Anda di halaman 1dari 58

ASUHAN KEPERAWATAN BRONKITIS PADA Ny.

J DI UPTD RUMOH

SEUJAHTRA GEUNASEH SAYANG BANDA ACEH

DISUSUN OLEH :

NAMA : NANDA MAI SYURI


NIM : 20175009

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ABULYATAMA

ACEH BESAR

2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Konsep Bronkhitis

1. Definisi Bronkhitis

Bronkitis adalah suatu peradangan bronkhioli, bronkhus dan trakea

oleh berbagai sebab. Bronkitis adalah peradangan satu atau lebib

bronkhus, yang dapat bersifat akut maupun kronik. Gejala – gejala yang

biasanya terjadi adalah demam, batuk dan ekspektorasi.

Bronkitis akut adalah bronkitis dengan perjalanan penyakit yang

kurang berat atau bisa disebut perjalanan penyakit secara singkat, dimana

gejala-gejala yang dapat dirasakan seperti demam, batuk dan pilek.

Biasanya bronkitis akut ini sering terjadi secara berulang. Sedangkan

bronkitis kronis adalah suatu bentuk penyakit obstruksi paru kronik,

biasanya pada kejadian ini terjadi iritasi bronkhial dengan sekresi yang

bertambah dan batuk produktif selama sedikitnya tiga bulan atau bahkan

dua tahun berturut-turut.

2. Etiologi

Bronkhitis paling sering terjadi pada saat musim pancaroba, musim

dingin, biasanya disertai dengan infeksi pernapasan atas, dan juga dapat

disebabkan oleh berbagai hal antara lain :

a) Bronkhitis infeksiosa, disebabkan oleh infeksi virus dan bakteri atau

organisme lain yang menyerupai bakteri (Mycoplasma pneumoniae

dan Chlamyidia). Serangan bronkhitis berulang bisa terjadi pada

perokok, penderita penyakit paru-paru dan saluran pernapasan


menahun. Infeksi berulang bisa terjadi akibat sinusitis kronis,

bronkhiektasis, alergi, pembesaran amandel dan adenoid pada anak-

anak.

b) Bronkhitis iritattif, karena disebabkan oleh zat atau benda yang

bersifat iritatif seperti debu, asap, polusi lingkungan juga

berkontribusi terhadap terjadinya bronkitis kronis. Bronkitis kronis

juga disebabkan paparan polusi yang berasal dari lingkungan atau

tempat kerja bisa memicu terjadinya bronkitis kronis.

3. Patofisiologi (Pathway)

Patologi dari bronkhitis adalah hipertrofi dan hiperplasia kelenjar

mukus bronkhus, dimana dapat menyebabkan penyempitan pada saluran

bronkhus, sehingga diameter bronkhus ini menebal lebih dari 30-40% dari

normal. Terdapat juga peradangan difusi, penambahan sel mononuklear di

submukosa trakeo bronkial, metaplasia epitel bronkhus dan silia

berkurang.

Perubahan yang paling penting adalah perubahan pada saluran

napas kecil yaitu sekresi sel goblet, bukan saja bertambah dalam

jumlahnya akan tetapi juga lebih kental sehingga menghasilkan subtansu

yang mukopurulen, sel radangan di mukosa dan submukosa, edema,

fibrosis penbrokial, penyumbatan mukus intraluminal dan penambahan

otot polos. Dua faktor utama penyebab bronkhitis yaitu adanya zat-zat

asing yang ada di dalam saluran napas dan infeksi mikrobiologi.

Pada bronkhitis terjadi penyempitan saluran pernapasan.

Penyempitan ini dapat menyebabkan obtruksi jalan napas dan


menimbulkan sesak. Pada penderita bronkhitis saat terjadi ekspirasi

maksimal, saluran pernapasan bagian bawah paru akan lebih cepat dan

lebih banyak yang tertutup. Hal ini akan mengakibatkan ventilasi dan

perfusi yang tidak seimbang, sehingga penyebaran udara pernapasan

maupun aliran darah ke alveoli menyebabkan vasokontriksi pembuluh

darah dan paru dan polisitemia. Terjadi hipertensi pulmonal yang dalam

jangka panjang dapat menimbulkan kor pulmonal.

Virus dan bakteri biasanya masuk melalui mulut dan hidung yang

selanjutnya akan menimbulkan viremia/bakteremia dan gejala atau reaksi

tubuh untuk melakukan perlawanan. Infeksi kronis atau iritasi bronkhus

dapat menyebabkan bronkhitis.


Alergen Invasi kuman ke jalan nafas

Aktivasi IgE Fenomena infeksi

Peningkatan pelepasan Iritasi mukosa bronkus


histamin

Penyebaran bakteri/virus ke seluruh


Edeme mukosa sel goblet tubuh
memproduksi mukus

Peningkatan laju metabolisme


Peningkatan akumulasi sekret umum, intake nutrisi tidak adekuat,
tubu makin kurus ketergantungan
aktivitas sehari-hari, kurangnya
pemenuhan istirahat dan tidur,
Batuk produktif kecemasan dan pemenuhan
Sesak nafas informasi.
Penurunana kemampuan batuk
produktif

 Hipertermi
Ketidakefektifan bersihan jalan  Perubahan pemenuhan nutrisi
nafas kurang dari kebutuhan
 Gangguan pemenuhan ADL
(activity daily living)
 Kecemasan
 Ketidaktahuan/pemenuhan nutrisi

Gambar 1.1 : Patofisiologis bronkitis yang mengarah pada terjadinya masalah keperawatan.
4. Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis untuk bronkitis kronis adalah sebagai berikut :

a) Batuk kronis, produktif pada bulan-bulan musim dingin, tanda-tanda

paling awal ; batuk diperberat oleh cuaca musim dingin, kelembapan,

dan iritan pulmonal.

b) Riwayat perokok sigaret, infeksi pernafasan yang sering terjadi.

c) Sesak napas. Sesak bersifat progresif (semakin berat) saat beraktfitas.

