id/
http://jdih.pemalangkab.go.id/
BUPATI PEMALANG
TENTANG
BUPATI PEMALANG,
2
http://jdih.pemalangkab.go.id/
http://jdih.pemalangkab.go.id/
MEMUTUSKAN :
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
4
http://jdih.pemalangkab.go.id/
http://jdih.pemalangkab.go.id/
17. Gelandangan adalah orang yang hidup dalam keadaan tidak sesuai
dengan kehidupan normal yang layak dalam masyarakat setempat, serta
tidak mempunyai tempat tinggal dan pekerjaan yang tetap di wilayah
tertentu dan hidup mengembara di tempat umum serta mengganggu
Ketertiban, Kebersihan dan Keindahan.
18. Pengemis adalah orang yang mendapatkan penghasilan dengan meminta-
minta dimuka umum dengan berbagai cara dan alasan untuk mengharap
belas kasihan dari orang lain di jalanan atau di tempat-tempat umum
lainnya.
19. Pengamen adalah orang yang mengharapkan pemberian uang dari orang
lain dengan cara menari, menyanyi, dan/atau memainkan alat/alat
musik di jalanan atau di tempat-tempat umum lainnya.
20. Pekerja jalanan adalah orang yang mengharapkan pemberian uang dari
orang lain dengan cara menawarkan barang atau jasa tertentu di jalanan
atau di tempat-tempat umum lainnya.
21. Anak Jalanan adalah anak yang melewatkan atau memanfaatkan
sebagian besar waktunya dijalanan untuk melakukan kegiatan hidup
sehari-harinya, di jalanan atau di tempat-tempat umum lainnya.
22. Tuna Susila adalah orang yang mengadakan hubungan seksual tanpa
didasari dengan perkawinan yang sah dengan mengharapkan
imbalan/upah sebagai balas jasa dan mengganggu ketertiban umum.
23. Persil adalah sebidang tanah dengan atau tanpa bangunan dalam wilayah
Daerah baik untuk tempat tinggal, tempat usaha maupun kegiatan
lainnya, kecuali makam.
24. Sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam
yang berbentuk padat yang terdiri atas sampah rumah tangga maupun
sampah sejenis sampah rumah tangga.
25. Tempat sampah adalah wadah penampungan sampah yang berupa
bak/bin/tong/kantong/keranjang sampah.
26. Tempat Penampungan Sementara yang selanjutnya disingkat TPS adalah
tempat sebelum sampah diangkut ke tempat pendauran ulang,
pengolahan dan/atau tempat pengolahan sampah terpadu.
27. Tempat Pemrosesan Akhir yang selanjutnya disingkat TPA adalah tempat
untuk memproses dan mengembalikan sampah ke media lingkungan
secara aman bagi manusia dan lingkunagan.
28. Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian
jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang
diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, di
atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan/atau air, serta di
atas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori dan jalan kabel.
29. Ruang Milik Jalan adalah sejalur tanah tertentu diluar ruang manfaat
jalan yang dibatasi dengan tanda batas ruang milik jalan yang
dimaksudkan untuk memenuhi persyaratan keluasan keamanan
penggunaan jalan dan diperuntukan bagi ruang manfaat jalan, pelebaran
jalan dan penambahan jalur lalu lintas di masa akan datang serta
kebutuhan ruangan untuk pengamanan jalan.
30. Bahu Jalan adalah ruang sepanjang dan terletak bersebelahan dengan
tepi luar perkerasan jalan atau jalur lintas yang berfungsi sebagai
ambang pengamanan jalan.
31. Jalur hijau adalah setiap jalur, tanah yang terbuka tanpa bangunan yang
diperuntukan untuk pelestarian lingkungan.
5
http://jdih.pemalangkab.go.id/
http://jdih.pemalangkab.go.id/
6
http://jdih.pemalangkab.go.id/
http://jdih.pemalangkab.go.id/
49. Angkutan umum adalah angkutan yang memenuhi syarat dan memiliki
ijin sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku yang diperuntukan
melayani transportasi masyarakat baik bermotor atau tidak bermotor.
50. Tanda Daftar Usaha yang selanjutnya disebut TDU, adalah surat yang
dikeluarkan oleh pejabat yang ditunjuk sebagai tanda bukti pendaftaran
usaha PKL sekaligus sebagai alat kendali untuk pemberdayaan dan
pengembangan usaha PKL di lokasi yang ditetapkan oleh pemeritah
daerah.
