Anda di halaman 1dari 20

TEORI HUKUM DAN REALITAS DENGAN TINJAUAN TENTANG

IMPLEMENTASI HUKUM DALAM SISTEM PERADILAN

Dosen Pengampu :

Prof. Dr. H. Edi Setiadi, SH., MH.

Oleh:

RAZI MARDHIKA

20040023503

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU HUKUM

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG

TAHUN 2024

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya, sehingga
tim penulis dapat menyelesaikan penulisan tugas dengan judul “Teori Hukum dan
Realitas Dengan Tinjauan Tentang Implementasi Hukum Dalam Sistem Peradilan”
pada akhirnya dapat terselesaikan dengan baik. Makalah ini dibuat dalam rangka
memperdalam pemahaman mengenai konsep dari teori hukum. Dalam rangka
penulisan tugas ini, tim penulis banyak mengalami kesulitan dan kendala. Namun
karena dorongan moril dan material serta bimbingan dari berbagai pihak sehingga tim
penulis dapat menyelesaikan penulisan tugas ini.

Tidak lupa pula pada bagian ini, dengan segala kerendahan hati dan rasa hormat yang
setinggi- tingginya tim penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang telah membantu tim penulis dalam menyelesaikan tugas
ini. Tim penulis menyadari bahwa dalam penulisan tugas ini tidak terlepas dari segala
kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati tim
penulis mengharapkan saran kritik dari pembaca sebagai bahan masukan sehingga
dapat berguna baik bagi penulis dikemudian hari. Akhir kata, tim penulis
mengucapkan terimakasih, semoga mendapatkan balasan pahala dari Allah SWT, dan
semoga penulisan tugas ini dapat bermanfaat bagi tim penulis khususnya dan
pembaca pada umumnya.

Penulis

2
21 Januari 2024

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Latar belakang "Teori Hukum dan Realitas Dengan Tinjauan Tentang Implementasi
Hukum Dalam Sistem Peradilan" berasal dari suatu pengamatan tentang adanya
jurang antara hukum dalam teori dan hukum dalam praktek yang berlaku dalam
masyarakat. Pertanyaan yang muncul adalah sejauh mana teori hukum berfungsi
sebagai pedoman dalam praktek dan bagaimana hukum diterapkan dan
diimplementasikan dalam sistem peradilan yang ada. Dalam banyak kasus,
implementasi hukum di lapangan tidak selalu sejalan dengan apa yang ada dalam
teori hukum, hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti penafsiran hukum
yang berbeda, korupsi, atau adanya pengaruh politik dalam peradilan. Studi ini
penting dilakukan untuk membantu memahami dan mengurangi kesenjangan antara
teori dan praktek hukum, serta memberikan panduan tentang bagaimana hukum dapat
diterapkan dengan lebih efektif dan adil dalam sistem peradilan. Tinjauan ini juga
bertujuan untuk memberikan pemahaman yang lebih dalam tentang bagaimana
hukum berfungsi dalam masyarakat, dan bagaimana hukum dapat diperbaiki dan
diperbaharui untuk lebih baik mencerminkan dan melayani kebutuhan masyarakat.

Dalam pandangan awal, hukum dapat dianggap sebagai suatu sistem norma dan
aturan yang dirancang untuk mengatur perilaku masyarakat. Teori hukum
memberikan kerangka konseptual yang mendefinisikan prinsip-prinsip dasar, hak,
dan kewajiban yang mengatur hubungan antarindividu dan kelompok. Namun, dalam
realitasnya, terdapat jurang yang cukup besar antara teori hukum dan
implementasinya dalam sistem peradilan. Fenomena ini menciptakan tantangan yang

3
kompleks dan memicu pertanyaan kritis tentang sejauh mana teori hukum berfungsi
sebagai pedoman dalam praktek serta bagaimana hukum diterapkan dan
diimplementasikan dalam sistem peradilan yang ada.1

Teori hukum membentuk fondasi konseptual dari seluruh sistem hukum sebuah
negara. Pemahaman mendalam tentang prinsip-prinsip dasar seperti keadilan,
kepastian hukum, dan hak asasi manusia menjadi pondasi bagi pembentukan teori
hukum. Teori ini menciptakan pedoman yang seharusnya menjadi pijakan bagi
perancangan dan penegakan hukum. Dalam teori hukum, prinsip-prinsip moral dan
etika juga sering kali menjadi elemen kunci, menciptakan sistem hukum yang
diharapkan tidak hanya efisien secara teknis, tetapi juga mencerminkan nilai-nilai
masyarakat.

