Anda di halaman 1dari 34

Makalah Keperawatan Anak

Tumbuh Kembang Neonates

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Anak I


Dosen Pengampu :
Ns. Ignasia Nila Siwi, M.Kep

Disusun oleh :
Endang Fitria Ningsih (M22010005)
Lintang Savitri (M22010006)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) MADANI
YOGYAKARTA
2024
PRAKATA

Alhamdulillahi rabbil’aalamiin, wash-sholaatu wassalaamu ‘ala asyrofil


anbiyaa i walmursaliin, nabiyyina Muhammad wa’ala alihi wa shohbihi ajma’in.
Amma ba’du. Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala,
sholawat serta salam senantiasa tercurah bagi junjungan kita Nabi Muhammad
‫ﷺ‬.
Semoga niat kami dalam belajar selalu Allah jaga untuk mencapai keridhoan-
Nya semata, menjadikan kami mahasiswi yang amanah, dan puji syukur kami karena
atas izin Allah kami dapat menyelesaikan tugas-tugas serta kewajiban yang diberikan
kepada kami selama menempuh pendidikan di STIKES MADANI Yogyakarta.
Kami memohon kepada Allah Ta’ala, semoga Allah menganugerahkan kami
ilmu yang bermanfaat dan kami berlindung pada Allah dari ilmu yang tidak
bermanfaat, dari hati yang tidak khusyu’, dari jiwa yang tidak pernah merasa puas
dan dari do’a yang tidak dikabulkan. Ya Allah, kami berlindung kepadamu agar
dijauhkan dari keempat hal tadi.
Terimakasih juga atas doa dan ridho orangtua kami, serta keluarga, teman-
teman yang telah mendukung kami untuk terus bisa istiqomah belajar dan menuntut
ilmu. Terimakasih atas bimbingan para dosen kami yang telah mengajar dan
membimbing kami.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih memiliki banyak kekurangan,
karena itu jika terdapat kesalahan dalam penyusunan makalah ini, kami sangat
mengharapkan adanya saran dan kritik dari pembaca sekalian. Kami harap makalah
ini dapat berguna bagi para pembaca. Atas segala bantuan dan bimbingan yang telah
kami terima dari berbagai pihak, kami mengucapkan banyak terima kasih. Semoga
Allah Subhahu Wa Ta’Ala membalasnya.

2
Yogyakarta, 17 Februari 2024

3
DAFTAR ISI

PRAKATA.................................................................................................................ii
DAFTAR ISI..............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................4
1.1 Latar Belakanng...................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................6
1.3 Tujuan Penulisan..................................................................................................7
1.4 Manfaat Penulisan................................................................................................8
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................9
2.1 Definisi tumbuh kembang....................................................................................9
2.2 Pola dan prinsip tumbuh kembang.......................................................................10
2.3 Factor-faktor yang memengaruhi tumbuh kembang............................................11
2.4 Tumbuh kembang anak berdasarkan tingkat usia................................................14
2.5 Masalah perkembangan pada anak setiap tingkat usia.........................................19
2.6 Anticipatory guidance..........................................................................................21
2.7 Health promotion.................................................................................................23
2.8 Sex education.......................................................................................................26
2.9 Konsep tumbuh kembang neonates dalam islam.................................................28
BAB III PENUTUP....................................................................................................31
3.1 Kesimpulan..........................................................................................................31
3.2 Saran.....................................................................................................................32
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................33
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perkembangan anak merupakan aspek fundamental yang menjadi perhatian
dalam berbagai disiplin ilmu, termasuk dalam bidang keperawatan. Memahami
tahapan perkembangan anak tidak hanya penting bagi orang tua dan pendidik, tetapi
juga bagi para profesional kesehatan, khususnya perawat, yang memainkan peran
kritis dalam mendukung kesehatan dan kesejahteraan anak. Keperawatan pediatrik,
sebagai salah satu spesialisasi dalam keperawatan, menitikberatkan pada pengetahuan
yang komprehensif mengenai aspek tumbuh kembang anak sebagai dasar untuk
memberikan asuhan keperawatan yang efektif dan efisien. Latar belakang kebutuhan
untuk memahami tahap perkembangan anak dalam keperawatan dapat dipahami
melalui beberapa perspektif berikut.
Pertama, perkembangan anak yang mencakup aspek fisik, kognitif, emosional,
dan sosial, memiliki implikasi langsung terhadap kebutuhan kesehatan dan
pendekatan asuhan keperawatan yang diberikan. Sebagai contoh, intervensi
keperawatan untuk neonatus, anak-anak, dan remaja harus disesuaikan dengan
karakteristik unik dan kebutuhan spesifik yang muncul pada setiap tahap
perkembangan tersebut. Hal ini memerlukan pemahaman yang mendalam tentang
bagaimana tahapan-tahapan perkembangan tersebut berlangsung dan berpengaruh
terhadap kesehatan anak.
Kedua, dalam praktik keperawatan, pengetahuan tentang tahapan
perkembangan anak memungkinkan perawat untuk mengidentifikasi, mengevaluasi,
dan merespons secara proaktif terhadap potensi masalah atau gangguan dalam
perkembangan. Hal ini sangat penting dalam mencegah kemungkinan dampak jangka
panjang terhadap kesehatan dan kesejahteraan anak, serta dalam memberikan edukasi
yang tepat kepada orang tua atau wali tentang cara mendukung perkembangan anak
secara optimal.

5
Ketiga, pengintegrasian pemahaman tentang tahapan perkembangan anak dalam
praktik keperawatan pediatrik berkontribusi pada penciptaan lingkungan asuhan yang
mendukung dan empatik. Perawat yang memahami kebutuhan spesifik anak pada
berbagai tahapan perkembangan akan lebih mampu berkomunikasi secara efektif,
membangun hubungan kepercayaan dengan anak dan keluarganya, serta menyediakan
asuhan yang berpusat pada anak.
Keempat, perkembangan teknologi dan penelitian dalam bidang kesehatan
memperluas pemahaman kita tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
perkembangan anak, termasuk genetik, lingkungan, dan interaksi sosial. Pengetahuan
ini mengharuskan para perawat untuk terus memperbarui pendidikan dan praktik
mereka, agar dapat memberikan intervensi yang paling sesuai dan berbasis bukti.
Kelima, dalam konteks global yang semakin terhubung, perawat dihadapkan
pada tantangan untuk memberikan asuhan kepada anak-anak dari berbagai latar
belakang budaya dan sosial-ekonomi. Pemahaman tentang tahap perkembangan anak
membantu perawat untuk menghargai dan merespons keanekaragaman tersebut dalam
praktik keperawatan.
Dengan mempertimbangkan pentingnya pemahaman tentang tahap
perkembangan anak dalam keperawatan, makalah ini bertujuan untuk menyajikan
ulasan komprehensif tentang tahap-tahap kembang anak dan aplikasinya dalam
asuhan keperawatan pediatrik. Melalui pemaparan ini, diharapkan para perawat dapat
lebih memahami cara mendukung perkembangan anak secara holistik, sekaligus
memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas tinggi dan berorientasi pada
keluarga.

