KULIAH TUGAS 2
Gaya dorong yang dihasilkan oleh mesin mobil tersebut adalah gaya yang diperlukan untuk
melawan gaya gesekan dan gaya inersia. Gaya gesekan yang bekerja pada keempat roda mobil
tersebut sebesar 1x105 newton, sedangkan gaya inersia mobil adalah:
F_i = m * a
F_i = 800 kg * 5x102 m/s2
F_i = 40000 newton
Jadi, gaya dorong yang dihasilkan oleh mesin mobil tersebut adalah:
W = F * d
W = 140000 newton * 50 km
W = 70000000 joule
c. Usaha yang dilakukan mobil seandainya gaya gesekan pada keempat roda tidak bekerja:
Jika gaya gesekan pada keempat roda tidak bekerja, maka gaya dorong yang dihasilkan oleh mesin
mobil tersebut hanya sebesar gaya inersia mobil. Jadi, usaha yang dilakukan mobil adalah:
W = F_i * d
W = 40000 newton * 50 km
W = 20000000 joule
d. Persentase selisih usaha jika gaya gesek bekerja pada keempat roda dengan tanpa gaya gesek:
Persentase selisih usaha jika gaya gesek bekerja pada keempat roda dengan tanpa gaya gesek
adalah:
Gaya gesekan yang bekerja pada keempat roda mobil tersebut sebesar 1x105 newton. Gaya
gesekan ini akan melawan gaya dorong yang dihasilkan oleh mesin mobil tersebut. Akibatnya, mobil
akan membutuhkan gaya dorong yang lebih besar untuk melawan gaya gesekan.
Usaha yang dilakukan oleh mobil adalah hasil kali gaya dan jarak. Jika gaya yang dibutuhkan lebih
besar, maka usaha yang dilakukan juga akan lebih besar.
Dalam kasus ini, usaha yang dilakukan oleh mobil jika gaya gesekan bekerja pada keempat roda
adalah 70000000 joule. Sedangkan usaha yang dilakukan jika gaya gesekan tidak bekerja adalah
20000000 joule. Selisih kedua usaha tersebut adalah 50000000 joule.
Persentase selisih usaha tersebut adalah 71,42%. Artinya, usaha yang dilakukan oleh mobil jika
gaya gesekan bekerja pada keempat roda lebih besar 71,42% daripada usaha yang dilakukan jika
gaya gesekan tidak bekerja.
2.
a. Energi Potensial
Energi potensial adalah energi yang dimiliki oleh benda karena posisinya. Dalam kasus ini, beras
memiliki energi potensial karena berada pada ketinggian h di atas permukaan tanah.
E_p = mgh
E_p = 1000 kg * 10 m/s² * 5 m
E_p = 50000 J
Jadi, energi potensial beras adalah 50000 J.
Usaha adalah energi yang dibutuhkan untuk memindahkan benda dari satu posisi ke posisi lain.
Dalam kasus ini, usaha yang dilakukan oleh Pak Darto adalah usaha untuk mengangkat beras ke
atas truk.
W = Fd
F = mgsinθ
W = mgsinθ * d
W = 1000 kg * 10 m/s² * sin(7,5°) * 5 m
W = 2454,5 J
Jadi, usaha yang dilakukan oleh Pak Darto adalah 2454,5 J.
Gaya yang harus dikeluarkan oleh Pak Darto adalah gaya yang diperlukan untuk mengangkat beras
ke atas truk. Gaya ini adalah hasil kali massa beras dengan percepatan gravitasi dan sinus sudut
kemiringan papan.
Gaya yang harus dikeluarkan oleh Pak Darto adalah:
F = mgsinθ
F = 1000 kg * 10 m/s² * sin(7,5°)
F = 147,1 J
Jadi, gaya yang harus dikeluarkan oleh Pak Darto adalah 147,1 J.
Penjelasan:
Sudut kemiringan papan diatur oleh pak Darto sedemikian sehingga membentuk sudut dengan tg a
= ¾%. Dengan demikian, sudut kemiringan papan adalah:
θ = arctan(¾/100)
θ = 7,5°
E_p = mgh
E_p = 1000 kg * 10 m/s² * 5 m
E_p = 50000 J
W = Fd
F = mgsinθ
W = mgsinθ * d
W = 1000 kg * 10 m/s² * sin(7,5°) * 5 m
W = 2454,5 J
F = mgsinθ
F = 1000 kg * 10 m/s² * sin(7,5°)
F = 147,1 J
3.
Berdasarkan hukum kekekalan momentum, momentum total sebelum dan sesudah tumbukan
adalah sama.
Koefisien restitusi adalah perbandingan kecepatan relatif kedua benda sesaat setelah tumbukan
dengan kecepatan relatif kedua benda sesaat sebelum tumbukan.
Koefisien restitusi tersebut lebih besar dari 0 tetapi kurang dari 1, sehingga tumbukan tersebut
termasuk tumbukan lenting sebagian.
d. Energi Kinetik hilang.
