Anda di halaman 1dari 9

UJIAN TENGAH SEMESTER

Nama : Marianus Wiran


NIIM : 223122039
Mata Kuliah : Komunikasi Korporat dan Pemberdayaan Sosial

Insturksi: Jelaskan keterhubungan antara communication and social change? Jelaskan dan beri
contoh kasus. Bila ada contoh di lingkungan sekitar anda (lingkungan kerja, rumah dsb). Bila
tidak ada silakan mencari contoh lain.

COMMUNICATION AND SOCIAL CHANGE

I. Pengertian Komunikasi dan Konsep Dasar Perubahan Sosial


A. Pengertian Komunikasi
Komunikasi adalah "suatu proses dalam mana seseorang atau beberapa orang,
kelompok, organisasi, dan masyarakat menciptakan, dan menggunakan informasi agar
terhubung dengan lingkungan dan orang lain".
Pada umumnya, komunikasi dilakukan secara lisan atau verbal yang dapat dimengerti
oleh kedua belah pihak. Apabila tidak ada bahasa verbal yang dapat dimengerti oleh
keduanya, komunikasi mash dapat dilakukan dengan menggunakan gerak-gerik badan,
menunjukkan sikap tertentu, missalnya tersenyum, menggelengkan kepala, mengangkat
bahu. Cara seperti ini disebut komunikasi dengan bahasa nonverbal.
B. Pengertian Perubahan Sosial
Mengutip Lorentius Goa dalam Jurnal Perubahan Sosial dalam Kehidupan
Bermasyarakat, perubahan sosial adalah suatu proses pergeseran atau perubahan
tatanan/struktur di dalam masyarakat. Perubahan itu meliputi pola pikir, sikap, serta
kehidupan sosialnya untuk mendapatkan penghidupan yang lebih baik.
Selain itu, Goa juga mengutip definisi dari beberapa ahli, di antaranya:
1. Menurut Kingsley Davis, perubahan sosial adalah perubahan yang terjadi dalam
struktur dan fungsi masyarakat.
2. Menurut Selo Soemarjan, perubahan sosial adalah perubahan pada lembaga-
lembaga kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat yang mempengaruhi sistem
sosial, termasuk nilai-nilai, sikap, dan perilaku antara kelompok-kelompok dalam
masyarakat.
3. Menurut Mac Iver, perubahan sosial adalah perubahan-perubahan dalam interaksi
sosial atau perubahan terhadap keseimbangan hubungan sosial.
C. Kaitan Komunikasi dengan Perubahan Sosial
Dalam hubungannya dengan proses sosial, komunikasi menjadi sebuah cara dalam
melakukan perubahan sosial (social change). Komunikasi berperan menjembatani
perbedaan dalam masyarakat karena mampu merekatkan kembali sistem sosial
masyarakat dalam usahanya melakukan perubahan. Namun begitu komunikasi juga tak
akan lepas dari konteks sosialnya. Artinya ia akan diwarnai oleh sikap, perilaku, pola,
norma, pranata masyarakatnya. Jadi keduanya saling mempengaruhi dan saling
melengkapi, seperti halnya hubungan antara manusia dengan masyarakat.

D. Proses perubahan sosial dapat diketahui dari ciri-cirinya sebagai berikut :


1. Tidak ada masyarakat yang berhenti berkembang karena setiap masyarakat
mengalami perubahan baik secara cepat maupun lambat.
2. Perubahan yang terjadi pada lembaga kemasyarakatan tertentu akan diikuti oleh
perubahan pada lembaga-lembaga sosial lain.
3. Perubahan yang berlangsung sangat cepat, biasanya mengakibatkan disorganisasi
karena dalam masyarakat ada proses penyesuaian diri atau adaptasi.
4. Suatu perubahan tidak dapat dibatasi pada aspek kebendaan atau spiritual saja,
karena keduanya mempunyai hubungan timbal balik yang erat.

