Anda di halaman 1dari 36

RANGKUMAN BUKU

Logika (Karya Drs. H. Mundiri)

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Logika

Semester 7 Tahun Ajaran 2022/2023

Dosen Pengampu

Prof. Dr. Endang Komara, M.Si.

Wildan Insan Fauzi, M.Pd.

Oleh :

Nursanti 19500003

PROGRAM JURUSAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

PRODI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PASUNDAN
B. IDENTITAS BUKU

Judul buku : Logika

Jumlah Bab : 15 BAB

Jumlah Halaman : 242 Halaman

Pengarang Buku : Drs. H. Mundiri

Tahun Terbit : 2017

Cetakan : Ke 19

Penerbit : PT. RajaGrafindo Persada


RANGKUMAN BUKU

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab pendahuluan ini mencakup dasar mengenai logika dianataranya yaitu arti
dan sejarah singkat logika, arti ilmu, arti pikiran, arti benar, asas-asas pemikiran, cara
mendapatkan kebenaran, pembagian logika, dan manfaat logika. Jadi dalam bab 1 ini
mahasiswa dikenalkan dengan dasar-dasar yang harus diketahui dalam logika. Dan
penjelasannya dapat disimak sebagai berikut :

Arti Dan Sejarah Logika

Logika berasal dari kata “logos” yang artinya perkataan atau sabda, istilah lainnya
adalah Mantiq yang berasal dari bahasa Arab dari kata nataqa yang artinya berkata atau
berucap. Dalam buku Logic And Language Of Education “mantiq” disebut sebagai
Penyelidikan tentang dasar-dasar dan metode metode berpikir benar, Sedangkan dalam kamus
Munjid disebut sebagai hukum yang memelihara hati nurani dari kesalahan dalam berpikir
Khaira Muin membatasi dengan ilmu berpikir ilmu untuk menggerakkan pikiran kepada jalan
yang lurus dalam memperoleh suatu kebenaran. Sedangkan Irving M Copi menyatakan logika
adalah ilmu yang mempelajari metode dan hukum-hukum yang digunakan untuk membedakan
penalaran yang betul dari penalaran yang salah.

Pada masa penerjemahan ilmu-ilmu Yunani kedalam dunia Arab yang dimulai pada
abad ke II Hijriyah logika merupakan bagian yang amat menarik minat kaum muslimin.
selanjutnya logika dipelajari secara meriah dalam kalangan luas menimbulkan berbagai
pendapat dalam hubungannya dengan masalah agama Ibnu Shahih dan Imam Nawawi
menghukumi haram mempelajari mantiq sampai mendalam. Al Ghazali menganjurkan Dan
menganggap baik sedangkan menurut jumhur ulama memperbolehkan bagi orang-orang yang
cukup akarnya dan kokoh imannya. Filosof Al Kindi mempelajari dan menyelidiki logika
Yunani secara khusus dan studi ini dilakukan lebih mendalam oleh para Al-Farabi ia
mengadakan penyelidikan mendalam lafal dan menguji kaidah-kaidah mantiq dalam proposisi
proposisi kehidupan sehari-hari untuk membuktikan benar salahnya merupakan suatu tindakan
yang belum pernah dilakukan sebelumnya.

Pada abad ke XIII sampai dengan abad XVtampilah Petrus hispanus, Roger Bacon yang
mengetengahkan logika yang berbeda sekali dengan metode Aristoteles yang kemudian kita
kenal dengan logika modern. kemudian Raymundus Lullus mengemukakan metode baru logika
yang disebut dengan arus makna semacam aljabar pengertian dengan maksud membuktikan
kebenaran kebenaran tertinggi .

Penemuan-penemuan baru pada abad ke XVII dan ke XVIII ketika Francis Bacon
Mengembangkan metode induktif dengan menyusun buku nNovum Organum Scientarium.
W.Leibnitz menyusun logika aljabar untuk membuat sederhana pekerjaan akal serta memberi
kepastian. Emanuel kant menemukan logika transcendental atau logika yang menyelidiki
bentuk-bentuk pemikiran yang mengatasi batasan pengalaman pada abad ke-19 logika
dipandang sebagai sekedar peristiwa psikologis dan metodis seperti yang diajarkan oleh W.
Wund, J Dewey dan M. Baldwin. Logika mengalami masa dekadensi nya yang panjang logika
menjadi sangat dangkal dan sederhana sekali masa itu.

Arti Ilmu

Logika yang kita pelajari adalah ilmu dalam bahasa Indonesia ilmu seimbang artinya
dengan science dan dibedakan pemakaiannya secara jelas dengan kata pengetahuan dengan
kata lain ilmu dan pengetahuan mempunyai pengertian yang berbeda secara mendasar.
Pengetahuan (knowledge) adalah hasil dari aktivitas mengetahui yaitu tersingkapnya suatu
kenyataan ke dalam jiwa hingga tidak ada keraguan terhadap nya. Ketidak raguan dalam logika
merupakan syarat mutlak bagi jiwa untuk dapat dikatakan mengetahui.

Arti Pikiran

Logika mempelajari hukum-hukum patokan-patokan dan rumus-rumus berpikir.


Psikologi juga membicarakan aktivitas berpikir karena itu sering terjadi persimpangan antara
Logika dengan psikologi psikologi. Mempelajari pikiran dan bekerja tanpa menyinggung sama
sekali urusan benar salah sebaliknya urusan benar dan salah menjadi masalah pokok dalam
logika logika tidak mempelajari cara berpikir dari semua ragamnya tetapi memikirkan dalam
bentuk yang paling sehat dan praktis.

