Anda di halaman 1dari 10

TUGAS FARMAKOLOGI DALAM PELAYANAN KEBIDANAN

STIKes BAKTI UTAMA PATI TA 2023/2024

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 5 KELAS E

DOSEN PENGAMPU :

Siti Muawanah,S.S.T.,M.Keb.

Tessa Trisiana (12120422265) Tri Rahayu Lestari (12120422272)

Tety Yuliyani (12120422266) Triani (12120422273)

Tiara Caroline (12120422268) Ulfa Ariyani (12120422274)

Tiara Dita Amelia Putri (12120422269) Theresia Dwiaudina SP (12120422337)

Tina Suryanigea (12120422270) Alifya Nurmarina Safitri (12130422346)

Titin Astri (12120422271)


Tugas 1

1) Bagaimana kerja obat dalam interaksi obat vs enzim ?

Jawaban :
Enzim pada proses metabolisme obat terutama berlaku terhadap

obat-obat atau zat-zat yang merupakan substrat enzim mikrosom hati

sitokrom P450 (CYP). Beberapa metabolisme obat, antara lain: CYP2D6

yang dikenal juga sebagai debrisoquin hidroksilase dan merupakan

isoenzim CYP pertama yang diketahui, aktivitasnya dihambat oleh obat-

obat seperti kuinidin, paroxetine, terbinafine.Induktor atau zat yang

menginduksi enzim pemetabolis (CYP) akan meningkatkan sistensis

enzim tersebut. Interaksi induktor CYP dengan substratnya menyebabkan

laju kecepatan metabolisme obat (substrat) meningkat sehingga kadarnya

menurun dan efikasi obat akan menurun; atau sebaliknya, induksi CYP

menyebabkan meningkatnya pembentukan metabolit yang bersifat reaktif

sehingga memungkinkan timbulnya risiko toksik.

2) Sebutkan contoh peristiwa terjadinya interaksi pada penyebab interaksi

pada proses absorpsi ?

Jawaban :

Contohnya pada interaksi antibiotika (tetrasiklin, fluorokuinolon)

dengan besi (Fe) dan antasida yang mengandung Al, Ca, Mg, terbentuk

senyawa chelate yang tidak larut sehingga obat antibiotika tidak

diabsorpsi. Obat-obat seperti digoksin, siklosporin, asam valproat


menjadi inaktif jika diberikan bersama adsorben (kaolin, charcoal) atau

anionic exchange resins (kolestiramin, kolestipol). Peningkatan pH cairan

gastrointestinal akan menurunkan absorpsi antibiotika golongan

selafosporin seperti sefuroksim aksetil dan sefpodoksim proksetil

Mekanisme interaksi melalui penghambatan transport aktif

gastrointestinal, misalnya grapefruit juice, yakni suatu inhibitor protein

transporter uptake pump di saluran cerna, akan menurunkan

bioavailabilitas beta-bloker dan beberapa antihistamin (misalnya,

fexofenadin) jika diberikan bersama-sama.

3) Apakah faktor yang dapat mempengaruhi kerentanan pasien terhadap

interaksi obat ?

Jawaban :

1. Pasien lanjut usia

2. Pasien yang minum lebih dari satu obat

3. Pasien yang mempunyai gangguan fungsi hati dan ginjal

4. Pasien dengan penyakit akut

5. Pasien dengan penyakit tidak stabil

6. Pasien yang mempunyai karakteristik genetik tertentu

7. Pasien yang dirawat lebih dari satu dokter

4) Apa yang dimaksud dengan reaksi hipersensitivitas ?

Jawaban :
Hipersensitivitas merupakan peningkatan aktivitas atau sensitivitas

terhadap antigen yang pernah dipajankan atau dikenal sebelumnya.

Respon imun, baik nonspesifik maupun spesifik .

