Anda di halaman 1dari 24

Bagaimana Cara Menghitung Perolehan Kursi?

Apakah kader PPP sudah siap atau sudah memersiapkan diri menghadapi Pemilu 2014 nanti? Jawabannya sangat tergantung
pada sejauh mana setiap kader memberikan sumbangsihnya kepada PPP. Selain itu, jawabannya sangat tergantung pada
bagaimana kader PPP memahami seluk beluk kepemiluan, terutama terkait cara penghitungan perolehan suara dalam
Pemilu. Dengan pemahaman yang baik, kader PPP yang mencalonkan diri dapat mengukur berapa suara yang harus
diperolehnya agar terpilih menjadi anggota DPR/DPRD.

Sesuai dengan UU Pemilu yang baru disahkan oleh DPR 12/4/2012 melalui voting, ada beberapa tahapan dari konversi suara
menjadi kursi. Pertama, agar suara sebuah partai dapat dikonversi menjadi kursi, maka partai itu harus lolos ambang batas
minimal atau parliamentary threshold (PT) sebesar 3,5 persen dari suara sah secara nasional. Syarat ini harus dipenuhi
pertama kali. Jika tidak, maka suara partai tidak dapat dihitung sama sekali, baik itu di tingkat pusat atau tingkat daerah.
Partai yang tidak memenuhi PT dapat dikatakan bablas angine…! (lihat Pasal 208-209 UU Pemilu).

Kedua, Setelah sebuah partai memenuhi PT, maka partai itu harus memenuhi Bilangan Pembagi Pemilih (BPP). BPP adalah
suara sah dibagi jumlah kursi. Jika suara sah di suatu dapil 100.000 suara dan kursinya 10, maka BPP nya adalah 100.000: 10
= 10.000. Jadi, BPP di Dapil itu adalah 10.000. (Lihat Pasal 212 huruf a UU Pemilu). Kader PPP harus berjuang agar
mencapai BPP itu, agar legitimasi kursinya di DPR sangat kuat.

Ketiga, setelah kursi dibagikan kepada partai yang mencapai BPP, lalu masih ada sisa kursi, maka dilakukan penghitungan
tahap kedua dengan cara kursi dibagikan kepada partai yang perolehan suaranya atau sisa suaranya setelah dibagi BPP
paling banyak. Contoh, di Dapil A PPP memeroleh 15.000 suara. Sedangkan BPP di Dapil itu adalah 10.000. Suara PPP yang
di atas BPP, yaitu 5000 suara akan dihitung pada tahap kedua. Jika suara itu lebih besar dari suara partai lainnya, maka
kursi itu akan menjadi milik PPP. (Lihat Pasal 212 huruf b UU Pemilu).

Jadi, metode penghitungan suara dalam Pemilu 2014 hanya dua, yaitu berdasarkan BPP dan berdasarkan sisa suara jika
masih ada sisa kursi. Tidak ada lagi suara yang di bawa ke tingkat provinsi. Semua kursi habis dibagi di Dapil. (Lihat Pasal
212 huruf c UU Pemilu).

Setelah kursi partai politik dihitung, maka kepada siapakah kursi itu diberikan? Sesuai dengan Pasal 213 huruf a, calon yang
memeroleh suara terbanyak akan mendapatkan kursi yang diperoleh partainya. Jika partainya mendapatkan dua kursi,
maka calon yang memeroleh suara terbanyak pertama dan kedua yang berhak atas kursi itu.

Dampak dari ketentuan ini adalah antar calon dalam sebuah partai harus bersaing satu sama lain. Agar hal itu tidak menjadi
sesuatu yang negative, maka PPP harus mengatur sedemikian rupa agar masing-masing calon mempunyai area kampanye
tersendiri. Jika sebuah Dapil terdiri dari 4 kabupaten, maka calon dari PPP harus disebar pada 4 kabupaten itu. Jadi, setiap
calon tidak menjaring ikan di kolam yang sama.
Pemilihan Umum (Pemilu) adalah proses pemilihan orang(-orang) untuk mengisi jabatan-jabatan politik
tertentu.[rujukan?] Jabatan-jabatan tersebut beraneka-ragam, mulai dari presiden, wakil rakyat di berbagai tingkat
pemerintahan, sampai kepala desa.[rujukan?] Pada konteks yang lebih luas, Pemilu dapat juga berarti proses mengisi
jabatan-jabatan seperti ketua OSIS atau ketua kelas, walaupun untuk ini kata 'pemilihan' lebih sering digunakan.
[rujukan?]

Pemilu merupakan salah satu usaha untuk memengaruhi rakyat secara persuasif (tidak memaksa) dengan
melakukan kegiatan retorika, public relations, komunikasi massa, lobby dan lain-lain kegiatan.[rujukan?] Meskipun
agitasi dan propaganda di Negara demokrasi sangat dikecam, namun dalam kampanye pemilihan umum, teknik
agitasi dan teknik propaganda banyak juga dipakaioleh para kandidat atau politikus selalu komunikator politik.[1]

Dalam Pemilu, para pemilih dalam Pemilu juga disebut konstituen, dan kepada merekalah para peserta Pemilu
menawarkan janji-janji dan program-programnya pada masa kampanye.[rujukan?] Kampanye dilakukan selama
waktu yang telah ditentukan, menjelang hari pemungutan suara.[rujukan?]

Setelah pemungutan suara dilakukan, proses penghitungan dimulai.[rujukan?] Pemenang Pemilu ditentukan oleh
aturan main atau sistem penentuan pemenang yang sebelumnya telah ditetapkan dan disetujui oleh para peserta,
dan disosialisasikan ke para pemilih.[rujukan?]

Daftar isi
 1 Penentuan untuk jumlah kursi dalam partai politik [2]
o 1.1 Tanpa batas ambang parlemen (Parliamentary Threshold )

 1.1.1 Divisor

 1.1.2 Kuota

o 1.2 Dengan ambang batas parlemen (Parliamentary Threshold)

 1.2.1 Divisor

 1.2.2 Kuota

 2 Nilai Mayoritas dan Minoritas

o 2.1 Mayoritas multak

o 2.2 Mayoritas biasa

o 2.3 Mayoritas koalisi

 2.3.1 Contoh

o 2.4 Minoritas

 3 Sistem pemilihan umum

o 3.1 Berdasarkan daftar peserta partai politik

o 3.2 Berdasarkan perhitungan [3][4]

 4 Pemilu di Indonesia

 5 Referensi

 6 Pranala luar
Penentuan untuk jumlah kursi dalam partai politik [2]

Daftar partai (party-list) dalam sistem proporsional terbagi 3 yaitu:

 Rata-rata tertinggi/Divisor (Highest avarage)

Metode Rumus

D'Hondt suara yang diraih setiap partai dibagi berdasarkan angka serial: 1, 2, 3, 4, 5, 6, dan seterusnya.

Sainte Laguë (asli) suara yang diraih setiap partai dibagi berdasarkan angka serial: 1, 3, 5, 7, 9, dan seterusnya.

