Anda di halaman 1dari 107

HUBUNGAN ANTARA RASIO LINGKAR PINGGANG

PANGGUL (RLPP) DENGAN KADAR GLUKOSA


DARAH LANSIA DI GKJ GONDOKUSUMAN

KARYA TULIS ILMIAH

Untuk Memenuhi Sebagian Syarat


Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran
Pada Fakultas Kedokteran
Universitas Kristen Duta Wacana

Disusun Oleh

ENDRIS EDYA TAMBOTO

41140004

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN DUTA WACANA
YOGYAKARTA
2018
HUBUNGAN ANTARA RASIO LINGKAR PINGGANG
PANGGUL (RLPP) DENGAN KADAR GLUKOSA
DARAH LANSIA DI GKJ GONDOKUSUMAN

KARYA TULIS ILMIAH

Untuk Memenuhi Sebagian Syarat


Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran
Pada Fakultas Kedokteran
Universitas Kristen Duta Wacana

Disusun Oleh

ENDRIS EDYA TAMBOTO

41140004

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN DUTA WACANA
YOGYAKARTA
2018

i
ii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Saya menyatakan dengan sesungguhnya skripsi dengan judul :

HUBUNGAN ANTARA RASIO LINGKAR PINGGANG PANGGUL


(RLPP) DENGAN KADAR GLUKOSA DARAH LANSIA DI GKJ
GONDOKUSUMAN

Yang saya kerjakan untuk melengkapi sebagian syarat untuk menjadi Sarjana

pada Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Kristen

Duta Wacana Yogyakarta, adalah bukan hasil tiruan atau duplikasi dari karya

pihak lain di perguruan tinggi atau instansi manapun, kecuali bagian yang sumber

informasinya sudah dicantumkan sebagaimana mestinya.

Jika dikemudian hari didapati bahwa hasil skripsi ini adalah plagiasi atau tiduran

dari karya pihak lain, maka saya bersedia dikenai sanksi yakni pencabutan gelar

saya.

Yogyakarta, ...........................

(Endris Edya Tamboto)

41140004

iii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

Sebagai mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Dutawa


Wacana, yang bertanda tangan dibawah ini, saya :

Nama : Endris Edya Tamboto

NIM : 41140004

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan


kepada Universitas Kristen Dutawa Wacana, hak bebas royalti non eksklusif (non
exclusive royalti-free right), karya ilmiah saya yang berjudul :

HUBUNGAN ANTARA RASIO LINGKAR PINGGANG PANGGUL (RLPP)


DENGAN KADAR GLUKOSA DARAH LANSIA DI GKJ
GONDOKUSUMAN

Dengan hak bebas royalti non eksklusif ini, Fakultas Kedokteran


Universitas Kristen Duta Wacana berhak menyimpan, mengalihkan
modis/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat
dan mempublikasikan karya tulis ilmiha selama tetap mencantumkan nama saya
sebagai penulis dan sebagai pemilik hak cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya

Yogyakarta, Maret 2018

Yang Menyatakan,

Endris Edya Tamboto

41140004

iv
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena

atas kelimpahan berkatNya, penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini

sebagai sebagian syarat memperoleh gelar sarjana kedokteran di Fakultas

Kedokteran Universitas Kristen Duta Wacana Yogyakarta ini.

Penulisan karya tulis ilmiah yang berjudul ‘Hubungan Antara Rasio

Lingkar Pinggang Panggul (RLPP) Dengan Kadar Glukosa Darah Lansia di GKJ

Gondokusuman’ ini dapat terselesaikan melalui dukungan dan bantuan dari

berbagai pihak. Dalam penulisan karya tulis ini, penulis banyak mendapatkan

dukungan baik secara langsung maupun tidak langsung berupa arahan, bimbingan,

semangat, motivasi, kritik maupun saran. Karena itu, penulis ingin mengucapkan

terima kasih yang sebesar-besarnya, sekaligus memberikan apresisasi kepada

pihak-pihak yang terlibat dalam penulisan karya tulis ilmiah ini, terlebih khusus

kepada :

1. Tuhan Yesus Kristus yang telah mengizinkan penulis untuk lahir ke

dunia ini, dan terus memberkati penulis hingga saat ini

2. dr. Yoseph Leonardo Samodra, M.P.H., selaku dosen pembimbing I

penulis yang selalu siap memberikan bimbingan, masukan, arahan, dan

koreksi agar karya tulis ilmiah ini menjadi sedemikian adanya

3. dr. Leonardo Alfonsius Paulus Lalenoh, M. Sc., selaku dosen

pembimbing II penulis yang selalu siap memberikan bimbingan,

v
masukkan, arahan, dan koreksi agar karya tulis ilmiah ini menjadi

sedemikian adanya.

4. dr. The Maria Meiwati Widagdo, Ph. D., selaku dosen penguji yang

telah bersedia menjadi dosen penguji, dan selalu memberikan arahan,

koreksi, dan bimbingan kepada penulis.

5. dr. Tedjo Jayadi, Sp. PA dan dr. Arum Krismi, Sp. KK, selaku dosen

penilai kelaikan etik yang telah memberikan izin sehingga penelitian

ini dapat berjalan.

6. Seluruh dosen dan staff Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Duta

Wacana, atas semua pelajaran dan bimbingan yang telah diberikan

kepada penulis selama ini.

7. Bapak Pranowo selaku ketua komisi Adiyuswa, seluruh pengurus

komisi Adiyuswa GKJ Gondokusuman, serta majelis jemaat yang

telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian dan

pengambilan data di GKJ Gondokusuman, Yogyakarta

8. Seluruh anggota komisi Adiyuswa GKJ Gondokusuman yang telah

meluangkan waktunya untuk mengikuti penelitian ini.

9. Drs. Edward E. Tamboto selaku ayah dari penulis dan Dyah

Wulandani S. H. selaku ibu dari penulis, atas cinta dan kasih sayang

yang selalu diberikan kepada penulis, atas dukungan baik spiritual

maupun finansial yang diberikan kepada penulis, yang selalu

mendoakan penulis dalam berkuliah dan menyelesaikan karya tulis

ilmiah ini.

vi
10. Efrata Wijaya Tamboto, S. Tr. K. selaku kakak kandung dari penulis,

juga Ezra Aryaguna Tamboto dan Efrado Emanuel Lodewyk Tamboto

selaku adik-adik kandung terkasih penulis, yang selalu mendukung dan

mendoakan penulis.

11. Keluarga yang ada di Jogja (Budhe dan Pakdhe sekeluarga) yang

selalu memberikan dukungan kepada penulis

12. Dora Susana Kialian, Nettavania Pudihang, dan Afilya M. K. Udang

selaku sahabat sekaligus teman sepayung penulis, atas dukungan dan

semangatnya dalam menjalani suka duka penulisan karya tulis ini dari

awal hingga selesai bersama-sama.

13. Saudara-saudari McD terkasih (Keyvin Stevano Roring, Afilya M. K.

Udang, Ria Pusparani Puansalaing, Nettavania Pudihang dan Giovani

Manuella Mapanawang) yang sudah menjalani suka dan duka bersama

penulis sejak awal perkuliahan di FK UKDW hingga saat ini, atas

dukungan, bantuan, dan penghiburannya kepada penulis.

14. Patrick Kurniawan Chandra S., Berlian Wahyu Puspita Hapsari, dan

Theresia Agung Kristiawan selaku sahabat penulis, atas dukungan dan

bantuannya dalam menjalani kehidupan perkuliahan hingga penulisan

karya tulis ilmiah ini.

15. Choya Alvis Chenarchgo dan Nindya Stephanie Christina Sinaga

selaku teman baik penulis yang telah memberikan dukungan, doa,

semangat, dan penghiburan kepada penulis, juga telah memberikan

vii
waktu dan kesempatannya kepada penulis untuk bercerita dan berkeluh

kesah.

16. Marselly Maria Robot, selaku teman penulis yang telah membantu

penulisan karya tulis ilmiah ini sehingga karya tulis ini dapat

terselesaikan dengan baik, serta Inda Rebeca Pertiwi Pasaribu selaku

teman penulis yang telah memberikan motivasi dan dukungan dalam

penulisan karya tulis ilmiah ini.

17. Seluruh pihak yang telah membantu dalam pengambilan data sehingga

data yang diperlukan untuk penelitian ini bisa terkumpul.

18. Sejawat FK UKDW 2014 yang telah bersama-sama menjalani pahit

manisnya perkuliahan sejak OKA hingga saat ini.

19. Seluruh pihak yang terlibat dalam penulisan karya tulis ilmiah ini,

yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

Penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada semua pihak yang

terlibat dalam penulisan karya tulis ilmiah ini, kiranya Tuhan yang akan

membalas semuanya. Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh

dari kata sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang

membangun demi kesempurnaan karya tulis ilmiah ini. Akhir kata, semoga karya

tulis ini dapat diterima dan dapat berguna bagi berbagai pihak.

Yogyakarta, Februari 2018

viii
Endris Edya Tamboto

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i

LEMBAR PENGESAHAN ii

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI iii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI iv

KATA PENGANTAR v

DAFTAR ISI ix

DAFTAR TABEL xiii

DAFTAR GAMBARxiv

DAFTAR LAMPIRAN xvi

ABSTRAK xvii

BAB I - PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Rumusan Masalah 5

1.3 Tujuan Penelitian 5

1.4 Manfaat Penelitian 5

1.5 Keaslian Penelitian 6

ix
BAB II – TINJAUAN PUSTAKA 10

2.1 Tinjauan Pustaka 10

2.1.1 Pengukuran Status Gizi Dengan Antropometri 10

2.1.1.1 Antropometri secara umum 10

2.1.1.2 Rasio Lingkar Pinggang Panggul 11

2.1.2 Epidemiologi Obesitas 12

2.1.2.1 Prevalensi Obesitas di Dunia 12

2.1.2.2 Prevalensi Obesitas di Indonesia 13

2.1.3 Glukosa Darah 14

2.1.3.1 Pengertian Glukosa Darah 14

2.1.3.2 Peran Glukosa Darah Dalam Obesitas 14

2.1.4 Diabetes Melitus 16

2.1.4.1 Pengertian Diabetes Melitus 16

2.1.4.2 Klasifikasi Diabetes Melitus 17

2.1.4.3 Patogenesis Diabetes Melitus 18

2.1.4.4 Kriteria Diagnosis Diabetes Melitus 21

2.1.5 Lansia di Indonesia 22

2.1.5.1 Perubahan Yang Terjadi Pada Lansia 22

2.1.5.2 Status Gizi Lansia di Indonesia 24

x
2.1.5.3 Masalah Gizi Lansia di Indonesia 25

2.2 Landasan Teori 26

2.3 Kerangka Teori 28

2.4 Kerangka Konsep 29

2.5 Hipotesis 29

BAB III – METODOLOGI PENELITIAN 30

3.1 Metode Penelitian 30

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian 30

3.3 Populasi Penelitian dan Sampling30

3.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 31

3.5 Perhitungan Besar Sampel 33

3.6 Bahan dan Alat 34

3.7 Pelaksanaan Penelitian 35

3.8 Analisis Data 39

3.9 Etika Penelitian 39

3.10 Jadwal Penelitian 41

BAB IV – HASIL DAN PEMBAHASAN 42

4.1 Hasil Penelitian 42

xi
4.1.1 Karakteristik Data 43

4.1.2 Uji Normalitas 48

4.1.3 Hubungan Antar Variabel 49

4.1.3.1 Hubungan Antara Jenis Kelamin dan RLPP 50

4.1.3.2 Hubungan Antara Jenis Kelamin dan Kadar Glukosa Darah


Sewaktu 51

4.1.3.3 Hubungan Antara Usia dan RLPP 52

4.1.3.4 Hubungan Antara Usia dan Kadar Glukosa Darah


Sewaktu 53

4.1.3.5 Hubungan Antara RLPP dan Kadar Glukosa Darah


Sewaktu 54

4.2 Pembahasan 55

4.2.1 Hubungan Antara Usia dan Kadar Glukosa Darah Sewaktu 55

4.2.2 Hubungan Antara Jenis Kelamin dan Kadar Glukosa Darah Sewaktu

56

4.2.3 Hubungan Antara Usia dan RLPP 58

4.2.4 Hubungan Antara Jenis Kelamin dan RLPP 59

4.2.5 Hubungan Antara RLPP dan Kadar Glukosa Darah Sewaktu 60

4.3 Keterbatasan Penelitian 61

BAB V – KESIMPULAN DAN SARAN 63

xii
5.1 Kesimpulan 63

5.2 Saran 63

DAFTAR PUSTAKA 64

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Klasifikasi DM Menurut ADA 18

Tabel 3.1 Definisi Operasional 31

Tabel 3.2 Jadwal Penelitian 41

Tabel 4.1 Nilai Minimum, Maksimum, dan Rata-rata Usia, Kadar Glukosa Darah
Sewaktu, dan RLPP Pada Penelitian Yang Berjudul “Hubungan Antara Rasio
Lingkar Pinggang Panggul (RLPP) Dengan Kadar Glukosa Darah Lansia di GKJ
Gondokusuman.” 47

Tabel 4.2 Data Kadar Glukosa Darah Sewaktu Berdasarkan Usia dan Jenis
Kelamin Pada Penelitian Yang Berjudul “Hubungan Antara Rasio Lingkar
Pinggang Panggul (RLPP) Dengan Kadar Glukosa Darah Lansia di GKJ
Gondokusuman.” 47

Tabel 4.3 Data RLPP Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin Pada Penelitian Yang
Berjudul “Hubungan Antara Rasio Lingkar Pinggang Panggul (RLPP) Dengan
Kadar Glukosa Darah Lansia di GKJ Gondokusuman.” 48

Tabel 4.4 Nilai Uji Normalitas 48

Tabel 4.5 Hasil Uji Korelasi Spearman 49

Tabel 4.6 Hasil Uji Mann-Whitney pada variabel jenis kelamin 50

xiii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Teori 28

Gambar 2.2 Kerangka Konsep 29

Gambar 4.1 Gambaran Data Usia Lansia Pada Penelitian Yang Berjudul
“Hubungan Antara Rasio Lingkar Pinggang Panggul (RLPP) Dengan Kadar
Glukosa Darah Lansia di GKJ Gondokusuman.” 43

Gambar 4.2 Gambaran Data Jenis Kelamin Pada Penelitian Yang Berjudul
“Hubungan Antara Rasio Lingkar Pinggang Panggul (RLPP) Dengan Kadar
Glukosa Darah Lansia di GKJ Gondokusuman.” 44

Gambar 4.3 Gambaran Data Kadar Glukosa Darah Sewaktu Pada Penelitian Yang
Berjudul “Hubungan Antara Rasio Lingkar Pinggang Panggul (RLPP) Dengan
Kadar Glukosa Darah Lansia di GKJ Gondokusuman.” 45

Gambar 4.4 Gambaran Data Rasio Lingkar Pinggang Panggul Pada Penelitian
Yang Berjudul “Hubungan Antara Rasio Lingkar Pinggang Panggul (RLPP)
Dengan Kadar Glukosa Darah Lansia di GKJ Gondokusuman.” 46

Gambar 4.5 Persebaran Data RLPP Berdasarkan Jenis Kelamin Pada Penelitian
Yang Berjudul “Hubungan Antara Rasio Lingkar Pinggang Panggul (RLPP)
Dengan Kadar Glukosa Darah Lansia di GKJ Gondokusuman.” 50

Gambar 4.6 Persebaran Data Kadar Glukosa Darah Sewaktu Berdasarkan Jenis
Kelamin Pada Penelitian Yang Berjudul “Hubungan Antara Rasio Lingkar
Pinggang Panggul (RLPP) Dengan Kadar Glukosa Darah Lansia di GKJ
Gondokusuman.” 51

Gambar 4.7 Grafik Persebaran Data RLPP Berdasarkan Usia Pada Penelitian
Yang Berjudul “Hubungan Antara Rasio Lingkar Pinggang Panggul (RLPP)
Dengan Kadar Glukosa Darah Lansia di GKJ Gondokusuman.” 52

xiv
Gambar 4.8 Grafik Persebaran Data Kadar Glukosa Darah Sewaktu Berdasarkan
Usia Pada Penelitian Yang Berjudul “Hubungan Antara Rasio Lingkar Pinggang
Panggul (RLPP) Dengan Kadar Glukosa Darah Lansia di GKJ Gondokusuman.”
53
Gambar 4.9 Grafik Persebaran Data RLPP Berdasarkan Kadar Glukosa Darah
Sewaktu Pada Penelitian Yang Berjudul “Hubungan Antara Rasio Lingkar
Pinggang Panggul (RLPP) Dengan Kadar Glukosa Darah Lansia di GKJ
Gondokusuman.” 54

xv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Tabel Hasil Analisis Data 69

Lampiran 2. Keterangan Kelaikan Etik 69

Lampiran 2. Lembar Informasi Subjek 75

Lampiran 3. Lembar Konfirmasi Persetujuan Subjek78

Lampiran 4. Lembar Informasi Subjek (Penelitian) 80

Lampiran 6. Lembar Konfirmasi Persetujuan Subjek (Penelitian) 84

Lampiran 7. Keterangan Kelaikan Etik 85

Lampiran 8. Daftar Riwayat Hidup 86

xvi
HUBUNGAN ANTARA RASIO LINGKAR PINGGANG PANGGUL
(RLPP) DENGAN KADAR GLUKOSA DARAH LANSIA DI GKJ
GONDOKUSUMAN
Endris Edya Tamboto1, Yoseph Leonardo Samodra2, Leonardo Alfonsius Paulus
Lalenoh3, The Maria Meiwati Widagdo4
1,2,3,4
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Duta Wacana Yogyakarta
Korespondensi: Jl. Dr. Wahidin Sudirohusodo 5-25 Yogyakarta, 55224, Telp:
0274- 563929, Fax: 0274-8509590, Email: kedokteranukdw@yahoo.com,
Website: http://www.ukdw.ac.id

ABSTRAK
Latar Belakang : Salah satu masalah kesehatan yang sering dialami lansia adalah
obesitas, dan obesitas sentral berkaitan erat dengan peningkatan kadar glukosa
darah. Salah satu indikator obesitas sentral adalah peningkatan rasio lingkar
pinggang panggul (RLPP).

