada PT
Telkom Akses,
Batasan masalah yang akan dibahas bertujuan untuk mengarahkan hasil dari
penelitian ini, yaitu:
1. Data yang digunakan diperoleh dari pengumpulan data pada bulan Februari 2023 -
April 2023.
2. Penelitian berfokus pada proses bisnis di perusahaan bagian direktorat konstruksi
3. Rancangan proses bisnis dibuat berdasarkan kondisi yang ada sekarang sesuai
dengan kebutuhan perusahaan
4. Penelitian tidak berfokus dalam memperhitungkan biaya proses bisnis.
5. Penelitian dilakukan dalam batas pemberian rekomendasi bagi perusahaan.
Penelitian ini memiliki beberapa tahapan sebagaimana di gambarkan pada gambar 1.2
diantaranya
a) Tahap Awal Penelitian
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Penelitian ini ditulis secara sistematis dengan lima bab, antara lain Bab 1
Pendahuluan, Bab 2 Landasan Teori, Bab 3 Pengumpulan dan Pengolahan Data, Bab 4
Pembahasan, Bab 5 Kesimpulan dan Saran.
Bab 3 membahas mengenai pengumpulan data dan pengolahan data. Pada bab ini
dijelaskan bagaimana data diperoleh lalu, mengolah data tersebut menggunakan metode
yang digunakan.
Universitas Indonesia
Bab 4 berisi analisis dan pembahasan. Pada bab ini dilakukan analisis terhadap
hasil yang diperoleh dari pengolahan data pada bab sebelumnya. Lalu melakukan
pembahasan mengenai hasil pengolahan data tersebut.
Bab 5 berisi kesimpulan dari hasil pembahasan pada bab sebelumnya. Dalam bab
ini juga memuat saran berdasarkan hasil penelitian yang dapat menjadi masukan bagi
pembaca atau perusahaan yang menjadi objek dalam penelitian ini.
Universitas Indonesia
BAB II
LANDASAN TEORI
Pada bab kedua dijelaskan mengenai landasan teori terkait topik penelitian yang
diangkat. Teori yang digunakan berasal dari buku, jurnal, dan penelitian sebelumnya
untuk dapat membantu penulis lebih memahami metode yang akan digunakan selama
penelitian serta dapat menjadikannya sebagai landasan dari penelitian ini. Terdapat 5 teori
yaitu industri konstruksi, fiber optic, business process reengineering (BPR), business
process model and notaion (BPMN), management information system (MIS).
Universitas Indonesia
peningkatan yang dramatis dalam kinerja dalam hal biaya, kualitas, layanan, dan
kecepatan". Aliran pemikiran lainnya, yang dipimpin oleh Davenport dan dikenal sebagai
aliran konservatif, mendefinisikan BPR sebagai "pendekatan baru yang revolusioner yang
menggunakan teknologi informasi dan manajemen sumber daya manusia untuk secara
drastis meningkatkan kinerja bisnis" (Agarwal et al., 2016). Pada tahun 1990-an, banyak
perusahaan konsultan juga mempromosikan konsep BPR dan menawarkannya sebagai
bagian dari layanan konsultasi mereka. BPR menjadi inisiatif yang penting di antara alat
pengembangan lain yang membantu mencapai tujuan strategis. Ketika perusahaan besar
dari berbagai industri menyadari keberhasilan yang dapat dicapai dengan BPR, mereka
mulai mengadaptasi dan memodifikasi program perubahan organisasional yang sudah ada
untuk sesuai dengan pendekatan baru ini.
Business Process Engineering adalah strategi manajemen dimana tindakan yang
dibutuhkan untuk mencapai suatu tujuan bisnis tertentu dirancang ulang secara drastis.
Tujuan utama dari BPR ini adalah untuk memeriksa alur kerja di dalam dan di seluruh
bagian bisnis untuk meningkatkan proses end-to-end dan menghilangkan aktivitas yang
tidak memberikan nilai bagi para konsumen. BPR dapat secara potensial membantu para
praktisi untuk mencapai objektif mereka (Agushinta R. et al., 2015), yang mana dapat
termasuk pada peningkatan efektivitas dan efisiensi serta pengurangan biaya overhead
(Grover et al., 1993). Selain itu, Davenport & Short (1990) juga menjelaskan beberapa
objektif yang bisa dicapai dalam pengimplementasian BPR, seperti:
- Pengurangan Biaya – objektif ini ada secara implisit di pendekatan
“rasionalisasi”. Biaya adalah objektif perancangan ulang yang penting jika dibarengi
dengan yang lain, namun tidak cukup jika hanya berdiri sendiri. Perhatian yang
berlebihan pada pengurangan biaya berakibat pada pengorbanan yang biasanya tidak
dapat diterima di pemangku kepentingan proses. Ketika pengoptimalisasian pada objektif
lain terlihat mendatangkan biaya, mengoptimalisasi pada biaya tidak akan mendatangkan
objektif lain.
- Pengurangan Waktu – pengurangan waktu telah selalu menjadi objektif sekunder
dari teknik industri tradisional. Namun, meningkatnya jumlah perusahaan telah saling
berkompetisi dengan berdasarkan pada tolak ukur waktu. Proses itu adalah unit ideal yang
mana difokuskan pada analisis pengurangan waktu. Salah satu pendekatan umum untuk
memotong waktu dari proses perancangan produk adalah dengan membuat langkah pada
Universitas Indonesia
- Kualitas Output – Semua proses memiliki output, baik mereka berbentuk fisik
(seperti produk nyata manufaktur) atau infomasional (seperti menambah data pada
dokumen konsumen). Kualitas output telah sering menjadi fokus dari peningkatan proses
di lingkungan manufaktur; ini sama pentingnya juga tujuan dalam industri jasa, dan dalam
proses dengan hanya pelanggan internal. Ukuran spesifik dari kualitas output dapat
berupa keseragaman, variabilitas, atau bebas dari kecacatan; ini harus didefinisikan oleh
konsumen dari proses. Sebagai contoh, Brun dan McFarlan telah menjelaskan bagaimana
Otis Elevator merancang ulang proses pengiriman layanan elevatornya di sekitar sistem
informasi, secara radikal meningkatkan kualitas dan konsistensi layanan.
