Full Teks - Zulkifli Anas Idris - Nim.182.131.088
Full Teks - Zulkifli Anas Idris - Nim.182.131.088
SKRIPSI
DiajukanKepada
Fakultas Syari’ah
Universitas Islam Negeri (UIN) Surakarta
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (SH)
Oleh:
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum
Dalam Bidang Ilmu Hukum Pidana Islam
Disusun Oleh :
ZULKIFLI ANAS IDRIS
NIM.182.131.088
Dosen Pembimbing
ii
SURAT PERNYATAAN BUKAN PLAGIASI
iii
NOTA DINAS
NOTA DINAS
Hal : Skripsi Kepada Yang Terhormat
Sdr : ZULKIFLI ANAS IDRIS Dekan Fakultas Syari’ah
Universitas Islam Negeri (UIN)
Raden Mas Said Surakarta
Di Surakarta
iv
LEMBAR PENGESAHAN
Disusun Oleh :
ZULKIFLI ANAS IDRIS
NIM. 182.131.088
. . .
NIP. NIP. NIP.
v
MOTTO
ِ س ِب َكثْ َر ِة
الر َوايَ ِة َ ث يَشَا ُء لَ ْي ٌ ُا ْل ِع ْل ُم ن
ُ ور يَجْ عَلُهُ هللاُ َح ْي
“Ilmu itu cahaya yang Allah anugerahkan kepada siapa yang Dia kehendaki, bukan
dengan banyaknya riwayat”.
(H.R. Al Muwatha No 36)
“Barang siapa keluar untuk mencari sebuah ilmu, maka ia akan berada di jalan Allah
hingga ia Kembali.”
(HR. Tirmidzi)
vi
PEDOMAN TRANSLITERASI
ب Ba b Be
ت Ta t Te
ج Jim j Je
د Dal d De
ر Ra r Er
س Sin S Es
vii
ش Syin Sy Es dan ye
غ Gain g Ge
ف Fa f Ef
ق Qaf q Ki
ك Kaf k Ka
ل Lam l El
م Mim m Em
ن Nun n En
و Wau w We
ه Ha h Ha
ي Ya y Ye
2. Vokal
Vokal bahasa Arab seperti vocal bahasa Indonesia terdiri dari vocal tunggal
atau monoftong dan vocal rangkap atau diftong.
a. Vokal Tunggal
Vokal tunggal bahasa Arab yang lambangnya berupa tanda atau
harakat, transliterasinya sebagai berikut:
viii
Tanda Nama Huruf Latin Nama
Fath}ah A A
Kasrah I I
Dammah U U
Contoh:
No Kata Bahasa Arab Transiterasi
1. كتب Kataba
2. ذكر Zukira
3. يذهب Yazhabu
b. Vokal Rangkap
Vokal rangkap bahasa Arab yang lambangnya berupa gabungan
antara harakat dan huruf maka transliterasinya gabungan huruf, yaitu :
ix
TandadanHuruf Nama GabunganHuruf Nama
ى...أ Fathah dan ya Ai a dan i
و...أ Fathah dan wau Au a dan u
Contoh:
No Kata Bahasa Arab Transliterasi
1. كيف Kaifa
2. حو ل Haula
3. Maddah
Maddah atau vokal panjang yang lambangnya berupa harakat dan huruf,
transliterasinya berupa huruf dan tanda sebagai berikut :
HarakatdanHuruf Nama HurufdanTanda Nama
Fathah dan alif a dan garis di
ي...أ a>
atau ya atas
Contoh:
No Kata Bahasa Arab Transliterasi
1. قال Qa>la
2. قيل Qi>la
3. يقول Yaqu>lu
4. رمي Rama>
x
4. Ta Marbutah
Transliterasi untuk Ta Marbutah ada dua (2), yaitu :
a. Ta Marbutah hidup atau yang mendapatkan harakat fathah, kasrah atau
dammah transliterasinya adalah /t/.
b. Ta Marbutah mati atau mendapat harakat sukun transliterasinya adalah /h/.
c. Apabila pada suatu kata yang di akhir katanya Ta Marbutah diikuti oleh
katayang menggunakan kata sandang /al/ serta bacaan kedua kata itu
terpisahmaka Ta Marbutah itu ditransliterasikan dengan /h/.
Contoh:
No Kata Bahasa Arab Transliterasi
2. طلحة T{alhah
5. Syaddah (Tasydid)
Syaddah atau Tasydid yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan
dengan sebuah tanda yaitu tanda Syaddah atau Tasydid. Dalam transliterasi ini
tanda Syaddah tersebut dilambangkan dengan huruf, yaitu huruf yang sama
dengan huruf yang diberi tanda Syaddah itu.
Contoh:
No Kata Bahasa Arab Transliterasi
1. ربّنا Rabbana
2. ّنزل Nazzala
6. Kata Sandang
Kata sandang dalam bahasa Arab dilambangkan dengan huruf yaitu ال.
Namun dalam transliterasinya kata sandang itu dibedakan antara kata sandang
yang diikuti oleh huruf Syamsiyyah dengan kata sandang yang diikuti oleh huruf
Qamariyyah.
Kata sandang yang diikuti oleh huruf Syamsiyyah ditransliterasikan sesuai
xi
dengan bunyinya yaitu huruf /l/ diganti dengan huruf yang sama dengan huruf
yang langsung mengikuti kata sandang itu. Sedangkan kata sandang yang diikuti
leh huruf Qamariyyah ditransliterasikan sesua dengan aturan yang digariskan di
depan dan sesuai dengan bunyinya. Baik diikuti dengan huruf Syamsiyyah atau
Qamariyyah, kata sandang ditulis dari kata yang mengikuti dan dihubungkan
dengan kata sambung.
Contoh:
No Kata Bahasa Arab Transliterasi
1. الرجل
ّ Ar-rajulu
2. اجلالل Al-Jala>lu
7. Hamzah
Sebagaimana yang telah disebutkan di depan bahwa Hamzah
ditransliterasikan dengan apostrof, namun itu hanya terletak di tengah dan di
akhir kata. Apabila terletak diawal kata maka tidak dilambangkan karena dalam
tulisan Arab berupa huruf alif. Perhatikan contoh berikut ini :
No Kata Bahasa Arab Transliterasi
1. أكل Akala
2. أتخذون Taꞌkhuduna
3. النؤ An-Nauꞌu
8. Huruf Kapital
Walaupun dalam sistem bahasa Arab tidak mengenal huruf kapital, tetapi
dalam transliterasinya huruf kapital itu digunakan seperti yang berlaku dalam
EYD yaitu digunakan untuk menuliskan huruf awal, nama diri dan permulaan
kalimat. Bila nama diri itu didahului oleh kata sandangan maka yang ditulis
dengan huruf kapital adalah nama diri tersebut, bukan huruf awal atau kata
sandangnya.
Penggunaan huruf awal kapital untuk Allah hanya berlaku bila dalam tulisan
xii
Arabnya memang lengkap demikian dan kalau penulisan tersebut disatukan
dengan kata lain sehingga ada huruf atau harakat yang dihilangkan, maka huruf
kapital tidak digunakan.
Contoh:
No Kata Bahasa Arab Transliterasi
9. Penulisan Kata
Pada dasarnya setiap kata baik fi’il, isim, maupun huruf ditulis terpisah.
