Pemilihan di mana Semua atau Sebagian Besar Anggota Badan Politik Tertentu Dipilih
Bahasa
Pantau
Sunting
Pemilihan umum (disingkat Pemilu) adalah proses pemilihan untuk memilih sebagian besar atau seluruh
anggota suatu badan terpilih badan legislatif dan presiden yang dipilih secara langsung oleh masyarakat.
[1][2] Pemilu merupakan salah satu usaha untuk memengaruhi rakyat secara persuasif (tidak memaksa)
dengan melakukan kegiatan retorika, hubungan publik, komunikasi massa, lobi dan lain-lain kegiatan.
Meskipun agitasi dan propaganda di Negara demokrasi sangat dikecam, namun dalam kampanye
pemilihan umum, teknik agitasi dan teknik propaganda banyak juga dipakai oleh para kandidat atau
politikus selaku komunikator politik.[3]
Dalam Pemilu, para pemilih dalam Pemilu juga disebut konstituen, dan kepada merekalah para peserta
Pemilu menawarkan janji-janji dan program-programnya pada masa kampanye[4]. Kampanye dilakukan
selama waktu yang telah ditentukan, menjelang hari pemungutan suara[5].
Setelah pemungutan suara dilakukan, proses penghitungan dimulai[6]. Pemenang Pemilu ditentukan
oleh aturan main atau sistem penentuan pemenang yang sebelumnya telah ditetapkan dan disetujui
oleh para peserta, dan disosialisasikan ke para pemilih[7].
Daftar isi
Pemilih sunting
Menurut UU No.7 pasal 348-350 tahun 2017, pemilih adalah WNI yang sudah genap berusia 17 tahun
atau lebih, baik sudah kawin atau belum dan pernah kawin.[8]
Dalam pemilu, pemilih biasanya dibedakan menjadi tiga kategori pemilih. Kategori pemilih tersebut ialah
pemilih tetap, pemilih tambahan dan pemilih khusus. Pada tahun 2019 ketiga kategori ini digunakan
sebagai standar pemilu.
Pemilih tetap adalah pemilih yang sudah terdata di KPU dan terdata di DPT (daftar pemilih tetap).
Pemilih kategori ini sudah di coklit dan dimutakhirkan oleh KPU dengan tanda bukti memiliki undangan
memilih atau C6.
Pemilih tambahan adalah kategori pemilih yang pindah memilih ke TPS lain dari TPS yang sudah
ditentukan. Menurut UU NO.7 pasal 210 Tahun 2017, pemilih tambahan wajib melapor paling lambat 30
hari sebelum pemungutan. Pada saat pemungutan suara pemilih tambahan membawa surat pindah
memilih (A5), KTP dan surat identitas lain (KK, paspor atau SIM)
Pemilih khusus adalah kategori pemilih yang tidak terdaftar di DPT(Daftar Pemilih Tetap) dan DPTb
(Daftar Pemilih Tambahan). Pemilih khusus dapat ikut memilih dengan membawa KTP atau identitas lain
ke TPS. Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) akan memberikan hak suara dengan
pertimbangan ketersediaan surat suara di TPS.[9]
D'Hondt suara yang diraih setiap partai dibagi berdasarkan angka serial: 1, 2, 3, 4, 5, 6, dan
seterusnya. V s + 1 {\displaystyle {\frac {V}{s+1}}}.
Sainte Laguë (asli) suara yang diraih setiap partai dibagi berdasarkan angka serial: 1, 3, 5, 7, 9, dan
seterusnya. V 2 s + 1 {\displaystyle {\frac {V}{2s+1}}}.
Sainte Laguë (modifikasi) suara yang diraih setiap partai dibagi berdasarkan angka serial: 1.4, 3, 5,
7, 9, dan seterusnya. V 2 s + 1 {\displaystyle {\frac {V}{2s+1}}} kecuali s=0.
Danish suara yang diraih setiap partai dibagi berdasarkan angka serial: 1, 4, 7, 10, 13, dan seterusnya.
V 3 s + 1 {\displaystyle {\frac {V}{3s+1}}}.
Huntington–Hill suara yang diraih setiap partai dibagi berdasarkan akar angka serial: 2, 6, 12, 20,
30 dan seterusnya. V s ( s + 1 ) {\displaystyle {\frac {V}{\sqrt {s(s+1)}}}} dimana s≠0.
Keterangan:
Jika jumlah pembagian pada posisi pertama dari partai bawah dengan kedua dari partai atas maka
terambil dari jumlah suara teratas. semua metode hitungan pembulatan bawah.
Dalam tersisa satu kursi dimana dua atau lebih partai yang mempunyai jumlah suara yang sama maka:
Jika berada pembagian di posisi yang sama, terambil partai yang memiliki jumlah suara terbanyak.
