Anda di halaman 1dari 2

Santo Yohanes dari Damaskus

The last of the church fathers, Doctor of Christian Art, Jean Damascene,
Johannes Damascenus, John Chrysorrhoas (“golden-stream”), John of
Damascus
St. Yohanes dari Damaskus (John Damascene) hidup pada abad 7 - 8. Ia dilahirkan
di kota Damaskus dari keluarga Kristen yang taat. Ketika ayahnya wafat, Yohanes
diangkat menjadi gubernur kota Damaskus. Pada waktu itu, merebaklah
perpecahan antara umat Kristiani akibat konflik Ikonoklass (Iconoclasm).
Kaisar Romawi Timur di Konstantinopel mengeluarkan perintah yang melarang
umat Kristiani untuk memiliki patung atau pun gambar-gambar Yesus Kristus dan
para kudus. St. Yohanes tahu bahwa kaisar salah. Karenanya, ia bergabung dengan
yang lainnya untuk mempertahankan tradisi yang sudah berakar dalam hati umat
Kristiani. Paus sendiri meminta Gubernur Yohanes untuk terus memberi bimbingan
pada umat bahwa memiliki patung atau pun gambar-gambar kudus adalah suatu
hal yang amat baik. Patung maupun gambar-gambar para kudus adalah sarana
yang membantu kita untuk tetap mengingat akan kehadiran Sang Ilahi.
Tetapi kaisar tidak mau taat kepada Bapa Suci. Ia bahkan mengirimkan pasukan
untuk menangkap Paus dan tetap melarang penggunaan patung dan gambar-
gambar para kudus untuk ditempatkan di tempat-tempat umum. St.Yohanes
dengan berani menulis tiga pucuk surat kepada kaisar. Ia meminta kaisar untuk
mengakhiri jalan pemikirannya yang salah.
Akibatnya kaisar menjadi amat murka dan ingin melampiaskan dendamnya.
Yohanes memutuskan untuk mengundurkan diri dari jabatannya sebagai gubernur.
Ia lalu menyumbangkan segala kekayaannya kepada para miskin dan menjadi
seorang rahib. Ia terus menulis buku-buku yang mengagumkan untuk
mempertahankan iman Katolik. Antara lain :
Tiga "Risalah Apologetik menentang mereka yang mencela Gambar-gambar Suci";
Risalah-risalah ini berisi penjelasan-penjelasan terperinci dan tanggapan atas
maklumat Kaisar Romawi Timur Leo III yang melarang pemajangan gambar-gambar
para suci.
Sumber Air Kebijaksanaan, Sebuah karya Santo Yohanes dari Damaskus yang luar
biasa yang terbagi menjadi tiga bagian :
Kephalaia philosophika (Bab-bab Filosofis) Umumnya dinamai 'Dialectic', sebagian
besar membahas masalah logika, tujuan utamanya adalah untuk menyiapkan para
pembaca supaya bisa mengerti lebih baik lagi dari isi buku ini.
Peri haireseon (Mengenai Penyimpangan Terhadap Ajaran Gereja) membahas
Penyimpangan Kaum Ishmael dari Ajaran Gereja. Berbeda dengan bab-bab
sebelumnya yang membahas mengenai penyimpangan terhadap ajaran gereja
yang biasanya hanya beberapa baris panjangnya, bab ini memakan tempat
beberapa halaman dalam karya tulisnya ini. Dokumen ini menjadi salah satu karya
tulis polemik Kristiani pertama yang menentang Islam, dan yang pertama ditulis
oleh seorang Ortodoks Yunani/Melkite.
Ekdosis akribes tes orthodoxou pisteos (Sebuah Penjelasan Terperinci yang
Tepat mengenai Iman Ortodoks) – Bagian ketiga buku ini dikenal sebagai bagian
yang paling penting dari warisan Santo Yohanes dari Damaskus, dan merupakan
sebuah peninggalan Kristiani yang sangat berharga.
Selain menulis Santo Yohanes juga melakukan segala pekerjaan kasar sebagaimana
para rahib di biara tersebut. Suatu hari ia pergi untuk berjualan keranjang di
pinggir jalan kota Damaskus. Orang-orang yang mengenali sang mantan Gubernur
itu banyak yang mencemooh dan menjadikannya sebagai bahan tertawaan. “Ini dia
orang yang dahulunya adalah gubernur kota yang hebat, sekarang dia berjualan
keranjang....”
Berat sekali penderitaan yang harus ditanggung oleh St.Yohanes. Namun dalam
penderitaannya ia belajar bagaimana menjadi seorang pengikut kristus yang sejati;
seorang yang rendah hati. Ia senantiasa memikirkan Yesus, Putera Allah, yang
memilih untuk dilahirkan di sebuah kandang yang hina. Kemudian, ia merasa
berbahagia dapat meneladani kerendahan hati Kristus.
St. Yohanes wafat dengan damai dan tenang pada tahun 749 dan ia dihormati oleh
para bapa Gereja saat itu sebagai seorang yang Kudus. Oleh Gereja Khatolik Roma
Ia sering disebut-sebut sebagai “The last of the Church Fathers” (Bapa Gereja yang
terakhir).
Pada tahun 1883 ia maklumkan sebagai Doktor Gereja (Doctor of the Church) oleh
paus Leo XIII.

Anda mungkin juga menyukai