Sainte Laguë (modifikasi) suara yang diraih setiap partai dibagi berdasarkan angka serial: 1.4, 3, 5, 7, 9, dan seterusnya

Danish suara yang diraih setiap partai dibagi berdasarkan angka serial: 1, 4, 7, 10, 13, dan seterusnya

Jika jumlah pembagian pada posisi pertama dari partai bawah dengan kedua dari partai atas maka terambil dari
jumlah suara teratas. semua metode hitungan pembulatan bawah.

 Suara sisa terbanyak/Kuota (Largeset remainder)

Metode Rumus

Hare
 :

Droop
 :

Imperiali
 :

Hagenbach-Bischoff
 :

Jika jumlah sisa suara yang memiliki sama maka terambil dari jumlah suara teratas. semua metode hitungan
pembulatan bawah.

 Metode lainnya

Metode Rumus

Hare-Niemeyer
 :

Semua metode hitungan pembulatan atas.


Contoh pemilihan umum sebagai berikut:

Tanpa batas ambang parlemen (Parliamentary Threshold)

Divisor

Misalnya cukup terbagi 2 yaitu bagian 1 dan 2 saja.

Sainte Laguë Hare-


D'Hondt Sainte Laguë (asli) Danish
Jumla (modifikasi) Niemeyer
Parta
# h %
i
suara Bagi Bagi Jumla Bagi Bagi Jumla Bagi Bagi Jumla Bagi Bagi Jumla Jumla
 %  %  %  %  %
1 2 h kursi 1 3 h kursi 1.4 3 h kursi 1 4 h kursi h kursi

Partai 27.0
1 50 50* 25* 2 25 50* 16* 2 25 35* 16* 2 25 50* 12* 2 25 3 37.5
A 3

Partai 20.5
2 38 38* 19* 2 25 38* 12* 2 25 27* 12* 2 25 38* 9* 2 25 2 25
B 4

Partai 15.6
3 29 29* 14* 2 25 29* 9* 2 25 20* 9* 2 25 29* 7 1 12.5 1 12.5
C 8

Partai 12.9
4 24 24* 12 1 12.5 24* 8 1 12.5 17* 8 1 12.5 24* 6 1 12.5 1 12.5
D 7

Partai
5 13 7.03 13* 6 1 12.5 13* 4 1 12.5 9* 4 1 12.5 13* 3 1 12.5 1 12.5
E

Partai
6 8 4.32 8 4 0 0 8 2 0 0 5 2 0 0 8* 2 1 12.5 0 0
F

Partai
7 5 2.71 5 2 0 0 5 1 0 0 3 1 0 0 5 1 0 0 0 0
G

Partai
8 3 1.62 3 1 0 0 3 1 0 0 2 1 0 0 3 0 0 0 0 0
H

Partai
9 3 1.62 3 1 0 0 3 1 0 0 2 1 0 0 3 0 0 0 0 0
I

Partai
10 2 1.08 2 1 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0
J

Jumlah
suara 175 94.6
sah

Jumlah 5 2.7
suara
tidak
Sainte Laguë Hare-
D'Hondt Sainte Laguë (asli) Danish
Jumla (modifikasi) Niemeyer
Parta
# h %
i
suara Bagi Bagi Jumla Bagi Bagi Jumla Bagi Bagi Jumla Bagi Bagi Jumla Jumla
 %  %  %  %  %
1 2 h kursi 1 3 h kursi 1.4 3 h kursi 1 4 h kursi h kursi

sah

Jumlah
suara
5 2.7
tidak
memilih

Jumlah
suara 185 100
memilih

Keterangan:

 Jumlah kursi yang ditetapkan (menurut aturan KPU) adalah 8.


 * = Sesuai dengan peringkat jumlah suara dari terbesar sampai terkecil.

Kuota
Hare Droop Imperiali Hagenbach-Bischoff

Ta Ta Ta Ta
Jum
ha Sis Perin ha Sis Perin ha Sis Perin ha Sis Perin
Par lah To To To To
# % pI a gkat pI a gkat pI a gkat pI a gkat
tai sua Pemb tal Pemb tal Pemb tal Pemb tal
(10 su sisa  % (10 su sisa  % (10 su sisa  % (10 su sisa  %
ra ulatan ku ulatan ku ulatan ku ulatan ku
0% ar suar 0% ar suar 0% ar suar 0% ar suar
rsi rsi rsi rsi
BP a a BP a a BP a a BP a a
P) P) P) P)

Par
27. 2.3 37 37 2.9 37 2.6 37
1 tai 50 2 29 1 3 2.5 2 30 1 3 2 33 1 3 2 31 1 3
03 8 .5 .5 4 .5 3 .5
A

Par
20. 2.2 37 37
2 tai 38 1.8 1 17 1 2 25 1.9 1 18 1 2 25 2 21 1 3 2 2 19 1 3
54 3 .5 .5
B

Par
15. 1.3 12 1.4 12 12 1.5 12
3 tai 29 1 8 0 1 1 9 0 1 1.7 1 12 0 1 1 10 0 1
68 8 .5 5 .5 .5 2 .5
C

Par
12. 1.1 12 12 1.4 12 1.2 12
4 tai 24 1 5 0 1 1.2 1 4 0 1 1 7 0 1 1 5 0 1
97 4 .5 .5 1 .5 6 .5
D

5 Par 13 7.0 0.6 0 13 1 1 12 0.6 0 13 1 1 12 0.7 0 13 0 0 0 0.6 0 13 0 0 0


Hare Droop Imperiali Hagenbach-Bischoff

Ta Ta Ta Ta
Jum
ha Sis Perin ha Sis Perin ha Sis Perin ha Sis Perin
Par lah To To To To
# % pI a gkat pI a gkat pI a gkat pI a gkat
tai sua Pemb tal Pemb tal Pemb tal Pemb tal
(10 su sisa  % (10 su sisa  % (10 su sisa  % (10 su sisa  %
ra ulatan ku ulatan ku ulatan ku ulatan ku
0% ar suar 0% ar suar 0% ar suar 0% ar suar
rsi rsi rsi rsi
BP a a BP a a BP a a BP a a
P) P) P) P)

tai
3 1 .5 5 .5 6 8
E

Par
4.3 0.3 0.4 0.4
6 tai 8 0 8 0 0 0 0.4 0 8 0 0 0 0 8 0 0 0 0 8 0 0 0
2 8 7 2
F

Par
2.7 0.2 0.2 0.2 0.2
7 tai 5 0 5 0 0 0 0 5 0 0 0 0 5 0 0 0 0 5 0 0 0
1 3 5 9 6
G

Par
1.6 0.1 0.1 0.1 0.1
8 tai 3 0 3 0 0 0 0 3 0 0 0 0 3 0 0 0 0 3 0 0 0
2 4 5 7 5
H

