Anda di halaman 1dari 78

AJARAN KEHIDUPAN DI PESANTREN

SEBAGAI IDE PENCIPTAAN


KARYA SENI LUKIS

TUGAS AKHIR KARYA

Oleh:
MUHAMMAD RIZQI MUBAROK

NIM. 191491053

PROGRAM STUDI SENI RUPA MURNI


FAKULTAS SENI RUPA DAN DESAIN
INSTITUT SENI INDONESIA
SURAKARTA
2024
AJARAN KEHIDUPAN DI PESANTREN
SEBAGAI IDE PENCIPTAAN
KARYA SENI LUKIS

TUGAS AKHIR KARYA

Untuk Memenuhi sebagian Persyaratan


Mencapai derajat Sarjana Strata-1 (S-1)
Program Studi Sen Rupa Murni
Jurusan Seni Rupa Murni

Oleh:
MUHAMMAD RIZQI MUBAROK

NIM. 191491053

PROGRAM STUDI SENI RUPA MURNI


FAKULTAS SENI RUPA DAN DESAIN
INSTITUT SENI INDONESIA
SURAKARTA
2024

ii
iii
iv
v
ABSTRAK

Laporan Tugas Akhir yang berjudul: Ajaran Kehidupan di Pesantren


Sebagai Sumber Ide Dalam Penciptaan Karya Seni Lukis ini, merupakan bagian
dari pengalaman kehidupan penulis yang menimba ilmu di pondok pesantren.
Menjadi seorang santri adalah sebuah pilihan penulis dan sebagian pemuda
dengan berbagai latar belakangnya. Selama menjadi seorang santri, penulis
mengalami sendiri dan sering mendengar ajaran- ajaran kehidupan yang diberikan
oleh kyai kepada santri serta berbagai keluh kesah serta suka duka para santri.
Ajaran- ajaran tersebut memberikan banyak inspirasi dalam kehidupan.
Penciptaan karya tugas akhir ini menggunakan tahapan-tahapan
berdasarkan landasan teori L.H Chapman tentang proses penciptaan karya, yang
menyebutkan tiga tahapan penciptaan karya yaitu, 1). Upaya menemukan gagasan
(inception of an idea), 2). Menyempurnakan, mengembangkan dan memantapkan
gagasan awal (elaboration and refinement), 3). Visual dalam ke medium (tension
in a medium). Teknik yang digunakan dalam mewujudkan karya pada penciptaan
karya ini adalah dengan teknik sapuan dan transparan
Berdasarkan konsep non visual kemudian diolah dengan cara dibuat
sesuai proporsi figur manusia pada objek realistik namun tidak mencapai detail
yang akurat seperti pada karya realis dan menggunakan goresan- goresan tebal.
Hasil tugas akhir bercorak impressionis berbentuk objek realistik. Dari
penyusunan unsur visual dan komposisi unsur visual dihasilkan delapan buah
karya yang berjudul: Terbangan, Join, Hafalan, Ngalap Barokah, Tawadhu’,
Kebersamaan Para Santri, Kemandirian, Disiplin.

Kata Kunci: Ajaran Kehidupan, Pesantren, Seni Lukis

vi
MOTTO

“Ajar Nggugu Dhawuhe Gusti Allah lan Kanjeng Nabi Muhammad SAW,
Ajar Tresno marang Habaib lan Para Kyai”

vii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkah, nikmat dan

kesehatan yang serta kebahagiaan, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan

Tugas Akhir yang berjudul “Ajaran Kehidupan di Pesantren Sebagai Sumber Ide

Penciptaan Karya Seni Lukis” ini dengan baik. Adapun penyusunan laporan ini

sebagai syarat ujian mencapai derajat sarjana (S1) Jurusan Seni Rupa Murni,

Fakultas Seni Rupa Dan Desain, Program Studi Seni Murni, Institut Seni

Indonesia (ISI) Surakarta.

Penyelesaian laporan ini memerlukan waktu dan proses yang begitu panjang

dalam penciptaan laporan ini, sehingga dalam penciptaannya banyak melibatkan

pihak-pihak yang membantu secara moral dan material, maka dalam kesempatan

ini penulis ingin memberikan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:

1. Dr. I Nyoman Sukerna, S. Kar., M. Hum. selaku Rektor Institut Seni

Indonesia (ISI) Surakarta.

2. Dr. Ana Rosmiati, S. Pd., M. Hum. selaku Dekan Fakultas Seni Rupa dan

Desain Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta.

3. Dr. Sn. Syamsiar, S. Pd., M. Sn. selaku Ketua Jurusan dan pembimbing

Tugas Akhir, yang memberikan banyak bimbingan, motivasi, dorongan dan

nasehat serta semangat untuk menyelesaikan tugas akhir.

4. I Nyoman Suyasa, S. Sn., M. Sn. selaku Ketua Prodi Seni Murni Institut

Seni Indonesia (ISI) Surakarta.

5. Dr. Sn. Syamsiar, S. Pd., M. Sn. selaku pembimbing akademik, yang

memberikan banyak dorongan dan nasehat untuk menyelesaikan tugas

viii
akhir.

6. Seluruh Dosen Jurusan Seni Rupa Murni, Fakultas Seni Rupa dan Desain

Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta atas segala ilmu yang telah diberikan

kepada penulis selama masa perkuliahaan.

7. Bapak, Ibu serta keluarga besar saya yang telah memberikan doa, dorongan

dan semangat, serta kasih sayang yang tak terhingga dalam menyelesaikan

Tugas Akhir.

8. Almaghfurlah Romo Kyai Abdullah Sa’ad, Romo Kyai Anshori Syukri,

Romo Kyai Zamakhsyari dan seluruh masyaikh pondok pesantren Al

Inshof yang telah memberikan banyak ilmu serta bimbingan rohani

sekaligus sebagai orang tua penulis selama di Surakarta.

9. Teman- teman santri kuliah khususnya Fika Fawziya yang telah membantu

penulis dalam menyelesaikan Tugas Akhir, serta teman- teman santri

lainnya yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

10. Teman-teman Seni Rupa Murni, serta pihak-pihak yang sudah membantu

dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.

Penulisan menyadari bahwa dalam penulisan Tugas Akhir ini masih banyak

terdapat kekurangan serta kesalahan dalam penulisan, oleh karena itu penulis

mengharapkan kritik dan saran dalam memperbaiki laporan tugas akhir ini.

Semoga penulisan laporan Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

ix
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ............................................................................... i

HALAMAN JUDUL .................................................................................. ii

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................... iii

HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................. iv

PERNYATAAN ......................................................................................... v

ABSTRAK ................................................................................................. vi

MOTTO ..................................................................................................... vii

KATA PENGANTAR .............................................................................. viii

DAFTAR ISI .............................................................................................. x

DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .................................................................................... 1

B. Rumusan Ide Penciptaan ..................................................................... 3

C. Tujuan Penciptaan Karya .................................................................... 3

D. Manfaat Penciptaan Karya .................................................................. 4

E. Tinjauan Karya .................................................................................... 4

BAB II PENCIPTAAN KARYA

A. Konsep Non-Visual ............................................................................ 10

B. Konsep Visual .................................................................................... 18

BAB III PROSES PENCIPTAAN KARYA

A. Metode Penciptaan .............................................................................. 28

B. Upaya Menemukan Gagasan ............................................................... 29

x
C. Menyempurnakan, mengembangkan dan memantapkan gagasan awal35

D. Alat dan Bahan .................................................................................... 37

E. Teknik Garap ....................................................................................... 41

F. Proses Perwujudan Karya .................................................................... 42

BAB IV DESKRIPSI KARYA

A...Deskripsi Karya .................................................................................. 48

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan.......................................................................................... 56

B. Penutup ................................................................................................ 57

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 59

LAMPIRAN .............................................................................................. 60

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Claude Monet .................................................................................. 5

Gambar 1.2 Awiki ................................................................................................ 7

Gambar 1.3 Muhammad Rizqi Mubarok ............................................................. 8

Gambar 3.1 Pondok Pesantren Al Inshof ............................................................ 30

Gambar 3.2 Dapur Pondok Pesantren Al Inshof ................................................ 30

Gambar 3.3 Pengasuh Pondok Pesantren Al Inshof ............................................ 31

Gambar 3.4 Santri Pondok Pesantren Al Inshof ................................................. 32

Gambar 3.5 Santri Makan Bersama .................................................................... 33

Gambar 3.6 Santri Mencuci Baju ........................................................................ 33

Gambar 3.7 Foto Pribadi Penulis ........................................................................ 34

Gambar 3.8 Sketsa 1 ........................................................................................... 36

Gambar 3.9 Sketsa 2 ........................................................................................... 36

Gambar 3.10 Kuas ............................................................................................... 37

Gambar 3.11 Palet ............................................................................................... 38

Gambar 3.12 Wadah Air ..................................................................................... 39

Gambar 3.13 Kanvas ........................................................................................... 39

Gambar 3.14 Cat Akrilik ..................................................................................... 40

Gambar 3.15 Kain Perca ..................................................................................... 41

Gambar 3.16 Pembuatan Sketsa Awal ................................................................ 43

Gambar 3.17 Tahap Pewarnaan Dasar ............................................................... 44

Gambar 3.18 Detail Pewarnaan ........................................................................... 45

Gambar 3.19 Finishing ........................................................................................ 46

xii
Gambar 4.1 Karya Seni Lukis 1 ”Join”............................................................... 48

Gambar 4.2 Karya Seni Lukis 2 ”Hafalan”......................................................... 49

Gambar 4.3 Karya Seni Lukis 3 ”Ngalap Barokah” ........................................... 50

Gambar 4.4 Karya Seni Lukis 4 ”Tamalluq” ...................................................... 51

Gambar 4.5 Karya Seni Lukis 5 ”Kebersamaan” ............................................... 52

Gambar 4.6 Karya Seni Lukis 6 ”Mandiri” ........................................................ 53

Gambar 4.7 Karya Seni Lukis 7 ”Terbangan” .................................................... 54

Gambar 4.8 Karya Seni Lukis 8 ”Disiplin” ........................................................ 55

Gambar 5.1 Poster Tugas Akhir Karya ............................................................. 61

Gambar 5.2 Gambar Sampul Katalog Akhir ....................................................... 62

Gambar 5.3 Display Karya .................................................................................. 63

Gambar 5.4 Display Karya .................................................................................. 63

xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Ajaran keagamaan adalah salah satu hal terpenting yang harus didapat dan

dipelajari oleh manusia. Ajaran keagamaan juga berfungsi untuk meningkatkan

ketaqwaan, pemahaman dan mengamalkan ajaran-ajaran keagamaan, khususnya

agama Islam. Arifin H.M. dalam bukunya menjelaskan bahwa:

Tujuan pendidikan Islam adalah menanamkan taqwa dan akhlak serta


menegakkan kebenaran dalam rangka membentuk manusia yang
berpribadi dan berbudi luhur menurut ajaran Islam. (H.M. Arifin,
1994:41)

Banyak sekali lembaga-lembaga berbasis pendidikan Islam yang ada di

Indonesia baik formal maupun non formal seperti halnya pesantren. Pesantren

merupakan salah satu lembaga pendidikan Islam di Indonesia yang telah ada

sejak zaman dahulu. Di tengah kehidupan yang serba modern, keberadaan

pesantren masih tetap populer hingga saat ini. Pesantren di Indonesia ada dua

jenis, yaitu pesantren salaf yang lebih dikenal dengan pesantren tradisional dan

pesantren modern yang memiliki fasilitas dan peralatan yang lebih memadai

dibanding dengan pesantren salaf.