Logika menyelidiki menyaring dan menilai pemikiran dengan cara serius dan terpelajar
serta bertujuan mendapatkan kebenaran terlepas dari segala kepentingan dan keinginan
perorangan. Logika merumuskan serta menerapkan hukum-hukum dan patokan-patokan yang
harus ditaati agar manusia dapat berpikir benar efisien dan teratur. Terdapat dua objek
penyelidikan logika pertama pemikiran sebagai objek material dan kedua patokan patokan atau
hukum-hukum berpikir benar sebagai objek formal isyarat adalah perkataan yang dipadatkan
karena itu isyarat adalah perkataan juga sehingga pikiran dan perkataan adalah identik tidak
berbeda satu sama lain dan bukan tambahan bagi masing-masingnya pikiran adalah perkataan
dan perkataan adalah pikiran, angan-angan, khayalan merupakan pikiran yang berkecamuk
dalam dada dan kepala tidak lain adalah bisikan kata yang amat lembut kata-kata yang
mewakili pikiran tersebut.

Arti Benar

Benar pada dasarnya adalah persesuaian antara pikiran dan kenyataan. Contohnya
seperti kita akan berkata bahwa proposisi berikut adalah salah, “batu hitam tenggelam dalam
air raksasa batu lebih ringan daripada Kapuk, kepada Nabi Musa Allah menurunkan kitab
Alquran”. Sebaiknya kita mengakui kebenaran dari proposisi berikut “bumi bergerak
mengelilingi matahari adalah panglima perang yang ulung, besi lebih berat daripada air
tawar” sehingga Apakah dasar kita menentukan demikian tidak lain dan tidak bukan adalah
sesuai tidaknya proposisi-proposisi itu dengan kenyataan sesungguhnya?

Ukuran kebenaran kedua adalah adanya persesuaian atau tidak adanya pertentangan
dalam dirinya suatu pernyataan dikatakan benar jika hal tersebut tidak mengandung
pertentangan dari awal hingga akhir pernyataan serupa yaitu Ia adalah seorang jujur yang suka
menipu Fatimah adalah seorang bisu yang pandai berdebat diantara bentuk yang bulat adalah
bentuk persegi hal tersebut adalah pernyataan menyalahi prinsip yang disebut pertama yang
kemudian pertentangan dalam pemikiran tidak saja terdapat dalam pernyataan yang pendek
seperti terlihat dalam contoh atau dalil dengan adanya dua kata yang bertentangan dan juga
dalam pengambilan kesimpulan yang keliru tetapi juga dalam uraian yang sangat panjang.

Asas-Asas Pemikiran

Asas secara umum diketahui adalah pangkal atau Asal dari mana sesuatu itu muncul
dan dimengerti maka asas pemikiran adalah pengetahuan dimana pengetahuan lain muncul dan
dimengerti. Asas pemikiran dapat dibedakan menjadi sebagai berikut :

1. Asas Identitas (Principium Identitatis). Ia adalah dasar dari semua pemikiran dan
bahkan asas pemikiran yang lain. Kita tidak mungkin dapat berpikir tanpaasas ini.
Prinsip ini mengatakan bahwa sesuatu itu adalah dia sendiri bukan lainnya. Jika kita
mengakui bahwa sesuatu itu Z maka ia adalah Z dan bukan A, B atau C. Bila kita beri
perumusan akan berbunyi: “Bila proposisi itu benar maka benarlah ia”.
2. Asas Kontradiksi (Principium Contradictoris). Prinsip ini mengatakan bahwa
pengingkaran sesuatu tidak mungkin sama dengan pengakuannya. Jika kita mengakui
bahwa sesuatu itu bukan A maka tidak mungkin pada saat itu ja adalah A, sebab realitas
ini hanya satu sebagaimana disebut oleh asas identitas. Dengan kata lain: Dua
kenyataan yang kontradiktoris tidak mungkin bersama-sama secara simultan. Jika
hendak kita rumuskan, akan berbunyi: "Tidak ada proposisi yang sekaligus benar dan
salah".
3. Asas Penolakan Kemungkinan Ketiga (Principium Exclusi Tertii) Asas ini mengatakan
bahwa antara pengakuan dan pengingkaran kebenarannya terletak pada salah satunya.
Pengakuan dan pengingkaran merupakan pertentangan mutlak, karena itu disamping
tidak mungkin benar keduanya juga tidak mungkin salah keduanya. Mengapa tidak
mungkin salah kedua-duanya? Bila pernyataan dalam bentuk positifnya salah berarti ia
memungkiri realitasnya, atau dengan kata lain realitas ini bertentangan dengan
pernyataannya. Dengan begitu maka pernyataan berbentuk ingkarlah yang benar,
karena inilah yang sesuai dengan realitas. Juga sebaliknya, jika pernyataan ingkarnya
salah, berarti ia mengingkari realitasnya, maka pernyataan positifnya yang benar,
karena ja sesuai dengan realitasnya. Pernyataan kontradiktoris kebenarannya terdapat
pada salah satunya (tidak memerlukan kemungkinan ketiga).

Cara Mendapatkan Kebenaran

Terdapat dua cara berpikir yang dapat digunakan untuk mendapatkan pengetahuan baru
yang benar yaitu melalui metode induksi dan metode deduksi. Induksi adalah cara berpikir
untuk menarik kesimpulan yang bersifat umum. Dari kasus-kasus yang bersifat individual
penalaran ini dimulai dari kenyataan-kenyataan yang bersifat khusus dan terbatas dan diakhiri
dengan pernyataan yang bersifat umum yaitu dapat berpikir secara ekonomis, secara induktif
kita dapat menyimpulkan pernyataan tersebut kepada pernyataan yang lebih umum lagi.