5. Komplikasi

Ada beberapa komplikasi bronkhitis yang dapat dijumpai pada pasien,

antara lain sebagai berikut :

a) Bronkhitis kronik

b) Pneumonia dengan atau tanpa atelektaksis, bronkhitis sering

mengalami infeksi berulang biasnya sekunder terhadap infeksi pada

saluran napas bagian atas. Hal ini sering terjadi pada mereka drainase

sputumnya kurang baik.

c) Pleuritis. Komplikasi ini dapat timbul bersama dengan timbulnya

pneumonia.

d) Efusi pleura atau empisema

e) Abses metastasis diotak, akibat septikemi oleh kuman penyebab

infeksi supuratif pada bronkus. Sering menjadi penyebab kematian


f) Haemaptoe terjadu karena pecahnya pembuluh darah cabang vena

(arteri pulmonalis), cabang arteri (Arteri bronchialis) atau anastomisis

pembuluh darah. Komplikasi haemaptoe hebat dan tidak terkendali

merupakan tindakan gawat darurat.

g) Sinusitis merupakan bagian dari komplikasi bronkhitis pada saluran

napas.

h) Kor pulmonal kronik pada kasus ini bila terjadi anastomisis cabang-

cabang arteri dan vena pulmonalis pada dinding bronkus akan terjadi

arterio-venous shunt, terjadi gangguan oksigenisasi darah, timbul

sianosis sentral, selanjutnya terjadi hipoksemia. Pada keadaan lanjut

akan terjadi hipertensi pulmonal, kor pulmoner kronik, selanjutnya

akan terjadi gagal jantung kanan.

i) Kegagalan pernapasan merupakan komplikasi paling akhir pada

bronkhitis yang berat dan luas.

j) Amiloidosis keadaan ini merupakan perubahan degeneratif. Sebagai

komplikasi klasik dan jarang terjadi. Pada pasien yang mengalami

komplikasi ini dapat ditemukan pembesaran hati dan limpa serta

proteinurea.

6. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang untuk pasien bronkhitis antara lain sebagai

berikut :

a) Laboratorium

Pada pemeriksaan laboraturium didapatkan peningkatan jumlah

lekosit dan padahitung jenis lekosit didapatkan pergeseran kekiri serta


terjadi peningkatan LED. Pemeriksaan C-reaktif Protein (CRP) adalah

tes terbaik untuk membedaan antara pneumonia dan infeksi saluran

napas bawah non-pneumonia.

b) Foto Toraks

Foto toraks merupakan pemeriksaan penunjang utama untuk

menegakkan diagnosa serta juga dapat untuk membedakan infeksi

saluran napas bawah yang lain. Pada bronkhitis tidak terdapat tanda-

tanda konsolidasi dan tidak ada gambaran infiltrat pada foto toraks.

c) Spesimen dahak

Spesimen yang dapat digunakan untuk mendiagnosa etiologi dari

infeksi saluran napas bawah anatara lain berasal dari sputum (dahak),

aspirasi trakeobronkial, bilasan bronkus dan bilasan trakea. Sputum

purulen bukan suatu nilai prediktif untuk membedakan penyebab

infeksi oleh karena virus atau bakteri. Pemeriksaan dahak secara

mikroskopis dan kultur tidak membantu dalam membedakan

penyebab infeksi yang berasal dari saluran napas atas atau saluran

napas bawah. Namun beberapa pendapat menyatakan bahwa tes

tersebut harus dilakukan untuk identifikasi organisme penyebab.

7. Penatalaksanaan

Sasaran dari pengobatan adalah untuk mempertahankan patensi

percabangan brokial perifer, mempermudah pembuangan eksudat bronkial,

dan mencegah ketidakmampuan.


a) Perhatikan perubahan-perubahan dalam pola sputum (sifat, warna,

jumlah, kekentalan) dan pola batuk.

b) Atasi infeksi bakteri kekambuhan dengan terapi antibiotik.

c) Permudah pembuangan eksudat bronkial (bronkodilator).

d) Berikan drainase postural dan perkusi dada.

e) Berikan cairan per oral atau parenteral untuk mencairkan sekresi.

f) Gunakan terapi steroid jika tindakan konservatif mengalami kegagalan.

g) Pasien berhenti merokok (penyebab kontriksi bronkus).

h) Nasihatkan pasien untuk menghindari iritan pernapasan (mis, asap

tembakau)

i) Lakukan imunisasi terhadap infeksi pernapasan atas akut (terapi

antimikrobial dan pemeriksaan sinsivitas).

j) Berikan pengobatan tepat untuk infeksi pernafasan akut (terapi

antimikroba dan pemeriksaan sensitivitas).

8. Pencegahan

Pencegahan bronkhitis terdiri diri 3 pencegahan yaitu sebagai berikut :

a) Pencegahan Primer

Pencegahan tingkat pertama merupakan upaya untuk

mempertahankan orang yang sehat agar tetap sehat atau mencegah

orang orang yang sehat agar tidak sakit. Usaha yang perlu dilakukan

untuk mengurangi gangguan tersebut dan tidak membuat batuk

bertambah parah adalah sebagai berikut :

1. Membatasi aktivitas/kegiatan yang memerlukan tenaga yang

banyak.
2. Tidak tidur dikamar yang ber AC dan menggunakan baju yang

hangat.

3. Hindari makanan yang merangsang batuk, seperti: gorengan,

minuman dingin, dll

4. Jangan mandi terlalu pagi atau terlalu sore, dan biasakan untuk

mandi air hangat.

5. Jaga kebersihan makanan dan biasakan cuci tangan sebelum

makan.

6. Menciptakan lingkungan udara yang bebas polusi

b) Pencegahan Sekunder

Pencegahan sekunder merupakan upaya membantu orang yang

sakit agar meningkatnya derajat kesehatan, menghambat progresifitas

penyakit, menghindarkan komplikasi, dan mengurangi

ketidakmampuan. Pencegahan dapat dilakukan dengan cara sebagai

berikut :

1. Diagnosis

2. Pemeriksaan fisik

3. Pemeriksaan laboratorium

4. Pengobatan

c) Pencegahan Tersier

Pencegahan ini dilakukan untuk bisa mengurangi

ketidakmampuan penderita bronkitis dengan terapi-terapi yang dapat

membantu pernapasan. Pencegahan bronkhitis dapat dilakukan dengan

terapi farmakologi dan terapi non-farmakologi yaitu sebagai berikut:


1. Terapi Farmakologi

Bronkodilatori berfungsi aksi merelaksasi otot-otot pada

saluran pernapasan. Ada tiga jenis bronkodilator yaitu : Beta-2

agonis (Simpatomimetika), Metilsantin, dan antikolinergik.

2. Terapi Non-farmakologi

a. Pasien harus berhenti merokok.

b. Rehabilitasi paru-paru secara komprehensif dengan olahraga

dan latihan pernapasan sesuai yang diajarkan tenaga medis.

c. Istirahat yang cukup

B. Konsep Teori Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

a. Identitas

b. Keluhan Utama

Klien mengeluh batuk, sakit dan gatal kerongkongan, sakit kepala dan

kaki bengkak

c. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang dengan keluhan bersin di sertai batuk, batuk sudah

berjalan lebih 3bulan, kaki bengkak, dan sakit pinggang.

d. Pola fungsi Gordon

1) Pemeliharaan dan persepsi terhadap kesehatan

Kaji pengetahuan klien tentang penyakitnya, saat klien sakit

tindakan yang dilakukan untuk menunjang kesehatannya.