Tujuan : Untuk mengetahui hubungan antara rasio lingkar pinggang panggul


(RLPP) dengan kadar glukosa darah lansia di GKJ Gondokusuman

Metode Penelitian : Penelitian dilakukan menggunakan metode cross sectional,


dan dengan mengukur kadar glukosa darah sewaktu menggunakan alat autocheck
dan mengukur RLPP menggunakan metline.

Hasil Penelitian : Responden berjumlah 96 orang lansia yang terdiri dari 64


perempuan (66,7%) dan 32 laki-laki (33,3%). Hubungan antara usia dengan RLPP
dan kadar glukosa darah sewaktu menunjukkan nilai p > 0,05. Hubungan antara
jenis kelamin dengan RLPP menunjukkan nilai p > 0,05. Hubungan antara jenis
kelamin dan RLPP menunjukkan hubungan negatif (r = -0,015), dimana nilai p >
0,05. Hubungan antara RLPP dan kadar glukosa darah sewaktu menunjukkan nilai
p < 0,05.

Kesimpulan : Terdapat hubungan yang signifikan antara RLPP dan kadar glukosa
darah sewaktu lansia di GKJ Gondokusuman

Kata Kunci : obesitas, RLPP, glukosa, darah.

xvii
RELATIONSHIP BETWEEN WAIST-HIP RATIO (WHR) TO BLOOD
GLUCOSE LEVEL IN ELDERLY IN GKJ GONDOKUSUMAN

Endris Edya Tamboto1, Yoseph Leonardo Samodra2, Leonardo Alfonsius Paulus


Lalenoh3, The Maria Meiwati Widagdo4
1,2,3,4
Faculty Of Medicine Duta Wacana Christian University Yogyakarta
Correspondence: Jl. Dr. Wahidin Sudirohusodo 5-25 Yogyakarta, 55224, Telp:
0274- 563929, Fax: 0274-8509590, Email: kedokteranukdw@yahoo.com,
Website: http://www.ukdw.ac.id

ABSTRACT

Background : One of the most health problem that often experienced by elderly
is obesity, and central obesity is related to the raise of blood glucose level. One of
the indicator of obesity is the enhancement of waist-hip ratio (WHR).

Objective : To know the relationship between waist-hip ratio (WHR) to blood


glucose levels in elderly in GKJ Gondokusuman.

Methods : The study was conducted using cross sectional method, by measuring
the blood glucose level with autocheck tool, and measuring WHR using metline

Results : Respondents were 96 elderly people, consist of 64 women

(66,7%) and 32 males (33,3%). The relationship between age to WHR and blood
glucose level showed p > 0,05. The relationship between sex and WHR shows p >
0,05. The relationship between sex and blood glucose level showed a negative
relationship (r = -0,015), where p > 0,05. The relationship between WHR and
blood glucose level shows p < 0,05.

Conclusion : There’s a significant relationship between WHR and blood glucose


level in elderly in GKJ Gondokusuman.

Keyword : Obesity, waist-hip ratio, glucose, blood.

xviii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Lanjut usia atau yang biasa disebut dengan lansia, berdasarkan Undang-

Undang Republik Indonesia Nomor 13 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia adalah

seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas (Presiden Republik

Indonesia, 1998). Saat seseorang mencapai usia lanjut, seseorang sedang

mengalami suatu proses perubahan yang bertahap dalam jangka waktu beberapa

dekade (Notoadmojo, 2007). Perubahan yang paling nampak adalah perubahan

fisik, dimana kemampuan fisik seorang lansia akan berkurang, sehingga

kemampuannya dalam menjalankan aktivitas sehari-harinya akan menurun

(Notoadmojo, 2007). Berdasarkan data yang diperoleh dari Pusat Data dan

Informasi Kemenkes RI, provinsi dengan persentase lansia tertinggi di Indonesia

adalah DI Yogyakarta (13,4%) dan terendah adalah Papua (2,8%). Jumlah lansia

di Indonesia sendiri ada 18,781 juta jiwa pada tahun 2014 (Kemenkes, 2014).

Semakin banyak jumlah lansia di suatu daerah, maka semakin banyak pula

masalah kesehatan yang dapat terjadi kepada lansia tersebut. Semakin bertambah

usia seseorang, maka fungsi fisiologis orang tersebut akan semakin menurun.

Akibat penurunan fungsi fisiologis tersebut, maka akan muncul berbagai masalah

kesehatan pada lansia. Berdasarkan data yang diperoleh dari Riskesdas,

kebanyakan lansia mengalami penyakit tidak menular (PTM). Penyakit tidak

xix
menular yang paling banyak dialami adalah hipertensi, disusul dengan artritis,

stroke, PPOK, dan

diabetes melitus (Riskesdas, 2013). Pada penderita diabetes melitus, terjadi

resistensi insulin yang bisa disebabkan karena keadaan obesitas (Suyono, 2011).

Diabetes melitus adalah sekelompok penyakit metabolik dengan penyebab

terjadinya hiperglikemia. Hiperglikemia terjadi karena adanya kelainan sekresi

insulin, kelainan kerja insulin, ataupun kelainan pada keduanya. Hiperglikemia

yang tidak ditangani dengan cepat dapat menyebabkan berbagai macam

komplikasi dan kegagalan berbagai organ, misalnya mata, ginjal, saraf, jantung,

dan pembuluh darah (ADA, 2012). Diabetes melitus dapat dicetuskan oleh

beberapa faktor risiko, dan salah satunya adalah usia di atas 45 tahun. Orang

dengan usia di atas 45 tahun cenderung mempunyai kemungkinan yang lebih

tinggi untuk menderita diabetes melitus (ADA, 2012). Selain itu, adanya obesitas

terutama obesitas sentral pada seseorang juga bisa menjadi faktor risiko terjadinya

diabetes melitus, dimana dengan adanya obesitas menandakan seseorang memiliki

kandungan lemak yang cukup banyak di dalam tubuhnya. Aktifitas fisik yang

kurang juga meningkatkan risiko terjadinya diabetes melitus pada seseorang

menjadi 2-4 kali lebih tinggi (ADA, 2012).

Obesitas merupakan salah satu masalah kesehatan yang sering terjadi di

masyarakat belakangan ini. Obesitas adalah salah satu tanda kemunculan penyakit

yang tidak menular, atau disebut dengan Non Communicable Disease. Beberapa

contoh penyakit tidak menular yang umumnya dialami seseorang yang terkena

obesitas misalnya penyakit jantung koroner, hipertensi dan stroke. Penyakit ini

xx
tidak memandang lokasi, baik masyarakat di negara maju maupun negara

berkembang dapat mengalami penyakit tidak menular. Keadaan ini menimbulkan

beban sosial-ekonomi pada manusia di berbagai negara, termasuk di Indonesia

(WHO, 2015).

Penumpukan lemak di daerah perut bisa meningkatkan risiko terjadinya

sindroma metabolik. Adiposit jaringan lemak di daerah perut adalah adiposit yang

berukuran besar, dan kurang peka terhadap kerja anti-lipolisis sehingga lebih

mudah terjadi lipolisis. Lipolisis tersebut menyebabkan peningkatan asam lemak

bebas, serta meningkatkan persebaran asam lemak di hati. Hal ini akan

menyebabkan peningkatan proses glukoneogenesis, serta menghambat

pengambilan dan penggunaan glukosa di otot. Akumulasi trigliserida di hati dan

di otot akan menyebabkan resistensi insulin, dan juga jaringan lemak

menghasilkan beberapa sitokin dan hormon yang kerjanya menghambat kinerja

insulin. Karena terhambatnya kinerja insulin, maka kadar glukosa darah tidak bisa

diturunkan ke kadar normal dan akhirnya terjadi peningkatan yang tak terkontrol

(Sudiana, 2016). Kadar glukosa darah adalah jumlah glukosa yang terkandung

dalam plasma (Dorland, 2010). Peningkatan kadar glukosa darah yang berlebihan,

baik glukosa darah puasa, postprandial, maupun sewaktu bisa merupakan tanda

bahwa seseorang menderita diabetes melitus (Guyton, 2008).

Prevalensi berat badan yang berlebih (overweight) dan obesitas sangat

meningkat tajam di seluruh dunia. Berdasarkan data yang diperoleh dari WHO,

pada tahun 2014 lebih dari 1,9 miliar orang dewasa yang berusia lebih dari 18

tahun, mengalami kelebihan berat badan. (WHO, 2014). Selain itu, pada tahun

xxi
2008 masalah gizi yang paling banyak dialami oleh lansia adalah kelebihan gizi,

yang dapat mengarah ke obesitas (Nugroho, 2008). Pada tahun 2017, berdasarkan

Pemantauan Status Gizi (PSG), terdapat 14,6% dari seluruh penduduk Indonesia

yang tergolong dalam kategori gemuk, dan 25,8% yang tergolong kategori

obesitas (Kemenkes RI, 2017).

Rasio lingkar pinggang panggul (RLPP) adalah sebuah metode yang

sangat mudah dan sederhana untuk menggambarkan persebaran lemak dalam

tubuh seseorang, terutama lemak yang terdapat di bagian perut. Pengukuran RLPP

sangat akurat untuk menggambarkan keadaan obesitas pada seseorang.

Peningkatan RLPP pada seseorang sering dihubungkan dengan adanya kelebihan

berat badan, dan jika peningkatannya sangat banyak maka bisa disebut sebagai

obesitas sentral, dimana lemak pada tubuh menumpuk di bagian perut (Hartanti,

2008).

Gereja Kristen Jawa (GKJ) Gondokusuman adalah salah satu gereja yang

terletak di DI Yogyakarta. Salah satu kegatan yang dilakukan untuk mencegah

terjadinya obesitas yang dapat dilakukan di GKJ Gondokusuman Yogyakarta

adalah dengan diadakannya senam bagi para lansia yang tergabung di Komisi

Adiyuswo GKJ Gondokusuman. Senam lansia tersebut bertujuan untuk mencegah

terjadinya penyakit-penyakit tidak menular yang diakibatkan oleh kurangnya

aktifitas fisik lansia. Lansia yang tergabung dalam komisi Adiyuswa juga cukup

aktif dalam mengikuti senam lansia tersebut.

xxii
Penelitian pada lansia di GKJ Gondokusuman masih sangat jarang

dilakukan, terutama oleh akademisi kesehatan sehingga perlu dilakukan penelitian

lebih lanjut mengenai status kesehatan di GKJ Gondokusuman. Berdasarkan data

dan informasi yang telah dipaparkan di atas, peneliti ingin melakukan penelitian

dengan judul ‘Hubungan Antara Rasio Lingkar Pinggang Panggul Dengan Kadar

Glukosa Darah Sewaktu Lansia di GKJ Gondokusuman.’

1.2. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari penelitian ini adalah ‘apakah terdapat hubungan

antara rasio lingkar pinggang panggul dengan kadar glukosa darah sewaktu lansia

di GKJ Gondokusuman?’

1.3. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

- Mengetahui apakah terdapat hubungan antara rasio lingkar

pinggang panggul dengan kadar glukosa darah sewaktu lansia di

GKJ Gondokusuman

- Mengetahui apakah terdapat hubungan antara usia dan jenis

kelamin terhadap RLPP dan kadar glukosa darah sewaktu lansia di

GKJ Gondokusuman

2. Tujuan Khusus

xxiii
- Mengetahui gambaran ukuran rasio lingkar pinggang panggul

lansia di GKJ Gondokusuman

- Mengetahui gambaran kadar glukosa darah sewaktu lansia di GKJ

Gondokusuman

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Bagi Peneliti

a. Meningkatkan pengetahuan peneliti mengenai hubungan antara

rasio lingkar pinggang panggul dengan kadar glukosa darah

sewaktu lansia di masyarakat.

b. Menambah pengalaman peneliti dalam melakukan penelitian

1.4.2. Bagi masyarakat

Memanfaatkan penggunaan pengukuran rasio lingkar pinggang

panggul dalam mendeteksi risiko diabetes melitus dan dapat mencegah

terjadinya diabetes melitus di masyarakat khususnya di GKJ

Gondokusuman.

1.4.3. Bagi Institusi

Menambah perbendaharaan informasi mengenai hubungan antara

rasio lingkar pinggang panggul dengan kadar glukosa darah sewaktu lansia

xxiv
1.5. Keaslian Penelitian

Beberapa penelitian yang mempunyai kemiripan dengan penelitian yang

akan dilakukan adalah sebagai berikut.

1. Hubungan Indeks Massa Tubuh dan Rasio Lingkar Pinggang Panggul

Terhadap Kadar Glukosa Puasa oleh Nita Damayanti Sulistianingrum,

tahun 2010.

Penelitian ini dilakukan di Kompleks Perumahan Griya

Binangun Asri, Pengasih, Kulon Progo. Penelitian dilakukan dengan

metode cross sectional, dengan subjek warga yang tinggal di

Kompleks Perumahan Griya Binangun Asri, Pengasih, Kulon Progo.

Hasil dari penelitian ini yaitu terdapat hubungan antara RLPP dengan

kadar glukosa darah puasa. Persamaan dengan penelitian yang akan

dilakukan adalah penelitian tersebut dilakukan menggunakan metode

cross sectional, dan penelitian dilakukan dengan mengamati hubungan

rasio lingkar pinggang panggul terhadap kadar glukosa darah.

Sedangkan perbedaan antara kedua penelitian ini adalah pada

penelitian yang telah dilakukan, sampel dari penelitian adalah

xxv
masyarakat umum, sedangkan penelitian yang akan dilakukan

menggunakan sampel lansia.

2. Hubungan Nilai Antropometri Dengan Kadar Glukosa Darah oleh Nur

Indrawati Lipoeto, Eti Yerizel, Zulkarnain Edward, dan Intan Widuri,

tahun 2004.

Penelitian ini dilakukan di desa Parit Malintang dan Desa

Kampung Paneh Kecamatan Enam Lingkung, Pakandangan Kabupaten

Padang Pariaman. Penelitian dilakukan dengan metode cross sectional,

dengan subjek laki-laki dan perempuan yang berusia di atas 20 tahun

dan belum mengalami menopause dari kedua desa, dan tidak sedang

hamil maupun mengalami penyakit kronis seperti hipertensi, diabetes

melitus, ataupun gangguan tiroid. Hasil dari penelitian ini adalah tidak

ada hubungan antara rasio lingkar pinggang panggul terhadap kadar

glukosa darah.

Persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah

penelitian tersebut menggunakan metode cross sectional, dan

penelitian tersebut dilakukan dengan mengamati hubungan antara nilai

antropometri dengan kadar glukosa darah, dimana salah satu nilai

antropometri yang diamati adalah rasio lingkar pinggang-pinggul.

Sedangkan untuk perbedaanya yaitu subjek yang diteliti, dimana pada

penelitian yang telah dilakukan, sampel dari penelitian adalah orang

xxvi
dewasa. Sedangkan pada penelitian yang akan dilakukan, sampelnya

adalah lansia.