51. Penyidik Pegawai Negeri Sipil, yang selanjutnya disingkat PPNS adalah
Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemerintah
Kabupaten yang diberi wewenang oleh Undang-Undang untuk melakukan
penyidikan atas pelanggaran peraturan daerah.
BAB II
KETERTIBAN
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 2
Pasal 3
Bagian Kedua
Tertib Jalan, Fasilitas Umum, Fasilitas Sosial, Jalur Hijau
Dan Ruang Terbuka Hijau
Pasal 4
(1) Setiap orang berhak menikmati kenyamanan berjalan dan berlalu lintas
di jalan, menggunakan fasilitas umum, fasilitas sosial serta menikmati
jalur hijau dan ruang terbuka hijau yang disediakan oleh Pemerintah atau
Pemerintah Daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
(2) Untuk melindungi hak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pemerintah
Daerah melakukan penertiban penggunaan jalan, fasilitas umum, fasilitas
sosial, jalur hijau dan ruang terbuka hijau.
7
http://jdih.pemalangkab.go.id/
http://jdih.pemalangkab.go.id/
Paragraf 1
Penertiban Penggunaan Jalan
Pasal 5
Paragraf 2
Penertiban Penggunaan Fasilitas Umum dan Fasilitas Sosial
Pasal 6
8
http://jdih.pemalangkab.go.id/
http://jdih.pemalangkab.go.id/
Paragraf 3
Penertiban Penggunaan Jalur Hijau dan Ruang Terbuka Hijau
Pasal 7
Bagian Ketiga
Tertib Lingkungan
Pasal 8
9
http://jdih.pemalangkab.go.id/
http://jdih.pemalangkab.go.id/
Bagian Keempat
Tertib Sungai, Saluran Air dan Sumber air
Pasal 9
10
http://jdih.pemalangkab.go.id/
http://jdih.pemalangkab.go.id/
Bagian Kelima
Tertib Penghuni Bangunan
Pasal 10
Bagian Keenam
Tertib Tuna Sosial dan Anak Jalanan
Pasal 11
(3) Untuk mewujudkan Tertib Tuna Sosial dan Anak Jalanan, setiap orang
dilarang :
a. menggelandang/mengemis di tempat dan di muka umum serta
fasilitas sosial lainnya;
b. mengamen, mencari upah jasa dari pengelapan mobil dan usaha
lainnya di simpang jalan serta lampu lalu lintas (Traffic Light);
c. tiduran membuat gubug untuk tempat tinggal di bawah jembatan, dan
taman-taman serta fasilitas umum lainnya;
d. menghimpun anak-anak jalanan untuk dimanfaatkan meminta-
minta/mengamen untuk ditarik penghasilannya dan penyalahgunaan
pemberdayaan anak;
e. melakukan perbuatan asusila di taman kota, fasilitas umum, fasilitas
sosial.
BAB III
KEBERSIHAN
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 12
Bagian Kedua
Bersih dari Sampah
Pasal 13
12
http://jdih.pemalangkab.go.id/
http://jdih.pemalangkab.go.id/
Pasal 14
Pasal 15
13
http://jdih.pemalangkab.go.id/
http://jdih.pemalangkab.go.id/
Pasal 16
(1) Untuk mewujudkan kebersihan dari sampah di sungai dan saluran air
Pemerintah Daerah menyelenggarakan pengelolaan sampah yang
meliputi :
a. penyediaan tempat pembuangan sampah terpilah;
b. pembersihan sampah di sungai dan saluran;
c. pengangkutan ke TPA.
(2) Untuk memelihara kebersihan dari sampah di sungai dan saluran air,
maka:
a. setiap orang dilarang membuang sampah di sungai dan saluran air
kecuali pada tempat yang telah disediakan;
b. setiap angkutan penyeberangan wajib menyediakan tempat sampah.
Bagian Ketiga
Bersih Air
Pasal 17
Bagian Keempat
Bersih Udara
Pasal 18
Pasal 19
Pasal 20
(1) Tempat umum, sarana kesehatan, tempat kerja, dan tempat yang secara
spesifik sebagai tempat proses belajar mengajar, arena kegiatan anak,
tempat ibadah dan angkutan umum dinyatakan sebagai kawasan tanpa
merokok.
(2) Pimpinan atau penanggung jawab sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
harus menyediakan tempat khusus tempat merokok serta menyediakan
alat penghisap udara sehingga tidak menggangu kesehatan bagi yang
tidak merokok.