2) Nutrisi/metabolic

Kaji makanan yang dikonsumsi oleh klien, porsi sehari, jenis

makanan, dan volume minuman perhari, makanan kesukaan.

3) Pola eliminasi

Kaji frekuensi BAB dan BAK, ada nyeri atau tidak saat

BAB/BAK dan warna

4) Pola aktivitas dan latihan

Kaji kemampuan klien saat beraktivitas dan dapat melakukan

mandiri, dibantu atau menggunakan alat

5) Pola tidur dan istirahat

Kaji pola istirahat, kualitas dan kuantitas tidur, kalau terganggu

kaji penyebabnya

6) Pola kognitif-perseptual

Status mental klien, kaji nyeri dengan Provokasi (penyebab),

Qualitas nyerinya seperti apa), Region (di daerah mana yang

nyeri), Scala (skala nyeri 1-10), Time (kapan nyeri terasa

bertambah berat).

7) Pola persepsi diri

Pola persepsi diri perlu dikaji, meliputi; harga diri, ideal diri,

identitas diri, gambaran diri.

8) Pola seksual dan reproduksi

kaji manupouse, kaji aktivitas seksual

a. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan umum yang lengkap perlu dilakukan.

Disamping menilai adanya sinovasi pada setiap sendi,

perhatikan juga hal- hal berikut ini:

1. Keadaan umum: komplikasi steroid, berat badan.

2. Tangan: meliputi vaskulitasi dan fungsi tangan

3. Lengan: Siku dan sendi bahu, nodul rematoid dan

pembesaran kelenjar limfe aksila.

4. Wajah: periksa mata untuk sindroma sjorgen, skleritis,

episkelritis, skleromalasia perforans, katarak anemia dan

tanda- tanda hiperviskositas pada fundus. Kelenjar parotis

membesar

5. Mulut: (Kring, karies dentis, ulkus) catatan: artritis rematoid

tidak menyeababkan iritasi.

6. Leher: adanya tanda- tanda terkenanya tulang servikal.

7. Toraks: Jantung (adanya perikarditis, defek konduksi,

inkompetensi katup aorta dan mitral).Paru- paru (aadanya

efusi pleura, fibrosis, nodul infark, sindroma caplan)

8. Abdomen: andanya splenomegali dan nyeri tekan epigastrik

9. Panggu dan lutut: tungkai bawah danya ulkus,

pembengkakan betis (kista baker yang ruptur) neuropati,

mononeuritis multipleks dan tanda- tanda kompresi medula

spinalis.

10. Kaki: efusi lutut, maka cairan akan mengisi cekungan

medial dan kantong suprapatelar mengakibatkan


pembengkakan diatas dan sekitar patela yang berbentuk

seperti ladam kuda dan efusi sendi pergelangan kaki akan

terjadi pembengkakan pada sisi anterior.

11. Urinalisis: untuk protein dan darah, serta pemeriksaan

rektum untuk menentukan adanya darah.

b. Fungsional klien

1) Indeks Katz

Pengkajian menggunakan indeks kemandirian katz untuk

aktivitas kehidupan sehari-hari yang berdasarkan pada evaluasi

fungsi mandiri atau bergantung dari klien dalam hal: makan,

kontinen (BAB/BAK), berpindah, ke kamar mandi, mandi dan

berpakaian. Indeks Katz adalah pemeriksaan disimpulkan dengan

system penilaian yang didasarkan pada tingkat bantuan orang lain

dalam melakukan aktivitas fungsionalnya. Salah satu keuntungan

dari alat ini adalah kemampuan untuk mengukur perubahan fungsi

aktivitas dan latihan setiap waktu, yang diakhiri evaluasi dan

aktivitas rehabilitasi. Pengukuran pada kondisi ini meliputi:

Termasuk kategori manakah klien?

a) Mandiri dalam makan, kontinensia (BAB/BAK), menggunakan

pakaian, pergi ke toilet, berpindah dan mandi

b) Mandiri semuanya kecuali salah satu dari fungsi diatas

c) Mandiri kecuali mandi dan salah satu fungsi lain


d) Mandiri kecuali mandi, berpakaian dan salah satu fungsi diatas

e) Mandiri kecuali mandi, berpakaian, ke toilet dan salah satu fungsi yang

lain

f) Mandiri kecuali mandi, berpakaian, ke toilet, berpindah dan satu fungsi

yang lain

g) Ketergantungan untuk semua fungsi diatas

Keterangan :

Mandiri berarti tanpa pengawasan, pengarahan atau bantuan

efektif dari orang lain, seseorang yang menolak untuk melakukan

suatu fungsi dianggap tidak melakukan fungsi, meskipun ia dianggap

mampu.

2. Diagnosa Keperawatan

a) Ketidakefektifan bersihan jalan nafas

b) Ketidakefektifan pola nafas

c) Gangguan Rasa Nyaman


BAB II

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

Hari/ Tanggal Pengkajian : Senin/ 08 Februari 2021

Wisama : Dahlia

1. Data Biografis

Nama/ Umur : Jamilah/ 80 tahun

Tempat/Tanggal Lahir : Indrapuri/1941

Jenis Kelamin : Perempuan

Suku : Aceh

Agama : Islam

Pendidikan : Tidak Sekolah

Status perkawinan : Tidak Menikah

Alamat/No.Hp/ Telepon :-

2. Riwayat Keluarga

Pasangan

Hidup Meninggal

- -

Anak

Hidup Meninggal

- -
B. Diagnosa Keperawatan

1. Analisa Data

NO DATA MASALAH

1 Ds : Pasien mengatakan batuk Ketidakefektifan bersihan


disertai pengeluaran lendir
jalan napas
berwarna putih.

Do :
TD :120/80 mmHg
N : 80 x/menit
RR : 16 x/menit
T : 36oC
- Penurunan bunyi napas
- Sputum dalam jumlah yang
berlebih
- Batuk yang tidak efektif
2 Ds : Pasien mengatakan mudah lelah Ketidakefektifan pola
susah bernafas saat melakukan
napas
beraktifitas
Do :
TD : 100/70 mmHg
N : 100 x/menit
RR : 18 x/menit
T : 36,7oC
- Pernapasan menggunakan
cuping hidung
- Pasien terlihat mudah letih saat
melakukan aktivitas.
3 Ds : Pasien mengatakan batuk yang Ganguan Rasa Nyaman
disertai gatal tenggorokan
sehingga pasien setiap malam
terjaga karena batuk. Pasien
juga mengatakan gatal yang
dirasa sampai ke area leher
Do :
- Pasien terlihat gelisah
dengan penyakit yang
dialaminya
- Pasien kurang puas dengan
keadaan batuk yang terjadi
terus menerus yang disertai
dengan gatal pada
tenggorokan dan lehernya.
- Pasien merasa
ketidakmampuan untuk
rileks
- Perubahan pada pola tidur
pasien

2. Rumusan Diagnosa

a. Ketidakefektifan pola napas

b. Gangguan rasa nyaman

c. Ketidakefektifan bersihan jalan napas

C. Prioritas Masalah

1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas.