Universitas Indonesia
• Perubahan radikal
• Orientasi pada perubahan
• Perancangan ulang proses bisnis
• Perubahan struktur organisasional
• Peningkatan teknologikal
• Memiliki objektif yaitu peningkatan layanan
konsumen dan pengurangan biaya
Menurut (Davenport & Short, 1990), hubungan antara TI dan BPR yang erat
cukup dikenal oleh banyak kalangan insinyur industri, karena dalam pengimplementasian
TI banyak digunakan sebagai alat untuk analisis dan pemodelan di lingkungan industri,
Universitas Indonesia
terkhusus bagian manufaktur. Perkembangan dari metode ini pun merambat dan tumbuh
ke sektor-sektor industri jasa dan fungsi administratif, dengan adanya analisis dan
perancagan ulang menggunakan pengaplikasian TI. Oleh karena itu, perusahaan-
perusahaan telah menemukan pandangan yang lebih luas mengenai TI dan aktivitas
bisnis, dan menemukan bahwa hubungan keduanya diperlukan.
Pada praktik terdepan, TI dan BPR memiliki hubungan yang rekursif, seperti
pada ilustrasi Gambar 2.5.
Universitas Indonesia
BPR telah diperhatikan secara umum oleh Simon (1994), yang mana terdiri dari
4 komponen yang perlu dipertimbangkan yaitu strategi, proses, teknologi, dan manusia.
Strategi dan proses membangun pondasi dasar untuk memungkinkan pemanfaatan
teknologi dan perancangan ulang dari sistem aktivitas manusia.
Universitas Indonesia
1. Strategi: Dimensi strategi berkaitan dengan strategi dalam bidang lain yang
menjadi perhatian, yaitu strategi organisasi, strategi teknologi, dan strategi sumber
daya manusia. Penentuan semua strategi harus dilakukan sehubungan dengan
tempat pasar yang dinamis yang dituju organisasi dan tidak berfokus pada
internalitas, tetapi anggapan abadi untuk berhasil bertindak di pasar. Di atas itu,
strategi harus terkini dan relevan dengan visi organisasi, serta kendala internal dan
eksternal, yang menyiratkan, bahwa pertimbangan ulang dan redefinisi strategi
mungkin merupakan anggapan untuk perubahan lebih lanjut. Strategi harus
didefinisikan dengan cara yang memungkinkan pemahaman dan motivasi
karyawan untuk menyelaraskan tenaga kerja dengan mereka.
2. Proses: Proses dapat didefinisikan pada tingkat yang berbeda dalam organisasi.
Masalahnya adalah, untuk mengidentifikasi proses inti yang memenuhi kebutuhan
pelanggan dan menambah nilai bagi mereka. Penting untuk ditunjukkan, bahwa
proses tidak ditentukan oleh persyaratan organisasi internal, tetapi oleh
persyaratan pelanggan, meskipun konstanta organisasi harus dipertimbangkan.
Pergeseran dari departemen fungsional ke proses antar fungsional mencakup
desain ulang seluruh struktur organisasi dan sistem aktivitas humor dan
menyiratkan alih-alih pengoptimalan cepat.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
dengan menggunakan model siklus hidup linier tradisional. Sebagian besar model BPR
yang ada terinspirasi oleh pengembangan dan rekayasa perangkat lunak tradisional yang
selalu dikritik karena ketidakkonsistenan dan variasi dalam tahapannya (Hussein et al.,
2014)).
Sebuah studi yang dilakukan oleh Luo & Tung (1999) tentang pengembangan
kerangka kerja yang akan membantu dalam memilih metode pemodelan BPR yang tepat
yang banyak diterapkan oleh organisasi karena peningkatan persaingan dan lingkungan
bisnis yang dinamis. Tersedianya informasi yang lengkap, diperlukan pemilihan alat yang
tepat untuk keberhasilan BPR pada saat perencanaan BPR. Menurut penulis BPM adalah
Universitas Indonesia
teknik untuk mengkarakterisasi dan menganalisis proses bisnis. Ada berbagai metode dan
perangkat lunak yang membantu praktisi dan peneliti dalam merancang BPM.
Proses bisnis adalah entitas, objek, dan kegiatan. Entitas mengacu pada
pertimbangan semua proses organisasi. Objek mengacu pada bidang organisasi yang
perlu ditangani dan kegiatan yang membutuhkan pertimbangan (Davenport & Short,
1990). Curtis et al., (1992) mengidentifikasi pandangan paling umum tentang pemodelan
BPR, yaitu, fungsional, perilaku, organisasional, dan informasi. Penulis mengatakan
bahwa sebelum melakukan BPR, pemahaman tentang proses yang ada harus
dipertimbangkan dan kemudian memetakan proses baru dan menyiapkan alat
pengukuran.
Universitas Indonesia
Kerangka kerja untuk memilih metode BPM harus didasarkan pada tujuan tertentu
yang telah ditentukan sebelumnya yang membutuhkan perspektif dan karakteristik yang
jelas untuk rekayasa ulang. Tujuan dapat diklasifikasikan menjadi tiga kategori:
komunikasi, analisis, dan kontrol.
