UTILITARIANISME
dalam daripada hal-hal yang sekadar memuaskan
naluri mereka. Dan dari semua poin yang sudah
dijelaskan ini, penganut utilitarian sudah membuk-
tikannya. Namun, mereka mungkin juga mengam-
bil posisi yang lebih tinggi ini dengan penuh konsis-
tensi. Ini tentu sesuai dengan prinsip utilitas yang
mengungkapkan kebenaran bahwa beberapa jenis
kesenangan lebih diinginkan dan lebih diutamakan
daripada jenis kesenangan lain. Dalam memper-
timbangkan kesenangan lain, akan tidak masuk
akal jika kualitas dipertimbangkan sebagaimana
kuantitas karena yang menjadi acuan biasanya
hanya kuantitas.
Jika saya ditanya apa yang saya maksud dengan
perbedaan kualitas dalam kesenangan atau apa
yang membuat sebuah kesenangan lebih berharga
daripada kesenangan lain (kecuali jumlahnya lebih
besar), saya rasa hanya ada satu jawaban kemung-
kinan untuk pertanyaan ini. Dari dua jawaban ke-
mungkinan yang ada, jika seseorang memiliki
pengalaman merasakan dua kesenangan, lalu
menetapkan preferensinya, terlepas dari kewajiban
moral untuk memilihnya, tentu yang dia pilih
adalah kesenangan yang lebih diinginkannya. Jika
seseorang mengutamakan salah satu kesenangan
daripada kesenangan lain meski dia tahu kese-
nangan itu juga menghadirkan ketidakpuasan yang
lebih besar dan dia enggan berpindah pada kese-
nangan lain meski mampu melakukannya, kita bisaJOHN STUART MILL
manusia dan babi berasal dari hal-hal yang sama,
aturan hidup yang cukup baik untuk manusia tentu
cukup baik pula untuk babi. Membandingkan
kehidupan para pengikut Epikurus dengan hewan
ternak tentu saja dirasa merendahkan karena kese-
nangan hewan sebenarnya tidak memuaskan
konsep kebahagiaan manusia. Manusia memiliki
akal yang lebih tinggi daripada hewan dan ketika
kesadarannya bangkit, dia tidak akan menganggap
apa pun sebagai kebahagiaan jika hal itu tidak
memuaskan dirinya. Saya tentu saja tidak meng-
anggap pengikut Epikurus bukannya tanpa kesa-
lahan dalam menarik skema konsekuensi mereka
dari prinsip utilitarian. Untuk melakukan pembe-
laan dengan cara yang memadai, banyak unsur
Stoa yang perlu dimasukkan dalam argumen
mereka sebanyak unsur ajaran agama Kristen.
Namun perlu diketahui, tidak ada teori kehidupan
Epikurianisme yang tidak memberikan kesenangan
intelektual karena sesungguhnya teori ini meli-
batkan perasaan, imajinasi, dan sentimen moral.
Inilah alasan mengapa pandangannya bernilai
tinggi sebagai kesenangan daripada sekadar
sensasi. Bagaimanapun harus diakui bahwa para
penulis utilitarian pada umumnya menempatkan
superioritas mental daripada kesenangan fisik,
terutama yang berkaitan dengan ketetapan yang
lebih luas, keselamatan, ketidakberpihakan, dan
hal-hal lain. Mereka mendapatkan manfaat men-