Pesantren salaf merupakan Pondok Pesantren yang mengkaji kitab-kitab

kuning (kitab kuno) karangan para ulama’ terdahulu. Pesantren Salaf identik

dengan Pesantren tradisional (klasik) yang berbeda dengan Pesantren modern

dalam hal pengajaran dan infrastrukturnya. Pesantren salaf dengan ciri khasnya

yang mengedepankan kehidupan sederhana serta menggunakan sistem

pendidikan tradisional bukan berarti menolak kemajuan dan perkembangan

zaman, akan tetapi pesantren salaf juga tetap mampu mengikuti arus tanpa

kehilangan budaya dan jati diri serta mempertahankan moral dan pelajaran

1
berkehidupan dengan mengedepankan nilai-nilai pancasila dan nasionalisme

yang dijunjung tinggi. Secara terminologi, KH. Imam Zarkasih mengartikan

bahwa :

Pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam dengan sistem asrama


atau pondok, di mana kiai sebagai figur sentral, masjid sebagai pusat
kegiatan yang menjiwainya, dan pengajaran agama Islam di bawah
bimbingan kiai yang diikuti santri sebagai kegiatan utamanya.
(Wiryosukarto Amir, 1996: 51)

Penulis sejak kecil hidup di kalangan pesantren. Orang tua penulis

berharap agar anaknya faham tentang pendidikan agama, memiliki akhlak yang

baik dan tidak terbawa oleh arus pergaulan remaja yang negatif. Masuk

pesantren untuk menjadi seorang santri merupakan sesuatu yang sakral, karena

mau tidak mau harus melepas kebiasaan sehari-hari, lingkungan dan kehidupan

baru yang lebih terbatas, serta hidup sederhana dan berpisah dengan keluarga.

Keadaan tersebut pada awalnya terasa berat karena masih memerlukan

adaptasi dari kehidupan sebelumnya, namun seiring dengan berjalannya waktu,

hidup di pesantren yang awal mulanya terasa berat akan menjadi ringan bahkan

tak terasa akan semakin nyama. Sering dijumpai untuk santri baru saat pertama

kali masuk ke pesantren merasa sangat tidak nyaman, merasa tidak betah, ingin

pulang, ingin kabur dari pesantren dan yang pasti merindukan orang tua. Hal

demikian memang sangat wajar dan pasti terjadi di pesantren manapun,

berdasarkan pengalaman penulis kebanyakan anak masuk pesantren dengan

penuh keterpaksaan, bukan karena keinginan sendiri melainkan atas kemauan

orang tua. Namun ada juga yang masuk pesantren atas kemauan sendiri bahkan

karena tidak betah berada di rumah dan akhirnya merasa lebih nyaman di

pesantren.

Hidup di pesantren merupakan pengalaman yang sangat berkesan dan


2
berharga. Pondok pesantren banyak mengajarkan tentang kesabaran,

kemandirian dan kesederhanaan. Berdasarkan bekal pengalaman hidup di

lingkungan pesantren yang penulis dapatkan penulis tertarik untuk mengangkat

menjadi tema utama dalam Tugas Akhir penciptaan karya ini dengan judul

“Ajaran Kehidupan di Pesantren Sebagai Ide Penciptaan Karya Seni Lukis”.

Pengalaman ini bersifat pribadi namun tidak terlalu personal yang belum banyak

diketahui oleh masyarakat umum.

B. Rumusan Ide Penciptaan

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, beberapa hal yang

menjadi perhatian dan perlu dibahas dalam tugas akhir ini antara lain:

1. Bagaimana konsep karya seni lukis dengan tema Ajaran kehidupan di

Pesantren sebagai ide penciptaan karya seni lukis?

2. Bagaimana proses penciptaan karya seni lukis dengan tema: Ajaran

kehidupan di Pesantren, sebagai ide penciptaan karya seni lukis?

3. Bagaimana hasil karya dan deskripsi karya seni lukis dengan tema:

Ajaran kehidupan di Pesantren, sebagai ide pnciptaan karya seni lukis?

C. Tujuan Penciptaan Karya

Penciptaan karya Tugas Akhir ini memiliki beberapa tujuan yaitu:

1. Menjelaskan konsep karya seni lukis dengan tema: Ajaran kehidupan

di Pesantren sebagai ide penciptaan karya seni lukis.

2. Menjelaskan proses penciptaan seni lukis dengan tema: Ajaran

kehidupan di Pesantren sebagai ide penciptaan karya seni lukis.

3. Menjelaskan visualisasi karya seni lukis dengan judul: Ajaran

kehidupan di Pesantren sebagai ide penciptaan karya seni lukis.


3
D. Manfaat Penciptaan Karya

Manfaat penciptaan karya seni lukis dengan sumber inspirasi ajaran

kehidupan di pesantren antara lain sebagai berikut:

1. Bagi penulis, mendapatkan pengalaman dari perenungan, pengekspresian,

pengungkapan perasaan penulis dengan penciptaan karya seni Lukis agar

dapat memahami ajaran kehidupan santri di pesantren.

2. Bagi lembaga pendidikan, dapat menjadi bahan kajian yang lebih

bermanfaat dan menjadi acuan karya, sekaligus mahasiswa dapat

memahami ajaran kehidupan santri di pesantren.

3. Bagi masyarakat, dapat mengetahui serta memahami ajaran kehidupan di

pesantren.

E. Tinjauan Karya

Karya seni dalam proses penciptaannya harus original dan terdapat

kejujuran dalam proses penciptaannya. Demikian pula penciptaan karya seni lukis

Tugas Akhir yang berjudul “Ajaran Kehidupan di Pesantren Sebagai Ide

Penciptaan Karya Seni Lukis” perlu melihat atau meninjau beberapa karya yang

pernah diciptakan perupa sebelumnya. Beberapa karya dari seniman tersebut

digunakan sebagai tinjauan karya supaya karya yang diciptakan mencapai

karakter personal dari segi teknik maupun pengolahan warna dan bentuk serta

gagasan. Tinjauan karya yang dimaksud bukan untuk meniru atau mengikuti yang

sudah ada. Tetapi untuk menentukan letak originalitas karya yang akan diciptakan

sesuai gagasan serta berguna untuk mendapatkan ide kreatif baru dalam proses

penciptaan karya lukis. Berikut beberapa karya yang di jadikan tinjauan karya:

4
1. Claude Monet

Gambar 1.1 Claude Monet


“Woman with a Parasol - Madame Monet and
Her Son”
cat minyak pads kanvas 100x80 cm, tahun 1875

(sumber: https://www.nga.gov/collection/art-object-page.61379.html diunduh pada 4


januari 2024)

Dikutip dari web National of Art Gallery Menurut Salva Rubio (2017: 100)

dalam bukunya berjudul Monet Itinerant of Light, Monet merupakan pelukis

prancis dg aliran impressionisme. Lahir pada 14 november 1840. (Salva rubio,

2017:100).

Jika diterjemahkan ke bahasa indonesia karya monet yang berjudul

“Woman with a Parasol – Madame” Wanita dengan Parasol dilukis di luar

ruangan, mungkin dalam satu sesi yang berdurasi beberapa jam. Sang seniman

bermaksud agar karya tersebut menyampaikan perasaan tamasya keluarga biasa-

biasa saja, bukan potret formal, dan menggunakan pose dan penempatan untuk

memberi kesan bahwa istri dan putranya menyela jalan-jalan mereka sementara ia

5
memotret kemiripan mereka. Ringkasnya momen yang digambarkan di sini

disampaikan oleh rangkaian sapuan kuas animasi dengan warna cerah, ciri khas

gaya yang dibentuk oleh Monet. Sinar matahari yang cerah menyinari dari

belakang Camille untuk memutihkan bagian atas payungnya dan kain yang

mengalir di punggungnya, sementara pantulan warna-warni dari bunga-bunga liar

di bawah menyentuh bagian depannya dengan warna kuning.

Bentuk visual karya monet ini menggunakan figur manusia sebagai objek

karya, pada karya claude monet figur manusia dibuat sesederhana mungkin

dengan hanya menangkap kesan bentuknya, sedangkan penulis menggarap figur

manusia secara detail dengan kesan-kesan goresan dan sesekali menggunakan

garis untuk memberikan penegasan pada bentuk objek. Karya monet juga tidak

menampilkan volume sedangkan karya penulis menampilkan volume walaupun

tidak secara detail. Terdapat kesamaan karya penulis dengan karya monet yaitu

menggunakan gaya impresionis dengan menangkap kesan-kesan yang dipantulkan

pada objek, dan sama-sama menggunakan warna terang.

6
2. Awiki

Pasar Bunga Bandungan


2020
300 cm x 140 cm
Cat Minyak pada Kanvas

(Sumber: Instagram Awiki, didownload pada16 januari 2024)

Awiki adalah seniman kelahiran Surabaya dan dibesarkan di Genteng,

Banyuwangi. Saat ini memiliki studio dan galleri lukisan di Bandungan Jawa

Tengah namun kini menetap di Bali.

Karya awiki “Pasar Bunga Bandungan” menggambarkan wanita yang

menjual bunga-bunga di pasar yang merupakan koleksi pribadi di buat pada tahun

2020. Karya tersebut terinspirasi dari aktivitas pasar bunga di Bandungan

Semarang, dulu banyak pedagang bunga yang datang untuk menjual dagangannya

kepada Awiki.

(Sumber: https://news.detik.com/berita-jawa-timur/d-5863731/ini-lukisan-

yang-laku-rp-2-4-miliar-di-pameran-artos-kembang-langit-banyuwangi diakses

pada 16 januari 2024)

Terdapat kesamaan pada karya Awiki dengan karya penulis yaitu sama-

7
sama menggunakan gaya impressionis, menggunakan figur manusia sebagai objek

utama kemudian dibuat sesuai proporsi bentuk manusia namun tidak mencapai

detail yang akurat, warna yang digunakan juga sama-sama menggunakan warna

cerah, kemudian sama-sama menggunakan tekstur nyata. Perbedaan karya penulis

dengan karya Awiki yaitu pada karya Awiki menggunakan cat yang lebih tebal

dan tekstur yang lebih terlihat.