Energi Kinetik hilang adalah energi kinetik yang tidak berubah menjadi energi kinetik setelah
tumbukan. Energi Kinetik hilang dihitung dengan menggunakan persamaan berikut:
Energi Kinetik hilang tersebut merupakan energi yang hilang dalam bentuk panas, suara, dan
deformasi benda.
Penjelasan:
Pada tumbukan sentral lurus, momentum total kedua benda sebelum dan sesudah tumbukan adalah
sama. Oleh karena itu, kita dapat menggunakan hukum kekekalan momentum untuk menentukan
kecepatan benda A setelah bertumbukan.
Koefisien restitusi adalah perbandingan kecepatan relatif kedua benda sesaat setelah tumbukan
dengan kecepatan relatif kedua benda sesaat sebelum tumbukan. Koefisien restitusi tersebut lebih
besar dari 0 tetapi kurang dari 1, sehingga tumbukan tersebut termasuk tumbukan lenting sebagian.
Energi Kinetik hilang adalah energi kinetik yang tidak berubah menjadi energi kinetik setelah
tumbukan. Energi Kinetik hilang dihitung dengan menggunakan persamaan berikut:
Dalam kasus ini, energi Kinetik hilang tersebut merupakan energi yang hilang dalam bentuk panas,
suara, dan deformasi benda.
4.
Momen inersia terhadap sumbu putar P adalah momen inersia benda M1 dan benda M2 yang
dijumlahkan. Momen inersia benda M1 terhadap sumbu putar P adalah:
I_1 = m_1r_1^2
I_1 = 2 kg * 2 m^2
I_1 = 4 kg m^2
I_2 = m_2r_2^2
I_2 = 4 kg * 3 m^2
I_2 = 36 kg m^2
Momen inersia terhadap sumbu putar Q adalah momen inersia benda M2 terhadap sumbu putar Q.
Momen inersia benda M2 terhadap sumbu putar Q adalah:
I_q = m_2r_2^2
I_q = 4 kg * 1 m^2
I_q = 4 kg m^2
c. Momen inersia seandainya diputar dengan sumbu putar di titik R
Momen inersia seandainya diputar dengan sumbu putar di titik R adalah momen inersia benda M1
dan benda M2 yang dijumlahkan. Momen inersia benda M1 terhadap sumbu putar R adalah:
I_1 = m_1r_1^2
I_1 = 2 kg * 3 m^2
I_1 = 18 kg m^2
I_2 = m_2r_2^2
I_2 = 4 kg * 2 m^2
I_2 = 16 kg m^2
Oleh karena itu, momen inersia seandainya diputar dengan sumbu putar di titik R adalah:
Penjelasan:
Momen inersia adalah ukuran kelembaman benda terhadap rotasi. Semakin besar momen inersia,
semakin sulit benda untuk berputar.
Dalam kasus ini, momen inersia terhadap sumbu putar P adalah yang terbesar. Hal ini karena
sumbu putar P berada jauh dari kedua massa. Momen inersia terhadap sumbu putar Q adalah yang
terkecil. Hal ini karena sumbu putar Q berada dekat dengan massa M2. Momen inersia seandainya
diputar dengan sumbu putar di titik R adalah lebih besar dari momen inersia terhadap sumbu putar
Q, tetapi lebih kecil dari momen inersia terhadap sumbu putar P. Hal ini karena sumbu putar R
berada lebih dekat dengan massa M1 dibandingkan dengan sumbu putar P, tetapi lebih jauh dari
massa M2 dibandingkan dengan sumbu putar Q.
5.
Percepatan sudut dari sistem katrol tersebut dapat dihitung dengan menggunakan persamaan
berikut:
α = F_t / I
α = 100 N / 34 kg m^2
α = 2,94 rad/s^2
Oleh karena itu, percepatan sudut dari sistem katrol tersebut adalah 2,94 rad/s^2.
Moment gaya pada tali adalah hasil kali gaya dengan lengan gaya.
Percepatan sudut dari sistem katrol tersebut dapat dihitung dengan menggunakan persamaan
berikut:
α = F_t / I
Dimana:
Dalam kasus ini, gaya total yang bekerja pada sistem adalah gaya yang diberikan oleh orang
tersebut, yaitu 100 N. Momen inersia sistem dapat dihitung dengan menggunakan persamaan
berikut:
I = I_1 + I_2
Dimana:
I_1 = m_1r_1^2
I_1 = 2 kg * 0,5 m^2
I_1 = 1 kg m^2
I_2 = m_2r_2^2
I_2 = 4 kg * 0,3 m^2
I_2 = 3,6 kg m^2
Moment gaya pada tali adalah hasil kali gaya dengan lengan gaya.
Lengan gaya adalah jarak antara titik putar dengan garis kerja gaya. Dalam kasus ini, lengan gaya
adalah jarak antara katrol dengan beban.