2. Ketidakefektifan pola napas.

3. Gangguan rasa nyaman.


D. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Kriteria Hasil Intervensi keperawatan

1 Ketidakefektifan Setelah dilakukan tindakan - Monitor tanda-tanda

bersihan jalan keperawatan diharapkan dapat : vital

napas - Jumlah sputum berkurang - Monitor cairan/elektrolit

- Spasme jalan napas - Pengaturan posisi semi

membaik fowler

- Berikan dukungan

emosional

- Berikan edukasi

pencegahan aspirasi

- Pemberian obat

ambroxol.

2 Ketidakefektifan Setelah dilakukan tindakan - Monitor tanda-tanda

pola napas keperawatan diharapkan dapat : vital

- Pola napas membaik - Kaji batuk yang dialami

pasien.

- Pengaturan posisi semi

fowler

- Ajarkan relaksasi otot

Progresif

- Berikan dukungan

emosional

3 Gangguan Rasa Setelah dilakukan tindakan - Kaji tanda-tanda vital


Nyaman keperawatan diharapkan dapat : - Kaji pruritus dileher

- Pola tidur pasien yang dialami oleh

membaik dan efektif pasien

- Perasaan tidak nyaman - Lakukan pengaturan

berkurang posisi

- Gatal ditenggorokan - Berikan edukasi cara

berkurang. peningkatan tidur

dengan memperbanyak

minum air hangat

- Berikan dukungan

spiritual

- Berikan obat ambroxol

untuk mengatasi batuk

yang mengganggu

pasien
DAFTAR PUSTAKA

1. Saikmata Dince Debora, 2020. Asuhan Keperawatan pada Nn S dengan

Diagnosa medis Bronkitis Di Ruang Melati RSUD Bangil Pasuruan. Sidoarjo

2. Muttaqin Arifin. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem

Pernapasan, Jakarta:Penerbit Salemba Medika

3. Baughman Diane C., Hackley JoAnn C. 2000. Keperawatan Medikal Bedah,

Jakarta:EGC

4. Soeparman, Sarwono Waspadji. 1998. Ilmu Penyakit dalam, Jilid II. Jakarta:

Penerbit FKUI

2222
LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN GERONTIK

PERTEMUAN KE 1 SENIN, 08 FEBRUARI 2021

A. LATAR BELAKANG

Lansia adalah keadaan yang ditandai oleh kegagalan seseorang untuk

mempertahankan keseimbangan terhadap kondisi stres fisiologis,

kegagalan ini berkaitan dengan penurunan daya kemampuan untuk hidup

serta peningkatan kepekaan secara individual. Sedangkan menurut

BKKBN, lansia adalah individu yang berusia 60 tahun, pada umumnya

lansia memiliki tanda-tanda terjadinya penurunan fungsi-fungsi biologis,

psikologis, sosial, dan ekonomi.

Menurut Depkes RI (2003) mengklasifikasi lansia dalam berikut :

a) Pralansia (prasenilis), seseorang yang berusia antara 45-59 tahun.

b) Lansia, seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih.

c) Lansia resiko tinggi, seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih

yang mempunyai masalah kesehatan.

d) Lansia potensial, lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan

atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang dan jasa.

e) Lansia tidak potensial, lansia yang tidak berdaya mencari nafkah

sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain.

Sedangkan klasifikasi lansia menurut World Health Organitation –

(WHO) yaitu :

a) Elderly : 60 -74 Tahun


b) Old : 75-89 Tahun

c) Very Old : >90 Tahun

Berdasarkan tingkat kemandirian yang dinilai berdasarkan

kemampuan dalam melakukan aktivitas sehari-hari, lansia dikelompokkan

menjadi beberapa tipe, yaitu sebagai berikut :

a) Lansia mandiri sepenuhnya.

b) Lansia mandiri dengan bantuan langsung dari keluarganya.

c) Lansia mandiri dengan bantuan tidak langsung.

d) Lansia dengan bantuan badan sosial.

e) Lansia di panti werdha

f) Lansia yang dirawat di rumah sakit.

g) Lansia dengan gangguan mental

B. RENCANA KEPERAWATAN

1. Diagnosa keperawatan

Belum dapat ditetapkan karena pengkajian belum dilakukan

2. Tujuan umum

Untuk mendapatkan data umum dan informasi mengenai kondisi klien

3. Tujuan khusus

a. Mendapatkan data-data klien.

b. Riwayat klien/data biografis.

c. Riwayat keluarga.

d. Riwayat pekerjaan.

e. Riwayat lingkungan hidup.

f. Riwayat rekreasi.
g. Sumber/sistem pendukung yang digunakan.

h. Status kesehatan saat ini

i. Status kesehatan masa lalu

j. Riwayat penggunaan obat-obatan

k. Riwayat keluarga dan penyakit keluarga

l. Pola kebiasaan sehari-hari.

C. KRITERIA HASIL

1. Evaluasi struktur

a. Tersediannya format pengkajian

b. Tepat interaksi sesuai dengan yang disepakati

2. Evaluasi proses

a. Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat

b. Klien dapat mengikuti dari awal sampai akhir kegiatan

c. Klien aktif memberikan tanggapan/jawaban selama interaksi

d. Tidak ada gangguan selama proses interaksi

3. Evaluasi hasil

a. Terbina hubungan saling percaya antara perawat dan klien

b. Didapatkan data pengkajian tentang data umum dan status kesehatan

sesuai dengan format pengkajian

D. RENCANA KEGIATAN

Topik : pengakjian tentang data umum dan status kesehatan

pasien.

