Anda di halaman 1dari 3

AMALAN TERHAPUS KARENA RIYA

( Materi Bimbingan Atau Penyuluhan )


Oleh : Ahmad Muttaqin, S.Ag

Diantara hal-hal yang mengharuskan kita takut terjatuh kepada kesyirikan yaitu dengan
cara mentadabburi hadits yang mulia. Yaitu Nabi Sallallahu ‘Alaihi wa Sallam suatu hari pernah
mendatangi para Sahabat Radhiyallahu ‘Anhum yang ketika itu mereka sedang berbicara tentang
fitnah yang sangat dahsyat, fitnah yang sangat berbahaya, yaitu fitnah Dajjal. Ini adalah fitnah
yang paling besar dan paling berbahaya. Akan tetapi Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berkata
kepada mereka:
‫َأاَل ُأْخ ُرِبُك ْم َمِبا ُه َو َأْخ َو ُف َعَلْيُك ْم ِعْنِدي ِم َن اْلَم ِس يِح الَّد َّج اِل ؟‬
“Maukah aku beritahukan kepada kalian sesuatu yang lebih aku taktutkan atas kalian dari pada
Dajjal?”

Para Sahabat berkata, “Iya, tentu kami mau.”


Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

‫ ِلَم ا َيَر ى ِم ْن َنَظِر َرُج ٍل‬،‫ َفُيَز ِّيُن َص اَل َتُه‬،‫ َأْن َيُقوَم الَّر ُج ُل ُيَص ِّلي‬، ‫الِّش ْر ُك اَخْلِف ُّي‬
“Yaitu syirik khafi, yaitu seseorang berdiri untuk shalat, kemudian dia memperbagus shalatnya
karena ada orang lain yang melihatnya.” (HR. Ibnu Majah)

Inilah yang ditakutkan oleh Nabi Sallallahu ‘Alaihi wa Sallam kepada umatnya. Yaitu
orang yang memperbaiki shalatnya karena dilihat oleh orang lain atau ibadah hajinya atau seluruh
ibadah-ibadah yang lain karena dilihat oleh orang lain.
Bahaya fitnah riya’ dizaman kita lebih besar dari pada zaman dahulu. Karena saat ini setiap
orang punya HP dan di HP tersebut ada kamera. Sehingga banyak diantara mereka ketika
beribadah di dua kota suci Mekah dan Madinah atau di tempat-tempat lainnya, mereka hanya
sibuk untuk mengambil photo. Baik itu dengan photo atau dengan video yang mereka ingin
memperlihatkan kepada orang lain apa yang mereka kerjakan.
Dan kami menyaksikan di sini juga selain kami melihat banyak diantara mereka yang
berdiri di tempat-tempat tertentu, tempat berdo’a, tempat ibadah kemudian mereka mengangkat
kedua tangannya seperti orang yang sedang berdo’a kemudian dia minta untuk diphoto.
Sampai disini saja, dia hanya ingin diphoto dalam keadaan berdo’a atau ketika dia berada di
Ka’bah, atau ketika dia berada di tempat melempar jumrah atau ketika berada di tempat sa’i atua
di tempat-tempat lain. Kemudian mereka meletakkan photo ini di ruang tamu mereka atau di
album photo atau ia kirimkan kepada orang lain agar orang lain melihat apa yang dia kerjakan.
Kesempatan untuk melakukan perbuatan riya’ dizaman kita ini lebih berbahaya dan lebih
besar daripada dizaman dahulu setelah adanya alat-alat seperti HP dan selainnya. Ketika dizaman
dahulu, orang yang ingin melakukan riya’, dia perlu untuk menceritakan sendiri apa yang ia
lakukan. Ia berbicara kepada orang lain dan mengatakan, “Saya pergi ke Mekkah, saya berada di
Arafah, aku menangis di sana, aku berdo’a dengan khusyu'” itu di zaman dahulu.
Adapun dizaman sekarang dengan diam, tidak perlu untuk berbicara. Cukup ia
mengirimkan foto atau video yang dia lakukan tidak perlu berbicara dan tidak perlu ia jelaskan.
Sampai beliau mengatakan bahwasanya ada orang yang menyampaikan kepada beliau
melihat seorang yang bersama dengan temannya di masjid. Kemudian temannya tersebut
memberikan dia kamera kemudian dia pun duduk seperti orang yang sedang tasyahud. Kemudian
setelah itu ia diphoto dan pergi tanpa melakukan shalat sama sekali.
Apa yang diinginkan dengan photo tersebut? Yang diinginkan adalah ia ingin mengatakan
kepada teman-temannya, “Ini photo saya, saya sedang shalat di Masjid Nabawi” dan tentu dia
berbohong. Karena dia ketika itu tidak shalat. Dia hanya duduk untuk diambil photonya.
Demikian juga keadaan orang yang mengangkat tangannya seperti orang yang berdo’a
kemudian dia mengatakan, “Ini photo saya, saya sedang berdo’a.” Padahal dia berbohong. Dia
tidak berdo’a kepada Allah. Ini adalah musibah yang sangat besar. Karena setelah dia capek
melakukan safar, mengeluarkan harta dan capek melakukan ibadah, akan tapi amalannya
terhapus disebabkan perbuatan-perbuatan tersebut.
Dan diantara hal yang mengharuskan kita takut terjatuh kepada kesyirikan adalah
banyaknya penyeru-penyeru kepada kesehatan, banyaknya dai-dai yang mengajak kepada
kebatilan. Dan hal ini yang sangat ditakutkan oleh Nabi kita kepada umatnya. Beliau bersabda:

