Anda di halaman 1dari 2

Santa Bibiana

Vivian
Santa Bibiana dan keluarganya adalah martir-martir pada masa penganiayaan di
abad keempat. Kedua orang tuanya dan saudarinya adalah juga orang Kudus. Ayah
Bibiana, Santo Flavian, adalah seorang pejabat dikota Roma yang kemudian
menjadi seorang Kristen yang taat. Ketika kaisar Yulianus murtad dari imannya dan
mulai menganiaya orang Kristen; Flavianus ditangkap, dianiaya dan dijebloskan
kedalam penjara. Kaisar kemudian memerintahkan agar dahinya diberi cap
dengan besi panas yang bertuliskan kata : BUDAK. Flavianus kemudian dibuang
ketempat pengasingan di Acquapendente, Tuscany, Italy dimana ia kemudian wafat
sebagai martir Kristus.
Ibu dari Santa Bibiana adalah Santa Dafrosa. Saat suaminya Flavian ditangkap,
Dafrosa dijadikan tahanan di rumahnya sendiri. Hukuman itu dijatuhkan
kepadanya karena menolak meninggalkan kehidupan Kristianinya yang saleh. Di
kemudian hari, Santa Dafrosa dijatuhi hukuman mati dengan cara dipenggal
kepalanya. Saat eksekusi berlangsung martir yang gagah berani ini menghadapi
para algojo dengan senyum kemenangan diwajahnya.
Santa Bibiana, yang ditinggal sendirian bersama saudarinya – Santa Demetria -
dengan segenap hati memasrahkan diri mereka kepada Tuhan dalam doa. Segala
milik mereka dirampas. Lalu, kedua gadis tersebut diajukan ke pengadilan. Santa
Demetria yang malang begitu ketakutan sehingga ia tewas seketika bahkan
sebelum masuk kedalam tahanan.
Santa Bibiana diserahkan kepada seorang pelacur bernama Rufina yang ditugaskan
untuk memurtadkan Bibiana dan membuat Bibiana menjadi sejahat dirinya.
Perempuan sundal itu membujuk dengan kata-kata manis dan dengan banyak akal
licik supaya Bibiana jatuh dalam dosa. Tetapi Bibiana tidak dapat dibujuk. Ia
dengan tegas ia menolak dan dengan teguh mempertahankan kesuciannya.
Rufina menyerah. Ia lalu membawa Bibiana ke rumah penampungan orang-orang
gila dengan harapan agar Bibiana juga menjadi gila. Namun sekali lagi Rufina
kecewa karena disana tidak ada satu orang gila pun yang berani dekat-dekat
dengan Bibiana.
Karena itu Santa Bibiana dibawa kembali ke pengadilan dan didera. Keteguhan
Imannya akhirnya membawanya menjadi seorang martir seperti ayah, ibu dan
saudarinya. St.Bibiana didera dengan cambuk timah sampai ia mati. Seorang
imam secara diam-diam menguburkan jenasahnya pada malam hari di samping
makam ibu dan saudarinya.
Sekitar tahun 467 pada masa paus Simplisius sebuah gereja dibangun di atas
makam para martir wanita ini. Gereja kecil kemudian direnovasi tahun 1224 oleh
paus Honorius III dan masih berdiri hingga saat ini dan disebut Gereja Santa
Bibiana yang berada di 154 via Giovanni Giolitti in Rome, Italy

Anda mungkin juga menyukai