Meskipun teori hukum memberikan panduan yang kuat, kenyataannya seringkali


tidak selaras dengan apa yang diharapkan. Berbagai faktor kompleks dapat menjadi
pemicu ketidaksesuaian antara teori dan praktik hukum. Salah satu faktor yang
umumnya ditemui adalah penafsiran hukum yang berbeda. Para praktisi hukum,
hakim, dan advokat dapat memiliki pemahaman yang berbeda terkait dengan arti dan
ruang lingkup hukum tertentu, menciptakan celah yang dapat dimanfaatkan atau
menimbulkan ketidakpastian dalam penerapan hukum.

Selain itu, korupsi juga menjadi ancaman serius terhadap implementasi hukum yang
adil dan efektif. Keberadaan korupsi dalam sistem peradilan dapat mempengaruhi
pengambilan keputusan hukum dan merusak integritas proses peradilan. Fenomena
ini dapat membawa dampak serius terhadap kepercayaan masyarakat terhadap sistem
hukum, karena pengaruh yang tidak sah dapat menyebabkan distorsi dalam penerapan
hukum.

Pengaruh politik dalam peradilan juga merupakan faktor yang memperumit


implementasi hukum. Keterlibatan politik dalam penunjukan hakim, pengaruh dalam

1
Marzuki, P. M., & Sh, M. S. (2020). Teori Hukum. Prenada Media.

4
pembentukan undang-undang, dan intervensi politik dalam kasus hukum tertentu
dapat mengarah pada ketidaknetralan dan penyelewengan terhadap prinsip-prinsip
hukum yang seharusnya dijunjung tinggi.

Proses implementasi hukum dalam sistem peradilan menghadapi berbagai tantangan


yang membutuhkan pemahaman mendalam dan pendekatan holistik. Salah satu solusi
yang dapat diusulkan adalah memperkuat pendidikan hukum dan pelatihan bagi para
praktisi hukum. Dengan meningkatkan pemahaman mereka terhadap prinsip-prinsip
teori hukum dan memberikan panduan yang jelas terkait dengan aplikasi hukum
dalam kasus konkret, para praktisi hukum dapat lebih baik memahami dan
menghormati prinsip-prinsip hukum yang mendasarinya.

Transparansi dalam sistem peradilan juga menjadi kunci untuk mengatasi


ketidaksesuaian antara teori dan praktik hukum. Penyediaan akses yang lebih besar
kepada masyarakat untuk mengamati dan memahami proses peradilan dapat
meningkatkan kepercayaan mereka terhadap keadilan sistem hukum. Penerapan
teknologi informasi juga dapat membantu meningkatkan transparansi dan efisiensi
dalam sistem peradilan.

Pemberantasan korupsi adalah langkah kritis dalam memastikan implementasi hukum


yang adil dan efektif. Peningkatan pengawasan, ketatnya penegakan hukum terhadap
praktik korupsi, dan pemberian sanksi yang tegas dapat membantu menciptakan
lingkungan yang bersih dan akuntabel dalam sistem peradilan.

Pentingnya independensi peradilan tidak dapat diabaikan. Upaya untuk mengurangi


pengaruh politik dalam proses peradilan, seperti dengan mengadopsi sistem
penunjukan hakim yang transparan dan berbasis pada kualifikasi, dapat membantu
menjaga integritas peradilan dan memastikan bahwa keputusan hukum diambil
berdasarkan pertimbangan hukum semata.2

2
Atmadja, I. N. P. B., & Budiartha, I. (2018). Teori-teori hukum.

5
Studi ini tidak hanya mengulas implementasi hukum dalam sistem peradilan, tetapi
juga menyoroti pentingnya memahami bagaimana hukum berfungsi dalam
masyarakat. Hukum yang efektif harus mampu menyesuaikan diri dengan dinamika
sosial dan mencerminkan nilai-nilai masyarakat. Oleh karena itu, perlu ada upaya
untuk secara terus-menerus meninjau dan memperbaharui hukum agar tetap relevan
dengan perkembangan masyarakat.

Penggunaan mekanisme umpan balik dari masyarakat dapat menjadi instrumen yang
efektif untuk memahami bagaimana hukum dapat diperbaiki dan diperbaharui.
Mekanisme ini dapat melibatkan partisipasi publik dalam proses legislatif, konsultasi
dengan pemangku kepentingan, dan survei secara berkala untuk menilai efektivitas
dan keadilan hukum dalam masyarakat.