E. Bentuk Perubahan Sosial :


1. Perubahan yang cepat (revolusi) dan perubahan yang lambat (evolusi). Revolusi
merupakan wujud perubahan sosial yang paling spektakuler; sebagai tanda
perpecahan mendasar dalam proses historis; dan pembentukan ulang masyarakat
dari dalam dan pembentukan ulang manusia.
2. Perubahan yang kecil dan perubahan yang besar. Perubahan yang kecil pada
dasarnya merupakan perubahan yang terjadi pada unsure-unsur struktur sosial yang
tidak membawa pengaruh langsung yang berarti bagi masyarakat. Sebaliknya,
perubahan yang besar merupakan perubahan yang membawa pengaruh yang cukup
besar bagi masyarakat.
3. Perubahan yang dikehendaki (direncanakan) dan perubahan yang tidak dikehendaki
(tidak direncanakan). Perubahan yang direncanakan merupakan perubahan yang
direncanakan terkebih dahulu oleh pihak-pihak yang hendak mengadakan
perubahan, yang dinamakan agent of change. Perubahan sosial yang tidak
dikehendaki merupakan perubahan yang terjadi tanpa direncanakan, berlangsung
diluar jangkauan atau pengawasan masyarakat serta dapat menyebabkan timbulnya
akibat-akibat sosial yang tidak dikehendaki.
F. Faktor-Faktor Penyebab Perubahan Sosial
a. Faktor Internal, yaitu :
1. Bertambah dan berkurangnya penduduk. Hal ini menyebabkan perubahan
jumlah dan persebaran wilayah pemukiman.
2. Penemuan-penemuan baru. Penemuan baru yang berupa teknologi dapat
mengubah cara individu berinteraksi dengan orang lain.
3. Pertentangan atau konflik. Konflik sosial dapat terjadi manakala ada perbedaan
kepentingan atau terjadi ketimpangan sosial.
4. Terjadinya pemberontakan atau revolusi. Terjadinya pemberontakan tentu saja
akan melahirkan berbagai perubahan; pihak pemberontak akan memaksakan
tuntutannya, lumpuhnya kegiatan ekonomi, pergantian kekuasaan, dan
sebagainya.
b. Faktor yang berasal dari luar, yaitu :
1. Bencana alam. Kondisi ini terkadang memaksa masyarakat suatu daerah untuk
mengungsi meninggalkan tanah kelahirannya sehingga mereka harus
beradaptasi dengan lingkungan baru.
2. Peperangan. Peristiwa peperangan dapat menyebabkan perubahan, karena
pihak yang menang dapat memaksakan ideologi dan kebudayaannya kepada
pihak yang kalah.
3. Pengaruh budaya masyarakat lain. Adanya interaksi antara dua kebudayaan
yang berbeda akan menghasilkan perubahan.

Salim (2002) menjelaskan beberapa faktor yang dapat mendukung perubahan sosial.
Faktor tersebut disebutnya sebagai "five contemporary prime mover" (lima faktor
penggerak kontemporer). Kelima faktor tersebut adalah: pertama, proses komunikasi
dan perkembangan industri pers. Faktor ini terkait erat dengan faktor perkembangan
media (massa) dalam masyarakat. Kedua, birokrasi. Birokrasi dalam arti sempit dimaknai
sebagai kekuasaan yang dikendalikan oleh sekelompok orang. Jadi, disini ada faktor
regulasi perilaku individu atau masyarakat yang diatur sekelompok orang yang
memegang tampuk kekuasaan. Ketiga, modal. Faktor ini terkait erat dengan masalah
perkembangan ekonomi suatu negara atau kelompok masyarakat. Keempat, teknologi.
Faktor ini jelas tidak diragukan lagi peran sertanya. Perkembangan teknologi dalam
beberapa waktu terakhir ini sangatlah pesat karena mampu melahirkan ide untuk
teknologi baru. Kelima, ideology. Ideologi pada dasarnya merupakan sistem ide atau
gagasan yang dimilki sekelompok orang yang menjadi landasan bagi tindakannya.
G. Dampak Perubahan Sosial
a. Dampak Positif, yaitu:
1. Manusia semakin mudah dan cepat dalam menyelesaikan tugasnya. Hal ini
disebabkan kecanggihan teknologi yang membuat berbagai kegiatan dapat
dilakukan dengan cepat.
2. Integrasi sosial semakin meningkat. Hal ini dikarenakan oleh berbagai sebab
salah satunya konflik sosial. Pada saat terjadi konflik sosial, anggota masyarakat
akan memandang solidaritas dan integrasi sosial sebagi suatu yang sangat
penting agar mereka tidak mudah terpecah belah.
3. Kualitas individu (dan masyarakat) semakin baik, seiring perkembangan teknologi
baru.
4. Mobilitas sosial semakin cepat. Mobilitas sosial ini disebabkan tingkat pendidikan
yang baik, kualitas individu meningkat, tingkat kesejahteraan meningkat, dan
sebagainya.
5. Pola pikir manusia semakin berkembang melalui pertukaran budaya, pertukaran
informasi yang dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja.
b. Dampak negatif dari perubahan sosial, diantaranya :
1. Peningkatan angka kemiskinan. Kemiskinan adalah dampak tidak langsung
perubahan sosial, dapat juga dikategorikan sebagai dampak laten sebagai efek
domino pertambahan jumlah penduduk.
2. Jumlah pengangguran semakin tinggi. Jumlah pengangguran semakin tinggu
karena sulitnya mencari pekerjaan dan banyak teknologi canggih yang
menggantikan tenaga manusia.
3. Peningkatan angka kriminalitas. Hal ini tidak hanya terjadi pada negara miskin
dan berkembang tetapi huga terjadi di negara maju dengan berbagai motif dan
modus.
4. Konflik sosial. Konflik ini disebabkan persaingan untuk mendapatkan berbagai
hal. Persaingan budaya, persaingan kerja, persaingan teknologi, dan sebagainya.
5. Individualitas semakin meningkat. Interaksi tatap muka semakin berkurang
seiring berkembangnya teknokogi karena individu tidak perlu berinterkasi dengan
individu secar langsung tetapi cukup dengan memamanfaatkan teknologi.
6. Pencemaran lingkungan. Adanya teknologi membuat udara semakin kotor,
akibatnya kesehatan manusia pun terancam.