Metode : wawancara dan diskusi

Media : Format pengkajian


Waktu : 30 menit

E. STRATEGI PELAKSANAAN

No Alokasi Waktu Kegiatan

1 14.00 -14.05 Fase orientasi

a) Mengucapkan salam

b) Membuat kontrak waktu

c) Menjelaskan maksud dan bagian

interaksi

2 14.05-14.25 Fase kerja

a) Melakukan pengkajian tentang data

umum

b) Status kesehatan

c) Tinjuan sistem

3 14.25-14.30 Fase terminasi

a) Membuat kesimpulan hasil pertemuan

b) Membuat kontrak waktu pertemuan

selanjutnya

c) Mengucapkan salam
CATATAN PERKEMBANGAN 1

(Senin, 08 Februari 2021)

DIAGNOSA IMPLEMENTASI EVALUASI

KEPERAWATAN

Belum dapat  Mengucapkan salam Subjektif :

menegakkan diagnosa  Membina hubungan saling  Nenek J dapat

karena data belum percaya dengan nenek J menyebutkan nama,

lengkap  Membuat kontrak waktu pendidikan, tempat lahir,

selama 30 menit untuk pendidikan terakhir dan

melakukan pengkajian status pernikahan.

 Menjelaskan tujuan  Nenek J hanya sebagai ibu

kedatangan rumah tangga

 Melakukan pengkajian  Nenek J mengatakan

tentang : mandi 2-3 kali sehari

a) Data Biografis  Nenek J mengeluh sering

b) Riwayat keluarga batuk disertai gatal

c) Riwayat pekerjaan tenggorokan.

d) Lingkungan hidup  Nenek J mengatakan tidak

e) Rekreasi dan hiburan alergi pada obat.

f) Sumber/sistem

pendukung

g) Status kesehatan saat


ini

h) Status kesehatan masa

lalu

i) Riwayat penggunakan

obat-obatan
LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN GERONTIK

PERTEMUAN KE 2 (Rabu, 10 Februari 2021)

A. LATAR BELAKANG

Pada pertemuan pertama, perawat telah menjalin komunikasi yang baik

dengan nenek J. Dari komunikasi tersebut terciptakan hubungan saling

percaya antara perawat dan nenek J. Nenek juga sudah mulai bersedia

memberitahukan mengenai kondisi kesehatan yang dialaminya.

Berdasarkan hal wawancara yang dilakukan perawat pada pertemuan

sebelumnya didapatkan bahwa nenek J mengeluh sering batuk berdahak

disertai gatal tenggorokan.

Hasil pemeriksaan TTV pada nenek J pada pertemuan pertama


120
didapatkan hasil tekanan darah /80 mmHg, nadi 80 x/menit, Respirasi

16x/menit, dan suhu 36oC.

Selanjutnya pada pertemuan ke 2 ini, perawat akan melanjutkan

pengkajian terhadap nenek J meliputi pengkajian fisik, keseimbangan,

fungsional dan status mental.

B. RENCANA KEPERAWATAN

1. Diagnosa keperawatan

Ketidakefektifan bersihan jalan napas.

2. Tujuan umum

Setelah pertemuan yang dilakukan, diharapkan data umum dan

informasi mengenai kondisi klien dapat diketahui.


3. Tujuan khusus

Selama 1x30 menit kunjungan, perawat dapat mendapatkan data melalui

pengkajian meliputi :

a. Pengkajian fisik

b. Pengkajian keseimbangan

c. Pengkajian fungsional

d. Pengkajian status mental/aspek kognitif

C. RENCANA KEGIATAN

Topik : Pengkajian keperawatan lansia lanjutan

Metode : Wawancara dan diskusi

Media : Format Pengkajian

Waktu : 30 Menit

D. STRATEGI PELAKSANAAN

No Alokasi Waktu Kegiatan

1 10.00 -10.05 Fase orientasi

a) Mengucapkan salam

b) Membuat kontrak waktu

c) Menjelaskan maksud dan bagian interaksi

2 10.05-10.25 Fase kerja

Melakukan pengkajian dan pemeriksaann


pada lansia meliputi: pengkajian fisik,
keseimbangan, fungsional dan status mental
lansia
3 10.25-10.30 Fase terminasi
a) Membuat kesimpulan hasil pertemuan

b) Membuat kontrak waktu pertemuan

selanjutnya

c) Mengucapkan salam

E. KRITERIA HASIL

1. Evaluasi struktur

a. Telah membuat kontrak sebelumnya.

b. Tersedianya format pengkajian

c. Tempat interaksi sesuai dengan yang disepakati

2. Evaluasi proses

a. Telah membuat kontrak sebelumnya

b. Tersedianya format pengkajian

c. Tempat interaksi sesuai dengan yang disepakati

d. Tidak ada gangguan selama proses interaksi.

3. Evaluasi Hasil

a. Terbina hubungan saling percaya antara perawat dan klien

b. Didapatkan data pengkajian fisik, keseimbangan, fungsional dan

status mental.
CATATAN PERKEMBANGAN 2

(Rabu, 10 FEBRUARI 2021)

DIAGNOSA IMPLEMENTASI EVALUASI

KEPERAWATAN

a. Ketidakefektifan a. Mengucapkan salam Subjektif:

bersihan jalan napas b. Validasi perasaan a. nenek J mengeluh sering

c. Membuat kontrak waktu selama 30 batuk berdahak disertai

menit untuk melakukan pengkajian dengan gatal

d. Menjelaskan tujuan kedatangan tenggorokan

e. Melakukan pengkajian tentanag : b. nenek J mengatakan

1. Pengkajian fisik tidak selera dengan

2. pengkajian keseimbangan makanan yang

3. pengkajian fungsional mengandung minyak

4. pengkajian status mental/aspek seperti goreng-gorengan

kognitif karena bisa

f. membuat kesimpulan hasil memperparah batuh

pertemuan yang di miliki nenek

g. membuat kontrak untuk pertemuan c. nenek J bertanya tentang

selanjutnya penyakitnya.

h. mengucapkan salam

Objektif :

a. TTV
1. TD : 110/70 mmHg

2. RR :16 x/menit

3. N :80 x/menit

4. T : 36,5o C

Analisa :

Tingkat pendidikan

kesehatan mengenai

bronkhitis masih rendah

Perencanaan :

Melanjutkan pemberian

intervensi penyuluhan

bronkhitis.
LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN GERONTIK

PERTEMUAN KE 3 (Jumat, 12 FEBRUARI 2021)

A. LATAR BELAKANG.

Pada pertemuan pertama dan kedua didapatkan data, nenek J

mengeluh batuk berdahak yang disertai sakit dan gatal tenggorokan.

Pada pertemuan ke tiga, perawat akan mengajarkan cara mengenal

penyakit yang diderita nenek, penyebab, pencegahan dan tanda gejala

bronkhitis. Sehingga nenek bisa lebih mudah untuk mencegah terjadinya

penularan pada orang lain.

B. RENCANA KEPERAWATAN

1. Diagnosa keperawatan

Ketidakefektifan bersihan jalan napas

2. Tujuan umum

Setelah dilakukan pertemuan, diharapkan nenek J dapat mencegah

terjadinya bronkhitis lebih parah.

