MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI diubah dengan Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2009
REPUBLIK INDONESIA tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 15
Tahun 1997 tentang Ketransmigrasian (Lembaga Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 131, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5050);
2. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan
DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI Nomor 132, Tambahan Lembaran Negara Republik
PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PRASARANA, SARANA, DAN Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Perumahan dan Permukiman (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 7, Tambahan
MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5188);
Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 14, Pasal 73 Indonesia Nomor 5495);
ayat (4), Pasal 75, Pasal 94 ayat (1) dan Pasal 102 Peraturan 6. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintah Nomor 3 Tahun 2014 tentang Pelaksanaan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1997 tentang Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran
Ketransmigrasian sebagaimana telah diubah dengan Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana
Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2009 tentang Perubahan telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-
atas Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1997 tentang Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua
Ketransmigrasian, perlu menetapkan Peraturan Menteri atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
tentang Pembangunan dan Pengembangan Prasarana, Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran
Sarana, dan Utilitas Umum Kawasan Transmigrasi; Negara Republik Indonesia Nomor 5679);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 tentang
Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1997 tentang
Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara Republik
Ketransmigrasian (Lembaran Negara Republik Indonesia
Indonesia Nomor 4655);
Tahun 1997 Nomor 37 Tambahan Lembaran Negara
-3- -4-
primer yang berada dalam perencanaan kawasan d. tata cara pengembangan prasarana, sarana dan utilitas
strategis provinsi dan/atau nasional. umum Kawasan Transmigrasi.
35. Jalan Lingkungan Sekunder adalah jalan yang
menghubungkan lahan tempat tinggal dengan jalan lokal Pasal 4
primer yang berada dalam perencanaan kawasan Penyiapan lahan yang meliputi kegiatan penyediaan tanah,
strategis kabupaten. pembukaan dan pembersihan serta pembentukan dan
36. Menteri adalah Menteri yang menyelenggarakan urusan pematangan lahan, menjadi prasyarat pembangunan
pemerintahan di bidang pembangunan desa dan kawasan prasarana, sarana dan utilitas umum kawasan transmigrasi.
perdesaan, pemberdayaan masyarakat desa, percepatan
pembangunan daerah tertinggal, dan transmigrasi. Pasal 5
Pembangunan dan pengembangan prasarana, sarana dan
BAB II utilitas umum Kawasan Transmigrasi dilaksanakan pada:
TUJUAN, PRINSIP, DAN RUANG LINGKUP a. SP;
b. KPB; dan
Pasal 2 c. Jaringan prasarana dasar Kawasan Transmigrasi.
Peraturan Menteri ini bertujuan untuk:
a. menjamin agar pembangunan dan pengembangan BAB III
prasarana, sarana dan utilitas umum Kawasan JENIS PRASARANA, SARANA DAN UTILITAS UMUM
Transmigrasi dapat dilaksanakan sesuai fungsi dan KAWASAN TRANSMIGRASI
selaras dengan Rencana Kawasan Transmigrasi dan
Rencana Tata Ruang Wilayah; Bagian Kesatu
b. mewujudkan kelancaran dan ketertiban pelayanan Jenis Prasarana, Sarana dan Utilitas Umum Kawasan
umum di Kawasan Transmigrasi; dan Transmigrasi
c. mewujudkan kepastian hukum dalam pengelolaan
prasarana, sarana, utilitas umum dan jaringan prasarana Paragraf 1
dasar Kawasan Transmigrasi. Jenis Prasarana
Pasal 3 Pasal 6
Ruang lingkup pembangunan dan pengembangan prasarana, Jenis prasarana pada SP, Pusat SKP, KPB, dan Kawasan
sarana, dan utilitas umum Kawasan Transmigrasi meliputi: Transmigrasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf a,
a. penentuan jenis prasarana, sarana dan utilitas umum huruf b dan huruf c, meliputi:
Kawasan Transmigrasi; a. jaringan jalan dan saluran navigasi; dan
b. pengaturan jaringan prasarana dasar dan utilitas umum b. saluran drainase, pengendali air, dan saluran irigasi.
Kawasan Transmigrasi;
c. tata cara pembangunan fisik prasarana, sarana dan
utilitas umum Kawasan Transmigrasi; dan
- 11 - - 12 -
Pasal 7 Paragraf 2
(1) Jenis prasarana jaringan jalan pada SP dan Pusat SKP Jenis Sarana
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf a,
meliputi: Pasal 9
a. jalan lokal primer/sekunder; (1) Jenis sarana pada SP, Pusat SKP sebagaimana
b. jalan lingkungan primer/sekunder; dimaksud dalam Pasal 5 huruf a sampai dengan huruf c
c. jembatan; meliputi:
d. gorong-gorong; dan a. perumahan;
e. bangunan pelengkap lainnya. b. sarana pelayanan umum;
(2) Jenis prasarana jaringan jalan pada KPB sebagaimana c. sarana pelayanan pendidikan;
dimaksud dalam Pasal 6 huruf b, meliputi: d. sarana pelayanan kesehatan;
a. jalan kolektor sekunder (boulevard); e. sarana pasar; dan
b. jalan lokal sekunder antarzona ; f. sarana pusat percontohan.
c. jalan lingkungan sekunder; (2) Jenis sarana pada KPB sebagaimana dimaksud dalam
d. jembatan; Pasal 5 huruf a sampai dengan huruf c meliputi:
e. gorong-gorong; dan a. permukiman;
f. bangunan pelengkap lainnya. b. sarana pelayanan umum;
(3) Jenis prasarana jaringan jalan pada Kawasan c. sarana pendidikan;
Transmigrasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 d. sarana kesehatan;
huruf b, meliputi: e. sarana perdagangan dan jasa;
a. jalan kolektor primer/sekunder f. sarana industri pengolahan; dan
b. jalan lokal primer/sekunder g. sarana ruang terbuka hijau;
c. jembatan;
d. gorong-gorong; dan Pasal 10
e. bangunan pelengkap lainnya. (1) Jenis perumahan pada SP dan Pusat SKP sebagaimana
(4) Jenis prasarana saluran navigasi pada lahan basah dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf a, meliputi:
berfungsi sebagai prasarana transportasi ke luar a. rumah transmigran; dan
kawasan. b. rumah dinas petugas.