Bagi kata-kata tertentu yang penulisannya dengan huruf Arab yang sudah
lazim dirangkaikan dengan kata lain karena ada huruf atau harakat yang
dihilangkan maka penulisan kata tersebut dalam transliterasinya bisa
dilakukan dengan dua cara yaitu bisa dipisahkan pada setiap kata atau bisa
dirangkai.
xiii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Segala puji dan syukur bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat,
hidayat serta inayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul, “TINDAK PIDANA PENGEDARAN NARKOBA YANG
DILAKUKAN OLEH ANAK DIBAWAH UMUR PERSPEKTIF HUKUM
ISLAM (Studi Kasus di Polresta Surakarta)”. Skripsi ini disusun untuk
menyelesaikan Studi Jenjang Sarjana 1 (S1) Jurusan Hukum Pidana Islam
(Jinayah), Fakultas Syariah UIN Raden Mas Said Surakarta. Dalam penyusunan
tugas akhir ini, penyusunan telah banyak mendapatkan dukungan dan bantuan dari
berbagai pihak yang telah menyumbangkan pikiran, waktu dan tenaga. Oleh karena
itu, pada kesempatan ini penyusun banyak mengucapkan banyak terima kasih
kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Toto Suharto, S.Ag., M.Ag, selaku Rektor Universitas Negeri
Islam (UIN) Raden Mas Said Surakarta.
2. Bapak Dr. Muh. Nashirudin, S.Ag., M.A., M.Ag, selaku Dekan Fakultas
Syariah Universitas Negeri Islam (UIN) Raden Mas Said Surakarta.
3. Bapak Dr. H. AH. Kholis Hayatuddin, M.Ag, selaku Ketua Jurusan Hukum
Islam.
4. Bapak Junaidi, S. H., M. H. Selaku Koordinator Program Studi Hukum Pidana
Islam (Jinayah).
5. Ibu Lisma S.H., M.H. selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang selalu
meluangkan waktu, pikiran serta memberikan pengarahan hingga terselesainya
skripsi ini.
6. Bapak Fery Dona, S.H., M.Hum. selaku Dosen Pembimbing Akademik yang
telah memberi pengarahan, nasehatnya dan motivasi kepada penulis selama
menempuh studi di Universitas Negeri Islam (UIN) Raden Mas Said Surakarta.
7. Dewan Penguji, yang telah meluangkan waktu dan pikirannya untuk menguji
skripsi ini guna membawa kualitas penulis ke arah yang lebih baik.
xiv
8. Seluruh Dosen Fakultas Syariah yang telah memberikan ilmu-ilmunya, semoga
segala ilmu yang telah diberikan dapat bermanfaat di kehidupan yang akan
datang.
9. Seluruh Staff karyawan Fakultas Syariah dan seluruh Staff karyawan
perpustakaan Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Mas Said Surakarta yang
telah membantu dalam kelancaran penyusunan skripsi ini.
10. Untuk kedua orang tua Bapak dan Ibu yang telah memberikan dukungan baik
moriil maupun materiil dari awal masuk di kampus tercinta UIN Raden Mas
Said Surakarta.
11. Seluruh Keluarga besar penulis yang telah memberi dukungan serta do’a.
12. Seluruh Kepolisian Polresta Surakara dan Dinas Sosial yang telah membantu
penulis dalam penelitian Skripsi.
13. Semua teman satu angkatan 2018 terkhususnya HPI C yang tidak dapat
sebutkan oleh penulis satu persatu, yang telah membersamai di bangku
perkuliahan dan telah memberikan dukungan serta do’a.
xv
ABSTRACT
xvi
ABSTRACT
xvii
DAFTAR ISI
xviii
C. Teori Aparat Kepolisisan ........................................................................ 29
1. Pengertian Polisi .............................................................................. 29
2. Peran dan Fungsi Polisi Dalam Penegakan Hukum......................... 31
3. Profesionalisme Polisi...................................................................... 34
D. Teori Anarkisme ..................................................................................... 35
1. Pengertian Anarkisme ...................................................................... 35
2. Faktor-faktor terjadinya Anarkisme Pada Aksi Demonstrasi .......... 36
BAB III GAMBARAN UMUM TENTANG PENERAPAN PERKAPOLRI
MENGENAI SOP DALAM PENERTIBAN AKSI DEMONSTRASI OLEH
POLRESTA SURAKARTA ............................................................................... 40
A. Gambaran Umum Polresta Surakarta...................................................... 40
1. Sejarah Polresta Surakarta ............................................................... 40
2. Visi dan Misi Polresta Surakarta ..................................................... 41
3. Struktur Organisasi Polresta Surakarta ............................................ 42
4. Kondisi Letak dan Geografis Polresta Surakarta ............................. 44
B. Gambaran Umum satuan SAMAPTA .................................................... 45
1. Pengertian SAMAPTA (Sabhara) .................................................... 45
2. Tugas Dan Wewenang Samapta Bayangkara .................................. 46
C. Penerapan PERKAPOLRI Mengenai SOP Dalam Penertiban
Aksi Demonstrasi Oleh POLRESTA Surakarta. ....................................... 48
D. Teknis penanganan aksi Demonstrasi di lapangan oleh tim
Samapta Polresta Surakarta ....................................................................... 56
E. Pelaksanaan Aksi Demonstrasi Oleh Mahasiswa Yang
di Sertai Tindakan Represif....................................................................... 61
BAB IV ANALISIS TENTANG PENERAPAN PERKAPOLRI MENGENAI
SOP DALAM PENERTIBAN AKSI DEMONSTRASI OLEH POLRESTA
SURAKARTA .................................................................................................... 63
A. Penerapan Peraturan Kapolri Mengenai Standar Operasional Prosedur
dalam Penertiban Aksi Demonstrasi di Wilayah Surakarta Oleh Polresta
Surakarta ................................................................................................... 63
B. Ketentuan Aturan Standar Operasional Prosedur (SOP) Aksi Demonstrasi
di Wilayah Surakarta ................................................................................. 69
C. Ketentuan Aturan Standar Operasional Prosedur (SOP) Aksi Demonstrasi
di Wilayah Surakarta ................................................................................. 77
BAB V KESIMPULAN ......................................................................................81
A. Kesimpulan ............................................................................................... 81
xix
B. Saran .......................................................................................................... 82
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................84
LAMPIRAN ........................................................................................................87
xx
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Transkip Wawancara ........................................................................87
Lampiran 2 Dokumentasi ....................................................................................92
Lampiran 3 Riwayat Hidup .................................................................................94
xxi
BAB I
PENDAHULUAN
berjalan dengan sesuai apa yang telah ditetapkan sebelum dilaksanakanya suatu
aksi demostrasi. Oleh sebab itu aparat keamanan negara memberikan hak kepada
dengan standar penertiban aksi yang dilakukan oleh aparat keamanan negara
aksi tersebut tetap mendahulukan standar operasionalnya baik dari pihak aparat
kepolisian maupun dari pihak demonstran untuk guna menjaga kestabilan dan
prosedur.
yang dibuat secara tertulis dalam undang-undang, yang berisi peraturan dan
1
Wirjono, Asas-Asas Hukum Pidana Indonesia, PT Rafika Aditama, Bandung, 2014,
hlm. 50.
1
2
hukum itu sendiri serta untuk memberikan perlindungan atas hak-hak individu
agar tidak terjadi pelanggaran terhadap masa aksi demonstrasi oleh aparat
ketertiban umum sesuai dengan prosedur yang berlaku. Akan tetapi dalam
sebuah kasus yang banyak terjadi karena tindak pelaksanaan tidak sesuai dengan
kepentingan umum yang lebih besar tidak terkorbankan. Tentu ada cara yang
2
Wirjono, Asas-Asas Hukum Pidana Indonesia, PT Rafika Aditama, Bandung, 2014,
hlm. 50.