II. Teori Klasik dan Modern Mengenai Perubahan Sosial


Teori klasik dalam sosiologi dimaknai sebagai teori yang mengawali munculnya berbagai studi
kemasyarakatan (sosiologi), kemudian teori ini juga menjadi dasar munculnya teori-teori
yang lahir sesudahnya, termasuk lahirnya teori modern. Kajian mengenai sosiologi
sebenarnya telah dimulai sejak abad ke-14, diawali dengan pemikiran Ibnu Khaldun yang
lahir tahun 1332. Pemikirannya sangat sosiologis yang dikenal dalam disiplin ilmu politik,
agama, sejarah, dan filsafat. Secara makro, studi mengenai perubahan sosial dapat
diklasifikasikan menjadi empat kelompok pemikiran. Yaitu :
1. Teori evolusi
Teori ini berpendapat bahwa perubahan sosial memiliki arah yang tetap yang dilalui
semua kelompok masyarakat. Setiap masyarakat melewati urutan yang sama dan
bermula dari tahap perkembangan awal menuju ke tahap perkembangan terakhir. Ketika
tahap terakhir telah tercapai, maka perkembangan masyarakat juga telah berkahir
(Horton dn Hunt, 1992). Teoritikus yang termasuk kedalam teori ini adalah Comte,
Spencer, dan Marx.
2. Teori Siklus
Teori ini melihat bahwa ada sejumlah tahap yang harus dilalui masyarakat, namun
mereka berpandangan bahwa proses peralihan tersebut bukanlah akhir dari proses
perubahan yang sempurna. Akan tetapi, proses peralihan tersebut akan kembali ke tahap
semula untuk kembali mengalami peralihan. (Horton dan Hunt, 1992). Teori siklus ini
adalah teori yang dikemukakan oleh Khaldun.
3. Teori Fungsional
Teori fungsional memiliki asumsi utama yaitu melihat masyarakat sebagai sebuah sistem
yang didalamnya terdapat subsistem. Teori ini mengambil analogi masyarakat sebagai
sebuah sistem organik (makhluk hidup), sebagai contoh adalah organisme manusia.
Konsep penting dalam teori ini adalah stuktur dan fungsi, yang menunjuk pada dua atau
lebih komponen yang berbeda dan terpisah, tetapi saling berhubungan satu sana lain.
Teoritikus yang termasuk dalam pemikiran ini adalah Durkheim, Parsons, Tinnies, serta
Spencer.
4. Teori Konflik
Teori konflik menekankan adanya perbedaan pada diri individu dalam mendukung suatu
sistem sosial. Menurut teori ini, masyarakat terdiri atas individu yang masing-masing
memiliki berbagai kebutuhan dan keinginan yang tidak terbatas. Namun, kemampuan
individu untuk mendapatkan kebutuhannya berbeda-beda. Adanya perbedaan inilah
yang kemudian melahirkan proses perubahan sosial (konflik). Sosiolog yang pemikirannya
termasuk dalam teori ini adalah Marx dan Weber.