Fazel & Salegna (1996) berpendapat bahwa TQM dan BPR adalah dua teknik
yang tersebar luas yang digunakan untuk perubahan tetapi sebagian besar upaya untuk
mengubah ini sebagai proyek yang sukses ternyata gagal. Penulis membenarkan
pernyataan mereka sebagai kurangnya kerangka kerja terintegrasi untuk
mengimplementasikan proyek-proyek tersebut dan lebih jauh lagi karena tidak memiliki
visi dan misi yang jelas dengan rencana, budaya, tujuan strategis, dan lingkungan
kompetitif perusahaan. Banyak tim manajemen menganggap TQM dan BPR sebagai
saling eksklusif dan memilih salah satu dari mereka. Namun, menurut pendapat penulis
kualitas dan rekayasa ulang harus disatukan untuk hasil yang baik. Kedua pendekatan
akan memberikan hasil yang sukses hanya jika mereka terkait dengan benar dengan
tujuan strategis organisasi dan direncanakan dengan benar. Ada perbedaan antara alat dan
teknik dan area yang dicakup oleh pendekatan ini. Kedua pendekatan mengurangi waktu
siklus; efisiensi biaya, kepuasan karyawan dan pelanggan. Untuk keberhasilan keduanya,
Majed et al., (2001) mempresentasikan kerangka holistik untuk implementasi BPR (lihat
Gambar 2.8). Telah dibuktikan oleh diskusi di atas bahwa BPR tidak memiliki
pendekatan, model/kerangka kerja, atau sistem universal yang dapat digunakan untuk
rekayasa ulang oleh perusahaan. Terlepas dari perbedaan tersebut, ada beberapa faktor
yang dipertimbangkan dan dilaporkan dari waktu ke waktu sebagai penyebab
keberhasilan dan kegagalan. Karena itu, penting untuk membahas dan menunjukkan
faktor-faktor tersebut juga.
Universitas Indonesia
Gambar 2.4 Kerangka Holistik Implementasi BPR menurut Al- Mashari dan Zairi
Sumber: (Majed et al., 2001)
Selain itu, terdapat salah satu framework yang digunakan adalah framework BPR pada
implementasi projek (Bhaskar, 2018). Kerangka kerja ini bertujuan untuk memandu
organisasi dalam melakukan inisitatif BPR.
Universitas Indonesia
Fase pertama dimulai dari fase analisis. Pada fase analisis, kesiapan untuk
perubahan diperlukan dengan pemahaman mendalam tentang pasar dan kebutuhan
pelanggan. Selain itu, dikembangkan juga kepahaman bagaimana pekerjaan yang sedang
dilakukan hari ini untuk mencapai tingkat kinerja yang dibutuhkan untuk memenangkan
kompetisi. Pada fase ini, ditentukan mana proses yang akan direkayasa ulang dan mana
keputusan yang menjadi fokus prioritas. Setelah dilakukan penilaian terhadap proses saat
ini, organisasi dapat mendiagnosa proses yang tidak produktif dan merekayasa ulang
proses bisnis sesuai kebutuhan mereka. Untuk memprediksi manfaat terhadap sistem,
analisis SWOT dapat dilakukan pada proses yang ingin direkayasa ulang. Uji coba desain
baru adalah blueprint untuk setiap proyek BPR. Lalu pada tahap implementasi, seluruh
organisasi harus menerapkan desain baru ke dalam proses sehari- hari. Tahap
implementasi memiliki dua komponen: perencanaan, pelaksanaan dan pengukuran
kinerja dalam skala besar ke mode operasi baru dan peningkatan dan kontrol proses yang
berkelanjutan.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
3. Penilaian dan komentar: Pembuatan prototipe atau uji coba digunakan untuk
menguji proses rekayasa ulang dan memberikan umpan balik cepat. Ini dapat
digunakan untuk lebih memahami strategi baru.
4. Implementasi: Langkah ini memerlukan penerapan proses baru. Literatur
menyarankan tiga metode untuk menerapkan strategi yang direkayasa ulang: situs
top-down, bottom-up, dan greenfield. Defect akhir studi sekarang
dikomunikasikan kepada karyawan untuk implementasi pada tahap ini.
5. Pengukuran performa: Akhirnya, dalam langkah ini, metrik proses ditentukan, dan
prosedur pengukuran diselesaikan. Transformasi proses baru dan kemajuan output
dilacak untuk menilai tingkat keberhasilan dalam mencapai target.
Hu dan Li (2016), menjelaskan BPR sebagai alat pemodelan yang kuat yang
mengukur secara kuantitatif perolehan nilai antara model bisnis asli dan model bisnis
yang diubah. Model bisnis masing-masing dikenal sebagai As-is dan To-be yang mewakili
keadaan asli dan keadaan model bisnis yang ditingkatkan. BPR dijalankan sebagai
simulasi perangkat lunak, model bisnis ditentukan dalam hal parameter dan arus logis.
Perangkat lunak BPR akan memodelkan dan mengevaluasi perbedaan antara dua model
As-is dan To-be. Untuk memulai BPR, langkah awal adalah membuat garis batas bisnis
yang memberikan ruang lingkup bisnis (atau bagian dari bisnis) dalam pemodelan.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
untuk memenuhi tujuan strategis perusahaan. Cara yang dapat dilakukan untuk
mendapatkan alternatif adalah dengan melakukan benchmarking. Dengan kembali
melakukan simulasi, skenario To-Be terbaik dipilih.
4. Implement Reengineered Process
Skenario To-Be terbaik diimplementasikan dan diberikan pelatihan kepada pekerja
mengenai proses bisnis yang baru.
5. Improve Continously
Pemantauan terhadap aksi dan hasil dilakukan secara terus menerus. Total Quality
Management dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan dalam pelaksanaan
BPR.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
dari database, fasilitasi aliran informasi dan pemrograman perangkat atau mesin untuk
berfungsi tanpa interaksi yang sering dari operator (He, 2005; Terziovski et al., 2003).
Dalam dua puluh tahun terakhir, praktik terbaik telah dikumpulkan dan diterapkan
di berbagai bidang, seperti perencanaan bisnis, pendidikan, layanan kesehatan,
manufaktur, dan proses pengembangan perangkat lunak (Butler, 1996; Golovin, 1997).