(2) Jenis permukiman pada KPB sebagaimana dimaksud
Pasal 8 dalam Pasal 9 ayat (2) huruf a, meliputi:
Jenis prasarana saluran drainase, pengendali air, dan a. permukiman perkotaan; dan
saluran irigasi pada SP, Pusat SKP, KPB dan Kawasan b. rumah pengelola kawasan.
Transmigrasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf c
sesuai dengan kebutuhan.
- 13 - - 14 -
Pasal 13
(1) Jenis sarana pelayanan kesehatan pada SP, Pasal 16
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf d Jenis sarana industri pengolahan pada KPB sebagaimana
adalah pos kesehatan desa (poskesdes). dimaksud dalam Pasal 9 ayat (2) huruf f, meliputi:
(2) Jenis sarana pelayanan kesehatan pada Pusat SKP a. industri pengolahan hasil pertanian;
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf d b. industri kecil rumah tangga; dan
Pasal 14 b. pertamanan;
dalam Pasal 9 ayat (1) huruf e adalah los pasar. d. pemakaman umum;
(2) Jenis sarana pasar pada Pusat SKP sebagaimana e. sempadan sungai; dan
dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf e meliputi: f. jalur pengaman jalan dan median jalan.
(4) Standar utilitas umum pada KPB mengacu kepada hasil yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
perencanaan teknis. Menteri ini.
BAB IV Pasal 25
PENGATURAN JARINGAN PRASARANA DASAR (1) Prasarana jalan antarzona dalam 1 (satu) KPB
KAWASAN TRANSMIGRASI sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (2) huruf b
adalah jalan yang menghubungkan setiap zona dengan
Pasal 23 zona lainnya pada KPB.
(1) Pembangunan jaringan prasarana dasar Kawasan (2) Pembangunan prasarana jalan antarzona dalam 1 (satu)
Transmigrasi diarahkan untuk mewujudkan Kawasan KPB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan
Transmigrasi menjadi satu kesatuan sistem pembangunan prasarana jalan lokal sekunder antarzona
Pengembangan. pada KPB.
(2) Pembangunan jaringan prasarana dasar Kawasan (3) Pembangunan jalan lokal sekunder antarzona pada KPB
Transmigrasi dilaksanakan dengan menyediakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dilaksanakan
prasarana jalan yang menghubungkan: bersamaan dengan pembangunan KPB.
a. antarSP dalam 1 (satu) SKP; (4) Standar pembangunan prasarana jalan lokal sekunder
b. antarzona dalam 1 (satu) KPB; antarzona pada KPB sebagaimana dimaksud pada ayat
c. antarSKP; dan (2) mengikuti ketentuan yang tercantum dalam Lampiran
d. antara SKP dengan KPB. VI huruf B yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari Peraturan Menteri ini.
Pasal 24
(1) Prasarana jalan antarSP dalam 1 (satu) SKP
Pasal 26
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (2) huruf a
(1) Prasarana jalan antarSKP sebagaimana dimaksud dalam
adalah jalan yang menghubungkan pusat desa dalam
Pasal 23 ayat (2) huruf c adalah jalan yang
suatu SP dengan pusat desa pada SP lainnya dalam 1
menghubungkan antara pusat SKP dengan pusat SKP
(satu) SKP.
lainnya dalam 1 (satu) kawasan.
(2) Pembangunan prasarana jalan antarSP dalam 1 (satu)
(2) Pembangunan prasarana jalan antar SKP sebagaimana
SKP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan
dimaksud pada ayat (1) merupakan pembangunan
pembangunan jalan lokal primer atau lokal sekunder
prasarana jalan kolektor primer atau kolektor sekunder
antarSP.
antarSKP.
(3) Pembangunan jalan lokal primer atau lokal sekunder
(3) Standar pembangunan prasarana jalan kolektor primer
antarSP sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
atau kolektor sekunder antarSKP sebagaimana dimaksud
dilaksanakan bersamaan dengan pembangunan SP-Baru.
pada ayat (2) mengikuti ketentuan pembangunan jalan
(4) Standar prasarana jalan lokal primer atau lokal sekunder
kolektor primer atau jalan kolektor sekunder antarSKP
antarSP sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mengikuti
tercantum dalam Lampiran V huruf C yang merupakan
ketentuan yang tercantum dalam Lampiran V huruf A
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
- 21 - - 22 -
Pasal 37 Pasal 38
(1) Pembangunan jaringan saluran drainase dan pengendali Pembangunan sarana pada SP-Baru sebagaimana dimaksud
air pada SP-Baru sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 dalam Pasal 32 ayat (3) huruf c meliputi:
huruf b meliputi: a. perumahan;
a. saluran drainase; b. sarana pelayanan umum;
b. irigasi sederhana; dan c. sarana pelayanan pendidikan;
c. normalisasi alur sungai. d. sarana pelayanan kesehatan;
(2) Pembangunan saluran drainase sebagaimana dimaksud e. sarana pasar; dan
pada ayat (1) huruf a dilakukan melalui tata urutan f. sarana percontohan.