Pemikiran Tokoh Sosial Mengenai Teori Klasik dan Modern serta Peran Teknologi dalam
Perubahan Sosial
Salah satu tokoh yang menjelaskan mengenai teori klasik dan modern ini adalah August
Comte yang dikenal dengan Hukum Tiga Tahap.
Isidore Auguste Marie Francois Xavier adalah nama lengkap dari August Comte (1798-1857),
adalah seorang ahli fisika dari Prancis yang dikenal sebagai "Bapak Sosiologi" karena ialah
yang pertama kali menggunakan nama "sosiologi" untuk mengkaji masalah sosial secara
sistematis. Comte merumuskan perkembangan masyarakat yang bersifat evolusioner menjadi
tiga tahapan yaitu: pertama, tahap teologis, merupakan periode paling lama dalam sejarah
manusia. Pada tahap ini manusia memercayai bahwa semua fenomena diciptakan oleh zat
adikodrati, ditandai dengan kepercayaan manusia pada kekuatan jimat. Kedua, tahap
metafisika,merupakan tahap tarnsisi antara tahap teologis ke tahap postitivistik. Tahap ini
ditandai dengan satu kepercayaan akan hokum-hukum alam yang asasi yang dapat
ditemukan dalam akal budi. Pada tahap ini,manusia menganggap bahwa pikiran bukanlah
ciptaan zat adikodrati, namun merupakan ciptaan "kekuatan abstrak", sesuatu yang benar-
benar dianggap ada yang melekat dalam diri manusia dan mampu menciptakan semua
fenomena (Laurer, 1989; Johnson, 1994). Ketiga, tahap positivistik. Pada tahap ini pikiran
manusia tidak lagi mencari ide-ide absolut yang asli, tetapi sudah mulai mencari hokum-
hukum yang menentukan fenomena. Tahap ini ditandai dengan adanya kepercayaan data
empiris sebagai sumber pengetahuan yang terakhir, tatapi pengetahuan itu bersifat
sementara dan tidak mutlak.
Comte tidak menyinggung secara langsung peran teknologi pada perubahan sosial dan
perkembangan manusia, namun pendapatnya mengenai positivisme dapat menjadi rujukan
dalam menggambarkan peranan akal manusia dalam memengaruhi kemajuan kehidupannya.
Akal atau rasio manusia yang mengalami perkembangan secara evolusioner merupakan
modal awal bagi manusia untuk menghadapi berbagai persoalan hidup yang dihadapinya.
Pada masa inilah, rasio manusia semakin berkembang hingga akhirnya manusia mampu
menciptakan berbagai alat untuk mempermudah aktivitasnya. Teknologi merupakan hasil
perkembangan rasio manusia dan menjadi sebuah symbol peradaban. Akan tetapi, ketika
manusia mulai mendewakan akal, teknologi pada akhirnya justru diposisikan sebagai "tuhan"
bagi manusia modern, manusia menjadi hamba bagi teknologi. Manusia menjadi sangat
bergantung pada teknologi, dengan menguaai teknologi, seolah-olah manusia telah mampu
menguasai dunia.

Pengertian Perubahan Sosial (Social Change) Menurut Pendapat Para Ahli


A. Gillin
Perubahan sosial adalah perubahan yang terjadi sebagai suatu variasi dari cara hidup
yang telah diterima karena adanya perubahan kondisi geografi, kebudayaan material,
komposisi penduduk, ideologi, maupun adanya difusi atau penemuan-penemuan baru
dalam masyarakat.

B. Emile Durkheim
Perubahan sosial terjadi sebagai hasil dari faktor-faktor ekologis dan demografis, yang
mengubah kehidupan masyarakat dari kondisi tradisional yang di ikat solidaritas
mekanistik, kedalam kondisi masyarakat modern yang dikat oleh solidaritas organistik.
C. Kingsley Davis
Perubahan sosial merupakan perubahan-perubahan yang terjadi dalam struktur dan
fungsi masyarakat
D. Mac Iver
Perubahan sosial adalah perubahan-perubahan yang terjadi dalam hubungan sosial
(social relation) atau perubahan terhadap keseimbangan (ekuilibrium) hubungan sosial.