Ini semua diproyeksikan untuk mendukung perancangan ulang proses bisnis dalam
menghadapi tantangan BPR: implementasi desain proses yang lebih baik. Evaluasi
kualitatif dapat dilakukan untuk menilai praktik terbaik terhadap dampaknya terhadap
masalah waktu, fleksibilitas, kualitas, dan biaya.
Meskipun praktik terbaik yang ideal menentukan cara terbaik untuk mengobati
masalah tertentu yang dapat direplikasi dalam situasi atau pengaturan apa pun, adalah
lebih bermanfaat untuk melihatnya sebagai sesuatu yang "perlu diadaptasi dengan cara
yang terampil dalam menanggapi kondisi yang berlaku" (Butler, 1996).
Universitas Indonesia
dasar untuk desain ulang. Praktik terbaik kemudian dapat diterapkan secara lokal untuk
meningkatkan kinerja keseluruhan proses bisnis. Laporan tentang praktik terbaik
terutama berasal dari pengalaman yang diperoleh dalam perusahaan besar atau oleh
perusahaan konsultan dalam keterlibatan BPR.
Beberapa praktik terbaik tersebut menurut Mansar & Reijers (2007) dapat dilihat
pada Tabel 2.3 dibawah ini.
Penelitian oleh Mansar & Reijers (2007) menyajikan juga praktik terbaik yang
berasal dari pengalaman yang didapatkan didalam perusahaan atau melalui perusahaan
konsultan pada ketertarikan BPR. Sebagai contoh, praktik terbaik seperti yang diusulkan
oleh Peppard & Rowland (1995) berasal dari pengalaman perusahaan Toyota. Perlu
dicatat bahwa banyak praktik terbaik tidak memiliki dukungan (kuantitatif) yang
memadai, seperti yang diamati oleh, misalnya Van der Aalst (2016). Tidak setiap praktik
Universitas Indonesia
terbaik yang ditemui dalam survei literatur dimasukkan dalam ikhtisar ini. Beberapa dari
mereka terbukti lebih pada tingkat strategis, misalnya pada pemilihan produk yang akan
ditawarkan oleh perusahaan, atau dianggap memiliki aplikasi umum yang sangat terbatas,
misalnya mereka khusus untuk industri tertentu. Praktik terbaik yang disajikan bersifat
universal dalam arti bahwa mereka berlaku dalam konteks proses bisnis apa pun, terlepas
dari produk atau layanan yang diberikan.
Sebelum era komputer, sistem virtual perusahaan terdiri dari gabungan proses
manual, mesin pembukuan berbasis kunci, dan sistem punch-card untuk memproses data
perusahaan. Data tersebut terdiri dari fakta dan angka yang seringkali sulit untuk
digunakan karena volumenya yang besar dan belum diolah secara lengkap. Sistem pra-
komputer digunakan untuk memproses data terkait penggajian, inventaris, penagihan, dan
transaksi buku besar. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika proses ini menjadi aplikasi
pertama yang diadaptasi ke dalam komputer. Melalui penerapan teknologi komputer,
Universitas Indonesia
proses-proses ini dapat ditingkatkan dalam hal kecepatan dan akurasi, mengingat
pemahaman yang baik tentang proses tersebut.
Dengan adanya sistem pemrosesan transaksi yang sedang berjalan, baik spesialis
informasi perusahaan maupun produsen komputer ingin terus meningkatkan aktivitas
komputasi dan mencari area aplikasi baru. Namun, mereka menyadari bahwa output
informasi dari sistem pemrosesan transaksi masih kurang memenuhi banyak kebutuhan
yang diinginkan. Sistem tersebut umumnya tidak mampu mengubah volume data menjadi
informasi agregat yang terurut, terorganisir, dan diproses sesuai dengan kebutuhan
manajer.
Seiring berjalannya waktu, manajer mulai belajar lebih banyak tentang komputer
dan menyadari logika yang mendasari proses pemecahan masalah. Mereka juga mampu
menggambarkan kebutuhan informasi mereka dengan lebih baik. Di sisi lain, spesialis
informasi mempelajari dasar-dasar manajemen dan cara bekerja dengan manajer dalam
merancang sistem informasi. Akibatnya, sistem informasi mengalami perancangan ulang
agar lebih sesuai dengan kebutuhan manajer, dan akhirnya menjadi area aplikasi utama
dalam komputer.
Informasi yang diberikan dapat menggambarkan apa yang terjadi di masa depan,
sekarang dan masa lalu yang berguna untuk kelangsungan bisnis maupun tujuan lain
sesuai dengan penggunanya. Informasi yang diberikan sebagian besar digunakan untuk
Universitas Indonesia
fungsi internal, yang banyak berkecimpung untuk perencanaan, pengawasan dan juga
pengambilan keputusn. Informasi tersebut disampaikan melalui beberapa output dari 2
jenis perangkat lunak yaitu:
1. Perangkat Lunak Penulis Laporan yang akan memberikan laporan secara periodik
dan laporan spesial.
2. Model Matematika menghasilkan informasi hasil dari simulasi dari operasional
perusahaan.
Secara garis besar, dan secara umum, model sistem informasi manajemen dapat
digambarkan sebagai berikut:
1. Pemrosesan data dan pencarian informasi yang cepat – ini adalah salah satu
keuntungan terbesar dari manajemen sistem infomasi. Manajemen sistem
informasi dapat memproses data dan mengambil informasi pada tingkat yang
lebih cepat. Hal ini dapat mengarah pada peningkatan layanan pelanggan.
Universitas Indonesia
2. Akurasi data yang lebih baik, mudah untuk menerapkan validasi dan verifikasi
data dalam sistem yang terkomputerisasi dibandingkan dengan sistem manual.