Deduksi adalah kegiatan berpikir merupakan kebalikan dari penalaran induksi deduksi
adalah cara berpikir dari pernyataan yang bersifat umum menuju kesimpulan yang bersifat
khusus.
Pembagian Logika

Logika dapat di sistem matikan menjadi beberapa golongan tergantung dari mana kita
menjawabnya dilihat dari segi kualitas logika dapat dibedakan menjadi logika naturalis (Mantiq
Al Fitri) yaitu kecakapan berlogika berdasarkan kemampuan akal bawaan manusia. Kemudian
Logika Artifisialis Atau Logika Ilmiah (Mantiq Asuri) logika ini ada untuk mengatasi
kenyataan yang tidak dapat ditanggulangi oleh logika naturalis

Dilihat dari metode nya logika dapat dibedakan atas Logika Tradisional dan Logika
Modern. Logika tradisional adalah logika Aristoteles dan logika dari pada logika khusus yang
lebih kemudian tetapi mengikuti sistem logika Aristoteles. Logika modern tumbuh dan dimulai
pada abad ke XIII. pada abad tersebut ditemukan sistem baru metode baru yang berlainan
dengan sistem logika Aristoteles singgah dimulai sejak Raymundus Lullus menemukan metode
baru logika yang disebut Ars Magna.

Jika dilihat dari objek nya logika terdiri dari Logika Formal dan Logika Material.
Dalam logika formal mempelajari dasar-dasar persesuaian atau tidak adanya pertentangan
dalam pemikiran dengan mempergunakan hukum-hukum rumus-rumus patokan-patokan
berpikir yang benar. Cabang logika formal disebut juga logika minor logika material disebut
juga logika mayor.

Manfaat Logika

Manfaat logika yaitu membantu manusia berpikir lurus efisien tepat dan teratur untuk
mendapatkan kebenaran dan menghindari kekeliruan. Logika menyampaikan kepada berpikir
benar lepas dari berbagai prasangka emosi dan keyakinan seseorang karena itu logika mendidik
manusia bersikap objektif dan berani Suatu sikap yang dibutuhkan dalam segala suasana dan
tempat.

BAB 2 PEMBAHASANA KATA

Bab 2 membahas mengenai kata, karena setiap kata memiliki stuktur makna tertentu.
kata-kata mempunyai beberapa pengertian dinatarnya yaitu :

Kata Positif, Negatif Dan Privatif

1. Kata Positif

Kata mempunyai pengertian positif apabila mengandung penegasan adanya sesuatu


seperti gemuk atau adanya daging kaya adanya harta benda pandai adanya ilmu.
2. Kata Negatif

Kata mempunyai pengertian negatif apabila diawali dengan salah satu dari tidak, tak,
non atau bukan. Contohnya : “seperti tidak gemuk, tak kurus kayak”.

3. Kata Privatif

Kata mempunyai pengertian privatif apabila mengandung makna tidak adanya sesuatu.
contohnya seperti ”kurus (tidak ada daging), bodoh (tidak adanya ilmu), miskin (tidak adanya
harta)”.

Kata Universal, Partikular, Singular Dan Kolektif

1. Kata universal

Suatu kata mempunyai pengertian universal Apabila kata tersebut mengikat


keseluruhan tanpa kecuali, contohnya seperti “rumah, kursi, hewan, tumbuhan, manusia”, yang
dimaksud rumah adalah keseluruhan rumah tanpa terkecuali rumah kita,rumah tetangga, rumah
teman kita.

2. Kata Partikular

Kata mempunyai pengertian partikular apabila kata tersebut mengikat bawahannya


yang banyak tetapi tidak mencakup keseluruhan anggota yang diikatnya. Contohnya seperti
kata “manusia”, manusia adalah universal tetapi apabila sudah dibatasi berapapun Banyaknya
anggota yang diikat maka mempunyai pengertian partikular seperti “sebagian manusia,
beberapa manusia, ada manusia”

3. Kata Singular

Kata singular adalah Sebaliknya apabila anggota yang menjadi bawahannya kata
singular adalah satu Kata yang mempunyai pengertian singular dapat dibedakan menjadi :

a). Nama unik, yaitu nama yang memberi identitas berikut keterangan atau penjelasan
suatu obyek, misalnya: Presiden Indonesia yang kedua: Sungai terpanjang di dunia,
Dekan Fakultas Kedokteran yang tengah menjabat: Orang paling pendek di dunia.
Termasuk dalam kelompok ini adalah kata yang diberi penunjuk 'ini' atau 'itu'. 'Kursi'
adalah universal, tetapi 'kursi ini' atau 'kursi itu' adalah singular.
b). Nama diri: yaitu nama yang diberikan kepada orang atau barang untuk tujuan
identifikasi, seperti: Hasan, Fatimah,
4. Kata Kolektif

Suatu kata mempunyai pengertian kolektif apabila kata tersebut mengikat sejumlah
barangyang mempunyai persamaan fungsi yang membentuk suatu satu kesatuan. Seperti “tim,
regu, panitia”.

Konkret Dan Abstrak

1. Kata Konkret

Suatu kata memiliki arti konkret apabila kata tersebut menunjukan kepada satu benda,
orang, atau apa saja yang mempunyai eksistensi tertentu contohnya yaitu “buk, kursi, rumah,
Hasan”.

2. Kata Abstrak

Suatu kata mempunyai arti abstrak apabila kata tersebut menunjkan kepada sifat,
keadaan, kegiatan, yang dilepas dari objek tertentu. Contohnya yaitu “kesehatan, kebodohan,
kekayaan”.