3. Hubungan Antara Ukuran Lingkar Pinggang dengan Kadar Glukosa

Darah Postprandial Pada Anggota Kepolisian Resor Karanganyar oleh

Muhammad Iqbal, tahun 2013

Penelitian dilakukan di Kepolisian Resor Karanganyar, pada

bulan November tahun 2013. Penelitian dilakukan dengan metode

cross sectional. Subjek penelitian ini adalah anggota kepolisian resor

karanganyar, berjenis kelamin laki-laki atau perempuan, dan bersedia

mengikuti penelitian ini. Hasil dari penelitian ini adalah terdapat

hubungan yang bermakna antara ukuran lingkar pinggang dengan

kadar glukosa darah postprandial anggota kepolisian di resort

karanganyar.

Persamaan dari penelitian ini dan penelitian yang akan

dilakukan adalah kedua peneliti sama-sama mengukur lingkar

pinggang dan mencari hubungan antara lingkar pinggang dengan kadar

glukosa darah. Kedua penelitian yang dilakukan juga menggunakan

metode cross sectional. Sedangkan perbedaan dari kedua penelitian ini

adalah variabel bebas pada penelitian yang sudah dilakukan hanyalah

lingkar pinggang saja, sedangkan penelitian yang akan dilakukan

menggunakan ukuran rasio lingkar pinggang panggul sebagai variabel

xxvii
bebas. Selain itu subjek dari kedua penelitian ini juga berbeda, dimana

penelitian yang telah dilakukan memilih anggota kepolisian sebagai

subjeknya, sedangkan subjek penelitian yang akan dilakukan adalah

lansia.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Pustaka

2.1.1. Pengukuran Status Gizi Secara Antropometri

2.1.1.1. Antropometri Secara Umum

Antropometri adalah ilmu yang mempelajari berbagai

ukuran tubuh manusia. Dalam bidang ilmu gizi, antropometri

digunakan untuk menilai status gizi seseorang. Pengukuran

antropometri yang sering digunakan adalah berat badan dan tinggi

badan. Selain itu, ukuran tubuh lainnya seperti lingkar lengan atas,

lapisan lemak bawah kulit, tinggi lutut, lingkaran perut, lingkaran

pinggul, maupun rasio lingkar pinggang panggul juga umum

xxviii
digunakan dalam pengukuran antropometri. Ukuran-ukuran

antropometri tersebut bisa berdiri sendiri untuk menentukan status

gizi dibanding baku atau berupa indeks dengan membandingkan

ukuran lainnya seperti BB/U, BB/TB. TB/U, maupun RLPP

(Sandjaja et al, 2009).

Pengukuran antropometri sudah sering digunakan karena

memiliki beberapa kelebihan. Kelebihan pengukuran antropometri

antara lain alat pengukur mudah didapatkan dan digunakan, dapat

dilakukan pengukuran berulang-ulang, pengukuran mudah dan

objektif, pengukuran tidak harus dilakukan oleh tenaga profesional

ataupun tenaga ahli, biaya yang diperlukan relatif murah, hasil

mudah disimpulkan, dan memiliki ambang batas yang baku

sehingga hasil penelitian sudah pasti diakui kebenarannya secara

ilmiah (Sudiana, 2016)

Sedangkan kelemahan dari antropometri antara lain kurang

sensitif, tidak mampu mendeteksi status gizi dalam waktu singkat,

tidak dapat membedakan zat gizi apa yang kurang dalam tubuh,

faktor di luar gizi yang dapat menurunkan spesifikasi dan

sensitivitas pengukuran, maupun kesalahan yang dapat terjadi

karena proses pengukuran yang kurang teliti maupun karena

analisis dan asumsi pengukur yang keliru (Sudiana, 2016).

2.1.1.2. Rasio Lingkar Pinggang Panggul

xxix
Rasio Lingkar Pinggang Panggul (RLPP) adalah salah

satu jenis indikator pengukuran antropometri yang menunjukkan

status kegemukkan, terutama obesitas sentral (WHO, 2008). RLPP

merupakan indikator antropometri yang cukup akurat untuk

menggambarkan komposisi lemak tubuh yang berkaitan dengan

obesitas sentral (Kaulina, 2009). Pengukuran RLPP dilakukan

dengan mengukur bagian pinggang pada lingkar terkecil, biasanya

tepat di atas pusar dan mengukur bagian panggul panggul pada

lingkar terbesar mengitari pantat (WHO, 2008). RLPP adalah

sebuah metode antropometri yang mudah dilakukan, untuk

menentukan distribusi lemak dalam tubuh khususnya yang ada di

daerah subkutan dan jaringan lemak di perut (Sugondo, 2014).

RLPP lebih akurat untuk mengukur keadaan obesitas sentral

(Sugondo, 2014).

RLPP pada wanita dikategorikan normal apabila kurang

dari 0.80 (< 0,80), sedangkan jika berada di rentang 0,80 – 0,84

maka dikategorikan sebagai kelebihan berat badan. Bila berada

pada angka lebih dari 0,85, maka bisa dikatakan obesitas (Sahi et

al, 2013). Sedangkan RLPP pada pria dikatakan normal bila

kurang dari 0,90 (< 0,90). Jika berada di rentang 0,90 – 0,94 maka

disebut kelebihan berat badan. Sedangkan jika lebih dari 0,95 (>

0,95) maka pria tersebut dikatakan obesitas (Sahi et al, 2013)

xxx
2.1.2. Epidemiologi Obesitas

2.1.2.1. Prevalensi Obesitas di Dunia

Prevalensi obesitas populasi dewasa di seluruh dunia pada

tahun 2005 mencapai 400 juta jiwa, dan diprediksi akan terus

meningkat seiring berjalannya waktu. Berdasarkan data World

Health Organization (WHO) pada tahun 2008, 35% orang di dunia

usia ≥20 tahun ke atas mengalami overweight (BMI ≥ 25 kg/m2),

34% laki-laki dan 35% perempuan (WHO, 2008). Prevalensi

obesitas dunia meningkat dua kali dari tahun 1980 dibandingkan

tahun 2008. Pada tahun 2008, 10% laki-laki dan 14% wanita di

dunia mengalami obesitas (BMI ≥30 kg/m2), sedangkan tahun

1980 sekitar 5% laki-laki dan 8% perempuan mengalami obesitas

(WHO, 2008).

2.1.2.2. Prevalensi Obesitas di Indonesia

Prevalesi obesitas di Indonesia menurut Riset Kesehatan

Dasar (Riskesdas) 2013 meningkat jika dibandingkan dengan

Riskesdas 2010. Angka obesitas pada laki-laki tahun 2010 sekitar

15% dan sekarang meningkat menjadi 20% (Riskesdas, 2013).

Prevalensi penduduk laki-laki dewasa obesitas pada tahun 2013

sebanyak 19,7%, lebih tinggi dari tahun 2007 (13,9%) dan tahun

2010 (7,8%). Pada tahun 2013, prevalensi obesitas perempuan

dewasa (>18 tahun) 32,9%, naik 18,1% dari tahun 2007 (13,9%)

xxxi
dan 17,5 % dari tahun 2010 (15,5%) (Riskesdas, 2013). Prevalensi

nasional obesitas tipe pear shaped (usia >15 tahun) di Indonesia

sebesar 19,1% (8,8% overweight dan 10,3% obesitas) dan

prevalensi obesitas tipe apple shaped sebesar 26,6%, lebih tinggi

dari prevalensi pada tahun 2007 (18,8%). Kelompok dengan

karakteristik obesitas tipe apple shaped tertinggi di Indonesia

berada dalam rentang umur 40 - 54 tahun sebanyak 27,4%

(Riskesdas, 2013).

2.1.3. Glukosa Darah

2.1.3.1. Definisi

Glukosa darah adalah istilah yang mengacu kepada kadar

glukosa dalam darah yang konsentrasinya diatur ketat oleh tubuh.

Glukosa yang dialirkan melalui darah adalah sumber utama energi

untuk sel - sel tubuh. Umumnya tingkat glukosa dalam darah

bertahan pada batas - batas 4 - 8 mmol/L/hari (70 - 150 mg/dl).

Kadar ini meningkat setelah makan dan biasanya berada pada level

terendah di pagi hari, saat seseorang bangun tidur (Harper, 2009).

Kadar glukosa darah sepanjang hari bervariasi dimana akan

meningkat setelah makan dan kembali normal dalam waktu 2 jam.

Kadar glukosa darah yang normal pada pagi hari setelah malam

sebelumnya berpuasa adalah 70 - 110 mg/dL darah. Kadar glukosa

darah biasanya kurang dari 120 - 140 mg/dL pada 2 jam setelah

xxxii
makan atau minum cairan yang mengandung glukosa maupun

karbohidrat lainnya (Price, 2012). Kadar gula darah sewaktu

normal berada pada angka 200 mg/dL kebawah (PERKENI, 2014).

2.1.3.2. Peran Glukosa dalam Obesitas

Kadar glukosa darah yang normal cenderung meningkat

secara ringan tetapi bertahap setelah usia 50 tahun, terutama pada

orang - orang yang tidak aktif bergerak. Peningkatan kadar glukosa

darah setelah makan atau minum merangsang pankreas untuk

menghasilkan insulin sehingga mencegah kenaikan kadar glukosa

darah yang lebih lanjut dan menyebabkan kadar glukosa darah

menurun secara perlahan (Guyton, 2008). Obesitas terjadi akibat

ketidakseimbangan masukan dan keluaran kalori dari tubuh serta

penurunan aktifitas fisik (sedentary life style) yang menyebabkan

penumpukan lemak di sejumlah bagian tubuh (Rosen, 2008).

Pengontrolan nafsu makan dan tingkat kekenyangan

seseorang diatur oleh mekanisme neural dan humoral

(neurohumoral) yang dipengaruhi oleh genetik, nutrisi, lingkungan,

dan sinyal psikologis. Pengaturan keseimbangan energi diperankan

oleh hipotalamus melalui 3 proses fisiologis, yaitu pengendalian

rasa lapar dan kenyang, mempengaruhi laju pengeluaran energi dan

regulasi sekresi hormon. Proses dalam pengaturan penyimpanan

energi ini terjadi melalui sinyal-sinyal eferen (yang berpusat di

xxxiii
hipotalamus) setelah mendapatkan sinyal aferen dari perifer

(jaringan adiposa, usus dan jaringan otot). Sinyal-sinyal tersebut

bersifat anabolik (meningkatkan rasa lapar serta menurunkan

pengeluaran energi) dan dapat pula bersifat katabolik 13

(anoreksia, meningkatkan pengeluaran energi) dan dibagi menjadi

2 kategori, yaitu sinyal pendek dan sinyal panjang. Sinyal pendek

mempengaruhi porsi makan dan waktu makan, serta berhubungan

dengan faktor distensi lambung dan peptida gastrointestinal, yang

diperankan oleh kolesistokinin (CCK) sebagai stimulator dalam

peningkatan rasa lapar. Sinyal panjang diperankan oleh fat-derived

hormon leptin dan insulin yang mengatur penyimpanan dan

keseimbangan energi (Sherwood, 2012).

Jika asupan energi melebihi dari yang dibutuhkan, maka

jaringan adiposa meningkat disertai dengan peningkatan kadar

leptin dalam peredaran darah. Kemudian, leptin merangsang

anorexigenic center di hipotalamus agar menurunkan produksi

Neuro Peptida Y (NPY) sehingga terjadi penurunan nafsu makan.

Demikian pula sebaliknya bila kebutuhan energi lebih besar dari

asupan energi, maka jaringan adiposa berkurang dan terjadi

rangsangan pada orexigenic center di hipotalamus yang

menyebabkan peningkatan nafsu makan. Pada sebagian besar

penderita obesitas terjadi resistensi leptin, sehingga tingginya kadar

leptin tidak menyebabkan penurunan nafsu makan (Jeffrey, 2009)

xxxiv
2.1.4. Diabetes Melitus

2.1.4.1. Pengertian Diabetes Melitus

Diabetes Melitus adalah sekumpulan gejala yang

diakibatkan oleh peningkatan kadar glukosa akibat penurunan

sekresi insulin. Sekresi insulin yang progresif dilatarbelakangi oleh

adanya resistensi insulin pada seseorang (Soegondo et al, 2009).

Diabetes Melitus adalah kondisi gangguan metabolisme

karbohidrat yang disebabkan oleh kekurangan insulin, baik secara

absolut (total) maupun sebagian (PERKENI, 2015). Banyak

komplikasi yang dapat timbul akibat kadar gula darah yang tidak

terkontrol, seperti neuropati, hipertensi, jantung koroner, retinopati

dan ganggren (PERKENI, 2015).

2.1.4.2. Klasifikasi Diabetes Melitus

Klasifikasi Diabetes Melitus yang berlaku di Indonesia

dibuat berdasarkan klasifikasi DM berdasarkan American Diabetes

Association (ADA). Klasifikasi DM menurut ADA 2007 dapat

dilihat pada tabel 2.1.

xxxv
Tabel 2.1. Klasifikasi DM menurut ADA (Perkeni, 2015)

Tipe Keterangan
Diabetes tipe 1 Diabetes yang tergantung insulin.
Disebabkan oleh adanya kerusakan
sel-sel beta pankreas sejak masa
kanak-kanak.

Diabetes tipe 2 Mulai dari yang dominan resistensi


insulin relatif sampai yang dominan
defek resistensi insulin. Bisa
dipengaruhi oleh gaya hidup.

Diabetes tipe lain 1. Defek genetik fungsi insulin


2. Defek genetik kerja insulin
3. Karena obat
4. Infeksi
5. Sebab imunologi yang jarang,
misalnya antibodi insulin
6. Resistensi insulin
7. Sindroma genetik lain yang
berkaitan dengan DM, misalnya
Klinefelter, Turner Syndrom.

Diabetes gestasional Disebabkan karena perubahan hormon


pada masa kehamilan

2.1.1.3. Patogenesis Diabetes Mellitus Tipe II

xxxvi
Berdasarkan Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan

Diabetes Mellitus Tipe II oleh Perkeni tahun 2015 (PERKENI,

2015), patogenesis DM Tipe II dapat disebabkan oleh delapan hal

(omnious octet) berikut:

a) Sel Beta Pancreas

Terganggunya fungsi sel beta yang sangat berkurang atau

terganggu

b) Liver

Terjadi produksi glukosa dalam keadaan basal oleh liver

(gluconeogenesis). Hal ini disebabkan karena resistensi insulin

yang berat, sehingga hepatic glucose production meningkat.

c) Otot

Adanya gangguan transport glukosa dalam sel otot,

berkurangnya sintesis glikogen, dan berkurangnya oksidasi glukosa

yang disebabkan adanya gangguan kinerja insulin yang multiple di

intramioselular, yang mengakibatkan gangguan fosforilasi tirosin.

d) Sel lemak

Adanya peningkatan proses lipolisis dan kadar asam lemak

bebas (FFA=Free Fatty Acid) dalam plasma. Peningkatan FFA

akan mengganggu sekresi insulin serta merangsang proses

xxxvii
glukoneogenesis, dan mengawali terjadinya resistensi insulin di

liver dan otot.

e) Usus

Di dalam saluran pencernaan, karbohidrat akan diserap

melalui kinerja enzim Alfa-Glukosidase yang memecah

polisakarida menjadi monosakarida untuk diserap oleh usus yang

mana meningkatkan glukosa darah setelah makan. Pada penderita

DM Tipe II didapatkan defisiensi efek incretin yaitu GLP-1

(glucagon-like polypeptide-1) dan resisten terhadap GIP (glucose-

dependent insulinotrophic polypeptide) Glukosa yang ditelan

memicu respon insulin jauh lebih besar dibanding kalau diberikan

secara intravena. Selain itu incretin juga segera dipecah oleh

enzim DPP-4.

f) Sel Alpha Pancreas

Sel-α berfungsi dalam sintesis glukagon yang akan

meningkat dalam plasma bila tubuh kekurangan glukosa.

g) Ginjal

Pada penderita DM terjadi peningkatan ekspresi gen SGLT-

2, dimana sembilan puluh persen dari glukosa akan difiltrasi oleh

ginjal dan diserap kembali melalui peran SGLT-2 (Sodium

Glucose coTransporter) di convulated tubulus proksimal. Sedang

xxxviii
10% nya diabsorbsi melalui SGLT-1 di tubulus desenden dan

asenden, sehingga dalam urine tidak ada glukosa.

h) Otak

Hiperinsulinemia merupakan mekanisme kompensasi dari

resistensi insulin, dimana pada keadaan ini asupan makan akan

meningkat akibat adanya resistensi insulin yang juga terjadi di

otak.

Diabetes melitus tipe 2 bukan disebabkan karena

kekurangan insulin, namun terjadinya penurunan kepekaan sel-sel

sasaran terhadap adanya insulin. Keadaan ini disebut dengan

resistensi insulin (Sherwood, 2012). Resistensi insulin adalah

keadaan dimana insulin mengalami resitensi pada penyerapan,

metabolisme, atau penyimpanan glukosa dalam tubuh. Resistensi

insulin menyebabkan menurunnya kemampuan penyerapan

glukosa di otot dan jaringan lemak serta ketidakmampuan hormon

menekan glukoneogenesis di hati (Crandall dan Shamoon, 2016).