3. Peningkatan keamanan. Selain membatasi akses ke server database, sistem
informasi manajemen dapat menerapkan kontrol keamanan lainnya seperti
otentikasi pengguna, sistem otentikasi biometrik, kontrol hak akses, dll sehingga
informasi tidak dapat diakses oleh semua orang.
4. Mengurangi duplikasi data. Sistem basis data dirancang sedemikian rupa sehingga
meminimalkan duplikasi data. Hal ini berarti memperbarui data di satu
departemen secara otomatis membuatnya tersedia untuk departemen lain sehingga
mengurangi terjadinya duplikasi data.
5. Sistem pencadangan yang ditingkatkan. Dengan teknologi modern, cadangan
dapat disimpan di cloud yang memudahkan pemulihan data jika terjadi sesuatu
pada perangkat keras dan perangkat lunak yang digunakan untuk menyimpan
data.
Selain itu, terdapat juga kekurangan dari penggunaan manajemen sistem informasi
adalah sebagai berikut:
Universitas Indonesia
1. Model Waterfall
Ini juga dikenal sebagai model siklus hidup sekuensial linier karena terdiri dari
urutan fase. Setelah fase pengembangan selesai, pengembangan berlanjut ke fase
berikutnya secara berurutan dan tidak ada jalan kembali ke fase sebelumnya. Oleh karena
itu tidak cocok untuk proyek dinamis. Berbagai fase dalam model ini adalah pengumpulan
kebutuhan pengguna, desain sistem, implementasi, pengujian, penyebaran dan
pemeliharaan.
Universitas Indonesia
2. Model Iteratif
3. Model V
Universitas Indonesia
Model V adalah singkatan dari model verifikasi dan validasi. Ini adalah
modifikasidari model Air Terjun. Dalam hal ini, pengembangan dan pengujian dilakukan
secara bersamaan. Keduanya, kegiatan verifikasi dan validasi berjalan beriringan.
4. Model Spiral
Dalam model ini, pengembangan dimulai dengan bagian tertentu dan melewati
setiap fase pengembangan untuk serangkaian persyaratan. Prototipe pertama dievaluasi
dan dengan demikian prototipe kedua dikembangkan dengan mempertimbangkan
persyaratan. Berdasarkan prototipe yang disempurnakan, perangkat lunak akhir dibuat.
Ini digunakan untuk proyek besar dan rumit.
Universitas Indonesia
5. Model Prototipe
Universitas Indonesia
BAB III
Pada bab ketiga akan membahas tentang pengumpulan dan pengolahan data yang
telah dilakukan selama penelitian. Data primer pada penelitian ini diperoleh dengan
melakukan wawancara dengan beberapa stakeholder yang terlibat dengan proses. Dari
hasil wawancara tersebut penulis dapat mempelajari dan mendalami proses as-is pada
bagian direktorat konstruksi. Setelah data primer tersebut di validasi selanjutnya penulis
melakukan pengambilan data sekunder yang di dapat melalui data historis proyek dan
dokumen – dokumen penyelesaian proyek.
Dari hasil pengumpulan data primer dan sekunder tersebut, selanjutnya dilakukan
pemetaan seluruh aktivitas proses dengan menggunakan iGrafx dan memberikan input
berupa waktu proses untuk menjalankan simulasi proses dan mendapatkan output berupa
total waktu proses. Setelah mendapatkan proses bisnis yang lengkap dan sudah tervalidasi
kemudian dilakukan wawancara kembali dengan stakeholder terkait mengenai
permasalahan yang dialami dari masing – masing proses untuk mendapatkan pain point
yang dialami selama ini sebagai bahan acuan perbaikan model as-is.
Setelah mengetahui hasil olahan yang didapat melalui iGrafx serta permasalahan
yang dialami selanjutnya akan dilakukan perancangan model proses bisnis baru yaitu
model to-be dengan melakukan BPR best practice untuk mendapatkan solusi alternatif
terbaik yang dapat menyelesaikan permasalahan tersebut dengan memberikan beberapa
solusi.
Universitas Indonesia
Jawa Timur & Bali - Nusa Tenggara, Kalimantan, dan Kawasan Timur Indonesia serta
memiliki 61 area operasi.
Universitas Indonesia
narasumber terdiri dari OVP Construction Supervision, Manajer Project Policy, Quality
& H.A.I, Manajer Construction Supervision Broadband Access 2, Officer 1 Project
Policy, Quality & H.A.I, dan Staff Konstruksi. Dari kelima narasumber tersebut lama
pengalaman paling sedikit adalah 7 tahun.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Pada tabel 3.2. menunjukkan FPC pada tahapan inisiasi project yang memiliki 19
proses didalamnya. Pada tahapan tersebut memiliki 15 proses operasi dan 4 proses
inspeksi. Dari segi value category sendiri didalamnya terdapat 11 proses yang
memberikan nilai tambah, 6 proses yang diperlukan namun tidak memberikan nilai
tambah, dan 2 proses yang tidak memberikan nilai tambah.
Universitas Indonesia
Pada tabel 3.3. menunjukkan FPC pada tahapan pelaksanaan project yang
memiliki 19 proses didalamnya. Pada tahapan tersebut memiliki 9 proses operasi, 3 proses
pemindahan, dan 7 proses inspeksi. Dari segi value category sendiri didalamnya terdapat
9 proses yang memberikan nilai tambah, 7 proses yang diperlukan namun tidak
memberikan nilai tambah, dan 3 proses yang tidak memberikan nilai tambah.
Pada tabel 3.4. menunjukkan FPC pada tahapan pelaksanaan project yang
memiliki 12 proses didalamnya. Pada tahapan tersebut memiliki 9 proses operasi dan 3
Universitas Indonesia
proses inspeksi. Dari segi value category sendiri didalamnya terdapat 9 proses yang
memberikan nilai tambah, 3 proses yang diperlukan namun tidak memberikan nilai
tambah, dan 0 proses yang tidak memberikan nilai tambah.
