com/
Si Rajawali Sakti
Karya : Asmaraman S. Kho Ping Hoo
Penerbit : CV. Gema 1993, Solo
Djvu dibuat oleh : Syaugy_ar
Convert : Bintang 73, Tjandra
Final Edit & Ebook oleh : Dewi KZ
Tiraikasih Website
http://kangzusi.com/ & http://dewi-kz.info/
http://cerita-silat.co.cc/ & http://kang-zusi.info/
Daftar Isi
S
TII
KT
AK
SA
LII S
AL
WA
AW
JA
AJ
RA
SII R
DAFTAR ISI
JILID I
JILID II
JILID III
JILID IV
JILID V
JILID VI
JILID VII
JILID VIII
JILID IX
JILID X
JILID XI
JILID XII
Jilid I
Zaman Lima Dinasti ( 907 - 960 ) merupakan jaman
yang amat buruk di Negeri Cina. Dalam masa setengah
abad itu perebutan kekuasaan terjadi, perang antara bangsa
sendiri yang terpecah belah membuat negeri itu bergantiganti dinasti sampai lima kali, berganti-ganti dinasti berarti
berganti-ganti pula Kaisar dan berubah-ubah pula
peraturan. Akibatnya hanyalah kebingungan, ketakutan,
dan penderitaan bagi rakyat jelata. Perang adalah hasil dari
mereka yang berada di atas saling memperebutkan
kekuasaan. Mereka saling memperkuat kedudukan dirinya
dengan cara mengupah para perajurit dan menghimpun
mereka dalam pasukan-pasukan, atau ada pula yang
membujuk rakyat Jelata dengan janji-janji muluk sehingga
rakyat yang bodoh terbius dan mengira bahwa semua
bujukan itu benar sehingga kelak mereka akan hidup
makmur. Pasukan pasukan yang diberi upah dan rakyat
yang terkena bujukan lalu berperang mati-matian untuk dia
atau mereka yang berkuasa.
Mereka yang kalah perang akan mati bersama pemimpin
mereka yang menjadi dalangnya. Bagaimana mereka yang
menang perang, sisa dari mereka yang mati sia-sia?
Pasukan-pasukan yang membela si pemenang tentu saja
menerima hadiah agar mereka menjadi semakin setia
membela sang pemimpin dan kaki tangannya. Adapun
rakyat kecil yang mengharapkan kemakmuran tetap saja
seperti biasa dan semua janji muluk hanya menjadi mimpi
belaka. Memang kemenangan mendatangkan kemakmuran,
akan tetapi bagi siapa? Yang jelas, bagi para pemimpin yang
mendapatkan kedudukan tinggi, yang ketika masih berjuang
memperebutkan kekuasaan, mengatas-namakan rakyat.
Setelah menang, maka agaknya mereka sajalah yang
dapat
tersenyum
dan
Jilid II
Tiga orang itu mulai berdebat, mula-mula mereka
mempertahankan teori kebenaran agama masing-masing.
agaknya
dan
Jilid III
Sang Permaisuri yang mewakili puteranya, kaisar yang
masih kecil, tidak melihat jalan lain kecuali menyerah.
Apalagi ternyata bahwa Chao Kuang Yin m enggunakan
taktik lunak, seluruh keluarga istana tidak ada yang
diganggu. Mereka dibiarkan hidup seperti biasa, hanya
mendapatkan tempat tinggal di luar istana. Bahkan hanya
para pejabat yang benar-benar brengsek dan melakukan
kejahatan saja yang dihukum. Yang kesalahannya tidak
amat besar diampuni dan yang kesalahannya hanya sedikit
masih diperbolehkan memegang jabatan yang dengan janji
sumpah bahwa mereka akan memperbaiki kelakuannya.