Studi tentang "Teori Hukum dan Realitas Dengan Tinjauan Tentang Implementasi
Hukum Dalam Sistem Peradilan" memberikan pemahaman mendalam tentang
tantangan kompleks yang dihadapi dalam menjembatani jurang antara teori dan
praktek hukum. Implementasi hukum yang efektif dan adil merupakan hal krusial
dalam menjaga kepercayaan masyarakat terhadap sistem peradilan.

Langkah-langkah konkret seperti peningkatan pendidikan hukum, transparansi dalam


sistem peradilan, pemberantasan korupsi, dan upaya untuk meminimalkan pengaruh
politik dapat membantu menyempurnakan implementasi hukum. Sejalan dengan itu,
penting untuk terus mendorong integrasi hukum dengan kebutuhan masyarakat,
memastikan bahwa hukum tidak hanya menjadi instrumen kontrol, tetapi juga
mencerminkan nilai-nilai dan aspirasi masyarakat yang dilayani. Dengan demikian,
studi ini memberikan panduan yang berharga untuk mencapai tujuan tersebut dan
meningkatkan kualitas sistem peradilan secara keseluruhan.

B. Rumusan Masalah

6
Adapun rumusan masalah dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Apa faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya jurang antara teori hukum dan
realitas implementasinya dalam sistem peradilan?

2. Bagaimana dampak dari jurang antara teori dan praktik hukum terhadap penegakan
hukum dan keadilan dalam masyarakat?

3. Bagaimana cara meminimalisir jurang antara teori dan implementasi hukum dalam
sistem peradilan?

4. Bagaimana teori hukum dapat dikembangkan dan diterapkan untuk mencerminkan


dan memenuhi kebutuhan hukum dalam masyarakat secara lebih baik dan adil?

C. Tujuan

Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya jurang antara teori


hukum dan realitas implementasinya dalam sistem peradilan.

2. Untuk mengetahui dampak dari jurang antara teori dan praktik hukum terhadap
penegakan hukum dan keadilan dalam masyarakat.

3. Untuk mengetahui cara meminimalisir jurang antara teori dan implementasi hukum
dalam sistem peradilan.

4. Untuk mengetahui teori hukum dapat dikembangkan dan diterapkan untuk


mencerminkan dan memenuhi kebutuhan hukum dalam masyarakat secara lebih baik
dan adil.

7
BAB II

PEMBAHASAN

A. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya jurang antara teori hukum dan realitas
implementasinya dalam sistem peradilan

Ada beberapa faktor penting yang menyebabkan jurang antara teori hukum dan
realitas implementasinya dalam sistem peradilan:3

1. Interpretasi Hukum: Salah satu faktor utama adalah interpretasi hukum.


Dalam prakteknya, interpretasi hukum bisa sangat bervariasi dan dapat
dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk pandangan subjektif, latar
belakang budaya, dan pemahaman individu tentang hukum itu sendiri.
Beberapa kasus hukum mungkin memerlukan interpretasi yang lebih rumit
dari teori hukum yang ada, yang bisa menimbulkan perbedaan antara teori dan
praktik.

2. Infrastruktur Hukum: Faktor lain adalah infrastruktur hukum yang ada. Jika
sistem peradilan tidak dilengkapi dengan sumber daya yang cukup, seperti
tenaga kerja yang terlatih dan dana yang memadai, penerapan hukum
mungkin menjadi tidak efektif. Selain itu, ketiadaan atau keterbatasan akses
ke pendidikan hukum juga bisa menghasilkan jurang antara teori dan realitas
dalam sistem peradilan.

3. Korupsi dan Nepotisme: Praktek korupsi dan nepotisme dapat menciptakan


jurang antara teori dan praktek hukum. Ketika hukum diterapkan berdasarkan
suap atau favoritisme, bukan berdasarkan prinsip keadilan, ini menciptakan

3
Fuady, D. M., & SH, M. L. M. (2014). Teori-teori Besar Dalam Hukum: Grand Theory. Prenada
Media.

8
perbedaan antara apa yang seharusnya dilakukan menurut hukum dan apa
yang sebenarnya terjadi.

4. Pengaruh Politik: Pengaruh politik dalam peradilan juga bisa memperlebar


jurang antara teori dan praktik hukum. Dalam beberapa kasus, keputusan
hukum mungkin dibuat berdasarkan tekanan politik atau kepentingan politik
tertentu, bukan berdasarkan hukum dan keadilan.