Sebagian besar penderita diabetes melitus tipe 2 mengalami

obesitas. Obesitas sangat berpengaruh terhadap terjadinya diabetes

melitus tipe 2 dimana jaringan lemak yang ada mengeluarkan

hormon resistin yang meningkatkan terjadinya resistensi insulin,

dengan cara mengganggu kerja insulin. Selain itu juga, asam lemak

bebas yang dikeluarkan dari jaringan lemak dapat menumpuk

xxxix
secara abnormal dan berlebihan di otot, sehingga hal tersebut dapat

mengganggu kerja insulin di otot (Sherwod, 2012).

2.1.4.4. Kriteria Diagnosis

Diagnosis diabetes melitus dapat ditegakkan dari

pemeriksaan kadar glukosa darah. Jika terjadi peningkatan kadar

glukosa darah jauh di atas angka normal, maka perlu diwaspadai

adanya gejala-gejala khas dari diabetes melitus. Gejala dan keluhan

yang khas dialami oleh penderita diabetes melitus adalah:

a. Keluhan klasik : poliuria (buang air kecil yang

berlebih), polidipsia (banyak minum), polifagi (banyak

makan), dan penurunan berat badan tanpa penyebab

yang jelas.

b. Keluhan lain : kelemahan pada badan, kesemutan, gatal,

pandangan kabur, bisa terjadi disfungsi ereksi pada pria

maupun pruritus vulva pada wanita (PERKENI, 2015)

2.1.5. Lansia di Indonesia

2.1.5.1. Perubahan yang Terjadi pada Lansia

Pada keadaan usia lanjut, seseorang sedang mengalami

suatu proses perubahan yang bertahap dalam jangka waktu

beberapa dekade (Notoadmojo, 2010). Nugroho (2008)

xl
menyatakan adapun perubahan yang terjadi pada lanisa tersebut

terbagi atas perubahan fisik yang meliputi perubahan pada sel,

sistem persarafan, sistem pendengaran, sistem penglihatan dan

sistem muskuloskletal. Perubahan yang terjadi pada sel adalah

lebih sedikit jumlahnya, lebih besar ukurannya, berkurangnya

jumlah cairan tubuh dan berkurangnya cairan intraseluler,

menurunnya proporsi protein di otak, otot, darah, dan hati, jumlah

sel otak menurun, terganggunya mekanisme perbaikan sel, otak

menjadi atrofi, beratnya berkurang 5- 10% (Nugroho, 2008)

Pada sistem persarafan terjadi berat otak menurun 10-20%

(setiap orang berkurang sel otaknya dalam setiap harinya), lambat

dalam respon dan waktu untuk bereaksi, khususnya dengan stres,

mengecilnya saraf panca indra, yaitu berkurangnya penglihatan,

hilangnya pendengaran, mengecilnya saraf pencium dan perasa,

lebih sensitif terhadap perubahan suhu dengan rendahnya

ketahanan terhadap dingin dan kurang sensitif terhadap sentuhan.

Pada sistem pendengaran terjadi gangguan pada pendengaran yaitu

hilangnya kemampuan (daya) pendengaran pada telinga dalam,

terutama terhadap bunyi suara atau nada-nada yang tinggi dan nada

yang rendah, suara yang tidak jelas, sulit dimengerti kata-kata yang

diucapkan, membran timpani menjadi mengecil menyebabkan

terjadinya kerapuhan pada membran tersebut, terjadi pengumpulan

serumen dan mengeras karena meningkatnya keratin dan

xli
pendengaran bertambah menurun pada lanjut usia yang mengalami

ketegangan jiwa/ stres (Nugroho 2008).

Sedangkan pada sistem penglihatan terjadi pada pupil yaitu

timbul kekakuan dan hilangnya respon terhadap sinar, kornea lebih

berbentuk bulat (bola), lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa)

hingga menjadi katarak, menyebabkan gangguan penglihatan,

meningkatnya ambang, pengamatan sinar, daya adaptasi terhadap

kegelapan lebih lambat, dan susah melihat dalam cahaya gelap,

hilangnya daya akomodasi, menurunnya lapangan pandang;

berkurang luas pandangannya dan berkurangnya daya

membedakan warna biru atau hijau pada skala ukur. Pada sistem

muskuloskeletal terjadi tulang kehilangan density (cairan) dan

makin rapuh, kifosis, discus intervertebralis menipis dan menjadi

pendek, persendian membesar dan menjadi pendek dan tendon

mengerut serta mengalami skelerosis (Nugroho, 2008). Sementara

perubahan mental yang terjadi pada lansia lebih disebabkan oleh

adanya perubahan fisik, organ perasa, kesehatan secara umum,

tingkat pendidikan, keturunan, lingkungan, memori jangka panjang

dan jangka pendek, intelegency dan kemampuan komunikasi

verbal dan berkurangnya keterampilan psikomotor serta perubahan

psikososial pada lansia (Nugroho 2008).

2.1.5.2. Status Gizi Lansia di Indonesia

xlii
Status gizi adalah keadaan akibat dari keseimbangan antara

konsumsi dan penyerapan zat gizi dan penggunaan zat – zat

tersebut, atau keadaan fisiologi akibat dari tersedianya zat gizi

dalam seluler tubuh (Azizah, 2011). Bagi lansia pemenuhan

kebutuhan gizi yang diberikan dengan baik dapat membantu dalam

proses beradaptasi atau penyesuaian diri dengan perubahan-

perubahan yang dialaminya, selain itu dapat menjaga kelangsungan

pergantian sel-sel tubuh sehingga dapat memperpanjang usia.

Semua proses pertumbuhan memerlukan zat gizi yang terkandung

dalam makanan. Kecukupan makanan sehat sangat penting bagi

para lansia. Orang yang berusia 70 tahun, kebutuhan gizinya sama

dengan saat berusia 50 tahun, namun nafsu makan mereka

cenderung terus menurun, karena itu harus terus diupayakan

konsumsi makanan penuh gizi (Proverawati dan Wati, 2010).

2.1.5.3. Masalah Gizi Lansia di Indonesia

Masalah gizi yang terjadi pada lansia dapat berupa gizi

kurang atau gizi lebih. Masalah gizi dan penyakit yang dipengaruhi

oleh makanan yang sering kali menimpa lansia adalah berkaitan

dengan masalah kekurangan dan kelebihan gizi (Maryam dkk,

2008). Gizi lebih pada lansia lebih banyak terdapat di perkotaan

daripada pedesaan. Kebiasaan mengkonsumsi makan yang berlebih

pada waktu muda menyebabkan berat badan berlebih dan juga

xliii
karena kurangnya aktivitas fisik. Kebiasaan mengkonsumsi makan

berlebih tersebut sulit untuk diubah walaupun lanjut usia

menyadari dan berusaha untuk mengurangi makan. Kegemukkan

merupakan salah satu pencetus berbagai penyakit, misalnya

penyakit jantung, diabetes mellitus, penyempitan pembuluh darah

dan tekanan darah tinggi (Nugroho 2008).

Adapun gizi kurang yang terjadi pada lansia sering

disebabkan oleh masalah sosial-ekonomi dan gangguan penyakit.

Apabila konsumsi kalori terlalu rendah dari yang dibutuhkan, akan

menyebabkan berat badan kurang dari normal. Hal ini akan

diperparah apabila disertai dengan kekurangan protein, akibatnya

adalah kerusakkan sel yang tidak dapat diperbaiki. Akhirnya daya

tahan tubuh akan menurun dan akan mudah terkena penyakit

infeksi pada organ tubuh vital (Nugroho, 2008).

Perubahan kebutuhan dan asupan gizi harus diantisipasi

dengan pemberian nutrisi secara tepat sehingga tidak menimbulkan

masalah gizi atau memperburuk kondisi fisik lansia. Banyak

penelitian yang dilakukan ternyata kebanyakan masalah gizi pada

lansia adalah masalah gizi lebih atau kegemukan (Maryam dkk,

2008). Ketidakselektifan dalam memilih makanan yang

dikombinasi dengan melemahnya daya serap saluran pencernaan,

memicu kekurangan vitamin dan mineral yang akan berpengaruh

xliv
terhadap kondisi kesehatan dan status gizi mereka (Arisman,

2009).

2.2. Landasan Teori

Rasio Lingkar Pinggang Panggul (RLPP) adalah salah satu dari sekian

banyak metode yang bisa digunakan untuk menentukan distribusi lemak dalam

tubuh khususnya yang ada di daerah subkutan dan jaringan lemak di perut

(Sugondo, 2014). Pengukuran RLPP dilakukan dengan mengukur bagian

pinggang pada lingkar terkecil, biasanya tepat di atas pusar dan mengukur bagian

panggul panggul pada lingkar terbesar mengitari pantat (WHO, 2008). Jika RLPP

berada di atas angka normal, maka seseorang dikatakan mengalami obesitas (Sahi

et al, 2013).

Obesitas terjadi akibat ketidakseimbangan masukan dan keluaran kalori

dari tubuh serta penurunan aktifitas fisik (sedentary life style). Penurunan aktifitas

fisik pada lansia dapat menyebabkan penumpukan lemak di sejumlah bagian

tubuh (Rosen, 2008). Penumpukkan lemak pada bagian perut dapat menyebabkan

adanya resistensi insulin, dikarenakan jumlah lemak yang banyak pada bagian

perut menghambat penggunaan glukosa di otot (Sudiana, 2016). Akibat dari

resistensi insulin tersebut, maka kadar glukosa darah akan meningkat secara tak

terkontrol (Sudiana, 2016). Penurunan aktifitas fisik dapat terjadi pada lansia,

dimana lansia mengurangi aktivitas fisik seiring dengan pertambahan usia.

Pengurangan aktivitas fisik dan konsumsi makanan yang tinggi glukosa bisa

meningkatkan risiko terjadinya obesitas (Fatmah, 2010).

xlv
2.3. Kerangka Teori

Obesitas

Obesitas sentral

Akumulasi lemak di Rasio Lingkar


perut Pinggang Panggul
(RLPP)

Resistensi insulin

xlvi
↑ kadar glukosa darah

Gambar 2.1. Kerangka Teori

2.4. Kerangka Konsep

Rasio Lingkar Pinggang


Kadar Glukosa Darah
Panggul

- Usia
- Jenis Kelamin

Gambar 2.2. Kerangka Konsep

2.5. Hipotesis

xlvii
Hipotesis dari penelitian ini adalah ‘terdapat hubungan antara RLPP

dengan kadar glukosa darah lansia di GKJ Gondokusuman.’

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian

Penelitian ini dilakukan secara analitik observasional, dimana metode yang

digunakan adalah metode Cross Sectional. Cross sectional adalah

suatu penelitian untuk mempelajari suatu dinamika korelasi antara faktor-faktor

risiko dengan efek, dan dengan suatu pendekatan, observasi ataupun dengan

pengumpulan data pada suatu saat tertentu (point time approach), variabel

dependen dan variabel independen diteliti secara bersamaan, dan dalam satu

waktu saja (tidak ada follow up kepada subjek penelitian).

xlviii
3.2. Tempat dan Waktu Penelitian

3.2.1. Tempat penelitian : GKJ Gondokusuman

3.2.2. Waktu penelitian : November 2017

3.3. Populasi Penelitian dan Sampling

3.3.1. Populasi

Lansia yang tergabung di Komisi Adiyuswo di GKJ Gondokusuman

3.3.2. Kriteria Inklusi

Lansia yang tergabung dalam komisi Adiyuswa GKJ

Gondokusuman dan berusia 60 tahun ke atas

3.3.3. Kriteria Eksklusi

Lansia yang mengalami luka di bagian kulit sehingga tidak

memungkinkan untuk dilakukan pengukuran baik RLPP maupun

kadar glukosa darah sewaktu

3.3.4. Sampling

Teknik sampling yang digunakan ialah teknik consecutive

sampling. Besar sampel ditentukan dengan rumus sampel yang

dikembangkan oleh Lemeshow.

xlix
3.4. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

3.4.1. Variabel Penelitian

3.4.1.1. Variabel Bebas

Rasio Lingkar Pinggang Panggul (RLPP)

3.4.1.2. Variabel Terikat

Kadar Glukosa Darah Sewaktu

3.4.1.3. Variabel Perancu

Variabel perancu yang dapat dikendalikan dalam penelitian

ini adalah umur dan jenis kelamin

3.4.2. Definisi Operasional

Tabel 3.1. Definisi Operasional

No. Variabel Definisi Operasional Skala Kategori Hasil

l
1. Rasio Rasio Lingkar Pinggang- Numerik Perempuan
Lingkar Panggul (RLPP) adalah rasio Normal < 0,80
Pinggang yang diperoleh dari Lebih 0,80 – 0,84
Panggul Obesitas ≥ 0,85
lingkar pinggang (cm)
lingkar panggul(cm) Laki-laki
Normal < 0,90
Pengukuran dilakukan dengan Lebih 0,90 – 0,95
menggunakan pita pengukur Obesitas ≥ 0,95
dalam satuan cm. Pengukuran
lingkar pinggang dilakukan
dengan posisi orang yang akan
diperiksa berdiri tegak, pakaian
dilepaskan, kemudian diukur
diantara crista illiaca dan costa
XII. Sedangkan pengukuran
lingkar panggul dilakukan
dengan posisi orang yang akan
diperiksa berdiri tegak, pakaian
dilepaskan, kemudian diukur
diantara symphisis ossis pubis
dan bagian maksimal dari pantat
(Bigaard et al., 2008; Chan et
al., 2009) . Hasil pengukuran
dibaca dalam ketelian 0,1 cm.
Pengukuran dilakukan sebanyak
dua kali, kemudian data hasil
pengukuran pertama dan kedua
dirata-ratakan. Pada saat
pengukuran, tungkai
direnggangkan selebar kira-kira
25-30cm. (WHO, 2008)

2. Kadar Kadar Glukosa Darah sewaktu Numerik Normal = < 200


Glukosa adalah kadar gula darah dalam mg/dL
Darah tubuh yang diperiksa sewaktu- Tinggi = ≥ 200
Sewaktu waktu. Pengukuran dilakukan mg/Dl
dengan metode POCT. Rentang
normal kadar gula darah
sewaktu adalah < 200 mg/dL.
(PERKENI, 2015)

3. Usia Usia atau umur adalah satuan Rasio Lansia Muda =


waktu yang digunakan untuk 60 – 69 tahun
mengukur lama keberadaan Lansia Madya =
seseorang. (Depkes, 2009) 70 – 79 tahun

li
Lansia Tua =
> 80 tahun

4. Jenis Jenis kelamin berkaitan degan Nominal Laki-laki


Kelamin status biologis seseorang yang Perempuan
dibedakan atas laki-laki dan
perempuan (American
Psychological Association,
2015)

3.5. Perhitungan Besar Sampel

Besar sampel diperoleh dengan melakukan perhitungan menggunakan

rumus Lemeshow

2
z pq
n= 2
d

Keterangan :

n : Jumlah sampel minimal yang diperlukan

z : Nilai kepercayaan (1.96)

p : Proporsi yang aktif (0.5)

q : 1-p

d : Presisi absolut (10%)

Sehingga dengan menggunakan rumus di atas, diperoleh

perhitungan sebagai berikut

2
1.96 × 0 ,5 × 0 ,5
n= 2 n = 96,04
0 ,10

lii
Jadi, besar sampel yang diperlukan dalam penelitian ini adalah 96

sampel

3.6. Bahan dan Alat

1. Alat untuk mengukur lingkar pinggang dan lingkar panggul

Alat yang digunakan adalah metlin berbahan plastik dengan ketelitian 1

mm. Jumlah alat yang digunakan ada 4 buah. Sebelum penelitian dilakukan,

alat-alat tersebut sudah dikalibrasi terlebih dahulu.

2. Alat untuk memeriksa kadar glukosa darah

Alat yang digunakan untuk mengukur kadar glukosa darah adalah

 Multi Monitoring System Autocheck 3 in 1 (6 buah alat)

 strip gula darah Autocheck

 lancing device

 blood lancet

 alcohol swab

 handscoon

Sebelum penelitian dilakukan, alat-alat tersebut sudah dikalibrasi

terlebih dahulu.