Mutlak Dan Relatif

1. Kata Mutlak

Suatu memiliki arti mutlak apabila kata tersebut dapat dipahami dengan sendirinya
tanpa membutuhkan hubungan dengan benda lain contohnya yaitu “buku, rumah, kuda”.

2. Kata Relatif

Kata relatif yaitu kata yang tidak bisa dipahami dengan sendirinya dan harus selalu ada
hubungannya dengan benda lain. Contohnya seperti “ayah, pemimpin, suami”.

Univok, Equivok Dan Analog

1. Kata Univok

Kata yang mempunyai satu makna yang jelas dan tidak membingungkan Contohnya
seperti “pulpen, pensil, botol, Kursi”.

2. Kata Equivok

Kata yang mengandung makna lebih dari satu seperti “bunga, bulan, buku”, bunga bisa
bermakna tanaman bisa juga tambahan nilai dari sejumlah uang.
3. Kata Analog

Kata yang dalam pemakaiannya mempunyai makna yang berbeda dengan makna
aslinya tetapi masih mempunyai persamaan juga semua kata bisa dibuat dalam makna analogi
contohnya “bunga itu merupakan bagian tanaman yang paling indah, waktu muda dia adalah
bunga di desa ini”

Ambigu adalah kata yang mempunyai makna lebih dari satu berdasarkan penafsiran
orang yang menggunakannya contohnya kata ambigu adalah demokrasi hak dan pelanggaran
hukum pengertian demokrasi menurut masyarakat liberal berbeda dengan masyarakat totaliter,
begitu juga suatu tindakan tertentu Tidak Dianggap melanggar HAM bagi masyarakat negara
tertentu tetapi dianggap melanggar HAM bagi negara lain.

Bermakna Dan Tak Bermakna

Contoh kata bermakna dan tak bermakna macam pengertian. Kita ambil kata'manusia',
maka mempunyai:

a). Pengertian 'manusia'. 'Manusia' adalah kata yang tidak diberikan kepada sembarang
benda, tetapi kepada sesuatu yang mempunyai sifat-sifat tertentu. Berdasarkan sifat-
sifat tertentuitulah kita dapat mengetahui makhluk yang bernama manusia, bahwa ia
bukan benda mati, ia seperti binatang tetapi berbeda dengannya, dapat menerima
pendidikan tinggi, kawin, mempergunakan alat untuk bekerja dan sebagainya. Sifat
tertentu inilah yang membentuk apayang disebut makna atau konotasi atau mafhum.
b). Barang yang dicakup oleh kata 'manusia', yakni: Hasan, Budi, John, Badu: manusia
kulit kuning, manusia kulit hitam dansebagainya. Barangyang dicakup itu disebut
cakupan, denotasi atau masodak. Setiap kata yang mempunyai konotasi dan denotasi
disebut kata bermakna atau konotatif. Kebanyakan kata masuk kelompok ini. Sebagian
lain adalah kata yang tidak mempunyai denotasi, yakni tidak mempunyai cakupan,
seperti: Gatotkaca, Kuda semberani, Nyai Roro Kidul, Gunung emas dan semua nama
dalam mitologi dan dongeng.

Kata Sebagai Predikat

Kata atau susunan kata yang berfungsi sebagai subyek atau predikat disebut Term.
Sebagai predikat, term, dapat dibedakan menjadi:
1). Genus (jenis)
2). Differentia (sifat pembeda)
3). Spesia (kelas)
4). Propria (sifat khusus)
5). Accidentia (sifat umum)

Kelima term universal tersebut dalam bahasa Arab disebut Al-Kulliyyah Al-Khamsah,
merupakan pembahasan kata yang sangat berguna bagi pembuatan definisi.

Jenis (genus, jins) adalah term yang mempunyai bawahan banyak dan berbeda-beda,
tetapi kesemuanya mempunyai sifat sama yang mengikat keseluruhan bawahan yang berbeda-
beda itu. Dengan kata lain jenis adalah term yang menyatakan hakikat suatu barang tetapi
sebagian saja, belum melukiskan hakikatnya yang sempurna. Kerbau, kuda, gajah, kera,
burung, manusia adalah berbeda, tetapi kesemuanya mempunyai sifat persamaan yang tidak
bisa dilepaskan dari masing-masing nama itu yaitu sifat kebinatangan. Jadi kata 'binatang'
adalah jenis. Term 'binatang' belum memberikan pengertian secara sempurna tentang suatu
kata, seperti: Manusia adalah binatang, ia telah menyebut hakikat manusia tetapi belum
seluruhnya.

Ahli Logika Kuno membagi kenyataan material menjadi tiga jenis, yaitu jenis tinggi,
jenis menengah dan jenis rendah. Jenis tinggi disebutjugajenis jauh atau jenis dari semuajenis,
dikatakan demikian karena tidak ada lagi jenis di atasnya atau yang lebih umum, tetapi
mempunyai jenis bawahan yang lebih khusus. Substansi adalah jenis tinggi dan padanyalah
tercakup semua jenis. Jenis rendah atau jenis dekat adalah jenis yang di atasnya ada jenis-jenis
tetapi tidak mempunyai bawahan jenis.