kegiatan berikut:
a. pengukuran dan pematokan; Pasal 39
b. pembersihan rencana jalur saluran; dan (1) Pembangunan perumahan pada SP-Baru sebagaimana
c. pembuatan saluran. dimaksud dalam Pasal 38 huruf a, meliputi
(3) Pembangunan saluran irigasi sederhana sebagaimana pembangunan:
dimaksud pada ayat (1) huruf b dilakukan dengan tata a. rumah transmigran;
urutan kegiatan yang sama dengan pembangunan fisik b. rumah kepala unit; dan
jaringan saluran drainase sebagaimana dimaksud pada c. rumah petugas.
ayat (2), dengan perbedaan arah aliran pada saluran (2) Pembangunan rumah transmigran, rumah Kepala Unit
irigasi sederhana mengalir menuju lahan usaha dan/atau dan rumah Petugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
lahan tempat tinggal, sedangkan pada saluran drainase dengan konstruksi permanen meliputi:
air mengalir dari lahan usaha dan/atau lahan tempat a. bangunan non-panggung pada lahan kering; dan
tinggal menuju saluran pembuang. b. bangunan panggung pada lahan basah.
(4) Pembangunan normalisasi alur sungai sebagaimana (3) Pembangunan rumah transmigran, rumah Kepala Unit
dimaksud pada ayat (1) huruf c dilakukan melalui tata dan rumah Petugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
urutan kegiatan berikut: dilakukan dengan tata urutan sebagai berikut:
a. pembersihan alur sungai; dan a. persiapan;
b. penggalian dan pengerukan sedimen dan/atau b. pekerjaan pondasi;
pembuatan sodetan. c. pekerjaan konstruksi bangunan; dan
(5) Tata cara pelaksanaan pembangunan fisik saluran d. pekerjaan finishing.
drainase, saluran irigasi sederhana, dan normalisasi alur (4) Tata cara pelaksanaan pembangunan rumah
sungai sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), transmigran, rumah Kepala Unit dan rumah Petugas
ayat (3) dan ayat (4) dilakukan mengikuti aturan yang pada SP-Baru sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat
tercantum dalam Lampiran VII huruf B yang merupakan (2), dan ayat (3) dilakukan mengikuti aturan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini. sebagaimana tercantum dalam Lampiran VIII yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Menteri ini.
- 29 - - 30 -
Pasal 40 (3) Sarana air bersih (SAB) pada lahan basah sebagaimana
(1) Pembangunan sarana pelayanan umum pada SP-Baru dimaksud pada ayat (1) huruf b disesuaikan dengan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1) huruf a kondisi masing-masing lokasi dengan alternatif sebagai
sampai dengan huruf f dengan konstruksi permanen, berikut:
meliputi: a. gentong plastik; dan
a. bangunan non-panggung pada lahan kering; dan b. SAB non standar sumur dalam dan gentong plastik;
b. bangunan panggung pada lahan basah. (4) Tata cara pelaksanaan pembangunan SAB standar
(2) Pembangunan sarana pelayanan umum pada SP-Baru sumur gali dan standar pompa tangan sebagaimana
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan dimaksud pada ayat (2) huruf a dan huruf b, dilakukan
tata urutan sebagai berikut: mengikuti aturan yang tercantum dalam Lampiran IX
a. persiapan; huruf A angka 2 yang merupakan bagian tidak
b. pekerjaan pondasi; terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
c. pekerjaan konstruksi bangunan; dan (5) Tata cara pelaksanaan pembangunan SAB non-standar
d. pekerjaan finishing. perpipaan gravitasi, non-standar sumur dalam, non-
(3) Tata cara pelaksanaan pembangunan sarana standar pompa hydran sebagaimana dimaksud pada ayat
pelayanan umum pada SP-Baru sebagaimana dimaksud (2) huruf c, d, dan e, dan ayat (3) huruf b dan huruf c
pada ayat (1) dan ayat (2) dilakukan mengikuti aturan dilakukan berdasarkan Perencanaan Teknis.
sebagaimana tercantum dalam Lampiran IX huruf A
angka 1 yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Pasal 42
Peraturan Menteri ini. (1) Pembangunan dermaga sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 11 ayat (1) huruf h dilakukan dengan tata urutan
Pasal 41 sebagai berikut:
(1) Pelayanan sarana air bersih pada SP-Baru sebagaimana a. pengukuran dan pematokan;
dimaksud dalam Pasal 11 huruf g dibedakan b. pembersihan lokasi;
berdasarkan: c. pemancangan tiang;
a. pola permukiman transmigrasi lahan kering; dan d. pemasangan gelagar; dan
b. pola permukiman transmigrasi lahan basah. e. pemasangan lantai dermaga.
