Anda di halaman 1dari 2

ORANG she Kiang!

Melihat usiamu yang masih muda, kami masih menaruh


hati kasihan kepadamu. Kami nasihatkan supaya kau pergi dari sini dan
jangan mencampuri urusan kami,” terdengar suara yang kecil dan nyaring.

“Kiang-enghiong, kata-kata Hek-tung Beng-yu (Sahabat Tongkat Hitam) tadi


memang tepat. Menilik gerak- gerikmu, kau adalah seorang ahli silat yang
sudah pandai, mengapa kau tidak tahu akan peraturan kang- ouw? Kami para
ketua perkumpulan pengemis sedang mengurus persoalan kami sendiri,
mengapa kau begitu tidak tahu malu untuk mencampuri urusan kami? Lebih
baik lekaslah kau pergi sebelum terjadi hal- hal yang kurang baik bagi
dirimu,” kata pula suara ke dua yang parau dan kasar.

Suara dua orang ini disusul oleh gumaman banyak mulut yang menyatakan
persetujuan. Dua orang yang bicara tadi, juga mereka yang menyatakan
persetujuan adalah sekumpulan orang-orang tua yang amat aneh baik
bentuk tubuh, pakaian, maupun gerak-gerik mereka. Mereka ini sudah jelas
adalah sekumpulan pengemis-pengemis, karena baju mereka penuh
tambahan dan di tangan mereka kelihatan tongkat dan tempat sedekah,
seperti panci butut, batok, kaleng dan lain-lain. Jumlah mereka ada empat
belas orang. Akan tetapi kalau orang tahu siapakah adanya mereka ini, ia
akan terkejut, karena mereka ini bukan lain adalah ketua-ketua dari seluruh
kai-pang (perkumpulan pengemis) yang tersebar di seluruh Tiongkok dan
merupakan ketua-ketua dari semua perkumpulan terbesar. Jangan
ditanya lagi tentang kepandaian mereka! Baru orang pertama yang bicara
dengan suara kecil nyaring tadi saja, yang tubuhnya tinggi kurus dan
matanya buta sebelah kiri, dia dijuluki orang It-gan Sin-kai (Pengemis
Sakti Mata Satu) dan kelihaiannya hanya di bawah kepandaian raja
pengemis puluhan tahun yang lalu, yakni Ang-bin Sin-kai (Pengemis Sakti
Muka Merah) yang menggemparkan dunia kang-ouw (baca Pendekar Sakti).

Seperti juga Ang-bin Sin-kai yang sudah meninggal dunia, pengemis bermata
satu ini beberapa kali pernah menggegerkan istana kaisar karena ia menyerbu
dapur dan menyikat habis masakan-masakan yang paling lezat di dapur
istana!

Juga orang ke dua yang suaranya parau dan kasar, yang bertubuh kate
dengan perutnya saja yang besar dan gendut seperti anak cacingan,
bukanlah sembarangan orang. Dia ini disebut Pat-jiu Siauw-kai
(Pengemis Kecil Tangan Delapan), kelihaiannya dalam ilmu silat tidak kalah
oleh It-gan Sin-kai! Demikian pula, dua belas orang pengemis yang lain,
masing-masing adalah ketua-ketua pengemis yang amat terkenal di dunia
kang-ouw, dan kesemuanya boleh dibilang merupakan orang-orang yang
menjunjung tinggi pengemis sakti mendiang Ang-bin Sin-kai. Oleh karena itu
pula, maka mereka terkenal sebagai pemimpin-pemimpin yang menjaga keras
sehingga para anggauta perkumpulan mereka berdisiplin, dan biarpun hidup
sebagai pengemis-pengemis, namun merupakan sekumpulan orang-orang
yang selalu siap sedia menolong kaum lemah yang tertindas! Segolongan
pendekar-pendekar yang menyamar sebagai pengemis-pengemis, atau lebih
tepat lagi, yang suka memilih hidup bebas seperti burung di udara. Dan
menurut anggapan mereka, hanya pengemis-pengemis saja yang dapat
hidup bebas seperti burung di udara.
Empat belas orang ketua pengemis itu kini nampak tidak senang dan mereka
menghadapi seorang laki-laki muda yang usianya kurang lebih dua puluh
lima tahun. Pemuda ini amat gagah, pakaiannya bersih dan indah, wajahnya
tampan sekali dengan alis tebal dan hidung mancung. Bibirnya merah seperti
bibir wanita. Dadanya bidang menonjol ke depan, sepasang lengannya
kekar dan ia nampak lebih tegap dan gagah karena pedang yang
tergantung di punggungnya. Pemuda itu mempunyai sepasang mata yang
tajam dan selalu berseri gembira. Kini menghadapi empat belas orang kakek
pengemis yang marah-marah itu, ia tersenyum-senyum mengejek, sama
sekali tidak merasa takut sungguhpun ia telah mengenal, atau setidaknya
pernah mendengar nama semua ketua pengemis ini dan telah maklum pula
akan kelihaian mereka.

“Hm, Cuwi Lo-kai (Para Tuan Pengemis Tua) bicara tentang pelajaran ilmu
silat, tentang peraturan kang- ouw, dan tentang tahu malu? Pernah siauwte
mendengar ujar-ujar Guru Besar Khong Cu yang berbunyi seperti berikut: Ho
Hak Kin Houw Ti, Lek Heng Houw Jin, Ti Thi Kin Houw Yong! Tahukah
Cuwi akan artinya? Kalau tidak salah, beginilah maksudnya: Suka belajar
berarti mendekati pengetahuan, menjalankan ilmu pengetahuan berarti
mendekati welas asih dan tahu malu berarti mendekati kegagahan!”

Pat-jiu Siauw-kai yang terkenal paling berangasan, menjadi marah dan


ia melangkah maju, lalu menudingkan telunjuknya ke arah hidung pemuda
itu, “Kau anak kecil bau pupuk, mau berlagak menjadi guru ilmu batin?
Kaukutib-kutib segala isi kitab Tiong-yong (kitab pelajaran Guru Besar
Khong Hu Cu) dengan maksud apakah?”

“Sabarlah, Lo-kai. Kau yang terlalu banyak tangan harus bisa bersikap tenang
dan sabar,” kata pemuda itu yang menyindir pengemis kate ini yang berjuluk
Pengemis Kecil Berlengan Delapan. “Bukankah tadi kau yang menyatakan
bahwa aku sudah mempelajari ilmu silat akan tetapi tidak tahu akan
peraturan dunia kang-ouw dan tidak tahu malu! Nah, jawabku ialah isi ujar-
ujar yang tepat itu.”

“Apa maksudmu?” Pat-jiu Siauw-kai membentak,

Anda mungkin juga menyukai