III. Contoh Kasus:

Sagu Mulai Tergeser Beras Sebagai Makanan Pokok Orang Papua


Program bantuan beras miskin (Raskin) merupakan bagian dari upaya Pemerintah Indonesia
untuk mengurangi beban masyarakat yang kurang mampu dalam memenuhi kebutuhan
pokok beras murah dengan harga Rp. 1.000,-/kg, 15 kg/rumah tangga miskin/bulan selama
12 bulan.
Di Papua, perubahan pola konsumsi dari sagu ke nasi terjadi beberapa puluh tahun terakhir.
Hal itu terjadi sejak maraknya konversi hutan menjadi sawah dan masuknya bantuan pangan,
dengan komoditas utama beras. Mengutip data Badan Ketahanan Pangan Kementerian
Pertanian, konsumsi beras di Papua Barat saja mendominasi hingga 51,3 persen.
Hasil penelitian tim Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada (UGM) dan Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) pada Desember 2017-Juni 2019 menunjukkan,
mayoritas warga lokal bermukim di daerah dengan daya dukung lahan untuk pangan yang tak
seimbang. Daya dukung lahan pangan terbatas karena kontur yang sulit dan terbatas
sehingga mempersempit ruang hidup masyarakat untuk memproduksi pangan.
Pernah dalam satu kesempatan, Ketika saya berkunjung ke Daerah Batanta di Kepulauan Raja
Ampat, bertemu dan berbincang dengan salah satu tokoh masyarakat disana perihal pola
hidup menginsumsi makanan dari sagu perlahan-lahan mulai di tinggalkan, menurut beliau
proses pembuatan sagu dari pohon sampai bahan mentah, di olah untuk di konsumsi
memerlukan proses Panjang dan sangan menguras tenaga, lebih baik beras raskin. Hanya
santai-santai saja, beras tersebut bisa di dapatkan dengan mudah.
Menurut pemaparan San Afri Awang, Guru Besar Kehutanan UGM yang juga mantan Dirjen
Planologi dan Tata Lingkungan Hidup KLHK, terdapat perubahan perilaku pada petani orang
asli papua dan penduduk Papua dari yang biasanya mencari dan mengumpulkan bahan
pangan hasil alam berubah menjadi petani yang intensif. Olehkarena itu, diperlukan adanya
revitalisasi dan peningkatan kapasitas tenaga penyuluh dan fasilitator pertanian, kehutanan,
perikanan, dan perkebunan.
Disatu sisi bahwa kehadiran beras raskin juga membantu masyarakat namun juga yang
disayangkan menggeser panganan lokal yang bisa jadi menggeser budaya juga, budaya
panggur sagu saat ini sudah sangat jarang ditemukan. Kita berharap pemerintah dapat
memperhatikan hal ini dengan baik dalam perencanaan pembangunan Papua untuk
memprioritaskan strategi berbasis lingkungan dan budaya masyarakat papua.

IV. Kesimpulan:
Komunikasi merupakan faktor yang sangat penting dalam proses interaksi antar manusia.
Karena jika tanpa komunikasi, proses interkasi tidak dapat berlangsung dengan baik. Hal
tersebut sama halnya dengan perubahan sosial yang terjadi di dalam masyarakat. Dalam
menghadapi perubahan sosial, ada bermacam-macam konsep dasar yang perlu diketahui
perihal perubahan sosial itu sendiri. Hal ini berkaitan dengan ciri-ciri perubahan sosial,
bentuk-bentuk perubahan sosial, faktor penyebab terjadinya perubahan sosial. Serta dampak
yang ditimbulkan akibat dari terjadinya suatu perubahan sosial.

V. Saran
Manusia sebagai makhluk sosial sudah selayaknya memanfaatkan teknologi dengan bijak,
baik dan benar dalam upaya menghadapi laju perubahan sosial yang semakin tak terbendung
seiring berjalannya waktu. Hal tersebut menjadi penting dilakukan agar terciptanya proses
interaksi sosial antar sesama makhluk hidup dengan tidak terlalu mengandalkan teknologi.
Inovasi manusia terhadap berbagai teknologi yang diciptakan diharapkan mampu
memberikan sumbangsih atas berbagai problematika sosial yang menghantui manusia dalam
menjalani dan menghidupi kehidupannya. Manusia harus mawas diri dalam menghadapi
perubahan sosial karena pada kenyataannya perubahan sosial bisa saja terjadi secara tiba-
tiba atau tanpa di sadari apalagi di rencanakan sehingga manusia perlu mawas diri dan
mengantisipasi hal tersebut agar dampak dari suatu perubahan sosial tidak mengakibatkan
kekhawatiran tetapi dapat di jadikan sebagai pembelajaran agar lebih berhati-hati dan tidak
terbuai oleh laju perkembangan zaman.

Daftar Pustaka
1. Martono, Nanang. 2016. Sosiologi Perubahan Sosial. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Bungin, Burhan. 2006. Sosiologi Komunikasi. Jakarta: Kencana Prenadamedia group.
2. Sztompka, Piotr. 2014. Sosiologi Perubahan Sosial. Jakarta: Prenadamedia Group.
3. Soemardjan, Selo. 2009. Perubahan Sosial di Yogyakarta. Jakarta: Komunitas Bambu.
4. https://www.detik.com/bali/berita/d-6422403/15-contoh-perubahan-sosial-dalam-
kehidupan-sehari-hari.
5. https://www.kompas.id/baca/bebas-akses/2022/01/28/ekspedisi-tanah-papua-di-korowai-
pun-sagu-tergantikan-beras.

Anda mungkin juga menyukai