Par
1.6 0.1 0.1 0.1 0.1
9 tai 3 0 3 0 0 0 0 3 0 0 0 0 3 0 0 0 0 3 0 0 0
2 4 5 7 5
I

Par
1 1.0 0.0 0.1
tai 2 0 2 0 0 0 0.1 0 2 0 0 0 0 2 0 0 0 0.1 0 2 0 0 0
0 8 9 1
J

Juml
ah 94. 10 10 10 10
175 5 3 8 5 3 8 6 2 8 6 2 8
suara 6 0 0 0 0
sah

Juml
ah
suara 5 2.7
tidak
sah

Juml 5 2.7
ah
suara
tidak
mem
Hare Droop Imperiali Hagenbach-Bischoff

Ta Ta Ta Ta
Jum
ha Sis Perin ha Sis Perin ha Sis Perin ha Sis Perin
Par lah To To To To
# % pI a gkat pI a gkat pI a gkat pI a gkat
tai sua Pemb tal Pemb tal Pemb tal Pemb tal
(10 su sisa  % (10 su sisa  % (10 su sisa  % (10 su sisa  %
ra ulatan ku ulatan ku ulatan ku ulatan ku
0% ar suar 0% ar suar 0% ar suar 0% ar suar
rsi rsi rsi rsi
BP a a BP a a BP a a BP a a
P) P) P) P)

ilih

Juml
ah
10
suara 185
0
mem
ilih

Keterangan:

 Jumlah kursi yang ditetapkan (menurut aturan KPU) adalah 8.


 BPP (Hare): 175/8 = 21.

 BPP (Droop): (175/9) + 1 = 20.

 BPP (Imperiali): 175/10 = 17.

 BPP (Hagenbach-Bischoff): 175/9 = 19.

Dengan ambang batas parlemen (Parliamentary Threshold)

Divisor

Misalnya cukup terbagi 2 yaitu bagian 1 dan 2 saja.

Sainte Laguë Hare-


D'Hondt Sainte Laguë (asli) Danish
Jumla (modifikasi) Niemeyer
Parta
# h %
i
suara Bagi Bagi Jumla Bagi Bagi Jumla Bagi Bagi Jumla Bagi Bagi Jumla Jumla
 %  %  %  %  %
1 2 h kursi 1 3 h kursi 1.4 3 h kursi 1 4 h kursi h kursi

Partai 27.0
1 50 50* 25* 2 33.3 50* 16* 2 33.3 35* 16* 2 33.3 50* 12* 2 33.3 2 33.3
A 3

Partai 20.5
2 38 38* 19* 2 33.3 38* 12 1 16.7 27* 12* 2 33.3 38* 9 1 16.7 1 16.7
B 4

Partai 15.6
3 29 29* 14 1 16.7 29* 9 1 16.7 20* 9 1 16.7 29* 7 1 16.7 1 16.7
C 8

4 Partai 24 12.9 24* 12 1 16.7 24* 8 1 16.7 17* 8 1 16.7 24* 6 1 16.7 1 16.7
Sainte Laguë Hare-
D'Hondt Sainte Laguë (asli) Danish
Jumla (modifikasi) Niemeyer
Parta
# h %
i
suara Bagi Bagi Jumla Bagi Bagi Jumla Bagi Bagi Jumla Bagi Bagi Jumla Jumla
 %  %  %  %  %
1 2 h kursi 1 3 h kursi 1.4 3 h kursi 1 4 h kursi h kursi

D 7

Partai
5 13 7.03 13 6 0 0 13* 4 1 16.7 9 4 0 0 13* 3 1 16.7 1 16.7
E

Partai
6 8 4.32
F

Partai
7 5 2.71
G

Partai
8 3 1.62
H

Partai
9 3 1.62
I

Partai
10 2 1.08
J

Jumlah
suara 175 94.6
sah

Jumlah
suara
5 2.7
tidak
sah

Jumlah
suara
5 2.7
tidak
memilih

Jumlah
suara 185 100
memilih

Keterangan:

 Ambang batas parlemen ditetapkan (menurut aturan KPU) adalah 5%.


 Jumlah kursi yang ditetapkan (menurut aturan KPU) adalah 6.

 * = Sesuai dengan peringkat jumlah suara dari terbesar sampai terkecil.


Kuota
Hanya 1 tahap

Hare Droop Imperiali Hagenbach-Bischoff

Ta Ta Ta Ta
Jum
ha Sis Perin ha Sis Perin ha Sis Perin ha Sis Perin
Par lah To To To To
# % pI a gkat pI a gkat pI a gkat pI a gkat
tai sua Pemb tal Pemb tal Pemb tal Pemb tal
(10 su sisa  % (10 su sisa  % (10 su sisa  % (10 su sisa  %
ra ulatan ku ulatan ku ulatan ku ulatan ku
0% ar suar 0% ar suar 0% ar suar 0% ar suar
rsi rsi rsi rsi
BP a a BP a a BP a a BP a a
P) P) P) P)

Par
27. 2.1 2.6 33 2.2
1 tai 50 2 2 25 1 3 50 2 27 1 3 50 2 31 0 2 2 28 1 3 50
03 7 3 .3 7
A

Par
20. 1.5 16 1.6 16 33 1.7 16
2 tai 38 1 13 0 1 1 15 0 1 2 2 19 0 2 1 16 0 1
54 2 .7 5 .7 .3 2 .7
B

Par
15. 1.1 16 1.2 16 1.5 16 1.3 16
3 tai 29 1 4 0 1 1 6 0 1 1 10 0 1 1 7 0 1
68 6 .7 6 .7 2 .7 1 .7
C

Par
12. 0.9 16 1.0 16 1.2 16 1.0 16
4 tai 24 0 24 1 1 1 1 0 1 1 5 0 1 1 2 0 1
97 6 .7 4 .7 6 .7 9 .7
D

Par
7.0 0.5 0.5 0.6 0.5
5 tai 13 0 13 0 0 0 0 13 0 0 0 0 13 0 0 0 0 13 0 0 0
3 2 6 8 9
E

Par
4.3
6 tai 8
2
F

Par
2.7
7 tai 5
1
G

Par
1.6
8 tai 3
2
H

Par
1.6
9 tai 3
2
I

1 Par 2 1.0
Hare Droop Imperiali Hagenbach-Bischoff

Ta Ta Ta Ta
Jum
ha Sis Perin ha Sis Perin ha Sis Perin ha Sis Perin
Par lah To To To To
# % pI a gkat pI a gkat pI a gkat pI a gkat
tai sua Pemb tal Pemb tal Pemb tal Pemb tal
(10 su sisa  % (10 su sisa  % (10 su sisa  % (10 su sisa  %
ra ulatan ku ulatan ku ulatan ku ulatan ku
0% ar suar 0% ar suar 0% ar suar 0% ar suar
rsi rsi rsi rsi
BP a a BP a a BP a a BP a a
P) P) P) P)

tai
0 8
J

Juml
ah 94. 10 10 10 10
175 4 2 6 5 1 6 5 1 6 5 1 6
suara 6 0 0 0 0
sah

Juml
ah
suara 5 2.7
tidak
sah

Juml
ah
suara
5 2.7
tidak
mem
ilih

Juml
ah
10
suara 185
0
mem
ilih

Keterangan:

 Ambang batas parlemen ditetapkan (menurut aturan KPU) adalah 5%.