5. Perubahan Sosial: Perubahan sosial dan budaya juga dapat mempengaruhi


implementasi hukum. Teori hukum mungkin tidak dapat segera menyesuaikan
diri dengan perubahan dalam masyarakat, yang bisa menciptakan perbedaan
antara teori dan praktek hukum.

6. Kesadaran Hukum: Faktor lainnya adalah tingkat kesadaran hukum


masyarakat. Jika masyarakat kurang memiliki pengetahuan dan pemahaman
tentang hukum, maka mereka mungkin tidak akan melihat perlunya hukum
diimplementasikan sesuai dengan teorinya.

Semua faktor di atas, baik secara terpisah maupun kombinasi, dapat menciptakan
jurang antara teori hukum dan realitas implementasinya dalam sistem peradilan.
Untuk mencapai sistem peradilan yang adil dan efektif, sangat penting untuk
mengenali dan mengatasi faktor-faktor ini.

B. Dampak dari jurang antara teori dan praktik hukum terhadap penegakan hukum
dan keadilan dalam masyarakat

Jurang antara teori dan praktik hukum dapat menimbulkan berbagai dampak
signifikan terhadap penegakan hukum dan keadilan dalam masyarakat. Dibawah ini
beberapa dampak yang mungkin timbul:4

4
Sidharta, B. A. (2007). Meuwissen tentang pengembangan hukum, ilmu hukum, teori hukum, dan
filsafat hukum.

9
1. Kehilangan Kepercayaan Publik: Salah satu dampak paling serius adalah
penurunan kepercayaan publik terhadap sistem peradilan. Jika masyarakat
melihat bahwa hukum yang ada tidak diterapkan secara konsisten dan adil
sesuai dengan prinsip dan teori hukum, mereka mungkin kehilangan
kepercayaan pada sistem hukum dan penegakan hukum. Ini bisa
membahayakan stabilitas sosial dan politik suatu masyarakat.

2. Ketidakadilan: Ketika ada jurang antara teori dan praktik hukum, bisa terjadi
ketidakadilan. Misalnya, jika hukum diterapkan berdasarkan suap atau
nepotisme bukan berdasarkan hukum, hal ini bisa menciptakan ketidakadilan
yang signifikan dalam masyarakat. Orang yang tidak berhak mungkin
mendapatkan hukuman yang lebih ringan atau bahkan lolos dari hukuman,
sementara yang tidak bersalah mungkin mendapatkan hukuman yang tidak
adil.

3. Pelanggaran Hukum: Jika hukum tidak diterapkan secara konsisten dan adil,
ini bisa mendorong orang untuk melanggar hukum. Mereka mungkin merasa
bahwa mereka bisa lolos dari hukuman atau bahwa hukuman yang mereka
terima tidak adil, yang bisa mendorong mereka untuk melanggar hukum.

4. Konflik Sosial: Jurang antara teori dan praktik hukum juga bisa memicu
konflik sosial. Jika beberapa kelompok merasa diperlakukan tidak adil oleh
sistem hukum, ini bisa memicu konflik dan ketidakstabilan.

5. Keterlambatan Penyelesaian Kasus: Dalam beberapa kasus, jurang ini bisa


menyebabkan penundaan dalam penyelesaian kasus hukum. Misalnya, jika
ada kebingungan atau konflik tentang bagaimana hukum harus ditafsirkan
atau diterapkan, ini bisa menunda proses pengadilan dan penyelesaian kasus.

6. Penyalahgunaan Kekuasaan: Jurang antara teori dan praktik hukum juga bisa
memberikan peluang bagi penyalahgunaan kekuasaan oleh pihak yang
berwenang. Misalnya, mereka mungkin menggunakan hukum sebagai alat

10
untuk mencapai tujuan politik atau pribadi mereka, bukan untuk melayani
keadilan dan kepentingan publik.

Dengan melihat dampak-dampak tersebut, menjadi jelas bahwa penting untuk


mengurangi jurang antara teori dan praktik hukum untuk menciptakan sistem
peradilan yang adil, efektif, dan dipercaya oleh masyarakat.