Setelah menjadi kaisar baru, Chao Kuang Yin
mendirikan kerajaan baru, yaitu Dinasti Sung dan dia
memakai nama Kaisar Sung Thai Cu (960 - 976). Bukan
hanya Kaisar Sung Thai Cu mengambil alih kekuasaan,
mengganti Dinasti Chou dengan Dinasti Sung tanpa
kekerasan sehingga tidak mengorbankan perang dan tidak
ada yang terbunuh, juga dia menggunakan taktik akhirnya
dengan gemilang. Dia maklum bahwa pihak yang
membahayakan adalah para perwira yang dulu
mengangkatnya menjadi kaisar dengan paksa. Mereka yang
memiliki ambisius besar itu mungkin saja sewaktu-waktu
mengulangi perbuatan mereka yang sama untuk
memberontak dan menjatuhkannya, menggantinya dengan
seorang kaisar baru lagi! Maka dia memanggil dua belas
orang perwira itu, menjamu mereka dengan makan minum
dalam sebuah pesta diantara mereka sendiri Kemudian
kasih
JILID IV
Ha-ha, Tiauw-ko, sekali ini engkau kalah!" Han Lin
mendesak terus. Akan tetapi tiba-tiba burung itu
mengeluarkan suara lalu tubuhnya melayang ke atas dan
dari atas dia mulai menyerang Han Lin!
Han Lin melawan sekuat kemampuannya. Akan tetapi
sekarang keadaannya berbalik. Han Lin mulai terdesak
karena kalau dia hanya menggunakan empat senjata, yaitu
sepasang tangan dan sepasang kakinya, rajawali itu
menggunakan lima senjata, yaitu, sepasang cakar, sepasang
sayap, dan sebuah paruhnya! Repotlah Han Lin harus
menghadapi serangan bertubi-tubi dari atas itu dan lebih
payah lagi, kini dia sama sekali tidak dapat memanfaatkan
kedua kakinya untuk menyerang karena rajawali itu berada
di atasnya. Terpaksa dia hanya mengelak dan menangkis
saja dan akhirnya, sebuah kebutan sayap mengenai
pundaknya, membuat dia terpelanting dan ter guling-guling!
"Ark! Ark!
Rajawali itu bersuara di turun hinggap di dekat Han Lin,
mengunakan kepalanya untuk membantu pemuda itu
bangkit berdiri. Han Lin bermandikan keringatnya, akan
tetapi dia tersenyum dan merangkul leher rajawali itu.
"Baiklah, aku mengaku kalah, Tiauw-ko, akan tetapi lain
kali engkau berhati-hatilah terhadapku!"
Tiba-tiba rajawali itu mendekam dan menganggukanggukkan kepala ke suatu arah. Maklumlah Han Lin
bahwa itu pertanda bahwa gurunya sudah muncul.
Memang rajawali memiliki penglihatan dan pendengaran
yang amat peka sehingg dapat mengetahui lebih dulu akan
kedatangan Thai Kek Siansu.
gin-kang
(ilmu
Jilid V
Wuuuttttt.......... plakkk!! Tubuh Boan Su Kok
terhuyung ke belakang dan mukanya berubah semakin
hitam. Orang ini memang tidak tahu diri. Kalau dia tidak
dibuat mata gelap oleh kemarahan, tentu dia tahu bahwa
Lai Ceng Gun memang sengaja tidak mau mencelakainya.
Kalau pukulan atau tamparan tangan tadi mengenai leher
atau dadanya, tentu keselamatannya terancam maut. Baru
tenaga tamparan itu saja sudah dibatasi, kalau dikerahkan
semua, tentu tulang pundaknya sudah remuk. Akan tetapi
Lai Ceng Gun membatasi tenaganya sehingga tamparan
pada pundak tadi hanya membuat Boan Su Kok terhuyunghuyung dan tidak terluka sama sekali.