 Jumlah kursi yang ditetapkan (menurut aturan KPU) adalah 6.

 Jumlah suara sah yang diperoleh batas ambang parlemen adalah 154.

 BPP (Hare): 154/6 = 25.

 BPP (Droop): (154/7) + 1 = 23.

 BPP (Imperiali): 154/8 = 19.

 BPP (Hagenbach-Bischoff): 154/7 = 22.


Hanya 2 tahap (hanya Hare saja)
Hare
Jumlah
# Partai % Tahap I Tahap II
suara Sisa Sisa Peringkat Total
(100% Pembulatan (50% Pembulatan  %
suara suara sisa suara kursi
BPP) BPP)

1 Partai A 45 31.03 1.87 1 21 1.75 1 9 0 2 40

2 Partai B 25 17.24 1.04 1 1 0.08 0 1 0 1 20

3 Partai C 22 15.17 0.91 0 22 1.83 1 10 0 1 20

4 Partai D 11 7.58 0.45 0 11 0.91 0 11 1 1 20

5 Partai E 10 6.89 0.41 0 10 0.83 0 10 0 0 0

6 Partai F 9 6.2 0.37 0 9 0.75 0 9 0 0 0

7 Partai G 5 3.44

8 Partai H 3 2.06

9 Partai I 3 2.06

10 Partai J 2 1.37

Jumlah
135 93.1 2 2 1 5 100
suara sah

Jumlah
suara tidak 5 3.44
sah

Jumlah
suara tidak 5 3.44
memilih

Jumlah
suara 145 100
memilih

Keterangan:

 Ambang batas parlemen ditetapkan (menurut aturan KPU) adalah 5%.


 Jumlah kursi yang ditetapkan (menurut aturan KPU) adalah 5.

 Jumlah suara sah yang diperoleh batas ambang parlemen adalah 122.

 100% BPP (Hare): 122/5 = 24.

 50% BPP (Hare): 24/2 = 12.


Nilai Mayoritas dan Minoritas
Jumlah kursi DPR untuk duduk parlemen Jumlah kursi DPR untuk hak mengubah UUD Status

x > 50% x ≥ 66,7% Mayoritas multak

x > 50% 50% < x ≥ 66,7% Mayoritas biasa

x ≤ 50%
x ≤ 50% Mayoritas koalisi
dgn posisi 1

x ≤ 50% x ≤ 50% Minoritas

Keterangan: x adalah jumlah kursi DPR yang diraih oleh setiap partai.

Mayoritas multak

Mayoritas mutlak adalah setiap partai politik memenangi sebanyak dua per tiga dari seluruh jumlah kursi DPR
dan dapat mengubah aturan UUD.

# Partai Jumlah kursi DPR

1 Partai C 70%

2 Partai B 25%

3 Partai A 5%

Mayoritas biasa

Mayoritas biasa adalah setiap partai politik memenangi antara setengah sampai dengan dua per tiga dari seluruh
jumlah kursi DPR tetapi tidak dapat mengubah aturan UUD.

# Partai Jumlah kursi DPR

1 Partai C 60%

2 Partai B 25%

3 Partai A 15%

Mayoritas koalisi

Mayoritas koalisi adalah setiap partai politik memenangi hanya kurang dari setengah dari seluruh jumlah kursi
DPR tetapi berada posisi pertama sehingga harus berkoalisi untuk mencapai sebanyak minimal setengah dari
seluruh jumlah kursi DPR.

Pemenang & koalisi Juara 2 & koalisi Hak Mayoritas

x > 50% x < 50% Pemenang & koalisi (Mayoritas koalisi)


Pemenang & koalisi Juara 2 & koalisi Hak Mayoritas

x < 50% x > 50% Juara 2 & koalisi (Minoritas koalisi)

Keterangan: x adalah jumlah kursi DPR yang diraih oleh pembentukan koalisi.

Contoh
# Partai Jumlah kursi DPR

1 partai F 31.3

2 partai N 19.8

3 partai J 8.3

4 partai A 7.3

5 partai C 7.3

6 partai K 5.2

7 partai E 5.2

8 partai M 4.2

9 partai B 3.2

10 partai I 2.1

11 partai O 2.1

12 partai G 1

13 partai H 1

14 partai L 1

15 partai D 1

Jika jumlah yang diberikan warna biru adalah 51% sedangkan tanpa diberi warna biru adalah 49% maka posisi
pemenang&koalisi sebagai mayoritas koalisi.

# Partai Jumlah kursi DPR

1 partai F 31.3

2 partai N 19.8

3 partai J 8.3

4 partai A 7.3
# Partai Jumlah kursi DPR

5 partai C 7.3

6 partai K 5.2

7 partai E 5.2

8 partai M 4.2

9 partai B 3.2

10 partai I 2.1

11 partai O 2.1

12 partai G 1

13 partai H 1

14 partai L 1

15 partai D 1

Jika jumlah yang diberikan warna biru adalah 49% sedangkan tanpa diberi warna biru adalah 51% maka posisi
juara 2&koalisi sebagai minoritas koalisi.

Minoritas

Minoritas adalah setiap partai politik kalah dalam pemilhan umum.

Sistem pemilihan umum


Berdasarkan daftar peserta partai politik

Sistem pemilihan umum terbagi 2 jenis yaitu

1. sistem terbuka, yaitu pemilih mencoblos/mencontreng nama dan foto peserta partai politik
2. sistem tertutup, yaitu pemilih mencoblos/mencontreng nama partai politik tertentu. Kedua sistem memiliki
persamaan yaitu pemilih memilih nama tokoh yang sama di mana tokoh-tokoh tersbut bisa bermasalah di depan
publik.[rujukan?]