3.7. Pelaksanaan Penelitian

liii
Tahap persiapan penelitian terdiri atas kegiatan sebagai berikut

1. Penelusuran pustaka untuk mengetahui dan memastikan belum

ada penelitian yang sama

2. Mempelajari tentang RLPP, kadar glukosa darah, maupun

lansia untuk mempermudah jalannya penelitian

3. Mengajukan izin ke GKJ Gondokusuman untuk menjalankan

penelitian di tempat tersebut

4. Pengajuan proposal

5. Pengurusan ethical clearance

Dalam tahap pelaksanaan, akan dilakukan :

1. Menunjuk tim peneliti, dan memberikan arahan dan pelatihan

mengenai pemeriksaan yang akan dilakukan. Tim peneliti

berjumlah 4 orang (sudah termasuk peneliti)

2. Seleksi subjek berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi

3. Tim peneliti berkunjung ke GKJ Gondokusuman dan

melakukan persiapan tempat untuk pemeriksaan

a. Menyiapkan ruangan tertutup untuk pengukuran RLPP

perempuan dan laki-laki

b. Menyiapkan meja, kursi, dan peralatan yang

diperlukan dalam pemeriksaan

4. Tim peneliti menjelaskan maksud, tujuan, dan prosedur

penelitian sertia meminta izin kepada subjek melalui lembar

liv
informed consent

5. Tim peneliti mencatat identitas subjek, dan melakukan

pengambilan data dengan cara melakukan pengukuran dan

pemeriksaan.

a. Melakukan pengukuran RLPP

1) Pengukuran dilakukan oleh tim peneliti yang

memiliki jenis kelamin yang sama dengan

subjek, dan dilakukan di ruangan tertutup dan

mendapatkan tugas untuk melakukan

pengukuran RLPP

2) Tim peneliti yang bertugas meminta izin untuk

melakukan pengukuran lingkar pinggang dan

lingkar panggul, dan meminta izin kepada

subjek untuk membebaskan daerah yang akan

dilakukan pengukuran dari pakaian. Tim

peneliti juga akan mengarahkan subjek menuju

ke ruangan tertutup yang telah disediakan.

Kemudian tim peneliti akan membebaskan

daerah pinggang dan panggul dari pakaian.

3) Tim peneliti yang bertugas melakukan

pengukuran lingkar pinggang menggunakan

metline

lv
4) Tim peneliti yang bertugas melakukan

pengukuran lingkar panggul menggunakan

metline

5) Pengukuran dilakukan sebanyak dua kali untuk

masing-masing lingkar pinggang dan lingkar

panggul, kemudian hasil pengukuran pertama

dan kedua dirata-ratakan. Angka rata-rata

kedua pengukuran adalah hasil pengukuran

lingkar pinggang dan lingkar panggul

6) Tim peneliti yang bertugas menghitung RLPP

dengan membagi hasil pengukuran lingkar

pinggang dengan lingkar panggul

b. Melakukan pengukuran kadar glukosa darah

1) Tim peneliti yang bertugas mempersiapkan alat

dan bahan yang diperlukan dalam pemeriksaan

kadar glukosa darah (Easy touch GCU, strip,

lancer device, lancet, alcohol swab, dan

handscoon)

2) Tim peneliti yang bertugas menggunakan

handscoon sebelum pemeriksaan dilakukan

3) Tim peneliti yang bertugas membersihkan

daerah yang akan diinjeksi dengan

menggunakan alcohol swab

lvi
4) Tim peneliti yang bertugas melakukan injeksi

menggunakan lancet yang sudah diposisikan

pada lancer device.

5) Tim peneliti yang bertugas mengambil darah

subjek yang akan diperiksa sesuai dengan

kebutuhan pemeriksaan.

6) Tim peneliti yang bertugas membaca hasil

pengukuran pada alat pengukuran kadar

glukosa darah

6. Peneliti melakukan rekapitulasi data.

7. Peneliti melakukan perhitungan data.

Pada tahap akhir akan dilakukan :

1. Penyusunan laporan

2. Pencetakan laporan

3. Pengumpulan laporan

3.8. Analisis Data

Setelah data dikumpulkan, dilakukan uji normalitas data menggunakan

software SPSS. Awalnya dilakukan uji Kolmogorov-Smirnov untuk mengetahui

distribusi data. Kemudian, dilakukan uji korelasi Pearson pada data yang

distribusinya normal, dan dilakukan uji korelasi Spearman pada data yang

distribusinya tidak normal. Analisa data akan dilakukan menggunakan analisis

lvii
univariat terlebih dahulu. Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan variabel-

variabel yang ada dalam penelitian, baik variabel bebas maupun variabel terikat.

Selanjutnya akan dilakukan analisis bivariat untuk mencari hubungan antara

variabel bebas dan variabel terikat. Jika diketahui terdapat hubungan antara

variabel perancu dengan variabel-variabel bebas maupun terikat, maka dilakukan

analisis multivariat.

3.9. Etika Penelitian

Penelitian dilakukan dengan menggunakan manusia sebagai sampelnya.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer, dimana

pengambilan data dilakukan dengan mengukur RLPP dan kadar glukosa darah

sewaktu. Untuk pengukuran lingkar pinggang dan lingkar panggul, pengukuran

akan dilakukan oleh tim peneliti yang memiliki jenis kelamin yang sama dengan

subjek yang akan diperiksa. Pengukuran juga akan dilakukan di ruang tertutup,

karena pemeriksaan ini mengharuskan subjek membebaskan daerah yang akan

diperiksa dari pakaian. Tim peneliti juga telah mendapatkan pelatihan dan

penjelasan mengenai cara pengukuran sebelum penelitian dilakukan.

Sebelum dilakukan pemeriksaan, responden akan diminta untuk

menandatangani informed consent. Informed consent ini bertujuan untuk

memberitahukan bahwa responden akan diperiksa gula darahnya, dan mengukur

lingkar pinggang dan lingkar panggul. Selain itu pada penjelasan informed

consent subjek akan diberitahu bahwa pemeriksaan ini mengharuskan subjek

lviii
membebaskan daerah yang akan diperiksa dari pakaian. Dalam hal ini subjek akan

diminta untuk membebaskan daerah pinggang dan panggul dari pakaian (misalnya

mengangkat sedikit baju atau menurunkan sedikit celana/rok). Pengukuran RLPP

juga akan dilakukan di ruangan yang tertutup, dan tim peneliti yang melakukan

pengukuran harus memiliki jenis kelamin yang sama dengan subjek yang akan

diteliti.

Penelitian ini dilakukan dengan memperhatikan prinsip-prinsip utama

etika yang mencakup justice, autonomy, non-malefience dan benefience.

Berdasarkan prinsip beneficence, peneliti bertanggung jawab dalam penelitian ini.

Peneliti akan berusaha menjaga agar kesehatan responden tetap terjaga setelah

penelitian dilakukan. Berdasarkan prinsip non-maleficence, peneliti tidak akan

melakukan perbuatan atau tindakan yang akan membahayakan responden.

Berdasarkan prinsip justice, peneliti akan memberikan perlakuan yang sama

kepada semua responden, tidak membeda-bedakan responden. Sedangkan

berdasarkan prinsip autonomy, peneliti wajib menghormati hak dan kewajiban

tiap responden. Data yang diperoleh dalam penelitian ini akan dirahasiakan.

Untuk memperoleh ethical clearance, proposal akan diajukkan ke Komite Etik

Penelitian Kesehatan FK UKDW Yogyakarta. Hal ini dilakukan dengan

memperhatikan 4 prinsip utama etika yaitu justice, autonomy,beneficence, dan

non maleficence. Penelitian telah dilakukan setelah peneliti mendapat surat

pernyataan kelaikan (ethical clearance) dari Komite Etik Penelitian Kedokteran

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Duta Wacana (Jl. Dr. Wahidin

Sudirohusodo 5-25 Yogyakarta, 55224, Telp : 0274-563929, Fax : 0274-8509590,

lix
email : kedokteranukdw@yahoo.com, website : http://www.ukdw.ac.id dengan

nomor kelaikan etik 525/C.16/FK/2017.

3.10. Jadwal Penelitian

Tabel 3.2. Jadwal Penelitian

No Kegiatan Sep Ok Nov Des Jan Feb


t
1. Persiapan penelitian dan ujian proposal
2. Pengurusan ethical clearance, surat izin
penelitian, dan pengambilan data di GKJ
Gondokusuman
3. Analisis data
4. Seminar hasil penelitian
5. Pengambilan kesimpulan
6. Ujian pendadaran

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian

lx
Penelitian ini dilakukan di GKJ Gondokusuman, yang beralamatkan di JL.

Dr. Wahidin, No. 40, Klitren, Gondokusuman, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa

Yogyakarta. Pengambilan data dilakukan pada lansia yang tergabung di komisi

Adiyuswa GKJ Gondokusuman. Awal penelitian, peneliti bertemu dengan ketua

komisi Adiyuswa, dan meminta izin untuk melakukan penelitian serta bertanya

mengenai jumlah lansia yang tergabung dalam komisi Adiyuswa. Beliau berkata

ada sekitar 100 lebih lansia yang tergabung, dan beliau bersedia memberikan izin

kepada peneliti. Pengambilan data dilakukan sebanyak tiga kali, dimana

pengambilan data pertama dilakukan pada hari Sabtu tanggal 25 November 2017

di gedung serbaguna GKJ Gondokusuman. Pengambilan data kedua dilakukan

pada hari Selasa 28 November 2017, bertempat di gedung serbaguna GKJ

Gondokusuman. Sedangkan pengambilan data ketiga dilakukan pada hari Selasa

tanggal 5 Desember 2017. Lansia yang sudah diperiksa tidak mengikuti

pemeriksaan pada hari berikutnya.

4.1.1. Karakteritistik Data

Karakteritistik data yang diamati dalam penelitian ini adalah usia, jenis

kelamin, kadar glukosa darah sewaktu, dan rasio lingkar pinggang panggul

(RLPP). Data-data tersebut disajikan dalam diagram dan tabel dibawah ini.

lxi
Usia

3,13%
3 orang
27,08%
26 orang

67,79%
67 orang

Lansia Muda (60-69 tahun)


Lansia Madya (70 - 79 tahun)
Lansia Tua (80 tahun keatas)

Gambar 4.1. Gambaran usia lansia Pada Penelitian Yang Berjudul


‘Hubungan Antara Rasio Lingkar Pinggang Panggul (RLPP)
Dengan Kadar Glukosa Darah Lansia di GKJ Gondokusuman.’

Dapat dilihat dari gambar 4.1 bahwa lansia yang paling banyak

mengikuti penelitian ini tergolong dalam lansia muda (60-69 tahun), yaitu

sejumlah 67 orang atau 67,69% dari subjek penelitian. Lansia yang

tergolong dalam lansia madya (70-79 tahun) berjumlah 26 orang atau

27,08% dari subjek penelitian. Sedangkan lansia yang tergolong dalam

lansia tua (> 80 tahun) berjumlah 3 orang atau 3,13% dari subjek

penelitian. Range usia minimum dan maksimum lansia adalah 23 tahun.

Pada tabel 4.1, diperoleh bahwa lansia yang mengikuti penelitian

mempunyai usia termuda yaitu 60 tahun dan usia tertua yaitu 83 tahun.

Rerata usia dari lansia di Komisi Adiyuswa yang mengikuti penelitian ini

adalah 67,27, dengan standar deviasi 5,230.

lxii
Jenis Kelamin

33,3%
32 Orang

66,7%
64 orang

Perempuan Laki-laki

Gambar 4.2. Gambaran Data Jenis Kelamin Pada Penelitian Yang


Berjudul “Hubungan Antara Rasio Lingkar Pinggang Panggul
(RLPP) Dengan Kadar Glukosa Darah Lansia di GKJ
Gondokusuman.”

Dapat dilihat pada gambar 4.2, lansia yang mengikuti penelitian

kebanyakan memiliki jenis kelamin perempuan (ada 64 orang atau 66,7%

dari seluruh subjek penelitian). Sisanya adalah lansia dengan jenis kelamin

laki-laki (32 orang atau 33,3% dari seluruh subjek penelitian).

Kadar Glukosa Darah Sewaktu

9.38%
9 orang

90.62%
87 orang
lxiii

Normal (< 200 mg/dl) Tinggi (≥ 200 mg/dl)


Gambar 4.3. Gambaran Data Kadar Glukosa Darah Sewaktu Pada
Penelitian Yang Berjudul “Hubungan Antara Rasio Lingkar
Pinggang Panggul (RLPP) Dengan Kadar Glukosa Darah Lansia
di GKJ Gondokusuman.”

Berdasarkan analisis yang dilakukan, diperoleh hasil lansia yang

mempunyai kadar glukosa darah sewaktu yang normal sejumlah 87 orang

(90,32% dari subjek penelitian). Dalam penelitian ini, kadar glukosa

darah sewaktu disebut normal jika dibawah 200 mg/dl. Sedangkan lansia

yang mempunyai kadar glukosa tinggi berjumlah 9 orang (9,38% dari

subjek penelitian). Dalam penelitian ini, kadar glukosa darah sewaktu

disebut tinggi jika berada angka. Dapat dilihat di tabel 4.1 bahwa nilai

minimum kadar glukosa darah sewaktu adalah 77 mg/dl, dan nilai

maksimumnya adalah 295 mg/dl. Rata-rata dari kadar glukosa darah

sewaktu lansia di Komisi Adiyuswa GKJ Gondokusuman adalah 193,271

mg/dl, dengan standar deviasinya adalah 43,8542

Rasio Lingkar Pinggang Panggul

10%
10 orang

28%
62% 27 orang
59 orang

lxiv

Normal Kelebihan Berat Badan


Gambar 4.4. Gambaran Rasio Lingkar Pinggang Panggul Pada
Penelitian Yang Berjudul “Hubungan Antara Rasio Lingkar
Pinggang Panggul (RLPP) Dengan Kadar Glukosa Darah Lansia
di GKJ Gondokusuman.”

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, kebanyakan subjek

penelitian memiliki RLPP yang tergolong obesitas (59 orang atau 62%

dari subjek penelitian). Selain itu, terdapat 27 orang atau 28% dari subjek

penelitian memiliki RLPP yang tergolong kelebihan berat badan. Sisanya,

ada 10 orang atau 10% dari subjek penelitian memiliki RLPP yang normal.

Nilai minimum untuk RLPP pada seluruh subjek penelitian adalah 0,74.

Sedangkan nilai maksimumnya adalah 1,17. Untuk rata-rata dari RLPP

adalah 0,98, dengan standar deviasinya adalah 0,08.

Nilai minimum, maksimum, rata-rata, dan standar deviasi dari

data-data yang telah diperoleh dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel

4.1

lxv
Tabel 4.1 Nilai minimum, maksimum, rata-rata dan standar deviasi usia,
kadar glukosa darah sewaktu, dan RLPP Pada Penelitian Yang Berjudul
“Hubungan Antara Rasio Lingkar Pinggang Panggul (RLPP) Dengan
Kadar Glukosa Darah Lansia di GKJ Gondokusuman.”

Variabel Minimum Maksimum Rata-rata Standar


Deviasi
Usia 60 83 67,27 5,230
Kadar Glukosa 77 295 139,271 43,8542
Darah Sewaktu

RLPP 0,74 1,17 0,98 0,08

Sedangkan persebaran kadar glukosa darah dan RLPP berdasarkan

usia dan jenis kelamin yang diperoleh dalam penelitian ini dapat dilihat

pada tabel 4.2 dan tabel 4.3

Tabel 4.2 Data Jumlah Kadar Glukosa Darah Sewaktu Berdasarkan Usia
dan Jenis Kelamin Pada Penelitian Yang Berjudul “Hubungan Antara
Rasio Lingkar Pinggang Panggul (RLPP) Dengan Kadar Glukosa Darah
Lansia di GKJ Gondokusuman.”

Normal Tinggi
Usia Lansia Muda 61 6
Lansia Madya 24 2
Lansia Tua 2 1
Jenis Kelamin Perempuan 58 6
Laki-laki 29 3

Tabel 4.3 Data RLPP Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin Pada Penelitian
Yang Berjudul “Hubungan Antara Rasio Lingkar Pinggang Panggul
(RLPP) Dengan Kadar Glukosa Darah Lansia di GKJ Gondokusuman.”

Normal Kelebihan Obesitas


Berat Badan

lxvi
Usia Lansia Muda 9 19 39
Lansia Madya 1 7 18
Lansia Tua 0 1 2
Jenis Kelamin Perempuan 5 16 43
Laki-laki 5 11 16

4.1.2 Uji Normalitas

Uji Normalitas yang digunakan adalah Uji Kolmogorov-Smirnov,

dan uji ini dilakukan dengan menggunakan software SPSS. Uji ini

dilakukan untuk mengetahui apakah data-data yang diperoleh dalam

penelitian ini menunjukkan distribusi yang normal ataupun tidak normal.

Dikatakan normal jika nilai p > 0,05.