3
Ibid
3
ketertiban. Pada era demokrasi seperti sekarang ini, di mana aturan pelibatan
penegakan hukum tidak boleh sampai melanggar hukum apalagi melanggar hak
asasi manusia. Hal ini yang perlu di perhatikan oleh Aparatur Negara maupun
semua pihak untuk dapat melihat setiap penanganan aksi demonstrasi dari
berbagai aspek. Untuk dapat melihat setiap penanganan aksi demonstrasi dari
berbagai aspek.4
pendapat di muka umum pasal (1) angka 3 menjelaskan bahwa “unjuk rasa atau
disebut juga demonstrasi merupakan kegiatan yang dilakukan oleh seorang atau
beberapa atau banyak orang untuk mengeluarkan isi pikiran secara lisan, atau
rasa atau demonstrasi disebut juga sebuah gerakan protes oleh sekumpulan orang
pendapat atau hasil pikiran kelompok tersebut atau juga untuk menentang
kebijakan yang dibuat suatu pihak atau dapat juga dilakukan sebagai sebuah cara
Berdasarkan observasi dan kejadian yang dilakukan oleh penulis pada aksi
4
Huriodo, Penegakan Hukum dalam rangka penanggulangan kekerasan, FISIP UI,
Jakarta, 2000, hlm. 9.
5
Widarma, Lubis Ansori Mhd, Zulkarnain Rosani J.N, “Aspek Yuridis Dalam
Pencegahan Demonstrasi yang Dilakukan Secara Anarki Di Wilayah Hukum POLRESTABES
Medan” Jurnal RETENTUM, Vol. 3 Nomor 2, 2022, hlm 224.
4
yang dirasa terlalu represif dan keluar dari pedoman Standar Operasional
mahasiswa yang menjadi korban dari tindakan yang dilakukan oleh polisi. Hal
primer melalui wawancara dan data sekunder yang dibutuhkan dari beberapa
sumber jurnal dan skripsi, dan melakukan wawancara secara langsung untuk
B. Rumusan Masalah
polresta Surakarta.?
C. Tujuan Penelitian
yang akan dicapai. Tujuan tersebut diperlukan agar penilitian yang akan dan
telah diuraikan oleh penulis, dapat disajikan tujuan penelitian ini untuk
D. Manfaat Penelitian
1. Teoritis
2. Praktis
masyarakat pada umumnya dan kepada masa aksi demonstrasi serta aktivis
E. Kerangka Teori
acuan untuk melaksanakan tugas pekerjaan sesuai dengan fungsi dan alat
administrasif dan prosedural sesuai dengan tata kerja, prosedur kerja dan
korupsi. Dan sebagai pedoman mengenai tugas dan kewenangan yang akan
6
Sulistiani Siami Ayu. “Standar Operasional Prosedur (SOP) Administrasi
Kependudukan dalam Meningkatkan Efektifitas Pelayanan Publik di Kecamatan Sambutan”.
Jurnal Ilmu Pemerintahan, Vol. 4, No. 1, 2016, hlm. 54
7
pelayanan tertentu. Atau dengan kata lain, bahwa semua petugas yang terlibat
dalam proses pelayanan memiliki uraian tugas dan tangung jawab yang jelas.7
yang perlu dibuat dalam rangka mewujudkan birokrasi yang memiliki kriteria
sesuai dengan kriteria dan uraian tugas yang dimiliki oleh masing- masing
unit kerja8
2. Demonstrasi
7
Ibid
8
Sulistiani Siami Ayu. “Standar Operasional Prosedur (SOP) Administrasi
Kependudukan dalam Meningkatkan Efektifitas Pelayanan Publik di Kecamatan Sambutan”.
Jurnal Ilmu Pemerintahan, Vol. 4, No. 1, 2016, hlm. 54
8
berguna bagi semua orang. Demonstrasi dapat dikatakan sebagai aksi damai
jika dalam pelaksanaanya berjalan lancar dan mendapat kan hasil yang
diinginkan. Akan tetapi juga bias dikatakan aksi Anarkisme apabila dilakukan
dengan kekerasan dan juga tindakan-tindakan yang dapat membuat ricuh dan
Demonstrasi dapat dilakukan oleh siapa saja dan kapan saja asalkan
mereka tidak sesuai apa yang diinginkan dan malah merugikan pihak-pihak
yang terkait.10
istilah polisi mempunyai dua arti, yaitu: polisi dalam arti formal adalah
kepolisian dan polisi dalam arti material adalah membeikan jawaban terhadap
9
Tur Santoso, “Karakteristik Aksi Demostrasi Yang di Lakukan Oleh Aktivis Organisasi
Kemahasiswaan Intra dan Ekstra Kampus Universitas Negeri Semarang”, Skripsi di terbitkan,
Prodi Ilmu Sosial UNES Semarang, Semarang, 2009, hlm. 28.
10
Tur Santoso, “Karakteristik Aksi Demostrasi Yang di Lakukan Oleh Aktivis Organisasi
Kemahasiswaan Intra dan Ekstra Kampus Universitas Negeri Semarang”, Skripsi di terbitkan,
Prodi Ilmu Sosial UNES Semarang, Semarang, 2009, hlm. 28.
9
segala hal ihwal yang berkitan dengan fungsi dan Lembaga polisi sesuai
4. Anarkisme
F. Tinjauan Pustaka
Aksi demonstrasi menjadi sarana yang paling sering digunakan pada masa
sekarang ini. Namun dengan maraknya aksi demonstrasi yang hampir setiap hari
dapat di jumpai membuat masyarakat seakan mulai jenuh karena tidak melihat
hasil riil dari aksi tersebut. Hingga terkadang bermunculan stigma negatif dari
11
Yoyok Icok Suyono, Hukum Kepolisian, Laksbank jastitia, Surabaya 2014, hlm.1
12
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian
Republik Indonesia Pasal 1.
13
J.C.T. Simorangkir, Rudy T. Erwin dan T.J. Prasetyo. 2000. Kamus Hukum. Jakarta:
Sinar Grafika, hlm8
10
bahwa para mahasiswa yang terlibat aktif dalam aksi demonstrasi memiliki ciri-
Skripsi yang dibuat agung tri putra yang berjudul Peran Kepolisian Dalam
Kepolisian dalam penegakan hukum terhadap pelaku aksi unjuk rasa anarki di
14
Tur Santoso, “Karakteristik Aksi Demostrasi Yang di Lakukan Oleh Aktivis Organisasi
Kemahasiswaan Intra dan Ekstra Kampus Universitas Negeri Semarang”, Skripsi di terbitkan, Prodi
Ilmu Sosial UNES Semarang, Semarang, 2009, hlm. 43..
11
deskriftif kualitatif, Selain itu penelitian ini secara umum menggunakan Teori-
Skripsi yang dibuat Wisnu Fragusty yang berjudul Proses Penanganan Aksi
Unjuk Rasa Anarkis Yang Berdampak Pada Kerusakan Fasilitas Umum (Studi
Terjadinya Aksi Unjuk Rasa Anarkis Yang Berdampak Pada Kerusakan Fasilitas
Unjuk Rasa Anarkis Yang Berdampak Pada Kerusakan Fasilitas Umum dan
Kendala dan Upaya Pihak Kepolisian dalam Proses Penanganan Aksi Unjuk
Rasa Anarkis Yang Berdampak Pada Kerusakan Fasilitas Umum. Penelitian ini
15
Agus Tri Putra, Peran Kepolisian Dalam Penegakan Hukum Terhadap Aksi Unjuk Rasa
Mahasiswa Yang Anarkis Di Kota Makassar (Studi Kasus Tahun 2012-2015). Tahun 2017
16
Wisnu Fragusty, Proses Penanganan Aksi Unjuk Rasa Anarkis Yang Berdampak Pada
Kerusakan Fasilitas Umum (Studi Di Polrestabes Medan). Tahun 2019
12
yang ia lakukan lebih kepada lingkup antar demonstrasi secara umum saja,
terjadinya demontrasi.17
Indonesia masuk dalam kajian Global Democracy Ranking. Hal ini telah
membuka mata dunia luar bahwa Indonesia mempunyai potensi yang besar
17
Herawati, Peranan Kepolisian Dalam Menangani Unjuk Rasa Di Kota Makassar;
Perspektif HAM dan Hukum Islam, Skripsi diterbitkan, Prodi Syariah UIN Alauddin Makassar,
Makassar, 2012.