(2) Sarana air bersih (SAB) pada lahan kering sebagaimana (2) Pembangunan dermaga pada SP-Baru sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a disesuaikan dengan dimaksud pada ayat (1) dilakukan mengikuti aturan yang
kondisi potensi air pada masing-masing lokasi dengan tercantum dalam Lampiran IX huruf A angka 3 yang
alternatif sebagai berikut: merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
a. SAB standar sumur gali; Menteri ini.
b. SAB standar pompa tangan;
c. SAB non-standar perpipaan gravitasi; Pasal 43
d. SAB non-standar sumur dalam; dan (1) Pembangunan sarana pelayanan umum pada SP-Baru
e. SAB non-standar pompa hydram. sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1) huruf i
- 31 - - 32 -
(2) Tata cara pelaksanaan pembangunan los pasar SP d. rehabilitasi, peningkatan, pembangunan baru sarana
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan pelayanan umum, pendidikan, kesehatan, pasar, dan
mengikuti tata cara pembangunan tercantum dalam pusat percontohan; dan
Lampiran IX huruf D yang merupakan bagian tidak e. rehabilitasi, peningkatan, dan/atau pembangunan
terpisahkan dari Peraturan Menteri ini. prasarana.
(3) Pemugaran rumah penduduk setempat sebagaimana
Pasal 49 dimaksud pada ayat (2) huruf a dilaksanakan di atas
(1) Pembangunan sarana percontohan sebagaimana tanah yang berada dalam penguasaan atau
dimaksud dalam Pasal 38 huruf f berupa lahan kepemilikan penduduk di permukiman yang
percontohan lahan kering atau lahan percontohan lahan bersangkutan.
basah terdiri dari: (4) Pembangunan rumah penduduk setempat sebagaimana
a. lahan percontohan pertanian (demplot); dan dimaksud pada ayat (2) huruf b dilaksanakan di atas
b. ruang pertemuan terbuka (saung). tanah yang berada dalam penguasaan atau kepemilikan
(2) Tata cara pelaksanaan pembangunan sarana penduduk di permukiman yang bersangkutan pada SP-
percontohan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pugar.
dilaksanakan mengikuti tata cara pembangunan lahan (5) Pembangunan rumah transmigran sebagaimana
percontohan berdasarkan Lampiran IX huruf E yang dimaksud pada ayat (2) huruf c dilaksanakan di atas
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan tanah Hak Pengelolaan pada permukiman baru SP Pugar.
Menteri ini. (6) Rehabilitasi, peningkatan, dan/atau pembangunan
prasarana sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf d
Paragraf 2 dilaksanakan di permukiman yang bersangkutan dan
Pembangunan SP-Pugar permukiman baru pada SP-Pugar.
Pasal 50 Pasal 51
(1) Pembangunan SP-Pugar sebagaimana dimaksud dalam (1) Rehabilitasi, peningkatan, dan/atau pembangunan
Pasal 29 ayat (4) huruf b diarahkan untuk prasarana dan sarana pada SP-Pugar sebagaimana
mengembangkan potensi sumber daya permukiman dimaksud dalam Pasal 51 dilakukan berdasarkan hasil
penduduk setempat menjadi SP yang berfungsi sebagai perencanaan teknis SP-Pugar yang bersangkutan.
tempat tinggal, tempat bekerja, dan tempat berusaha (2) Rehabilitasi dan/atau peningkatan prasarana dan sarana
(2) Pembangunan prasarana dan sarana SP-Pugar dan huruf e dilakukan apabila pada permukiman
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: penduduk setempat dalam SP-Pugar telah terdapat
a. pemugaran rumah penduduk setempat; prasarana dan sarana tertentu yang belum memenuhi
(3) Tata cara pelaksanaan rehabilitasi prasarana dan sarana Bagian Kedua
di SP-Pugar dilaksanakan dengan memperhatikan Pembangunan KPB
kearifan lokal.
(4) Tata cara pelaksanaan peningkatan prsarana dan sarana Pasal 53
di SP-Pugar dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan Pembangunan KPB sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28
sebagaimana ditetapkan pada Rencana Teknis SP-Pugar. huruf b dilaksanakan dengan menyediakan:
(5) Pembangunan prasarana dan sarana pada SP-Pugar a. zona permukiman;
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 51 dilakukan sesuai b. zona industri;
dengan kebutuhan dan standar pelayanan minimum c. zona perdagangan dan jasa;
prasarana dan sarana yang sama dengan SP-Baru. d. zona pelayanan umum;
e. ruang terbuka hijau;
Paragraf 3 f. jaringan prasarana antarzona dalam KPB; dan
Pembangunan SP-Tempatan g. utilitas umum.
Pasal 52 Pasal 54
(1) Pembangunan SP-Tempatan sebagaimana dimaksud (1) Penyediaan zona permukiman sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 29 ayat (4) huruf c diarahkan untuk dalam Pasal 54 huruf a dilaksanakan dengan
mengintegrasikan SP Tempatan dengan SP lain menjadi menyiapkan lingkungan siap bangun untuk permukiman
satu kesatuan SKP. perkotaan.
(2) Pembangunan SP-Tempatan sebagaimana dimaksud (2) Zona permukiman sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
pada ayat (1) dilaksanakan dengan rehabilitasi, terdiri dari:
peningkatan, dan/atau pembangunan prasarana dan a. permukiman masyarakat TSM; dan
sarana. b. permukiman komersial.
(3) Rehabilitasi, peningkatan dan/atau pembangunan (3) Permukiman masyarakat TSM sebagaimana dimaksud
prasarana dan sarana sebagaimana dimaksud pada pada ayat (2) huruf a dilakukan dengan menyediakan
ayat (2) dilakukan berdasarkan hasil musyawarah yang lingkungan permukiman berupa lahan siap bangun yang
telah dituangkan dalam Rencana Teknis SP-Tempatan. telah dilengkapi dengan prasarana jalan.