‫ِض‬ ‫ِئ‬
‫ِإَمَّنا َأَخ اُف َعَلى ُأَّم يِت اَأْل َّم َة اْلُم ِّلَني‬
“Yang aku takuti atas umatku hanyalah para pemimpin yang menyesatkan.” (HR. Abu Dawud)

Dan disaat ini banyak sekali orang yang mengatakan kepada manusia, “Tenang, tidak perlu
takut. Karena syirik tidak akan terjadi lagi diumat ini.” Mereka menyebutkan sebagian hadits-
hadits yang tidak sesuai dengan makna yang dia inginkan. Padahal Nabi Sallallahu ‘Alaihi wa
Sallam bersabda:

‫ َو َح ىَّت َتْع ُبَد َقَباِئُل ِم ْن ُأَّم يِت ْاَألْو َثاَن‬، ‫َو َال َتُقوُم الَّس اَعُة َح َّتـى َتْلَحَق َقَباِئُل ِم ْن ُأَّم يِت ِباْلُم ْش ِر ِكَني‬
“dan tidak akan tiba hari Kiamat hingga beberapa kabilah dari umatku mengikuti kaum
musyrikin, dan beberapa kabilah dari umatku menyembah berhala.” (HR. Tirmidzi)

Tidak ada yang lebih jelas daripada hadits ini dan ini adalah hadits yang shahih, hadits yang
benar datang dari Nabi Sallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Akan tetapi sebagian mereka mengatakan
kepada manusia bahwasanya Nabi Sallallahu ‘Alaihi wa Sallam pernah bersabda:

‫ِإَّن الَّش ْيَطاَن َقْد َأِي َأْن ْع َد اْل ُّلوَن يِف ِز ي ِة اْل ِب‬
‫َج َر َعَر‬ ‫َس َي ُب ُه ُم َص‬
“Sesungguhnya setan telah putus asa untuk disembah oleh orang-orang yang salat di Jazirah
Arab.”

