Keraf 8 Hukum Dan Teori Ilmiah
Keraf 8 Hukum Dan Teori Ilmiah
Keraf 8 Hukum Dan Teori Ilmiah
Dalam bab sebelumnya, kita sudah membahas cara kerja atau metode ilmiah
dengan memusatkan perhatian kita pada metode yang dipakai ilmu-ilmu empiris,
yaitu metode induksi. Pertanyaan penting yang perlu dijawab adalah:
Apa tujuan dari kegiatan ilmiah dengan menggunakan metode induktif
tersebut?
1. Hukum: Hubungan Sebab Akibat
Jawaban atas pertanyaan ini pada dasarnya mengacu pada tujuan dari ilmu
pengetahuan itu sendiri. Ilmu pengetahuan sesungguhnya bertujuan untuk
mengkaji hubungan khusus antara peristiwa tertentu dengan peristiwa lainnya.
Dengan kata lain, ilmu pengetahuan, dan itu juga berarti kegiatan ilmiah dengan
menggunakan metode ilmiah yang telah dibahas sebelumnya, bertujuan untuk
menjelaskan berbagai peristiwa atau fenomena alam. Pertama, yang mau
dijelaskan adalah apakah ada kaitan antara peristiwa atau fenomena yang satu
dengan peristiwa atau fenomena yang lain. Mungkin saja peristiwa-peristiwa itu
tampak seakan berdiri sendiri tanpa ada kaitannya. 118 Tetapi, ilmu pengetahuan
justru mau menyingkapkan kaitan tersebut secara masuk akal dan dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
Kedua, yang juga mau dijelaskan adalah: apa hubungan atau kaitan tersebut.
Misalnya, jatuhnya sebuah buku ke lantai, dan bunyi hentakan yang mengagetkan.
Besi berkarat dan udara lembab. Air mendidih dan lilin yang mencair, dan
sebagainya.
Setelah peristiwa-peristiwa ini diteliti, ternyata ditemukan bahwa ada
hubungan khusus yang erat sekali dan untuk peristiwa tertentu hubungan tersebut
pasti terjadi dengan sendirinya antara kedua peristiwa tersebut. Artinya, kalau satu
peristiwa terjadi, peristiwa yang lain pasti terjadi atau menyusul. Atau, kalau
peristiwa yang satu terjadi, peristiwa yang lain pasti telah terjadi mendahuluinya.
Hubungan di antara kedua peristiwa ini kemudian ditemukan sebagai hubungan
sebab akibat, yaitu bahwa ternyata peristiwa yang satu menjadi sebab dari
peristiwa yang lain, atau bahwa yang satu menjadi akibat dan yang lain menjadi
sebabnya.
Dengan kata lain, ilmu pengetahuan sesungguhnya mengkaji atau meneliti
hubungan sebab akibat antara berbagai peristiwa dalam alam dan dalam hidup
manusia. Hubungan ini dianggap sebagai suatu hubungan yang bersifat pasti
karena kalau satu peristiwa terjadi yang lain dengan sendirinya akan menyusul
atau pasti telah terjadi sebelumnya. Inilah hubungan yang dalam ilmu
pengetahuan disebut sebagai hukum.
Dengan demikian, kalau dikatakan bahwa ilmu pengetahuan mengkaji
hubungan di antara berbagai peristiwa, atau bahwa ilmu pengetahuan mengkaji
hubungan sebab-akibat antara peristiwa yang satu dengan peristiwa yang lain, itu
tidak lain berarti ilmu pengetahuan mengkaji hukum ilmiah. Singkatnya, hukum
ilmiah atau hubungan sebab-akibat itulah yang menjadi objek material utama dari
ilmu pengetahuan.
Dari uraian di atas, bisa dilihat bahwa sesungguhnya tujuan utama dari ilmu
pengetahuan adalah untuk menemukan hukum ilmiah yang bisa menjelaskan suatu
peristiwa yang menjadi sebuah masalah. Dengan kata lain, hukum ilmiah
merupakan hasil akhir yang bersifat sementara dari suatu proses kegiatan ilmiah.
Tetapi, dengan ini, hukum ilmiah mempunyai kedudukan yang unik. Di satu pihak
hukum ilmiah—atau hubungan sebab-akibat antara peristiwa yang satu dengan
peristiwa yang lain—merupakan bahan atau objek material yang hendak dikaji
oleh ilmu. Jadi, hukum atau hubungan sebab akibat itulah yang menjadi sorotan
dan kajian dalam ilmu. Tetapi, di pihak lain, hukum juga merupakan tujuan atau
hasil akhir dari ilmu. Dengan kedua posisi ini, bisa dikatakan bahwa ilmu
pengetahuan sesungguhnya mau menyingkapkan, membuat jelas atau eksplisit
hukum yang 119 memang sudah terjadi sebagaimana adanya. Hukum atau
hubungan sebab akibat itu sudah ada dan terjadi sebagaimana adanya dalam alam
ini. Ilmu pengetahuan hanya menyingkapkan hukum yang sudah terjadi dalam
kenyataan tadi.