Berdasarkan perhitungan [3][4]

Sistem pemilihan umum terbagi 3 jenis yaitu

1. sistem distrik (plurality system), yaitu perhitungan sederhana yaitu calon peserta politik mengumpulkan dalam
jumlah suara terbanyak. Jenis sistemnya:
1. Mayoritas multak (First Past The Post/FPTP)

2. Suara alternatif (Alternative Vote/AV)

3. Suara blok (Block Vote/BV)


4. Sistem putaran dua (Two Round System/TRS)

2. sistem semi proporsional (semi proportional system), yaitu perhitungan sistem distrik yang menjembatani
proporsional. Jenis sistemnya:

1. Suara non dipindahtangankan tunggal (Single Non Transferable Vote/SNTV)

2. Sistem paralel (Parallel system)

3. Suara terbatas (Limited vote)

4. Suara kumulatif (Cumulative vote)

3. sistem proporsional (proportional system), yaitu perhitungan rumit yaitu calon peserta politik mengumpulkan
dengan menggunakan bilangan pembagi pemilih. Jenis sistemnya:

1. Suara dipindahtangankan tunggal (Single Transferable Vote/STV)

2. Perwakilan proporsional (Proportional Representative/PR)

3. Daftar partai (Party-list)

1. Daftar terbuka (Open-list)

2. Daftar tertutup (Close-list)

3. Daftar lokal (Local-list)

4. Anggota proporsional campuran (Mixed Member Proportional/MMP)

Perbedaan sebagai berikut:

Keterangan Distrik Proporsional

Peranan politik lemah kuat

Distribusi tinggi rendah

Kedekatan dengan calon pemilih tinggi rendah

Akuntabilitas tinggi rendah

Politik uang tinggi rendah

Kualitas parlemen sama dengan SD sama dengan SP

Calon parlemen harus daerah tidak harus daerah

Daerah basis pemilihan ya tidak

Jumlah wakil tiap daerah hanya satu dua atau lebih

Partai kecil/partai gurem rugi untung

Keloyalan wakil rakyat desentralisasi (loyal pada konstituensi) sentralisasi (loyal pada pusat)

Batas ambang parlemen tidak tergantung


Keterangan Distrik Proporsional

Calon independen tidak ya

Ukuran daerah pemilihan sedikit banyak

Jumlah daerah pemilihan banyak sedikit

Membentuk koalisi tidak ya

Pemilu di Indonesia
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Pemilihan umum di Indonesia

Sejak proklamasi kemerdekaan hingga tahun 2004 di Indonesia telah dilaksanakan pemilihan umum sebanyak
sepuluh kali, yaitu dimulai tahun 1987, 1992, 1997, 1999, 2004, 2009. Jumlah kontestan partai partai politik
dalam pemilihan disetiap tahunya tidak selalu sama, kecuali pada pemilu tahun 1977 sampai 1997.[rujukan?]

Pemilu pada tahun 1955 dilangsungkan pada dua tahap sebagai berikut.[rujukan?] Pertama, pemilu diselenggarakan
pada tanggal 29 September 1955 untuk memilih anggota DPR.[rujukan?] Kedua, pemilu diselenggarakan pada
tanggal 15 Desember 1955 untuk memilih anggota konstituante.[5]

Menjelang Pemilihan Umum Gubernur dan Wakil gubernur Jawa Barat Tahun 2013 laporan perhitungan suara
sebagai laporan cepat menggunakan program aplikasi Excel.
Data laporan cepat menggunakan excel ini digunakan sebagai cek and ricek kebenaran data dalam proses
rekapitulasi pemilihan umum. Pengolahan data apa saja yang sijadikan sebagai laporan cepat ini. Nah, pada
kesempatan kali ini jago office akan membahas bagaimana membuat rumus laporan cepat dalam hal pemilu.

Data yang dijadikan sumber untuk input adalah


A. Data Pemilih dan Penggunaan Hak Pilih

1. Jumlah pemilih dalam Salinan Daftar Pemilih Tetap ( DPT ) ( A2 + A3 )


2. Jumlah Pemilih Terdaftar dalam DPT yang menggunakan hak pilih
3. Jumlah Pemilih Terdaftar dalam DPT yang tidak menggunakan hak pilih
4. Jumlah pemilih dari TPS lain

B. Penerimaan dan Penggunaan Surat Suara

1. Surat Suara yang diterima ( termasuk cadangan )


2. Surat Suara yang terpakai  ( A2 + A4 )
3. Surat Suara yang dikembalikan oleh pemilih karena rusak atau keliru dicoblos
4. Surat Suara yang tidak terpakai [ B1 - ( B2 + B3 ) ]

C. Klasifikasi Surat Suara yang terpakai, berisi suara sah dan tidak sah
1. Jumlah Suara Sah
2. Jumlah Suara Tidak Sah
3. Jumlah Suara Sah dan tidak Sah ( C1 + C2 ) = B2

Rumus untuk mengetahui jumlah


1. Jumlah pemilih dalam Salinan Daftar Pemilih Tetap ( DPT ) ( A2 + A3 ) gunakan rumus di excel
dengan formula =E24+H24
2. Jumlah Pemilih Terdaftar dalam DPT yang menggunakan hak pilih gunakan rumus excel dengan
formula =E25+H25
3. Jumlah Pemilih Terdaftar dalam DPT yang tidak menggunakan hak pilih gunakan rumus excel
dengan formula =K24-K25
4. Jumlah pemilih dari TPS lain gunakan rumus excel dengan formula =SUM(E27+H27)

1. Surat Suara yang diterima ( termasuk cadangan ) gunakan rumus excel dengan formula
2. Surat Suara yang terpakai  ( A2 + A4 )
3. Surat Suara yang dikembalikan oleh pemilih karena rusak atau keliru dicoblos
4. Surat Suara yang tidak terpakai [ B1 - ( B2 + B3 ) ] gunakan rumus excel dengan formula =SUM(K32-
(K33+K34))
5. Untuk jumlah harus sama antara cell T34 dengan cell T36 tulis rumus excel dengan formula
=SUM(K33)
6. Untuk cek kondisi benar atau salah silakan gunakan rumus fungsi IF dengan menuliskan formula
=IF(AND(T34=T26),"","salah") di cell T35
7. Untuk jumlah suara sah dan tidak sah gunakan atau tulis rumus di cell K42 dengan formula
=SUM(K40:M41)
8. Untuk mengecek kebenaran data silakan gunakan fungsi rumus IF And atau tulis formula di cell T44
dengan formula =IF(AND(T43=T34),"","Salah")

Demikian bagaimana menggunakan rumus excel untuk mengecek data rekap laporan cepat dalam pemilu atau
Pilgub Jabar Tahun 2013. Semoga rumus excel ini bermanfaat atau untuk lebih mudah silakan download
Rumus Excel Laporan Cepat Model C1-KWK.KPU sebagai cek dan ricek data pada pemilu jabar 2013 nanti.
Terima kasih telah membaca artikel tentang Rumus Excel Laporan Cepat Model C1-KWK.KPU dan anda bisa bookmark artikel
Rumus Excel Laporan Cepat Model C1-KWK.KPU ini dengan url http://jago-office.blogspot.com/2013/02/rumus-excel-laporan-
cepat-model-c1.html. Terima kasih
- See more at: http://jago-office.blogspot.com/2013/02/rumus-excel-laporan-cepat-model-
c1.html#sthash.qB4ZCtc3.dpuf

Setelah pukul 13.00 WIB, dihadapan Saksi, Panwas Lapangan dan warga masyarakat serta Tim Monitoring
KPU Kabupaten/Kota, KPPS melakukan Penghitungan Suara di TPS. Namun sebelum melaksanakan
penghitungan suara, Ketua KPPS dibantu oleh semua Anggota KPPS melakukan kegiatan :