6
1.2 Rumusan Masalah
Makalah ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan utama mengenai
tumbuh kembang neonates, meliputi:
 Apa definisi dan prinsip dasar tumbuh kembang neonates?
 Bagaimana pola tumbuh kembang neonates, dan faktor-faktor apa saja yang
memengaruhinya?
 Bagaimanakah perkembangan neonates ditinjau dari aspek fisiologis,
psikoseksual, psikososial, kognitif, dan moral?
 Apa saja masalah perkembangan yang umum terjadi pada neonates di setiap
tingkat usia?
 Bagaimana penerapan anticipatory guidance dan promosi kesehatan dalam
konteks tumbuh kembang neonates?
 Apa peranan sex education dalam mendukung tumbuh kembang neonates
yang sehat?
 Bagaimana konsep tumbuh kembang neonates dipandang dari perspektif
Islam?

1.3 Tujuan Penulisan


Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk:
 Memberikan pemahaman komprehensif tentang definisi, pola, dan prinsip
tumbuh kembang neonates.
 Mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi tumbuh
kembang neonates.
 Menjelaskan dinamika tumbuh kembang neonates melalui berbagai tahap
perkembangan.
 Mengidentifikasi potensi masalah perkembangan pada neonates dan strategi
untuk mengatasinya.

7
 Menyajikan panduan tentang anticipatory guidance dan strategi promosi
kesehatan yang efektif untuk neonates.
 Menjelaskan pentingnya sex education dalam konteks tumbuh kembang
neonates.
 Membahas perspektif Islam terhadap tumbuh kembang neonates dan
implikasinya terhadap praktik keperawatan.

1.4 Manfaat Penulisan


Manfaat dari penulisan makalah ini antara lain:
 Memberikan wawasan bagi mahasiswa keperawatan, perawat, dan
profesional kesehatan lainnya tentang kompleksitas tumbuh kembang
neonates.
 Membantu para praktisi kesehatan dalam merencanakan dan memberikan
asuhan keperawatan yang sesuai dengan kebutuhan tumbuh kembang
neonates.
 Memberikan panduan kepada orang tua dan pengasuh tentang cara
mendukung tumbuh kembang neonates yang optimal.
 Menyediakan dasar ilmiah untuk pengembangan strategi anticipatory
guidance dan promosi kesehatan yang efektif untuk neonates.
 Memperkaya literatur keperawatan dan kesehatan anak dengan perspektif
Islam tentang tumbuh kembang neonates.

1. 5 Metode Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data untuk penulisan makalah ini meliputi:
 Studi Literatur: Melakukan review sistematis terhadap literatur ilmiah, buku
teks, jurnal, dan publikasi terkait tumbuh kembang neonates dari berbagai
sumber, termasuk data dan penelitian terbaru di bidang keperawatan
pediatrik dan psikologi perkembangan.

8
 Analisis Dokumen: Mengumpulkan dan menganalisis panduan, kebijakan
kesehatan, dan materi edukasi yang diterbitkan oleh organisasi kesehatan
terkemuka.
 Studi Kasus: Menganalisis studi kasus yang relevan untuk mendapatkan
wawasan tentang aplikasi praktis dari teori dan prinsip tumbuh kembang
neonates dalam keperawatan.
 Integrasi Pengetahuan Islam: Menelaah sumber-sumber Islam, termasuk Al-
Qur'an dan Hadis, serta karya-karya para ulama tentang konsep tumbuh
kembang neonates dalam Islam.

9
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Tumbuh Kembang
Tumbuh kembang anak adalah proses yang kompleks dan multidimensional,
yang dipengaruhi oleh berbagai faktor interaksi antara genetika, nutrisi, lingkungan,
dan pengalaman sosial-emosional. Setiap anak berkembang menurut ritmenya sendiri,
meskipun ada pola umum yang dapat diprediksi. Pengasuhan yang responsif dan
mendukung penting untuk membantu setiap anak mencapai potensi tumbuh
kembangnya.
Tumbuh kembang merupakan dua proses yang saling terkait erat namun
berbeda. Tumbuh merujuk pada perubahan fisik yang dapat diukur, seperti
peningkatan ukuran, berat badan, dan tinggi badan. Sementara itu, kembang atau
perkembangan lebih berkaitan dengan kemajuan dan perubahan dalam kemampuan
fungsi organ tubuh, termasuk aspek emosional dan sosial yang dipengaruhi oleh
faktor lingkungan. Proses ini mencakup berbagai aspek, mulai dari fisik hingga
emosional dan intelektual, yang berkembang seiring waktu. Ini merupakan proses
dinamis yang mencakup beberapa dimensi yang saling terkait:
 Pertumbuhan (Growth): Merujuk pada peningkatan jumlah dan ukuran sel saat
mereka membelah dan mensintesis protein baru. Hal ini menghasilkan
peningkatan ukuran dan berat keseluruhan atau bagian tubuh tertentu.
 Perkembangan (Development): Merupakan perubahan dan ekspansi yang
bertahap; kemajuan dari tahap yang lebih rendah ke tahap yang lebih lanjut
dalam hal kompleksitas, termasuk muncul dan berkembangnya kapasitas
individu melalui tumbuh, pematangan, dan belajar. Proses ini interelasi,
simultan, dan berkelanjutan, bergantung pada urutan pengaruh endokrin,
genetik, konstitusional, lingkungan, dan nutrisi.
 Pematangan (Maturation): Peningkatan dalam kompetensi dan adaptabilitas;
penuaan; biasanya digunakan untuk menggambarkan perubahan kualitatif;

10
perubahan dalam kompleksitas struktur yang memungkinkan struktur tersebut
mulai berfungsi atau berfungsi pada level yang lebih tinggi.
 Diferensiasi (Differentiation): Proses di mana sel-sel awal dan struktur secara
sistematis dimodifikasi dan diubah untuk mencapai sifat fisik dan kimia khusus
dan karakteristik. Kadang-kadang digunakan untuk menggambarkan tren dari
massa ke spesifik; pengembangan dari aktivitas dan fungsi yang lebih
sederhana ke yang lebih kompleks.
Proses-proses ini saling terkait, bersamaan, dan berkelanjutan; tidak ada yang
terjadi terpisah dari yang lain. Proses-proses ini bergantung pada urutan pengaruh
endokrin, genetik, konstitusional, lingkungan, dan nutrisi. Tubuh anak menjadi lebih
besar dan lebih kompleks; secara simultan, kepribadian juga berkembang dalam
lingkup dan kompleksitas. Pertumbuhan dapat dilihat sebagai perubahan kuantitatif
dan perkembangan sebagai perubahan kualitatif