C. Cara meminimalisir jurang antara teori dan implementasi hukum dalam sistem
peradilan

Meminimalisir jurang antara teori dan implementasi hukum dalam sistem peradilan
memerlukan pendekatan komprehensif yang melibatkan berbagai aspek, termasuk
pendidikan hukum, reformasi hukum, penegakan hukum, dan partisipasi masyarakat.
Berikut adalah beberapa cara yang bisa dilakukan:5

1. Pendidikan Hukum: Pendidikan hukum yang baik dan efektif dapat membantu
memahami dan menerapkan hukum dengan cara yang lebih konsisten dan
adil. Ini melibatkan pendidikan hukum formal di institusi pendidikan, tetapi
juga pendidikan hukum informal melalui kampanye sosialisasi hukum dan
program pendidikan publik.

2. Reformasi Hukum: Reformasi hukum yang komprehensif dapat membantu


membuat hukum lebih sesuai dengan realitas masyarakat. Ini bisa melibatkan
perubahan dalam hukum itu sendiri, tetapi juga perubahan dalam cara hukum
ditafsirkan dan diterapkan.

3. Penegakan Hukum: Penegakan hukum yang konsisten dan adil adalah kunci
untuk meminimalisir jurang antara teori dan praktik hukum. Ini memerlukan
penegakan hukum yang bebas dari korupsi, nepotisme, dan pengaruh politik.

4. Partisipasi Masyarakat: Masyarakat harus berpartisipasi aktif dalam proses


hukum dan penegakan hukum. Partisipasi ini bisa melibatkan berbagai hal,
5
Hasanah, U., & Suastuti, E. (2020). Buku Ajar Teori Hukum. SCOPINDO MEDIA PUSTAKA.

11
dari melaporkan pelanggaran hukum, menjadi saksi di pengadilan, sampai
berpartisipasi dalam proses pembuatan hukum.

5. Transparansi dan Akuntabilitas: Transparansi dan akuntabilitas dalam sistem


peradilan sangat penting. Penegakan hukum dan pengadilan harus dilakukan
dengan cara yang terbuka dan dapat dipertanggungjawabkan. Ini bisa
mencakup publikasi keputusan pengadilan, akses publik ke proses pengadilan,
dan mekanisme untuk mengevaluasi dan menanggapi keluhan terhadap sistem
peradilan.

6. Pembinaan dan Pengawasan: Pembinaan dan pengawasan terhadap aparatur


penegak hukum juga sangat penting. Melalui pembinaan dan pengawasan
yang baik, dapat tercipta penegak hukum yang profesional dan berintegritas.

7. Pembaruan Hukum: Hukum harus senantiasa diperbarui agar tetap relevan


dengan perubahan yang terjadi dalam masyarakat. Pembaruan ini harus
mencerminkan kebutuhan, nilai, dan aspirasi masyarakat.

Dengan menerapkan langkah-langkah ini, kita dapat berusaha untuk memperkecil


jurang antara teori dan implementasi hukum dalam sistem peradilan dan berusaha
menuju sistem hukum yang lebih adil dan efektif.

D. Teori hukum dapat dikembangkan dan diterapkan untuk mencerminkan dan


memenuhi kebutuhan hukum dalam masyarakat secara lebih baik dan adil

Kerangka umum tentang bagaimana teori hukum dapat dikembangkan dan diterapkan
untuk mencapai tujuan tersebut.6

1. Pembangunan Teori Hukum Berdasarkan Realitas Sosial: Salah satu langkah


penting dalam pengembangan teori hukum adalah memastikan bahwa teori
tersebut mencerminkan realitas sosial. Ini berarti bahwa teori hukum harus
6
Prasetyo, D., & Herawati, R. (2022). Tinjauan Sistem Peradilan Pidana Dalam Konteks Penegakan
Hukum dan Perlindungan Hak Asasi Manusia Terhadap Tersangka di Indonesia. Jurnal Pembangunan
Hukum Indonesia, 4(3), 402-417.

12
didasarkan pada pemahaman mendalam tentang masyarakat dan kebutuhan
hukumnya. Untuk mencapai ini, peneliti hukum harus melakukan penelitian
empiris untuk memahami bagaimana hukum berfungsi dalam masyarakat dan
bagaimana masyarakat memahami dan berinteraksi dengan hukum. Selain itu,
teori hukum harus mempertimbangkan konteks sosial, ekonomi, dan politik
dari masyarakat tempat hukum diterapkan.

