Anda di halaman 1dari 4

Clement dari Roma (30 – 96 M) adalah uskup dari Roma, yang menulis atas nama gereja di Roma kepada

gereja di Korintus, memohon untuk pemulihan penatua yang diberhentikan dan bagi kesatuan gereja. Dia
memakai istilah penilik dan penatua secara bergantian. Clement menanggung suatu kesaksian yang jelas
mengenai Trinitas, keilahian Kristus, pembenaran oleh kasih karunia, dan kesatuan gereja. Clement adalah
murid dari Rasul Petrus dan Rasul Paulus. Karenanya, dia dianggap sebagai Bapa Kerasulan. Dia mati martir
bagi Tuhan Yesus

Santo Paus Klemens I lahir di Roma pada sekitar tahun 30. Ayahnya bernama
Faustinianus, adalah seorang senator Romawi, yang bersahabat baik dengan
beberapa kaisar Roma : Vespasianus, Titus, dan Domitianus. Menurut Tertulianus,
Klemens ditahbiskan menjadi uskup oleh Santo Petrus sendiri dan tak dapat
disangsikan bahwa ia bertemu, dan bekerja sama dengan rasul-rasul dalam
penyebaran Injil Kristus. Yang jelas Klemens adalah Paus ketiga yang
menggantikan Santo Petrus sebagai pemimpin Gereja Kristus antara tahun 88-
97.

Paus Klemens I rupanya adalah Klemens yang disebut-sebut oleh Santo Paulus di
dalam suratnya kepada Umat di Filipi :

". . Karena mereka telah berjuang dengan aku dalam perkara Injil, bersama-sama
dengan Klemens dan kawan-kawanku sekerja yang lain, yang nama-namanya
tercantum dalam Kitab Kehidupan" (Flp 4:3).

Kepemimpinan Klemens atas Gereja Kristus tidak luput dari berbagai penderitaan.
Ia menjadi Paus pada masa penganiayaan orang-orang Kristen oleh Kaisar
Domitianus. Kaisar ini menyebabkan banyak kesengsaraan bagi orang–orang
Kristen di Roma, dan di seluruh wilayah kekaisarannya.

Pada masa kepausannya terjadi pertikaian diantara jemaat Kristen di Korintus.


Sebagian umat menerima dan sebagian yang lain tidak mau menerima dan
menghormati uskup mereka yang telah ditahbiskan dan diangkat secara sah.
Sehubungan dengan peristiwa itu, Klemens menulis sepucuk surat kepada umat
di Korintus. Salah satu kutipan surat itu sebagai berikut:

"Saudara-saudara... ! Berita tentang kehidupan seranimu sangat buruk dan


menyedihkan untuk didengar. Tidaklah layak cara hidup seranimu, bahwa kamu
yang terkenal kokoh dalam iman akan Yesus Kristus, melawan imam-imammu
yang telah ditahbiskan secara sah untuk melayani kamu, karena hasutan satu-
dua orang. Ingatlah akan ajaran Cintakasih Kristus: cintakasih itu tidak terbagi;
cintakasih tidak menghidupkan dan menggerakkan keributan dan pertentangan;
cintakasih membuat segala sesuatu dalam perdamaian. Jadi kamu yang telah
meletakkan dasar pemberontakan itu, tunduklah kepada imam-imam dengan
patuh dan terimalah hukuman sebagai tapa.”
Surat ini merupakan surat pertama Klemens yang memperlihatkan campur tangan
seorang Uskup Roma terhadap masalah di keuskupan lain. Isinya menyangkut
ajaran mulia perihal rahasia Tuhan dan cinta kasih antara umat. Surat itu diterima
baik oleh umat Korintus dan dijadikan bacaan ibadat sebagai surat seorang “rasul”
selama beberapa kali di dalam gereja.

Ketika penganiayaan atas umat Tuhan makin meningkat, Paus Klemens


tertangkap dan dibuang untuk menjalani kerja paksa di semenanjung Crimea.
Sebuah legenda pada awal abad ke-4 mengisahkan bahwa ketika Santo Klemens
tiba di sebuah tambang batu di Krimea, ia menemukan para tahanan sangat
menderita karena kekurangan air. Ia berlutut dan berdoa. Selesai berdoa ia
mendongak, dan melihat seekor anak domba di atas bukit. Ia pergi ke tempat
dimana domba itu berdiri dan memukul tanah dengan pangkurnya. Air jernih
mengalir dari tanah tersebut hinggga semua tahanan dapat minum. Mujizat ini
membuat sejumlah besar tahanan kafir bertobat dan menjadi Kristen.