Yang menarik adalah, dengan ditemukan atau disingkapkannya hukum yang
ada dalam alam ini, hukum tersebut kemudian dapat dipakai sebagai agenda
perubahan atau rekayasa tertentu. Hukum lalu berguna sebagai problem solving.
Ada masalah dalam hidup manusia atau dalam alam ini. Masalah tersebut
ditemukan sebabnya. Dengan ditemukan sebab tadi, lalu bisa dicari pemecahan
atau jalan keluar, justru dengan memanfaatkan hubungan sebab akibat atau hukum
tadi. Demikian pula, untuk melahirkan keadaan tertentu yang diinginkan, cukup
diciptakan kondisi tertentu yang menjadi sebab agar keadaan yang diinginkan tadi
bisa muncul dengan sendirinya. Misalnya untuk menaikkan harga sebuah produk,
dengan memanfaatkan hukum penawaran dan permintaan, maka penawaran
produk tersebut dihentikan atau dikurangi. Mau tidak mau harga produk tersebut
akan melonjak dengan sendirinya.
Apa sesungguhnya hubungan sebab akibat atau hukum ilmiah itu? Hubungan
sebab akibat sering dipahami sebagai hubungan susul-menyusul di antara dua
peristiwa atau lebih yang terjadi dalam alam ini. Tetapi, tidak semua peristiwa
yang terjadi secara susul-menyusul dianggap sebagai mempunyai hubungan sebab
akibat. Dua peristiwa atau lebih hanya bisa dianggap mempunyai hubungan sebab
akibat, yang menjadi sebuah hukum ilmiah, kalau keduanya terjadi secara susul-
menyusul dan punya kaitan langsung tanpa kecuali. Jadi, hubungan dan susul-
menyusulnya dua peristiwa itu bersifat niscaya. Dengan demikian, peristiwa A
dan B mempunyai hubungan sebab akibat kalau peristiwa B terjadi, hanya karena
telah didahului oleh peristiwa A. Demikian pula, jika A terjadi maka peristiwa B
pasti akan terjadi dengan sendirinya tanpa terkecuali. Ini menunjukkan bahwa A
adalah sebab dari B.
Dari keterangan di atas, kita ambil contoh besi memuai (peristiwa B) dan besi
dipanaskan (peristiwa A). Hubungan antara peristiwa A dan B adalah hubungan
sebab akibat dan dengan demikian adalah sebuah hukum ilmiah. Karena,
keduanya terjadi secara susul-menyusul tanpa terkecuali. Artinya, setiap kali
peristiwa A terjadi, peristiwa B pasti akan terjadi dengan sendirinya. Susul-
menyusul kedua peristiwa ini terjadi secara pasti.
Hanya saja, tidak semua peristiwa yang terjadi secara susul-menyusul
tanpa terkecuali mempunyai hubungan sebab akibat. Tidak semua peristiwa yang
terjadi secara susul-menyusul adalah peristiwa sebab-akibat atau 120
mengungkapkan suatu hukum ilmiah, contohnya kelahiran dan kematian.
Keduanya terjadi susul-menyusul, tetapi kematian bukan disebabkan oleh
kelahiran. Si A menegur si B agar jangan masuk ke halaman rumahnya. Sore
harinya si A ditemukan tewas di sebuah rumah kosong tak jauh dari rumah A dan
rumah B. Kedua peristiwa ini susul-menyusul. Tetapi, tidak berarti bahwa teguran
si A terhadap B, telah menjadi sebab dari kematian si A (seakan si B-lah yang
menjadi pembunuh si A karena tersinggung oleh teguran si A). Demikian pula,
siang dan malam terjadi susul-menyusul. Tetapi, tidak berarti bahwa siang adalah
sebab dari malam.
Peristiwa-peristiwa di atas bukan merupakan peristiwa sebab dan akibat
karena tidak punya kaitan langsung di antaranya. Dengan demikian, tidak semua
peristiwa yang susul-menyusul merupakan peristiwa yang mempunyai hubungan
sebab akibat. Untuk itu, perlu ada pengujian untuk melihat apakah peristiwa-
peristiwa itu mempunyai kaitan langsung.