2. Partisipasi Masyarakat: Untuk memastikan bahwa teori hukum mencerminkan


dan memenuhi kebutuhan masyarakat, penting untuk melibatkan masyarakat
dalam proses pembentukan hukum. Partisipasi masyarakat dapat membantu
memastikan bahwa hukum mencerminkan nilai dan norma masyarakat, dan
bahwa hukum dirancang untuk memenuhi kebutuhan nyata masyarakat.
Partisipasi masyarakat juga bisa membantu membangun dukungan dan
pemahaman terhadap hukum, yang bisa meningkatkan penerimaan dan
kepatuhan terhadap hukum.

3. Fleksibilitas dan Adaptabilitas: Teori hukum harus cukup fleksibel dan dapat
beradaptasi untuk mengakomodasi perubahan dalam masyarakat. Ini berarti
bahwa teori hukum harus memungkinkan untuk revisi dan reformasi hukum
seiring dengan perubahan dalam masyarakat dan kebutuhan hukumnya.
Mekanisme seperti amendemen hukum, penafsiran hukum oleh pengadilan,
dan prosedur legislasi demokratis dapat membantu menjaga hukum tetap
relevan dan efektif.

4. Keadilan dan Kesetaraan: Teori hukum harus berfokus pada prinsip keadilan
dan kesetaraan. Ini berarti bahwa hukum harus dirancang untuk
mempromosikan keadilan dan mencegah diskriminasi. Hukum harus
memastikan bahwa semua orang diperlakukan secara adil dan sama di mata
hukum, dan bahwa hukum melindungi hak dan kebebasan individu.

13
Penegakan hukum juga harus dilakukan dengan cara yang adil dan tidak
diskriminatif.

5. Pendidikan Hukum: Untuk memastikan bahwa teori hukum diterapkan secara


efektif dalam praktek, penting untuk memberikan pendidikan hukum yang
baik. Pendidikan hukum dapat membantu masyarakat memahami hukum dan
hak mereka, dan juga membantu pejabat hukum dan profesional hukum
memahami dan menerapkan hukum secara konsisten dan adil.

Kerangka umum ini memberikan beberapa panduan tentang bagaimana teori hukum
dapat dikembangkan dan diterapkan untuk mencerminkan dan memenuhi kebutuhan
hukum dalam masyarakat. Meskipun ini bukanlah tugas yang mudah dan memerlukan
banyak upaya dan dedikasi, ini adalah langkah penting menuju sistem hukum yang
lebih adil dan efektif.

6. Pengawasan Publik: Sebuah sistem peradilan yang terbuka dan transparan


sangat penting dalam menjamin bahwa teori hukum diterapkan secara adil dan
benar. Pengadilan dan proses hukum yang transparan memungkinkan
masyarakat untuk memantau proses tersebut dan memastikan bahwa
penerapan hukum sejalan dengan teori hukum. Sebagai bagian dari
pengawasan publik, media juga memainkan peran penting dalam melaporkan
dan memantau proses hukum.

7. Pelatihan dan Profesionalisme: Hakim, pengacara, dan pejabat penegak


hukum lainnya harus memiliki pengetahuan dan pelatihan yang tepat agar
dapat menerapkan hukum dengan cara yang konsisten dengan teori hukum.
Oleh karena itu, pendidikan dan pelatihan yang berkelanjutan dalam bidang
hukum sangat penting. Selain itu, profesionalisme harus ditegaskan dalam
praktek hukum, termasuk menjunjung tinggi standar etika dan berperilaku
dengan cara yang adil dan tidak memihak.

14
8. Reformasi Hukum: Jika terdapat ketidaksesuaian antara teori hukum dan
praktiknya dalam masyarakat, maka reformasi hukum mungkin diperlukan.
Reformasi hukum dapat melibatkan perubahan dalam hukum itu sendiri, atau
perubahan dalam cara hukum ditafsirkan dan diterapkan. Dalam semua kasus,
proses reformasi harus mempertimbangkan suara masyarakat dan memastikan
bahwa perubahan tersebut mencerminkan dan memenuhi kebutuhan
masyarakat.

9. Penegakan Hukum: Teori hukum bisa menjadi abstrak dan tidak efektif jika
tidak ditegakkan secara tepat. Oleh karena itu, penegakan hukum yang kuat
dan konsisten adalah kunci untuk memastikan bahwa prinsip-prinsip yang
dituangkan dalam teori hukum dihormati dan diikuti dalam praktik.

10. Evaluasi dan Tinjauan: Seiring berjalannya waktu, penting untuk secara
teratur mengevaluasi dan meninjau bagaimana teori hukum diaplikasikan
dalam praktek. Tinjauan ini dapat membantu mengidentifikasi area di mana
teori dan praktek tidak sejalan, dan tempat di mana reformasi atau perubahan
mungkin diperlukan.