2.2 Pola dan Prinsip Tumbuh Kembang


Terdapat beberapa prinsip dalam proses pertumbuhan dan perkembangan yang
dapat menentukan ciri atau pola dari pertumbuhan dan perkembangan setiap anak.
Prinsip-prinsip tumbuh kembang di antaranya yaitu :
a. Proses tumbuh kembang sangat bergantung pada aspek kematangan susunan
saraf pada manusia, di mana semakin kompleks kematangan saraf maka
semakin sempurna pula proses tumbuh kembang yang terjadi mulai dari
proses konsepsi sampai dengan dewasa.
b. Proses tumbuh kembang setiap individu sama, yaitu mencapai proses
kematangan, meskipun dalam proses pencapaian tersebut tidak memiliki
kecepatan yang sama antara individu satu dengan lainnya.
c. Proses tumbuh kembang memiliki pola khas yang dapat terjadi mulai dari
kepala hingga ke seluruh bagian tubuh atau dapat juga dimulai dari yang
sederhana hingga mencapai kemampuan yang lebih kompleks hingga

11
mencapai kesempurnaan tahap tumbuh kembang (Narendra (2002) dalam
Hidayat (2008)).
Menurut Soetjiningsih 1995, tumbuh kembang anak memiliki ciri-ciri tertentu
yang dimulai sejak konsepsi hingga dewasa, diantaranya yaitu :
a. Tumbuh kembang adalah proses yang berkelanjutan sejak dari konsepsi
sampai maturasi yang dipengaruhi oleh faktor bawaan dan lingkungan.
b. Dalam periode tertentu terdapat adanya masa percepatan atau perlambatan,
serta laju tumbuh kembang yang berlainan diantara organ-organ. Terdapat 3
periode pertumbuhan cepat adalah pada masa janin, masa bayi 0 – 1 tahun,
dan masa pubertas. Sedangkan pertumbuhan organ-organ tubuh mengikuti 4
pola, yaitu pola umum, limfoid, neural, dan reproduksi.
c. Pola perkembangan anak umumnya sama, tetapi kecepatannya berbeda
antara anak satu dengan lainnya.
d. Perkembangan berhubungan erat dengan maturasi sistem susunan saraf.
e. Aktivitas selurh tubuh diganti respons individu yang khas.
f. Arah perkembangan anak adalah sefalokaudal.
g. Refleks primitif seperti refleks memegang dan berjalan akan menghilang
sebelum gerakan volunter tercapai.

2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang


Faktor-faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang anak dapat dibagi menjadi
tiga kelompok utama: faktor genetik, lingkungan, dan perilaku. Setiap faktor ini
memiliki peranan signifikan dalam menentukan jalannya proses tumbuh kembang
seorang anak.
 Faktor Genetik
Faktor genetik merupakan dasar utama yang menentukan potensi
pertumbuhan dan perkembangan seorang anak. Ini termasuk ciri-ciri bawaan
yang diwarisi dari orang tua, seperti jenis kelamin, ras, serta kecenderungan

12
genetik terhadap penyakit tertentu. Potensi genetik ini berinteraksi dengan
faktor-faktor lingkungan, yang mana interaksi tersebut dapat memaksimalkan
atau meminimalkan potensi tumbuh kembang anak.
 Faktor Lingkungan
Lingkungan memainkan peran krusial dalam tumbuh kembang anak, mulai
dari lingkungan fisik, sosial, hingga budaya. Aspek-aspek seperti nutrisi,
interaksi sosial, stimulasi intelektual, serta kondisi tempat tinggal dan sekolah,
semuanya berkontribusi terhadap perkembangan anak. Lingkungan yang positif
dan mendukung dapat mempercepat perkembangan anak, sementara lingkungan
yang kurang mendukung dapat menghambat perkembangan.
 Faktor Perilaku
Perilaku individu, termasuk kebiasaan belajar dan gaya hidup, juga
berpengaruh terhadap tumbuh kembang. Perilaku yang positif seperti keinginan
untuk belajar, berinteraksi dengan orang lain, dan berpartisipasi dalam kegiatan
fisik, dapat mendukung perkembangan kognitif, sosial, dan fisik anak.
Sebaliknya, perilaku yang negatif dapat menghambat perkembangan tersebut.
Ferdinand (2014) menjelaskan terdapat dua kategori utama internal dan
eksternal yang memperngaruhi pertumbuhan dan perkembangan.
1. Faktor Internal (Intrinsik):
 Etnis: Keturunan etnis tertentu tidak berubah ke etnis lain; misalnya, etnis
Amerika tidak akan berubah menjadi etnis Indonesia.
 Keluarga: Ukuran fisik orang tua cenderung mempengaruhi ukuran fisik anak,
termasuk tinggi badan dan berat badan.
 Usia: Pertumbuhan anak dipengaruhi oleh usianya, dengan anak-anak usia
dini tumbuh lebih cepat dibandingkan dengan usia dewasa.
 Jenis Kelamin: Perkembangan fungsi reproduksi dan pertumbuhan fisik
berbeda antara laki-laki dan perempuan, terutama sekitar masa pubertas.

13
 Genetika: Kondisi genetik bawaan memainkan peran dalam karakteristik fisik
dan potensi kelainan genetik pada anak.
 Kelainan Kromosom: Kelainan kromosom seringkali berhubungan dengan
gangguan pertumbuhan, seperti pada sindrom Down dan sindrom Turner.

2. Faktor Eksternal (Ekstrinsik):


A. Perinatal:
 Nutrisi: Asupan nutrisi ibu hamil, khususnya pada trimester terakhir,
berpengaruh signifikan pada pertumbuhan janin.
 Mekanis: Posisi janin yang tidak normal dapat menyebabkan kelainan
bawaan.
 Toksin: Paparan zat kimia tertentu selama kehamilan bisa menyebabkan
kelainan bawaan pada janin.
 Endokrin: Diabetes pada ibu hamil bisa berdampak pada kondisi seperti
makrosomia pada bayi.
 Radiasi: Paparan radiasi tertentu selama kehamilan dapat menyebabkan
berbagai kelainan pada janin.
 Infeksi: Infeksi tertentu selama kehamilan dapat menyebabkan kelainan serius
pada janin.
 Imunologi: Perbedaan golongan darah antara ibu dan janin bisa menyebabkan
kondisi yang merugikan janin.
 Anoksia: Gangguan fungsi plasenta dapat mengakibatkan anoksia pada
embrio, menghambat pertumbuhan.
 Psikologi: Stres atau kondisi psikologis negatif pada ibu hamil bisa
berdampak pada janin.
B. Persalinan:
Komplikasi selama persalinan dapat menyebabkan kerusakan otak pada bayi.
C. Pascasalin:

14
 Nutrisi: Asupan gizi yang adekuat sangat penting untuk pertumbuhan bayi.
 Penyakit kronis: Penyakit tertentu dapat menghambat pertumbuhan fisik bayi.
 Psikologis: Interaksi sosial dan emosional yang negatif bisa menghambat
pertumbuhan dan perkembangan anak.
 Endokrin: Gangguan hormon bisa memperlambat pertumbuhan anak.
 Sosio-ekonomi: Faktor ekonomi, seperti kemiskinan, berpengaruh pada nutrisi
dan lingkungan hidup anak.
 Lingkungan pengasuhan: Kualitas interaksi dan perawatan dalam keluarga
berpengaruh besar pada perkembangan anak.
 Stimulasi: Stimulasi intelektual dan sosial dalam keluarga penting untuk
perkembangan anak.
 Obat-obatan: Penggunaan obat tertentu bisa menghambat pertumbuhan anak.