13
demokrasi Pancasila dan demokrasi yang berkembang saat ini. Keempat fase
demokrasi.
pendapat Irawan mengatakan bahwa dalam pelaksanaan demokrasi saat ini yang
waktu lalu tentang rancangan undang undang KPK yang dianggap tidak
prefentif, dan represif. Ketiga hal tersebut yang paling dominan dilakukan
oleh kepolisian yaitu persuasif dan prefentif dengan kata lain pendekatan
melawan hukum. Kemudian hal – hal yang menghambat ada dua yaitu, faktor
mahasiswa dalam prospek demokrasi Indonesia”. Jurnal Pendidikan, Vol. 8, 2020, hlm. 35
14
polri dan tindakan arogansi dan overacting kemudian faktor eksternal para
rasa.19
data yang didapat akan lebih banyak. Tidak hanya dengan hasil penelitian orang
jurnal atau pun skripsi yang berkaitan dengan demonstrasi sehingga informasi
G. Metode Penelitian
1. Jenis penelitian
menemukan secara spesifik dan realita tentang apa yang terjadi di tengah-
Setting) dengan tidak diubah kedalam bentuk angka atau bilangan. Hasil
analisis data disajikan dalam bentuk narasi yang menjelaskan tentang apa
Aprilia adinda rahma. “Tindakan represif dari Polri dalam menghadapi unjuk rasa
19
yang diteliti.20
2. Sumber Data
a. Data Primer
masyarakat. Data primer yang penulis akan cari adalah berdasarkan para
20
Salim dan Haidir, Penelitian Pendidikan: Metode, Pendekatan da Jenis, (Jakarta:
Kencana, 2019), hlm. 29.
16
b. Data Sekunder
skripsi dan penelitian yang lain tetapi masih dalam satu tema atau ruang
a. Wawancara
21
Bambang Sugono, Metode Penelitian Hukum, cetaka 1. (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada , 2006), hlm. 114.
22
Albi Anggito dan Johan Setiawan, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Sukabumi: CV
Jejak, 2018), hlm. 84-85.
17
b. Dokumentasi
mudah dimengerti yang mana tadinya bersifat abstrak menjadi data yang
yang lebih terarah tujuan guna menyelesaikan masalah yang ada sehingga
analisis Miles Hiberman yang mana terdapat 3 fase Analisa data yakni:24
pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul dari data yang
23
Ibid
24
Hardani,dkk, Metode Penelitian Kualitatif Dan Kuantitatif, (Yogyakarta: Pustaka Ilmu,
cet. 1, 2020), hlm. 163.
18
yang diperoleh seperti data tertulis maupun data lisan dari hasil
mana data tersebut telah dianalisis dan juga dirangkum, sehingga data
melakukan penelitian ini sesuai dengan apa yang diharapkan, maka penulis
H. Sistematika Penelitian
dalam mengetahui hal-hal yang nantinya akan dibahas di dalam skripsi dalam
19
rumusan masalah, tujuan dari penelitian ini, manfaat dari penelitian ini, beberapa
kerangka teori dasar yang akan digunakan dalam penelitian ini tinjauan pustaka,
metode penelitian yang akan digunakan, dan sistematika penulisan skripsi. Isi
BAB II : Dalam bab ini berisi tentang Landasan teori yang di dalamnya
BAB III : Dalam bab ini menjelaskan mengenai deskripsi data penelitian
Slamet Riyadi No. 328, Purwosari, Kec. Lawean, Kota Surakarta, Jawa Tengah.
BAB IV : Dalam bab ini menjelaskan tentang analisis data yang telah
kesimpulan ataas data yang telah dianalisis berdasarkan data-data yang telah
dikumpulkan dan juga dirangkum, dan juga berisi saran-saran untuk penelitian
perangkat lunak pengatur, yang mengatur tahapan suatu proses kerja atau
prosedur kerja tertentu. Oleh karena prosedur kerja yang di maksud bersifat
atau di singkat SOP. Dokumen tertulis ini selanjutnya di jadikan standar bagi
pelaksana prosedur kerja tertentu tersebut. Bagi Sebagian orang SOP adalah
Operational Procedure.1
yaitu terdapat pada pasal 3, 13, dan 14 PERKAP KAPOLRI NO. 9 Tahun
1
Ir. M. Budihardjo, “Panduan Praktis Menyusun SOP Standard Operating Procedure,”
Raih Asa Sukses (Jakarta: penebar swadaya grup, 2006), hlm. 7.
21
22
2008
dan evaluasi SOP (SOP Monitoring and Evaluation) dan jika dari hasil
yang sudah memiliki SOP, maka tahapan ini merupakan tahapan untuk
memiliki SOP, maka proses ini merupakan proses identifikasi SOP yang
dibutuhkan.
pelaksanaan penyusunan SOP, yaitu untuk melihat apakah SOP yang disusun
telah lengkap atau tidak. Dalam SOP itu sendiri, unsur-unsur tersebut tidak
23
instansi”.1
operasional prosedur.
tersebut dengan cara benar. Bagian ini sangat penting untuk mengarahkan
c. Pihak yang terlibat Hal penting yang harus diperhatikan dalam penyusunan
suatu prosedur adalah pihak atau fungsi yang terlibat didalam prosedur
1
Kariaman Sinaga,“PENERAPAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR DALAM
MEWUJUDKAN PEKERJAAN YANG EFEKTIF DAN EFISIEN PADA BIDANG KEPEMUDAAN DI DINAS
PEMUDA DAN OLAHRAGA PROVINSI SUMATERA UTARA”, Vol. 11, No.2, 2017, hlm 19.
2
Ibid. hlm. 20-21
24
menggunakan nama bagian atau unit, departemen atau juga nama jabatan
dokumen kosong atau lazim juga disebut blanko atau dokumen, yang lazim
dalam prosedur. Oleh karena itu, di dalam pedoman SOP, dalam setiap
prosedur. Proses dapat terdiri dari satu atau lebih sub proses. Hal ini juga
25
dapat terjadi pada prosedur suatu organisasi. Proses dan sub proses adalah
spesifik dan tidak akan sama dengan laporan yang diproduksi di dalam
prosedur lainnya.
i. Kontrol Kontrol dapat dibagi dengan berbagai cara. Ada yang menurut
korupsi. Dan sebagai pedoman mengenai tugas dan kewenangan yang akan
pelayanan tertentu. Atau dengan kata lain, bahwa semua petugas yang terlibat
dalam proses pelayanan memiliki uraian tugas dan tangung jawab yang jelas.3
yang perlu dibuat dalam rangka mewujudkan birokrasi yang memiliki kriteria
pelayanan publik.4
B. Teori Demonstrasi
1. Pengertian Demonstrasi
3
Sulistiani Siami Ayu. “Standar Operasional Prosedur (SOP) Administrasi Kependudukan
dalam Meningkatkan Efektifitas Pelayanan Publik di Kecamatan Sambutan”. Jurnal Ilmu
Pemerintahan, Vol. 4, No. 1, 2016, hlm. 54
4
Ibid. hlm. 55
27
dan yang menentang kebijakan pemerintah. Namun bisa juga unjuk rasa atau
pendapat di muka umum dalam pasal 1 ayat 35 menjelaskan unjuk rasa atau
demokrasi Pancasila yang dianut oleh semua warga negara Indonesia yang
berkedaulatan rakyat.
5
Undang-Undang No.9 Tahun 1998, Tentang Kebebasan Menyatakan Pendapat di Muka
Umum
28
isu agar menjadi perhatian publik. Biasanya unjuk rasa bertujuan untuk
dengan harapan.6
2. Teori Demonstrasi
pemerintah. Dari sisi politik, dan unjuk rasa adalah salah satu partisipasi
6
H. Abu Yasid, Fiqih Realitas; Respon Ma’had Aly Terhadap Wacana Hukum Islam
Kontemporer( Cet. 1; Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), hlm. 3-4.