(4) Tata cara pelaksanaan rehabilitasi, peningkatan (4) Tata cara pelaksanaan pembangunan fisik permukiman
dan/atau pembangunan prasarana dan sarana SP- komersial sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b
Tempatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan dilaksanakan bekerjasama dengan pengembang.
ayat (2) mengikuti tata cara pelaksanaan pembangunan
prasarana dan sarana SP-Pugar sebagaimana dimaksud Pasal 55
dalam Pasal 52. (1) Penyediaan zona industri sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 54 huruf b dilaksanakan dengan fasilitasi
penyediaan ruang untuk pengembangan industri, dan
fasilitas pendukungnya.
- 37 - - 38 -
(2) Zona industri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) (2) Distribusi ruang terbuka hijau publik pada wilayah kota
disediakan untuk mendukung kegiatan sektor sekunder sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disesuaikan dengan
yang meliputi industri pengolahan dan manufaktur. sebaran penduduk dan hierarki pelayanan dengan
memperhatikan rencana struktur dan pola tata ruang.
Pasal 56
(1) Penyediaan zona perdagangan dan jasa pada KPB Pasal 60
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 54 huruf c (1) Penyediaan jaringan prasarana antarzona dalam KPB
dilaksanakan dengan fasilitasi penyediaan ruang untuk sebagaimana dimaksud dalam Pasal 54 huruf f
perdagangan dan jasa, serta fasilitas pendukungnya. dilaksanakan dengan pembangunan jaringan prasarana
(2) Pada zona perdagangan dan jasa sebagaimana dimaksud yang menghubungkan antarzona dalam KPB.
pada ayat (1) disediakan ruang untuk pembangunan: (2) Jaringan prasarana yang menghubungkan antarzona
a. sarana pelayanan perdagangan dan jasa; dan dalam KPB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah
b. sarana kegiatan usaha ekonomi. berupa jalan lokal sekunder antarzona.
(3) Jalan lokal sekunder di KPB sebagaimana dimaksud
Pasal 57 pada ayat (2) dibangun dengan standar yang lebih tinggi
Tata cara pelaksanaan pembangunan fisik zona industri, dari jalan lokal primer di SP, sebagaimana tercantum
sarana pelayanan perdagangan dan jasa serta sarana dalam Lampiran I yang merupakan bagian tidak
kegiatan usaha ekonomi pada KPB sebagaimana dimaksud terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
dalam Pasal 56 ayat (2) dan Pasal 57 ayat (2) huruf a dan (4) Pembangunan jalan lokal sekunder antarzona
huruf b dilaksanakan berdasarkan hasil perencanaan teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan
dan DED yang mengikuti standar masing-masing Lintas mengikuti tata cara tercantum dalam Lampiran X yang
Sektor terkait. merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Menteri ini.
Pasal 58 Pasal 61
(1) Penyediaan zona pelayanan umum sebagaimana Penyediaan utilitas umum pada KPB sebagaimana dimaksud
dimaksud dalam Pasal 54 huruf d dilaksanakan dengan dalam Pasal 54 huruf g, dikoordinasikan dengan lintas
pembangunan: sektor terkait.
a. sarana pelayanan umum;
b. sarana pelayanan pendidikan; dan
c. sarana pelayanan kesehatan.
Pasal 59
(1) Penyediaan ruang terbuka hijau sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 54 huruf e terdiri dari ruang terbuka hijau
publik dan ruang terbuka hijau privat.
- 39 - - 40 -
BAB VI
PENGEMBANGAN PRASARANA, SARANA DAN Bagian Kedua
UTILITAS UMUM KAWASAN TRANSMIGRASI Tahapan dan Jenis Pengembangan Prasarana, Sarana dan
Utilitas Umum
Bagian Kesatu
Pasal 63
Tujuan Pengembangan Prasarana, Sarana dan Utilitas
(1) Pengembangan prasarana, sarana dan utilitas umum
Umum
pada SP, Pusat SKP dan KPB sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 62 ayat (1) meliputi tahapan:
Pasal 62 a. pemeliharaan;
(1) Pengembangan prasarana, sarana dan utilitas umum b. rehabilitasi;
Kawasan Transmigrasi meliputi pengembangan pada: c. peningkatan; dan
a. SP; d. pembangunan baru.
b. Pusat SKP; (2) Jenis prasarana yang dikembangkan pada Kawasan
c. SKP; Transmigrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
d. KPB; dan adalah sama dengan jenis prasarana yang dibangun
e. Kawasan Transmigrasi. sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 sampai dengan
(2) Tujuan dari pengembangan prasarana, sarana dan Pasal 8.
utilitas umum Kawasan Transmigrasi sebagaimana (3) Jenis sarana yang dikembangkan pada Kawasan
dimaksud pada ayat (1) adalah: Transmigrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
a. mewujudkan keberadaan prasarana, sarana dan adalah sama dengan jenis sarana yang dibangun
utilitas umum yang terpelihara dan tetap berfungsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 sampai
sesuai dengan standar pelayanan yang dibutuhkan; dengan Pasal 10.
b. mengembangkan prasarana, sarana dan utilitas (4) Jenis utilitas umum yang dikembangkan pada Kawasan
umum sesuai dengan kebutuhan perkembangan dan Transmigrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
pertumbuhan masyarakat; adalah sama dengan jenis utilitas umum yang dibangun
c. mengembangkan sistem pengelolaan prasarana, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18.