(3) Dalam angkutan umum dapat disediakan tempat khusus untuk merokok
dengan ketentuan:
a. lokasi tempat khusus untuk merokok terpisah secara fisik atau tidak
bercampur dengan kawasan tanpa rokok;
b. dalam tempat khusus untuk merokok dapat dilengkapi alat penghisap
udara atau memiliki sistem sirkulasi udara yang memenuhi
persyaratan yang ditetapkan peraturan perundang-undangan.
BAB IV
KEINDAHAN
Pasal 21
Pasal 22
BAB V
PENGENDALIAN DAN PEMBERIAN PENGHARGAAN
Bagian Kesatu
Pengendalian
Pasal 23
16
http://jdih.pemalangkab.go.id/
http://jdih.pemalangkab.go.id/
Bagian Kedua
Pemberian Penghargaan
Pasal 24
(1) Untuk meningkatkan rasa tanggung jawab dan peran serta masyarakat,
Pemerintah Daerah dapat memberikan penghargaan kepada Orang,
Badan Hukum, atau Perkumpulan yang berjasa dan/atau menunjukkan
prestasi dalam penyelenggaraan Ketertiban, Kebersihan dan Keindahan.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemberian penghargaan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Bupati.
BAB VI
PERAN SERTA MASYARAKAT
Pasal 25
BAB VII
SANKSI ADMINISTRASI
Pasal 26
17
http://jdih.pemalangkab.go.id/
http://jdih.pemalangkab.go.id/
BAB VIII
KETENTUAN PENYIDIKAN
Pasal 27
BAB IX
KETENTUAN PIDANA
Pasal 28
18
http://jdih.pemalangkab.go.id/
http://jdih.pemalangkab.go.id/
BAB X
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 29
Peraturan pelaksanaan atas peraturan daerah ini ditetapkan paling lambat 6
(enam) bulan sejak peraturan daerah ini diundangkan.
Pasal 30
Pada saat peraturan daerah ini mulai berlaku, maka Peraturan Daerah
Kabupaten Daerah Tingkat II Pemalang Nomor 13 Tahun 1993 tentang
Kebersihan, Keindahan dan Ketertiban (Lembaran Daerah Kabupaten Daerah
Tingkat II Pemalang Tahun 1993 Nomor 13 seri C Nomor 1), dicabut dan
dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 31
Peraturan Darah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan peraturan
daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten
Pemalang.
Ditetapkan di Pemalang
pada tanggal 27 Februari 2013
BUPATI PEMALANG,
ttd
JUNAEDI
Diundangkan di Pemalang
pada tanggal 27 Februari 2013
SEKRETARIS DAERAH
KABUPATEN PEMALANG
ttd
BUDHI RAHARDJO
PUJI SUGIHARTO, SH
Pembina Tingkat I
NIP. 19670510 199603 1 002
19
http://jdih.pemalangkab.go.id/
http://jdih.pemalangkab.go.id/
PENJELASAN
ATAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG
NOMOR 2 TAHUN 2013
TENTANG
KETERTIBAN, KEBERSIHAN, DAN KEINDAHAN
I. UMUM
Ketertiban, kebersihan, dan keindahan, merupakan nilai-nilai
sekaligus situasi dan kondisi yang dijadikan prasyarat bagi tercapainya
tujuan sosial masyarakat. Oleh karena itu, ketertiban, kebersihan, dan
keindahan, merupakan pencerminan dari kehidupan sosial masyarakat
yang berbudaya. Dengan demikian, Pemerintah dan Pemerintah Daerah
sebagai badan hukum publik yang dibentuk untuk menyelenggarakan
berbagai urusan kehidupan sosial demi kesejahteraan masyarakat,
mempunyai tanggungjawab dalam menciptakan situasi sosial yang tertib,
bersih, dan indah. Namun demikian, peran masyarakat dalam penciptaan
suasana yang tertib, bersih, dan indah, merupakan sebuah keniscayaan.
Sejalan dengan prinsip negara hukum, pemeliharaan ketertiban,
kebersihan, dan keindahan, memerlukan seperangkat peraturan yang akan
menjadi landasan hukum. Melalui peraturan tersebut, di dalamnya diatur
berbagai kewajiban dan larangan yang akan menjadi pedoman bagi
pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha untuk menciptakan ketertiban,
kebersihan, dan keindahan.