Tabel 4.4 Nilai Uji Normalitas


No. Variabel Yang Diamati p Distribusi Data
1. Usia 0,032 Tidak Normal
2. Jenis Kelamin 0,000 Tidak Normal
3. Kadar Glukosa Darah Sewaktu 0,098 Normal
4. Rasio Lingkar Pinggang Panggul 0,000 Tidak Normal

4.1.3. Hubungan Antar Variabel

lxvii
Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji korelasi

Spearman untuk hubungan usia dengan RLPP dan kadar glukosa darah

sewaktu, maupun hubungan antara RLPP dan kadar glukosa darah,

dikarenakan data yang diperoleh persebarannya tidak normal sehingga

akan diuji menggunakan uji Spearman. Uji korelasi ini dilakukan untuk

menguji apakah terdapat hubungan antara variabel bebas dan variabel

terikat. Jika hasil analisis menunjukkan nilai P lebih kecil atau sama

dengan nilai alfa, maka artinya kedua variabel tersebut berhubungan

secara statistik. Sedangkan jika nilai P lebih besar dari nilai alfa, maka

tidak ada hubungan secara statistik antara 2 variabel. Nilai alfa yang

digunakan dalam penelitian ini adalah 0,05. Sedangkan untuk mencari

perbedaan RLPP dan kadar glukosa darah berdasarkan jenis kelamin,

digunakan uji independent T-test.

lxviii
Tabel 4.5 Hasil Uji Korelasi Spearman

RLPP Kadar Glukosa Darah


Usia r = 0,128 r = 0,104
p = 0,215 p = 0,315

RLPP - r = 0,408
p = 0,000

Tabel 4.6 Hasil uji Mann-Whitney pada variabel jenis kelamin

Variabel p
Kadar Glukosa Darah 0,603
RLPP 0,090

4.1.3.1. Hubungan Antara Jenis Kelamin dan RLPP

lxix
Gambar 4.5 Persebaran Data RLPP Berdasarkan Jenis Kelamin
Pada Penelitian Yang Berjudul ‘Hubungan Antara Rasio
Lingkar Pinggang Panggul (RLPP) Dengan Kadar Glukosa
Darah Lansia di GKJ Gondokusuman.’

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan dengan

menggunakan uji mann-whitney, ditemukan nilai p = 0,090. Ini

artinya, tidak ada hubungan antara jenis kelamin dan RLPP, karena

nilai p > 0,05. Pada gambar 4.5, dapat dilihat persebaran data

RLPP berdasarkan jenis kelamin.

4.1.3.2 Hubungan Antara Jenis Kelamin dan Kadar Glukosa Darah

Sewaktu

Gambar 4.6. Persebaran Data Kadar Glukosa Darah


Sewaktu Berdasarkan Jenis Kelamin Pada Penelitian Yang
Berjudul ‘Hubungan Antara Rasio Lingkar Pinggang
Panggul (RLPP) Dengan Kadar Glukosa Darah Lansia di
GKJ Gondokusuman.’

lxx
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan dengan

menggunakan uji mann-whitney, didapatkan nilai p = 0,603. Hal

ini menandakan bahwa tidak adanya hubungan antara kadar

glukosa darah dengan jenis kelamin. Dapat dilihat pada gambar

4.6 persebaran data kadar glukosa darah sewaktu berdasarkan jenis

kelamin.

4.1.3.3. Hubungan Antara Usia dan RLPP

Gambar 4.7 Grafik Persebaran Data RLPP Berdasarkan


Usia Pada Penelitian Yang Berjudul ‘Hubungan Antara
Rasio Lingkar Pinggang Panggul (RLPP) Dengan Kadar
Glukosa Darah Lansia di GKJ Gondokusuman.’

lxxi
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan dengan

menggunakan uji korelasi Spearman, didapatkan nilai r = 0,128. Ini

menandakan bahwa terdapat hubungan yang positif antara usia dan

RLPP. Artinya, usia berbanding lurus dengan RLPP. Semakin

meningkat usia seseorang, semakin tinggi juga RLPP yang dimiliki

seseorang. Sedangkan nilai p = 0,215 artinya hubungan positif

antara usia dan RLPP tidak signifikan, karena p > 0,05

4.1.3.4 Hubungan Antara Usia dan Kadar Glukosa Darah Sewaktu

Gambar 4.8 Grafik Persebaran Data Kadar Glukosa Darah Sewaktu


Berdasarkan Usia Pada Penelitian Yang Berjudul ‘Hubungan
Antara Rasio Lingkar Pinggang Panggul (RLPP) Dengan Kadar
Glukosa Darah Lansia di GKJ Gondokusuman.’

lxxii
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan dengan

menggunakan uji korelasi Spearman, didapatkan nilai r = 0,104. Ini

berarti bahwa terdapat hubungan yang positif antara usia dan kadar

glukosa darah sewaktu. Artinya, usia berbanding lurus dengan kadar

glukosa darah sewaktu. Semakin meningkat usia seseorang, semakin

meningkat pula kadar glukosa darah sewaktu seseorang. Sedangkan

nilai p = 0,315 artinya hubungan tersebut tidak signifikan karena nilai

r > 0,05. Dapat dilihat pada gambar 4.8, bahwa persebaran data kadar

glukosa darah sewaktu berdasarkan usia tidak merata atau data tidak

terdistribusi normal.

4.1.3.5. Hubungan Antara RLPP dan Kadar Glukosa Darah Sewaktu

Gambar 4.9 Persebaran Data RLPP dan Kadar Glukosa


Darah Sewaktu Pada Penelitian Yang Berjudul ‘Hubungan

lxxiii
Antara Rasio Lingkar Pinggang Panggul (RLPP) Dengan
Kadar Glukosa Darah Lansia di GKJ Gondokusuman.’

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan dengan

menggunakan uji korelasi Spearman, didapatkan nilai r = 0,408. Ini

menandakan bahwa terdapat hubungan positif antara RLPP dan kadar

glukosa darah. Artinya, semakin tinggi RLPP seseorang, maka

semakin tinggi juga kadar glukosa darah sewaktunya. Sedangkan nilai

r = 0,000 menandakan bahwa hubungan positif antara RLPP dan kadar

glukosa darah sewaktu signifikan. Berdasarkan gambar 4.9, hubungan

antara RLPP dan kadar glukosa darah sewaktu juga menandakan

hubungan yang positif.

4.2. Pembahasan

Penelitian ini dilakukan di GKJ Gondokusuman, dan melibatkan 96

orang lansia yang tergabung dalam komisi Adiyuswa GKJ Gondokusuman.

Pengambilan data dilakukan dengan cara mengukur lingkar pinggang, lingkar

panggul, menghitung rasio lingkar pinggang panggul, dan mengukur kadar

glukosa darah menggunakan alat autocheck. Kemudian setelah pengambilan, data

direkapitulasi dan diolah secara statistik.

4.2.1. Hubungan Antara Usia dan Kadar Glukosa Darah Sewaktu

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar glukosa darah

sewaktu lansia lebih banyak yang berlebih dibandingkan dengan yang

lxxiv
normal. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Sholikhah

(2014), dimana bertambahnya usia dapat menurunkan sensitifitas insulin

dalam tubuh, yang akan mempengaruhi kadar glukosa dalam tubuh.

Menurunnya sensitifitas insulin akan menyebabkan glukosa dalam darah

tidak dapat dimetabolisme dengan optimal. Proses penuaan juga

menyebabkan perubahan ukuran sel β, dimana sel-sel β akan menyusut

secara progresif. Selain itu juga, penuaan akan menyebabkan

menurunnya fungsi fisiologis dari organ-organ didalam tubuh, salah

satunya adalah pankreas. Pankreas yang mengalami penurunan fungsi

dapat menyebabkan terdegradasinya sel β pankreas yang berperan dalam

menghasilkan insulin, sehingga hormon insulin yang dihasilkan

jumlahnya berkurang. Ini bisa menyebabkan meningkatnya kadar

glukosa darah dalam tubuh seseorang. Hasil penelitian ini juga sesuai

dengan sebuah penelitian di Spanyol, dimana umur berhubungan secara

signifikan dengan insidensi Diabetes Melitus, yang artinya semakin

bertambah tua seseorang, maka resiko terkena diabetes melitus juga

semakin tinggi (Sorigere et al, 2012).

4.2.2. Hubungan Antara Jenis Kelamin dan Kadar Glukosa Darah

Sewaktu

Kadar glukosa darah lansia yang tinggi lebih banyak pada

perempuan dibandingkan pada laki-laki. Hal ini sesuai dengan penelitian

lxxv
yang dilakukan oleh Rumiyati pada tahun 2008, dimana data yang

dihasilkan dalam penelitian tersebut menyatakan bahwa 67% perempuan

mempunyai kadar glukosa darah yang tinggi dan menderita diabetes

melitus, sedangkan laki-laki hanya 33% yang mempunyai kadar glukosa

darah yang tinggi dan menderita diabetes melitus (Rumiyati, 2008).

Berdasarkan hasil uji korelasi, tidak terdapat hubungan antara

jenis kelamin dan kadar glukosa darah sewaktu, karena nilai r yang

diperoleh negatif. Namun, berdasarkan penelitian yang telah dilakukan

sebelumnya, dikatakan bahwa wanita lebih berisiko mengalami

peningkatan kadar glukosa darah karena wanita lebih mempunyai

peluang peningkatan indeks massa tubuh yang lebih tinggi dibandingkan

dengan pria. Peningkatan indeks massa tubuh ini dipengaruhi oleh

hormon-hormon yang ada dalam tubuh wanita sehingga distribusi lemak

tubuh menjadi lebih mudah terakumulasi (Irawan, 2010). Hormon

estrogen dan reseptornya sangat berperan dalam regulasi berat badan dan

sensitivitas insulin, sehingga wanita mempunyai risiko yang lebih tinggi

untuk mengalami peningkatan kadar glukosa darah dibandingkan dengan

pria. Hal ini yang menyebabkan meningkatnya kadar glukosa darah pada

wanita dibandingkan pada pria (Sirait, 2015). Setelah dilakukan uji

korelasi, ternyata tidak ditemukan hubungan antara jenis kelamin dan

kadar glukosa darah lansia di GKJ Gondokusuman. Hal ini kemungkinan

disebabkan karena jumlah sampel yang tidak sama banyak, dimana pada

penelitian ini jumlah sampel perempuan lebih banyak dari jumlah

lxxvi
sampel laki-laki. Sampel perempuan berjumlah 64 orang, sedangkan

laki-laki berjumlah 32 orang, sehingga data yang diperoleh dalam

penelitian ini tidak mendukung. Selain itu, menurut Farida (2013),

beberapa usaha yang dapat dilakukan untuk menjaga agar kadar glukosa

darah tetap normal adalah memantau sendiri kadar glukosa darah,

berolahraga rutin, diet, tetap menjaga berat badan agar tetap ideal, dan

pengobatan. Salah satu kegiatan rutin komisi Adiyuswa adalah senam

pagi yang diadakan seminggu sekali, sehingga hal itu mungkin saja

berpengaruh terhadap kadar glukosa darah lansia.

4.2.3. Hubungan Antara Usia dan RLPP

Untuk RLPP, didapatkan hasil bahwa kebanyakan lansia yang

mengikuti penelitian ini termasuk dalam kategori obesitas (61,46% dari

subjek penelitian atau sejumlah 59 orang). Sedangkan 28,12% subjek

termasuk dalam kategori kelebihan berat badan (27 orang). Sisanya,

yang termasuk dalam kategori normal hanya 10,42% dari subjek

penelitian (10 orang). Hal ini sesuai dengan Hasriana (2014), dimana

peningkatan umur akan meningkatkan kandungan lemak tubuh total,

terutama distribusi lemak pusat. Pada umur lebih tua terjadi penurunan

massa otot dan perubahan beberapa jenis hormon yang memicu

penumpukan lemak perut. Tingginya risiko obesitas pada umur yang

lebih tua diduga karena pada seseorang yang lebih tua terjadi

lxxvii
penurungan metabolisme, rendahya aktivitas fisik dan peningkatan

frekuensi konsumsi pangan, disamping itu, umur yang lebih tua biasanya

kurang begitu memperhatikan ukuran tubuhnya. Padahal, pada umur

lebih tua terjadi penurunan massa otot dan perubahan beberapa jenis

hormon yang memicu penumpukan lemak perut, yang memungkinkan

terjadinya obesitas sentral. Usia berpengaruh terhadap RLPP, namun

tidak signifikan. Berdasarkan Yuliasih (2009), obesitas biasa terjadi pada

orang yang berusia lebih tua. Selain itu, frekuensi distribusi lemak di

abdomen meningkat seiring berjalannya usia seseorang. Peningkatan

frekuensi distribusi lemak abdomen meningkat baik pada pria maupun

wanita.

4.2.4 Hubungan Antara Jenis Kelamin dan RLPP

Berdasarkan uji analisis, terdapat hubungan antara jenis kelamin

dan RLPP. Hal ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh

Sugiyanti (2009). Berdasarkan Sugiyanti (2009), Prevalensi obesitas

sentral lebih banyak pada perempuan dibandingkan dengan laki-laki. Hal

ini dikarenakan cadangan lemak pada tubuh perempuan lebih banyak

dibanding dengan cadangan lemak yang terdapat pada tubuh laki-laki.

Akibatnya, risiko terjadinya obesitas sentral pada perempuan lebih tinggi

daripada resiko pada laki-laki. Perempuan juga memiliki kadar

adiponektin dan leptin yang lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki,

lxxviii
sehingga wanita memiliki lemak subkutan yang lebih banyak jika

dibanding dengan laki-laki (Harahap, 2015). Dalam penelitian ini,

responden perempuan lebih banyak dibandingkan responden laki-laki.

Dilihat dari gambar 4.2, jumlah responden perempuan ada 64 orang,

sedangkan responden laki-laki ada 32 orang.

4.2.5 Hubungan Antara RLPP dan Kadar Glukosa Darah Sewaktu

Berdasarkan hasil analisis, antara RLPP dan kadar glukosa

didapatkan hubungan positif yang signifikan. Artinya, semakin

meningkat RLPP, semakin meningkat juga kadar glukosa darah sewaktu

seseorang. Berdasarkan Yuliasih (2009), keadaan obesitas sentral juga

berpengaruh terhadap peningkatan kadar glukosa darah. Akumulasi

lemak di abdomen akan meningkatkan risiko terjadinya

hiperinsulinemia, terjadinya resistensi insulin, dan kemudian berujung

pada peningkatan kadar glukosa darah. Orang yang mengalami

akumulasi lemak viseral ataupun intra-abdominal lebih resisten terhadap

insulin dibandingkan dengan orang yang mengalami akumulasi lemak

subkutan secara kuantitas. Semakin banyak akumulasi lemak abdomen

seseorang, ditandai dengan semakin tingginya RLPP seseorang.

lxxix
RLPP merupakan metode pengukuran antropometri yang paling

efektif untuk mengetahui apakah seseorang mengalami obesitas sentral

atau tidak. RLPP sangat erat kaitannya dengan resistensi insulin pada

seseorang. Berdasarkan analisis uji korelasi, RLPP paling berhubungan

dengan kadar glukosa darah dibandingkan dengan variabel-variabel

lainnya, dapat dilihat dari nilai koefisien korelasi atau nilai r = 0,383.

Nilai ini merupakan nilai koefisien korelasi yang terbesar diantara semua

nilai koefisien korelasi yang dihasilkan dalam uji korelasi Pearson.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Lipoeto

(2012), dimana pada penelitian yang telah dilakukan nilai korelasi RLPP

dengan kadar glukosa darah memperoleh nilai terbesar dibanding

variabel-variabel lainnya yang diamati pada penelitian tersebut (IMT dan

lingkar pinggang). Ini artinya, distribusi lemak di daerah abdomen

sangat berhubungan dengan kadar glukosa darah (Lipoeto, 2012).

Namun, hal ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Aprilia (2014), dimana pada penelitian yang telah dilakukan pada lansia

di Instalasi Geriatri Paviliun Lanjut Usia Prof. Dr. Boedhi Darmojo

RSUP Dr. Kariadi Semarang menunjukkan tidak adanya hubungan

antara rasio lingkar pinggang terhadap tinggi badan dan kadar glukosa

darah sewaktu lansia. Perbedaan ini bisa saja disebabkan karena

perbedaan variabel yang diamati, dimana pada penelitian yang telah

dilakukan, variabel yang diamati adalah rasio lingkar pinggang terhadap

lxxx
tinggi badan, sedangkan pada penelitian ini variabel yang diamati adalah

rasio lingkar pinggang panggul.