Boan Su Kok marah sekali dan bagaikan seekor binatang
buas, dia menggereng dan sudah menerjang dengan
tubrukan nekat. Pukulan Boan Su Kok kearah dadanya
dihindarkannya dengan menari tubuhnya ke belakang
sehingga pukulan itu tidak sampai. Akan tetapi tiba-tiba
yang
kau
dia
dia
dia
dan
Jilid VI
Mendengar berita bahwa Si Golok Sakti telah berhasil
menawan Ong Hui Lan, gadis yang membuatnya tergilagila itu, Pembesar Tong menjadi girang bukan main. Dia
sudah melakukan penyelidikan tentang Ong Hui Lan dan
menyuruh orang membayangi ketika tahun lalu gadis itu
pergi ke Nan-king. Dia tahu bahwa gadis itu adalah puteri
dari Ong Su, bangsawan Kerajaan Chou, bekas Kepala
Kebudayaan Pemerintah Chou yang telah jatuh. Maka dia
semakin berbesar hati. Tentu mudah saja menghadapi
Keluarga Ong itu kalau mereka berani menentangnya.
Mereka itu dapat ia tuduh sebagai kaki tangan Kerajaan
Chou yang sudah jatuh, yang menjadi pemberontak! Kalau
sampai sekarang Tong Taijin belum bisa mendapatkan
gadis itu adalah karena semua jagoannya mundur teratur
ketika melihat Tiong Cinjin bersama gadis itu. Akan tetapi
sekarang gadis itu sendirian dan sudah tertawan oleh Si
Golok Sakti yang kini mempersilakan dia datang sendiri
untuk menjemput kekasihnya yang baru itu. Bagaikan
seekor srigala mencium darah dari daging yang lunak, Tong
Koo, yaitu nama Pembesar Tong, menjilati bibirnya sendiri.
Apakah
masih
banyak
Jilid VII
Kalau begitu, engkau hendak menurunkan ilmumu
kepada murid kami Chou Kian Ki? Akan tetapi mengapa,
Thian Beng Siansu? Mengapa engkau yang sama sekali
tidak kami kenal, juga tidak dikenal Chou Kian Ki, tiba-tiba
tidak mengajarkan ilmumu kepadanya, bahkan telah
memindahkan tenaga saktimu dan tenaga sakti kami
kepadanya?"
Kakek tua itu menghela napas panjang, kambil
memejamkan matanya, dia bicara berlahan seperti kepada
dirinya sendiri.
"Aku telah berdosa melanggar larangan dan sumpah.
Aku adalah pewaris ilmu Keluarga Kok karena itu aku
harus mati. Akan tetapi sebelum itu, aku harus melengkapi
dulu dosaku, yaitu mengajarkan ilmu Keluarga Kok kepada
muridku, yaitu pemuda yang menjadi murid kalian itu. Biar
aku mati untuk dia karena hanya dia yang akan mampu
kelak memenuhi hukum Keluarga Kok."
Thian Beng Siansu berhenti sebentar untuk menghela
napas panjang dan kesempatan ini dipergunakan oleh Hong
Siansu yang tadi bersama rekan-rekan merasa terkejut
bukan main, untuk kata dengan hormat.
"Ah, kiranya Locianpwe adalah waris ilmu Keluarga
Kok yang terkenal sebagai ilmu dewa itu!" kata Hong
Siansu yang kini menyebut locianpwe kepada Thian Beng
Siansu, sebutan untuk menghormat orang yang memiliki
tingkat dan kedudukan lebih tua dan tinggi dalam dunia
persilatan. "Akan tetapi artinya melanggar sumpah dan
dosa kami menerima murid, dan mengapa pula cianpwe
seolah sengaja melakukan langgaran itu?"
"Ada seorang murid pewaris ilmu keluarga Kok yang
melanggar larangan itu dan aku tidak berhasil membunuhn
dibawa
"Lalu
aku
harus
menyebut
Jilid VIII
Sebetulnya Liu Cin tidak setuju dengan pendapat ini,
akan tetapi dia merasa tidak enak untuk membantah atau
menolak. Pula, agaknya gadis itu tahu akan warna
kesukaannya. Semua pakaian yang dibelinya berwarna
serba kuning!