2.4 Tumbuh kembang anak berdasarkan Tingkat Usia:


 Perkembangan Fisiologis
Perkembangan fisiologis meliputi perubahan dalam struktur dan fungsi tubuh,
yang dapat diukur dan diamati secara objektif.
- Masa Neonatus (0-28 hari)
Adaptasi sistem pernapasan dan sirkulasi darah dari kehidupan intrauterin ke
ekstra uterin. Terjadi penurunan berat badan pada minggu pertama, diikuti
dengan peningkatan bertahap.
- Bayi (1-12 bulan)
Pertumbuhan cepat, peningkatan berat badan dan panjang badan.
Pengembangan kemampuan motorik kasar dan halus, penglihatan, dan
pendengaran.
- Toddler (1-3 tahun)

15
Melanjutkan pertumbuhan fisik tetapi dengan laju yang lebih lambat
dibandingkan bayi. Perkembangan keterampilan motorik halus dan kasar,
seperti berjalan, berlari, dan memanjat.
- Pra-Sekolah (3-5 tahun)
Pertumbuhan fisik terus berlangsung dengan peningkatan kekuatan dan
koordinasi. Peningkatan kemampuan motor halus yang mendukung aktivitas
seperti menggambar dan memotong dengan gunting.
- Sekolah Awal (6-12 tahun)
Pertumbuhan fisik menjadi lebih lambat; perkembangan otot dan kekuatan
meningkat, memungkinkan peningkatan dalam kemampuan fisik dan
koordinasi.
- Remaja (13-18 tahun)
Pubertas mengawali perubahan cepat dalam pertumbuhan dan perkembangan
seksual. Pada periode ini terjadi lonjakan pertumbuhan, perubahan komposisi
tubuh, dan pematangan seksual.
 Perkembangan Psikoseksual
Perkembangan psikoseksual merupakan konsep yang diperkenalkan oleh
Sigmund Freud, yang menggambarkan bagaimana kepribadian anak
berkembang melalui serangkaian tahap yang ditandai oleh fokus erotis pada
bagian tubuh tertentu. Freud berpendapat bahwa bagaimana individu melewati
setiap tahap mempengaruhi kepribadian dan perilaku di masa dewasa. Berikut
adalah ringkasan tahapan perkembangan psikoseksual menurut Freud:
1. Tahap Oral (0-1 tahun)
- Fokus: Mulut (mengisap, menggigit)
- Isu Utama: Ketergantungan, kepercayaan
- Konsekuensi jika tidak terselesaikan: Ketergantungan atau perilaku agresif
2. Tahap Anal (1-3 tahun)
- Fokus: Anus (buang air besar)

16
- Isu Utama: Kontrol dan otonomi
- Konsekuensi jika tidak terselesaikan: Ketertiban atau kekacauan
3. Tahap Falik (3-6 tahun)
- Fokus: Alat kelamin
- Isu Utama: Identitas seksual
- Konsekuensi jika tidak terselesaikan: Kecemasan identitas atau kesulitan
dalam hubungan
4. Tahap Laten (6 tahun-pubertas)
- Fokus: Pengembangan intelektual, sosial, dan keterampilan
- Isu Utama: Pertumbuhan kognitif dan sosial
- Konsekuensi jika tidak terselesaikan: Kurangnya keterampilan sosial atau
kreativitas
5. Tahap Genital (pubertas-dewasa)
- Fokus: Alat kelamin (lagi), hubungan intim
- Isu Utama: Pembentukan hubungan romantis yang matang
- Konsekuensi jika tidak terselesaikan: Kesulitan dalam menjalin hubungan
intim
 Perkembangan Psikososial
Perkembangan psikososial merupakan konsep yang diperkenalkan oleh Erik
Erikson, yang menekankan pada perkembangan kepribadian dan identitas
individu sepanjang hidupnya dalam konteks sosial dan budaya. Erikson
menggambarkan perkembangan ini melalui delapan tahap, di mana setiap
tahap ditandai oleh sebuah krisis atau konflik psikososial yang harus dihadapi
dan diselesaikan oleh individu.
- Tahap pertama adalah kepercayaan versus ketidakpercayaan, di mana bayi
belajar untuk mempercayai orang lain jika kebutuhan mereka dipenuhi atau
menjadi tidak percaya jika kebutuhan mereka diabaikan.

17
- Tahap kedua adalah otonomi versus malu dan ragu, di mana anak-anak
muda belajar untuk menjadi mandiri atau merasa malu atas kegagalan
mereka. Tahap ketiga, inisiatif versus rasa bersalah, terjadi ketika anak-
anak memulai proyek mereka sendiri dan merasa percaya diri dalam
kemampuan mereka atau merasa bersalah atas keinginan dan tindakan
mereka.
- Tahap keempat adalah industri versus inferioritas, di mana anak-anak
sekolah belajar merasa kompeten dalam kemampuan mereka atau merasa
tidak mampu dan inferior.
- Tahap kelima adalah identitas versus kebingungan peran, dimana remaja
menjelajahi berbagai peran dan ide untuk membentuk identitas yang kuat
atau menjadi bingung tentang siapa mereka.
- Tahap keenam adalah intimasi versus isolasi, di mana orang dewasa muda
mencari hubungan dekat dengan orang lain atau merasa terisolasi dan
sendiri. Tahap ketujuh adalah generativitas versus stagnasi, di mana orang
dewasa menengah berusaha untuk memberi kontribusi pada generasi
berikutnya atau merasa tidak produktif dan stagnan.
- Tahap kedelapan adalah integritas ego versus keputusasaan, di mana orang
tua merenungkan hidup mereka dan merasa puas atau merasa keputusasaan
mengenai masa lalu dan takut akan kematian.
 Perkembangan Kognitif
Perkembangan kognitif adalah proses di mana individu belajar dan
berkembang dalam hal pemikiran, pengetahuan, pemecahan masalah, dan
pemahaman tentang dunia sekitar mereka. Teori perkembangan kognitif yang
paling terkenal adalah teori yang dikembangkan oleh Jean Piaget, yang
menguraikan empat tahap perkembangan kognitif yang dialami oleh anak-
anak saat mereka tumbuh menjadi dewasa.