Dari hasil simulasi tersebut memperlihatkan hasil statistik yang didapat yaitu
average cycle sebesar 9,33 hari, average work sebesar 2,63 hari, dan average wait sebesar
6,71 hari
Universitas Indonesia
Dari hasil simulasi tersebut memperlihatkan hasil statistik yang didapat yaitu
average cycle sebesar 97,75 jam, average work sebesar 33,75 jam, dan average wait
sebesar 64 jam.
Universitas Indonesia
Dari hasil simulasi tersebut memperlihatkan hasil statistik yang didapat yaitu
average cycle sebesar 30,17 jam, average work sebesar 13,17 jam, dan average wait
sebesar 17 jam.
Dari gabungan ketiga model tersebut mendapatkan angka average cycle sebesar
14,65 hari, average work sebesar 4,67 hari, dan average wait sebesar 10,07 hari. Dari
hasil tersebut kita dapat melihat bahwa terdapat waktu tunggu sebesar 10,07 hari dari
keseluruhan proses sehingga terdapat ruang cukup besar untuk dilakukan perubahan
dalam proses bisnis tersebut.
Dari ketiga simulasi model yang telah dilakukan, disediakan table rekapitulasi
dari keseluruhan model untuk dapat melihat total waktu yang didapat dari average cycle,
average work, dan average wait. Dari waktu tersebut dapat dilihat bahwa as-is model
memiliki total waktu tunggu sebesar 242,04 jam atau sebesar 68,69% yang Sebagian
besar didapat dari tahapan inisiasi yaitu sebesar 161,04 jam. Dari data tersebut dapat
disimpulkan bahwa terdapat sebuah bottleneck dari tahapan inisiasi yang mengakibatkan
proses memiliki waktu tunggu yang sangat besar.
Universitas Indonesia
mendorong kualitas, dan requirements merupakan standar yang harus terpenuhi untuk
mewujudkan ekspektasi pengguna terhadap setiap drivers. Komponen terakhir adalah
final output yang merupakan tindakan yang harus diimplementasikan untuk memenuhi
requirements.
Universitas Indonesia
3.9.1 Skenario 1
Universitas Indonesia
3.9.2 Skenario 2
Universitas Indonesia
untuk berpindah ke aplikasi lain, data akan muncul melalui dashboard tersebut.
Dari implementasi skenario 2 diharapkan dapat menghilangkan beberapa proses
yang menjadi pain point proses dan dapat mengurangin proses yang bersifat
necessary non-value adding activity dan non-value adding activity.
Pada pengaplikasian sistem dashboard sendiri menggunakan platform
yang sama seperti skenario 1 yaitu menggunakan platform Outsystem dan akan
dirancang dalam bentuk Content Management System (CMS), Sistem manajemen
konten (CMS) adalah paket perangkat lunak yang menyediakan beberapa tingkat
otomatisasi untuk tugas-tugas yang diperlukan untuk mengelola konten secara
efektif.
Dashboard pada umumnya digunakan sebagai sebuah media untuk
memvisualisasikan data yang biasa digunakan oleh para profesional dan pakar di
bidangnya masing – masing. Kegunaan dashboard sangat banyak seperti
memperlihatkan perkembangan proyek, efisiensi waktu dan tenaga, akuntabilitas
yang sempurna, dan dapat membantu dalam pengambilan keputusan. Pada solusi
skenario 2 ini fokusan utamanya adalah untuk mengefisienkan dari segi waktu
dalam tahapan monitoring dan evaluasi yang dengan adanya sistem dashboard
yang terintegrasi tersebut akan memudahkan para stakeholder dalam melakukan
pengmabilan keputusan sehingga waktu yang dibutuhkan akan menjadi lebih
singkat.
3.9.3 Skenario 3
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
BAB IV
ANALISIS
Pada bab ini akan membahas tentang analisis dari hasil olahan data yang telah
dilakukan. Analisis yang dilakukan adalah membandingkan model (as-is) dengan model
(to-be) dari ketiga skenario yang telah disolusikan. Model dari ketiga skenario perbaikan
terdiri dari skenario yang melakukan implementasi pengembangan aplikasi dan
penggunaan dashboard serta penggabungan keduanya.
Dari ketiga skenario perbaikan tersebut terdapat beberapa BPR best practice yang
dapat diimplementasikan di dalamnya yaitu eliminasi tugas, teknologi pelengkap,
integrasi, dan paralelisme. Perbedaan antara skenario 1 dan 2 adalah pada skenario 1
BPR best practice yang dapat di implementasikan adalah eliminasi tugas, teknologi
pelengkap, dan paralelisme. Sedangkan pada skenario 2 BPR best practice yang dapat
diimplementasikan adalah eliminasi tugas, teknologi pelengkap, dan integrasi. Dan yang
terakhir pada skenario 3 adalah gabungan dari keduanya sehingga memiliki semua BPR
best practice dari skenario 1 dan 2.
Universitas Indonesia
Setelah mendapatkan hasil perubahan dari segi waktu pada masing – masing
skenario selanjutnya akan dibahas lebih mendalam perubahan yang terjadi baik dari
pengurangan proses maupun perubahan waktu yang dialami pada proses.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Pada gambar 4.2 menjelaskan to-be model skenario 1 pada tahapan pelaksanaan
project. Pada tahapan ini memiliki 1 proses yang di eliminasi dan 7 proses yang
mengalami perubahan waktu. Proses yang di eliminasi pada tahapan ini adalah pada
proses mencetak form pengeluaran material. Proses yang mengalami perubahan waktu
adalah pada proses membuat form permintaan material, entry pemenuhan material,
membuat dokumentasi dan laporan, membuat BA barang tiba, mengawasi pekerjaan
mitra, mengawasi implementasi SMK3, dan melakukan turlap.