Bagaikan seekor laba-laba mulai memasang jerat, Cu Yin
mulai memikat hati Liu Cin dengan sikapnya yang baik
sehingga pemuda itu menganggapnya seorang gadis yang
cantik, ramah, baik budi, dan sopan!
Malam itu, mereka tidur di kamar masing-masing dan
tidak terjadi sesuatu yang mencurigakan hati Liu Cin.
Pemuda ini sama sekali tidak tahu betapa Lai Cu Yin
gelisah tidak mudah pulas di kamarnya, membayangkan
betapa di kamar sebelah pemuda yang menarik hatinya
berada seorang diri dan ia membiarkannya tanpa
diganggu.Belum pernah melakukan kesabaran seperti ini
pada laki-laki lain.
oOdewi-kzOo
Pada keesokan harinya, setelah matahari naik cukup
tinggi dan mereka sudah mandi, tukar pakaian dan sarapan,
Lai Cu Yin dan Liu Cin melanjutkan perjalanan mereka
menuju ke utara, ke ko raja. Liu Cin mengenakan pakaian
baru yang semalam dibelikan Cu Yin dan dan tampak
semakin ganteng.
Ketika kereta sudah keluar dari ko Pao-ting dan tiba di
jalan yang sepi tiba-tiba dari balik pohon-pohon
berlompatan lima orang laki-laki dan mereka berdiri
menghadang di tengah jalan dengan sikap bengis dan di
melakukan
Jilid IX
Saya tahu, Paman."
"Sepuluh tahun Kerajaan Chou kita dijatuhkan dan
sekarang kita berusaha untuk merebut kembali dan
membangun Kerajaan Chou. Nah, dalam semua
pertentangan seperti ini, sudah biasa kalau orang
mempergunakan
siasat!
Siasat
untuk
mencapai
kemenangan, Hui Lan.Yang kau sebutkan sebagai
kecurangan itu sesungguhnya hanyalah siasat belaka dan itu
sama sekali tidak salah."
Hui Lan menggeleng-gelengkan kepalanya. "Paman,
dalam siasat seperti itu akan jatuh korban orang-orang yang
tidak bersalah dan itu bertentangan dengan pendirian saya.
Saya hanya membantu tindakan yang benar dan adil, dan
tidak mungkin saya mencampuri apalagi membantu
tindakan yang tidak adil dan tidak benar karena dengan
demikian saya akan menjadi penjahat. Maafkan, Paman,
baiknya saya tidak mencampuri perundingan ini." Gadis itu
lalu keluar di ruangan persidangan dan kembali ke kota
raja, langsung ke gedung Pangeran Chou!
Suasana menjadi sunyi sekali setetah Hui Lan pergi.
Akhirnya Jenderal Chou menghela napas panjang dan
bergumam seperti bicara pada diri sendiri. "Ahhh, anak
yang masih hijau dan tidak tahu tentang perjuangan.........."
Dia lalu menyuruh para petugas untuk menjaga di luar
ruangan itu agar jangan ada yang mendengarkan, terutama
Hui Lan. Setelah pintu ditutup dan ruangan itu dijaga ketat
di bagian luarnya, Jenderal Chou berkata . "Ahhh, tidak
kusangka gadis yang sudah kuanggap anak sendiri, yang
telah menjadi calon mantuku, kini malah menjadi
penghalang besar. Apa yang harus kita lakukan?"
Jilid X
Mereka berdua menunggu selama kurang lebih satu jam
sampai belasan batang hio yang menancap di atas meja
dalam kamar itu terbakar habis dan asapnya merembes
perlahan-lahan keluar kamar melalui celah-celah atap.