18
Piaget percaya bahwa anak-anak bergerak melalui empat tahap utama
perkembangan kognitif: Tahap Sensorimotor (dari lahir hingga sekitar 2
tahun), di mana bayi belajar tentang dunia melalui gerakan dan sensasi fisik;
Tahap Praperasional (dari sekitar 2 hingga 7 tahun), di mana anak-anak mulai
menggunakan bahasa dan berpikir secara simbolis tetapi masih kurang dalam
pemikiran logis; Tahap Operasional Konkret (dari sekitar 7 hingga 11 tahun),
di mana anak-anak mulai berpikir secara logis tentang objek dan peristiwa
konkret; dan Tahap Operasional Formal (dari sekitar 12 tahun ke atas), di
mana remaja dan dewasa mampu berpikir secara abstrak dan hipotetis.
 Perkembangan Moral
- Tingkat Pra-Konvensional (umumnya anak-anak)
Tahap 1: Orientasi Hukuman dan Kepatuhan
Individu mematuhi aturan untuk menghindari hukuman. Pemikiran berpusat
pada konsekuensi diri sendiri tanpa mempertimbangkan perspektif orang lain.
Tahap 2: Orientasi Keuntungan Individual dan Pertukaran
Tindakan benar dianggap sebagai yang memenuhi kebutuhan individu, dan
adanya pengakuan terhadap kepentingan orang lain tetapi hanya jika itu juga
memenuhi kebutuhan pribadi.
- Tingkat Konvensional (umumnya remaja dan dewasa muda)
Tahap 3: Orientasi Hubungan Baik dan Kesetiaan Interpersonal
Perilaku benar adalah yang menyenangkan, membantu, dan disetujui oleh
orang lain. Ada penekanan pada konformitas, hubungan baik, dan ekspektasi
sosial.
Tahap 4: Orientasi Otoritas dan Ketertiban Sosial
Hukum dan ketertiban dilihat sebagai penting untuk menjaga masyarakat.
Individu mematuhi aturan untuk menjaga sistem sosial dan mendukung
kewajiban sosial.
- Tingkat Pasca-Konvensional (dewasa, tidak semua mencapai tahap ini)

19
Tahap 5: Orientasi Kontrak Sosial
Pengakuan terhadap hak-hak individu dan aturan yang bersifat relatif, dengan
penekanan pada kemungkinan perubahan hukum berdasarkan konsensus
sosial.
Tahap 6: Orientasi Prinsip Etis Universal
Prinsip etis yang dipilih karena logis dan konsisten (misalnya, keadilan,
martabat manusia, kesetaraan) dan diikuti walaupun bertentangan dengan
hukum dan aturan sosial.

2.3 Masalah Perkembangan Pada Anak Setiap Tingkat Usia


 Bayi (0-12 bulan)
Gangguan dalam proses menyusui atau pemberian makan, kesulitan dalam
membangun pola tidur yang teratur, dan risiko gangguan perkembangan
akibat kurangnya stimulasi.
 Toddler (1-3 tahun)
Tantrum atau kemarahan karena frustrasi, kesulitan dalam toilet training, dan
tantangan dalam mengembangkan kemandirian.
 Pra-Sekolah (3-5 tahun)
Kesulitan dalam berinteraksi dengan teman sebaya, masalah perilaku seperti
berbohong atau mengambil barang orang lain, dan rasa takut atau kecemasan
yang irasional.
 Usia Sekolah (6-12 tahun)
Tantangan akademik dan sosial, seperti kesulitan belajar, bullying, dan
pengembangan harga diri.
 Remaja (13-18 tahun)
Konflik identitas, tekanan kelompok sebaya, dan eksperimen dengan
perilaku berisiko seperti penggunaan substansi atau seksualitas.

20
Selain masalah perkembangan spesifik yang terkait dengan setiap tahap usia, anak-
anak dan remaja juga dapat menghadapi tantangan yang lebih luas dan kompleks
yang melintasi berbagai aspek perkembangan. Masalah-masalah ini dapat termasuk
pengaruh dari teknologi dan media sosial, isu-isu kesehatan mental, dan dampak dari
kondisi sosial-ekonomi atau lingkungan keluarga.
Penggunaan teknologi dan media sosial, misalnya, telah menjadi bagian
integral dari kehidupan banyak anak dan remaja. Sementara teknologi menyediakan
kesempatan untuk belajar, berkomunikasi, dan mengembangkan keterampilan baru,
paparan berlebihan atau tidak terkontrol dapat menyebabkan masalah seperti
kecanduan layar, gangguan tidur, dan efek negatif pada kesehatan mental. Penting
bagi orang tua dan pengasuh untuk memantau dan membatasi penggunaan teknologi
anak-anak mereka, serta mendorong kegiatan lain yang mendukung perkembangan
fisik dan sosial yang sehat.
Kesehatan mental merupakan aspek penting lain dari perkembangan anak dan
remaja. Gangguan seperti kecemasan, depresi, dan gangguan makan menjadi semakin
umum di kalangan usia muda. Faktor-faktor seperti tekanan akademik, konflik
keluarga, dan tekanan sosial dapat berkontribusi terhadap masalah kesehatan mental.
Penting untuk menciptakan lingkungan yang mendukung di mana anak-anak merasa
aman untuk berbicara tentang perasaan mereka dan mencari bantuan ketika mereka
membutuhkannya. Intervensi dini dan dukungan terus-menerus dari keluarga,
sekolah, dan profesional kesehatan mental dapat membantu mengatasi masalah
kesehatan mental.
Dampak dari kondisi sosial-ekonomi dan lingkungan keluarga juga tidak bisa
diabaikan. Anak-anak yang tumbuh dalam kondisi kemiskinan, konflik keluarga, atau
lingkungan yang tidak mendukung dapat menghadapi hambatan tambahan dalam
perkembangan mereka. Isu-isu ini dapat mempengaruhi akses mereka ke nutrisi yang
baik, pendidikan berkualitas, dan sumber daya lainnya yang penting untuk
perkembangan yang sehat. Dukungan komunitas, program intervensi sosial, dan
kebijakan publik yang dirancang untuk mengatasi ketidaksetaraan dan mendukung

21
keluarga dapat membantu mengurangi dampak negatif dari faktor-faktor ini pada
perkembangan anak.

2.4 Anticipatory Guidance


 Pengertian
Anticipatory guidance merupakan konsep dalam pediatri dan perawatan kesehatan
anak yang bertujuan untuk memberikan bimbingan dan konseling kepada orang tua
atau pengasuh tentang tahap perkembangan yang akan datang, tantangan potensial,
dan strategi untuk mendukung perkembangan anak yang sehat. Konsep ini didasarkan
pada prinsip bahwa dengan memberikan informasi dan dukungan sebelum munculnya
tahap perkembangan atau masalah kesehatan tertentu, orang tua dapat lebih siap
untuk menghadapi dan mengelola tantangan tersebut, sehingga mendukung
kesejahteraan fisik, emosional, dan sosial anak.
 Konsep Anticipatory Guidance
Anticipatory guidance mencakup berbagai aspek, termasuk perkembangan fisik dan
motorik, kognitif, emosional, dan sosial, serta isu-isu spesifik seperti nutrisi,
keamanan, perilaku, dan pendidikan. Pendekatan ini memungkinkan perawat dan
profesional kesehatan lainnya untuk bekerja sama dengan keluarga dalam
merencanakan dan menerapkan strategi yang mendukung kesehatan dan
perkembangan anak.
 Pendampingan Bimbingan oleh Perawat
Dalam konteks pemberian anticipatory guidance, perawat memainkan peran kunci
dalam mendidik dan mendukung orang tua. Hal ini dapat mencakup:
- Mengidentifikasi kebutuhan individu dan keluarga berdasarkan tahap
perkembangan anak.
- Memberikan informasi yang relevan dan berbasis bukti tentang kesehatan dan
perkembangan anak.