Jika berada pembagian di posisi yang beda, terambil partai yang berada perhitungan pembagian
yang sebelumnya.
Metode Rumus
Hare Jumlah suara sah Jumlah kursi {\displaystyle {\frac {\mbox{Jumlah suara sah}}{\mbox{Jumlah
kursi}}}}
Droop ( Jumlah suara sah ( Jumlah kursi + 1 ) ) + 1 {\displaystyle \left({\frac {\mbox{Jumlah suara sah}}{\
left({\mbox{Jumlah kursi}}+1\right)}}\right)+1}
Imperiali Jumlah suara sah Jumlah kursi + 2 {\displaystyle {\frac {\mbox{Jumlah suara sah}}{{\
mbox{Jumlah kursi}}+2}}}
Hagenbach-Bischoff Jumlah suara sah Jumlah kursi + 1 {\displaystyle {\frac {\mbox{Jumlah suara
sah}}{{\mbox{Jumlah kursi}}+1}}}
Jika jumlah sisa suara yang memiliki sama maka terambil dari jumlah suara teratas. semua metode
hitungan pembulatan bawah.
Dalam tersisa satu kursi dimana dua atau lebih partai yang mempunyai jumlah suara yang sama maka:
Jika berada suara sisa di posisi yang sama, terambil partai yang memiliki jumlah suara terbanyak.
Jika berada suara sisa di posisi yang beda, terambil partai yang berada perhitungan suara sisa yang
sebelumnya.
Metode lainnya
Metode Rumus
Hare-Niemeyer Jumlah suara sah partai politik/individu Jumlah suara sah ∗ Jumlah kursi {\displaystyle
{\frac {\mbox{Jumlah suara sah partai politik/individu}}{\mbox{Jumlah suara sah}}}*{\mbox{Jumlah
kursi}}}
Jika jumlah suara yang memiliki sama maka terambil dari jumlah suara teratas. semua metode hitungan
pembulatan atas.
Bagi 1 Bagi 2 Jumlah kursi % Bagi 1 Bagi 3 Jumlah kursi % Bagi 1.4 Bagi 3
Jumlah kursi % Bagi 1 Bagi 4 Jumlah kursi % Bagi akar 2 Bagi akar 6
Jumlah kursi % Jumlah kursi %
1 Partai A 50 27.03 50* 25* 2 25 50* 16* 2 25
35* 16* 2 25 50* 12* 2 25 5* 2.8* 2 25
3 37.5
6 Partai F 8 4.32 8 4 0 0 8 2 0 0
5 2 0 0 8* 2 1 12.5 2* 1 1 12.5
0 0
7 Partai G 5 2.71 5 2 0 0 5 1 0 0
3 1 0 0 5 1 0 0 1.4 0 0 0
0 0
8 Partai H 3 1.62 3 1 0 0 3 1 0 0
2 1 0 0 3 0 0 0 1.4 0 0 0
0 0
9 Partai I 3 1.62 3 1 0 0 3 1 0 0 2
1 0 0 3 0 0 0 1.4 0 0 0 0
0
10 Partai J 2 1.08 2 1 0 0 2 0 0 0 0
0 0 0 2 0 0 0 1 0 0 0 0
0
Keterangan:
Tahap I (100% BPP) Pembulatan Sisa suara Peringkat sisa suara Total kursi %
Tahap I (100% BPP) Pembulatan Sisa suara Peringkat sisa suara Total kursi
% Tahap I (100% BPP) Pembulatan Sisa suara Peringkat sisa suara Total
kursi % Tahap I (100% BPP) Pembulatan Sisa suara Peringkat sisa suara Total
kursi %
Keterangan:
Bagi 1 Bagi 2 Jumlah kursi % Bagi 1 Bagi 3 Jumlah kursi % Bagi 1.4 Bagi 3
Jumlah kursi % Bagi 1 Bagi 4 Jumlah kursi % Bagi akar 2 Bagi akar 6
Jumlah kursi % Jumlah kursi %
6 Partai F 8 4.32
7 Partai G 5 2.71
8 Partai H 3 1.62
9 Partai I 3 1.62
10 Partai J 2 1.08
Hanya 1 tahap
Tahap I (100% BPP) Pembulatan Sisa suara Peringkat sisa suara Total kursi %
Tahap I (100% BPP) Pembulatan Sisa suara Peringkat sisa suara Total kursi
% Tahap I (100% BPP) Pembulatan Sisa suara Peringkat sisa suara Total
kursi % Tahap I (100% BPP) Pembulatan Sisa suara Peringkat sisa suara Total
kursi %
6 Partai F 8 4.32
7 Partai G 5 2.71
8 Partai H 3 1.62
9 Partai I 3 1.62
10 Partai J 2 1.08
Keterangan:
Jumlah suara sah yang diperoleh batas ambang parlemen adalah 154.