5) Sebutkan dan jelaskan 2 macam reaksi simpangan terhadap obat

Jawaban :

a. Efek normal

Efek yang timbul pada sebagian besar (kebanyakan) individu bisa

berupa efek utama dan efek samping pada pemberian obat dosis terapi.

b. Efek abnormal

Efek yang timbul pada sebagian kecil individu atau kelompok individu

tertentu,efek abnormal bisa berupa toleransi (peristiwa yang terjadi

jika dibutuhkan dosis yang lebih tinggi untuk memberikan efek yang

sama dengan yang dihasilkan oleh dosis terapi normal) atau intoleransi

(suatu penyimpangan respon terhadap dosis tertentu obat).

6) Bagaimana cara menghentikan habituasi

Jawaban :

Biasanya menghentikan habituasi dapat dilakukan dengan

menemui dokter spesialis kesehatan jiwa (psikiater) atau konselor untuk

membantu mengatasi ketergantungan. Caranya bisa dengan terapi atau

penanganan lain secara tepat, misalnya penyesuaian dosis atau mengganti

golongan obat.Jika ketergantungan obat telah mengganggu pernapasan,

maka cara mengatasinya terlebih dengan melakukan pembebasan jalan


napas dengan memasukkan tabung pernapasan ke dalam pernapasan.

Pengidap ketergantungan obat bisa diatasi dengan pemberian arang aktif

(activated charcoal) di klinik atau rumah sakit untuk menyerap obat yang

menyebabkan ketergantungan. Selain itu, bisa juga dengan pemberian

cairan infus untuk membantu tubuh mengeluarkan zat obat tersebut lebih

cepat.
TUGAS 2

1. Jelaskan proses Farmakokinetika dengan jelas dan padat pada gambar diatas?
2. Bagaimana kerja obat dalam interaksi obat vs enzim?
3. Sebutkan contoh peristiwa terjadinya interaksi pada penyebab interaksi pada proses
absorbsi?
4. Apa faktor yang dapat mempengaruhi kerentanan pasien terhadap interaksi obat?
5. Apa yang dimaksud dengan reaksi hipersensitivitas?
6. Sebutkan dan jelaskan 2 macam reaksi simpangan terhadap obat?
7. Bagaimana cara menghentikan habituasi?
JAWABAN:`

1. Farmakokinetika adalah cabang ilmu dari farmakologi yang mempelajari tentang


perjalanan obat mulai sejak diminum hingga keluar melalui organ ekskresi di tubuh
manusia. Fase-fase farmakokinetik secara umum terbagi menjadi Adsoprsi,
Distribusi, Metabolisme, dan Ekstensi. Fase deliberasi, terkadang dimasukkan pula
ke dalam kajian farmakokinetika. Namun, fase deliberasi tampaknya lebih tepat jika
dimasukkan ke dalam fase Farmasetik.
Proses farmakokinetika dimulai dari penyerapan (absorpsi), lalu tersebar melalui
ke seluruh jaringan tubuh melalui darah (distribusi), selanjutnya dimetabolisi dalam
organ-organ tertentu terutama hati (biotransformasi), lalu sisa atau hasil metabolisme
ini dikeluarkan dari tubuh dengan ekskresi (eliminiasi) dan selanjutnya disingkat
menjadi ADME. Selain itu, farmakokinetika juga mempelajari berbagai fakor yang
mempengaruhi efektivitas obat.
Sebenarnya terdapat fase liberasi yaitu peleburan zat aktif obat ketika memasuki
tubuh, tetapi beberapa sumber menyebutkan proses liberasi tergabung dalam
absorpsi. Lain lagi menyebutkan bahwa fase distribusi, metabolisasi, dan ekskresi
digabung menjadi satu nama fase: disposisi. Selain itu, terdapat pendapat bahwa ada
fase lainnya yang memasukan aspek toksikologis yang dikenal dengan ADME-Tox
atau ADMET.
Fase penyaluran zat aktif obat-obatan ini merupakan subjek dari interaksi psiko-
kimia antara obat dan organ tubuh, yang dapat diekspresikan secara matematis.
Dengan demikian, studi farmakokinetika menggunakan perhitungan matematika
untuk memprediksi kelakuan obat dalam proses penyerapan dalam tubuh.