Kabupaten Pemalang, sebagai salah satu daerah otonom juga
memerlukan landasan peraturan yang akan menjadi pedoman Pemerintah
Daerah, masyarakat, dan dunia usaha untuk berperilaku guna mencapai
ketertiban, kebersihan, dan keindahan. Dengan adanya berbagai
perubahan terkait dengan peraturan perundang-undangan dan situasi
sosial yang terus berkembang, maka pengaturan dalam Peraturan Daerah
Kabupaten Daerah Tingkat II Pemalang Nomor 13 Tahun 1993 tentang
Kebersihan, Keindahan dan Ketertiban, saat ini sudah tidak mampu lagi
mengakomodasi berbagai perubahan tersebut. Sehubunagn dengan itu,
maka peraturan daerah tersebut perlu disesuaikan dengan perkembangan
keadaan.
Peraturan daerah ini di dalamnya mengatur beberapa hal pokok
terkait dengan ketertiban, kebersihan, dan keindahan, yaitu:
1. Terselenggaranya ketertiban, kebersihan, dan keindahan, pada dasarnya
menjadi tanggungjawab Pemerintah Daerah, dan peran serta
masyarakat menjadi sebuah keniscayaan;
2. Sehubungan dengan itu, dalam peraturan daerah ini diatur mengenai
apa yang menjadi kewenangan dan harus dilakukan oleh Pemerintah
Daerah dalam mewujudkan dan memelihara ketertiban, kebersihan, dan
keindahan;
3. Karena begitu luasnya aspek kehidupan masyarakat, pengaturan
ketertiban dikaitkan dengan beberapa wilayah yang meliputi:
a. tertib Jalan, Fasilitas Umum, Fasilitas Sosial, Jalur Hijau dan Ruang
Terbuka Hijau;
b. tertib Lingkungan;
c. tertib Sungai, Saluran Air dan Sumber Air;
d. tertib Penghuni Bangunan; dan
20
http://jdih.pemalangkab.go.id/
http://jdih.pemalangkab.go.id/
21
http://jdih.pemalangkab.go.id/
http://jdih.pemalangkab.go.id/
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 8
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Binatang yang dilindungi menurut peraturan perundang-
undangan, antara lain kasuari kerdil, bangau hitam, orang utan,
burung cendrawasih.
Huruf f
Cukup jelas.
Huruf g
Cukup jelas.
Huruf h
Cukup jelas.
Huruf i
Cukup jelas.
Pasal 9
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Yang dimaksud dengan Daerah Aliran Sungai adalah suatu
wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai
dan anak-anak sungainya, yang berfungsi menampung,
menyimpan, dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan
ke danau atau ke laut secara alami, yang batas di darat
merupakan pemisah topografis dan batas di laut sampai dengan
daerah perairan yang masih terpengaruh aktivitas daratan.
22
http://jdih.pemalangkab.go.id/
http://jdih.pemalangkab.go.id/
Pasal 10
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f
Cukup jelas.
Huruf g
Cukup jelas.
Huruf h
Yang dimaksud dengan brandgang adalah comberan disekitar
pemukiman agar tidak meninggalkan bau.
Huruf i
Cukup jelas
Huruf j
Cukup jelas
Pasal 11
Cukup jelas.
Pasal 12
Cukup jelas.
Pasal 13
Cukup jelas.
Pasal 14
Cukup jelas.
Pasal 15
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Yang dimaksud dengan pembakaran sampah harus memenuhi
kriteria teknis adalah pembakaran sampah harus memenuhi
syarat baku mutu udara ambient, karena apabila dibakar secara
langsung akan memicu efek rumah kaca.
Pasal 16
Cukup jelas.
Pasal 17
Cukup jelas.
23
http://jdih.pemalangkab.go.id/
http://jdih.pemalangkab.go.id/
Pasal 18
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan sumber pencemar tidak bergerak adalah
sumber emisi yang tetap pada suatu tempat.
Yang dimaksud dengan sumber pencemar adalah sumber emisi
yang bergerak atau tidak tetap pada suatu tempat yang berasal
dari kendaraan bermotor.
Pasal 19
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan sumber pencemar bergerak adalah
sumber emisi yang bergerak atau tidak tetap pada suatu tempat
yang berasal dari kendaraan bermotor.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan sumber pencemar tidak bergerak adalah
sumber emisi yang tetap pada suatu tempat.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 20
Cukup jelas.
Pasal 21
Cukup jelas.
Pasal 22
Cukup jelas.
Pasal 23
Cukup jelas.
Pasal 24
Cukup jelas.
Pasal 25
Cukup jelas.
Pasal 26
Cukup jelas.
Pasal 27
Cukup jelas.
Pasal 28
Cukup jelas.
Pasal 29
Cukup jelas.
Pasal 30
Cukup jelas.
Pasal 31
Cukup jelas.
TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 2
24