BAB 3 DEFINISI

Bab 3 membahas mengenai definisi, awal pembahasan mengenai Definisi dan Unsur.
definisi menjelaskan pengertian kata agar tidak terjadi kesimpangsiuran dalam penggunaan.
Mendefinisikan adalah menyebut sekelompok atau karakteristik suatu kata sehingga kita dapat
mengetahui pengertiannya serta dapat membedakan kata lain yang menunjukkan objek yang
lain pula. Karakteristik suatu kata itu adalah general atau jenis dan differentia atau sifat
pembeda jadi mendefinisi suatu kata adalah menganalisis jenis dan sifat pembeda yang
dikandungnya.
Patokan dalam membuat definisi adalah sebagai berikut :

1. Definisi tidak boleh lebih luas atau lebih sempit dari konotasi kata yang didefinisikan.
2. Definisi tidak boleh menggunakan kata yang didefinisikan
3. Definisi tidak boleh memakai penjelasan yang justru membingungkan
4. Definisi tidak boleh menggunakan bentuk negatif

BAB 4 KLASIFIKASI

Pada bab 4 membahas mengenai kalsifikasi. Klasifikasi adalah pengelompokan barang


yang sama dan memisahkan dari yang berbeda menurut spesiesnya. Pengelompokan ini
bertujuan agar kita mudah dalam berhubungan dengan benda-benda tersebut. Terdapat dua
macam cara membuat klasifikasi, pertama dengan pembagian dan kedua dengan
penggolongan.

Pembagian (Logical Deficient) adalah membagi suatu jenis kepada spesies yang
dicakupnya. Jadi pembagian merupakan penjelasan yang lebih lengkap mengenai suatu general
kepada spesiesnya. Patokan dalam pembagian yaitu 1) Pembagian harus didasarkan atas sifat
persamaan yang ada pada general secara menyeluruh; 2) Setiap pembagian harus berlandaskan
suatu dasar saja satu dasar saja, pembagian yang berlandaskan lebih dari satu dasar akan
menghasilkan spesies yang simpangsiur. 3) pembagian harus lengkap yaitu harus menyebutkan
keseluruhan spesies yang dicakup oleh suatu jendela.

Penggolongan merupakan pengelompokan barang-barang atas golongan tertentu


didasarkan atas persamaan atribut dan perbedaannya. Barang-barang yang mempunyai
persamaan tertentu dikelompokkan ke dalam golongan yang sama dengan barang-barang yang
mempunyai ciri-ciri berbeda dengan kelompok pertama digolongkan kedalam golongan yang
lain pula. ada dua macam penggolongan, yaitu Penggolongan Alam dan Penggolongan Buatan.
Penggolongan alam adalah penggolongan yang disusun atas kecerdasan seperti penggolongan
“Melati mawar, Kenanga dan pacar sore ke dalam golongan bunga”. Penggolongan buatan
adalah penggolongan yang didasarkan atas satu sifat. Dikatakan buatan karena penggolongan
itu dimaksudkan untuk tujuan tertentu contoh dari penggolongan buatan yaitu “penyusunan
kata dalam kamus penyusunan buku dalam perpustakaan”.
BAB 5 PROPORSISI

Pada bab 5 membahas mengenai proporsisi. Proposisi merupakan unit terkecil dari
pemikiran yang mengandung makna maksud sempurna. Jika kita menganalisis suatu pemikiran
contohnya suatu buku kita akan mendapati kesatuan pemikiran dalam buku itu kemudian lebih
khusus lagi dalam BAB nya Kemudian pada paragrafnya dan akhirnya ada unit yang tidak bisa
dibagi-bagi lagi yakni yang disebut proposisi-proposisi itu sendiri masih bisa dianalisis lagi
menjadi kata-kata, tetapi kata-kata hanya menghadirkan pengertian sesuatu bukan maksud atau
pemikiran sesuatu.

Untuk mengukur benar atau salahnya suatu proposisi dalam logika dikenal adanya dua
macam proposisi, menurut sumbernya yaitu Proposisi Analitik dan Proposisi Sintetik.
Proposisi Analitik adalah proposisi yang predikatnya mempunyai pengertian yang sudah
terkandung pada subjeknya, contohnya “mangga adalah buah-buahan, kuda adalah hewan,
Ayah adalah orang laki-laki”. kata hewan pada contoh kuda adalah hewan pengertian sudah
terkandung pada subjek kuda jadi predikat pada proposisi analitik tidak mendatangkan
pengetahuan baru untuk menilai benar tidaknya proposisi serupa kita lihat ada tidaknya
pertentangan dalam diri pernyataan itu sebagaimana yang telah kita pelajari tentang ukuran
kebenaran proposisi analitik disebut juga proses proposisi. Proposisi Sintetik adalah proposisi
yang predikatnya mempunyai pengertian yang bukan menjadi keharusan bagi subjeknya,
contohnya “pepaya ini manis, gadis itu gendut”. kata manis pada proposisi gadis ini manis
pengertiannya belum terkandung pada subjeknya, subjeknya itu gadis jadi kata manis
merupakan pengetahuan baru yang didapat melalui pengalaman proposisi sintetik adalah
lukisan dari kenyataan empirik, maka untuk menguji benar salahnya diukur berdasarkan sesuai
tidaknya dengan kenyataan empiriknya proses proposisi sintetik disebut proposisi a posteriori.

Kemudian dalam bab proporsisi ini ada juga proporsisi kategorik, proporsisi kategorik
adalah proporsisi yang mengandung pernyataan tanpa syarat. Proporsisi yang paling sederhana
terdiri dari satu term subjek, satu term predikat, satu kopula dan satu quantifer. Subjek adalah
term yang menjadi pokok pembicaraan, predikat adalah term yang menerangkan subjek.

Kemudian dalam proporsisi kategorik juga terdapat distribusi (penyebaran). distribusi


berhubungan dengan pembahasan denotasi term subjek dan predikat, terutama term predikat
apakah merangkum seluruh golongannya atau hanya sebagian saja? Dalam hal ini ada dua
istilah yang perlu diketahui yaitu tertebar (distributed) dan tak tertebar (undistributed). Term
subjek atau predikat dinamakan tertebar apabila melingkupi seluruh denotasinya dan disebut
tak tersebar apabila hanya menyebut sebagian denotasinya.