3. Tujuan khusus

Selama 30 menit batuk disertai dahak berwarna putih dapat berkurang

dengan kriteria hasil :

a) Klien tidak mengungkapkan adanya dahak dan batuk berkurang.

b) Klien tampak nyaman


C. RENCANA KEGIATAN

Topik : penyuluhan mengenai penyakit bronkhitis

Metode : Ceramah, diskusi, dan demontrasi

Media : Leaflet

lWaktu : 30 menit

D. STRATEGI PELAKSANAAN

No Alokasi Waktu Kegiatan

1 14.00 -14.05 Fase orientasi

a) Mengucapkan salam

b) Membuat kontrak waktu

c) Menjelaskan maksud dan bagian

interaksi

2 14.05-14.25 Fase kerja

a) Memberikan kesempatan kepada

nenek J untuk bertanya mengenai

materi yang disampaikan

b) Mengulangi kembai materi yang

belum dimengerti nenek J

c) Memberikan motivasi kepada nenek J

3 14.25-14.30 Fase terminasi

a) Membuat kesimpulan hasil pertemuan

b) Membuat kontrak waktu pertemuan

selanjutnya

c) Mengucapkan salam
E. KRITERIA HASIL

1. Evaluasi struktur

Interaksi dengan nenek J selesai sesuai dengan kontrak waktu yang

telah disepakati (30 menit)

2. Evaluasi Proses

a) Nenek J mampu mengetahui tanda dan gejala bronkhitis

b) Nenek J mampu cara pencegahan bronkitis

3. Evaluasi hasil

a) Nenek J memperoleh pengetahuan mengenai tanda, gejala dan juga

pencegahan bronkhitis.
CATATAN PERKEMBANGAN 3

(Jumat, 12 Februari 2021)

DIAGNOSA IMPLEMENTASI EVALUASI

KEPERAWATAN

Ketidakefektifan a. Mengucapkan salam Subjektif:

bersihan jalan b. Validasi perasaan  Nenek J mengatakan belum

napas c. Membuat kontrak waktu selama memahami tentang penyakit

30 menit untuk melakukan yang diderita

pengkajian Objektif :

d. Menjelaskan tujuan kedatangan  nenek J tampak antusias

e. Penyuluhan teknik mencegah memperhatikan penjelasan

bronkhitis perawat

 Pengertian bronkhitis  nenek J aktif memberikan

 Penyebab bronkhitis tanggapan

 Tanda dan gejala bronkhitis

 Pencegahan bronkhitis Rasional :

 Pengobatan bronkhitis Intervensi dilanjutkan

f. Membuat kesimpulan hasil

pertemuan

g. Membuat kontrak untuk

pertemuan selanjutnya

h. Mengucapkan salam.
LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN GERONTIK

PERTEMUAN KE 4 (Minggu, 14 FEBRUARI 2021)

A. LATAR BELAKANG.

Pada pertemuan ketiga didapatkan data, sudah mengetahui tentang

penyakitnya, penyebab, gejala serta pencegahan penyakit bronkhitis.

Pada pertemuan ke empat, perawat akan mengajarkan batuk efektif

dam etika membatuk sehingga kenyaman pada pasien meningkat.

B. RENCANA KEPERAWATAN

1. Diagnosa keperawatan

Ketidakefektifan bersihan jalan napas

2. Tujuan umum

Setelah dilakukan pertemuan, diharapkan nenek J dapat batuk secara

efektif dan bisa menerapkan etika membatuk.

3. Tujuan khusus

Selama 30 menit diharapkan nenek bisa menerapkan etika batuk

dengan kriteria hasil :

a) Klien bisa memcegah terjadinya penularan pada pasien lain.

b) Klien membuat lingkungan lebih nyaman.

C. RENCANA KEGIATAN

Topik : penyuluhan mengenai etika batuk yang baik dan benar

Metode : Ceramah, diskusi, dan demontrasi

Media : Poster
Waktu : 30 menit

D. STRATEGI PELAKSANAAN

No Alokasi Waktu Kegiatan

1 14.00 -14.05 Fase orientasi

a) Mengucapkan salam

b) Membuat kontrak waktu

c) Menjelaskan maksud dan bagian

interaksi

2 14.05-14.25 Fase kerja

a) Menjelaskan kepada nenek J cara batuk

efektif.

b) Menjelaskan kepada nenek J cara etika

batuk yang benar

c) Mengulangi kembali materi etika batuk

d) Memberikan motivasi kepada nenek J

3 14.25-14.30 Fase terminasi

a) Membuat kesimpulan hasil pertemuan

b) Membuat kontrak waktu pertemuan

selanjutnya

c) Mengucapkan salam
E. KRITERIA HASIL

1. Evaluasi struktur

Interaksi dengan nenek J selesai sesuai dengan kontrak waktu yang

telah disepakati (30 menit)

2. Evaluasi Proses

a) Nenek J mampu mengetahui cara batuk efektif

b) Nenek J mampu menerapkan etika batuk

3. Evaluasi hasil

a) Nenek J memperoleh pengetahuan cara batuk efektif dan etika

batuk
CATATAN PERKEMBANGAN 4

(Minggu, 14 Februari 2021)

DIAGNOSA IMPLEMENTASI EVALUASI

KEPERAWATAN

Ketidakefektifan a. Mengucapkan salam Subjektif:

bersihan jalan b. Validasi perasaan  Nenek J mengat3akan batuk

napas c. Membuat kontrak waktu selama masih parah dan disertai

30 menit untuk menjelaskan cara dengan gatal tenggorokan

batuk efektif dan etika batuk Objektif :

d. Menjelaskan tujuan kedatangan  nenek J tampak antusias

Penyuluhan teknik cara batuk memperhatikan penjelasan

efektif dan etika membatuk. perawat

e. Membuat kesimpulan hasil  nenek J aktif memberikan

pertemuan tanggapan

f. Membuat kontrak untuk RASIONAL:

pertemuan selanjutnya Intervensi dihentikan.

g. Mengucapkan salam.
LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN GERONTIK

PERTEMUAN KE 5 (Selasa, 16 FEBRUARI 2021)

A. LATAR BELAKANG.

Pada pertemuan Keempat didapatkan data, nenek sudah

menerapkan cara batuk efektif dan etika membatuk.

Pada pertemuan ke lima , perawat akan mengevaluasi sejauh mana

nenek J untuk menerapkan etika membatuk dalam kehidupan sehari-hari

dan di pertemuan ke lima perawat juga memberikan latihan pernapasan

diagfagma

B. RENCANA KEPERAWATAN

1. Diagnosa keperawatan

Ketidakefektifan pola napas

2. Tujuan umum

Setelah dilakukan pertemuan, diharapkan nenek J dapat merelaksasi

sehingga pola nafas nenek lebih efektif dari yang sebelumnya.

