Anda di halaman 1dari 2

B.J.

Habibie
BJ Habibie lahir pada tanggal 25 Juni 1936 di Pare-Pare, Sulawesi Selatan. Ayah Habibie adalah
seorang ahli pertanian dan ibunya adalah seorang dokter spesialis mata. Habibie kecil adalah
pribadi yang lebih suka menyendiri, hobinya adalah membaca buku, walaupun begitu Ia juga
termasuk anak yang sangat aktif bertanya, karena Habibie memiliki rasa ingin tahu yang sangat
tinggi. Sewaktu kecil panggilan akrabnya diantara keluarga dan temannya bukanlah Habibie
melainkan Rudy. Habibie pertama kali bertemu dengan Ainun kecil pada saat bermain kelereng
dengan Kakaknya. Ayah Habibie meninggal pada saat Habibie berusia 14 tahun. Habibie
bersekolah di SMA yang sama dengan Ainun, karena keduanya sama-sama murid yang pintar
guru sma-nya juga teman-temannya menjodohkan mereka. Pada usia 18 tahun Habibie berkuliah
di Institut Teknologi Bandung atau ITB, namun hanya satu semester saja, sedangkan Ainun
muda, mengejar mimpinya menjadi dokter dengan berkuliah di fakultas kedokteran Universitas
Indonesia. Satu tahun kemudian Habibie berangkat ke Jerman untuk berkuliah di salah satu
perguruan tinggi terbaik di Jerman yaitu RWTH Akhen atas biaya dari ibunya sendiri. Saat
menjalani kuliah di Jerman Habibie juga aktif berorganisasi, ia pernah menjadi ketua
perhimpunan pelajar Indonesia atau yang Biasa disingkat dengan PPI. Pada usia 24 tahun
Habibie lulus S1 dan langsung melanjutkan pendidikannya hingga ke jenjang S1. Satu tahun
kemudian ia harus kembali ke Indonesia untuk menikah dengan Ainun di Bandung. Mereka
kemudian menetap di Jerman. Di usia 26 tahun anak pertamanya yang bernama Ilham
lahir ,kemudian di usia 28 tahun Habibie meraih gelar Doktor Ingenieur dari RWTH Akhen
dengan predikat Summa cumlaude. Di usia yang masih terbilang muda yaitu 31 tahun, Habibie
mendapatkan gelar guru besar dari ITB, di tahun yang sama pula anak keduanya bernama Torikh
lahir. Setelah lulus BJ Habibie bekerja di perusahaan penerbangan yang berpusat di Hamburg
Jerman yaitu di MBB sebagai kepala penelitian dan pengembangan pada analisis struktur
pesawat terbang dan Kepala Divisi metode dan teknologi pada industri pesawat terbang
komersial dan militer dari tahun 1965 hingga 1973, atas kinerja yang luar biasa Ia pun dipercaya
menjadi direktur teknologi di MBB selama lima tahun, sekaligus penasehat senior bidang
teknologi untuk dewan direktur MBB. Dialah satu-satunya orang Asia yang menduduki jabatan
nomor dua di perusahaan pesawat terbang Jerman tersebut. BJ Habibie dikenal sebagai seorang
inovator jenius dari Indonesia yang memiliki sumbangsih besar pada teknologi pesawat terbang
dunia Salah satu kontribusi terbesarnya adalah pada teori perambatan keretakan atau crack
propagation Teori ini digunakan untuk memprediksi titik mula retakan pada sayap pesawat
terbang, pada teori ini BJ Habibie berhasil melakukan perumusan yang sangat mendetail
sehingga perhitungannya dapat presisi sampai ke tingkat atom, ini adalah penemuan yang sangat
besar dunia penerbangan, sehingga Ia mendapatkan julukan Mister crack karena penemuan
metode teorema dan Faktor Habibie tersebut. Pada usia 37 tahun atau pada tahun 1973 Habibie
harus pulang ke Indonesia atas mandat dari Presiden Soeharto. Selang satu tahun kemudian ia
menjadi penasehat Dirut Pertamina. Pada usia 40 tahun Ia ditunjuk sebagai Direktur Utama
IPTN atau Dirgantara Indonesia. Tujuh tahun kemudian ia diangkat menjadi Menteri Riset dan
Teknologi Republik Indonesia. Di usia 50 tahun tepatnya pada tahun 1986 ia bersama insinyur-
insinyur kebanggaan Indonesia di Dirgantara Indonesia memulai proyek pembuatan pesawat
N250 di Bandung. 2 tahun kemudian ia diangkat kembali menjadi Menteri Riset dan Teknologi
untuk kedua kalinya. Hingga tahun 1992 saat ia berusia 56 tahun, Habibie telah memiliki lebih
dari 45 hak paten yang banyak digunakan oleh perusahaan penerbangan dan roket seperti
Airbrush, di tahun tersebut juga Habibie mendapatkan penghargaan Theodore Von Karman. Ia
juga menjadi orang Asia pertama yang mendapatkan penghargaan bergengsi yang menjadi kiblat
penerbangan sipil dunia tersebut. Pada usia 57 Tahun atau pada tahun 1993 Habibie diangkat
kembali menjadi Menteri Riset dan Teknologi untuk yang ketiga kalinya. 2 tahun kemudian ia
memimpin uji coba pesawat N250 dan sukses terbang di langit Nusantara, namun pesawat
tersebut harus menunggu sertifikat layak Terbang untuk dapat digunakan secara komersial
termasuk diperdagangkan. Tiga tahun kemudian Pada tahun 1998 ia terpaksa harus
menghentikan proyek andalan pesawat N250 karena krisis moneter, di tahun yang sama pula, ia
menjadi wakil presiden RI mendampingi Presiden Soeharto. Tak lama kemudian Presiden
Soeharto mengumkan pengunduran diri di Istana Merdeka Jakarta, sehingga ia harus
menggantikan Soeharto menjadi presiden RI. Pada tahun 1999 ia mengesahkan UU kebebasan
Pers dan Otonomi daerah. Di tahun yang sama pula Timor Timur lepas dari Indonesia, akhirnya
Habibie harus turun dari jabatan sebagai presiden setelah laporan pertanggungjawabannya
ditolak oleh MPR. BJ Habibie menjadi Presiden Republik Indonesia dengan masa jabatan
terpendek yaitu satu tahun empat bulan. Pada tahun 2010 Ainun meninggal setelah berjuang
melawan kanker ovarium stadium 4. Habibie sempat menderita Psikosomatikmalignant yaitu
suatu kondisi gangguan psikologi yang disebabkan oleh rasa sakit kehilangan orang terkasih,
sehingga salah satu Solusi sekaligus obat yang ia pilih adalah dengan menulis buku Diary.
Habibie rutin berziarah ke makam Ainun setiap hari selama 100 hari dan juga setelahnya. Pada
tahun 2012 kisah cintanya diabadikan dalam sebuah film berjudul Habibie dan Ainun yang
sukses diperankan oleh Reza Rahadian dan Bunga Citra Lestari. BJ Habibie meninggal di usia
83 tahun tepatnya tanggal 11 September 2019 di Jakarta Ia dimakamkan tepat disamping makam
Ainun. BJ Habibie mengajarkan kita bahwa keberhasilan bukanlah milik orang yang pintar tapi
milik mereka yang senantiasa berusaha.

Anda mungkin juga menyukai