3. Muhammad Rizqi Mubarok

Gambar 1.3 Muhammad Rizqi Mubarok


“tirakat” 2022 Akrilik pada kanvas 120 x 100 cm

(Sumber: dokumen pribadi, karya dibuat pada tahun


2022

Karya yang berjudul “Tirakat” ini dibuat pada tahun 2022, karya ini

mengambil ide berdasarkan pengalaman penulis pada saat mengikuti kegiatan di

pesantren ngaji kitab Ihya’Ulumuddin juz 2 (Babul Akli), berdasarkan keterangan

dari guru dijelaskan bahwa santri sebaiknya harus tirakat dari segala sesuatu yang

8
bersifat nafsu atau keinginan duniawi.

Pada karya lukis ini terdapat visual figur lelaki muda yang tak lain adalah

diri penulis sendiri, hanya mengenakan sarung sebagai penggambaran

pakaian yang sederhana namun tetap menutup aurat sebagaimana aurat leaki- laki

yaitu dari pusar sampai ke lutut. Kemudian terdapat beberapa kupu-kupu hinggap

dibeberapa bagian tubuh namun sama sekali tidak terganggu oleh kupu-kupu

tersebut, yang dimaksudkan sebagai penggambaran menahan godaan dari suatu

keindahan dan kemewahan duniawi.

Perbedaan karya penulis yang terdahulu dengan karya yang sekarang

adalah pada karya sekarang lebih menggunakan banyak warna daripada karya

terdahulu, menciptakan volume dan goresannya lebih lebih tebal.

9
BAB II

KONSEP PENCIPTAAN KARYA

Konsep penciptaan merupakan sebuah landasan yang digunakan dalam

proses penciptaan karya. Dari konsep penciptaan karya seorang penulis dapat

memiliki arah dalam mewujudkan karya ciptaannya. Konsep penciptaan karya

bersumber dari latar belakang penciptaan karya yang dipilih dan disusun

berdasarkan pengalaman hidup yang dialami penulis yang didukung dengan data

hasil observasi telah dilakukan. Latar belakang penciptaan karya yang menjadi

sumber penciptaan karya dijelaskan untuk menemukan konsep yang sesuai

dalam penciptaan karya seni lukis ini. Dalam konsep penciptaan karya seni lukis

ini terdapat dua konsep, yaitu konsep non-visual dan konsep visual. Konsep non

visual menjelaskan tentang apa yang menjadi pokok pikiran dalam penciptaan

karya, terdiri dari penjelasan tentang uraian terkait tema yang diangkat lalu

dirumuskan sebagai materi karya seni lukis yang diciptakan. Sedangkan konsep

visual menjelaskan landasan penciptaan yang akan digunakan dalam proses

perwujudan karya.

A. Konsep Non Visual

Berdasarkan latar belakang penciptaan karya pada tugas akhir ini, terkait

ajaran kehidupan yang diperoleh selama menjalani kehidupan di pesantren.

Berbagai pengalaman yang dialami, dilihat, dirasakan dan diketahui menjadi

amatan penulis dalam merumuskan konsep non visual pada proses tugas akhir

penciptaan karya seni lukis ini. Seorang perupa dalam menjalani kehidupannya

10
tentu ada hal-hal yang bersentuhan dengan pengalaman hidupnya sebuah

pengalaman yang menyentuh batin dan menimbulkan kegelisahan, sehingga

perupa tergugah untuk menjadikannya topik penciptaan karya seni lukis. Dick

Hartoko (1983: 49) dalam buku Manusia dan Seni menjelaskan bahwa :

“Tema-tema yang secara datar memaparkan peristiwa-peristiwa yang


terjadi dalam kehidupan seorang nabi atau dewa, belum
membangkitkan pengalaman religius. Untuk itu diperlukan visi
seorang seniman yang sungguh dari dalam menghayati agamanya,
lalu dengan visi itu menyoroti peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam
hidup sehari-hari. Sehingga lewat seni profan terbuka suatu
cakrawala religius”.

Penulis yang sangat dekat dengan kehidupan pesantren karena merupakan

bagian dari santri yang sejak kecil hidup di lingkungan pesantren, ajaran

kehidupan di pesantren telah dirasakan langsung oleh penulis. Ajaran kehidupan

pesantren kenyataannya dapat memperbaiki karakter seseorang santri) karena

santri mendapatkan pendidikan yang ketat terkait agama dan pendidikan moral.

Berbagai pengalaman hidup yang terjadi di lingkungan pesantren yang belum

diketahui masyarakat luas. Selama ini masyarakat umum hanya melihat bahwa

kehidupan di pesantren hanya terdapat kegiatan belajar mengajar ilmu agama saja,

tetapi di pesantren ternyata juga diajarkan tentang kebudayaan yang mengandung

banyak pesan moral dan ajaran-ajaran luhur.

Berdasarkan sumber inspirasi ajaran kehidupan di pesantren terdapat ide

gagasan antara lain:

1. Kesenian Religi

Kesenian merupakan salah satu dari tujuh unsur kebudayaan yang

mempunyai wujud, fungsi dan arti di dalam kehidupan masyarakat. Bentuk-

bentuk kesenian yang tersebar di seluruh nusantara menunjukkan corak-

11
corak dan karakter yang beraneka ragam. Corak atau karakter tersebut

muncul karena banyak dipengaruhi oleh sifat atau karakter budaya setempat,

asal masyarakatnya dan dimana tempat tinggalnya. (Ardi Al- Maqassary,

2013: 1).

Sedangkan religi sendiri berasal dari bahasa latin relegeree atau

relegare yang berarti “berhati- hati”, dan berpegang pada norma- norma

atau aturan secara ketat. Dalam arti bahwa religi tersebut merupakan suatu

keyakinan, nilai- nilai dan norma- norma hidup yang harus dipegangi dan

dijaga dengan penuh perhatian, agar jangan sampai menyimpang dan lepas.

Kata dasar relegare, berarti “mengikat” yang maksudnya adalah

mengikatkan diri pada kekuatan gaib yang suci. Kekuatan gaib yang suci

tersebut diyakini sebagai kekuatan yang menentukan jalan hidup dan yang

mempengaruhi kehidupan manusia. Dengan demikian kata religi tersebut

pada dasarnya mempunyai pengertian sebagai “keyakinan akan adanya

kekuatan kekuatan gaib yang suci, yang menentukan jalan hidup dan

mempengaruhi kehidupan manusia, yang dihadapi secara berhati- hati dan

diikuti jalan- jalan dan aturan- aturan serta norma- normanya secara ketat,

agar tidak sampai menyimpang dan lepas dari kehendak atau jalan yang

telah ditetapkan oleh kekuatan gaib yang suci tersebut. (Muhaimin, 2005:

34).

Sehingga secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa kesenian

religi adalah sebuah bentuk kebudayaan yang mengandung unsur nilai

keagamaan. Agama yang diambil dalam Tugas Akhir ini adalah agama

Islam, yang mana penulis disela- sela kesibukan kuliahnya juga mengambil
12
ilmu di Pondok Pesantren. Kesenian yang identik dengan kehidupan

pesantren adalah kesenian musik dengan alat utamanya yaitu terbangan.

Terbangan merupakan alat musik sejenis rebana yang pada bagian

badannya dilengkapi dengan tiga lempeng logam. Lempengan tersebut

dapat menambah variasi suara yang dihasilkan saat alat musik ini dipukul

dan digerak-gerakkan. Terbangan dimainkan untuk mengiringi lagu

bernuansa keagamaan.

2. Tawadhu’

Tawadhu’ (at-tawadhu’) memiliki makna “rendah hati”, yang

merupakan lawan kata dari takabur (at-takabur). Takabur sendiri adalah

sikap yang biasanya napak dari bagaimana cara bertuturnya, tekanan suara

atau notasi, tingkah polahnya, perbuatanya dimana semua hal tersebut

menujukkan kesombongan diri. (Ibnu, 2013:65) Tawadhu’ dapat diartikan

sebagai suatu kesadaran manusia atas tempat kekudukan dirinya dihadapan

Allah, menempuh jalan kepadanya, memandang kedudukan yang ia miliki

dengan kesadaran dan mengatakan bahwa dirinya sama seperti manusia lain.

(M Fethullah, 2013: 149).

Tawadhu’ juga merupakan salah satu dari akhlak terpuji yang sangat

dianjurkan oleh Rasulullah, dalam sebuah hadist (Al-Musnad) Rasulullah

SAW. bersabda yang artinya: “Siapapun yang tawadhu’ demi Allah,

niscaya Allah akan mengangkatnya. Sampai ia menjadikanya bersama

‘illiyun. Dan siapa yang takabur kepada Allah satu derajad, maka Allah

akan merendahkanya.” (Imam Ahmad, no. 11299) Dalam firman Allah

13
SWT. yang berbunyi:

Ri♀ R RR 뤀럀¹♀㌳ ㄠ 'R 뤀뤀iR R R 뤀R

wa lā taḥzan 'alaihim wakhfiḍ janāḥaka lil-mu`minīn

Artinya: “...Dan janganlah kamu bersedih hati terhadap mereka


dan berendah dirilah kamu terhadap orang-orang yang beriman” (Al
Hijr: 88).

Hadist dan ayat diatas menjelaskan bahwa kita di anjurkan untuk

rendah hati terhadap sesama, mereka yang memiliki sikap tawadhu’ akan

diangkat sama seperti ‘illiyun, jangan sampai kita memiliki sikap takabur.

Dengan tidak kasar terhadap seseorang, serta saling memperhatikan.

Kiai dalam menjalankan perannya sebagai sosok panutan di

Pesantren, jadi pembentukan sikap tawadhu terhadap murid sebenarnya

berjalan setiap waktu karna kiai pasti selalu memberikan contoh terhadap

santri- santrinya. kiai disebut juga sebagai ulama dalam konteks yang lebih

luas. kiai adalah sebutan yang diperuntukkan bagi ulama tradisional di

pulau Jawa, walaupun sekarang ini istilah kiai digunakan secara generik

(umum) bagi semua ulama, baik tradisional maupun modern, di pulau Jawa

maupun luar Jawa.

Perlu ditekankan disini bahwa sosok kiai dalam membimbing,

membina, dan mengembangkan pendidikan Islam pada para santrinya

berpengaruh besar bagi peningkatan kualitas pendidikan Islam pada

masyarakat Indonesia. Hal lain yang juga mendukung keberlanjutan dalam

dunia pesantren yakni adanya metode pendidikan atau model pembinaan.

Model pembinaan yang dilakukan yaitu melalui kegaiatan-kegiatan


14
pesantren, meningkatkan pemahaman ilmu agama, adanya asrama atau

pondokan bagi santri merupakan bagian dari proses pembinaan.