Ketika mereka menempelkan telinga pada jendela dan
mendengar betapa pernapasan Hui Lan kini terdengar berat
tanda bahwa ia sudah terpengaruh asap dan berada dalam
keadaan tidur yang amat dalam seperti tidak sadar, Cu Yin
sambil tersenyum dan memberi isarat agar dia memasuki
kamar.
Kian Ki juga tersenyum, lalu memasuki kamar melalui
jendela itu, dan dia mencabuti gagang belasan batang hio
dan menyerahkan kepada Yu Cin yang berada di luar. Cu
Yin menerimanya lalu meninggalkan tempat itu kembali ke
kamarnya sendiri.
Agaknya setan-setan sendiri menggerakkan hati akal
pikiran Kian Ki dan Cu Yin yang malam itu melakukan
perbuatan terkutuk. Dalam keadaan tidur nyenyak dan
tidak sadar atau kesadaranya hanya layap-layap saja, Ong
Hui Lan tidak berdaya akan apa yang dilakukan Chou Kian
Ki terhadap dirinya!
Chou Kian Ki sesungguhnya mencintai Ong Hui Lan.
Dia tidak ingin menyakiti gadis yang menjadi calon
isterinya itu dan memang dia melakukan perbuatan
terkutuk itu dengan hati-hati dan penuh kasih sayang.
Sebetulnya dia terpaksa melakukan ini karena niatnya itu
bukan terdorong nafsu berahi, melainkan untuk
mematahkan perlawanan Hui Lan yang menentang rencana
ayahnya. Siap untuk menggauli Hui Lan secara ini memang
sudah direncanakan oleh Hongsan Siansu dan juga disetujui
ayahnya. Kalau Hui Lan sudah digaulinya biarpun dengan
minta
maaf
kepadanya
aku
akan
penindasan.
Aku
terpaksa
akan
kepalanya
lalu
Jilid XI
"Hui Lan, niat baik seorang sahabat jangan ditolak. Aku
tahu bahwa Liu Cin berkata dan bertindak jujur
menurutkan kata hatinya. Nah, sekarang aku harus pergi!"
Han Lin mengeluarkan suara melengking dan dari atas
terdengar jawaban lengkingan, lalu tampaklah rajawali itu
melayang turun. Sebelum rajawali itu hinggap di atas tanah,
tubuh Han Lin Ludah melompat ke punggungnya dan
burung itu pun terbang pergi dengan kepakan sayapnya
yang besar dan kuat sehingga sebentar saja burung itu telah
melayang tinggi dan hanya tampak sebagai sebuah titik
hitam yang semakin jauh dan akhirnya tidak tampak lagi.
Hui Lan dan Liu Cin memandang dengan kagum.
Mereka lalu melanjutkan perjalanan, kini tidak jadi ke
selatan, melainkan ke barat karena mereka tidak ingin
melalui kota raja yang mengandung bahaya bagi mereka.
Mereka mengambil jalan memutar untuk kemudian ke
utara melintasi Tembok Besar. Dalam perjalanan ini Hui
Lan bercerita kepada Liu Cin akan pertemuannya yang
pertama dengan Han Lin sehingga pemuda murid Siaulimpai itu menjadi semakin kagum pada Si Pendekar
Rajawali Sakti.
oOdewi-kzOo
Gadis berpakaian serba hitam itu memang cantik jelita
dan manis sekali. Usianya masih muda, sekitar delapan
belas tahun lebih sedikit. Rambutnya panjang di kuncir
tebal bergantungan di belakang sampai ke pinggul, sebagian
yang berada di atas berjuntai dan membentuk lingkaran
anak rambut halus di dahi dan pelipisnya! wajahnya
berbentuk bulat telur, dagunya meruncing, sepasapg
matanya jeli dan bersinar-sinar penuh gairah hidup seperti
Jilid XII
Engkau bukan pelaksana hukum, Kui Lin. Setelah
engkau membela diri dan merobohkan mereka, seharusnya
kau serahkan kepada yang berwenang dan berwajib.