7
Risman Iye, Karim dan Aswan, “Tuturan Mahasiswa Dalam Berdemonstrasi,”
(Pasuruan: Qiara Media, 2020) hlm. 55
8
Ibid. hlm. 56
29
yang positif dan tidak menghilangkan jati diri mereka sebagai mahasiswa dan
bangsa Indonesia. Sikap kritis dan proaktif harus di miliki oleh mahasiswa,
jadi mahasiswa bukan hanya sebagai pengamat dan penilaian atas suatu
Sejak beberapa tahun yang lalu, sikap kritis mahasiswa salah satunya
sendiri dan ingin dan ingin mendapatkan perhatian dari orang lain. Sikap
1. Pengertian Polisi
Istilah “Polisi” pada dasarnya berasal dari Yunani yaitu “Politea” yang
istilah polisi adalah hukum yang mengatur segala sesuatu yang berkaitan
9
Habib Cahyono, “Peran Mahasiswa di Masyaraka.” Jurnsl Pengabdian Masyarakat
Setiabudi, Vol. 1, Nomor. 1, Hal. 35-39
30
dengan polisi, jadi dapat diartikan hukum polisi adalah hukum yang mengatur
Polri, “Kepolisian adalah segala yang berkaitan dengan fungsi dan lembaga
fungsi polisi dan lembaga polisi. Sedangkan menurut tata bahasa istilah polisi
adalah hukum yang mengatur segala sesuatu yang berkaitan dengan polisi,
jadi dapat diartikan hukum polisi adalah hukum yang mengatur tugas, status,
pekerjaan tertentu dengan batas-batas tertentu pula sebagai tugas polisi dalam
pengaturan tugas tersebut terdapat perbedaan arti tugas polisi, dalam arti luas
tugas polisi ialah menjamin tata tertib dan keamanan sedangkan tugas polisi
dalam arti sempit ialah menjamin hukum yang berlaku dalam masyarakat.
10
Sadjijono, 2008. “Mengenal Hukum Kepolisian,”Surabaya: Laksbang Mediatama.
Hlm. 7
31
kepolisian dalam arti formil dan sumber hukum kepolisian dalam arti materiil.
Sumber hukum formil adalah sumber hukum yang dilihat dari segi bentuk dan
a. Peran
bentuk:12
11
Sadjijono, 2008. “Mengenal Hukum Kepolisian,”Surabaya: Laksbang Mediatama.
Hlm. 34
12
Riadi Asra Rahmad, Hukum Acara Pidana, (Depok: Rajawali Pers, April 2019), hlm.
154
32
b. Fungsi
permasalahan masyarakat.
13
Bisri Ilham, Sisten Hukum Indonesia, Grafindo Persada, Jakarta, 1998, hal. 32
33
1) Pengaturan.
2) Penjagaan.
3) Pengawalan.
kebutuhan.
34
3. Profesionalisme Polisi
merupakan suatu pekerjaan yang memiliki status sosial yang tinggi dan
bergensi.
merupakan suatu badan yang mempunyai dan melaksanakan kode etik dan
lain.
b. Tekad di dalam jiwanya, setiap amal perbuatan di landasi oleh niat untuk
14
Bibit Samad Irianto, Pemikiran Menuju Polri yang Profesional, Mandiri, Berwibawa
dan Dicintai Rakyat, (Jakarta: Restu Agung, 2006), hlm. 174.
15
Pudi Rahardi, Hukum Kepolisian (Profesionalisme dan Reformasi Polri), (Surabaya:
Laksbang Mediatama, 2007) hlm. 204-205.
35
lingkungan sekitarnya.
c. Memiliki sifat, watak dan akhlak serta keperibadian yang baik dengan
berlandaskan pada taqwa dan beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa.
d. Amal perbuatannya senantiasa di awali dengan niat dan itikad baik dan
untuk mencapai tujuan di lakukan dengan cara yang baik dan benar
D. Teori Anarkisme
1. Pengertian Anarkisme
Kata anarki merupakan kata serapan dari anarchy (bahasa Inggris) atau
anarchie (Belanda/ Jerman/ Perancis), yang berakar dari kata bahasa Yunani,
paham/ajaran/ideologi16
16
Hasmita Janah “Tinjauan Psikologis Tentang Anarkisme dan Bughat,” Vol. 2, Nomor.
1, Tahun. 2019, hlm. 14.
36
tujuan untuk menjadikan masyarakat yang baik dalam politik, ekonomi, sosial
sampai memakan korban jiwa. Sudah banyak contoh massa demonstrasi yang
sebenarnya terdapat fase (yang juga amat singkat) dimana Polisi masih
17
Ibid. hlm 15
37
itu juga petugas Kepolisian atau aparat keamanan memiliki emosi tertentu
terpenuhi. Hal ini sering sekali terjadi pada saat berlangsungnya unjuk
apabila hal tersebut tidak didapatkan massa aksi pengunjuk rasa atau para
Undang Nomor 9 Tahun 1998. Karena bisa saja ada kelompok orang yang
Kepolisian.
dan tujuan, tempat, lokasi dan rute, waktu dan lama, bentuk nama
demonstrasi.
18
Barbara Krahe, Prilaku Agresif, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2005), hlm. 221.
BAB III
POLRESTA SURAKARTA
dari ABRI tanggal 1 April 1999 sebagai bagian dari proses reformasi haruslah
dipandang dan disikapi secara arif sebagai tahapan untuk mewujudkan Polri
sebagai abdi negara yang profesional dan dekat dengan masyarakat, menuju
bukanlah untuk menjadikan institusi yang tertutup dan berjalan serta bekerja
1999 tentang Otonomi Daerah dan Undang-undang No.25 tahun 1999 tentang
dan kekuatan serta penggunaan kekuatan Polri dikelola sedemikian rupa agar
40
41
pengawasan.
1
Kepolisian Resor Kota Surakarta, “VISI DAN MISI POLRESTA SURAKARTA”,
dikutip dari http://www.polrestasurakarta.com, diakses 6 April 2023, pukul 19:45, hlm. 1
42
gangguan kamtibmas.
Susunan Organisasi dan Tata Kerja Pada Tingkat Kepolisian Resor dan
a. Unsur Pimpinan
d. Unsur Pendukung
a. Polsek Jebres
c. Polsek Serengan
d. Polsek Banjarsari
e. Polsek Laweyan
bagian Selatan setelah Bandung dan Malang menurut jumlah penduduk. Sisi
45
timur kota ini dilewati sungai yang terabadikan dalam salah satu
lagu keroncong, Bengawan Solo. Kota ini termasuk dalam kawasan Solo
Raya, sebagai kota utama. Luas wilayah Surakarta 44,04 km2 dengan jumlah
sehari-hari di bantu oleh Kepala Urusan Pembinaan Kriminal (Kaur bin Ops),
yang meliputi:
2
Kepolisian Resor Teluk Bintuni, “SATUAN SAMAPTA BAYANGKARA,” https://
SATUAN SAMAPTA BHAYANGKARA – POLRES TELUK BINTUNI (polri.go.id) di akses pada tanggal 13
april 2023, pukul 22:38
47
2) Penjagaan
3) Pengawalan
4) Patroli
5) TPTKP
7) Dalmas
8) Negosiasi
9) Tipiring
kewilayahan.
kewilayahan/Polres.
Polres.
5) Tingkat Polres
Kewilayahan/Polsek.
Patroli.3
Dalam hal ini aturan soal aksi demonstrasi diatur dalam Peraturan Kapolri
dilaksanakan, berapa orang yang ikut dalam aksi tersebut, keperluannya apa, dan
3
Fuad Laksmi Dan Budiantoro, Manajemen Perkantoran Modern, Penerbit Pernaka,
Jakarta, 2008, hal. 52.