2. Interaksi obat didefinisikan sebagai kerja atau efek obat yang berubah, atau
mengalami modifikasi sebagai akibat interaksi dengan satu obat atau lebih (Swamyet
al., 2014).
Obat penginhibisi enzim dapat meningkatkan kadar obat lain di dalam plasma
dan memperlama eliminasinya. Interaksi ini dapat meningkatkan kerja obat, tetapi
juga dapat menimbulkan toksisitas. Contohnya adalah obat antitukak lambung
(simetidin) menurunkan metabolisme teofilin (antiasma) dalam plasma. Dosis
teofilin harus diturunkan untuk menghindari toksisitas. Jika simetidin dihentikan,
maka dosis teofilin perlu disesuaikan.

3. Pada proses absorbsi, Apabila menggunakan dua atau lebih obat pada waktu yang
bersamaan, maka laju absorbsi dari salah satu atau kedua obat akan berubah. Obat
tersebut dapat menghambat, menurunkan, atau meningkatkan laju absorbsi obat
yang lain. Interaksi pada fase absorbsi dapat terjadi dengan jalan diantaranya
memperpendek atau memperpanjang waktu pengosongan lambung yaitu dengan
merubah pH lambung atau membentuk kompleks obat.
Contoh obat yang dapat meningkatkan kecepatan pengosongan lambung
adalah laksatif yaitu bisakodil dengan meningkatkan motilitas atau pergerakan
lambung dan usus sehingga dapat menurunkan absorbsi dari digoksin (Wang et al,
1990). Obat yang dapat memperpendek waktu pengosongan dan menurunkan
motilitas GI adalah obat-obat narkotik dan antikolinergik (obat-obat mirip atropin),
sehingga dapat meningkatkan laju absorbsi. Semakin lama obat berada dalam
lambung atau usus halus, maka semakin banyak pula jumlah obat yang akan
diabsorbsi (hanya untuk obat diabsorbsi di lambung). Pada pH lambung yang asam,
maka obat yang bersifat asam seperti aspirin akan lebih mudah diabsorbsi. Lambung
dapat menjadi basa bila diberi antasida seperti Maalox (Alumunium hidroksida,
Magnesium hidroksida dan simetikon) dan Amphojel (Alumunium hidroksida) yang
dapat menurunkan absorbsi obat bersifat asam.

4. Efek dan tingkat keparahan interaksi obat dapat bervariasi antara pasien yang satu
dengan yang lain. Berbagai faktor dapat mempengaruhi kerentanan pasien terhadap
interaksi obat, antara lain yaitu:
a. Pasien lanjut usia
b. Orang yang minum lebih dari satu macam obat
c. Pasien yang mepunyai gangguan fungsi ginjal dan hati
d. Pasien dengan penyakit akut
e. Pasien dengan penyakit yang tidak stabil
f. Pasien yang memiliki karakteristik genetik tertentu
g. Pasien yang dirawat oleh lebih dari satu dokter (Fradgley, 2003).

Reaksi yang merugikan dan interaksi obat yang terjadi pada pasien lanjut usia
adalah tiga sampai tujuh kali lebih banyak daripada mereka yang berusia
pertengahan dan dewasa muda. Pasien lanjut usia menggunakan banyak obat karena
penyakit kronis dan banyaknya penyakit mereka, oleh karena itu mereka mudah
mengalami reaksi dan interaksi yang merugikan.