Kemudian terdapat proposisi hipotetik. Proposisi hipotetik yaitu kebenaran yang


dinyatakan digantungkan pada syarat tertentu. Sehingga antara keduanya mempunyai
perbedaan mendasar. pada proposisi kategori kopula nya selalu “adalah” atau “bukan” atau
“tidak’, Sedangkan pada proposisi hipotetik Kopulanya adalah “jika, apabila atau manakala”
yang kemudian dilanjutkan dengan “maka” pada proses pada proposisi kategori kopula
menghubungkan dua buah term, sedangkan pada proposisi hipotetik kopula menghubungkan
dua buah pernyataan. proposisi hipotetik misalnya “jika permintaan bertambah maka harga
akan naik”. hal ini terdiri dari dua proposisi kategorik yaitu “permintaan bertambah” dan
“harga akan naik” jika dan maka pada contoh diatas adalah kopula “permintaan bertambah”
sebagai pernyataan pertama disebut sebagai disebut sebab atau atecedent, dan “harga akan
naik” sebagai pernyataan kedua disebut akibat atau konsekuen.

Kemudian ada pula disyungtif. Disyungtif pada hakekatnya juga terdiri dari 2dua buah
proposisi kategorik. Sebuah proposisi disyungtif dan proposisi jika tidak benar maka salah jika
dianalisis menjadi proposisi itu benar dan proposisi itu salah kopula yang berupa jika dan maka
mengubah dua proposisi kategori menjadi permasalahan disyungtif.

BAB 6 OPOSISI

Pada bab 6 membahas mengenai Oposisi. Apabila jika menghadapi dua pernyataan
yang benar formasi kan permasalahan yang sama dalam menyelesaikan persoalan tersebut
perlu mengetahui macam-macam hubungan logika dengan hukum-hukumnya maka dalam
pembahasan ini terdapat dalam pembahasan oposisi macam-macam hubungan logika. terdapat
enam macam hubungan logika diantaranya yaitu :

1). Hubungan independen (tak bertautan) yaitu dua pernyataan memiliki hubungan
independen jika keduanya menampilkan permasalahan yang sma sekali terpisah.
Hubungan independen mempunyai sifat benar salahnya pernyataan pertama tidak dapat
dipakai menetukan benar salahnya pernyataan lain.
2). Hubungan ekuivalen (persamaan) yaitu dua pernyataan mempunyai hubungan
ekuivalen jika keduanya mempunyai makna yang sama. Hubungan ekuivalen
mempunyai sifat benra salahnya pernyataan satu menentukan benarsalahnya
pernyataan lain.
3). Hubungan kontardiktori (pertentangan) yaitu dua pernyataan mempunyai hubungan
kontadiktori jika keduanya terdiri dari term subyek dan predikat yang sama tetapi
berbeda dalam kualitas maupun kuantitas. Permasalahan kontradiktori mempunyai sifat
bila salah satu yang lain harus benar, dan bila yang satu benra yang lain harus salah,
tidak mungkin benar keduanya atau salah keduanya.
4). Hubungan kontrari (perlawanan) yaitu dua pernyataan mempunyai hubungan kontrari
jika term subyek dan predikat kedua pernyataan itu sama, kuantitasnya sama-sama
universal tetapi perbedaan dalam kualitas. Sifatnya yaitu slah satu pernyataan harus
salah dan bisa salah keduanya.
5). Hubungan sub kontrari (setengah perlawanan) yaitu dua pernayataan mempunyai
hubungan sub kontrari jika term subyek dan predikat pernyataan itu sama, kuantitasnya
bsama-sama pertikular berbeda dalam kualitas.
6). Hubungan implikasi (mencakup) yaitu dua pernnyataan mempunyai hubungan
implikasi jika term subyek dan predikat pernyataan itu sama, sama-sama dalam kualitas
tetapi berbeda dalam kuantitas. Sifatnya bisa benar keduanya, salah keduanya, atau satu
benar dan satu salah.

BAB 7 PERNYATAAN YANG SAMA

Permasalahan

Pembahasan pertama dalam bab 7 ini mengenai permasalahan. Setiap pernyataan dalam
bentuk A, E I atau O dapat ditarik permasalahan lain yang tersirat didalamnya. Permasalaha
tersebut semakna dengan pernyataan aslinya tetapi berbeda dalam redaksinya. Dalam logika
proses tersebut disebut dengan penyimpulan edukasi. Edukasi memberitahu tentang bagaimana
seharusnya mengubah suatu proposisi kepada proposisi lain tanpa mengubah makna,
disamping memberi pedoman mengenai apakah dua proposisi kategorik atau lebih mempunyai
makna yang sama atau berbeda.

Teknik-teknik Edukasi
Tenik edukasi digunakan untuk menyatakan suatu proposisi pada proposisi lain yang
semakna serta menguji kesamaan makna dari beberapa proposisi. Teknik edukasi terdiri dari
sebagai berikut :

1. Konversi

Konversi merupakan cara mengungkapkan kembali suatu proposisi pada proposisi lain
yang semakna dengan menukar kedudukan subyek dan predikat pernyataan aslinya. Yaitu
subyek pernyataan pertama menjadi predikat dan predikatnya menjadi subyek pada proposisi
baru. Contohnya

Tidak satu pun mahasiswa buta huruf

Tidak satupun yang buta huruf adalah mahasiswa

2. Obversi

Obversi merupakan cara mengungakpakan kembali suatu proposisi kepada proposisi


lain yang semakna dengan mengubah kualitas pernyataan aslinya. Jika pernyataan semua
positif, maka permaslahan yang dihasilkan negatif dan begitu sebaliknya. Rumus (S P  S tak
P) contohnya :

Api dapat membakar

Api bukan tak dapat membakar

3. Kontraposisi

Kontarposisi merupakan cara mrngungkapkan kembali suatu proposisi kepada posisi


lain yang semakna, dengan menukar kedudukan sebyek dan predikat pernyataan asli dan
mengontradiksikan masing-masingnya. Rumus (S P  Tak P Tak -S).