Dengan menerapkan dan memperkuat langkah-langkah ini, kita dapat membuat


langkah maju menuju sistem hukum yang mencerminkan dan memenuhi kebutuhan
masyarakat. Tidak ada solusi cepat atau mudah, tetapi dengan komitmen yang kuat
dan dedikasi untuk mencapai keadilan dan kesetaraan, kita bisa bergerak lebih dekat
ke tujuan tersebut.7

7
Syahputra, A. (2015). Fungsi dan Kedudukan Advokat Sebagai Penegak Hukum dan Penemu Hukum
dalam Sistem Peradilan Pidana. Jurnal Hukum PRIORIS, 4(3), 279-302.

15
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesimpulan dari bahasan di atas adalah bahwa terdapat jurang yang signifikan antara
teori hukum dan implementasinya dalam sistem peradilan, yang dipengaruhi oleh
berbagai faktor seperti interpretasi hukum, infrastruktur, korupsi, pengaruh politik,
perubahan sosial, dan kesadaran hukum masyarakat. Jurang ini memiliki dampak
serius terhadap penegakan hukum dan keadilan, termasuk kehilangan kepercayaan
publik, ketidakadilan, peningkatan pelanggaran hukum, konflik sosial, penundaan
penyelesaian kasus, dan penyalahgunaan kekuasaan.

Untuk meminimalisir jurang ini, berbagai strategi dapat diterapkan, seperti


peningkatan pendidikan hukum, reformasi hukum, penegakan hukum yang konsisten
dan adil, partisipasi masyarakat, serta transparansi dan akuntabilitas dalam sistem
peradilan. Di samping itu, pembinaan dan pengawasan terhadap aparatur penegak
hukum juga sangat penting, serta perlunya pembaruan hukum agar tetap relevan
dengan perubahan yang terjadi dalam masyarakat.

Selanjutnya, pengembangan teori hukum yang berbasis pada realitas sosial,


partisipasi masyarakat, fleksibilitas dan adaptabilitas, keadilan dan kesetaraan, serta
pendidikan hukum yang baik menjadi penting dalam mewujudkan implementasi
hukum yang mencerminkan dan memenuhi kebutuhan hukum dalam masyarakat
secara lebih baik dan adil. Diperlukan juga pengawasan publik, peningkatan
profesionalisme, reformasi hukum, penegakan hukum yang efektif, serta evaluasi dan
tinjauan periodik dalam aplikasi teori hukum. Dengan langkah-langkah tersebut, kita
dapat berharap menuju sistem hukum yang lebih adil, efektif, dan mencerminkan
kebutuhan masyarakat.

16
B. Saran

Berdasarkan diskusi sebelumnya, beberapa saran yang dapat diberikan adalah sebagai
berikut:

Pertama, peningkatan pendidikan hukum merupakan aspek yang sangat penting. Ini
tidak hanya berlaku bagi para profesional hukum, namun juga masyarakat luas.
Meningkatkan literasi hukum masyarakat bisa membantu mereka memahami dan
menavigasi sistem hukum dengan lebih baik, serta mempromosikan kepatuhan
terhadap hukum.

Kedua, pentingnya melakukan reformasi hukum. Reformasi hukum yang


komprehensif dan berkelanjutan perlu dilakukan untuk memastikan hukum tetap
relevan dan sesuai dengan perkembangan dan perubahan di masyarakat. Ini termasuk
memperbarui hukum yang usang dan tidak lagi mencerminkan realitas sosial serta
menciptakan hukum baru yang merespon kebutuhan dan tantangan masyarakat.

Ketiga, mendorong partisipasi masyarakat dalam proses pembuatan hukum dan


penegakan hukum. Partisipasi publik dapat membantu memastikan bahwa hukum
mencerminkan nilai dan norma masyarakat serta memenuhi kebutuhan nyata
masyarakat.

Keempat, menerapkan standar keadilan dan kesetaraan dalam penegakan hukum.


Seluruh masyarakat harus merasa bahwa mereka diperlakukan secara adil oleh sistem
hukum. Hal ini membutuhkan penegakan hukum yang konsisten, tidak memihak, dan
bebas dari korupsi dan pengaruh politik.