1. mengatur susunan tempat penghitungan suara termasuk memasang formulir Model C2-KWK berukuran
besar, dan tempat duduk saksi diatur sedemikian rupa, sehingga pelaksanaan penghitungan suara dapat
diikuti oleh semua yang hadir dengan jelas;
2. mengatur alat keperluan administrasi yang disediakan sedemikian rupa, sehingga mudah digunakan
untuk keperluan penghitungan suara, yaitu formulir pemungutan dan penghitungan suara, sampul
kertas/kantong plastik pembungkus serta segel Pemilu Gubernur dan Wakil Gubernur dan peralatan TPS
lainnya; dan
3. menempatkan kotak suara didekat meja pimpinan KPPS serta menyiapkan anak kuncinya

Sebelum penghitungan suara dimulai, KPPS terlebih dahulu menghitung :

1. Jumlah pemilih yang memberikan suara berdasarkan Daftar Pemilih Tetap untuk TPS
2. Jumlah pemilih yang tidak menggunakan hak pilih berdasarkan Daftar Pemilih Tetap untuk TPS
3. Jumlah pemilih dari TPS lain
4. Jumlah surat suara yang tidak terpakai
5. Jumlah surat suara yang dikembalikan oleh pemilih karena rusak atau keliru dicoblos.

Selanjutnya Ketua KPPS mengatur pembagian tugas Anggota KPPS untuk pelaksanaan penghitungan suara,
sebagai berikut:

1. Ketua KPPS dengan dibantu Anggota KPPS kedua dan Anggota KPPS ketiga memimpin pelaksanaan
penghitungan suara di TPS ;
2. Anggota KPPS ketiga bertugas mencatat jumlah pemilih, surat suara dan sertifikat hasil penghitungan
suara dengan menggunakan formulir model C1-KWK
3. Anggota KPPS keempat dengan dibantu Anggota KPPS kelima, bertugas mencatat hasil penelitian
terhadap tiap lembar surat suara yang diumumkan oleh Ketua KPPS dengan menggunakan formulir hasil
penghitungan suara di TPS ( Model C2-KWK) ukuran besar ;
4. Anggota KPPS keenam bertugas menyusun surat suara yang sudah diteliti oleh Ketua KPPS dalam
susunan sesuai suara yang diperoleh masing-masing Pasangan Calon ; dan
5. Anggota KPPS ketujuh, bertugas melakukan kegiatan lain atas petunjuk Ketua KPPS antara lain
merangkap menjadi petugas keamanan TPS.

Dalam pelaksanaan penghitungan suara di TPS Ketua KPPS dibantu oleh Anggota KPPS, melakukan kegiatan :

1. menyatakan pelaksanaan pemungutan suara di TPS ditutup, dan pelaksanaan penghitungan suara di TPS
dimulai;
2. membuka kotak suara dengan disaksikan oleh semua yang hadir;
3. mengeluarkan surat suara dari kotak suara satu demi satu dan meletakkan di meja KPPS;
4. menghitung jumlah surat suara dan memberitahukan jumlah tersebut kepada yang hadir serta mencatat
jumlah yang diumumkan;
5. membuka tiap lembar surat suara, meneliti hasil pencoblosan yang terdapat pada surat suara dan
mengumumkan kepada yang hadir perolehan suara untuk setiap Pasangan Calon yang dicoblos;
6. mencatat hasil pemeriksaan yang diumumkan dengan menggunakan formulir catatan penghitungan suara
(Model C2–KWK); dan
7. memutuskan apabila suara yang diumumkan berbeda dengan yang disaksikan oleh yang hadir dan/atau
saksi Pasangan Calon.

Dalam pelaksanaan Penghitungan Suara di TPS dapat dihadiri oleh Pemantau dengan sepengetahuan KPPS,
demikian pula dengan Saksi Pasangan Calon, Pengawas Pemilu Lapangan, wartawan, dan warga masyarakat
sebagai pemilih yang hadir, dengan catatan tidak dibenarkan mengganggu proses penghitungan suara di TPS.

Warga masyarakat melalui saksi Pasangan Calon yang hadir dapat mengajukan keberatan terhadap jalannya
penghitungan suara oleh KPPS apabila ternyata terdapat hal-hal yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-
undangan, atau dapat menyampaikannya langsung kepada Ketua KPPS jika tidak terdapat saksi Pasangan Calon
di TPS. Ketika keberatan yang diajukanoleh saksi Pasangan Calon dapat diterima, KPPS seketika itu juga
mengadakan pembetulan, dan dicatat dengan menggunakan formulir Model C3-KWK. Apabila tidak ada
keberatan atau tidak terdapat kejadian khusus yang berhubungan dengan hasil pemungutan suara dan
penghitungan suara di TPS, Ketua KPPS tetap mengisi formulir Model C3-KWK dengan tulisan pada formulir
Model C3-KWK ‘ NIHIL”

Setelah Penghitungan Suara selesai dilaksanakan, Ketua KPPS dengan dibantu oleh Anggota KPPS keempat
menyusun/menghitung dan memisahkan surat suara yang sudah diperiksa dan dinyatakan sah untuk masing-
masing Pasangan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur dan memasukkan ke dalam sampul yang disediakan;
menyusun/menghitung dan memisahkan surat suara yang sudah diperiksa dan dinyatakan tidak resmi atau
dipalsukan, serta surat suara yang tidak sah kemudian memasukkan ke dalam sampul yang disediakan.

Selanjutnya KPPS membuat berita acara beserta lampirannya yang berisi laporan kegiatan pelaksanaan
pemungutan suara dan penghitungan suara di TPS serta membuat sertifikat hasil penghitungan suara yang
memuat rincian hasil penghitungan suara di TPS. Berita acara pemungutan suara dan sertifikat hasil
penghitungan suara tersebut ditandatangani oleh Ketua KPPS dan sekurang-kurangnya 2 (dua) orang Anggota
KPPS serta dapat ditandatangani oleh saksi Pasangan Calon yang hadir untuk selanjutnya dimasukkan ke dalam
sampul khusus yang disediakan dan dimasukkan kedalam kotak suara yang pada bagian luar ditempel label atau
disegel.

KPPS menyerahkan kotak suara yang telah dikunci dan disegel, berisi berita acara sertifikat hasil penghitungan
suara, surat suara, dan alat kelengkapan administrasi pemungutan dan penghitungan suara kepada PPK melalui
PPS pada hari yang sama dengan menggunakan surat pengantar/tanda terima (Model C9- KWK).

KPPS memberikan salinan berita acara (Model C-KWK), catatan pelaksanaan pemungutan dan penghitungan
suara (Model C1-KWK), dan sertifikat hasil penghitungan suara (Lampiran Model C1- KWK) kepada saksi
masing-masing Pasangan Calon yang hadir, Pengawas Pemilu lapangan, dan PPK melalui PPS masing-masing
sebanyak 1 (satu) rangkap serta menempelkan 1 (satu) rangkap lampiran Model C1-KWK ditempat umum.