2. Sifat-sifat Hukum Ilmiah
Dibandingkan dengan hipotesis, hukum ilmiah mempunyai sifat-sifat lebih
pasti, lebih berlaku umum atau universal, dan punya daya terang yang lebih kuat.1
a. Lebih pasti
Pertama-tama perlu ditegaskan bahwa hukum ilmiah sesungguhnya adalah
perkembangan lebih lanjut dari hipotesis. Hukum ilmiah, yang mengungkapkan
hubungan sebab akibat antara peristiwa yang satu dengan peristiwa yang lain,
sesungguhnya tidak lain adalah lanjutan dari hipotesis yang telah mendapat status
yang lebih pasti sifatnya, yaitu karena telah terbukti benar dengan didukung oleh
fakta dan data yang tidak terbantahkan.
Maka dapat dikatakan bahwa semakin pasti sebuah hipotesis, hipotesis itu
akan berubah menjadi sebuah hukum ilmiah. Ini terutama terjadi kalau apa yang
dinyatakan dalam hipotesis ternyata terbukti benar, dan bahwa ada hubungan
langsung tanpa kecuali antara peristiwa yang satu dengan peristiwa yang lain.
Dengan kata lain, kalau dalam bentuk hipotesis, masih merupakan sebuah dugaan
bahwa ada hubungan sebab akibat antara A dan 121 B, dalam bentuknya sebagai
hukum, hubungan sebab akibat itu sudah terbukti benar. Maka, kalau A terjadi, B
juga pasti terjadi. Ternyata terbukti benar bahwa ada hubungan sebab akibat
antara keduanya. Sebaliknya, kalau terjadi A dan hanya kadang-kadang saja
terjadi B, maka tidak terbukti benar bahwa A dan B punya hubungan sebab dan
akibat. Itu berarti hubungan A dan B bukan merupakan sebuah hukum ilmiah.
Dengan demikian, status hukum ilmiah jauh lebih pasti karena telah terbukti
benar dengan didukung oleh fakta dan data yang tak terbantahkan. Hanya saja,
perlu selalu diingat bahwa setiap hukum ilmiah bagaimana pun juga tetap
mengandung unsur hipotesis. Dengan demikian, walaupun bersifat lebih pasti,
selalu saja kebenarannya bersifat sementara atau tidak definitif. Selalu saja ada
kemungkinan, kendati sangat kecil sekali, bahwa hukum tersebut kelak akan
dibantah atau gugur oleh penemuan ilmiah yang baru. Karena sifatnya yang pasti
tadi, hukum—setelah ditemukan—dapat dipakai untuk menjelaskan berbagai
fenomena alam. Oleh karena itu, sebagaimana telah dikatakan di atas, dapat
dipakai untuk merancang kebijaksanaan tertentu yang bermaksud untuk
1
Lihat juga C. Verhaak dan R. Haryono Imam, Filsafat I1mu Pengetahuan. Telaah alas Cara Kerja Ilmu-ilmu
(Jakarta: Gramedia, 1989), hlm. 44-45.
memecahkan persoalan-persoalan tertentu. Demikian pula, hukum tersebut dapat
dipakai untuk tujuan jahat tertentu, yaitu bahwa hukum tersebut dapat dipakai
untuk melancarkan aksi jahat tertentu. Caranya, dengan mengkondisikan hal
tertentu sebagai sebab, dan dengan demikian akan terjadi akibat tertentu
sebagaimana diinginkan, seakan terjadi secara alamiah. Contoh yang merupakan
praktek yang sering digunakan adalah praktek oligopoli dengan cara
memanipulasi pasar. Caranya, sejumlah produsen dari barang sejenis tertentu
sepakat untuk menghentikan penawaran produk mereka ke dalam pasar selama
kurun waktu tertentu. Maka, sesuai dengan hukum pasar berupa penawaran dan
permintaan, akan segera terjadi kelangkaan dalam pasar. Dengan adanya
kelangkaan dalam pasar, segera saja sesuai dengan hukum pasar, akan terjadi
lonjakan harga produk tadi. Jadi, rekayasa kenaikan harga ini dilakukan dengan
memanipulasi hukum penawaran dan permintaan dan naik-turunnya harga di
pihak lain.
b. Berlaku umum atau universal
Sifat umum atau universal dari hukum ilmiah ini berkaitan dengan sifat hukum
yang lebih pasti di atas. Karena hukum lebih pasti sifatnya, dengan sendirinya
akan lebih umum atau universal pula keberlakuannya.
Hukum bersifat umum karena, pertama, hukum mengungkapkan hubungan
yang bersifat universal antara dua peristiwa. Hubungan ini - sejauh merupakan
sebuah hukum ilmiah - tidak hanya terjadi pada kasus partikular 122 tertentu,
yaitu antara dua peristiwa khusus dalam kurun waktu dan tempat tertentu saja.