22
- Membantu orang tua dalam mengembangkan keterampilan untuk mengatasi
tantangan yang mungkin muncul.
- Mendorong praktik parenting yang positif dan efektif.
- Memfasilitasi diskusi tentang ekspektasi perkembangan yang realistis.
- Memberikan dukungan emosional dan mengarahkan keluarga ke sumber daya
tambahan jika diperlukan.
 Petunjuk Anticipatory Guidance Tiap Usia
- Bayi (0-12 bulan)
a. Nutrisi: Penekanan pada pentingnya menyusui atau formula bayi, pengenalan
makanan padat pada usia yang tepat.
b. Keamanan: Pencegahan SIDS, keamanan dalam mobil, dan keamanan rumah.
c. Perkembanga: Stimulasi melalui bermain, pengenalan bahasa, dan
pengembangan ikatan.
- Toddler (1-3 tahun)
a. Disiplin: Strategi untuk mengatur batasan dan mengatasi tantrum.
b. Keamanan: Pencegahan kecelakaan di rumah, keamanan di air, dan keamanan
bermain.
c. Nutrisi: Mendorong diet seimbang dan mengatasi picky eaters.
- Pra-Sekolah (3-5 tahun)
a. Sosialisasi: Mendorong interaksi positif dengan teman sebaya dan
pengembangan keterampilan sosial.
b. Pendidikan: Persiapan untuk sekolah dan pengembangan literasi awal.
c. Aktivitas Fisik: Pentingnya bermain dan aktivitas fisik untuk perkembangan
motorik kasar dan halus.
- Usia Sekolah (6-12 tahun)
a. Akademik: Dukungan untuk belajar dan mengatasi kesulitan akademik.
b. Keamanan: Keamanan di internet, pencegahan bullying, dan keamanan luar
rumah.

23
c. Kesehatan Fisik: Nutrisi, olahraga, dan kebiasaan tidur yang sehat.
- Remaja (13-18 tahun)
a. Kesehatan Mental: Mengenali dan mendukung isu-isu kesehatan mental
seperti kecemasan dan depresi.
b. Perilaku Berisiko: Edukasi tentang penggunaan substansi, seksualitas, dan
keamanan di internet.
c. Transisi ke Dewasa: Bimbingan tentang kemandirian, pendidikan lebih lanjut,
dan karir.

2.5 Health Promotion


Promosi kesehatan (Promkes) tumbuh kembang anak merupakan upaya
komprehensif yang bertujuan untuk memastikan bahwa anak-anak dapat mencapai
potensi tumbuh kembang mereka secara maksimal. Hal ini melibatkan serangkaian
strategi dan intervensi yang dirancang untuk mendukung kebutuhan dasar anak dalam
aspek asuh, asih, dan asah. Berikut ini adalah penjelasan tentang bagaimana Promkes
tumbuh kembang anak dapat diimplementasikan berdasarkan kebutuhan-kebutuhan
dasar tersebut:
1. Aspek Asuh (Kebutuhan Fisik-Biologis)
Promkes dalam aspek asuh melibatkan upaya untuk memastikan bahwa
kebutuhan fisik dan biologis anak terpenuhi. Ini termasuk:
- Edukasi Nutrisi: Menginformasikan dan mendidik orang tua tentang
pentingnya nutrisi seimbang, mulai dari kehamilan hingga masa anak-anak,
termasuk pentingnya ASI eksklusif selama 6 bulan pertama.
- Program Imunisasi: Meningkatkan kesadaran dan kepatuhan terhadap jadwal
imunisasi untuk mencegah penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin.
- Pentingnya Kebersihan: Kampanye tentang kebersihan pribadi dan
lingkungan, serta praktek makan dan minum yang sehat untuk mencegah
penyakit.

24
- Pentingnya Bermain dan Olahraga: Mendorong aktivitas fisik melalui bermain
dan olahraga untuk mendukung perkembangan fisik dan kognitif.
- Akses Pelayanan Kesehatan: Memfasilitasi akses terhadap pemeriksaan
kesehatan rutin dan pengobatan yang tepat, termasuk pemberian vitamin A
dan penimbangan rutin.
2. Aspek Asih (Kebutuhan Kasih Kaming dan Emosi)
Promkes dalam aspek asih berfokus pada pentingnya ikatan emosional dan
dukungan sosial untuk perkembangan anak:
- Edukasi Pengasuhan Positif: Memberikan informasi dan pelatihan tentang
pengasuhan positif, menciptakan lingkungan yang penuh kasih kaming,
dan mengembangkan ikatan yang kuat antara orang tua dan anak.
- Pentingnya Komunikasi: Mendorong orang tua untuk aktif mendengarkan
dan merespon kebutuhan serta perasaan anak, serta menghargai pendapat
dan keinginan mereka.
- Dukungan Emosional: Menginformasikan tentang pentingnya dukungan
emosional untuk kesehatan mental anak, termasuk mengidentifikasi dan
menangani tanda-tanda stres atau kecemasan pada anak.
3. Aspek Asah (Kebutuhan Stimulasi)
- Promkes dalam aspek asah meliputi upaya untuk merangsang
perkembangan kognitif, emosional, dan sosial anak:
- Stimulasi Dini: Mengedukasi orang tua tentang pentingnya stimulasi dini
dan cara-cara untuk merangsang perkembangan otak, termasuk berbicara,
membacakan cerita, dan bermain yang merangsang pikiran.
- Pengembangan Keterampilan: Mendorong kegiatan yang mendukung
pengembangan keterampilan bahasa, motorik halus dan kasar, serta sosial
dan emosional.
- Deteksi dan Intervensi Dini: Mempromosikan pentingnya deteksi dini
kelainan atau penyimpangan tumbuh kembang dan intervensi dini untuk