4. Inversi

Inversi merupakan cara mengungkapkan kembali suatu proposisi kepada proposisi lain
yang semakna dengan mengontradiksikan subyek dan predikat pernyataan aslinya. Rumus (S
P  tak-S tak-P).
BAB 8 SILOGISME

A. Silogisme Kategorik

Silogisme merupakan bentuk penyimpulan (penyimpulan tidak langsung atau mediate


infrence). Dalam silogisme yang disimpulkan menghasilkan pengetahuan baru yang
kebenarannya diambil secara sintetis dari dua permasalahan yang dihubungkan dengan cara-
cara tertentu, yang tidak terjadi dalam penyimpulan yang berlainan.

Aristoteles membatasi silogisme sebagai : argumen yang konklusinya diambil secara


pasti dari premis-premis yang menyatakan permasalahan yang berlainan. Proposisi dasar kita
mengambil kesimpulan bukanlah proposisi yang dapat dinyatakan dalam bentuk oposisi,
melainkan proposrsisi yang mempunyai hubungan independen yang mengandung term
persamaan. Term yang dimaksud adalah mata rantai yang memungkinkan kita mengambil
sintesis dari permasalahan yang ada. Tanpa term persamaan tersebut maka konklusi tidak dapat
ditarik. Untuk dapat menghasilkan konklusi harus terdapat pangkalan umum yang kemudian
dihubungkan dengan permasalahan

Silogisme kategorik adalah silogisme yang sema proposissinya merupakan proposisi


kategorik. Untuk mendapat konklusi maka pangkal umum tempat trmpat berpijaknya harus
merupakan proposisi universal.

Hukum-Hukum Silogisme Kategorik

Hukum silogisme merupakan patokan silogisme untuk mendapat kesimpulan yang


benar. Patokan-patokan silogisme diantaranya yaitu :

1. Apabila dalam satu premis partikular, kesimpulan harus partikular


2. Apabila salah satu premis negatif, maka kesimpulan harus negatif
3. Dari dua premis yang sama-sama partikulat tidak sah diambil kesimpula
4. Dari dua premis yang sma-sama negatfi, tidak menghasilkan kesimppulan apapun
karena tidak ada mata rantai yang menghubungkan kedua proposisi premisnya
5. Paling tidak salah satu dari term penengah harus tertebar (mencakup)
6. Term-predikat dalam kesimpulan harus konsisten dengan term predikat yang ada pada
premisnya, bila tidak maka kesimpulan menjadi salah
7. Term penengah harus bermakna sama, baik dalam premis mayor maupun premis minor.
Bila term penengah bermakna ganda kesimpulan menjadi lain
8. Silogisme harus terdiri dari tiga term, yaitu term subyek, term predikat, dan tem middle
Absah dan Benar

Absah (valid) berkaitan dengan prosedur penyimpulan, apakah pengambilan konklusi


sesuai dengan patokan atau tidak. dikatakan valid apabila sesuai dengan patokan dan tidak valid
jika sebaliknya.

Benar berkaitan dengan proposisi dalam silogisme itu, apakah hal tersebut didukung
atau sesuai dengan fakta atau tidak. bila sesuai dengan fakta maka proposisi itu benar, dan bila
tidak berarti salah.

Variasi-variasi kevalidan dinatarnya sebagai berikut :

1. Prosedur valid jika premis salah dan konklusi benar


2. Prosedur invalid (tak sah) jika premis benar konklusi salah
3. Prosedur invalid jika premis salah konlusi benar
4. Prosedur valid premis salah dan konklusi salah

Konklusi silogisme hanya bernilai jika diturunkan dari premis yang benar dan prosedur
yang valid.

Bentuk-Bentuk Silogisme

Bentuk silogisme dibedakan atas letak medium (term penengah=middle term) dalam
premis. Empat macam bentuk silogisme sebagai berikut :

1). Figur I
Medium menjadi subyek pada premis mayor dan menjadi predikat premis pada premis
minor.
2). Figur II
Medium menjadi predikat baik pada premis mayor maupun premis minor.
3). Figur III
Medium menjadi subyek pada premis mayor maupun premis minor
4). Figur IV
Medium menjadi predikat pada premis mayor dan menjadi subyek pada premis minor.

Silogisme Bukan Bentuk Baku

Kelainan bentuk standar dapat terjadi karena :


1). Tidak menentu letak konklusinya
2). Dalam suatu kalimat seolah-olah terdiri dari tiga tem
3). Terdapat dua premis tanpa koklusi atau hanya terdapat satu premis dan satu konklusi
4). Proposisinya lebih dari tiga

B. Silogisme Hipotetik

Silogisme hipotetik adalah argumen yang premis mayornya berupa proposisi hipotetik
dan premis minornya proposisi kategorik yang menetapkan atau mengingkari tem antecedent
atau tem konsekuen premis mayornya. Sebenarnya silogisem hipotetik tidak mempunyai
premis mayor maupun minor karena tidak diketahui premis minor yang ada menganung term
subyek pada konklusi. Pada silogisme hipotetik term konklusi adalah term yang semuanya
dikandung oleh premis mayor.