Santo Klemens menjadi martir dengan cara diikat pada sebuah jangkar dan
dilemparkan dari sebuah perahu ke Laut Hitam. Sumber : Katakombe.Org

Peringatan St. Clement I, Paus and Martir. Dia menerima tahta keuskupan Roma dari Rasul Petrus dan
Paulus sebagai yang ketiga. "St. Irenaeus berkata, dia sendiri telah mengenal para Rasul dan telah
berhubungan dengan mereka: pengajaran para Rasul masih terngiang-ngiang di telinganya dan karya
pelayanan mereka terjadi di depan matanya". Sebuah perselisihan yang parah terjadi di antara umat Kristen
di Korintus, dia kemudian menulis surat yang luar biasa kepada mereka untuk memulihkan kerukunan dan
perdamaian di antara mereka. - Martirologi Roma
Clement (Klemens) lahir di Roma, Italia, dia dikenal juga sebagai Clement dari Roma (Latin: Clemens
Romanus). Dia dipertobatkan dan dibawa kepada iman Kristen oleh St. Petrus atau St. Paulus. Dia juga
termasuk di antara Tujuh Puluh Rasul yang diutus Yesus. Rasul Paulus menyebutnya sebagai rekan sekerja
dalam suratnya kepada jemaat di Filipi (4:3). Dia kemudian ditahbiskan sebagai uskup oleh St. Petrus
sekitar tahun 88, dan dikenal sebagai anggota gereja terkemuka di Roma pada akhir abad ke-1.
Daftar gereja awal menempatkannya sebagai uskup Roma kedua atau ketiga setelah St. Petrus. Sejarawan
Tertullian menyatakan bahwa Clement menjadi penerus langsung St. Petrus di tahta episkopal Gereja
Roma, namun daftar yang disusun oleh St. Irenaeus dan St. Eusebius menempatkannya pada urutan ke-3
setelah Paus Linus dan Paus Cletus (Anacletus). Ada juga kemungkinan bahwa pada awalnya dalam
Gereja Roma terdapat dua kepemimpinan, seorang dari kelompok Petrine (Petrus) dan seorang dari
kelompok Pauline (Paulus), namun mereka segera bergabung menjadi satu kesatuan. Clement mungkin
adalah pengikut Petrine dan melayani diantara orang-orang Yahudi yang bertobat, sementara Cletus adalah
pengikut Pauline yang melayani di antara orang-orang dari bangsa asing yang bertobat.
Masa kepausan Paus Clement tidak banyak diketahui, kecuali bahwa telah terjadi perselisihan di antara
jemaat di Korintus, di mana beberapa presbiter tertentu dalam gereja di Korintus telah digulingkan. Dia
kemudian menanggapinya dengan surat pertama yang ditulisnya kepada jemaat di Korintus, satu-satunya
tulisan asli Paus Clement yang masih ada sampai sekarang (1 Clement). Dalam suratnya ia menegaskan
otoritas para penatua sebagai kepala gereja, atas dasar bahwa para Rasul yang telah menunjuk mereka.
Surat Paus Clement ini merupakan salah satu dokumen Kristen tertua yang masih ada, selain yang terdapat
dalam Perjanjian Baru, dan dibacakan di gereja bersama dengan surat-surat yang lain. Suratnya ini menjadi
yang pertama dalam menegaskan otoritas kerasulan para rohaniwan. Surat 2 Clement secara tradisional
juga dikaitkan dengan Paus Clement, namun para ahli di kemudian hari berpendapat bahwa itu adalah
homili dari penulis lain.
Legenda kemartiran paus Clement menyatakan bahwa pada masa pemerintahan kaisar Trajan, ketika
Mamertinus menjadi gubernur dan Toractianus menjadi kepala pejabat, muncul hasutan di antara
penduduk Roma untuk melawan umat Kristen, dan khususnya Clement sebagai uskup Roma. Mamertinus
turun tangan untuk meredakan kekacauan, dia menangkat Paus Clement dan mengirimnya kepada kaisar,
yang kemudian memberinya hukuman kerja paksa di tambang batu marmer di Pontus.
Di sana Paus Clement mendapati banyak umat Kristen yang menerima hukuman serupa, dia pun
memberikan penghiburan dan menguatkan mereka. Satu-satunya sumber mata air bagi mereka jaraknya
sejauh enam mil, dan sangatlah berat bagi mereka untuk mengambil air dari sana. Paus Clement kemudian
berdoa memohon pertolongan Tuhan, dan ketika dia mengangkat kepalanya, dia melihat seekor anak
domba menggaruk-garuk tanah dengan kaki depannya. Dia menganggap itu sebagai petunjuk bahwa ada
air di tempat itu; dia menggalinya dan berhasil menemukan mata air. Kejadian itu kemudian mendatangkan
pertobatan di antara kaum kafir.
Keberhasilan Paus Clement mempertobatkan banyak orang pagan menimbulkan keresahan sehingga dia
dihadapkan kepada gubernur Aufidianus. Dia kemudian dijatuhi hukuman mati, ditenggelamkan ke laut
dengan sebuah jangkar usang diikatkan pada lehernya. Jenazahnya kemudian diambil oleh muridnya,