5. Hipersensitivitas atau reaksi hipersensitivitas adalah reaksi berlebihan, tidak


diinginkan karena terlalu sensitifnya respon imun (merusak, menghasilkan
ketidaknyamanan, dan terkadang berakibat fatal) yang dihasilkan oleh sistem imun.
Reaksi hipersensitivitas merupakan reaksi imun yang patologik yang terjadi
akibat respon imun yang berlebihan sehingga dapat menimbulkan kerusakan
jaringan pada tubuh. Setiap orang memiliki sistem imun yang berbeda. Apabila
sistem imun seseorang semakin lemah maka orang tersebut mudah untuk terkena
penyakit. Efek alergen pun bervariasi dari satu individu terhadap individu lainnya.
Paparan alergen ditandai oleh beberapa gejala seperti, mual, muntah, gatal pada area
tubuh tertentu, mual, muntah, hingga sesak nafas dan dapat menimbulkan kematian.
Gejala yang muncul dari bagian tubuh yang terpapar alergen atau jika mengenai
saluran pernafasan dapat terjadi batuk, hidung gatal, pilek (Abobakr dan Elshemy,
2013).
6. Reaksi simpangan terhadap obat dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu reaksi
tipe A dan reaksi tipe B.
Reaksi tipe A adalah reaksi simpangan obat yang bisa diprediksi, reaksi yang
bisa diprediksi meupakan sekitar 80% dari reaksi simpangan obat, terjadi akibat efek
samping farmakologis obat, biasanya bergantung pada dosis obat dan terjadi pada
semua individu yang tidak memiliki bakat alergi.
Reaksi B merupakan reaksi hipersensitivitas yang tidak dapat diprediksi dan
tidak bergantung pada dosis. Reaksi hipersensitivitas ini menyebabkan timbulnya
gejala atau tanda pada dosis yang bisa ditoleransi oleh orang normal (Pichler, 2015).

7. Habituasi terhadap obat adalah ketergantungan pada obat di mana orang tersebut
merasakan kesenangan atau pelepasan dari ketegangan dalam menggunakan zat
tersebut dan ketakutan tanpa obat tersebut.

Berikut beberapa cara yang ampuh untuk mencegah Habituasi :


a. Mengatasi Tekanan Lingkungan
Cara pertama yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya kecanduan
konsumsi obat-obatan terlebih jenis yang terlarang adalah menghindari tekanan
yang timbul dari lingkungan sekitar. Jika kamu merasa hal yang dilakukan
orang-orang di sekitar salah, cobalah untuk mencari kelompok teman yang lebih
baik. Kamu hanya perlu mencari cara yang paling baik untuk mengatakan tidak
dan keluar dari lingkaran tersebut. Untuk remaja, peran orangtua sangat penting
agar mampu menghadapi masalah ini.
b. Atasi Masalah Hidup
Seseorang yang terlalu banyak bekerja dan kerap merasa kewalahan hingga stres
berisiko tinggi terhadap kecanduan obat. Dirinya ingin mendapatkan istirahat
yang cukup sehingga mengonsumsi obat tidur ataupun obat penenang. Saat
masalah yang timbul lebih besar, konsumsi obat mungkin akan lebih banyak.
Dengan begitu, kemungkinan mengalami ketergantungan pada obat menjadi
lebih tinggi.
Maka dari itu, kamu harus benar-benar mencari cara untuk menangani stres dan
menghilangkan perasaan negatif selain mengonsumsi obat. Cobalah untuk rutin
berolahraga, membaca banyak buku yang memotivasi, hingga menciptakan
sesuatu yang belum pernah dilakukan. Segala sesuatu yang positif dan
menenangkan tentu dapat mengalihkan pikiran dari penggunaan obat-obatan
yang kerap dikonsumsi untuk menghilangkan stres.
c. Sembuhkan Penyakit Mental
Penyakit mental dan kecanduan obat sering kali terjadi secara beriringan.
Seseorang dengan gangguan mental mungkin saja beralih ke obat-obatan
sebagai cara untuk meredakan sakit yang timbul. Beberapa penyakit mental
yang rentan menyebabkan masalah ini adalah kecemasan, depresi, atau
gangguan stres pasca-trauma. Sebelum terlambat, ada baiknya kamu
mendapatkan bantuan ahli medis untuk mengatasi penyakit mental yang
dirasakan.
d. Periksa Setiap Faktor Risiko
Beberapa faktor risiko secara biologis, lingkungan, dan fisik dapat
meningkatkan kemungkinan seseorang untuk mengalami kecanduan obat.
Apabila kamu memiliki faktor risiko tersebut, pencegahan dapat lebih mudah
dilakukan. Riwayat penyalahgunaan zat dalam keluarga dan lingkungan sosial
yang mengagungkan kecanduan obat kerap menjadi faktor risiko dari masalah
ketergantungan obat.

Anda mungkin juga menyukai