Tabel Berita Acara Pemungutan dan Penghitungan Suara (Model C, C1, Lampiran Model C1-KWK, C2, C3, C4, C5, C7, C8
dan C9-KWK)

NO URAIAN JUMLAH
1. untuk KPPS 1 buah Buku, untuk ditempelkan
2. Arsip KPPS 1 buah Buku, di luar Kotak
3. untuk PPS 1 buah Buku, di luar Kotak
4. untuk PPK 1 buah Buku, dimasukkan ke dalam Sampul V.S.1
(tersegel dalam Kotak Suara)
5. untuk Saksi 3 buah Buku, diluar Kotak Suara
6. untuk Panwas 1 buah Buku, diluar Kotak Suara
7. untuk KPU 3 buah Buku, di luar Kotak, diantar langsung ke
KPU
JUMLAH 11 BUKU

Berkat kerjasama dari semua pihak, Pemungutan dan Penghitungan Suara Pemilihan Umum Gubernur dan
Wakil Gubernur Nusa Tenggara Barat Tahun 2008 di Tempat Pemungutan Suara berjalan dengan aman dan
tertib sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Sesuai ketentuan Pasal 47 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007 tentang Penyelenggara Pemilu dan Peraturan
Komisi Pemilihan Umum Nomor 10 Tahun 2007 tentang Pedoman Tata Cara Rekapitulasi Hasil Penghitungan
Suara Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah oleh Panitia Pemilihan Kecamatan, dan
Komisi Pemilihan Umum, bahwa Penghitungan Suara di PPS tidak ada lagi. Setelah menerima menerima
sertifikat hasil penghitungan suara untuk pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur di Tempat Pemungutan
Suara (lampiran Model C-1 KWK) serta kotak suara yang masih dikunci dan disegel yang berisi berita acara dan
setifikat hasil penghitungan suara dari KPPS di wilayah kerjanya, PPS kemudian melakukan kegiatan :

 mengumumkan hasil penghitungan suara (Lampiran Model C-1 KWK) dari seluruh TPS di wilayah
kerjanya dengan cara menempelkannya pada sarana pengumuman desa/kelurahan;
 menjaga dan mengamankan kotak suara yaitu tidak membuka, tidak mengubah, tidak mengganti, tidak
merusak dan tidak menghitung surat suara atau tidak menghilangkan kotak suara;
 meneruskan kotak suara dari setiap TPS di wilayah kerjanya kepada PPK pada hari yang sama setelah
terkumpulnya kotak suara dari setiap TPS, yaitu membawa dan manyampaikan kotak suara kepada PPK
yang dapat dilakukan sendiri atau bekerjasama dengan pihak yang berwenang serta tidak memiliki
kewenangan untuk membuka kotak suara yang telah diukunci dan disegel oleh KPPS
Dalam penyampaian kotak suara dari seluruh TPS di wilayah
kerjanya yang masih dikunci dan disegel, PPS membuat surat
pengantar penyampaian berita acara pemungutan suara dan
penghitungan suara di TPS dalam wilayah kerja PPS, dengan
menggunakan Formulir Model D4 KWK-KPU dan formulir
berita acara kotak suara berkas kelengkapan administrasi dari
Panitia Pemungutan Suara (Model D5-KWK), paling lambat 3
(tiga) hari setelah menerima berita acara dan sertifikat hasil
penghitungan suara dari TPS.

Sesuai tahapan, keseluruhan proses pengumuman hasil


penghitungan suara dan penyampaian kotak suara Pemilu Gubernur dan Wakil Gubernur Nusa Tenggara Barat
yang masih dikunci/disegel yang berisi berita acara dan sertifikat hasil penghitungan suara oleh PPS kepada
PPK dilaksanakan tanggal 7 s/d 8 Juli 2008.

Panduan Teknis Pelaksanaan Penghitungan Suara


C. PROSEDUR PENGHITUNGAN SUARA

Penghitungan suara di TPS dilakukan oleh KPPS setelah pemungutan suara berakhir, dan dimulai pada pukul 13.00 waktu
setempat sampai selesai. KPPS tidak dibenarkan mengadakan penghitungan suara sebelum pukul 13.00 waktu setempat.

1.    PERSIAPAN

a.       Sebelum pelaksanaan penghitungan suara di TPS, Ketua KPPS dibantu oleh semua Anggota KPPS melakukan kegiatan :

1)  Mengatur susunan tempat penghitungan suara termasuk memasang formulir Model C2-KWK.KPU ukuran besar, dan
tempat duduk saksi diatur sedemikian rupa, sehingga pelaksanaan penghitungan suara dapat diikuti oleh semua yang hadir
dengan jelas.

2)  Mengatur alat keperluan administrasi yang disediakan sedemikian rupa, sehingga mudah digunakan untuk keperluan
penghitungan suara, yaitu formulir pemungutan dan penghitungan suara, sampul kertas/kantong plastik pembungkus serta
segel Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati, dan peralatan TPS lainnya.

3)  Menempatkan kotak suara di dekat meja pimpinan KPPS serta menyiapkan anak kuncinya.

b.     Sebelum penghitungan suara, KPPS menghitung:

1)              Jumlah pemilih berdasarkan DPT untuk TPS.


2)  Jumlah pemilih yang menggunakan hak pilih berdasarkan DPT untuk TPS.

3)              Jumlah pemilih dari TPS lain.

4)              Jumlah surat suara yang tidak terpakai.

5)  Jumlah surat suara yang dikembalikan oleh pemilih karena rusak atau keliru dicoblos.

c.     Penggunaan surat suara tambahan (cadangan) dibuatkan berita acara dalam formulir Model C5-KWK.KPU, dan hanya
khusus untuk mengganti surat suara yang rusak atau keliru dicoblos.

d.     Saksi pasangan calon dalam penghitungan suara harus membawa surat mandat dari Tim Kampanye yang bersangkutan dan
menyerahkannya kepada Ketua KPPS.

e.     Pasangan calon dan warga masyarakat melalui saksi pasangan calon yang hadir dapat mengajukan keberatan terhadap
jalannya penghitungan suara oleh KPPS apabila ternyata terdapat hal-hal yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.

2.    PEMBAGIAN TUGAS ANGGOTA KPPS

Pembagian tugas anggota KPPS ditetapkan sebagai berikut :

a.     Ketua KPPS dengan dibantu Anggota KPPS kedua dan Anggota KPPS ketiga memimpin pelaksanaan penghitungan suara
di TPS;

b.     Anggota KPPS ketiga bertugas mencatat jumlah pemilih, surat suara dan sertifikat hasil penghitungan suara dengan
menggunakan formulir Model C1-KWK.KPU ;

c.     Anggota KPPS keempat dengan dibantu Anggota KPPS kelima, bertugas mencatat hasil penelitian terhadap tiap lembar
surat suara yang diumumkan oleh Ketua KPPS dengan menggunakan formulir hasil penghitungan suara di TPS (Model
C2-KWK.KPU) ukuran besar;

d.     Anggota KPPS keenam, bertugas menyusun surat suara yang sudah diteliti oleh Ketua KPPS dalam susunan sesuai suara
yang diperoleh masing-masing pasangan calon; dan

e.     Anggota KPPS ketujuh, bertugas melakukan kegiatan lain atas petunjuk Ketua KPPS.