sarana dan utilitas umum yang efektif dan efisien;
d. mewujudkan kerjasama yang terpadu dan harmonis Paragraf 1
antara para pihak yang terlibat yaitu Pemerintah Pemeliharaan
Daerah, Masyarakat, dan Badan Usaha dalam
pengembangan prasarana, sarana dan utilitas umum; Pasal 64
dan (1) Pemeliharaan prasarana, sarana dan utilitas umum
e. meningkatkan kompetensi aparat di Pusat dan Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 63 ayat (1) huruf a
dalam merencanakan, melaksanakan dan merupakan segala bentuk tindakan pencegahan
mengendalikan pengembangan prasarana, sarana dan penurunan kondisi dan fungsi prasarana, sarana dan
utilitas umum kawasan transmigrasi. utilitas umum untuk mempertahankan atau
- 41 - - 42 -
memperpanjang umur rencana dan dilakukan setelah (3) Pelaksanaan rehabilitasi prasarana pada SP dan Pusat
selesai proses pembangunan. SKP dilakukan dengan cara tercantum dalamLampiran
(2) Pemeliharaan prasarana pada SP, Pusat SKP, dan KPB XIII yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan secara Peraturan Menteri ini.
terus menerus oleh masyarakat, Pemerintah Daerah, (4) Pelaksanaan rehabilitasi sarana pada SP dan Pusat SKP
dan/atau Pemerintah setelah selesai proses dilakukan dengan cara tercantum dalam Lampiran XIV
pembangunan dengan cara tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
XI yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Menteri ini.
Peraturan Menteri ini. (5) Rehabilitasi utilitas umum pada SP, Pusat SKP dan KPB
(3) Pemeliharaan sarana pada SP, Pusat SKP, dan KPB sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan oleh
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan secara lintas sektor terkait.
terus menerus oleh masyarakat, Pemerintah Daerah,
dan/atau Pemerintah setelah selesai proses Pasal 66
pembangunan dengan cara tercantum dalam Lampiran (1) Jenis prasarana pada SP, Pusat SKP, KPB, dan Kawasan
XII yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Transmigrasi yang dapat direhabilitasi sebagaimana
Peraturan Menteri ini. dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan
(3) Pemeliharaan utilitas umum pada SP, Pusat SKP dan ayat (4).
KPB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh (2) Rehabilitasi prasarana pada SP, Pusat SKP, KPB, dan
lintas sektor terkait. Kawasan Transmigrasi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 63 ayat (1) huruf b dilakukan oleh Pemerintah,
Paragraf 2 Pemerintah Daerah, dan/atau oleh masyarakat.
Rehabilitasi (3) Pelaksanaan rehabilitasi prasarana pada KPB dan
Kawasan Transmigrasi dilakukan dengan cara tercantum
Pasal 65 dalam Lampiran XV yang merupakan bagian tidak
(1) Rehabilitasi prasarana, sarana dan utilitas umum terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 63 ayat (1) huruf b
merupakan kegiatan perbaikan fisik terhadap prasarana,
Pasal 67
sarana dan utilitas umum yang telah mengalami
(1) Jenis sarana pada SP, Pusat SKP, dan KPB yang dapat
kerusakan atau penurunan fungsi pelayanan untuk
direhabilitasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11
dikembalikan kepada kondisi semula.
ayat (1), ayat (2), dan ayat (3).
(2) Rehabilitasi prasarana, sarana dan utilitas umum pada
(2) Rehabilitasi sarana pada SP, Pusat SKP, dan KPB,
SP, Pusat SKP dan KPB sebagaimana dimaksud pada
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 63 ayat (1) huruf b
ayat (1) dilakukan semenjak tahun ke-3 setelah dibangun
dilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah,
oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah atau/atau Badan
dan/atau oleh masyarakat.
Usaha sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
(4) Pelaksanaan Rehabilitasi sarana pada Pusat SKP dan
undangan.
KPB dilakukan dengan cara tercantum dalam Lampiran
- 43 - - 44 -
XVI yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari (2) Peningkatan prasarana pada SP, Pusat SKP, KPB, dan
Peraturan Menteri ini. Kawasan Transmigrasi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah,
Paragraf 3 dan/atau oleh masyarakat.
Peningkatan
Pasal 70
Pasal 68 (1) Jenis sarana yang dapat ditingkatkan pada SP meliputi
(1) Peningkatan prasarana, sarana dan utilitas umum balai desa, Sarana Air Bersih, Sekolah Dasar, dan rumah
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 63 ayat (1) huruf c ibadah.
merupakan kegiatan untuk meningkatkan kualitas dan (2) Jenis sarana yang dapat ditingkatkan pada Pusat SKP
kuantitas prasarana, sarana dan utilitas umum yang meliputi kantor desa utama, balai desa utama, Sarana
sudah ada. Air Bersih, rumah ibadah, Sekolah Dasar/Madrasah
(2) Peningkatan dilakukan apabila prasarana, sarana dan Ibtidaiyah, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama/Madrasah
utilitas umum sudah tidak dapat memenuhi kebutuhan Tsanawiyah, Puskesmas, kantor koperasi, rumah
masyarakat akibat terjadinya peningkatan aktivitas sosial wirausaha, los pasar, subterminal dan/atau dermaga,
dan ekonomi. industri kecil rumah tangga, industri pengolahan bahan
(3) Peningkatan prasarana, sarana dan utilitas umum pada mentah menjadi setengah jadi, toko sarana produksi
SP, Pusat SKP, KPB, dan Kawasan Transmigrasi pertanian.