3. Tujuan khusus

Selama 30 menit diharapkan nenek bisa menerapkan relaksasi latihan

pernapasan diafragma dengan kriteria hasil :

c) Klien bisa memcegah terjadinya sesak atau kelelahan saat

melakukan aktivitas kecil.


d) Klien memperbaiki pola napas menjadi lebih efektif.

C. RENCANA KEGIATAN

Topik : Teknik latihan pernafasan dafragma

Metode : Demontrasi

Media : Diperagakan oleh perawat

Waktu : 30 menit

D. STRATEGI PELAKSANAAN

No Alokasi Waktu Kegiatan

1 14.00 -14.05 Fase orientasi

a) Mengucapkan salam

b) Membuat kontrak waktu

c) Menjelaskan maksud dan bagian

interaksi

2 14.05-14.25 Fase kerja

a) Menjelaskan kepada nenek tujuan dari

latihan pernafasan diafragma

b) Mendemostrasikan nenek untuk

melakukan latihan pernapasan diafragma

c) Mengulangi kembali materi latihan

pernapasan diafragma

d) Memberikan motivasi kepada nenek J

3 14.25-14.30 Fase terminasi

a) Membuat kesimpulan hasil pertemuan


b) Membuat kontrak waktu pertemuan

selanjutnya

c) Mengucapkan salam

E. KRITERIA HASIL

1. Evaluasi struktur

Interaksi dengan nenek J selesai sesuai dengan kontrak waktu yang

telah disepakati (30 menit)

2. Evaluasi Proses

a) Nenek J mampu mempraktekkan latihan pernapasan diafragma

b) Nenek J mampu menerapkan latihan pernafasan diafragma.

3. Evaluasi hasil

a) Nenek J memperoleh pengetahuan serta terapi untuk latihan

pernapasan diafragma
CATATAN PERKEMBANGAN 5

(Selasa, 16 Februari 2021)

DIAGNOSA IMPLEMENTASI EVALUASI

KEPERAWATAN

Ketidakefektifan a. Mengucapkan salam Subjektif:

pola napas b. Validasi perasaan  Nenek J mengatakan masih

c. Membuat kontrak waktu selama mudah lelah dan susah

30 menit untuk menjelaskan bernapas saat melakukan

tujuan latihan pernapasan aktifitas.

diafragma Objektif :

d. Menjelaskan tujuan kedatangan  nenek J tampak antusias

Penyuluhan, mengajari nenek memperhatikan penjelasan

untuk latihan pernafasan perawat

diafragma  nenek J aktif mengikuti

e. Membuat kesimpulan hasil instruksi yang diberikan

pertemuan RASIONAL:

f. Membuat kontrak untuk Intervensi dilanjutkan.

pertemuan selanjutnya

g. Mengucapkan salam.
LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN GERONTIK

PERTEMUAN KE 6 (Kamis, 18 FEBRUARI 2021)

A. LATAR BELAKANG.

Pada pertemuan kelima didapatkan data, nenek sudah menerapkan

sebahgian latihan pernapasan diafragma.

Pada pertemuan keenam , perawat akan mengevaluasi sejauh mana

nenek J untuk menerapkan latihan pernapasan diafragma dalam kehidupan

sehari-hari pada saat aktivitas ringan ataupun berat.

B. RENCANA KEPERAWATAN

1. Diagnosa keperawatan

Ketidakefektifan pola napas

2. Tujuan umum

Setelah dilakukan pertemuan, diharapkan nenek J dapat merelaksasi

sehingga pola nafas nenek lebih efektif dari yang sebelumnya.

3. Tujuan khusus

Selama 30 menit diharapkan nenek bisa menerapkan relaksasi latihan

pernapasan diafragma dengan kriteria hasil :

e) Klien bisa mencegah terjadinya sesak atau kelelahan saat

melakukan aktivitas kecil.

f) Klien memperbaiki pola napas menjadi lebih efektif.


C. RENCANA KEGIATAN

Topik : Teknik latihan pernafasan dafragma

Metode : Demontrasi

Media : Diperagakan oleh perawat

Waktu : 30 menit

D. STRATEGI PELAKSANAAN

No Alokasi Waktu Kegiatan

1 14.00 -14.05 Fase orientasi

a) Mengucapkan salam

b) Membuat kontrak waktu

c) Menjelaskan maksud dan bagian interaksi

2 14.05-14.25 Fase kerja

a) Menjelaskan kepada nenek J tujuan dari

latihan pernafasan diafragma

b) Mendemostrasikan nenek J untuk kembali

melakukan latihan pernapasan diafragma

c) Mengulangi kembali materi latihan

pernapasan diafragma

d) Memberikan motivasi kepada nenek J

3 14.25-14.30 Fase terminasi

a) Membuat kesimpulan hasil pertemuan

b) Membuat kontrak waktu pertemuan


selanjutnya

c) Mengucapkan salam

E. KRITERIA HASIL

1. Evaluasi struktur

Interaksi dengan nenek J selesai sesuai dengan kontrak waktu yang

telah disepakati (30 menit)

2. Evaluasi Proses

a) Nenek J mampu mempraktekkan latihan pernapasan diafragma

secara efektif

b) Nenek J mampu menerapkan latihan pernafasan diafragma.

3. Evaluasi hasil

a) Nenek J memperoleh pengetahuan serta terapi untuk latihan

pernapasan diafragma
CATATAN PERKEMBANGAN 6

(Kamis, 18 Februari 2021)

DIAGNOSA IMPLEMENTASI EVALUASI

KEPERAWATAN

Ketidakefektifan a. Mengucapkan salam Subjektif:

pola napas b. Validasi perasaan  Nenek J mengatakan masih

c. Membuat kontrak waktu selama mudah lelah dan susah

30 menit untuk menjelaskan bernapas saat melakukan

tujuan latihan pernapasan aktifitas.

diafragma Objektif :

d. Menjelaskan tujuan kedatangan  nenek J tampak antusias

Penyuluhan, mengajari nenek memperhatikan penjelasan

untuk latihan pernafasan perawat

diafragma  nenek J aktif mengikuti

e. Membuat kesimpulan hasil instruksi yang diberikan

pertemuan RASIONAL:

f. Membuat kontrak untuk Intervensi dihentikan.

pertemuan selanjutnya

g. Mengucapkan salam.
LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN GERONTIK

PERTEMUAN KE 7 (Sabtu, 20 FEBRUARI 2021)

A. LATAR BELAKANG.

Pada pertemuan keenam didapatkan data, nenek sudah menerapkan

latihan pernapasan diafragma.