3.    PENGHITUNGAN SUARA

a.       Dalam pelaksanaan penghitungan suara di TPS, Ketua KPPS dibantu oleh Anggota KPPS, melakukan kegiatan :

1)  Menyatakan pelaksanaan pemungutan suara ditutup, dan pelaksanaan penghitungan suara di TPS dimulai;

2)  Membuka kotak suara dengan disaksikan oleh semua yang hadir;

3)  Mengeluarkan surat suara dari kotak suara satu demi satu dan meletakkan di meja KPPS;

4)  Menghitung jumlah surat suara dan memberitahukan jumlah tersebut kepada yang hadir serta mencatat jumlah yang
diumumkan;
5)  Membuka tiap lembar surat suara, meneliti hasil pencoblosan yang terdapat pada surat suara, dan mengumumkan kepada
yang hadir perolehan suara untuk setiap pasangan calon yang dicoblos;

6)  Mencatat hasil pemeriksaan yang diumumkan sebagaimana dimaksud pada huruf e dengan menggunakan formulir hasil
penghitungan suara untuk pasangan calon (Model C2-KWK.KPU) ; dan

7)  Memutuskan apabila suara yang diumumkan berbeda dengan yang disaksikan oleh yang hadir dan/atau saksi pasangan
calon.

b.       Ketua KPPS dalam meneliti dan menentukan sah dan tidak sah hasil pencoblosan pada surat suara mengacu pada
ketentuan tata cara mencoblos pada halaman 5 buku panduan ini.

c.        Pemilih yang hadir pada pelaksanaan penghitungan suara di TPS, tidak dibenarkan mengganggu proses penghitungan
suara.

d.       Proses penghitungan suara di TPS dapat disaksikan oleh saksi pasangan calon, pengawas pemilu lapangan, pemantau,
wartawan, dan warga masyarakat sebagai pemilih.

e.        Warga masyarakat melalui saksi pasangan calon yang hadir dapat mengajukan keberatan terhadap jalannya penghitungan
suara oleh KPPS apabila ternyata terdapat hal-hal yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

f.          Apabila tidak terdapat saksi pasangan calon di TPS, keberatan warga masyarakat sebagai pemilih dapat disampaikan
langsung kepada Ketua KPPS.

g.       Dalam hal keberatan yang diajukan oleh saksi pasangan calon dapat diterima, KPPS seketika itu juga mengadakan
pembetulan.

h.        Keberatan saksi pasangan calon dicatat dengan menggunakan formulir Model C3-KWK.KPU.

i.           Apabila tidak ada keberatan, baik dari saksi pasangan calon maupun warga masyarakat, atau tidak terdapat kejadian
khusus yang berhubungan dengan pemungutan suara dan penghitungan di TPS, Ketua KPPS tetap mengisi formulir Model
C3-KWK.KPU dengan tulisan “NIHIL”.

j.           Keberatan yang diajukan oleh atau melalui saksi pasangan calon terhadap proses penghitungan suara di TPS tidak
menghalangi proses penghitungan suara di TPS.

Setelah kegiatan penghitungan suara, Ketua KPPS dengan dibantu oleh anggota KPPS keempat melakukan
kegiatan :

a.     Menyusun/menghitung dan memisahkan surat suara yang sudah diperiksa dan dinyatakan sah untuk masing-masing
pasangan calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah dan memasukkan ke dalam sampul; dan

b.     Menyusun/menghitung dan memisahkan surat suara yang sudah diperiksa dan dinyatakan tidak resmi atau dipalsukan,
termasuk surat suara yang suaranya tidak sah dan memasukkan ke dalam sampul.

c.     Membuat berita acara beserta lampirannya yang berisi laporan kegiatan pelaksanaan pemungutan suara di TPS dan
sertifikat hasil penghitungan suara yang memuat rincian hasil penghitungan suara di TPS.

d.     Berita acara pemungutan suara dan sertifikat hasil penghitungan suara ditandatangani oleh Ketua, sekurang-kurangnya 2
(dua) orang anggota KPPS serta dapat ditandatangani oleh saksi pasangan calon yang hadir dengan menggunakan
ballpoint warna biru.

e.     Setiap lembar berita acara dan sertifikat diparaf oleh Ketua dan sekurang-kurangnya 2 (dua) orang anggota KPPS serta
dapat ditandatangani oleh saksi pasangan calon yang hadir.
f.        Berita acara dan lampirannya sebagaimana dimaksud pada point (d), dimasukkan ke dalam sampul yang disediakan.

g.     Berita acara pemungutan suara dan sertifikat hasil penghitungan suara sebagaimana dimaksud dimasukkan ke dalam kotak
suara, pada bagian luar ditempel label serta segel.

h.     KPPS menyerahkan kotak suara yang telah dikunci dan disegel, berisi berita acara, sertifikat hasil penghitungan suara,
surat suara, dan alat kelengkapan administrasi pemungutan dan penghitungan suara kepada PPS pada hari yang sama
dengan menggunakan surat pengantar/tanda terima (Model c9-KWK.KPU).

i.         KPPS wajib memberikan salinan berita acara (Model C-KWK.KPU), catatan hasil penghitungan suara (Model C1-
KWK.KPU), dan sertifikat hasil penghitungan suara (Lampiran Model C1-KWK.KPU) kepada saksi masing-masing
pasangan calon yang hadir, Pengawas Pemilu Lapangan, dan PPS masing-masing sebanyak 1 (satu) rangkap serta
menempelkan 1 (satu) rangkap Lampiran Model C1-KWK.KPU di tempat umum.

j.         KPPS selain memberikan salinan Berita Acara dan Sertifikat Hasil Penghitungan Suara dan menempelkan Lampiran
Model C1-KWK.KPU di tempat umum dengan cara menempelkannya pada TPS dan/atau lingkungan TPS, KPPS juga
menyampaikan Lampiran Model C1-KWK.KPU kepada PPS untuk keperluan pengumuman hasil penghitungan suara dari
seluruh TPS di wilayah kerja PPS dengan cara menempelkan pada sarana pengumuman desa/kelarahan.

k.      Salinan berita acara dan sertifikat hasil penghitungan suara disampaikan kepada masing-masing saksi yang hadir
sebagaimana dimaksud pada huruf i, dapat berupa hasil foto copy atau salinan yang ditulis dengan tangan.

l.         Apabila salinan berita acara dan sertifikat hasil penghitungan suara sebagaimana dimaksud pada huruf j ditulis dengan
tangan, salinan tersebut disusun oleh Ketua dan Anggota KPPS yang bersangkutan.

Anda mungkin juga menyukai