3. Tirakat

Kata tirakat adalah penjawaan dari kata Arab, Thariqah yang

bermakna “jalan yang dilalui”. Bahasa Indonesia kemudian menyerap kata

ini menjadi tirakat dan tirakatan. Tirakat berarti menjalani laku spiritual

untuk mencapai sesuatu yang diiinginkan. Disebut pula oleh kalangan

pesantren dengan riyadhah, yaitu menjalani laku mengendalikan dan

mengekang hawa nafsu. Ketika disebut tirakatan maknanya adalah tradisi

sebagian masyarakat untuk mengisi hari raya Idul Fithri dengan cara lek-

lekan (tidak tidur semalaman). Tradisi tersebut diisi dengan berbagai

kegiatan untuk mengasah kesadaran spiritual, tetapi kadang diawali dengan

sambutan-sambutan dalam acara Syawalan. Waktu penyelenggaraannya

tidak sama antara satu kelompok masyarakat dengan masyarakat lain, tetapi

tetap masih di bulan Syawal. Dalam masyarakat pesantren, tirakat

menggabungkan pengekangan dan pengendalian hawa nafsu (riyadhah) dan

penempuhan jalan tertentu (thoriqat) untuk mencapai yang diinginkan.

Berbagai jenis tirakat yang dikenal di kalangan pesantren adalah puasa

dawud, puasa Senin Kamis, mutih, ngrowot, puasa dala’il dll, diiringi

dengan pembacaan hizib, doa, ratib, dan lain-lain yang diperoleh dengan

cara ijazah dari guru. Cara detail dalam melakukan tirakat, bisa berbeda-

beda antara di antara setiap pelaku, tergantung bagaimana ijazah yang

diberikan oleh guru. Menjalani tirakat diyakini masyarakat NU bisa

menjadikan kualitas spiritual semakin dekat dengan Allah dan hajat bisa

dikabulkan, bila dilakukan dengan benar dan diselesaikan secara purna.


15
Karena itulah, tidak jarang orang tua di kalangan masyarakat NU

menjalani tirakat agar anaknya dikaruniai ilmu yang bermanfaat,

bijaksana, berakhlak dll, serta juga untuk memenuhi hajat atau kepentingan-

kepentingan lain.

Di Pondok Pesantren pada umumnya tirakat yang dilakukan adalah

hidup sederhana, serba terbatas dan puasa. Kemudian model tirakatan yang

lain adalah dengan belajar ilmu agama dengan media kitab kuning dengan

tekun, istiqomah sholat jamaah, serta membaca dzikir dan sholawat. Tujuan

tirakat antara lain yaitu:

1. Tirakat untuk mendekatkan diri kepada Allah

2. Tirakat untuk mematuhi tata tertib pesantren

3. Tirakat untuk mencari keberkahan dari pesantren

4. Kedisiplinan

Strategi atau cara pembentukan karakter pada santri agar memiliki

sikap disiplin di pesantren yaitu dengan cara sebagai berikut: Pertama,

keteladanan yang ditunjukkan oleh kiai dan pengurus seperti datang lebih

awal saat kegiatan belajar mengajar dan berpakaian rapi dan sopan di dalam

pesantren. Kedua, komunikasi bisa dilakukan melalui sosialisasi tata tertib

pesantren pada santri dengan pemberian buku pedoman pada santri yang

berisi tata tertib dan penempelan tata tertib pada mading atau papan

pengumuman yang ada di pesantren. Ketiga, pelatihan dilakukan dengan

cara membiasakan santri tepat waktu dalam melaksanakan kegiatan sholat

sunah bertujuan untuk meningkatkan kedisiplinan dalam melaksanakan

kegiatan sholat wajib. Keempat, nasehat dan teguran, dapat dilakukan

16
melalui kegiatan musyawarah.

Kelima, pemberian penghargaan (reward) dan hukuman

(punishment). Pemberian penghargaan bagi santri yang berprestasi baik

secara akademik maupun non akademik pemberian penghargaan berupa

kata-kata pujian, piagam dan barang. Sedangkan pemberian hukuman atau

sanksi bagi santri yang melanggar tata tertib pemberian hukuman berupa

sanksi moral. Hukuman yang bersifat mendidik misalnya menghafalkan

ayat-ayat al- Quran yang sudah di tentukan oleh pengurus atau pengajar

(Anam, 2014:482).

Upaya lain yang sudah menjadi tradisi di dalam Pesantren khususnya

didalam pendidikan yaitu pertama, santri sudah dibiasakan untuk shalat

bejamaah lima waktu. Kegiatan shalat berjamaah tersebut bagi para santri di

pondok berlangsung secara rutin setiap harinya. Kedua, para santri di

Pesantren juga sudah melaksanakan pembiasaan olahraga setiap harinya

secara rutin. Aktivitas olahraga para santri di Pesantren sudah ada ketentuan

dan waktunya yang diatur oleh pengurus Pesantren. Ketiga, para santri di

Pesantren sudah melaksanakan model pembiasaan muhadharah secara rutin.

Aktivitas para santri disamping mengikuti pelajaran formal di kelas, juga

diwajibkan mengikuti kegiatan pelajaran ekstrakurikuler diantaranya adalah

muhadharah. Keempat, para santri di Pesantren sudah melaksanakan

pembiasaan membaca Al-Quran setiap harinya. Tentang membaca Al-

Quran dan keutamaannya tidak diragukan lagi bagi umat Islam. Kelima,

para santri di Pesantren sudah melaksanakan pembiasaan belajar secara

rutin setiap hari.


17
5. Kemandirian

Model belajar yang baik dan peraturan yang ketat merupakan hal

yang tidak dapat dipisahkan dari keseharian kehidupan pesantren. Jika para

kawula muda di luar Pesantren memiliki kebebasan untuk melakukan apa

saja yang diinginkan, namun tidak dengan seorang santri. Mereka harus

tunduk dan mematuhi setiap peraturan pesantren yang berlaku.

Walaupun terdengar sulit untuk dilakukan, namun pada akhirnya hal

tersebut justru menumbuhkan karakter positif berupa kedisiplinan.

Sikap disiplin menjadikan seseorang dapat mengatur dan

menempatkan dirinya dengan tepat, baik itu ketika masih di lingkungan

pesantren maupun kelak ketika sudah bergaul di lingkungan masyarakat.

Dari sikap awal berupa disiplin tersebut yang akhirnya menjadikan santri

memiliki sikap kemandirian.

Kehidupan seorang santri memang penuh tantangan, apalagi bagi

mereka yang harus tinggal di pesantren sehingga terpisah dari keluarga.

Disaat banyak anak ataupun pemuda yang hidup bergelimang fasilitas

mewah serta kebebasan, seorang santri harus rela meninggalkan

kenyamanan tersebut demi menuntut ilmu. Walaupun tidak mudah untuk

dilakukan, namun hal tersebut justru menempa mental seorang santri

menjadi lebih kuat sehingga tumbuh menjadi sosok yang mandiri. Sikap

mandiri menjadikan seseorang mampu bertahan di segala situasi

termasuk pada saat kondisi terpuruk sekalipun, tumbuh menjadi

seseorang yang bermental baja.

18
B. Konsep visual

Konsep visual karya tugas akhir ini menjelaskan tentang

bagaimana penyusunan bentuk struktur karya yang diciptakan. Karya

seni lukis yang diciptakan pada tugas akhir ini berdasarkan konsep

penciptaan yang telah dirumuskan dalam konsep non visual. Sebagai

seorang santri semenjak kecil yang bersinggungan dengan lingkungan

dan kehidupan pesantren, secara tidak langsung hal tersebut telah

mempengaruhi pembentukan visual pada karya penulis yaitu keadaan

dan suasana di pesantren yang digambarkan dengan figur- figur santri

dan kiai. Bentuk-bentuk yang ada dalam karya tugas akhir ini

berangkat dari realita kehidupan di pesantren yang divisualkan

berdasarkan bentuk realistik dari figur manusia kemudian dilakukan

pengolahan pada warna kulit dengan memasukkan warna-warna yang

bukan merupakan warna asli dari kulit manusia untuk mendapatkan

bentuk yang artistik.

Pengolahan pada penciptaan karya seni lukis ini seperti pada

figur manusia dibuat sesuai proporsi bentuk manusia, namun tidak

menampakkan detail yang akurat seperti karya realistik, begitu pula

pada pengolahan warna lebih menonjolkan pencahayaan dan kontras

warna yang kuat. Pada bagian kulit ataupun wajah dari figur manusia

dibentuk dengan goresan-goresan kuat dan tebal yang dikomposisikan

gelap terang dengan pencahayaan maupun kontras warnanya, untuk

memperoleh kesan yang artistik ditambahkan juga warna-warna lain

yang bukan lagi menggunakan warna kulit seperti warna kulit figur

manusia pada aslinya. Pada bagian lain seperti pada bagian objek
19
pakaian juga terbentuk dari tumpukan warna- warna serta komposisi

gelap terang dan sesekali menambahkan goresan yang kuat.

Kemudian untuk latar belakang karya dibuat dengan kesan-kesan

goresan yang membentuk bangunan atau latar yang ada di pesantren.

Teknik yang digunakan untuk memvisualkan karya tugas akhir ini

adalah teknik sapuan dan transparan. Pengolahan bentuk pada karya

seni lukis seperti yang diuraikan tersebut mengarah pada gaya

impressionis. Menurut Mikke Susanto (2018:191) dalam bukunya

Diksi Rupa menyebutkan bahwa:

Gaya impresionis melukiskan sebuah kesan, kesan yang


dilukiskan adalah kesan cahaya yang jatuh atau memantul
pada suatu objek atau benda yang kasat mata, terutama
cahaya matahari karena memiliki kekayaan warna yang
tidak terbatas.

Pengolahan karya seni lukis dalam penciptaannya terdiri dari

susunan beberapa unsur visual yang diterapkan untuk mencapai

kualitas karya sesuai dengan yang diinginkan. Unsur visual tersebut

antara lain sebagai berikut:

1. Garis

Garis merupakan berbagai macam goresan yang

menghubungkan dua atau lebih titik tanpa putus. Garis tidak harus

lurus, bisa melengkung, bahkan spiral, garis juga bisa digunakan

apa adanya tanpa menjadi suatu bidang ataupun bentuk, garis juga

bisa digunakan sebagai pengisi gelap terang dengan menggunakan

metode arsiran.

Pada karya tugas akhir ini garis di gunakan sebagai outline

pada sebagian objek sebagai penambah detail.


20
2. Bidang

Bidang adalah unsur dua dimensi berupa susunan beberapa garis

yang berhubungan, tidak terputus. Bidang dapat di bagi menjadi dua

bentuk yaitu bidang geometris dan biomorfik. Menurut Mikke Susanto

(2011:55) menjelaskan bahwa: bidang terbentuk karena ada 2 atau lebih

garis yang bertemu (bukan berhimpit).