49
juga waktu pelaksanaanya kapan. Sehingga dari pihak kepolisian bisa tau
tersebut.
melakukan koordinasi dengan aparat dan lembaga terkait demi kelancaran dan
pengamanan kegiatan tersebut. Yang dimana hal tersebut tertuang pada pasal 28
untuk:
(STTP).
pihak lain.
aturan hukum.
hukum.
yang berlaku ditambah dengan 1/3 (satu per tiga) dari pidana pokok.
melanggar hukum.
e. Pembubaran massa.
1) Legalitas:
undangan.
2) Perlindungan HAM:
3) Kemanfaatan:
tindakan.
4) Kepastian hukum:
dan keadilan.
5) Keadilan:
6) Kepentingan umum:
8) Keterpaduan:
9) Akuntabilitas:
10) Transparansi:
11) Proporsionalitas:
12) Keseimbangan:
ketentuan yang diatur dalam pasal 28 UUD 1945 itu merupakan suatu fundamen
mengeluarkan pikiran baik secara lisan maupun secara tertulis. Namun demikian
ketentuan tersebut bersifat universal dan abstrak, yakni tidak ditentukan koridor-
secara jelas. Oleh karena itu menurut penulis ketentuan pasal 28 UUD 1945 itu
Nomor 9 tahun 1998 adalah merupakan perwujudan dari aturan yang ditentukan
syarat, hak dan kewajiban, dan ketentuan sanksi mengenai unjuk rasa atau
pendapat:
2. Pawai.
55
3. Rapat Umum.
4. Mimbar Bebas.
(1) yaitu:
b. Tempat Ibadah
c. Instalasi Militer
d. Rumah Sakit
keselamatan umum. Dalam hal penanganan terhadap aksi Unjuk Rasa, Polri
juga sudah mengeluarkan prosedur tetap didalam penanganan unjuk rasa yang
bersifat anarki yaitu Prosedur tetap direktur samapta babinkam Polri No.Pol
terhadap para pengunjuk rasa yang telah anarki dan ditambah peraturan
Kapolri No.Pol :16 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengendalian Massa. Atas
56
dasar itulah maka setiap anggota Polri harus memiliki pemahaman serta
pekerjaan. Nilai dan rasa hormat pada kehidupan dan martabat manusia
1. Legalitas Semua kegiatan kepolisian harus legal dan menurut hukum yang
berlaku.
untuk bertindak.
Oleh karena itu, harus ada keseimbangan antara Hak Asasi Manusia
Polresta Surakarta
4
Muchammad Zulfikar Aziz, “Peran POLRESTABES Makassar dalam penanganan aksi
unjuk rasa mahasiswa Universitas Muhammadiyah Makassar”, Skripsi di Terbitkan Prodi Ilmu
Pemerintahan Universitas Muhammadiyah Makassar, makassar, 2017, hlm. 45-47.
57
Satlantas, Satuan Sabhara, Satuan Intelkam, Binmas, dan bagian Humas. Oleh
sebab itu terlebih mengenai penanganan aksi demonstrasi yang sering di gelar
Surakarta yang di beri nama satuan SAMAPTA (shabara) di peroleh data yang
tersebut cukup jelas dan komplit di jadikan landasan bagi petugas pengamanan
lakukan pihak kepolisian sejak awal surat izin pemberitahuan pelaksanaan aksi
demo oleh demonstran yang tentunya di lakukan sesuai prosedur tetap di layani
ada beberapa hal yang perlu di perhatikan yaitu terkait lokasi pelaksanaan aksi
5
Arfian, SAT SHABARA Polres Surakarta, Wawancara Pribadi, 17 April 2023, Pukul
11.00 – 12.47
58
16 Tahun 2006, bahwasanya dalam persiapan penanganan aksi unjuk rasa sudah
yang di namakan DALMAS awal dan DALMAS inti sesuai keperluan yang di
kuning dan situasi merah. Adapun situasi hijau di isaratkan sebagai situasi di
mana masa aksi yang menjalankan demonstrasi masih berjalan aman dan tertib,
kemudian situasi kuning yang di isaratkan sebagai kondisi di mana masa aksi
demonstrasi sudah menganggu ketertiban umum dan perlu di tangani oleh satuan
pasukan BRIMOB. 6
berlangsung juga sering di temukan kendala yang mana dari pihak yang
6
Arfian, SAT SHABARA Polres Surakarta, Wawancara Pribadi, 17 April 2023, Pukul
11.00 – 12.47
59
dari ihak kepolisian sudah berupaya menahan diri agar tetap terjaganya
masa aksi demonstrasi maka akan ada konsekuensi yang bisa di terima oleh
aparatur kepolisian dalam bertugas yang mana nantinya meninjau dari segi
lapangan.7
7
Arfian, SAT SHABARA Polres Surakarta, Wawancara Pribadi, 17 April 2023, Pukul
11.00 – 12.47
60
61
Represif
1. Menyemprotkan tembakan water cannon serta gas air mata ke massa yang
langsung kepada salah seorang mahasiswa berinisial R yang terlibat dalam aksi
gelar oleh pihak demonstran telah terjadi kekacauan yang melibatkan pihak
oleh keadaan yang memanas di antara pihak demonstran dan pihak kepolisan
yang di picu dari tidak adanya jawaban atau respon yang di keluarkan oleh pihak
berwenang yaitu pimpinan DPRD Surakarta, maka dari itu pihak demonstran
respon balasan dari pihak terkait. Akan tetapi tindakan tersebut mendapat respon
keras dari pihak kepolisian yang bertugas sehingga keributan pun terjadi. Hal
62
yang di sayangkan pada kejadian ini adalah langkah ataupun tindakan pihak
kepolisian dalam mengatasi kericuhan tersebut yang mana telah melanggar SOP
SOP oleh kepolisian yaitu tindakan yang di nilai Represif terhadap para
demonstran.
terkena pukulan benda tumpul saat berlangsung aksi saling dorong antara pihak
kepolisian dan pihak demonstran. Selain itu, pihak kepolisian juga secara
berjatuhannya korban akibat efek dari gas air mata tersebut utamanya mahasiswi
yang mengikuti aksi demonstrasi. Hal ini sangat di sayangkan terhadap pihak
saat itu, saya pribadi selaku penulis turut serta menyaksikan keadaan yang
terjadi, dan memang benar adanya bahwa telah terjadi tindakan kepolisian yang
8
R, Mahasiswa, Wawancara Pribadi, 24 April 2023, Pukul 13.00 WIB
BAB IV
SURAKARTA
Surakarta
jalankan sesuai dengan apa yang tertuang dalam PERKAP KAPOLRI yang
berlaku saat ini dan pastinya pihak kepolisian yang terlibat dan bertanggung
secara seksama atas poin-poin yang tertuang dalam peraturan penanganan yang
lapangan.
63
64
khususnya seperti yang terjadi pada saat pelaksanaan aksi demonstrai di depan
apabila tindakan yang di lakukan oleh pihak satuan keamanan pada saat
penulis bahwa telah terjadinya tindak represif oleh pihak kepolisian terhadap
beberapa anggota demonstrasi yang merupakan mahasiswa, dari kasus ini dapat
indonesia saat ini belum dapat di katakan sebagai strategi penertiban masa yang
cukup mempuni dalam segala kondisi, hal demikian bisa jadi di sebabkan oleh
pihak kepolisian yang tidak sepenuhnya mengikuti alur pada poin-poin yang
tertuang dalam Perkapolri atau bisa jadi juga di sebabkan oleh poin-poin yang di
rumuskan dalam Perkap tersebut masih kurang efektif dalam hal penanganan ini
karna sistem penanganan aksi demonstrasi dan pengendalian masa yang berlaku
saat ini masih belum bisa meredam sepenuhnya faktor-faktor terjadinya konflik
perlengkapan oleh pihak kepolisian yang dapat memicu keadaan memanas saat
berlangsungnya aksi demonstrasi seperti penggu gas air mata dan benda keras
lainnya.