Tahap I (100% BPP) Pembulatan Sisa suara Tahap II (50% BPP) Pembulatan Sisa
suara Peringkat sisa suara Total kursi %
7 Partai G 5 3.44
8 Partai H 3 2.06
9 Partai I 3 2.06
10 Partai J 2 1.37
Keterangan:
Jumlah kursi DPR untuk duduk parlemen Jumlah kursi DPR untuk hak mengubah UUD Status
x ≤ 50%
Keterangan: x adalah jumlah kursi DPR yang diraih oleh setiap partai.
Mayoritas mutlak adalah setiap partai politik memenangi sebanyak dua per tiga dari seluruh jumlah
kursi DPR dan dapat mengubah aturan UUD.
1 Partai C 70%
2 Partai B 25%
3 Partai A 5%
Mayoritas biasa adalah setiap partai politik memenangi antara setengah sampai dengan dua per tiga
dari seluruh jumlah kursi DPR tetapi tidak dapat mengubah aturan UUD.
2 Partai B 25%
3 Partai A 15%
Mayoritas koalisi adalah setiap partai politik memenangi hanya kurang dari setengah dari seluruh jumlah
kursi DPR tetapi berada posisi pertama sehingga harus berkoalisi untuk mencapai sebanyak minimal
setengah dari seluruh jumlah kursi DPR.
Keterangan: x adalah jumlah kursi DPR yang diraih oleh pembentukan koalisi.
Contoh sunting
1 partai F 31.3
2 partai N 19.8
3 partai J 8.3
4 partai A 7.3
5 partai C 7.3
6 partai K 5.2
7 partai E 5.2
8 partai M 4.2
9 partai B 3.2
10 partai I 2.1
11 partai O 2.1
12 partai G 1
13 partai H 1
14 partai L 1
15 partai D 1
Jika jumlah yang diberikan warna biru adalah 51% sedangkan tanpa diberi warna biru adalah 49% maka
posisi pemenang&koalisi sebagai mayoritas koalisi.
1 partai F 31.3
2 partai N 19.8
3 partai J 8.3
4 partai A 7.3
5 partai C 7.3
6 partai K 5.2
7 partai E 5.2
8 partai M 4.2
9 partai B 3.2
10 partai I 2.1
11 partai O 2.1
12 partai G 1
13 partai H 1
14 partai L 1
15 partai D 1
Jika jumlah yang diberikan warna biru adalah 49% sedangkan tanpa diberi warna biru adalah 51% maka
posisi pemenang&koalisi sebagai minoritas koalisi.
Minoritas sunting
Minoritas adalah setiap partai politik memenangi hanya kurang dari setengah dari seluruh jumlah kursi
DPR.
sistem terbuka, yaitu pemilih mencoblos/mencontreng nama dan foto peserta partai politik.
sistem distrik (plurality system), yaitu perhitungan sederhana yaitu calon peserta politik
mengumpulkan dalam jumlah suara terbanyak. Jenis sistemnya:
sistem semi proporsional (semi proportional system), yaitu perhitungan sistem distrik yang
menjembatani proporsional. Jenis sistemnya:
sistem proporsional (proportional system), yaitu perhitungan rumit yaitu calon peserta politik
mengumpulkan dengan menggunakan bilangan pembagi pemilih. Jenis sistemnya:
Keloyalan wakil rakyat desentralisasi (loyal pada konstituensi) sentralisasi (loyal pada pusat)
Batas ambang parlemen tidak tergantung
Kegiatan para anggota, kader, relawan dan simpatisan partai politik Indonesia. Beberapa dari mereka
berusaha melalui pengajaran pengkaderan dan pelatihan untuk keberhasilan partainya. Partai politik
diseleksi untuk mengikutii dan penyelenggaraan Pemilihan Umum, lalu Pemilihan presiden dan
Pemilihan kepala daerah di Indonesia.
Pengamat asing (Rusia) di sebuah TPS di Jakarta pada hari Pemilu Presiden 2014
Sejak proklamasi kemerdekaan hingga tahun 2004 di Indonesia telah dilaksanakan pemilihan umum
sebanyak sebelas kali, yaitu dimulai tahun 1987, 1992, 1997, 1999, 2004, 2009, dan 2014,2019. Jumlah
kontestan partai partai politik dalam pemilihan disetiap tahunya tidak selalu sama, kecuali pada pemilu
tahun 1977 sampai 1997.[butuh rujukan]
Pemilu pada tahun 1955 dilangsungkan pada dua tahap sebagai berikut.[butuh rujukan] Pertama,
pemilu diselenggarakan pada tanggal 29 September 1955 untuk memilih anggota DPR.[butuh rujukan]
Kedua, pemilu diselenggarakan pada tanggal 15 Desember 1955 untuk memilih anggota konstituante.
[13]