Mereka mengatakan bahwasanya tidak akan terjadi lagi syirik di Jazirah Arab. Padahal para
ulama telah menjelaskan makna hadits ini, yaitu bahwasannya setan ketika melihat kuatnya iman
dizaman Sahabat dan mereka sangat perhatian dengan tauhid, maka setan merasa putus asa
bahwasanya dia tidak akan disembah lagi di Jazirah Arab. Akan tetapi kita ketahui bahwasannya
tidak akan datang suatu zaman kecuali zaman berikutnya lebih buruk daripada zaman tersebut.
Maka setan pun terus berusaha menggoda manusia dan tidak berhenti. Bahkan terus berusaha
untuk menyesatkan dan menghalangi manusia dari agama Allah Subhanahu wa Ta’ala sampai
banyak dari umat ini yang kembali menyembah berhala.
Tentu orang yang melakukan kesalahan besar dan membuat orang-orang awam dan orang-
orang bodoh menjadi tersesat, mereka mengatakan tidak akan terjadi kesyirikan sama sekali.
Maka tidak butuh lagi seseorang untuk berdo’a memohon perlindungan dari kesyirikan.
Dan mereka tidak takut terjatuh kedalam kesyirikankan. Mereka kemudian tidak semangat
untuk mempelajari tentang kesyirikan. Sehingga banyak bentuk-bentuk kesyirikan masuk
kedalam amalan-amalan mereka, perkataan-perkataan mereka dan perbuatan-perbuatan mereka
karena mereka menyangka bahwasanya syirik tidak akan terjadi lagi. Padahal mereka sudah
terjatuh kedalam kesyirikan dan ini yang menjelaskan kepada kita bahayanya da’i-da’i yang
menyesatkan manusia.
Yang terpenting dalam hal ini yaitu kita semua harus takut terjatuh kepada kesyirikan. Dan
kita semua harus waspada. Dan tentu ketakutan kita kepada kesyirikan harus lebih besar dari pada
ketakutan kita kepada perkara-perkara yang lain. Kita semua harus berusaha dengan kuat jangan
sampai kita terjatuh kepada kesyirikan.
Diantara bentuk usaha yang harus kita lakukan yaitu kita harus mengetahui apa itu
kesyirikan. Karena para ulama Rahimahumullah sejak dahulu telah mengatakan, “Bagaimana
seseorang menghindari sesuatu apa yang dia tidak ketahui apa yang harus dia hindari?”
Yang tidak mengetahui apa itu syirik? Apa jenis-jenis kesyirikan? Apa hakikat kesyirikan?
Dan apa saja perkara-perkara yang masuk dalam kesyirikan dan bagaimana ia bisa menghindar
dari kesyirikan tersebut.
Karena langkah pertama untuk menghindar dari kesyirikan yaitu dengan mengetahui apa itu
syirik? Apa hakikat syirik? Dengan pengetahuan ini, kita bisa menghindar dan mewaspadai apa
yang kita takutkan, yaitu terjatuh kepada kesyirikan.
Maka sebagian ulama Salaf pernah mengatakan tentang definisi taqwa, bahwa takwa
kepada Allah adalah melaksanakan ketaatan kepada Allah diatas petunjuk dari Allah dengan
mengharap pahala dari Allah dan meninggalkan maksiat kepada Allah. Dan maksiat yang paling
besar yaitu kesyirikan.
Maka seseorang harus mengetahui apa itu syirik? Mengetahui hakikat kesyirikan, bahaya
kesyirikan dan akibat dari kesyirikan tersebut. Agar ia bisa mewaspadai dari terjatuh kepada
kesyirikan. Termasuk ia juga ajarkan kepada anak-anak mereka.

Dalam wasiat Luqman kepada anaknya, beliau mengatakan:

﴾١٣﴿ ‫َو ِإْذ َقاَل ُلْق َم اُن اِل ْبِنِه َو ُه َو َيِعُظُه َيا ُبَّيَن اَل ُتْش ِر ْك ِبالَّلـِه ۖ ِإَّن الِّش ْر َك َلُظْلٌم َعِظ يٌم‬
“Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran
kepadanya: “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya
mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar”.” (QS. Luqman[31]: 13)

Luqman memperingatkan anaknya jangan sampai terjatuh kepada kesyirikan, juga


menjelaskan bahaya dari kesyirikan dan bahwasannya kesyirikan adalah kedzaliman yang paling
besar.
Maka dari sini Syaikh bin Baz Rahimahullah dalam kitab ini mulai menjelaskan tentang
hakikat kesyirikan dan jenis-jenis kesyirikan.
Beliau Rahimahullah mengatakan bahwa Syirik besar membuat amalan-amalan menjadi
terhapus. Yaitu seluruh amalan akan terhapus dan tidak akan mendapatkan pahala. Allah Ta’ala
berfirman:

﴿ ‫﴾ َبِل الَّلـَه َفاْع ُبْد َو ُك ن ِّم َن الَّش اِك ِريَن‬٦٥﴿ ‫َو َلَقْد ُأوِح َي ِإَلْيَك َو ِإَلى اَّلِذ يَن ِم ن َقْبِلَك َلِئْن َأْش َر ْك َت َلَيْح َبَطَّن َع َم ُلَك َو َلَتُك وَنَّن ِم َن اْلَخ اِس ِريَن‬
٦٦﴾

“Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu. “Jika
kamu mempersekutukan Allah, niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk
orang-orang yang merugi. Karena itu, maka hendaklah Allah saja kamu sembah dan hendaklah
kamu termasuk orang-orang yang bersyukur”.” (QS. Az-Zumar[39]: 66)

Anda mungkin juga menyukai