Pada gambar 4.3 menjelaskan to-be model skenario 1 pada tahapan closing
project. Pada tahapan ini memiliki 5 proses yang mengalami perubahan waktu yaitu
Universitas Indonesia
pada proses menyetujui dokumen uji terima, membuat gambar akhir ABD, membuat
BA serah terima ABD, menandatangani dokumen uji terima, dan redraw ABD.
Pada gambar 4.4 menjelaskan simulasi dari model skenario 1 tahapan inisiasi
project yang mendapatkan hasil average cycle sebesar 8,12 hari, average work sebesar
2,12 hari, dan average wait sebesar 6 hari.
Universitas Indonesia
Pada gambar 4.5 menjelaskan simulasi dari model skenario 1 tahapan pelaksanaan
project yang mendapatkan hasil average cycle sebesar 79,28 jam, average work sebesar
30,28 jam, dan average wait sebesar 49 jam.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Pada gambar 4.7 menjelaskan to-be model skenario 2 pada tahapan inisiasi
project. Pada tahapan ini memiliki 10 proses yang mengalami perubahan waktu. Proses
yang mengalami perubahan waktu adalah pada proses inisiasi deployment, survey HRB,
review BoQ dan pagu, review penerbitan PID, approval PID, review manajer 1, approval
1, pemilihan dan penetapan mitra, review manajer 2, dan approval 2.
Universitas Indonesia
Pada gambar 4.8 menjelaskan to-be model skenario 2 pada tahapan pelaksanaan
project. Pada tahapan ini memiliki 6 proses yang mengalami perubahan waktu. Proses
yang mengalami perubahan waktu adalah pada proses review permintaan, review
permintaan oleh warehouse, approval user, review laporan progress, review laporan oleh
waspang, review laporan progress oleh manajer konstruksi area, dan review laporan
progress oleh general manager.
Universitas Indonesia
yang mengalami perubahan waktu adalah pada proses memastikan seluruh SOW selesai,
memastikan seluruh SOW selesai 2, review dokumen uji terima, dan approval.
Pada gambar 4.10 menjelaskan simulasi dari model skenario 1 tahapan inisiasi
project yang mendapatkan hasil average cycle sebesar 7,22 hari, average work sebesar
1,86 hari, dan average wait sebesar 5,38 hari.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Tabel 4.5 menjelaskan tentang perbandingan antara as-is dengan skenario 2 yang
memiliki perubahan pada average cycle sebesar -15,6%, average work sebesar -19,97%,
dan average wait sebesar -13,6%.
Universitas Indonesia
Pada gambar 4.13 menjelaskan to-be model skenario 3 pada tahapan inisiasi
project. Pada tahapan ini memiliki 2 proses yang di eliminasi dan 18 proses yang
mengalami perubahan waktu. Proses yang di eliminasi pada tahapan ini adalah pada
proses mengumpulkan data juskeb dan kontrak dan menerbitkan surat pesanan. Proses
yang mengalami perubahan waktu adalah pada proses on desk design, detail design,
inisiasi penerbitan PID, membuat form juskeb dan kontrak, membuat purchase
requirement, membuat surat penetapan, membuat PO SAP, membuat surat pesanan,
inisiasi deployment, survey HRB, review BoQ dan pagu, review penerbitan PID, approval
PID, review manajer 1, approval 1, pemilihan dan penetapan mitra, review manajer 2,
dan approval 2.
Universitas Indonesia
Pada gambar 4.14 menjelaskan to-be model skenario 3 pada tahapan pelaksanaan
project. Pada tahapan ini memiliki 1 proses yang di eliminasi dan 13 proses yang
mengalami perubahan waktu. Proses yang di eliminasi pada tahapan ini adalah pada
proses mencetak form pengeluaran material. Proses yang mengalami perubahan waktu
adalah pada proses membuat form permintaan material, entry pemenuhan material,
membuat dokumentasi dan laporan, membuat BA barang tiba, mengawasi pekerjaan
mitra, mengawasi implementasi SMK3, melakukan turlap, review permintaan, review
permintaan oleh warehouse, approval user, review laporan progress, review laporan oleh
waspang, review laporan progress oleh manajer konstruksi area, dan review laporan
progress oleh general manager.
Universitas Indonesia
Pada gambar 4.15 menjelaskan to-be model skenario 3 pada tahapan pelaksanaan
project. Pada tahapan ini memiliki 9 proses yang mengalami perubahan waktu. Proses
yang mengalami perubahan waktu adalah pada proses menyetujui dokumen uji terima,
membuat gambar akhir ABD, membuat BA serah terima ABD, menandatangani dokumen
uji terima, redraw ABD, memastikan seluruh SOW selesai, memastikan seluruh SOW
selesai 2, review dokumen uji terima, dan approval
Universitas Indonesia
Pada gambar 4.16 menjelaskan simulasi dari model skenario 3 tahapan inisiasi
project yang mendapatkan hasil average cycle sebesar 4,23 hari, average work sebesar
1,52 hari, dan average wait sebesar 2,71 hari.
Universitas Indonesia
Pada gambar 4.18 menjelaskan simulasi dari model skenario 3 tahapan closing
project yang mendapatkan hasil average cycle sebesar 26 jam, average work sebesar 10
jam, dan average wait sebesar 16 jam.
Universitas Indonesia
Tabel 4.7 menjelaskan tentang perbandingan antara as-is dengan skenario 3 yang
memiliki perubahan pada average cycle sebesar -41,51%, average work sebesar -31,17%,
dan average wait sebesar -46,27%.
Universitas Indonesia
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
Universitas Indonesia
selanjutnya dengan topik atau pembahasan sejenis. Berikut ini merupakan saran bagi
penelitian selanjutnya:
1. Penelitian dapat dilakukan pada proses yang lebih dalam lagi, seperti pada
sub – sub proses yang dimiliki oleh proses bisnis perusahaan agar bisa
mendapatkan hasil yang lebih akurat jika dibandingkan dengan proses utama
perusahaan.