Bidang geometris adalah Bentuk geometris adalah bentuk teratur

yang memiliki pengukuran secara matematis dalam berbagai arah, Kesan

yang diberikan oleh bidang geometris merupakan kesan formal,

contohnya adalah segitiga, segiempat, segilima, segienam, lingkaran, dan

elips, sedangkan bidang biomorfik merupakan bentuk yang tercipta

secara bebas dari gambaran kehidupan alam dan tidak terbatas, bidang

organis ini dibatasi oleh lengkungan bebas. Contohnya antara lain: daun,

pohon, awan, bulan, dan lain-lain. Pada karya lukis tugas akhir ini,

penulis lebih banyak menggunakan bidang tidak beraturan sebagai

pembentuk objek lukisan.

3. Ruang

Ruang adalah keluasan dari suatu bidang atau permukaan. Ruang

bisa disebut sebagai bentuk dua ataupun tiga dimensi, bidang, atau

keluasan. Ruang dalam deskripsi lain merupakan luas sekumpulan bidang

dan dimensi yang meliputi panjang, lebar dan tinggi. menurut Mikke

Susanto (2011:338) menjelaskan bahwa: bidang merupakan istilah yang

dikaitkan dengan bidang dan keluasan, yang kemudian muncul istilah

dwimatra dan trimatra. Dalam suatu ruang, ilusi dapat dibuat dengan

21
garis dan bidang, kemudian dikombinasikan dengan warna yang dapat

menciptakan ilusi sinar seperti perspektif dan kontras gelap terang. Pada

penciptaan karya seni lukis ini, ruang digunakan untuk memvisualkan

ruang nyata karena visual karya berhubungan dengan aktivitas manusia

berupa kehidupan santri dipondok pesantren.

4. Bentuk

Menurut Mikke Susanto (2011:54) menjelaskan bahwa: bentuk 1.

bangun, gambaran; 2. rupa, wujud; 3. sistem;susunan. Dalam karya seni

rupa biasanya dikaitkan dengan matra yang ada, seperti: dwimatra atau

trimatra.

Pada proses penciptaan karya seni lukis ini penulis menggunakan

bentuk- bentuk objek manusia yang dilukis dengan gaya impressionis

dengan menambahkan warna-warna cerah. Objek-objek yang divisualkan

pada karya penulis antara lain:

a. Objek Utama Berupa Manusia

Di dalam karya-karya penulis, manusia menjadi objek utama

yang merupakan penggambaran dari diri penulis sendiri. Objek

manusia diolah menyerupai diri penulis sendiri dari segi anatomi

dibuat mirip dengan diri penulis, dengan mengenakan sarung dan

peci sebagai ciri khas santri pesantren salaf (tradisional) di Indonesia.

Penulis memilih diri sendiri sebagai objek karena ingin

menyampikan bahwa pada karya tugas akhir ini menceritakan

tentang apa yang dialami oleh penulis sendiri.

b. Objek pendukung

22
Objek pendukung berfungsi sebagai penambah visual kepada

objek utama agar terlihat hidup dan dapat berkomunikasi kepada

penikmat karya seni. Penggunaan objek pendukung pada karya lukis

ini sendiri merupakan bagian dari cerita pengalaman yang terjadi di

pesantren, beberapa objek pendukung yang berada dalam karya seni

lukis ini merupakan benda-benda yang digunakan oleh manusia pada

umumnya seperti sandal,kursi,peralatan dapur dan sebagainya.

5. Warna

Warna adalah unsur paling dominan dalam sebuah karya seni.

Kesan yang ditimbulkan warna akan memberikan gambaran karya seni

sesuai dengan kenyataan yang ada, warna terdiri dari warna primer,

warna sekunder, dan warna tersier, analogus, dan komplementer.

Menurut Mikke Susanto (2011:433) menjelaskan bahwa: warna

didefinisikan sebagai getaran atau gelombang yang diterima indra

penglihatan manusia yang berasal dari pancaran cahaya melalui sebuah

benda.

Warna dapat digunakan sebagai penggambaran suasana pada

sebuah karya lukisan, seperti warna hangat sebagai penanda waktu sore,

suasana yang panas, atau keadaan yang mencekam dan suasana

menegangkan, warna merah muda yang menggambarkan sifat romantis,

warna hijau yang menggambarkan kedamaian dan kehidupan, selain itu

warna juga bisa dijadikan sebagai perlambangan seperti warna putih

sebagai lambang kesucian, warna merah sebagai lambang keberanian,

warna ungu sebagai lambang kebijaksanaan. Pada karya seni lukis ini

23
penulis menggunakan warna sebagai penggambaran suasana di dalam

karya penulis.

6. Tekstur

Tekstur adalah kualitas dari suatu permukaan, datar, kasar, licin,

kesat, lunak atau keras. Jadi tekstur itu adalah kesan yang ditimbulkan

oleh atau nilai raba dari satu permukaan. Menurut Mikke Susanto

(2011:49) menjelaskan bahwa:barik atau tekstur, nilai raba, kualitas

permukaan. Barik dapat melukiskan sebuah permukaan objek, seperti

kulit, rambut, dan bisa merasakan kasar- halusnya, teratur tidaknya suatu

objek.

Ada 2 jenis tekstur, yaitu tekstur nyata yakni apabila diraba secara

fisik akan dapat dirasakan langsung sifat permukaannya, kedua tekstur

semu atau ilusi tekstur, dimana kualitas permukaan secara fisik berbeda

dengan pengamatan mata. Pada karya seni lukis ini penulis

menggunakan tekstur nyata yaitu menggunakan sapuan kuas dengan cat

yang berlebih sehingga menciptakan permukaan yang menggumpal dan

menonjol.

Karya seni lukis akan terlihat artistik jika diciptakan dengan

memanfaatkan prinsip visual penciptaan seni rupa. Adapun unsur- unsur

prinsip visual penciptaan seni rupa antara lain:

24
1. Pusat Perhatian

Pusat Perhatian (Point of Interest) adalah titik fokus pada

sebuah karya seni, dalam penerapan prinsip komposisi visual

pada setiap karya seni lukis dalam tugas akhir ini selalu

diupayakan terdapat satu bagian yang lebih menonjol dari bagian

lainnya. Dapat dilihat dari perbedaan ukuran, ragam bentuk

pengecualian, perbedaan warna, dan lain sebagainya, penulis

mengunakan perbedaan warnayang kontras dan penambahan detail

pada objek yang menjadi pusat perhatian. Menurut Mikke Susanto

(2011:312) menjelaskan bahwa: Point of interest atau point of view

(Ing.), titik perhatian atau titik dimana penonton mengutamakan

perhatiannya pada suatu karya seni.

Penulis mempertimbangkan point of interest sebagai

pembeda antara objek utama dengan objek pendukung dengan

membedakan intensitas warna,ukuran serta kekuatan goresan.

2. Keseimbangan

Keseimbangan adalah suatu perasaan akan

adanya kesejajaran, kesetabilan, ketenangan dari berat,ukuran, dan

kepadatan dari suatu susunan. Keseimbangan ada dua yaitu:

keseimbangan simetris dan keseimbangan asimetris. Apabila tidak

ada keseimbangan dalam suatu susunan menyebabkan

terganggunya kaidah dari penciptaan seni rupa. Menurut Mikke

Susanto (2011:46) menjelaskan bahwa: balance (Ing.)

keseimbangan, persesuaian materi- materi dari ukuran berat dan

memberi tekanan pada stabilitas suatu komposisi karya seni.


25
Penulis membuat keseimbangan pada karya seni adalah

dengan mengisi bagian yang terlihat kosong dan melihat perspektif

serta menciptakan goresan- goresan yang impresif agar visual tidak

berat sebelah.

3. Kesatuan

Kesatuan adalah perasaan yang lengkap secara keseluruhan,

penyatuan yangtotal, kualitas hubungan yang logis dan selesai.

Kesatuan adalah hubungan dari seluruh bagian-bagian yang bekerja

sama secara konsisten memberi kesan yang lengkap dan merupakan

akhir dari seluruh prinsip penyusunan unsur seni rupa. Menurut

Mikke Susanto (2011:416) menjelaskan bahwa: Unity (Ing.)

merupakan salah satu unsur dan pedoman dalam berkarya seni

(azas-azas desain). Unity merupakan kesatuan yang diciptakan lewat

sub- azas dominasi dan subordinasi (yang utama dan kurang utama)

dan koheren dalam suatu komposisi karya seni.

Pada tugas akhir ini terdapat pada penggunaan warna dalam

penyatuan objek utama, latar belakang maupun bentuk lain yang

ada pada karya. sebagai contoh penggunaan warna pada objek

utama juga dimasukkan pada latarbelakang karya maupun

sebaliknya, sehingga penggarapan latar belakang dan objek utama

bisa menjadi satu kesatuan yang utuh.

4. Harmoni

Timbulnya suatu keselarasan unsur-unsurnya dan tidak

saling tenggelam dan menonjol sehingga dalam karya tersebut

unsurnya saling mendukung juga terkait satu dengan yang lain,


26
misalnya dalam suatu karya tersebut memiliki unsurlengkungan

maka seluruh unsur dari karya tersebut harus berupa lengkungan

agar terjadi harmonisasi dalam bentuk, begitu juga dengan warna

harus memperhatikankomposisi dari harmonisasi warna. Menurut

Mikke Susanto (2011:175) menjelaskan bahwa: harmoni

merupakan tatanan atau proporsi yang dianggap seimbang dan

memiliki keserasian.

Pada tugas akhir ini penulis mempertimbangkan harmoni

dengan memperhatikan bentuk, warna, dan unsur-unsur visual

lainnya agar tercipta keselarasan di dalam suatu karya.

27
BAB III

PROSES PENCIPTAAN KARYA

A. Metode Penciptaan

Pada proses penciptaan karya seni Lukis dengan tema “Ajaran

Kehidupan Di Pesantren Sebagai Ide Penciptaan Karya Seni Lukis” ada

beberapa tahapan yang harus dilakukan dalam perwujudannya, perlu adanya

perancanaan guna mempermudah dalam proses penciptaan karya seni.

Penciptaan karya tugas akhir ini menggunakan tahapan-tahapan berdasarkan

landasan teori L.H Chapman tentang proses penciptaan karya, dalam buku

Humar Sahman (1993:119) yang berjudul “Mengenali Dunia Seni Rupa,

Tentang Seni, Karya Seni, Aktivitas Kreatif, Apresiasi, Kritik dan Estetika”,

menurutnya di dalam penciptaan karya ada tiga tahap yaitu:

a. Tahap pertama adalah upaya menemukan gagasan yaitu bagaimana

seorang seniman mencari sumber ide untuk karya- karyanya.

b. Tahap Kedua menyempurnakan, mengembangkan, memantapkan

gagasan awal yaitu mengembangkan menjadi gambaran pravisual, dalam

tahapan kedua initerbagi menjadi beberapa poin diantaranya pengamatan

studi visual, merubah kebiasaan kerja, menelusuri makna dan simbolik

dan mempertimbangkan tujuan dan saran.

c. Tahap ketiga adalah visualisasi.

28
B. Upaya Menemukan Gagasan

Setiap seniman tentu memiliki cara tersendiri untuk menemukan ide

gagasan yang mendasari seniman menemukan sumber ide dalam penciptaan- nya.