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh (3) Jenis sarana yang dapat ditingkatkan pada KPB meliputi
Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah, dan Badan kantor polisi sektor, kantor pengelola, pusat peribadatan,
Usaha sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah, Sekolah Lanjutan
undangan. Tingkat Pertama/Madrasah Tsanawiyah Sekolah
(4) Pelaksanaan peningkatan prasarana pada SP dan Pusat Menengah Atas/Madrasah Aliyah, Puskesmas dengan
SKP dilakukan dengan cara tercantum dalam Lampiran tempat perawatan, pasar grosir, pasar harian, terminal
XVII yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari dan/atau dermaga, pusat olahraga dan kesenian,
Peraturan Menteri ini. instalasi air bersih, instalasi pengolahan air limbah,
(5) Pelaksanaan peningkatan prasarana pada KPB dan tempat pengolahan sampah terpadu, gedung jasa
Kawasan Transmigrasi dilakukan dengan cara tercantum keuangan dan perbankan cabang unit, gedung
dalam Lampiran XVIII yang merupakan bagian tidak perdagangan sarana produksi pertanian, gedung pusat
terpisahkan dari Peraturan Menteri ini. pelayanan koperasi, rumah wirausaha, industri
pengolahan hasil pertanian, pengolahan limbah industri.
Pasal 69 (4) Peningkatan sarana pada SP, Pusat SKP, dan KPB
(1) Jenis prasarana pada SP, Pusat SKP, KPB, dan Kawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat
Transmigrasi yang dapat ditingkatkan sebagaimana (3) dilakukan oleh masyarakat, Pemerintah, dan/atau
dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan Pemerintah Daerah.
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan (3) Peningkatan fungsi SP sebagai Pusat SKP sebagaimana
Menteri ini. dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan setelah terdapat
(6) Pelaksanaan peningkatan sarana Pusat SKP dan KPB paling sedikit 3 (tiga) SP dalam SKP yang bersangkutan.
dilakukan dengan cara tercantum dalam Lampiran XX
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Pasal 73
Menteri ini. (1) Pembangunan baru prasarana pada Pusat SKP dengan
jenis prasarana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7
Paragraf 4 ayat (1) dan Pasal 8, dilaksanakan berdasarkan hasil
Pembangunan Baru rencana teknik detail prasarana Pusat SKP.
(2) Pembangunan baru sarana pada Pusat SKP dilakukan
Pasal 71
untuk melengkapi kebutuhan sarana dalam rangka
(1) Pembangunan baru prasarana, sarana dan utilitas
peningkatan fungsi SP menjadi Pusat SKP, dengan jenis
umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 70 ayat (1)
sarana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1),
huruf d dilakukan apabila tingkat perekonomian dan
Pasal 10 ayat (1) Pasal 11 ayat (2), Pasal 12 ayat (2),
sosial budaya masyarakat sudah sangat berkembang,
Pasal 13 ayat (2), dan Pasal 14 ayat (2) dilaksanakan
sehingga membutuhkan prasarana, sarana dan utilitas
berdasarkan hasil rencana teknis detail sarana Pusat
umum baru.
SKP.
(2) Pembangunan baru sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
(3) Pembangunan baru utilitas umum pada pusat SKP
meliputi:
dengan jenis utilitas umum sebagaimana dimaksud
a. pembangunan baru pada SP yang ditingkatkan
dalam Pasal 18 ayat (1) dilaksanakan oleh lintas sektor
fungsinya sebagai Pusat SKP;
terkait.
b. pembangunan baru yang diarahkan pada
pembangunan KPB; dan
Pasal 74
c. pembangunan jaringan prasarana dasar Kawasan
(1) Pembangunan baru prasarana, sarana, dan utilitas
Transmigrasi.
umum KPB sebagaimana dimaksud dalam Pasal 71 ayat
(2) huruf a diarahkan untuk mewujudkan KPB menjadi
Pasal 72
Pusat Pelayanan Kawasan Transmigrasi (PPKT).
(1) Pembangunan baru prasarana, sarana, dan utilitas
(2) Pembangunan KPB sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
umum SP sebagai Pusat SKP sebagaimana dimaksud
dilaksanakan setelah terdapat paling sedikit 2 (dua) SKP
dalam Pasal 72 ayat (2) huruf a diarahkan untuk
dalam 1 (satu) Kawasan Transmigrasi.
meningkatkan fungsi SP menjadi Pusat Pelayanan
(3) Pembangunan baru prasarana, sarana dan utilitas umum
Lingkungan Transmigrasi (PPLT).
pada KPB dengan jenis sebagaimana dimaksud dalam
(2) Peningkatan fungsi SP sebagaimana dimaksud pada ayat
Pasal 7 ayat (2), Pasal 8, Pasal 9 ayat (2), Pasal 10 ayat
(1) dilaksanakan dengan membangun untuk melengkapi
(2), Pasal 11 ayat (3), Pasal 12 ayat (3), Pasal 13 ayat (3),
prasarana dan sarana serta utilitas umum yang telah
Pasal 16, Pasal 17 dan Pasal 18 ayat (2) dilaksanakan
ada.
berdasarkan hasil rencana teknik detail prasarana,
sarana, dan utilitas umum KPB serta SPM sektor.
- 47 - - 48 -
(4) Pembangunan baru prasarana, sarana dan utilitas umum XXI yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
pada KPB sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilakukan Peraturan Menteri ini.
oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau oleh
BAB VII
masyarakat.