4.3. Keterbatasan Penelitian

1. Penelitian ini menggunakan metode cross-sectional, dimana pengambilan data

hanya dilakukan satu kali. Hal ini dapat menyebabkan data yang diperoleh

tidak sama, dimana ko ndisi subjek saat dilakukan pemeriksaan kadar glukosa

darah sewaktu berbeda-beda. Misalnya, ada subjek yang sudah makan

sebelumnya, ada yang belum makan sebelum dilakukan pemeriksaan kadar

glukosa darah sewaktu.

2. Pengambilan data dilakukan oleh tim peneliti, dimana bisa saja terjadi

perbedaan persepsi hasil pengukuran antara masing-masing tim peneliti. Hal itu

bisa menyebabkan bias dari data yang diperoleh

3. Subjek yang mengikuti penelitian ini sebagian besar adalah perempuan,

sehingga data yang dihasilkan kurang merata (lebih banyak ke perempuan).

Selain itu distribusi usia subjek tidak merata, dimana sebagian besar subjek

yang datang dan bersedia menjadi subjek penelitian termasuk dalam kategori

lansia muda dan lansia madya, sedangkan lansia tua hanya ada 3 orang.

lxxxi
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

1. Terdapat hubungan positif yang signifikan antara RLPP dan kadar

glukosa darah sewaktu.

2. Terdapat hubungan positif yang tidak signifikan antara usia dan RLPP,

usia dan kadar glukosa darah sewaktu, dan jenis kelamin dan RLPP

3. Sebagian besar lansia di komisi Adiyuswa GKJ Gondokusuman

mempunyai kadar glukosa darah yang termasuk dalam kategori

normal dan mempunyai RLPP yang termasuk dalam kategori obesitas.

5.2 Saran

lxxxii
1. Untuk penelitian selanjutnya, sebaiknya waktu pengambilan data

disesuaikan dengan kegiatan para lansia, agar pengambilan data dapat

berlangsung satu kali saja dan tidak berulang seperti pada penelitian

yang telah dilakukan.

2. Untuk Komisi Adiyuswa GKJ Gondokusuman, mungkin bisa

diadakan penyuluhan hidup sehat dan berolahraga serta beraktivitas

fisik oleh pengurus komisi Adiyuswa GKJ Gondokusuman, untuk

mencegah dan mengurangi risiko terjadinya peningkatan kadar

glukosa darah dan obesitas, yang dapat mengarah ke diabetes melitus.

DAFTAR PUSTAKA

American Diabetes Association. (2010). Diagnosis and Classification of Diabetes


Mellitus. Diabetes Care Vol.33 :562-569

American Psychological Association. (2015). Guidelines for Psychological


Practice with Trasgender and Gender Nonconforming People.
American Psychologist.

Arisman, (2009). Buku Ajar Ilmu Gizi: Gizi Dalam Daur Kehidupan. Jakarta:
EGC

Aprilia, M. (2014). Hubungan Antara Rasio Lingkar Pinggang Terhadap Tinggi


Badan Dengan Kadar Glukosa Darah Lansia. Jurnal Media Medika
Muda KTI. Universitas Diponegoro, Semarang.

Azizah. (2011). Keperawatan Lanjut Usia. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Balitbang Kemenkes RI. (2014). Riset Kesehatan Dasar; RISKESDAS. Jakarta:


Balitbang Kemenkes RI.

lxxxiii
Bigaard J, Frederiksen K, Tjonnelan A, Thomsen BL, Overvad K, Heitmann BL,
Sorensen TI. (2008). Waist and hip circumferences and all-cause mortality:
usefulness of the waits-hip ratio. International Journal of Obesity 28:741-
747

Chan D.C., Watts G.F., Barrett P.H.R., Burke V. (2009). Waist Circumference,
Waist-to-Hip Ratio and Body Mass Index as Predictors of Adipose
Tissue Compartments in Men. Q J Med. 96:441-447

Crandall, J. & Shamoon, H. (2016). Hypoglycemia In Diabetes In : Goldman, L,.


& Ausiello, D. Goldman-Cecil Medicine. 25th Ed. Philadelpia :
Saunders

Depkes RI, (2009). Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Departemen Kesehatan


Republik Indonesia.

Depkes RI. Situasi dan Analisis Lanjut Usia. [Online]. (2014). [Dikutip: 21
September 2017]. http://www.depkes.go.id/article/view/
14010200005/ pusdatin-infodatin-infodatin-lansia.html

Dorland, N. W. (2010). Kamus Kedokteran Dorland. 31 ed. Jakarta: Penerbit


Buku Kedokteran EGC.

Farida, I. (2013). Penurunan Kadar Gula Darah Klien DM tipe II dengan


Melakukan Senam DM. Jurnal Riset Kesehatan. 6(1):51-54.

Guyton, A.C., Hall, J.E. (2008). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. 11 ed. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Harahap, Muhadrni. (2016). Gambaran Rasio Lingkar Pinggang Panggul,


Riwayat Penyakit Dan Usia Pada Pegawai Polres Pekanbaru. Jurnal
Kesehatan Masyarakat Andalas.

Hartanti, D. (2008). Hubungan Asupan Energi, Serat, dan Pengeluaran Energi


dengan Rasio Lingkar Pinggang Panggul (RLPP) (Studi Penelitian

lxxxiv
Pada Karyawan PT. Pertamina (Persero) Semarang). Skripsi.
Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas
Diponegoro, Semarang.

Hasriana, et al. 2014. Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Obesitas


Sentral di Poliklinik Pabrik Gula Camming PTP Nusantara X
(Persero) Kab. Bone. Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Vol. 5.

Irawan, D. 2010. Prevalensi dan Faktor Risiko Kejadian Diabetes Melitus Tipe 2
di Daerah Urban Indonesia (Analisa Data Sekunder Riskesdas 2007).
Thesis. Universitas Indonesia.

Jeffrey, A, et al. (2009). Stronger Relationship Between Central Adiposity And C


Reactive Protein In Older Women Than Men. Source Menopause: 16,
84-89 (Diakses pada: 5 Oktober 2017)

Kaulina F. (2009). Hubungan Antara Asupan Kolesterol, Lingkar Pinggang


Dengan Profil Lipid. Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro

Kemenkes RI. (2013). Populasi Lansia Diperkirakan Meningkat Hingga Tahun


2020. www.depkes.co.id diakses tanggal 21 September 2017

Kemenkes RI. (2017). Buku Saku Pemantauan Status Gizi Tahun 2017. Jakarta :
Kementrian Kesehatan RI

Lipoeto, N. I. (2012). Hubungan Nilai Antropometri Dengan Kadar Glukosa


Darah. Fakultas Kedokteran Universitas Andalas.

Maryam, R. S. dkk., (2008). Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta:


Salemba Medika.

Moehji, S., (2009). Ilmu Gizi. 2 ed. Jakarta: Penerbit Papas Sinar Sinarti.

Murray, R. K., Granner, D. K., dan Rodwell, V. W., (2009). Biokimia Harper. 27
ed. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

lxxxv
Notoadmojo, S., (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: RIneka
Cipta.

Nugroho, W., (2008). Keperawatan Gerontik dan Geriatri. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.

PERKENI, (2015). Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus


Tipe 2. Jakarta: PERKENI.

Presiden Republik Indonesia. (1998) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor


13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia.

Price S. A., Wilson L. M., (2012). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses


Penyakit. 6 ed. Jakarta: EGC.
Proverawati, A., Wati E., (2010). Ilmu Gizi Untuk Keperawatan dan Gizi
Kesehatan. Yogyakarta: Muha Medika.

Rosen, S., Shapouri, S. (2008). Obesity in the midst of unyielding food insecurity
in developing countries. Amberwaves USDA ERS. Dalam Istiqamah,
et al. Hubungan Pola Hidup Sedentarian Dengan Kejadian Obesitas
Sentral Pada Pegawai Pemerintahan Di Kantor Bupati Kabupaten
Jeneponto. Hal. 1-3

Rumiyati. 2008. Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kejadian Diabetes Melitus


Tipe 2 di Lima Wilayah DKI Jakarta Tahun 2006. Tesis. Fakultas
Kesehetan Masyarakat Universitas Indonesia.

Sahi, N., Ashok KV. (2013). Relationship of Antioxidant, Absorbic Acid, and
Alpha Tocopherol to Obesity Indices and Age Specific BMI and Waist
Hip Ratio on Gujarati And Non Gujarati Young Girls Before And
AfterMaize Diet. International Journal of Dental Clinic. Volume 5.

Sandjaja et al, (2009). Kamus Gizi. Jakarta: PT Kompas Media Nusantara.

lxxxvi
Sherwood, L., (2012). Fisiologi Manusia Dari Sel ke Sistem. 2012 ed. Jakarta:
EGC.

Sholikah, W. S. (2014). Hubungan Antara Usia, Indeks Massa Tubuh dan


Tekanan Darah Dengan Kadar Glukosa Darah Pada Lansia di Desa
Baturan Kecamatan Colomadu. Skripsi. Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Sirait, A. M. (2015). Insiden Dan Faktor Risiko Diabetes Melitus Pada Orang
Dewasa Di Kota Bogor. Studi Kohor Prospektif Faktor Risiko
Penyakit Tidak Menular. Pusat Teknologi Intervensi Kesehatan
Masyarakat, Badan Litbang Kesehatan, Kemenkes RI

Sorigere et al. 2012. Prevalence of diabetes mellitus and impaired glucose


regulation in Spain: the Di@bet.es Study. Diabetologia. 55:88–93.

Sudiana, I. K. (2016). Hubungan Konsumsi Tuak Dengan Kejadian Obesitas


Sentral Pada Pria Dewasa di Desa Tegallinggah, Karangasem. Tesis.
Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat, Program Pascasarjana
Universitas Udayana, Denpasar.

Sugiyanti, E. (2009). Faktor Risiko Obesitas Sentral Pada Orang Dewasa di DKI
Jakarta: Analisis Lanjut Data RISKESDAS 2007. Institut Pertanian
Bogor.

Sugondo S. (2014). Obesitas Dalam: Reksodiputro AH, Rudijayanto A, Madjid A,


Hermawan AG, Rachman AM, Tambunan AS, Rani AA et al (6).
Buku ajar ilmu Penyakit dalam jilid II. Jakarta Pusat: Internal
Publishing.

Suyono, S. (2011) Kecenderungan Peningkatan Jumlah Penyandang Diabetes.


Dalam: Soegondo, S., Soewondo, P., Subekti, I. Penatalaksanaan
Diabetes Melitus Terpadu. Jakarta: Pusat Diabetes dan Lipid RSUP
Nasional Dr Cipto Mangunkusumo FKUI, pp. 3-18

lxxxvii
World Health Organization. (2008). Appropriate Body-Mass Index for Asian
Population and It’s Implication For Policy and Intervention
Strategies. Lancet 363:157-163

World Health Organization. (2008). Obesity. Diakses: 10 Oktober 2017, dari


http://www.who.int/gho/ncd/risk_factors/obesity_text/en/

Yuliasih, W. (2009). Obesitas Abdominal Sebagai Faktor Risiko Peningkatan


Kadar Glukosa Darah. Skripsi. Program Studi Ilmu Gizi Fakultas
Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang.

LAMPIRAN

Lampiran 1. Hasil Analisis Data

Statistik Deskriptif Usia

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Usia 96 60 83 67,27 5,230


Valid N (listwise) 96

Statistik Deskriptif Usia Berdasarkan Kategori

KATEGORIUMUR

Cumulative
Frequency Valid Percent Percent

Valid Muda 67 69,8 69,8

Madya 26 27,1 96,9

lxxxviii
Tua 3 3,1 100,0

Total 96 100,0
Total 100

Statistik Deskriptif Jenis Kelamin

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid perempuan 64 66,7 66,7 66,7

laki-laki 32 33,3 33,3 100,0

Total 96 100,0 100,0

Statistik Deskriptif Kadar Glukosa Darah Sewaktu

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Kadar Glukosa 96 77,0 295,0 139,271 43,8542


Valid N (listwise) 96

Statistik Deskriptif Kadar Glukosa Darah Sewaktu Berdasarkan Kategori

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Normal 41 42,7 42,7 42,7

Tinggi 55 57,3 57,3 100,0

Total 96 100,0 100,0

Statistik Deskriptif Rasio Lingkar Pinggang Panggul (RLPP)

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

RLPP ,746887966804 1,17073170731 ,981095598096 ,089781326231


96
9793 70730 439 754
Valid N (listwise) 96

lxxxix
Statistik Deskriptif Rasio Lingkar Pinggang Panggul (RLPP) Berdasarkan
Kategori

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Normal 10 10,4 10,4 10,4

Kelebihan Berat Badan 27 28,1 28,1 38,5

Obesitas 59 61,5 61,5 100,0

Total 96 100,0 100,0

KATEGORIRLPP

Normal Lebih Obesitas Total

KATEGORIUMUR Muda 9 19 39 67

Madya 1 7 18 26

Tua 0 1 2 3
Total 10 27 59 96

GLUKOSA

Normal Tinggi Total


Jenis Kelamin dan
UMUR Muda 61 6 67 Kadar Glukosa Darah
Madya 24 2 26 Sewaktu
Tua 2 1 3
Total 87 9 96

Glukosa

Normal Tinggi Total

Jenis Kelamin Perempuan 58 6 64

Laki-laii 29 3 32
Total 87 9 96

Jenis Kelamin dan RLPP

RLPP

Normal Lebih Obesitas Total

Jenis Kelamin Perempuan 5 16 43 64

xc
Laki-laki 5 11 16 32
Total 10 27 59 96

Uji Normalitas (Uji Kolmogorov-Smirnov)


One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Kadar Jenis
RLPP Umur Glukosa Kelamin

N 96 96 96 96
a,b
Normal Parameters Mean ,9810955980
67,271 139,27 1,333
96440
Std. ,0897813262
5,2304 43,854 ,4739
Deviation 31748
Most Extreme Absolute ,152 ,095 ,083 ,426
Differences Positive ,065 ,095 ,083 ,426
Negative -,152 -,082 -,078 -,254
Test Statistic ,152 ,095 ,083 ,426
c c c
Asymp. Sig. (2-tailed) ,000 ,032 ,098 ,000c

Uji Korelasi Usia dan RLPP

Umur RLPP

Spearman's rho Umur Correlation Coefficient 1,000 ,128

Sig. (2-tailed) . ,215

N 96 96

RLPP Correlation Coefficient ,128 1,000

Sig. (2-tailed) ,215 .

xci
N 96 96

Uji Korelasi Usia dan Kadar Glukosa Darah Sewaktu

Correlations

Kategori
Kategori Umur Glukosa

Spearman's rho Kategori Umur Correlation Coefficient 1,000 ,018

Sig. (2-tailed) . ,863

N 96 96

Kategori Glukosa Correlation Coefficient ,018 1,000

Sig. (2-tailed) ,863 .

N 96 96

Uji Mann-Whitney Jenis Kelamin dan RLPP

Ranks

kategori JK N Mean Rank Sum of Ranks

Kategori RLPP 1,0 64 51,45 3292,50

2,0 32 42,61 1363,50

Total 96

xcii
Test Statisticsa

Kategori RLPP

Mann-Whitney U 835,500
Wilcoxon W 1363,500
Z -1,698
Asymp. Sig. (2-tailed) ,090

a. Grouping Variable: kategori JK

Uji Mann-Whitney Jenis Kelamin dan Kadar Glukosa Darah Sewaktu

Ranks

KATEGORIJENISKELAMIN N Mean Rank Sum of Ranks

VAR00001 1 64 49,00 3136,00

2 32 47,50 1520,00

Total 96

Test Statisticsa

VAR00001

Mann-Whitney U 992,000
Wilcoxon W 1520,000
Z -,520
Asymp. Sig. (2-tailed) ,603

a. Grouping Variable:
KATEGORIJENISKELAMIN

Uji Korelasi RLPP dan Kadar Glukosa Darah Sewaktu

Correlations

RLPP Kadar Glukosa

xciii
Spearman's rho RLPP Correlation Coefficient 1,000 ,408**

Sig. (2-tailed) . ,000

N 96 96
**
Kadar Glukosa Correlation Coefficient ,408 1,000

Sig. (2-tailed) ,000 .