65
Secara tidak langsung hal ini dapat memicu suasana yang memanas di
antara kedua belah pihak, karna kita ketahui bahwasanya pihak demonstran pada
yang mana polisi sebagai pihak yang menengahi antara pihak demonstran dan
Hal tersebut
Dalam penanganan perkara saat terjadi aksi unjuk rasa, aparat Kepolisian
dipertanggungjawabkan”.
umum dilakukan secara dini dengan menerapkan urutan tindakan dari metode
yang paling lunak sampai yang paling tegas disesuaikan dengan perkembangan
Terdapat juga pada pasal 27 Ayat (1) “Pelaku pelanggaran yang telah tertangkap
pelecehan seksual”.
demonstran bahkan hingga bisa merenggut nyawa dari para demonstran yang
aksi demonstrasi di Indonesia akan tetapi kita tidak bisa menutup mata akan
demonstrasi. Oleh sebab itu perlu kita lihat mengenai instruksi yang tertuang
berjalan dengan baik dan tertib yang di atur di dalam pasal 2 Perauran Kepala
67
negara sudah menjadi kewajiban dan tanggung jawab bagi polri yang tertuang
d. menyelenggarakan pengamanan.
anarkis dan peserta penyampaian pendapat di muka umum lainnya yang tidak
hukum
proporsional
dimaksud
Adinda rahma “Tindakan Represif Dari Polri Dalam Menghadapi Unjuk Rasa
1
Masyarakat, skripsi diterbitkan, fakultas hukum, Universitas Pancasakti Tegal 2020, hlm 65. 66
68
hukum memiliki suatu tujuan pokok yang mana sebagai sosial control di
kepastian hukum.
Dari penjelaan di atas maka dapat kita katakan bahwasanya sangat sulit
Sosiologis, penegak hukum memiliki status yang pasti sebagai pelaksana dalam
deskresi atau pengambilan keputusan yang tidak terikat oleh hukum, di mana
2
Leurensius Arliman, “Penegakan Hukum dan Kesadaran Masyarakat,” (Yogyakarta:
CV Budi Utama, 2015) hlm. 65
69
menimbulkan ketidakpastian
dalam undang-undang No 9 tahun 1998 yang mana sesuai dengan regulasi dari
langsung oleh kasat SABARA selaku pimpinan satuan di jajaran kepolisian yang
menangani bagian ini, melalui wawancara yang di lakukan secara langsung oleh
oleh pihak demonstran sebelum melakukan aksinya yang mana terlebih dahulu
2. tempat
5. penanggung jawab
adapun jumlah yang di laporkan, dalam setiap 100 orang peserta unjuk rasa harus
memiliki satu samapai dengan lima orang penanggung jawab atau kordinator
kegiatan
secara tertulis oleh penanggung jawab yang di tujukan kepada POLRI se lambat-
lambatnya 24 jam sebelum waktu pelaksanaan. Selain itu persiapan yang perlu
tahun 2006 yaitu tentang persiapan pasukan pengamanan serta persiapan atribut
oleh Kasad SABARA kepada penulis pada saat wawancara, hal yang perlu di
personil yang di namakan DALMAS awal dan DALMAS inti sesuai keperluan
71
situasi kuning dan situasi merah. Adapun situasi hijau di isaratkan sebagai situasi
di mana masa aksi yang menjalankan demonstrasi masih berjalan aman dan
tertib, kemudian situasi kuning yang di isaratkan sebagai kondisi di mana masa
aksi demonstrasi sudah menganggu ketertiban umum dan perlu di tangani oleh
satuan Dalmas lanjut, kemudian pada situasi merah yang di isaratkan apabila
pasukan BRIMOB.
kepolisian yang di katakan tidak sesuai prosedur, yang mana di kenal dengnan
tindakan represif maka perlu adanya sansi yang berjalan karna kita tsu bahwa
rakyatnya. Oleh sebab itu bagi pihak pengamanan yang melakukan tindakan
perlunya ada tindakan sanksi pidana yang di terapkan dan bukan hanya berupa
1. penganiayaan di ancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun delapan
bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah
3. jika mengakibatkan mati, di ancam dengan pidana penjara paling lama tujuh
tahun
jalankan sesuai dengan apa yang tertuang dalam PERKAP KAPOLRI yang
berlaku saat ini dan pastinya pihak kepolisian yang terlibat dan bertanggung
secara seksama atas poin-poin yang tertuang dalam peraturan penanganan yang
lapangan.
khususnya seperti yang terjadi pada saat pelaksanaan aksi demonstrai di depan
73
apabila tindakan yang di lakukan oleh pihak satuan keamanan pada saat
penulis bahwa telah terjadinya tindak represif oleh pihak kepolisian terhadap
beberapa anggota demonstrasi yang merupakan mahasiswa, dari kasus ini dapat
indonesia saat ini belum dapat di katakan sebagai strategi penertiban masa yang
cukup mempuni dalam segala kondisi, hal demikian bisa jadi di sebabkan oleh
pihak kepolisian yang tidak sepenuhnya mengikuti alur pada poin-poin yang
tertuang dalam Perkapolri atau bisa jadi juga di sebabkan oleh poin-poin yang di
rumuskan dalam Perkap tersebut masih kurang efektif dalam hal penanganan ini
karna sistem penanganan aksi demonstrasi dan pengendalian masa yang berlaku
saat ini masih belum bisa meredam sepenuhnya faktor-faktor terjadinya konflik
perlengkapan oleh pihak kepolisian yang dapat memicu keadaan memanas saat
berlangsungnya aksi demonstrasi seperti penggu gas air mata dan benda keras
lainnya.
Secara tidak langsung hal ini dapat memicu suasana yang memanas di
antara kedua belah pihak, karna kita ketahui bahwasanya pihak demonstran pada
yang mana polisi sebagai pihak yang menengahi antara pihak demonstran dan
Hal tersebut
Dalam penanganan perkara saat terjadi aksi unjuk rasa, aparat Kepolisian
dipertanggungjawabkan”.
umum dilakukan secara dini dengan menerapkan urutan tindakan dari metode
yang paling lunak sampai yang paling tegas disesuaikan dengan perkembangan
Terdapat juga pada pasal 27 Ayat (1) “Pelaku pelanggaran yang telah tertangkap
pelecehan seksual”.
demonstran bahkan hingga bisa merenggut nyawa dari para demonstran yang
aksi demonstrasi di Indonesia akan tetapi kita tidak bisa menutup mata akan
demonstrasi. Oleh sebab itu perlu kita lihat mengenai instruksi yang tertuang
agar proses kemerdekaan penyampaian pendapat dapat berjalan dengan baik dan
tertib yang di atur di dalam pasal 2 Perauran Kepala Kepolisian Negara Republik
pendapat di muka umum oleh warga negara sudah menjadi kewajiban dan
tanggung jawab bagi polri yang tertuang dalam Pasal 13 Peraturan Kepala
d. menyelenggarakan pengamanan.
anarkis dan peserta penyampaian pendapat di muka umum lainnya yang tidak
a. terhadap peserta yang taat hukum harus tetap di berikan perlindungan hukum
proporsional
hukum memiliki suatu tujuan pokok yang mana sebagai sosial control di
kepastian hukum.