Sumber ide bisa muncul dari sebuah pengalaman, lingkungan, berita serta

rutinitas yang dijadikan sebagai sumber ide dalam penciptaan karya.

Penciptaan karya tugas akhir kali ini lebih mengarah ke kehidupan santri di

Pesantren yang sangat erat kaitannya dengan pengalaman penulis, dimana

penulis sendiri merupakan pribadi seorang santri yang kesehariannya dihadapkan

dengan dunia pesantren. Ide-ide yang muncul didapat karena penulis memiliki

latar hidup di pondok pesantren sebagai seorang santri sehingga penulis juga

merasakan langsung kehidupan dan suasana di Pesantren. Dari pengalaman ini

menjadikan penulis mantap untuk kemudian dijadikan sumber ide dalam

penciptaan karya seni lukis untuk tugas akhir.

Observasi beberapa dilakukan baik secara langsung, dan melihat di internet,

observasi merupakan metode yang sifatnya akurat dan spesifikasi untuk

mengumpulkan data dan mencari informasi mengenai segala kegiatan yang

dijadikan objek kajian karya. Beberapa tahapan yang dilakukan sebagai

persiapan dan perencanaan dalam menciptakan karya. Berikut adalah beberapa

data yang telah penulis dapatkan ketika melakukan observasi:

1. Pondok Pesantren

Pondok pesantren menjadi aspek utama dalam perwujudan

penciptaan karya kali ini karena Pondok pesantren menjadi latar dari objek

yang akan diciptakan pada karya ini. Terdapat beberapa tempat di pondok

pesantren yang menjadi latar dari penciptaan karya ini yaitu, dapur, ndalem
29
(rumah kiai), dan tempat mengaji.

Gambar 3. 1
Foto tampak depan Kanzus Sholawat Pondok
Pesantren Al-Inshof
(Sumber : Dokumentasi Pondok Pesantren Al-Inshof)

Gambar 3. 2
Foto Kegiatan masak bersama di dapur Pondok
Pesantren Al-Inshof
(Sumber : Dokumentasi Pondok Pesantren Al-Inshof )

30
2. Kiai

Pondok pesantren memiliki tokoh sentral yang biasa di sebut dengan

kiai yang berperan sebagai pembimbing, guru, dan pemimpin spiritual di

pondok pesantren. kiai menjadi salah satu figur objek utama dalam

penciptaan karya ini. Kiai juga yang mengarahkan santri dalam

menjalankan kehidupan sehari- hari. Selain itu kiai tidak hanya

mengarahkan santri yang bermukim di pondok pesantren itu saja, namun

banyak juga masyarakat luar yang datang bertamu untuk konsultasi masalah

agama ataupun masalah yang lain. Sehingga kiai sering diibaratkan sebagai

lentera dalam sebuah kegelapan.

Gambar 3.3
Foto kiai Anshori Syukri Sebagai Pengasuh Pondok Pesantren Al-Inshof
(Sumber : Dokumentasi Pondok Pesantren Al-Inshof)

31
3. Santri

Santri merupakan julukan bagi seseorang murid yang bertempat

tinggal di suatu tempat tertentu dengan tujuan mencari ilmu. Ilmu utama

yang dicari di Pondok Pesantren yaitu ilmu tentang agama. Santri disini

menjadi objek utama dari penciptaan karya ini, karena santri adalah

gambaran dari diri pribadi sang penulis yang menjadi seorang santri yang

nyantri di pondok pesantren.

Gambar 3.4
Foto kegiatan santri ketika Jum’at pagi “mujahadah dan pembacaan kitab
nurul burhan manaqib syaikh abdul qodir jailani” di Maqbaroh
Almaghfurlah Romo Kyai Abdullah Sa’ad
(Pendiri Pondok Pesantren Al-Inshof)
(Sumber : Dokumentasi Pondok Pesantren Al-Inshof )

32
Gambar 3.5
Foto Suasana Santri sedang makan bersama setelah kegiatan “mujahadah
dan pembacaan kitab nurul burhan manaqib syaikh abdul qodir jailani” di
depan Maqbaroh Almaghfurlah Romo Kyai Abdullah Sa’ad
(Pendiri Pondok Pesantren Al-Inshof)
(Sumber : Dokumentasi Pondok Pesantren Al-Inshof )

Gambar 3.6
Foto Santri sedang Mencuci Pakaian
(Sumber : Dokumentasi Pondok Pesantren Al-Inshof )

33
4. Diri Pribadi

Observasi diri pribadi adalah dimana kembali mengingat perjalanan

hidup selama menjadi santri karena dalam karya tugas akhir ini banyak

mengulas tentang pengalaman pribadi.

Gambar 3.7 Foto Pribadi Penulis


(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Dari beberapa observasi di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa

dengan ajaran kehidupan di pesantren, seseorang santri yang pernah atau

masih tinggal di pesantren benar- benar mendapatkan ajaran- ajaran yang

dapat menjadikannya berkhlak yang mulia, berbudi luhur dan berilmu

karena mendapatkan bimbingan langsung dari pengasuh. Setiap kegiatan

yang ada di Pesantren pasti memiliki makna dan manfaat yang mungkin

manfaat tersebut tidak bisa dirasakan sekarang, namun seorang santri bisa

jadi merasakan manfaat dan barokahnya kelak ketika santri sudah terjun di

masyarakat.
34
C. Menyempurnakan, mengembangkan dan memantapkan gagasan awal

Dalam tahapan ini bertujuan untuk mengembangkan gagasan awal

demi kemantapan penulis terkait dengan sumber ide “Ajaran Kehidupan Di

Pesantren Sebagai Ide Penciptaan Karya Seni Lukis” yang akan dituangkan

dalam karya seni lukis tugas akhir. Pengembangan yang dilakukan ialah

berupa pengamatan, perenungan, sampai pada ide yang akan dituangkan

dalam karya. Adapun ulasan lebih rinci sebagai berikut:

1. Pengamatan

Pada langkah ini dilakukan pengamatan pada kehidupan santri-

santri yang berada di pondok pesantren dan juga peran kiai di pondok

pesantren. Pengamatan tersebut untuk memperkuat dalam merangkai

konsep visual pada karya seni lukis.

2. Perenungan

Penulis mencari dan menghubungkan suatu pengalaman yang

pernah dialami maupun diamati pada lingkungan pesantren. Hal ini

secara tidak langsung dapat mempengaruhi visualisasi yang akan

diciptakan, setelah melakukan perenungan maka kemudian munculah

gambaran, media dan bahan serta bahasa bentuk apa yang sekiranya

cocok dalam penciptaan ide dan gagasan yang akan di visualisasikan ke

dalam karya seni lukis. Penulis melakukan perenungan dengan cara

melakukan pengolahan konsep di dalam pikiran dari hal-hal yang di

temukan dari proses pengamatan, dari proses perenungan memperoleh

beberapa hasil yang dituangkan pada sketsa secara langsung pada kanvas

dalam bentuk sketsa awal:

35
Gambar 3.8
Sketsa 1
(Sumber : Di scane pada tanggal 12 September 2023 oleh M. Rizqi
Mubarok (penulis))

Gambar 3.9
Sketsa 2
(Sumber : Di scan pada tanggal 1 Oktober 2023 oleh M. Rizqi Mubarok
(penulis))

3. Visual ke dalam medium

Setelah melewati tahap perenungan dan pengamatan serta gagasan

ini akan melanjutkan ke proses persiapan, baik dalam persiapan ide

36
gagasan maupun persiapan alat dan bahan serta teknik garap yang akan

dituangkan ke dalam karya seni lukis. Adapun beberapa persiapan alat

dan bahan serta teknik garap yang akan di paparkan sebagai berikut :

D. Alat dan bahan

Pemilihan alat, bahan, serta teknik merupakan sebuah langkah dalam

pembuataan karya seni lukis yang harus diperhatikan, hal ini berguna

dalam menentukan hasil yang akan diciptakan nantinya. Pengalaman serta

pengetahuan tentang penciptaan seni lukis serta kapasitas memilih alat dan

bahan baik dari segikelebihan dan kekurangan ini dimaksud untuk

meminimalkan kendala dam proses penciptaan karya seni lukis.

Setiap jenis alat dan bahan memiliki fungsi serta keunggulanya

masing- masing. Pemilihan jenis bahan dan alat serta fungsinya dapat

memudahkan penulis dalam proses penciptaan karya seni lukis. Berikut

ulasan alat bahan serta teknik yang digunakan penulis dalam proses

penciptaan karya seni lukis ini diantaranya adalah:

A. Alat
1. Kuas

Gambar 3.10 Kuas


(Sumber Gambar: Kuas, difoto M Rizqi Mubarok pada tanggal 13 April 2023)

37
Kuas merupakan alat utama yang digunakan dalam proses penciptaan

karya seni lukis, kuas yang digunakan dalam penciptaan karya seni lukis ini

cukup bervariasi, baik dari berbagai jenis kuas, ukuran, hingga merk yang

digunakan.

2. Palet

Gambar 3.11 Palet


(Sumber Gambar: difoto oleh M Rizqi Mubarok pada tanggal 13 April 2023)
Palet merupakan alat pendukung sebagai tempat atau wadah untuk

mencampurkan cat sebelum digunakan kedalam lukiskan, palet yang digunakan

adalah triplek mengingat banyak campuran yang digunakan sehingga efektif

dalam penempatan beberapa cat yang akan digunakan.

38
3. Wadah air

Gambar 3. 12 Wadah Air


(Sumber Gambar: difoto oleh M Rizqi Mubarok pada tanggal 13 April 2023)

Wadah air gunakan untuk mencuci atau membersihkan kuas dari sisa-sisa

cat untuk keperluan melukis selanjutnya.

1. Bahan
1. Kanvas

Gambar 3.13 Kanvas


(Sumber Gambar: difoto oleh M Rizqi Mubarok pada tanggal 13 April 2023)

Kanvas merupakan medium yang paling tepat dalam penciptaan karya seni

lukis tugas akhir ini serta dirasa paling nyaman dalam menungkan gagasan dalam

penciptaan-nya. Kanvas yang digunakan pada tugas akhir ini adalah kanvas

39
pengolahan sendiri. Kanvas pengolahan sendiri dalam pembuatannya melalui

beberapa tahapan dari mulai pemilihan kain kanvas yang terjangkau serta

pemilihan cat lapisan anti bocor yang berkualitas, kanvas yang dibentang pada

sebuah spanram lalu di lapisi cat anti bocor pada permukaan nya kurang lebih 2-3

kali dalam pelapisan nya sehingga dalam melakukan kegiatan melukisnya

tidakmengalamin bocor ataupun tembus. Kanvas pengolahan sendiri ini dirasa

lebih menguntungkan dalam kualitas serta tekstur kainnya dapat dipilih sesuai

keinginan.