2. Evaluasi berkala bagi proses bisnis perusahaan sangat diperlukan karena
melihat kondisi kompetitas yang ada di Indonesia yang membuat semua
perusahaan harus selalu melakukan peningkatkan untuk dapat menjadi market
leader pada bidangnya masing – masing. Selain itu, dari segi tekonologi yang
terus berkembang tiap tahunnya dengan sangat cepat yang membuat berbagai
macam teknologi yang digunakan sekarang menjadi tidak kompatibel dimasa
yang akan dating.
3. Memperhitungkan biaya dalam implementasi solusi yang diberikan agar hasil
dari solusi yang diberikan dapat dianggap memungkinkan untuk digunakan
oleh perusahaan
Universitas Indonesia
DAFTAR PUSTAKA
Afzal, A., Shafiq, B., Shamail, S., & Adam, N. (2020). Requirements modeling of Web
services-based business processes. Business Process Management Journal, 26(6),
1401– 1424. https://doi.org/10.1108/BPMJ-08-2019-0322
Agarwal, R., Chandrasekaran, S., & Sridhar, M. (2016). Imagining construction’s digital
future. McKinsey Productivity Sciences Center.
Agushinta R., D., Pratama, A. Y., & Harmanto S, S. (2015). Business Process
Reengineering on Customer Service and Procurement Units in Clinical Laboratory.
TELKOMNIKA (Telecommunication Computing Electronics and Control), 13(2),
644. https://doi.org/10.12928/telkomnika.v13i2.509
Al-Masree, H. K. (2015). Extracting Entity Relationship Diagram (ERD) From Relational
Database Schem. International Journal of Database Theory and Application, 8(3),
15– 26. https://doi.org/10.14257/ijdta.2015.8.3.02
Al-Sedairy, S. T. (2001). A change management model for Saudi construction industry.
International Journal of Project Management, 19(3), 161–169.
https://doi.org/10.1016/S0263-7863(99)00067-8
Amiraslani, F. (2021). Analysis of quality of life across Tehran districts based on
designated indicators and relational database management system. Urban
Governance, August, 3– 10. https://doi.org/10.1016/j.ugj.2021.09.003
Armaini. (2006). Analisis risiko kuantitatif investasi real estate di kota Denpasar.
Attaran, M. (2004). Exploring the relationship between information technology and
business process reengineering. Information and Management, 41(5), 585–596.
https://doi.org/10.1016/S0378-7206(03)00098-3
Baltin. (1999). Hotel Development. The Urban Land Institute.
Bhaskar, H. L. (2018). Business process reengineering framework and methodology: A
critical study. International Journal of Services and Operations Management, 29(4),
527–556. https://doi.org/10.1504/IJSOM.2018.090456
BPS. (2022). Industri Pengolahan jadi Penyumbang Terbesar Ekonomi RI Tahun 2021.
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2022/02/10/industri-pengolahan-jadi-
penyumbang-terbesar-ekonomi-ri-tahun-2021
Broersma, H. P. (1999). A theoritical approach to business process re- engineering. Rand
Afrikaans University.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Hussein, B., Hammoud, M., Bazzi, H., & Haj-Ali, A. (2014). PRISM-Process
Reengineering Integrated Spiral Model: An Agile Approach to Business Process
Reengineering (BPR). International Journal of Business and Management, 9(10),
134–142. https://doi.org/10.5539/ijbm.v9n10p134 Indonesia, B. (2020). Survei
Harga Properti Komersial.
Johnson, E., Hemmatian, I., Lanahan, L., & Joshi, A. M. (2022). A Framework and
Databases for Measuring Entrepreneurial Ecosystems. Research Policy, 51(2),
104398. https://doi.org/10.1016/j.respol.2021.104398
Kendall, K. E., & Kendall, J. E. (2013). System Analysis and Design. Pearson Prentice
Hall. Kenneth C. Laudon, & Jane P. Laudon. (2020). Management Information
Systems: Managing Digital Firms (16th ed.). Pearson Education.
Koichiro Koyama, Junjiro Onoda, S. S. (1991). Feasibility Study. P.255.
Krisnandika, V. R., Aulia, D., & Jannah, L. (2021). Dampak Pandemi Covid-19 Terhadap
Pengangguran Di Indonesia. JISIP (Jurnal Ilmu Sosial Dan Pendidikan), 5(3), 638–
648. https://doi.org/10.36312/jisip.v5i3.2227
Kulkarni, R. N., & Srinivasa, C. K. (2019). Ameliorated methodology to represent UML
use case diagram into table format. International Journal of Engineering and
Advanced Technology, 9(1), 4099–4102.
https://doi.org/10.35940/ijeat.A1329.109119
Lavrov, N., Druzhinin, A., & Alekseeva, N. (2020). Description and Analysis of
Economic Efficiency of the Real Estate Model Transformed in the Framework of
Digitalization. IOP Conference Series: Materials Science and Engineering, 940(1).
https://doi.org/10.1088/1757-899X/940/1/012042
Li, Q., & Chen, Y.-L. (2009). Entity-Relationship Diagram. Modeling and Analysis of
Enterprise and Information Systems, 125–139. https://doi.org/10.1007/978-3-540-
89556-5_6
Luo, W., & Tung, Y. A. (1999). A framework for selecting business process modeling
methods. Industrial Management & Data Systems, 99(7), 312–319.
https://doi.org/http://dx.doi.org/10.1108/02635579910262535
Magutu, P. O., Nyamwange, S. O., & Kaptoge, G. K. (2010). BUSINESS PROCESS
REENGINEERING FOR COMPETITIVE ADVANTAGE Key Factors That May
Lead To the Success or Failure of the BPR Implementation (The Wrigley
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia