Anda di halaman 1dari 17

Pemilihan umum

Pemilihan di mana Semua atau Sebagian Besar Anggota Badan Politik Tertentu Dipilih

Bahasa

Pantau

Sunting

Pemilihan umum (disingkat Pemilu) adalah proses pemilihan untuk memilih sebagian besar atau seluruh
anggota suatu badan terpilih badan legislatif dan presiden yang dipilih secara langsung oleh masyarakat.
[1][2] Pemilu merupakan salah satu usaha untuk memengaruhi rakyat secara persuasif (tidak memaksa)
dengan melakukan kegiatan retorika, hubungan publik, komunikasi massa, lobi dan lain-lain kegiatan.
Meskipun agitasi dan propaganda di Negara demokrasi sangat dikecam, namun dalam kampanye
pemilihan umum, teknik agitasi dan teknik propaganda banyak juga dipakai oleh para kandidat atau
politikus selaku komunikator politik.[3]

Dalam Pemilu, para pemilih dalam Pemilu juga disebut konstituen, dan kepada merekalah para peserta
Pemilu menawarkan janji-janji dan program-programnya pada masa kampanye[4]. Kampanye dilakukan
selama waktu yang telah ditentukan, menjelang hari pemungutan suara[5].

Setelah pemungutan suara dilakukan, proses penghitungan dimulai[6]. Pemenang Pemilu ditentukan
oleh aturan main atau sistem penentuan pemenang yang sebelumnya telah ditetapkan dan disetujui
oleh para peserta, dan disosialisasikan ke para pemilih[7].

Daftar isi

Pemilih sunting

Menurut UU No.7 pasal 348-350 tahun 2017, pemilih adalah WNI yang sudah genap berusia 17 tahun
atau lebih, baik sudah kawin atau belum dan pernah kawin.[8]
Dalam pemilu, pemilih biasanya dibedakan menjadi tiga kategori pemilih. Kategori pemilih tersebut ialah
pemilih tetap, pemilih tambahan dan pemilih khusus. Pada tahun 2019 ketiga kategori ini digunakan
sebagai standar pemilu.

Pemilih tetap adalah pemilih yang sudah terdata di KPU dan terdata di DPT (daftar pemilih tetap).
Pemilih kategori ini sudah di coklit dan dimutakhirkan oleh KPU dengan tanda bukti memiliki undangan
memilih atau C6.

Pemilih tambahan adalah kategori pemilih yang pindah memilih ke TPS lain dari TPS yang sudah
ditentukan. Menurut UU NO.7 pasal 210 Tahun 2017, pemilih tambahan wajib melapor paling lambat 30
hari sebelum pemungutan. Pada saat pemungutan suara pemilih tambahan membawa surat pindah
memilih (A5), KTP dan surat identitas lain (KK, paspor atau SIM)

Pemilih khusus adalah kategori pemilih yang tidak terdaftar di DPT(Daftar Pemilih Tetap) dan DPTb
(Daftar Pemilih Tambahan). Pemilih khusus dapat ikut memilih dengan membawa KTP atau identitas lain
ke TPS. Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) akan memberikan hak suara dengan
pertimbangan ketersediaan surat suara di TPS.[9]

Penentuan untuk jumlah kursi dalam partai politik sunting

Daftar partai (party-list) dalam sistem proporsional terbagi 4 yaitu:[10]

Rata-rata tertinggi/Divisor (Highest avarage)

Metode Penjelasan rumus Rumus

D'Hondt suara yang diraih setiap partai dibagi berdasarkan angka serial: 1, 2, 3, 4, 5, 6, dan
seterusnya. V s + 1 {\displaystyle {\frac {V}{s+1}}}.

Sainte Laguë (asli) suara yang diraih setiap partai dibagi berdasarkan angka serial: 1, 3, 5, 7, 9, dan
seterusnya. V 2 s + 1 {\displaystyle {\frac {V}{2s+1}}}.

Sainte Laguë (modifikasi) suara yang diraih setiap partai dibagi berdasarkan angka serial: 1.4, 3, 5,
7, 9, dan seterusnya. V 2 s + 1 {\displaystyle {\frac {V}{2s+1}}} kecuali s=0.
Danish suara yang diraih setiap partai dibagi berdasarkan angka serial: 1, 4, 7, 10, 13, dan seterusnya.
V 3 s + 1 {\displaystyle {\frac {V}{3s+1}}}.

Huntington–Hill suara yang diraih setiap partai dibagi berdasarkan akar angka serial: 2, 6, 12, 20,
30 dan seterusnya. V s ( s + 1 ) {\displaystyle {\frac {V}{\sqrt {s(s+1)}}}} dimana s≠0.

Keterangan:

V adalah jumlah suara sah partai politik/individual.

s adalah jumlah kursi berdasarkan bilangan cacah kecuali keterangan tersebut.

Jika jumlah pembagian pada posisi pertama dari partai bawah dengan kedua dari partai atas maka
terambil dari jumlah suara teratas. semua metode hitungan pembulatan bawah.

Dalam tersisa satu kursi dimana dua atau lebih partai yang mempunyai jumlah suara yang sama maka:

Jika berada pembagian di posisi yang sama, terambil partai yang memiliki jumlah suara terbanyak.

Jika berada pembagian di posisi yang beda, terambil partai yang berada perhitungan pembagian
yang sebelumnya.

Suara sisa terbanyak/Kuota (Largest remainder)

Metode Rumus

Hare Jumlah suara sah Jumlah kursi {\displaystyle {\frac {\mbox{Jumlah suara sah}}{\mbox{Jumlah
kursi}}}}

Droop ( Jumlah suara sah ( Jumlah kursi + 1 ) ) + 1 {\displaystyle \left({\frac {\mbox{Jumlah suara sah}}{\
left({\mbox{Jumlah kursi}}+1\right)}}\right)+1}

Imperiali Jumlah suara sah Jumlah kursi + 2 {\displaystyle {\frac {\mbox{Jumlah suara sah}}{{\
mbox{Jumlah kursi}}+2}}}

Hagenbach-Bischoff Jumlah suara sah Jumlah kursi + 1 {\displaystyle {\frac {\mbox{Jumlah suara
sah}}{{\mbox{Jumlah kursi}}+1}}}
Jika jumlah sisa suara yang memiliki sama maka terambil dari jumlah suara teratas. semua metode
hitungan pembulatan bawah.

Dalam tersisa satu kursi dimana dua atau lebih partai yang mempunyai jumlah suara yang sama maka:

Jika berada suara sisa di posisi yang sama, terambil partai yang memiliki jumlah suara terbanyak.

Jika berada suara sisa di posisi yang beda, terambil partai yang berada perhitungan suara sisa yang
sebelumnya.

Metode lainnya

Metode Rumus

Hare-Niemeyer Jumlah suara sah partai politik/individu Jumlah suara sah ∗ Jumlah kursi {\displaystyle
{\frac {\mbox{Jumlah suara sah partai politik/individu}}{\mbox{Jumlah suara sah}}}*{\mbox{Jumlah
kursi}}}

Jika jumlah suara yang memiliki sama maka terambil dari jumlah suara teratas. semua metode hitungan
pembulatan atas.

Contoh pemilihan umum sebagai berikut:

Tanpa batas ambang parlemen (Parliamentary Threshold) sunting

Pembagi (Divisor) sunting

Misalnya cukup terbagi 2 yaitu bagian 1 dan 2 saja.

# Partai Jumlah suara % D'Hondt Sainte Laguë (asli) Sainte Laguë


(modifikasi) Danish Huntington–Hill Hare-Niemeyer

Bagi 1 Bagi 2 Jumlah kursi % Bagi 1 Bagi 3 Jumlah kursi % Bagi 1.4 Bagi 3
Jumlah kursi % Bagi 1 Bagi 4 Jumlah kursi % Bagi akar 2 Bagi akar 6
Jumlah kursi % Jumlah kursi %
1 Partai A 50 27.03 50* 25* 2 25 50* 16* 2 25
35* 16* 2 25 50* 12* 2 25 5* 2.8* 2 25
3 37.5

2 Partai B 38 20.54 38* 19* 2 25 38* 12* 2 25


27* 12* 2 25 38* 9* 2 25 4.3* 2.4* 2 25
2 25

3 Partai C 29 15.68 29* 14* 2 25 29* 9* 2 25


20* 9* 2 25 29* 7 1 12.5 3.7* 2 1 12.5
1 12.5

4 Partai D 24 12.97 24* 12 1 12.5 24* 8 1 12.5


17* 8 1 12.5 24* 6 1 12.5 3.4* 2 1 12.5
1 12.5

5 Partai E 13 7.03 13* 6 1 12.5 13* 4 1 12.5


9* 4 1 12.5 13* 3 1 12.5 2.4* 1.4 1 12.5
1 12.5

6 Partai F 8 4.32 8 4 0 0 8 2 0 0
5 2 0 0 8* 2 1 12.5 2* 1 1 12.5
0 0

7 Partai G 5 2.71 5 2 0 0 5 1 0 0
3 1 0 0 5 1 0 0 1.4 0 0 0
0 0

8 Partai H 3 1.62 3 1 0 0 3 1 0 0
2 1 0 0 3 0 0 0 1.4 0 0 0
0 0

9 Partai I 3 1.62 3 1 0 0 3 1 0 0 2
1 0 0 3 0 0 0 1.4 0 0 0 0
0

10 Partai J 2 1.08 2 1 0 0 2 0 0 0 0
0 0 0 2 0 0 0 1 0 0 0 0
0

Jumlah suara sah 175 94.6

Jumlah suara tidak sah 5 2.7

Jumlah suara tidak memilih 5 2.7


Jumlah suara memilih 185 100

Keterangan:

Jumlah kursi yang ditetapkan (menurut aturan KPU) adalah 8.

* = Sesuai dengan peringkat jumlah suara dari terbesar sampai terkecil.

Kuota (Quota) sunting

# Partai Jumlah suara % Hare Droop Imperiali Hagenbach-Bischoff

Tahap I (100% BPP) Pembulatan Sisa suara Peringkat sisa suara Total kursi %
Tahap I (100% BPP) Pembulatan Sisa suara Peringkat sisa suara Total kursi
% Tahap I (100% BPP) Pembulatan Sisa suara Peringkat sisa suara Total
kursi % Tahap I (100% BPP) Pembulatan Sisa suara Peringkat sisa suara Total
kursi %

1 Partai A 50 27.03 2.38 2 29 1 3 37.5 2.5 2


30 1 3 37.5 2.94 2 33 1 3 37.5 2.63 2
31 1 3 37.5

2 Partai B 38 20.54 1.8 1 17 1 2 25 1.9 1


18 1 2 25 2.23 2 21 1 3 37.5 2 2
19 1 3 37.5

3 Partai C 29 15.68 1.38 1 8 0 1 12.5 1.45 1


9 0 1 12.5 1.7 1 12 0 1 12.5 1.52 1
10 0 1 12.5

4 Partai D 24 12.97 1.14 1 5 0 1 12.5 1.2 1


4 0 1 12.5 1.41 1 7 0 1 12.5 1.26 1
5 0 1 12.5

5 Partai E 13 7.03 0.61 0 13 1 1 12.5 0.65 0


13 1 1 12.5 0.76 0 13 0 0 0 0.68 0
13 0 0 0

6 Partai F 8 4.32 0.38 0 8 0 0 0 0.4 0


8 0 0 0 0.47 0 8 0 0 0 0.42 0
8 0 0 0
7 Partai G 5 2.71 0.23 0 5 0 0 0 0.25 0
5 0 0 0 0.29 0 5 0 0 0 0.26 0
5 0 0 0

8 Partai H 3 1.62 0.14 0 3 0 0 0 0.15 0


3 0 0 0 0.17 0 3 0 0 0 0.15 0
3 0 0 0

9 Partai I 3 1.62 0.14 0 3 0 0 0 0.15 0 3


0 0 0 0.17 0 3 0 0 0 0.15 0 3
0 0 0

10 Partai J 2 1.08 0.09 0 2 0 0 0 0.1 0 2


0 0 0 0.11 0 2 0 0 0 0.1 0 2
0 0 0

Jumlah suara sah 175 94.6 5 3 8 100 5


3 8 100 6 2 8 100 6
2 8 100

Jumlah suara tidak sah 5 2.7

Jumlah suara tidak memilih 5 2.7

Jumlah suara memilih 185 100

Keterangan:

Jumlah kursi yang ditetapkan (menurut aturan KPU) adalah 8.

BPP (Hare): 175/8 = 21.

BPP (Droop): (175/9) + 1 = 20.

BPP (Imperiali): 175/10 = 17.

BPP (Hagenbach-Bischoff): 175/9 = 19.

Dengan ambang batas parlemen (Parliamentary Threshold) sunting

Pembagi (Divisor) sunting


Misalnya cukup terbagi 2 yaitu bagian 1 dan 2 saja.

# Partai Jumlah suara % D'Hondt Sainte Laguë (asli) Sainte Laguë


(modifikasi) Danish Huntington–Hill Hare-Niemeyer

Bagi 1 Bagi 2 Jumlah kursi % Bagi 1 Bagi 3 Jumlah kursi % Bagi 1.4 Bagi 3
Jumlah kursi % Bagi 1 Bagi 4 Jumlah kursi % Bagi akar 2 Bagi akar 6
Jumlah kursi % Jumlah kursi %

1 Partai A 50 27.03 50* 25* 2 33.3 50* 16* 2 33.3


35* 16* 2 33.3 50* 12* 2 33.3 5* 2.8* 2 33.3
2 33.3

2 Partai B 38 20.54 38* 19* 2 33.3 38* 12 1 16.7


27* 12* 2 33.3 38* 9 1 16.7 4.3* 2.4 1 16.7
1 16.7

3 Partai C 29 15.68 29* 14 1 16.7 29* 9 1 16.7


20* 9 1 16.7 29* 7 1 16.7 3.7* 2 1 16.7
1 16.7

4 Partai D 24 12.97 24* 12 1 16.7 24* 8 1 16.7


17* 8 1 16.7 24* 6 1 16.7 3.4* 2 1 16.7
1 16.7

5 Partai E 13 7.03 13 6 0 0 13* 4 1 16.7


9 4 0 0 13* 3 1 16.7 2.4* 1.4 1 16.7
1 16.7

6 Partai F 8 4.32

7 Partai G 5 2.71

8 Partai H 3 1.62

9 Partai I 3 1.62

10 Partai J 2 1.08

Jumlah suara sah 175 94.6

Jumlah suara tidak sah 5 2.7

Jumlah suara tidak memilih 5 2.7

Jumlah suara memilih 185 100


Keterangan:

Ambang batas parlemen ditetapkan (menurut aturan KPU) adalah 5%.

Jumlah kursi yang ditetapkan (menurut aturan KPU) adalah 6.

* = Sesuai dengan peringkat jumlah suara dari terbesar sampai terkecil.

Kuota (Quota) sunting

Hanya 1 tahap

# Partai Jumlah suara % Hare Droop Imperiali Hagenbach-Bischoff

Tahap I (100% BPP) Pembulatan Sisa suara Peringkat sisa suara Total kursi %
Tahap I (100% BPP) Pembulatan Sisa suara Peringkat sisa suara Total kursi
% Tahap I (100% BPP) Pembulatan Sisa suara Peringkat sisa suara Total
kursi % Tahap I (100% BPP) Pembulatan Sisa suara Peringkat sisa suara Total
kursi %

1 Partai A 50 27.03 2 2 25 1 3 50 2.17 2


27 1 3 50 2.63 2 31 0 2 33.3 2.27 2
28 1 3 50

2 Partai B 38 20.54 1.52 1 13 0 1 16.7 1.65 1


15 0 1 16.7 2 2 19 0 2 33.3 1.72 1
16 0 1 16.7

3 Partai C 29 15.68 1.16 1 4 0 1 16.7 1.26 1


6 0 1 16.7 1.52 1 10 0 1 16.7 1.31 1
7 0 1 16.7

4 Partai D 24 12.97 0.96 0 24 1 1 16.7 1.04 1


1 0 1 16.7 1.26 1 5 0 1 16.7 1.09 1
2 0 1 16.7
5 Partai E 13 7.03 0.52 0 13 0 0 0 0.56 0
13 0 0 0 0.68 0 13 0 0 0 0.59 0
13 0 0 0

6 Partai F 8 4.32

7 Partai G 5 2.71

8 Partai H 3 1.62

9 Partai I 3 1.62

10 Partai J 2 1.08

Jumlah suara sah 175 94.6 4 2 6 100 5


1 6 100 5 1 6 100 5
1 6 100

Jumlah suara tidak sah 5 2.7

Jumlah suara tidak memilih 5 2.7

Jumlah suara memilih 185 100

Keterangan:

Ambang batas parlemen ditetapkan (menurut aturan KPU) adalah 5%.

Jumlah kursi yang ditetapkan (menurut aturan KPU) adalah 6.

Jumlah suara sah yang diperoleh batas ambang parlemen adalah 154.

BPP (Hare): 154/6 = 25.

BPP (Droop): (154/7) + 1 = 23.

BPP (Imperiali): 154/8 = 19.

BPP (Hagenbach-Bischoff): 154/7 = 22.

Hanya 2 tahap (hanya Hare saja)


# Partai Jumlah suara % Hare

Tahap I (100% BPP) Pembulatan Sisa suara Tahap II (50% BPP) Pembulatan Sisa
suara Peringkat sisa suara Total kursi %

1 Partai A 45 31.03 1.87 1 21 1.75 1 9 0 2


40

2 Partai B 25 17.24 1.04 1 1 0.08 0 1 0 1


20

3 Partai C 22 15.17 0.91 0 22 1.83 1 10 0 1


20

4 Partai D 11 7.58 0.45 0 11 0.91 0 11 1 1


20

5 Partai E 10 6.89 0.41 0 10 0.83 0 10 0 0


0

6 Partai F 9 6.2 0.37 0 9 0.75 0 9 0 0


0

7 Partai G 5 3.44

8 Partai H 3 2.06

9 Partai I 3 2.06

10 Partai J 2 1.37

Jumlah suara sah 135 93.1 2 2 1 5


100

Jumlah suara tidak sah 5 3.44

Jumlah suara tidak memilih 5 3.44

Jumlah suara memilih 145 100

Keterangan:

Ambang batas parlemen ditetapkan (menurut aturan KPU) adalah 5%.

Jumlah kursi yang ditetapkan (menurut aturan KPU) adalah 5.


Jumlah suara sah yang diperoleh batas ambang parlemen adalah 122.

100% BPP (Hare): 122/5 = 24.

50% BPP (Hare): 24/2 = 12.

Nilai Mayoritas dan Minoritas sunting

Jumlah kursi DPR untuk duduk parlemen Jumlah kursi DPR untuk hak mengubah UUD Status

x > 50% x ≥ 67% Mayoritas multak

x > 50% 50% < x ≥ 67% Mayoritas biasa

x ≤ 50%

dgn posisi 1 x ≤ 50% Mayoritas koalisi

x ≤ 50% x ≤ 50% Minoritas

Keterangan: x adalah jumlah kursi DPR yang diraih oleh setiap partai.

Mayoritas multak sunting

Mayoritas mutlak adalah setiap partai politik memenangi sebanyak dua per tiga dari seluruh jumlah
kursi DPR dan dapat mengubah aturan UUD.

# Partai Jumlah kursi DPR

1 Partai C 70%

2 Partai B 25%

3 Partai A 5%

Mayoritas biasa sunting

Mayoritas biasa adalah setiap partai politik memenangi antara setengah sampai dengan dua per tiga
dari seluruh jumlah kursi DPR tetapi tidak dapat mengubah aturan UUD.

# Partai Jumlah kursi DPR


1 Partai C 60%

2 Partai B 25%

3 Partai A 15%

Mayoritas koalisi sunting

Mayoritas koalisi adalah setiap partai politik memenangi hanya kurang dari setengah dari seluruh jumlah
kursi DPR tetapi berada posisi pertama sehingga harus berkoalisi untuk mencapai sebanyak minimal
setengah dari seluruh jumlah kursi DPR.

Pemenang & koalisi Juara 2 & koalisi Hak Mayoritas

x > 50% x < 50% Pemenang & koalisi (Mayoritas koalisi)

x < 50% x > 50% Juara 2 & koalisi (Minoritas koalisi)

Keterangan: x adalah jumlah kursi DPR yang diraih oleh pembentukan koalisi.

Contoh sunting

# Partai Jumlah kursi DPR

1 partai F 31.3

2 partai N 19.8

3 partai J 8.3

4 partai A 7.3

5 partai C 7.3

6 partai K 5.2

7 partai E 5.2

8 partai M 4.2

9 partai B 3.2

10 partai I 2.1

11 partai O 2.1
12 partai G 1

13 partai H 1

14 partai L 1

15 partai D 1

Jika jumlah yang diberikan warna biru adalah 51% sedangkan tanpa diberi warna biru adalah 49% maka
posisi pemenang&koalisi sebagai mayoritas koalisi.

# Partai Jumlah kursi DPR

1 partai F 31.3

2 partai N 19.8

3 partai J 8.3

4 partai A 7.3

5 partai C 7.3

6 partai K 5.2

7 partai E 5.2

8 partai M 4.2

9 partai B 3.2

10 partai I 2.1

11 partai O 2.1

12 partai G 1

13 partai H 1

14 partai L 1

15 partai D 1

Jika jumlah yang diberikan warna biru adalah 49% sedangkan tanpa diberi warna biru adalah 51% maka
posisi pemenang&koalisi sebagai minoritas koalisi.
Minoritas sunting

Minoritas adalah setiap partai politik memenangi hanya kurang dari setengah dari seluruh jumlah kursi
DPR.

Sistem pemilihan umum sunting

Berdasarkan daftar peserta partai politik sunting

Sistem pemilihan umum terbagi 2 jenis yaitu

sistem terbuka, yaitu pemilih mencoblos/mencontreng nama dan foto peserta partai politik.

sistem tertutup, yaitu pemilih mencoblos/mencontreng nama partai politik tertentu.

Berdasarkan perhitungan [11][12] sunting

Sistem pemilihan umum terbagi 3 jenis yaitu

sistem distrik (plurality system), yaitu perhitungan sederhana yaitu calon peserta politik
mengumpulkan dalam jumlah suara terbanyak. Jenis sistemnya:

Mayoritas multak (First Past The Post/FPTP)

Suara alternatif (Alternative Vote/AV)

Suara blok (Block Vote/BV)

Sistem dua putaran (Two Round System/TRS)

sistem semi proporsional (semi proportional system), yaitu perhitungan sistem distrik yang
menjembatani proporsional. Jenis sistemnya:

Suara non dipindahtangankan tunggal (Single Non Transferable Vote/SNTV)

Sistem paralel (Parallel system)

Suara terbatas (Limited vote)


Suara kumulatif (Cumulative vote)

sistem proporsional (proportional system), yaitu perhitungan rumit yaitu calon peserta politik
mengumpulkan dengan menggunakan bilangan pembagi pemilih. Jenis sistemnya:

Suara dipindahtangankan tunggal (Single Transferable Vote/STV)

Perwakilan proporsional (Proportional Representative/PR)

Rata-rata tertinggi/Divisor (Highest avarage)

Suara sisa terbanyak/Kuota (Largeset remainder)

Daftar partai (Party-list)

Daftar terbuka (Open-list)

Daftar tertutup (Close-list)

Daftar lokal (Local-list)

Anggota proporsional campuran (Mixed Member Proportional/MMP)

Perbedaan sebagai berikut:

Keterangan Distrik Proporsional

Peranan politik lemah kuat

Distribusi tinggi rendah

Kedekatan dengan calon pemilih tinggi rendah

Akuntabilitas tinggi rendah

Politik uang tinggi rendah

Kualitas parlemen sama dengan SD sama dengan SP

Calon parlemen harus daerah tidak harus daerah

Daerah basis pemilihan ya tidak

Jumlah wakil tiap daerah hanya satu dua atau lebih

Partai kecil/partai gurem rugi untung

Keloyalan wakil rakyat desentralisasi (loyal pada konstituensi) sentralisasi (loyal pada pusat)
Batas ambang parlemen tidak tergantung

Calon independen tidak ya

Ukuran daerah pemilihan sedikit banyak

Jumlah daerah pemilihan banyak sedikit

Membentuk koalisi tidak ya

Pemilu di Indonesia sunting

Artikel utama: Pemilihan umum di Indonesia

Kegiatan para anggota, kader, relawan dan simpatisan partai politik Indonesia. Beberapa dari mereka
berusaha melalui pengajaran pengkaderan dan pelatihan untuk keberhasilan partainya. Partai politik
diseleksi untuk mengikutii dan penyelenggaraan Pemilihan Umum, lalu Pemilihan presiden dan
Pemilihan kepala daerah di Indonesia.

Pengamat asing (Rusia) di sebuah TPS di Jakarta pada hari Pemilu Presiden 2014

Sejak proklamasi kemerdekaan hingga tahun 2004 di Indonesia telah dilaksanakan pemilihan umum
sebanyak sebelas kali, yaitu dimulai tahun 1987, 1992, 1997, 1999, 2004, 2009, dan 2014,2019. Jumlah
kontestan partai partai politik dalam pemilihan disetiap tahunya tidak selalu sama, kecuali pada pemilu
tahun 1977 sampai 1997.[butuh rujukan]

Pemilu pada tahun 1955 dilangsungkan pada dua tahap sebagai berikut.[butuh rujukan] Pertama,
pemilu diselenggarakan pada tanggal 29 September 1955 untuk memilih anggota DPR.[butuh rujukan]
Kedua, pemilu diselenggarakan pada tanggal 15 Desember 1955 untuk memilih anggota konstituante.
[13]

Anda mungkin juga menyukai