Anda di halaman 1dari 1

Razi Mardhika

10040019228

Hukum Pidana Lanjut

Kelas A

Pada dasarnya, kewenangan untuk melakukan penuntutan itu ada pada Jaksa
sebagai Penuntut Umum ; Oleh karena itu, pembagian delik ini menurut doktrin
memiliki pengaruh terhadap kewenangan penuntutan dari Penuntut Umum ;
Kewenangan tersebut dapat dilaksanakan penuh dan tidak penuh, tergantung
pada adanya bantuan dan izin dari orang atau terhadap siapa sesuatu kejahatan
itu telah dakwakan ; Akan tetapi, hukum pidana memuat suatu pengecualian
atas ketentuan tersebut dalam 2 (dua) kondisi yaitu sebagai berikut : Penuntutan
umum yang berdasarkan kepada asas opportunitas yang dimilikinya berhak
untuk tidak mengadakan tuntutan di dalam suatu perkara yang diajukan, jika
Penuntut Umum berpendapat bahwa ada alasan yang berarti misalnhya,
kepentingan umum yang tidak menghendaki penuntutan itu ; Dengan
mensyaratkan adanya suatu pengaduan untuk melakukan penuntutan. Tindak
pidana yang penuntutannya digantungkan pada adanya suatu pengaduan,
disebut sebagai delik aduan.
Asas Oportunitas merupakan suatu asas dimana penuntut umum tidak
diwajibkan untuk menuntut seseorang jika penuntutannya akan merugikan
kepentingan umum. Pada dasarnya asas ini merupakan penyimpangan terhadap
asas legalitas. Artinya, demi kepentingan umum, asas legalitas tersebut
dikecualikan. Dalam praktek, istilah asas oportunitas  disebut dengan istilah
“deponering”.
Asas ini tidak dapat digunakan secara sembarangan. Asas ini hanya berlaku jika
kepentingan umum benar-benar dirugikan, selain itu tidak semua jaksa dapat
memberlakukan asas ini. Artinya, hanya “Jaksa Agung” yang dapat
melaksanakan asas ini sebagaimana  diatur oleh Pasal 35 c UU No. 16 Tahun
2004 tentang Kejaksaan , yaitu sebagai berikut :
“Jaksa Agung dapat menyampingkan perkara berdasarkan kepentingan
umum.”
 

Anda mungkin juga menyukai