25
memastikan anak-anak mendapatkan bantuan yang mereka butuhkan
sesegera mungkin.
Strategi promosi kesehatan (Promkes) tumbuh kembang anak di tiap usia
memerlukan pendekatan yang disesuaikan dengan kebutuhan spesifik dan tantangan
yang dihadapi pada setiap tahap perkembangan anak. Pendekatan ini harus
komprehensif, mencakup aspek fisik, emosional, sosial, dan kognitif anak. Berikut
adalah strategi Promkes untuk tumbuh kembang anak pada tiap usia:
 Bayi (0-12 bulan)
Strategi Promkes pada usia ini fokus pada pendidikan orang tua mengenai
pentingnya ASI eksklusif selama 6 bulan pertama, nutrisi ibu selama masa
kehamilan dan menyusui, serta jadwal imunisasi yang lengkap untuk mencegah
penyakit. Edukasi tentang pentingnya stimulasi dini melalui sentuhan,
pembicaraan, dan bermain yang sesuai usia sangat penting untuk mendukung
perkembangan sensorik dan kognitif bayi. Pelayanan kesehatan rutin juga harus
ditekankan untuk memantau pertumbuhan dan perkembangan bayi secara berkala.
 Toddler (1-3 tahun)
Pada tahap ini, strategi Promkes meliputi edukasi tentang nutrisi seimbang untuk
mendukung pertumbuhan fisik yang cepat, serta pentingnya keamanan dalam
rumah untuk mencegah kecelakaan. Stimulasi melalui bermain yang mendorong
eksplorasi dan pembelajaran, serta pengenalan pada konsep dasar seperti warna,
bentuk, dan angka, mendukung perkembangan kognitif dan motorik.
Mengembangkan rutinitas tidur yang baik dan memperkenalkan toilet training
juga merupakan fokus pada usia ini.
 Pra-Sekolah (3-5 tahun)
Strategi Promkes mencakup pendidikan tentang pentingnya aktivitas fisik dan
permainan luar ruangan untuk perkembangan motorik kasar dan sosialisasi.
Edukasi tentang kebiasaan makan yang sehat dan independensi dalam kebersihan
pribadi penting pada tahap ini. Memberikan stimulasi intelektual melalui cerita,

26
permainan edukatif, dan kegiatan kreatif seperti menggambar dan mewarnai
untuk mendukung perkembangan kognitif dan ekspresi diri.
 Usia Sekolah (6-12 tahun)
Pada usia sekolah, strategi Promkes berfokus pada dukungan terhadap
kebutuhan akademik dan sosial anak. Edukasi tentang diet seimbang dan
kegiatan fisik untuk mencegah obesitas sangat penting. Mendorong
keterlibatan dalam olahraga tim atau kegiatan ekstrakurikuler dapat membantu
pengembangan sosial dan kepemimpinan. Diskusi tentang keamanan di
internet dan cara menghadapi bullying menjadi semakin relevan. Memberikan
informasi tentang perubahan fisik yang akan datang dan edukasi seksual yang
sesuai usia juga penting.
 Remaja (13-18 tahun)
Strategi Promkes untuk remaja meliputi edukasi kesehatan reproduksi dan
seksual yang aman dan bertanggung jawab, serta diskusi tentang bahaya
penggunaan zat dan perilaku berisiko lainnya. Mendukung kesehatan mental
dengan membahas cara mengatasi tekanan peer, stres akademik, dan isu
identitas. Mendorong kemandirian dalam membuat keputusan sehat dan
partisipasi dalam kegiatan komunitas atau sukarela untuk mengembangkan
rasa tanggung jawab sosial.

2.6 Sex Education


Edukasi seksual merupakan proses pembelajaran tentang aspek biologis,
emosional, sosial, dan legal seksualitas manusia. Tujuannya adalah untuk membekali
individu, terutama anak-anak dan remaja, dengan pengetahuan, keterampilan, dan
nilai-nilai yang akan membantu mereka membuat keputusan yang sehat, positif, dan
diinformasikan tentang seks dan hubungan mereka. Edukasi seksual yang efektif
mencakup berbagai topik, termasuk anatomi dan fisiologi reproduksi, kesehatan

27
reproduksi, konsen (persetujuan), hubungan interpersonal, orientasi seksual, identitas
gender, kontrasepsi, pencegahan penyakit menular seksual (PMS), dan reproduksi.
Pentingnya Edukasi Seksual
 Mencegah Kehamilan Remaja dan PMS: Memberikan informasi tentang
kontrasepsi dan cara pencegahan PMS dapat membantu menurunkan angka
kehamilan remaja dan penyebaran PMS.
 Pembentukan Sikap dan Nilai: Membantu anak-anak dan remaja membentuk
sikap dan nilai yang sehat terkait seksualitas, hubungan, dan penghormatan
terhadap perbedaan.
 Kesadaran tentang Konsen: Mengajarkan tentang pentingnya persetujuan
dalam hubungan intim dan menghormati batasan diri sendiri dan orang lain.
 Pemahaman tentang Diversitas: Memberikan pemahaman tentang orientasi
seksual dan identitas gender, mendorong empati dan penghormatan terhadap
keragaman.
 Kesehatan Reproduksi: Memberikan informasi tentang kesehatan reproduksi,
termasuk pemeriksaan rutin dan cara mengenali tanda-tanda masalah
kesehatan terkait.
Contoh Edukasi Seksual:
 Anak-anak (Usia Dini)
- Pendidikan tentang Tubuh: Mengajarkan nama-nama anggota tubuh
dengan cara yang sopan dan sesuai, serta konsep privasi tubuh, yaitu
bagian mana yang boleh dan tidak boleh dilihat atau disentuh oleh orang
lain. Menggunakan istilah yang tepat dan tidak membuat anak merasa
malu tentang tubuh mereka.
- Konsep Kebersihan: Mengajarkan tentang kebersihan sebagai bagian dari
Sunnah Nabi, termasuk kebersihan setelah buang air kecil atau besar.
 Anak-anak (Usia Sekolah)

28
- Perubahan pada Tubuh: Memberikan informasi tentang perubahan fisik
yang akan terjadi selama pubertas, seperti suara yang berubah pada laki-
laki dan menstruasi pada perempuan, dengan penjelasan bahwa ini adalah
bagian dari proses alami yang diciptakan oleh Allah.
- Nilai dan Akhlak: Mengajarkan tentang pentingnya menjaga pandangan,
berbicara, dan berperilaku yang sesuai dengan nilai-nilai Islam dalam
hubungan dengan lawan jenis.
 Remaja
- Kesehatan Reproduksi dan Seksualitas: Memberikan informasi tentang
kesehatan reproduksi dengan penekanan pada pentingnya menjaga
kesucian diri dan menjauhi zina, sesuai dengan ajaran Islam.
- Pendidikan tentang Pernikahan dan Keluarga: Mengajarkan tentang
pernikahan dalam Islam sebagai sarana yang halal untuk memenuhi
kebutuhan seksual dan mendirikan keluarga, serta pentingnya memilih
pasangan hidup yang sesuai dengan kriteria agama.
- Pencegahan Penyakit Menular Seksual: Memberikan edukasi tentang cara
pencegahan penyakit menular seksual, dengan menekankan pentingnya
menjaga diri dan perilaku yang halal.
2.7 Konsep Tumbuh Kembang Neonates Dalam Islam
Konsep perkembangan neonatus dalam Islam memandang proses kehidupan
manusia sebagai rangkaian yang dimulai sejak konsepsi hingga kematian, dengan
setiap tahapan memiliki tujuan dan hikmah tersendiri. Islam menyajikan pandangan
holistik terhadap kehidupan, di mana aspek fisik, spiritual, dan emosional saling
terkait dan mendukung satu sama lain dalam mencapai kesempurnaan manusia
sebagai makhluk ciptaan Allah SWT.
 Penciptaan Manusia dari Tanah: Dalam Islam, manusia diciptakan dari
tanah, yang menekankan pada asal-usul yang rendah dan sederhana. Hal
ini dijelaskan dalam Al-Qur'an Surat Al-Mu'minun ayat 12, yang