Pemerintah yang berhak menghukum orang. Ada
pengadilan sebagai alat negara yang akan mengadili, bukan
engkau!"
menyebut
apa
kepada
Jilid XIII
Ada kalanya mereka melatih gerakan silat yang hanya
tujuh jurus itu. Namun tujuh jurus yang luar biasa dan
dan
Jilid XIV
Jendela kamarnya dia buka dan dari dalam kamar dia
dapat melihat jajaran genteng-genteng di rumah di dekat i
itu. Teringat dia akan percakapannya , dan Jenderal Chou
Ban Heng dalam kereta. Menteri Kebudayaan Liong! Tiba
dia teringat akan pejabat tinggi she Liong yang amat jahat,
tukang peras dan tindas rakyat, suka mempermainkan gadis
orang, kejam dan sewenang yang. Kalau dia sudah
mendengar berita seperti itu tidak turun tangan memberi
hajaran kepada pejabat lalim itu, percuma saja dia belajar
ilmu silat bertahun-tahun kepada gurunya. Gurunya, Thong
Leng Losu yang gagah perkasa tentu akan merasa malu dan
marah kepadanya! Kemarin siang dia sudah berjalan-jalan
mencari tahu di mana letak gedung tempat tinggal Menteri
Liong. Ternyata gedung besar itu tidak terlalu ketat, tidak
Jangan
berpura-pura
bodoh,
engkau
membunuh
Menteri
semalam
Jilid XV
Dia sendiri tidak mungkin pergi memimpin pertemuan
karena dia tahu bahwa dirinya selalu diawasi secara diamdiam oleh mata-mata pemerintah. Maka dia mengutus
puteranya, Chou Kian Ki untuk memimpin pertemuan itu.
aku
tidak
berhak
Jilid XVI
Mendengar pertanyaan Liu Cin yang nadanya biasa dan
gembira, Hui Lan rasa lega. Tadinya ia merasa khawatir
kaau-kalau pemuda itu mendesaknya atau menjadi kecewa
dan marah. Akan tetapi ternyata Liu Cin sama sekali tidak
bersikap demikian malah sebaliknya menghentikan
percakapan tentang hal itu. la merasa bersukur dan
berterima kasih sekali. Semakin yakin hatinya bahwa Liu
cin adalah seorang sahabat yang paling baik baginya. Maka
ia pun menjadi gembira lagi dan menjawab sejujurnya.
"Benar, Cin-ko. Aku hendak singgah ke rumah orang
tuaku,
selain
menceritakan
tentang ditumpasnya
pemberontakan yang dipimpin mendiang Jenderal Chou
Ban Heng, juga aku ingin sekali memperkenalkan engkau
kepada ayah ibuku!"
Wajah pemuda itu berubah kemerahandan hatinya
berdebar girang. Kalau seorang gadis hendak memperkenal
seorang teman prianya kepada orang tuanya, biasanya hal
itu berarti bahwa gadis itu mencinta pria itu, agar orang
tuanya mengenal pria pilihan hatinya!
Kemudian mereka melanjutkan perjalanan mereka
dengan hati ringan gembira. Keduanya merasa semakin
suka dan cocok satu sama lain dan bagi Hui Lan sendiri kini
rasa sukanya makin mendalam dan harus ia akui bahwa ia
mulai jatuh cinta kepada Liu Cin.
Song Kui Lin juga meninggalkan kota raja dan
melakukan perjalanan seorang diri menuju ke Cin-an. Ia
hendak pulang ke rumah ayah tirinya, yaitu Perwira Kwa
Siong, duda yang mengawini ibunnya yang sudah
menjanda. "Ayah tirinya itu tentu akan gembira sekali
mendengar ia menceritakan tentang terbasminya
pengkhianatan dan pemberontakan yang di pimpin
dengan
sepasang
mata
yang
Kapan
dan
di
mana
teecu
harus
tidak
pergi
saja