PENDANAAN
Pasal 75
Pasal 77
Pembangunan jaringan prasarana dasar Kawasan
(1) Pendanaan pembangunan dan pengembangan
Transmigrasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 71 ayat (2)
prasarana, sarana dan utilitas umum di Kawasan
dilaksanakan dengan menyediakan prasarana yang
Transmigrasi dilaksanakan berdasarkan prinsip efektif,
menghubungkan:
efisien, akuntabel, transparan dan berkelanjutan.
a. antarSP dalam 1 (satu) SKP;
(2) Pendanaan pembangunan dan pengembangan
b. antarzona dalam 1 (satu) KPB;
prasarana, sarana dan utilitas umum di Kawasan
c. antarSKP; dan
Transmigrasi dapat bersumber dari APBN, APBD
d. antara SKP dengan KPB.
dan/atau sumber dana lain yang sah.
(3) Pengelolaan dana pembangunan dan pengembangan
Pasal 76
prasarana, sarana dan utilitas uum di kawasan
(1) Pembangunan jaringan jalan antarSP dalam 1 (satu)
Transmigrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
SKP dilaksanakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
(2) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
24 ayat (1), ayat (2), ayat (3) dan ayat (4).
perundang-undangan.
(2) Pembangunan jalan antarzona dalam 1 (satu) KPB
dilaksanakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25
BAB VIII
ayat (1), ayat (2), ayat (3) dan ayat (4).
PEMANTAUAN DAN PENGENDALIAN
(3) Pembangunan jalan antarSKP dilaksanakan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 ayat (1), ayat (2),
Pasal 78
dan ayat (3).
(1) Setiap satuan kerja di Pusat, Provinsi dan
(4) Pembangunan jalan antara SKP dengan KPB
Kabupaten/Kota yang mendapatkan alokasi anggaran
dilaksanakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27
pembangunan dan pengembangan prasarana, sarana dan
ayat (1), dan ayat (2).
utilitas umum Kawasan Transmigrasi wajib melakukan
(5) Pembangunan jaringan prasarana dasar Kawasan
pemantauan dan pengendalian sesuai dengan sasaran
Transmigrasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75
yang dicapai.
dilaksanakan berdasarkan rencana teknik detail
(2) Laporan pembangunan dan pengembangan prasarana,
prasarana Kawasan Transmigrasi.
sarana dan utilitas umum Kawasan Transmigrasi yang
(6) Tata cara pelaksanaan pembangunan fisik jaringan
disampaikan meliputi:
prasarana dasar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75
a. laporan realisasi fisik dan keuangan kegiatan
baik pada lahan kering maupun lahan basah
pembangunan dan pengembangan prasarana, sarana
mengikuti ketentuan yang tercantum dalam Lampiran
dan utilitas umum Kawasan Transmigrasi dibuat oleh
- 49 - - 50 -
setiap satker baik provinsi maupun kabupaten/kota, b. laporan evaluasi kinerja, yaitu laporan pelaksanaan
yang dikirim paling lambat tanggal 10 setiap kegiatan pembangunan dan pengembangan prasarana,
bulannya; sarana, dan utilitas umum Kawasan Transmigrasi
b. laporan evaluasi kinerja, yaitu laporan pelaksanaan selama 1 (satu) tahun anggaran, meliputi capaian
kegiatan pembangunan dan pengembangan pelaksanaan kinerja, penerapan kebijakan,
prasarana, sarana, dan utilitas umum Kawasan permasalahan dan tindak lanjut penyelesaian serta
Transmigrasi selama 1 (satu) tahun anggaran, manfaat kegiatan pembangunan dan pengembangan
meliputi: capaian pelaksanaan kinerja, penerapan prasarana, sarana dan utilitas umum Kawasan
kebijakan, permasalahan dan tindak lanjut Transmigrasi, dikirim paling lambat 15 hari setelah
penyelesaian serta manfaat kegiatan pembangunan tahun anggaran berakhir; dan
dan pengembangan prasarana, sarana dan utilitas c. format laporan realisasi fisik dan keuangan serta
umum Kawasan Transmigrasi, dikirim paling lambat laporan evaluasi kinerja kegiatan pembangunan dan
15 hari setelah tahun anggaran berakhir; dan pengembangan prasarana, sarana dan utilitas umum
c. format laporan realisasi fisik dan keuangan serta Kawasan Transmigrasi mengikuti ketentuan peraturan
laporan evaluasi kinerja kegiatan pembangunan dan perundang-undangan.
pengembangan prasarana, sarana dan utilitas umum
Kawasan Transmigrasi mengikuti ketentuan
peraturan perundang-undangan.
BAB IX
PELAPORAN
Pasal 79
(1) Bupati/Walikota berkewajiban untuk menyampaikan
laporan pelaksanaan pembangunan dan pengembangan
prasarana, sarana dan utilitas umum di Kawasan
Transmigrasi di daerahnya kepada Gubernur.
(2) Gubernur berkewajiban untuk menyampaikan laporan
pelaksanaan pembangunan dan pengembangan
prasarana, sarana dan utilitas umum di Kawasan
Transmigrasi di daerahnya kepada Menteri yang
bertanggung jawab di bidang urusan ketransmigrasian.
(3) Laporan pembangunan dan pengembangan prasarana,
sarana dan utilitas umum Kawasan Transmigrasi yang
disampaikan meliputi:
a. laporan realisasi fisik dan keuangan kegiatan dikirim
paling lambat tanggal 10 setiap bulannya;
- 51 - - 52 -
MENTERI DESA,
PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN
TRANSMIGRASI
REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 15 Desember 2016
DIREKTUR JENDERAL
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
WIDODO EKATJAHJANA