Phoebus. Biara Gua Inkerman dianggap sebagai tempat pemakaman Paus Clement di Krimea. Pada tahun
869, St. Cyril membawa relikwi yang diyakini sebagai peninggalan St. Clement ke Roma, yaitu tulang
yang ditemukannya dikuburkan bersama sebuah jangkar di Crimea. Relikwi itu sekarang disemayamkan di
Basilica St. Clement di Roma.
Liber Pontificalis menyatakan bahwa St. Clement meninggal di Yunani pada tahun ketiga pemerintahan
Kaisar Trajan (101). Basilika St. Clement di Roma, Italia, yang menjadi tempat persemayaman relikwinya,
merupakan salah satu gereja paroki tertua di kota ini dan kemungkinnan dibangun di situs kediamannya.
Nama St. Clement juga disebutkan dalam Kanon Misa. Dia dihormati sebagai santo pelindung bagi tukang
perahu, para pelaut, pekerja pengairan, pekerja marmer, anak yang sakit, tukang batu, Keuskupan Aarhus
(Denmark), Dundee (Skotlandia), Steenwijk (Belanda), dan Velletri (Italia).
Dalam karya seni, St. Clement biasa digambarkan dengan jangkar di sampingnya atau diikatkan pada
lehernya, seorang pria yang hendak ditenggelamkan, atau sedang berlutut di depan altar. Dia juga biasa
digambarkan di dekat air mancur atau mata air, berkaitan dengan legendanya, atau terbaring di sebuah
tempat suci di lautan. Dia paling sering digambarkan dengan jubah kepausan, termasuk pallium, dan
kadang-kadang dengan tiara kepausan, tetapi lebih sering dengan sebuah mitra. Ia biasanya juga
digambarkan dengan simbol-simbol jabatannya sebagai Paus atau Uskup Roma seperti salib kepausan dan
Kunci Surga. Berkaitan dengan kemartirannya, ia pun biasanya digambarkan dengan memegang ranting
palma.
Salib Berjangkar atau Salib Marinir biasanya juga disebut sebagai Salib St. Clement, berkaitan dengan
kemartirannya. St. Clement dihormati sebagai orang kudus dalam banyak tradisi gereja Kristen. Dalam
Kekristenan Ortodoks Timur, pestanya diperingati pada tanggal 24 atau 25 November. Gereja Katolik,
begitu juga Komuni Anglikan dan Gereja Lutheran, memperingati pestanya pada tanggal 23 November.
Kutipan:
> Belas kasih menyatukan kita dengan Tuhan. Tidak ada yang jahat dalam karya kasih, tidak ada
kekerasan hati. Belas kasih tidak mengenal adanya perpecahan, tidak memberontak, melakukan segala
sesuatu dalam kerukunan. Dalam belas kasih semua umat pilihan Tuhan telah disempurnakan. - St. Paus
Clement I
> Karena kecemburuan dan iri hati pilar Gereja yang terbesar dan yang paling tegak dianiaya dan
menderita sampai mati. Mari kita perhatikan para rasul yang baik. Pertama-tama, Petrus, yang karena
kecemburuan yang tidak masuk akal, menderita tidak hanya sekali atau dua kali tetapi berkali-kali, dan,
setelah itu memberikan kesaksiannya, lalu dia pergi ke tempat mulia yang pantas diterimanya. Karena
kecemburuan dan perselisihan Paulus menunjukkan jalan menuju anugerah atas ketekunan. Dia dirantai
tujuh kali, dikirim ke pengasingan, dan dilempari batu; seorang pewarta baik di timur maupun di barat, ia
memperoleh kemasyuran yang mulia karena imannya. Dia mengajarkan keadilan kepada seluruh dunia,
dan ketika dia telah mencapai batas dunia barat, dia memberikan kesaksiannya di hadapan mereka yang
berkuasa; kemudian dia meninggalkan dunia ini dan dibawa ke tempat suci, teladan keteguhan iman yang
luar biasa. Di sekitar orang-orang dengan kehidupan sucinya ini ada kumpulan orang-orang terpilih, yang
meskipun menjadi korban kecemburuan, memberi kita teladan yang terbaik akan keteguhan dalam
menghadapi kabut penghinaan dan siksaan yang hebat. Kami menulis ini, saudaraku terkasih, bukan hanya
sebagai peringatan bagi kalian tetapi juga sebagai pengingat bagi diri kami sendiri; karena kita
ditempatkan di tempat yang sama, dan perjuangan yang sama juga kami hadapi. Oleh karena itu kita harus
mengesampingkan kekhawatiran yang sia-sia dan tidak berguna dan harus mempertimbangkan apa yang
baik, menyenangkan, dan dapat diterima di mata Dia yang menjadikan kita. Marilah kita mengarahkan
pandangan kita pada darah Kristus, menyadari betapa berharganya darah itu bagi Bapa-Nya, karena itu
ditumpahkan demi keselamatan kita dan membawa kasih karunia pertobatan kepada seluruh dunia. - Surat
St. Paus Clement I kepada jemaat di Korintus

Anda mungkin juga menyukai