2. Cat Akrilik

Gambar 3.14 Cat Akrilik


(Sumber Gambar: difoto oleh M Rizqi Mubarok pada tanggal 13 April 2023)

Dalam penciptaan karya seni lukis ini cat yang digunakan adalah cat akrilik

dikarenakan karakter cat akrilik paling sesuai dengan teknik yang

digunakan, cepat kering, serta terbilang sederhana dan mudah dalam

pengaplikasiannya.

40
3. Kain lap

Gambar 3.15 Kain Perca


(Sumber Gambar: difoto oleh M Rizqi Mubarok pada tanggal 13 April 2023)

Kain digunakan untuk mengelap kuas dalam penciptaan karya seni lukis

tugas akhir ini. Kain yang dipilih adalah kain katun karena dapat menyerap sisa

air pembersihan dan membersihkan sisa-sisa cat kering yang masih menempel.

Air Bersih

Air yang digunakan adalah air biasa sehingga dalam kegunaanya memiliki dua

fungsi, fungsi pertama adalah untuk mencampur cat sehingga cat tidak terlalu

kesat dan mudah dalam menggoresnya serta fungsi ke dua adalah untuk

merendam kuas sehingga cat tidak mengeras serta mudah di bersihkan.

B. Teknik Garap

Pada proses penciptaan karya lukis tugas akhir ini penulis menggunakan

beberapa teknik garap dalam penciptaannya sehinnga mendapat kenyamanan

dalam bentuk gaya serta teknik yang diharapkan. Beberapa teknik yang digunakan

dalam menciptakan karya lukis tugas akhir ini antara lain:

1. Teknik sapuan

Pada karya tugas akhir ini menggunakan teknik sapuan untuk membentuk

41
objek yang diciptakan.

2. Teknik Transparan

Pada karya tugas akhir ini teknik transparan juga digunakan pada objek-

objek tertentu.

C. Proses Perwujudan Karya

Proses perwujudan karya ini bertujuan agar konsep penciptaan karya

seni lukis tugas akhir ini lebih tersusun dalam penciptaan-nya, beberapa

tahapan dalam perwujudan karya seni lukis tugas akhir ini. Tahapan ini

meliputi persiapan dalam memilih alat dan bahan serta sampai ke tahap

finishing.

1. Penciptaan Karya Seni Lukis

i. Tahap Sketsa

Gambar 3.16 Pembuatan Sketsa awal


(Sumber Gambar: difoto oleh M Rizqi Mubarok pada tanggal 13 April
2023)

Tahap sketsa ini merupakan tahap proses dalam penciptaan

karya seni lukis dengan membuat sketsa menggunakan pensil. Tahapan

42
ini terkadang memunculkan proses-proses improvisasi dalam

penciptaannya dikarenakan ide dan gagasan terkadang muncul secara

tiba-tiba yang membuat penulis harus membuat sketsa secara teliti.

ii. Tahap Pewarnaan Dasar

Gambar 3. 17 Tahap Pewarnaan Dasar


(Sumber Gambar: difoto oleh M Rizqi Mubarok pada tanggal 13 April
2023)

Tahap pewarnaan dasar bisa juga di sebut dengan tahap bloking,

yaitu merupakan tahap yang digunakan dalam membagi atau membuat

sekat dalam pewarnaan dalam sebuah objek agar penciptaan karya seni

lukis ini lebih mudah dalam menentukan warna.

43
iii. Tahap Detail Pewarnaan

Gambar 3.18 Detail Pewarnaan


(Sumber Gambar: difoto oleh M Rizqi Mubarok pada tanggal 13 April
2023)

Tahap ini merupakaan tahapan dalam memberikan gradasi

warna, gelap terang volume, serta kedalam suatu objek dalam

penciptaan nya agar karya lebih hidup.

iv. Tahap Finishing

Gambar 3.20 Tahap Finishing


(Sumber Gambar: difoto oleh M Rizqi Mubarok pada tanggal 13 April
2023)

44
Tahap ini merupakan tahap penyempurnaan dalam penciptaan

karya seni lukis tugas akhir ini. Mengamati objek serta subjek serta

memastikan keseluruhan bidang kanvas telah di kerjakan supaya

memberikan kesan detail dan pesan yang diharapkan bisa tersampaikan

ke dalam hati penulis maupun penikmat. Dari setiapkarya yang

diciptakan dan sudah dalam tahap selesai, harus dilapisi dengan lapisan

pelindung varnish agar terhindar dari kotoran, awet, dan aman dari

berbagai goresan yang dapat mengakibatkan kerusakan pada karya.

v. Pasca penciptaan

Setelah pengerjaan karya telah dianggap selesai dan siap

ditampilkan tahap selanjutnya adalah penyajian karya yang berupa

pameran seni lukis. Beberapa syarat atau tahapan yang harus dilakukan

sebelum melakukan pameran seni lukis antara lain:

1. Pengecekan fisik karya yang telah selesai di kerjakan dari mulai

spanram.

2. Pemberian caption dilakukan agar memberikan identitas karya dari

setiap karya yang akan dipamerkan.

3. Pembuatan katalog dilakukan agar dapat memberikan arsip karya

dalam bentuk cetak pada kertas dan lebih fleksibel dalam

memberikan identitas serta personifikasi penulis dan karya yang

ditampilkan.

4. Display karya akan dibagi berdasarkan pertimbangan warna, ukuran

serta sub tema yang akan di tampilkan. Untuk penyajian penulis

tidak menggunakan bingkai dikarenakan ketebalan spanram sudah

45
mencukupi standar.

5. Publikasi dengan menyebar poster ke berbagai tempat dan media

sosial guna penyampaian berita kepada apresiator.

46
BAB IV

KARYA

A. Deskripsi Karya

Deskripsi karya adalah penjelasan terhadap karya yang dihasilkan

dalam proses penciptaan karya seni lukis ini. Meliputi sumber ide, gagasan

yang dilukiskan, bahasa rupa yang digunakan untuk menghasilkan makna

pada karya, serta pesan moral yang ada pada tiap karya. Pada penciptaan

karya ini dihasilkan delapan buah karya dengan ukuran yang bervariasi yang

dijelaskan sebagai berikut:

1. Karya Seni Lukis 1 “Join”

Gambar 4.1 Karya Seni Lukis 1


“Join” 120 x 100 cm, Cat Akrilik Pada Kanvas, 2024
Sumber: Dokumentasi Pribadi

47
Karya berjudul Join, berangkat dari pengalaman hidup di pesantren

tentang kebersamaan dan solidaritas para santri yang dijadikan ide

penciptaan oleh penulis. Pada karya ini terdapat visualisasi dua santri yang

sedang berbagi sebatang rokok. Pesantren yang terkenal dengan

kesederhanaan dan kehidupan yang terbatas namun jiwa kebersamaan para

santri sangatlah kuat, mereka saling berbagi dan saling membantu satu sama

lain. Bahkan para santri menganggap apa yang ada di pesantren adalah

milik bersama.

2. Karya Seni Lukis 2 “Hafalan”

Gambar 4.2 Karya Seni Lukis 2


“Hafalan” 120 x 100 cm, Cat Akrilik Pada Kanvas, 2024
Sumber: Dokumentasi Pribadi
Karya berjudul Hafalan, merupakan sebuah proses ketika menuntut

ilmu di pesantren. Hafalan wajib dilakukan bagi semua santri sebagai jalan

untuk mempelajari ilmu- ilmu yang di ajarkan oleh kiai. Dalam karya ini

terdapat seorang santri yang sedang memegang kitab dan untuk

48
dihafalkannya. Bagi para santri hafalan memang terkadang berat bahkan ada

yang hingga stress karena hafalannya. Hafalan juga merupakan suatu

metode yang digunakan pesantren untuk mempelajari kitab kuning, kitab

khas perpaduan arab jawa yang sering dipelajari di Pesantren. Pada

umumnya sesuatu yang dihafalkan para santri berupa bait ataupun nadzom

yang mengandung pelajaran-pelajaran dari kitab kuning, jumlah bait

ataupun nadzom yang dihafalkan pun tidak sedikit, untuk satu kitab saja

bisa mencapai 300 hingga 1000 bait ataupun nadzom. Untuk itu Dalam fase

hafalan ini membutuhkan riyadhah (mengekang dan mengendalikan hawa

nafsu) agar lebih mudah untuk mendapatkan capaian yang diinginkan.

3. Karya Seni lukis 3 “Ngalap Barokah”

Gambar 4.3 Karya Seni Lukis 3


“Ngalap Barokah” 130 x 100 cm, Cat Akrilik Pada Kanvas, 2024
Sumber: Dokumentasi Pribadi

Karya seni lukis yang berjudul Ngalap Barokah, merupakan suatu

tradisi dan ajaran yang ada di pesantren. Dalam karya ini terdapat

49
visualisasi seorang santri yang sedang menata atau merapikan sandal kiai

nya. Hal tersebut pasti terjadi hampir di semua pesantren salaf di

Indonesia dan sudah menjadi tradisi yang umum dilakukan bahwa santri

menata, menyiapkan dan merapikan keperluan kiai bahkan beserta

keluarga kiainya sebagai bentuk pengabdian diri karena sang kiai sudah

memberikan ilmu kepada santri dan juga sebagai bentuk upaya untuk

mendapat keberkahan atau dalam dunia pesantren familiar dengan

sebutan ngalap berkah dari kiai.

4. Karya Seni Lukis 4 “Tamalluq”

Gambar 4.4 Karya Seni Lukis 4


“Tamalluq” 120 x 100 cm, Cat Akrilik Pada Kanvas, 2024
Sumber: Dokumentasi Pribadi

Karya lukis yang berjudul Tamalluq ini berdasarkan realita

kehidupan di pesantren yaitu adab seorang santri serta penghormatan

yang berlebih terhadap kiai. Terdapat visual santri yang sedang

menghadap kiai dengan posisi duduk tawaruq, kepala tertunduk.


50
Tamalluq merupakan sikap menghormati seseorang secara berlebihan

dalam ranah tholabul’ilmi dan merupakan adab yang bagus bagi seorang

santri terhadap kiai, sekaligus mengharap ridho dan barokah dari sang

kiai.

51
5. Karya Seni Lukis 5 “Kebersamaan”

Gambar 4.5 Karya Seni Lukis 5


“Kebersamaan” 140 x 120 cm, Cat Akrilik Pada Kanvas, 2024
Sumber: Dokumentasi Pribadi

Karya yang berjudul Kebersamaan, berdasarkan pengalaman

selama hidup di pesantren yang dijadikan ide penciptaan oleh penulis

yaitu kegiatan sehari-hari ketika masak bersama teman- teman. Dalam

karya ini divisualkan dengan tiga orang santri yang sedang memasak di

dapur. Karena telah terbentuk ikatan persaudaraan atau kekeluargaan

diantara para santri maka dalam melakukan sesuatu di pesantren seperti

halnya memasakan atau makan, para santri akan melakukannya bersama-

sama. Dengan kebiasaan kebersamaan tersebut ketika suatu saat terjun di

masyarakat maka secara otomatis akan mampu bersosialisasi dengan baik.