Kelima, melakukan evaluasi dan peninjauan periodik terhadap penerapan teori


hukum. Evaluasi ini harus dilakukan untuk memastikan bahwa hukum yang ada tetap
relevan, efektif, dan adil. Selain itu, evaluasi ini juga dapat membantu
mengidentifikasi area mana yang perlu ditingkatkan atau direformasi.

17
DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Marzuki, P. M., & Sh, M. S. (2020). Teori Hukum. Prenada Media.

Atmadja, I. N. P. B., & Budiartha, I. (2018). Teori-teori hukum.

Fuady, D. M., & SH, M. L. M. (2014). Teori-teori Besar Dalam Hukum: Grand
Theory. Prenada Media.

Sidharta, B. A. (2007). Meuwissen tentang pengembangan hukum, ilmu hukum, teori


hukum, dan filsafat hukum.

Hasanah, U., & Suastuti, E. (2020). Buku Ajar Teori Hukum. SCOPINDO MEDIA
PUSTAKA.

Roy Purwanto, M. (2016). Teori Hukum Islam Dan Multikulturisme. Pustaka


Tebuireng.

Salim, H. S. (2013). Penerapan teori hukum pada penelitian tesis dan disertasi.

Bruggink, J. J., & Sidharta, B. A. (2015). Refleksi tentang hukum: pengertian-


pengertian dasar dalam teori hukum. Citra Aditya Bakti.

Diantha, I. M. P., & Sh, M. S. (2016). Metodologi penelitian hukum normatif dalam
justifikasi teori hukum. Prenada Media.

PANGGABEAN, D. H., & SH, M. (2023). Penerapan teori hukum dalam sistem
peradilan Indonesia. Penerbit Alumni.

JURNAL

18
Prasetyo, D., & Herawati, R. (2022). Tinjauan Sistem Peradilan Pidana Dalam
Konteks Penegakan Hukum dan Perlindungan Hak Asasi Manusia Terhadap
Tersangka di Indonesia. Jurnal Pembangunan Hukum Indonesia, 4(3), 402-
417.

Vidiasari, D. (2023). ANALISIS KAJIAN ONTOLOGI DALAM PENERAPAN


RESTORATIVE JUSTICE BAGI PENYALAHGUNA NARKOTIKA DI
INDONESIA. Transparansi Hukum, 6(2), 67-69.

Makmur, A. N. A. F., Ardini, N. A., & Febrianti, I. (2023). OPTIMALISASI GREEN


CONSTITUTION: PENGUATAN NORMA HUKUM LINGKUNGAN
DALAM SISTEM PERADILAN DI INDONESIA. Jurnal Nomokrasi, 1(1),
41-55.

Deputra, A. A., Pratama, M. A. J., & Asmara, M. T. (2023). Tinjauan Yuridis


Pemberlakuan Sistem Peradilan Acara Pemeriksaan Singkat Terhadap Pasal
124 Huruf b Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 Tentang
Keimigrasian. JIIP-Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan, 6(2), 921-930.

Sagala, H. T. W. (2022). Kajian Teori Pluralisme Hukum terhadap Sistem Hukum di


Aceh. INTERDISCIPLINARY JOURNAL ON LAW, SOCIAL SCIENCES AND
HUMANITIES, 3(2), 115-129.

Marune, A. E. M. S. (2023). Metamorfosis Metode Penelitian Hukum: Mengarungi


Eksplorasi Yang Dinamis. Civilia: Jurnal Kajian Hukum dan Pendidikan
Kewarganegaraan, 2(4), 73-81.

Antasari, R. (2013). Pelaksanaan mediasi dalam sistem peradilan agama (kajian


implementasi mediasi dalam penyelesaian perkara di pengadilan agama kelas
ia palembang). Intizar, 19(1), 147-162.

19
Syahputra, A. (2015). Fungsi dan Kedudukan Advokat Sebagai Penegak Hukum dan
Penemu Hukum dalam Sistem Peradilan Pidana. Jurnal Hukum
PRIORIS, 4(3), 279-302.

Ariyanti, V. (2019). Kebebasan Hakim Dan Kepastian Hukum Dalam Menangani


Perkara Pidana Di Indonesia. Mahkamah: Jurnal Kajian Hukum Islam, 4(2),
162-174.

Vidiasari, D. (2023). ANALISIS KAJIAN ONTOLOGI DALAM PENERAPAN


RESTORATIVE JUSTICE BAGI PENYALAHGUNA NARKOTIKA DI
INDONESIA. Transparansi Hukum, 6(2), 67-69.

20

Anda mungkin juga menyukai