Anda di halaman 1dari 2

Nama : Hans Raynadhi

NIM : 201910110311 (338)

(PEMBAGIAN ASAS-ASAS PEMIKIRAN LOGIKA ANTARA ASAS PRIMER


DAN SEKUNDER)

Dalam kegiatan berpikir kita tentu tidak bisa menyelewengkan patokan atau
pedoman pokok yang oleh Logika disebut sebagai Asas berpikir.
Seperti yang telah diketahui bersama bahwa Asas merupakan asal ataupun
pangkal dimana sesuatu itu muncul dan dimengerti. Sehingga “Asas Pemikiran”
merupakan pengetahuan dimana pengetahuan yang lain muncul dan dimengerti
pula. Kapasitas Asas ini bagi kelurusan berpikir merupakan suatu keharusan atau
mutlak, dan benar salahnya suatu pemikiran bergantung pada terlaksana atau
tidaknya Asas-asas ini. Karena merupakan dasar atau landasan daripada ilmu dan
pengetahuan. Asas pemikiran kemudian terbagi menjadi:
Asas Primer, Mendahului asas-asas yang lainnya, asas ini juga tidak bergantung
pada asas yang lainnya sehingga asas ini berlaku pada segala sesuatu yang ada,
asas ini terdiri:
1. Asas Identitas (principium identitas = qanun zatiyah).
Asas ini merupakan dasar dari semua pemikiran bahkan untuk asas
pemikiran yang lain. Prinsip ini mengatakan bahwa sesuatu itu adalah dia
sendiri dan bukan yang lainnya. Misal jika kita mengakui bahwa sesuatu
itu Z maka ia adalah Z dan bukan A, B atau C. Perumusannya berbunyi:
“Bila proposisi itu benar maka benarlah ia”.
2. Asas Kontradiksi (principium contradictoris = qanun tanaqud).
Prinsip ini mengatakan bahwa pengingkaran sesuatu tidak sama dengan
pengakuannya. Jika kita mengakui bahwa sesuatu itu bukan A maka tidak
mungkin pada saat itu ia adalah A, sebab realitas atau kenyataan itu hanya
satu sebagaimana telah dinyatakan dalam Asas Identitas. Dengan kata lain:
Dua kenyataan yang Kontradiktoris tidak mungkin bersama-sama secara
simultan. Perumusannya berbunyi “Tidak ada proposisi yang sekaligus
benar dan juga salah”
3. Asas penolakan kemungkinan ketiga (principium exclusi tertii = qanun
imtina).
Asas ini mengatakan bahwa antara pengakuan dan pengingkaran
kebenarannya terletak pada salah satunya. Pengakuan dan pengingkaran
merupakan pertentangan mutlak, karena itu selain tidak mungkin benar
keduanya juga tidak mungkin salah keduanya. Pernyataan Kontradiktoris
kebenarannya terdapat pada salah satunya (sehingga tidak memerlukan
kemungkinan ketiga) perumusaanya berbunyi “Suatu proposisi selalu
dalam keadaan benar atau salah”.
Referensi : (Drs. H. Mundiri, 2014, LOGIKA, cetakan ke-16, Jakarta, PT.
RajaGrafindo Persada, 242 Halaman)

Asas Sekunder, merupakan Asas pengkhususan dari Asas Primer tersebut, asas
ini dapat dipandang berdasarkan:
1. Dari Sudut Isinya terdapat:
- Asas Kesesuaian (principium convenientiae). Asas ini menyatakan
bahwa ada dua hal yang sama. Salah satu antaranya sama dengan hal
ketiga. Dengan demikian maka hal yang lain itu juga sama dengan hal
yang ketiga tadi. Misal : Jika A = B dan B = Z, maka A = Z
- Asas ketidaksesuaian (principium inconvenientiae). Asas ini juga
menyatakan bahwa ada dua hal yang sama. Namun salah satu dari
antaranya tidak sama dengan hal yang ketiga. Dengan demikian hal
yang lain itu juga tidak sama dengan yang ketiga tadi. Misalnya: Jika
A = B, tetapi B ≠ Z, maka A ≠ Z

2. Dari Sudut Luasnya terdapat:


- Asas dikatakan tentang semua (principium dictum de omni). Apa yang
secara umum atau universal diterapkan pada seluruh aspek suatu
pengertian (subyek), juga dapat diterapkan pada semua tingkatan yang
berada di bawahnya.
- Asas tidak dikatakan tentang mana pun juga (principium dictum de
nullo). Apa yang secara umum ataupun universal tidak dapat
diterapkan pada suatu pengertian (subyek), juga tidak dapat diterapkan
pada tingkatan yang ada di bawahnya.
Referensi : (Alex Lanur. Logika: Selayang Pandang. Yogyakarta: Kanisius, 1983.
W. Pespoprodjo dan T. Gilareso. Logika Ilmu Menalar: Dasar-Dasar Berpikir
Tertib, Logis, Kritis, Analitis, Dialektis. Bandung: Pustaka Grafika, 2011)

Anda mungkin juga menyukai