N 96 96

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

LEMBAR INFORMASI SUBJEK

Judul Penelitian :
Jenis Penelitian :
Nama Peneliti :
Nama dan Alamat Penelitian :
Lokasi Penelitian :

1. Pendahuluan
Obesitas adalah suatu keadaan dimana terjadi penumpukkan
lemak dalam tubuh. Obesitas terbagi menjadi dua, yaitu obesitas
general dan obesitas sentral. Obesitas general merupakan
penumpukkan lemak di seluruh tubuh, sedangkan obesitas sentral
adalah penumpukkan lemak di daerah perut. Penumpukkan lemak di
dalam tubuh ini sangat berbahaya, karena dapat menyebabkan
menurunnya kinerja insulin dan pada akhirnya bisa menyebabkan
peningkatan kadar glukosa darah secara tak terkontrol, yang akhirnya
bisa menyebabkan Diabetes Melitus.
Diabetes melitus merupakan suatu kumpulan gejala yang
disebabkan karena peningkatan kadar glukosa darah secara berlebihan.
Penyakit ini disebabkan karena terjadinya resistensi insulin, yang bisa
disebabkan karena banyaknya lemak dalam tubuh. Lemak tersebut
memproduksi suatu enzim yang disebut resistin. Resistin berperan

xciv
dalam menghambat kinerja insulin sehingga insulin tidak bisa
menurunkan kadar glukosa menjadi normal.
Salah satu indikator yang digunakan untuk menilai keadaan
obesitas sentral adalah pengukuran rasio lingkar pinggang panggul
(RLPP). Rasio lingkar pinggang panggul adalah hasil pembagian
antara lingkar pinggang dan lingkar panggul. Pinggang adalah lingkar
terkecil di daerah perut, biasanya melalui pusar. Sedangkan panggul
adalah lingkar terbesar dan biasanya pengukuran dilakukan melalui
pantat. Semakin tinggi angka RLPP, maka semakin besar
kemungkinan seseorang disebut mengalami obesitas sentral.
Sebelum menyetujui untuk berpartisipasi dalam penelitian ini,
bapak/ibu harus membaca dan memahami formulir ini. Formulir ini
menggambarkan tujuan, prosedur, resiko, dan manfaat dalam
penelitian ini. Jika ada bagian dalam formulir ini yang tidak bapak/ibu
pahami, jangan ragu untuk bertanya kepada peneliti. Luangkan waktu
anda, dan jika perlu diskusikan partisipasi anda dengan keluarga,
teman, atau kerabat bapak/ibu.

2. Tujuan Studi
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat
hubungan antara RLPP dengan kadar glukosa darah sewaktu lansia di
GKJ Gondokusuman. Bila bapak/ibu setuju untuk berpartisipasi dalam
penelitian ini, silahkan bapak/ibu bisa menandatangani lembar
konfirmasi yang tersedia. Partisipasi bapak/ibu dalam penelitian ini
tidak akan mempengaruhi perawatan medis bapak/ibu di masa
mendatang. Keikutsertaan bapak/ibu dalam penelitian ini bersifat
sukarela. Bapak/ibu memiliki hak untuk mengundurkan diri dari
penelitian ini kapan saja.

3. Prosedur Studi
Jika anda setuju untuk berpartisipasi, maka bapak/ibu akan
diminta untuk menandatangani lembar konfirmasi terlebih dahulu.
Setelah itu, bapak/ibu akan diukur lingkar pinggang dan lingkar
panggulnya. Pengukuran lingkar pinggang dan lingkar panggul akan
dilakukan di ruangan tertutup. Pengukuran ini mengharuskan
bapak/ibu melepaskan daerah yang akan diperiksa dari pakaian. Tidak
perlu melepaskan pakaian, cukup dengan mengangkat sedikit baju dan
menurunkan sedikit celana/rok. Pengukuran akan dilakukan oleh tim
peneliti yang berjenis kelamin sama dengan bapak/ibu, dimana bapak-
bapak akan diukur oleh tim peneliti yang berjenis kelamin laki-laki,
sedangkan ibu-ibu akan diukur oleh tim peneliti yang berjenis kelamin
perempuan.

xcv
Semua data yang diperoleh, baik identitas maupun hasil
pengukuran akan dirahasiakan. Data yang diperoleh hanya akan
dipakai dalam kepentingan ilmiah saja. Bapak/ibu memiliki hak
tentang kerahasiaan data-data dalam penelitian. Semua informasi
pribadi dalam penelitian ini akan sangat dirahasiakan.

4. Risiko Yang Mungkin Terjadi


Sebagai subjek dalam penelitian ini, bapak/ibu
kemungkinan akan dilakukan injeksi lebih dari satu kali pada jari, jika
saat injeksi pertama darah yang diperoleh belum cukup. Selain itu
juga, jika alat pemeriksaan glukosa darah mengalami error maka
bapak/ibu kemungkinan akan menunggu hasil pemeriksaan sedikit
lebih lama. Bisa juga muncul perasaan kurang nyaman saat dilakukan
pengukuran lingkar pinggang dan lingkar panggul. Untuk mengurang
terjadinya risiko, maka tim peneliti akan melakukan pemeriksaan dan
pengukuran dengan hati-hati dan sebaik mungkin.

5. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah
bapak/ibu bisa mengetahui kadar glukosa darah sewaktu bapak/ibu,
mengetahui rasio lingkar pinggang panggul bapak/ibu, dan bapak/ibu
bisa mendapatkan informasi mengenai gaya hidup dan pola makan
yang sehat secara gratis. Selain itu bapak/ibu juga akan mendapatkan
cindera mata berupa balsem sebagai ucapan terimakasih atas
partisipasinya dalam penelitian ini.

6. Pertanyaan Lebih Lanjut dan Kontak Peneliti


Jika bapak/ibu memiliki pertanyaan lebih lanjut, maka
bapak/ibu bisa menghubungi peneliti (Endris Edya Tamboto) di
nomor HP 081226214201.

xcvi
LEMBAR KONFIRMASI PERSETUJUAN
UNTUK BERPARTISIPASI SEBAGAI RESPONDEN DALAM
PENELITIAN
(INFORMED CONSENT)

1. Saya, ................................................... (mohon menuliskan nama),


menyatakan bersedia untuk menjadi subjek dalam penelitian dengan
judul “HUBUNGAN ANTARA RASIO LINGKAR PINGGANG
PANGGUL (RLPP) DENGAN KADAR GLUKOSA DARAH
LANSIA DI GKJ GONDOKUSUMAN. “
2. Saya menyatakan bahwa saya telah membaca dan memahami “Lembar
Informasi” yang berisi informasi yang terkait dengan penelitian ini dan
ketentuan-ketentuan dalam berpartisipasi sebagai responden.
3. Saya menyatakan bahwa peneliti telah memberikan penjelasan secara
lisan untuk memperjelas hal-hal terkait dengan informasi tersebut
diatas. Saya telah memahaminya dan telah diberi waktu untuk
menanyakan hal-hal yang kurang jelas.

xcvii
4. Saya menyadari bahwa saya akan secara langsung menerima atau
merasakan manfaat dari penelitian ini, dan telah disampaikan kepada
saya bahwa hasil penelitian ini akan berguna untuk peningkatan
pengetahuan faktor risiko dan deteksi dini diabetes melitus
5. Saya telah diberi hak untuk menolak memberikan informasi jika saya
berkeberatan untuk menyampaikannya.
6. Saya juga diberi hak untuk dapat mengundurkan diri sebagai
responden pada penelitian ini sewaktu-waktu tanpa ada konsekuensi
apapun.
7. Saya mengerti dan saya telah diberitahu bahwa semua informasi yang
akan saya berikan akan sepenuhnya digunakan untuk kepentingan
penelitian.
8. Saya juga telah diberi informasi bahwa identitas pribadi saya akan
dijamin kerahasiaannya, baik dalam laporan maupun publikasi hasil
penelitian.

SAKSI

Saya telah menjelaskan kepada Bpk/Ibu/Sdr ................................. (nama


responden) hal-hal mendasar tentang penelitian ini. Menurut saya ,
Bpk/Ibu/Sdr tersebut telah memahami penjelasan tersebut.

Nama : ................................. (nama Pewawancara)


Status dalam penelitian ini :

............... ,.........................

xcviii
___________________ ________________ ________________

(Pewawancara) (Saksi) (Responden)

LEMBAR INFORMASI SUBJEK

Kami, mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Duta


Wacana, akan mengadakan pemeriksaan kesehatan sekaligus dengan
penelitian sebagai syarat memperoleh gelar sarjana kedokteran di Fakultas
Kedokteran Universitas Kristen Duta Wacana. Pemeriksaan kesehatan ini
bertujuan untuk mengetahui status kesehatan dari bapak/ibu sekalian,
sehingga data hasil pemeriksaan dapat digunakan untuk melakukan
pencegahan dini terhadap suatu penyakit. Dalam pemeriksaan kesehatan
ini, akan dilakukan beberapa pemeriksaan dan pengukuran diantaranya :

 Indeks Massa Tubuh (Tinggi Badan dan Berat Badan)


 Lingkar Pinggang
 Lingkar Panggul
 Kadar Glukosa Darah
 Kadar Asam Urat Darah
 Kadar Kolesterol Darah

Dalam pemeriksaan ini pula, bapak/ibu akan diminta untuk


mengisi kuesioner tentang kualitas hidup dan konsumsi makanan yang

xcix
mengandung purin. Jika ada bagian dari lembar informasi ini yang tidak
bapak/ibu pahami, bapak/ibu bisa langsung bertanya kepada tim peneliti.

A. Kesukarelaan bapak/ibu untuk mengikuti penelitian ini


Keikutsertaan bapak/ibu dalam penelitian ini bersifat sukarela,
artinya bapak/ibu tidak akan dipaksa untuk mengikuti penelitian ini.
Bapak/ibu juga memiliki hak penuh untuk menyatakan pembatalan dalam
penelitian ini.

B. Prosedur Penelitian
Jika bapak/ibu menyatakan bersedia mengikuti penelitian ini, maka
bapak/ibu akan diminta untuk mengisi dan menandatangani lembar
persetujuan yang ada. Kemudian, bapak/ibu akan diarahkan oleh tim
peneliti untuk dilakukan pemeriksaan dan mengisi kuesioner. Untuk
pemeriksaan yang akan dilakukan akan dijelaskan lebih lanjut pada poin-
poin dibawah ini.

1. Pengukuran Indeks Massa Tubuh


Pengukuran Indeks Massa Tubuh dilakukan dengan cara mengukur
tinggi badan dan berat badan. Untuk pengukuran tinggi badan, bapak/ibu
akan diminta untuk melepaskan alas kaki, berdiri tegak, dan tidak
menunduk. Nanti tim peneliti akan melakukan pengukuran tinggi badan
menggunakan microtoise. Sedangkan untuk pengukuran berat badan,
bapak/ibu akan diminta untuk melepaskan alas kaki, mengeluarkan segala
sesuatu yang ada di dalam saku, kemudian berdiri tegak diatas timbangan
yang telah disediakan. Setelah itu, tim peneliti akan melakukan pembacaan
hasil pada timbangan.

2. Pengukuran Rasio Lingkar Pinggang dan Panggul (RLPP)

c
Pengukuran RLPP akan dilakukan di ruangan tertutup yang telah
disediakan, dan pengukuran akan dilakukan oleh tim peneliti yang
memiliki jenis kelamin yang sama dengan bapak/ibu sekalian. Bapak/ibu
akan diminta untuk membebaskan daerah yang akan diperiksa dari
pakaian. Tidak perlu melepaskan pakaian, hanya mengangkat dan
menurunkan sedikit pakaian yang digunakan. Kemudian tim peneliti akan
melakukan pengukuran lingkar pinggang dan lingkar panggul
menggunakan pita ukur yang telah tersedia. Pengukuran lingkar pinggang
dan lingkar panggul masing-masing dilakukan sebanyak dua (2) kali.

3. Pengukuran Kadar Glukosa, Asam Urat, dan Kolesterol


Pada pengukuran kadar glukosa, asam urat, dan kolesterol,
bapak/ibu akan dilakukan penusukan menggunakan lancet pada daerah
ujung jari manis yang dibersikan menggunakan alcohol swab terlebih
dahulu. Kemudian setelah dilakukan penusukan, darah diambil dan
langsung dimasukkan kedalam strip yang telah tersedia. Setelah itu, tim
peneliti akan membaca hasilnya.
Waktu yang diperlukan oleh bapak/ibu dalam mengikuti penelitian
ini berkisar 25-30 menit untuk satu (1) orang. Semua data, informasi,
maupun spesimen yang diperoleh dalam pemeriksaan kesehatan ini
bersifat rahasia. Kerahasiaan data, informasi, dan spesimen yang diperoleh
dari bapak/ibu sekalian adalah hak dari bapak/ibu. Data bapak/ibu hanya
akan kami gunakan untuk kepentingan penelitian.

4. Pengisian kuesioner
Dalam pemeriksaan ini juga, bapak/ibu akan diminta untuk
mengisi kuesioner terkait dengan kualitas hidup dan konsumsi makanan
yang mengandung purin. Untuk pengisian kuesioner, nanti bapak/ibu akan
didampingi oleh tim peneliti, sehingga jika bapak/ibu memiliki kesulitan
ataupun pertanyaan bisa langsung bertanya kepada tim peneliti.

ci
C. Resiko Penelitian
Dalam penelitian ini, ada beberapa resiko yang mungkin saja
terjadi. Misalnya penusukkan yang dilakukan lebih dari satu (1) kali
dikarenakan jumlah darah yang diperlukan belum mencukupi, dan
mungkin saja ada perasaan kurang nyaman yang timbul saat tim peneliti
melakukan pengukuran tinggi badan, berat badan, lingkar pinggang atau
lingkar panggul, karena bapak/ibu akan diminta untuk mengangkat sedikit
baju dan menurunkan sedikit celana, juga melepaskan alas kaki. Hal ini
dimaksudkan agar pengukuran dapat berlangsung dengan baik dan data
yang dihasilkan lebih akurat. Untuk mengurangi resiko ini, tim peneliti
akan melakukan pemeriksaan dan pengukuran dengan sebaik mungkin dan
juga hati-hati. Apabila terjadi penusukan dua kali kemudian pada jari yang
dilakukan penusukan sebelumnya terasa sakit maka subjek dapat meminta
untuk melakukan penusukan di jari yang lain.

D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah bapak/ibu bisa mengetahui status
kesehatan bapak/ibu secara gratis, dan bapak/ibu juga mendapatkan
edukasi mengenai gaya hidup sehat dan pola makan yang baik secara
gratis. Selain itu, bapak/ibu juga akan mendapatkan cinderamata berupa
balsem sebagai ucapan terima kasih karena telah mengikuti penelitian ini.

E. Pertanyaan Lebih Lanjut dan Kontak Peneliti


Jika bapak/ibu memiliki pertanyaan lebih lanjut terkait dengan
penelitian ini, bapak/ibu bisa menghubungi tim peneliti. Sedangkan jika
setelah penelitian berlangsung bapak/ibu masih mempunyai pertanyaan,
maka bapak/ibu bisa menguhubungi peneliti Afilya M K Udang melalui

cii
SMS/ Telp / atau Email ke nomor 0813-5502-1211 /
Udangnia.97@gmail.com.

LEMBAR KONFIRMASI PERSETUJUAN


UNTUK BERPARTISIPASI SEBAGAI RESPONDEN DALAM
PENELITIAN
(INFORMED CONSENT)

Yang bertanda tangan dibawah ini :

1. Nama :........................................................................................

2. Umur :........................................................................................

3. Alamat :........................................................................................

4. Nomor HP : .......................................................................................

Setelah mendapat penjelasan mengenai maksud dan tujuan


dari penelitian ini, saya (*bersedia/tidak bersedia) berpartisipasi
dalam pemeriksaan status kesehatan dan bersedia menjadi
responden dalam penelitian yang kami adakan, dan akan
memberikan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini
dengan sebenar-benarnya.
Demikian pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar dan
tanpa paksaan, sebab saya memahami keikutsertaan ini akan

ciii
memberikan manfaat dan kerahasiaannya akan dijaga.

* = lingkari pilihan anda

Yogyakarta,...............................

Responden

( )

civ
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DATA PRIBADI
Nama Lengkap : Endris Edya Tamboto
Nama panggilan : Endris
Tempat/Tanggal lahir : Balikpapan, 22 Juni 1997
Jenis Kelamin : Laki-laki
Golongan Darah :A
Agama : Kristen
Kewarganegaraan : WNI
Alamat : Jalan Gawalise No. 4D, Asrama Polda Duyu, Palu,
Sulawesi Tengah

cv
Nama Ayah : Drs. Edward E. Tamboto
Nama Ibu : Dyah Wulandani, S.H.

PENDIDIKAN FORMAL
2000 - 2001 : TK Biduri Balikpapan
2002 - 2004 : SD Kemala Bhayangkari Balikpapan
2004 - 2005 : SD GMIM IX Manado
2005 - 2008 : SD Katolik Santa Clara Tomohon
2008 - 2010 : SMP Katolik Stella Maris Tomohon
2010 - 2011 : SMP Negeri 1 Balikpapan
2011 - 2014 : SMA Negeri 1 Balikpapan
2014 -Sekarang : Universitas Kristen Duta Wacana

cvi

Anda mungkin juga menyukai