Pada pertemuan ketujuh, perawat akan mengidentifikasi faktor-

faktor yang membuat rasa nyaman nenek terganggu dan memberikan

terapi rebusan air jahe hangat untuk mengurangi batuk serta gatal di

tenggorokan nenek.

B. RENCANA KEPERAWATAN

1. Diagnosa keperawatan

Gangguan rasa nyaman

2. Tujuan umum

Setelah dilakukan pertemuan, diharapkan rasa nyaman pada nenek

meningkat.

3. Tujuan khusus

Selama 30 menit diharapkan nenek J bisa menerapkan pembuatan air

jahe hangat dengan kriteria hasil :

a) Klien bisa mengurangi batuk dan gatal di tenggorokan.

b) Pola tidur nenek lebih efektif.


C. RENCANA KEGIATAN

Topik : Pemberian rebusan air jahe merah

Metode : Demontrasi

Media : Diperagakan oleh perawat

Waktu : 30 menit

D. STRATEGI PELAKSANAAN

No Alokasi Waktu Kegiatan

1 14.00 -14.05 Fase orientasi

a) Mengucapkan salam

b) Membuat kontrak waktu

c) Menjelaskan maksud dan bagian

interaksi

2 14.05-14.25 Fase kerja

a) Menjelaskan kepada nenek J tujuan dari

rebusan air jahe merah

b) Menjelaskan kepada nenek J cara

membuat rebusan air jahe merah.

c) Memberikan kepada nenek J air rebusan

jahe merah

d) Memberikan motivasi kepada nenek J

untuk sembuh

3 14.25-14.30 Fase terminasi

a) Membuat kesimpulan hasil pertemuan


b) Membuat kontrak waktu pertemuan

selanjutnya

c) Mengucapkan salam

E. KRITERIA HASIL

1. Evaluasi struktur

Interaksi dengan nenek J selesai sesuai dengan kontrak waktu yang

telah disepakati (30 menit)

2. Evaluasi Proses

a) Nenek J mampu menjelaskan kembali cara merebus air jahe merah.

b) Nenek J menikmati air rebusan jahe merah.

3. Evaluasi hasil

a) Nenek J memperoleh pengetahuan pembuatan dan kegunaan air

jahe merah
CATATAN PERKEMBANGAN 7

(Sabtu, 20 Februari 2021)

DIAGNOSA IMPLEMENTASI EVALUASI

KEPERAWATAN

Gangguan Rasa a) Mengucapkan salam Subjektif:

Nyaman b) Validasi perasaan  Nenek J mengatakan masih

c) Membuat kontrak waktu selama terjaga dimalam hari

30 menit untuk menjelaskan dikarenakan batuk disertai

tujuan air rebusan jahe merah gatal.

d) Menjelaskan tujuan kedatangan. Objektif :

e) Penyuluhan, mengajari nenek  nenek J tampak antusias

untuk membuat air rebusan jahe memperhatikan penjelasan

merah perawat

f) Membuat kesimpulan hasil  nenek J aktif mengikuti

pertemuan instruksi yang diberikan

g) Membuat kontrak untuk RASIONAL:

pertemuan selanjutnya Intervensi dilanjutkan

h) Mengucapkan salam.
LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN GERONTIK

PERTEMUAN KE 8 (Senin, 22 FEBRUARI 2021)

A. LATAR BELAKANG.

Pada pertemuan ke tujuh didapatkan data, nenek sudah

menerapkan pembuatan air rebusan jahe merah

Pada pertemuan ke delapan, perawat akan mengidentifikasi

kembali faktor-faktor yang membuat rasa nyaman nenek terganggu dan

kembali memberikan terapi rebusan air jahe hangat untuk mengurangi

batuk serta gatal di tenggorokan nenek.

B. RENCANA KEPERAWATAN

1. Diagnosa keperawatan

Gangguan rasa nyaman

2. Tujuan umum

Setelah dilakukan pertemuan, diharapkan rasa nyaman pada nenek

meningkat menjadi lebih baik

3. Tujuan khusus

Selama 30 menit diharapkan nenek bisa menerapkan pembuatan air

jahe hangat dengan kriteria hasil :

a) Klien bisa mengurangi batuk dan gatal di tenggorokan.

b) Pola tidur nenek lebih efektif.


C. RENCANA KEGIATAN

Topik : Pemberian rebusan air jahe merah

Metode : Demontrasi

Media : Diperagakan oleh perawat

Waktu : 30 menit

D. STRATEGI PELAKSANAAN

No Alokasi Waktu Kegiatan

1 14.00 -14.05 Fase orientasi

a) Mengucapkan salam

b) Membuat kontrak waktu

c) Menjelaskan maksud dan bagian interaksi

2 14.05-14.25 Fase kerja

a) Menjelaskan kepada nenek J tujuan dari

rebusan air jahe merah

b) Menjelaskan kepada nenek J cara

membuat rebusan air jahe merah.

c) Memberikan kepada nenek J air rebusan

jahe merah

d) Memberikan motivasi kepada nenek J

untuk sembuh

3 14.25-14.30 Fase terminasi

a) Membuat kesimpulan hasil pertemuan

b) Membuat kontrak waktu pertemuan


selanjutnya

c) Mengucapkan salam

E. KRITERIA HASIL

1. Evaluasi struktur

Interaksi dengan nenek J selesai sesuai dengan kontrak waktu yang

telah disepakati (30 menit)

2. Evaluasi Proses

a) Nenek J mampu menjelaskan kembali cara merebus air jahe merah.

b) Nenek J menikmati air rebusan jahe merah.

3. Evaluasi hasil

a) Nenek J memperoleh pengetahuan pembuatan dan kegunaan air

jahe merah
CATATAN PERKEMBANGAN 8

(Senin, 22 Februari 2021)

DIAGNOSA IMPLEMENTASI EVALUASI

KEPERAWATAN

Gangguan Rasa a) Mengucapkan salam Subjektif:

Nyaman b) Validasi perasaan  Nenek J mengatakan masih

c) Membuat kontrak waktu selama terjaga dimalam hari

30 menit untuk menjelaskan dikarenakan batuk disertai

tujuan air rebusan jahe merah gatal.

d) Menjelaskan tujuan kedatangan. Objektif :

e) Penyuluhan, mengajari nenek  nenek J tampak antusias

untuk membuat air rebusan jahe memperhatikan penjelasan

merah perawat

f) Membuat kesimpulan hasil  nenek J aktif mengikuti

pertemuan instruksi yang diberikan

g) Membuat kontrak untuk RASIONAL:

pertemuan selanjutnya Intervensi dihentikan

h) Mengucapkan salam.

Anda mungkin juga menyukai