Adinda rahma “Tindakan Represif Dari Polri Dalam Menghadapi Unjuk Rasa
3
Masyarakat, skripsi diterbitkan, fakultas hukum, Universitas Pancasakti Tegal 2020, hlm 65. 66
77
Dari penjelaan di atas maka dapat kita katakan bahwasanya sangat sulit
Sosiologis, penegak hukum memiliki status yang pasti sebagai pelaksana dalam
deskresi atau pengambilan keputusan yang tidak terikat oleh hukum, di mana
menimbulkan ketidakpastian
4
Leurensius Arliman, “Penegakan Hukum dan Kesadaran Masyarakat,” (Yogyakarta:
CV Budi Utama, 2015) hlm. 65
78
dalam undang-undang No 9 tahun 1998 yang mana sesuai dengan regulasi dari
langsung oleh kasat SABARA selaku pimpinan satuan di jajaran kepolisian yang
menangani bagian ini, melalui wawancara yang di lakukan secara langsung oleh
oleh pihak demonstran sebelum melakukan aksinya yang mana terlebih dahulu
2. tempat
5. penanggung jawab
adapun jumlah yang di laporkan, dalam setiap 100 orang peserta unjuk rasa
harus memiliki satu samapai dengan lima orang penanggung jawab atau
tersebut maka di lakukan pelaporan secara tertulis oleh penanggung jawab yang
pelaksanaan. Selain itu persiapan yang perlu di lakukan oleh polri adalah sebagai
penulis pada saat wawancara, hal yang perlu di persiapkan adalah secara rinci di
lapangan, pada Perkap yang berlaku terdapat pembagian kondisi situasi lapangan
yang sebagaimana di jelaskan adanya situasi hijau, situasi kuning dan situasi
merah. Adapun situasi hijau di isaratkan sebagai situasi di mana masa aksi yang
kuning yang di isaratkan sebagai kondisi di mana masa aksi demonstrasi sudah
menganggu ketertiban umum dan perlu di tangani oleh satuan Dalmas lanjut,
80
kemudian pada situasi merah yang di isaratkan apabila demonstran sudah terjadi
kepolisian yang di katakan tidak sesuai prosedur, yang mana di kenal dengnan
tindakan represif maka perlu adanya sansi yang berjalan karna kita tsu bahwa
rakyatnya. Oleh sebab itu bagi pihak pengamanan yang melakukan tindakan
perlunya ada tindakan sanksi pidana yang di terapkan dan bukan hanya berupa
1. penganiayaan di ancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun delapan
bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah
3. jika mengakibatkan mati, di ancam dengan pidana penjara paling lama tujuh
tahun
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
pembahasan yang telah diuraikan oleh penulis dari bagian BAB Isampai BAB IV yaitu
indonesi bahkan di beberapa negara lainnya yang mana juga kegiatan tersebut
merupakan salah satu bagian dari sistem demokrasi yang berjalan saat ini
guna menyuarakan keluh kesah dan protes atas suatu kebijakan yang di
dari semua pihak dapat berjalan sebagai mana mestinya dengan tujuan yang
di harapkan
demonstrasi sejauh ini sudah dapat di katakan sangat terstruktur dan dapat
81
82
umum sudah sangat jelas sangat bertolak belakang dengan tindak kekerasan
sudah pastinya dapat di katakan kegitan ini memiliki legalitas yang kuat.
B. Saran
semua warga negara yang telah disebutkan dalam undang-undang secara tertulis,
arogan dan kekerasan terhadap para demonstran. Penanganan aksi diatur dalam
Peraturan Kepala Kepolisian Negara RI No. 7 Tahun 2012 tentang Tata Cara
Penyampaian Pendapat di Muka Umum, untuk itu dalam hal penanganan massa
aksi harus sesuai prosedur, tidak menghalangi akses bantuan hukum kepada
mereka yang ditangkap oleh apparat serta menghindari terjadinya hak-hal kontra
83
apa yang termaktub dalam alinea ke IV UUD Republik Indonesia Tahun 1945
perdamaian abadi dan keadilan sosial tidak hanya menjadi angan-angan saja.
yang ada. Aturan dan hukum yang ada harus ditegakkan secara benar dan adil,
rakyatnya maka tidak salah kemudian jika rakyat selalu bertindak sendiri dalam
melakukan kebijakan.
84
DAFTAR PUSTAKA
Agus Tri Putra, Peran Kepolisian Dalam Penegakan Hukum Terhadap Aksi Unjuk
Rasa Mahasiswa Yang Anarkis Di Kota Makassar (Studi Kasus Tahun
2012-2015). Tahun 2017
Adinda Rahma Aprilia. “Tindakan represif dari Polri dalam menghadapi unjuk
rasa masyarakar”. Kebumen, tahun 2020.
J.C.T. Simorangkir, Rudy T. Erwin dan T.J. Prasetyo. 2000. Kamus Hukum.
Jakarta: Sinar Grafika.
Wisnu Fragusty, Proses Penanganan Aksi Unjuk Rasa Anarkis Yang Berdampak
Pada Kerusakan Fasilitas Umum (Studi Di Polrestabes Medan). Tahun 2019
Widarma, Mhd Ansori Lubis, Novi Juli Rosani Zulkarnain, “Aspek Yuridis Dalam
Pencegahan Demonstrasi yang Dilakukan Secara Anarki Di Wilayah
Hukum POLRESTABES Medan” Jurnal RETENTUM, Vol. 3 Nomor 2,
H. Abu Yasid, Fiqih Realitas; Respon Ma’had Aly Terhadap Wacana Hukum Islam
Kontemporer( Cet. 1; Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005)
Riadi Asra Rahmad, Hukum Acara Pidana, (Depok: Rajawali Pers, April 2019),
LAMPIRAN
Informan: kalau sampe saat ini saya rasa sudah sesuai karna terkait sejak awal
masyarakat ingin melaksanakan aksi demonstrasi, kita sudah
melayani mengenai pemberitahuan aksi kita sudah layani dari
rekan SAT INTEL kemudian pada saat pelaksanaan juga kita sudah
layani dengan penempatan personil di lokasi sesuai SOP yang ada
Informan: hingga saat ini menurut pandangan saya, hambatan pada masa
pengunjuk rasa karna dari kami pihak kepolisian kita sudah sangat
berupaya memberikan pelayanan terbaik namun ada kalanya
terdapat beberapa mahasiswa yang mudah terprovokasi atau ingin
memprovokasi kepolisiannya, adapun itu kita selaku pengamanan
berusaha menahan diri
Peneliti: Apakah ada konsekuensi secara hukum jika pihak kepolisian tidak
menerapkan SOP dari PERKAPOLRI tersebut.?
Informan: sudah jelas ada, di situ kita dapat di laporkan dalam aduan
melanggar internal Polri kepada yang bertugas mengawasi kita
yang di namakan PROPAM
Informan: sepengetahuan saya, dan saya yang baru bertugas selama dua bulan
di satuan ini dan baru menangani satu kali aksi demonstrasi
alhamdulillah belum menemukan adanya kejadian seperti itu,
adapun itu sudah mengangu ketertiban umum
Peneliti: Apa upaya penal yang dilakukan oleh Polresta Surakarta dalam
menindak lanjut demonstran yang melanggar hukum pada saat aksi
demonstrasi.?
Informan: adapun yang kita lakukan awal itu dengan tindakan persuasif,
kemudian tegas dan kita lakukan himbauan- himbauan kepada
yang melanggar dan yang paling terakhir kita lakukan tindakan
tegas di lapangan dengan menggunakan kekuatan dalmas kita
89
Peneliti: Apakah anda termaksud salah satu mahasiswa yang mengikuti aksi
Informan: iya saya termaksut salah satu mahasiswa aktif (pada saat itu) yang
Peneliti: Apakah pada saat itu anda mengikuti aksi demonstrasi sesuai
Peneliti: bagaimana awal mula anda bisa terpanggil hingga ikut serta dalam
sudah jelas saya mersa bahwasanya saya memiliki andil dalam ikut
Peneliti: apa saja yang anda lihat dan anda rasakan pada saat aksi
demonstrasi berlangsung?
90
Informan: saya melihat kegiatan aksi tersebut pada awalnya berjalan dengan
lancar dan tertib, akan tetapi pada saat kurang lebih 15:00
keamanan
aspirasinya?
Informan: sudah pastinya tindakan represif atau tindak kekerasan yang terjadi
Lampiran 2 Dokumentasi
93
94