Melainkan, berlaku untuk semua peristiwa sejenis lainnya kapan saja dan di mana
saja. Maka, di mana saja dan kapan saja hubungan sebab akibat diungkapkan,
hukum ilmiah tadi akan dengan sendirinya terjadi. Hukum ilmiah tidak hanya
terikat oleh waktu dan tempat tertentu saja.
Kedua, dengan demikian, sejauh merupakan hukum ilmiah, siapa pun akan
sepakat dan menyetujui bahwa memang benar ada hubungan sebab akibat antara
peristiwa sejenis yang satu dengan peristiwa sejenis lainnya. Hubungan tersebut
akan diakui sebab diakui benar oleh siapa saja.
c. Punya daya terang yang lebih luas
Kedua sifat atau syarat di atas, belum cukup untuk menentukan dengan jelas
di mana letak batas antara hipotesis dan hukum. Hal yang paling membedakan
hukum dari hipotesis adalah bahwa hukum mempunyai daya terang yang jauh
lebih jelas. Dengan hukum ilmiah, ilmuwan ingin mendapatkan penjelasan ilmiah
(scientific explanation) yang memperlihatkan secara gamblang hubungan antara
satu peristiwa dengan peristiwa lainnya, antara satu unsur dengan unsur lainnya.
Dengan hukum yang memberi penjelasan mengenai hubungan antara peristiwa
yang dikaji, peristiwa-peristiwa tersebut menjadi bisa dimengerti dan masuk akal.
Dengan hukum ilmiah tersebut, peristiwa-peristiwa dalam alam ini, yang
sebelumnya terlihat seakan berdiri sendiri-sendiri, menjadi jelas bahwa ternyata
punya hubungan satu dengan yang lainnya. Dengan hukum tersebut, menjadi jelas
bahwa alam semesta dan segala peristiwa yang ada di dalam alam ini, bukannya
merupakan peristiwa yang acak, yang kacau balau, melainkan adalah peristiwa
yang sangat teratur karena di balik peristiwa-peristiwa yang kelihatan berdiri
sendiri dan acak ini, ada hukum yang menyatukan dan mengaitkannya satu sama
lain. Dengan kata lain, hukum memperlihatkan
dan menjelaskan keteraturan dalam alam semesta ini. Berkat hukum yang
menunjukkan keteraturan tadi, manusia dapat meramalkan berbagai peristiwa
tertentu yang belum terjadi dan dengan demikian dapat merencanakan hidupnya
secara lebih pasti dan teratur.
Dengan demikian, hukum sebab akibat yang bersifat pasti dan deterministik
ini bukannya meniadakan kebebasan manusia. Bukannya mengesampingkan
kebebasan manusia. Melainkan justru sebaliknya memungkinkan kebebasan
manusia dapat terwujud secara maksimal. Dengan adanya hukum ilmiah itu,
manusia secara bebas dapat merencanakan hidupnya secara lebih pasti dalam
semangat kebebasannya, justru karena adanya keteraturan atau adanya hukum
ilmiah tadi. 123
Dengan kata lain, penjelasan yang diberikan hukum ilmiah jauh lebih
memuaskan karena dengan penjelasan itu manusia tahu bahwa ada hubungan
terkait yang erat sekali antara peristiwa yang satu dengan peristiwa yang lain.
Bahkan, hubungan yang erat ini sedemikian tidak terduganya sehingga
menyebabkan manusia terkejut dan sekaligus kagum dengan itu.
Misalnya saja, mengapa cat tembok jauh lebih kotor dalam ruangan dengan
lampu gas dibandingkan dengan ruangan dengan lampu listrik. Persoalan ini dapat
dijelaskan dengan hukum ilmiah bahwa menghitamnya tembok itu terjadi karena
cat tembok itu tercampur dengan gas belerang yang dikeluarkan oleh lampu gas.
Ini merupakan sebuah hukum yang selalu akan terjadi dengan pasti secara
universal.
Dalam hal ini, hukum mampu menjelaskan pengalaman hidup manusia sehari-
hari secara masuk akal karena hukum menata pengalaman dan peristiwa sehari-
hari itu dengan mengaitkan peristiwa khusus itu dengan asas umum bahwa
karbonat (yang terkandung dalam gas) selalu bereaksi terhadap belerang.
Penjelasan ini akan semakin memuaskan kalau hukumnya semakin berlaku
umum. Dengan demikian akan semakin banyak contoh kasus yang terkait dengan
itu dan mampu dijelaskan dengan hukum ilmiah tersebut.