29
menyatakan bahwa manusia diciptakan dari esensi tanah. Konsep ini
mengingatkan pada kerendahan asal keberadaan fisik manusia, sekaligus
potensi untuk tumbuh dan berkembang.
 Perkembangan dari Setetes Mani ke Segumpal Darah: Proses kehidupan
manusia berlanjut dari setetes mani ke segumpal darah, seperti yang
dijelaskan dalam Surat Al-Mu’minun ayat 14. Ini menunjukkan tahapan
awal kehidupan manusia yang dimulai dari pembuahan, menekankan pada
keajaiban penciptaan dan kekuasaan Allah SWT.
 Tahapan Kehidupan Manusia: Manusia melewati berbagai tahapan
kehidupan, mulai dari masa kanak-kanak, dewasa, hingga tua. Setiap
tahapan memiliki tantangan dan pelajaran tersendiri yang harus dihadapi
dan dipelajari. Hal ini mencerminkan siklus kehidupan yang telah
ditentukan oleh Allah SWT dan dijelaskan dalam Surat Al-Mu'minun ayat
67, yang menekankan pada pentingnya memahami dan merenungkan
proses kehidupan ini.
 Kematian sebagai Pengakhiran: Islam mengajarkan bahwa kematian
adalah pengakhiran dari siklus kehidupan di dunia, dan setiap orang akan
menghadapi ajalnya masing-masing. Hal ini mengingatkan pada
keterbatasan hidup di dunia dan pentingnya mempersiapkan diri untuk
kehidupan akhirat.
Tahapan Tumbuh Kembang Anak dalam Islam
a. Masa Kanak-kanak Awal (Usia 0-6 tahun)
Pada tahap ini, anak-anak mulai mengembangkan kesadaran dasar tentang
diri sendiri dan lingkungannya. Islam menekankan pentingnya asuh dan kasih
kaming orang tua, serta pentingnya mendidik anak dengan nilai-nilai dan
akhlak yang baik. Anak diajarkan dasar-dasar keimanan dan ketakwaan melalui
teladan dan cerita yang sederhana, yang mencakup konsep ketuhanan dalam
bentuk yang dapat mereka pahami.

30
b. Masa Kanak-kanak Akhir (Usia 7-12 tahun)
Pada tahap ini, anak mulai mendapatkan pendidikan formal tentang agama
dan mulai melaksanakan ibadah seperti shalat. Pendidikan moral dan akhlak
menjadi semakin penting, dengan penekanan pada nilai-nilai seperti kejujuran,
kesabaran, dan kebaikan. Anak juga diajarkan tentang kebersihan fisik dan
spiritual sebagai bagian dari pendidikan Islam.
c. Masa Remaja Awal (Usia 12-15 tahun)
Remaja mulai mengalami perubahan fisik dan emosional yang signifikan.
Dalam Islam, ini adalah saat untuk menguatkan pemahaman dan praktek
keagamaan mereka. Pendidikan seksual yang sesuai dan bertanggung jawab
juga dimulai, dengan penekanan pada konsep kehormatan, kesucian, dan
batasan yang ditetapkan oleh Islam.
d. Masa Remaja (Usia 15-20 tahun)
Pada tahap ini, remaja diharapkan memiliki pemahaman yang lebih
mendalam tentang agama dan kehidupan. Mereka diajarkan untuk lebih
bertanggung jawab dalam ibadah, keputusan moral, dan interaksi sosial.
Pendidikan tentang pernikahan, keluarga, dan tanggung jawab sosial
ditekankan, serta pentingnya berkontribusi pada masyarakat dan umat.

31
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Makalah ini telah menyajikan pembahasan komprehensif mengenai tumbuh
kembang neonates, mulai dari definisi dan prinsip dasarnya, pola dan faktor-faktor
yang memengaruhi perkembangannya, hingga tinjauan tumbuh kembang berdasarkan
tingkat usia yang mencakup aspek fisiologis, psikoseksual, psikososial, kognitif, dan
moral. Dari pembahasan ini, kita dapat memahami bahwa tumbuh kembang neonates
merupakan proses yang kompleks dan multidimensional, yang dipengaruhi oleh
berbagai faktor internal dan eksternal. Anticipatory guidance dan promosi kesehatan
terbukti penting dalam mendukung perkembangan neonates yang optimal, sementara
pendidikan seks juga menjadi komponen krusial dalam rangka mempersiapkan anak-
anak untuk masa depan yang sehat. Konsep tumbuh kembang neonates dalam Islam
menambahkan dimensi spiritual dan moral yang mendalam, menekankan pentingnya
pendidikan dan asuhan yang berlandaskan nilai-nilai agama.

3.2 Saran
Berdasarkan pembahasan yang telah dilakukan, beberapa saran yang dapat
diberikan antara lain:
 Untuk Praktisi Kesehatan: Dianjurkan untuk terus memperbaharui
pengetahuan tentang tumbuh kembang neonates, termasuk perkembangan
terbaru dalam penelitian dan praktik keperawatan. Penting juga untuk
menerapkan pendekatan holistik dalam asuhan, yang tidak hanya fokus pada
aspek fisik, tapi juga psikologis, sosial, dan spiritual.
 Untuk Orang Tua dan Pengasuh: Sangat disarankan untuk aktif mencari
informasi dan edukasi tentang tahapan tumbuh kembang anak dan cara-cara

32
mendukungnya. Berpartisipasi dalam program pendidikan orang tua atau
workshop tentang parenting dapat sangat bermanfaat.
 Untuk Pendidik: Guru dan pendidik di sekolah maupun di lingkungan
keagamaan perlu menyadari peran mereka dalam mendukung perkembangan
moral dan spiritual anak-anak. Materi pendidikan harus disesuaikan untuk
mendorong perkembangan positif pada setiap tahap usia anak.
 Untuk Peneliti: Diperlukan lebih banyak penelitian yang mengintegrasikan
perspektif medis, psikologis, sosial, dan spiritual dalam studi tumbuh
kembang neonates. Penelitian lintas budaya juga penting untuk memahami
bagaimana faktor-faktor sosial-ekonomi dan budaya mempengaruhi
perkembangan anak.
 Pengembangan Kurikulum dan Materi Edukasi: Institusi pendidikan dan
kesehatan harus bekerja sama dalam mengembangkan kurikulum dan materi
edukasi yang komprehensif tentang tumbuh kembang neonates, yang
mencakup semua aspek penting yang dibahas dalam makalah ini.

33
DAFTAR PUSTAKA

Hockenberry MJ, Wilson D. Wong's Nursing Care of Infants and Children. 10th ed.
St. Louis: Elsevier; 2015.
Kliegman RM, Stanton BF, St. Geme JW, Schor NF, Behrman RE, editors. Nelson
Textbook of Pediatrics. 20th ed. Philadelphia: Elsevier; 2016.
Papalia DE, Feldman RD. Experience Human Development. 12th ed. New York:
McGraw-Hill; 2012.

34

Anda mungkin juga menyukai