52
6. Karya Seni Lukis 6 “Mandiri”

Gambar 4.6 Karya Seni Lukis 6


“Mandiri” 120 x 100 cm, Cat Akrilik Pada Kanvas, 2024
Sumber: Dokumentasi Pribadi
Karya lukis yang berjudul Mandiri ini merupakan pengalaman hidup

di pesantren yang dijadikan ide penciptaan oleh penulis. Dalam karya ini

Terdapat visual seorang santri yang sedang mencuci bajunya sendiri di

kamar mandi pesantren. Menjadi seorang santri yang jauh dari orang tua

memang dituntut untuk selalu hidup mandiri dalam melakukan berbagai hal

kegiatan, agar nantinya terbiasa dan tangguh untuk menghadapi kerasnya

kehidupan setelah santri terjun di kehidupan yang lebih nyata selanjutnya

yaitu kehidupan di masyarakat.

53
7. Karya Seni Lukis 7 “Terbangan”

Gambar 4.7 Karya Seni Lukis 7


“Terbangan” 100 x 100 cm, Cat Akrilik Pada Kanvas, 2024
Sumber: Dokumentasi Pribadi
Karya berjudul Terbangan, merupakan sebuah kegiatan rutin di

pesantren pada malam jum’at yaitu Maulid Nabi Muhammad SAW. Maulid

merupakan sebutan untuk kegiatan pembacaan sejarah Nabi Muhammad

SAW dengan kitab-kitab maulid seperti Maulid Simthud Dhurror, Maulid

Ad diba’i, Maulid Al Barzanji dan masih banyak kitab maulid lainnya.

Disela pembacaan maulid biasanya dilantunkan syair dan sholawat

yang diiringi dengan alat musik yang bernama rebana. Rebana merupakan

kesenian islami khas pesantren terutama di tanah jawa. Rebana di pesantren

sering dikenal dengan sebutan “Terbangan”. Pada karya ini terdapat 2 santri

yang sedang memainkan alat musik rebana. Terbangan biasanya digunakan

untuk syi’ar lewat syair dan sholawat sebagai ekspresi kecintaan terhadap

baginda Nabi Muhammad SAW.

8. Karya Seni Lukis 8 “Disiplin”


54
Gambar 4.8 Karya Seni Lukis 8
“Disiplin” 120 x 100 cm, Cat Akrilik Pada Kanvas, 2024
Sumber: Dokumentasi Pribadi

Karya seni lukis yang berjudul Disiplin, merupakan keadaan sehari-

hari di pesantren yang dijadikan ide penciptaan oleh penulis yaitu

tentang menjaga kegiatan- kegiatan wajib yang ada di pesantren seperti

sholat berjamaah, ta’lim, membaca kitab atau yang sering disebut dengan

sorogan, kerja bakti atau roan dan masih banyak kegiatan wajib yang

lainnya. Karya ini divisualisasikan dengan dus orang santri yang masing-

masing membawa kitab pelajaran dan memegang kayu yang merupakan

pengurus pesantren bagian keamanan. Pengurus bagian keamanan

merupakan santri yang dipercaya oleh kiai atau pengasuh untuk

mengontrol dan menjaga kedisiplinan para santri.

55
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan dari latar belakang penciptaan yang dituangkan kedalam

karya seni Tugas Akhir ini, kehidupan di lingkungan pesantren adalah

menggambarkan kehidupan di pesantren merupakan pengalaman yang sangat

berkesan dan berharga. Pondok pesantren banyak mengajarkan tentang kesabaran,

kemandirian dan kesederhanaan. Berdasarkan bekal pengalaman hidup di

lingkungan pesantren yang penulis dapatkan penulis tertarik untuk mengangkat

menjadi tema utama dalam Tugas Akhir penciptaan karya ini dengan judul

“Ajaran Kehidupan di Pesantren Sebagai Ide Penciptaan Karya Seni Lukis”.

Pengalaman ini bersifat pribadi namun tidak terlalu personal yang belum banyak

diketahui oleh masyarakat umum.

Visualisasi objek pada karya tugas akhir ini telah sesuai dengan konsep

serta imajinasi bentuk dalam melukiskan sebuah Ajaran di Pondok Pesantren.

Penulis menggunakan teknik sapuan dan transparan, menggunakan gaya

impresionis dengan menampilkan kesan-kesan cahaya yang ada. Bentuk

visualisasi berupa figur manusia yang dibuat sesuai proporsi realistik namun tidak

mencapai detail yang akurat, warna yang digunakan cenderung warna cerah, serta

menggunakan sapuan-sapuan tebal dan kuat untuk menciptakan bentuk objek

yang dilukis. Dengan terciptanya karya tugas akhir ini semoga dapat memberikan

pengalaman, pembelajaran, serta pengetahuan yang bermanfaat khusunya bagi

diri sendiri dan khalayak pada umumnya, sehingga karya yang diciptakan tidak

hanya bernilai estetik dan artistik semata, akan tetapi juga memiliki pesan moral

yang memberikan manfaat bagi semua manusia.

56
Penulis juga membaurkan berbagai data, guna memicu imajinasi dalam

proses penciptaan karya seni lukis. Proses pengumpulan data dilakukan dengan

cara observasi di lingkungan sekitar melalui pengamatan langsung Selanjutnya

karya yang diciptakan ditampilkan tanpa dibingkai karena telah memenuhi unsur

artistika dalam penampilannya, kemudian karya disajikan dalam ruang pameran.

Visual dalam karya tugas akhir ini lebih menonjolkan pembahasan pada

Ajaran Kehidupan di Pesantren. Selain itu penulis juga menemukan berbagai

permasalahan dalam proses pembuatan karya tugas akhir, beberapa di antaranya

adalah saat proses pembuatan sketsa yang berulang-ulang dikarenakan pemilihan

objek yang terlalu rumit sehingga butuh proses panjang dalam menyusun dan

merancang sehingga menemukan balance dan keseimbangan pada medium kanvas

yang akan dilukis.

B. Saran

Berdasarkan pengalaman pribadi dalam penciptaan karya Tugas Akhir ini,

penulis menemukan beberapa kemungkinan yang dapat menginspirasi perupa lain

dalam berkarya dan beberapa permasalahan dalam proses pembuatan karya seni

Tugas Akhir ini. Tema Ajaran Kehidupan di Pesantren sebagai Sumber Ide

Penciptaan Karya Seni Lukis Tugas Akhir ini dapat dikembangkan misalnya

penciptaan karya seni grafis, seni patung, dan instalasi serta video art berkaitan

dengan tema yang tentunya memiliki proses yang bertahap dalam eksplorasi

maupun observasi.

Penulis berharap dapat memberikan manfaat bagi penulis maupun perupa

lain dalam penambahan referensi tentang ide atau gagasan, membangun sebuah

pemikiran yang luas dalam mengangkat tema yang lebih luas dalam berbagai

bentuk kekaryaan seni rupa maupun pertunjukan. Masih banyak bentuk ajaran-

ajaran di Pesantren yang belum penulis masukkan ke dalam tema Tugas Akhir ini
57
karena kurangnya ide untuk konsep karya dan keterbatasan waktu yang mungkin

masih bisa di eksplorasi lebih jauh lagi kedepannya. Penulis berdoa semoga

tulisan karya ini bisa bermanfaat bagi orang lain.

58
DAFTAR PUSTAKA

Ardi, Al-Maqassary. 2013. Pengertian Kesenian Menurut Para Ahli. Jurnal hasil riset
beranda, psikologi teknik ilmu sosial pendidikan kesehatan.
Arifin H.M. 1994. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara
Al-bustani, Fuad Iqrami. 1986. Munjid Ath-Thullab. Beirut: Dar Al-Masyriqi.
Al-Ghozali, Al-Imam. 2013. Ihya’ ’Ulumiddin, terj. Ibnu Ibrahim Badalillah Jakarta:
Republika.
Asmuni, M.Yusran. 1993. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Departemen P & K,
Jakarta. 1989.
Az-Zuhaili,Wahbah. 2013. Tafsir al-Wasith. Jakarta: Gema Insani.
Gulena, Muhammad Fethullah. 2013. Tasawuf untuk Kita Semua. Jakarta: Republika.
Hartoko, Dick. 1983. Manusia dan Seni. Dalam Hasaharu Anesahi, Seni, Kehidupan
dan Alam Jepang. Yogyakarta: Kanisius
Mas’ud, Jubaran. 1967. Raid Ath-Thullab. Beirut : Dar Al ‘ilmi Lilmalayyini. dalam
bukunya “Ilmu Tauhid” Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Rubio, Salva. 2017. Monet Itinerant of Light. New York: Nantier Beall Minouststchine.
Susanto, Mike. 2011. Diksi Rupa: Kumpulan Istilah dan Gerakan Seni Rupa.
Yogyakarta: Dicti Art
Muhaimin, Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakir. 2005 Kawasan dan Wawasan Studi
Islam. Jakarta: Kencana.
Zarkasyi, Imam. 1996. Serba-serbi Singkat Tentang Pondok Darussalam Gontor.
Ponorogo: Darussalam
Sumber Internet
Woman with a Parasol – Madame Monet and Her Son. 1875.
https://www.nga.gov/collection/art-object-page.61379.html diunduh pada 4
januari 2024
“Luncheon of the Boating Party” by Pierre-Auguste Renoir
https://www.nga.gov/collection/art-object-page.61379.html diakses pada: 4
Januari 2024
“Pasar Bunga Bandungan” by Awiki
https://news.detik.com/berita-jawa-timur/d-5863731/ini-lukisan-yang-laku-rp-2-4-
miliar-di-pameran-artos-kembang-langit-banyuwangi diakses pada 16 januari
2024

59
60
LAMPIRAN
BIODATA

Nama : Muhammad Rizqi Mubarok


NIM 191491053
Tempat dan Tanggal lahir : Kendal, 23 Mei 1998
Alamat : Desa Mlatiharjo RT 03/04, Kecamatan Patean,
Kabupaten Kendal, Jawa Tengah
Email : rizqimubarok868@gmail.com
Riwayat pendidikan :
1. TK Muslimat NU Mlatiharjo, Patean, Kendal (2002-
2004)
2. MI NU Mlatiharjo Patean Kendal (2005-2010)
3. MTS NU 13 Arrahmat Sukorejo Kendal (2011-2013)
4. MA Negeri 1 Kendal (2013-2015)
5. ISI Surakarta (2019)

61
PAMFLET PAMERAN

Gambar 5.1 Poster Tugas Akhir Karya

62
DESAIN KATALOG

Gambar 5.2 Gambar Sampul Katalog Tugas Akhir

63
PROSES DISPLAY KARYA

64
FOTO BERSAMA DOSEN PENGUJI DAN DOSEN PEMBIMBING

65

Anda mungkin juga menyukai