Asas berpikir adalah hukum yang menjadi dasar penalaran untuk
melahirkan pengetahuan. Artinya, pengetahuan dapat diterima sebagai hal yang benar jika didasarkan atas hukum berpikir tersebut. Setiap pengetahuan harus memenuhi asas berpikir tersebut. Pengetahuan dapat diterima benar jika memenuhi asas tersebut. Menurut Aristoteles terdapat empat asas berpikir yang melandasi setiap pengetahuan seseorang tentang sesuatu. ASAS IDENTITAS (PRINCIPIUM IDENTITATIS) Asas ini menegaskan bahwa sesuatu memiliki identitas yang hanya ada pada dirinya sendiri. Menyatakan sesuatu adalah A menunjukkan bahwa bahwa A bukan B, A bukan C, A bukan D, dst. Tegasnya A adalah A atau A = A.
Contoh: Nurman adalah seorang dosen.
Nurman adalah Nurman, bukan Ahmad, bukan Ali dan bukan yang lainnya. Maksudnya Nurman adalah seorang yang memiliki identitas diri yang berbeda dari yang lain. Nurman bukan Ahmad atau Ali, dan seterusnya. Demikian pula dengan dosen yang menunjukkan makna yang menunjukkan identitas sebagai pengajar di perguruan tinggi, bukan tantara, bukan pula polisi, dan seterusnya. Apabila pernyataan Nurman adalah dosen itu benar maka tidak mungkin salah karena benar punya makna sendiri yang tidak sama dengan salah. ASAS KONTRADIKSI (PRINCIPIUM CONTRADICTORIS) Asas ini menyatakan bahwa dua hal yang bertentangan tidak mungkin berada pada satu benda pada waktu yang bersamaan. Demikian halnya juga satu benda tidak mungkin menjadi benda lain yang bertentangan pada waktu yang sama. Contoh: Nurman adalah dosen. Jika pernyataan ini benar maka tidak mungkin salah. Jadi, jika Nurman adalah dosen maka pada waktu yang bersamaan pernyataan Nurman bukan dosen adalah salah karena bertentangan. Apabila pernyataan Nurman adalah dosen adalah benar maka pernyataan Nurman bukan dosen adalah salah. Demikian pula sebaliknya. Salah dan benar tidak mungkin terjadi pada satu benda secara bersamaan. ASAS PENYANGKALAN KEMUNGKINAN KETIGA (PRINCIPIUM EXCLUSI TERTII) Asas ini menyatakan bahwa antara pengakuan dan pengingkaran meniscayakan penerimaan terhadap salah satunya. Tidak mungkin kedua- duanya benar, tidak mungkin pula kedua-duanya salah, dan tidak memerlukan adanya kemungkinan ketiga selain dari pengakuan dan pengingkaran. Apabila tidak mengakui maka pastilah menginkari, dan tidak mungkin adanya kemungkinan ketiga. Contoh: Nurman mengajar atau tidak mengajar dasar-dasar logika hari ini. Pernyataan ini menunjukkan hanya ada dua kemungkinan yaitu mengajar atau tidak, tidak mungkin ada pilihan lain selain dari salah satu dari dua kemungkinan tersebut. ASAS CUKUP ALASAN (PRINCIPIUM RATIONIS SUFFICIENTIS) Segala sesuatu terjadi karena ada alasan yang mendasarinya. Tidak ada suatu klaim yang tidak memiliki alasan yang menjadi dasar terhadap klaim tersebut. Suatu perbuatan ditentukan oleh alasan yang melatarbelakangi perbuatan tersebut. Contoh: Nurman datang terlambat. Keterlambatan Nurman pastilah disebabkan oleh sesuatu. Dan sebab itu perlu diketahui sebagai dasar membuat penilaian atas keterlambatan tersebut.