Empat macam tipe silogisme hipotetik :

1). Silogisme hipotetik yang premis minornya mengakui bagian antecedent


2). Silogisme hipotetik yang premis minornya mengajui bagian konsekuennya
3). Silogisme hipotetik yang premis minornya mengingkari antecedent
4). Silogisme hipotetik yang premis minornya mengingkari konsekuen

Hukum-Hukum Silogisme Hipotetik

Bila antecedent misal dilambangkan A dan konsekuen B, hukum silogisme


hipotetik adalah sebagai berikut :
1). Bila A terlaksana, B juga terlaksana
2). Bila A tidak terlaksana maka B tidak terlaksana (tidak sah = salah)
3). Bila B terlaksana maka A terlaksana (tidak sah = salah)
4). Bila B terlaksana maka A tidak terlaksana

Contohnya yaitu :

Bila terjadi peperangan harga bahan makanan membumbung tinggi

Nah, peperangan terjadi

Jadi harga bahan makanan membumbung tinggi


Keterangan :

Pecah perang harga makanan membumbung tinggi (hubungan kausalitas yang diakui
kebenarannya), bila peperangan memang terjadi berarti antecedent terlaksana maka
konsekuennya juga akan terlaksana. Hal tersebut sesuai dengan patokan pertama, sehingga
kesimpulan harga bahan makanan membumbung tinggi adalah benar.

C. Silogisme Disyungtif

Silogisme Disyungtif adalah silogisme yang premis mayornya keputusan disyungtif


sedangkan premis minornya keputusan kategorika yang mengakui atau mengingkari salah satu
alternatif yang disebut oleh premis mayor. Silogisme diyungtif terdapat dua macam :

a Premis minornya mengingkari salah satu alternatif, konklusinya mengakui alternatif


yang lain
b Premis minor mengakui salah satu alternatfi kesimpulannya adalah mengingkari
alternatif lain

Hukum-Hukum Silogisme Disyungtif

1. Silogisme disyungtif dalam arti sempit konklusi yang dihasilkan selalu benar, apabila
prosedur penyimpulannya valid
2. Silogisme disyungtif dalam arti luas kebenaran konklusinya dalaha sebagai berikut :
a. Bila premis minor mengakui salah satu alternatfi maka konklusinya sah (benar)
b. Bila premis minor mengingkari salah satu alternatif konklusinya tidak sah (salah

D. Dilema

Dilema adalah argumentasi, bentuknya merupakan campuran antara silogisme hipotetik


dan silogisme disyungtif. Hal tersebut terjadi karena premis mayor terdiri dari dua proposisi
hipotetik dan premis minor satu proposisi disyungtif. Konklusinya proposisi disyungtuf, tetapi
bisa proposisi kategorika. Dalam dilema terkandung konsekuensi yang kedua kemungkinannya
sama berat. Adapun konklusi yang diambil selalu tidak menyenangkan .

Cara Mengatasi Dilema

1). Dengan meneliti kausalitas premis mayor


2). Dengan meneliti alternatif yang dikemukakan
3). Dengan kontra dilema dengan memilih alternatif yang paling ringan.
BAB 9 GENERALISASI

Generalisasi adalah proses penalaran yang bertolk dari sejumlah fenomena individual
menuju kesimpulan umum yang mengikat seluruh fenomena jenis dengan fenomena individual
yang diselidiki. Hukum yang dihasilkan oleh penalaran generalisasi semua bentuk penalaran
induktif tidak pernah sampai pada kebenaran pasti, tetapi kebenaran kemungkinan besar
(probability).

Macam-Macam Generalisasi

Generalisasi dibedakan menjadi dua macam yaitu generalisasi sempurna dan


generalisasi sebagian (tidak sempurna).

1. Generalisasi Sempurna adalah generalisasi dimana seluruh fenomena yang menjadi


dasar penyimpulan diselidiki. Generalisasi ini memberikan kesimpulan yang kuat dan
tidak dapat diserang. Tetapi tidak praktis dan ekonomis.
2. generalisasi tidak sempurna yaitu generalisasi berdasarkan sebagian fenomena untuk
mendapatkan kesimpulan yang berlku bagi fenomena sejenis yang belum diselidiki.

Pengujian Atas Generalisasi

Untuk menguji apakah generalisasi yang dihasilakn cukup kuat untuk dipercaya
sehingga dapat digunakan evaluasi sebagai berikut :

1. Apakah sampel yang digunakan secara kuantitatif cukup mewakili


2. Apakah sampel yang digunakan cukup bervariasi
3. Apakah dalam generalisasi tersebut diperhitungkan hal-hal yang menyimpang dengan
fenomena umum atau tidak
4. Apakah kesimpulan yang dirumuskan konsisten dengan fenomena individual

Generalisasi Yang Salah

Tingkat kepercayaan generalisasi tergantung bagaimana tingkat terpenuhinya jawaban


atas evaluasi. Dalam kehidupan sehari-hari sering terjadi kekeliruan seperti Dia orang islam
mengapa korupsi kalau begitu orang islam memang jahat. Atau orang menyimpulkan keadaan
cuaca disuatu tempat berdasarkan apa yang dialaminya saja seperti desa ini adalah daerah
kering, dan juga banyak orang yang membuat generalisasi atas suatu desa sebagai desa yang
ramah atau tidak aramah hanya berdasarkan sifat dua atau tiga orang yang ditemui, hal tersebut
merupakan generalisasi yang salah karena tidak melihat secara keseluruhan.
Generalisasi Empirik Dan Generalisasi Penjelasan

Generalisasi memang tidak sampai pada tingkat kepercayaan yang mutlak namun
kesimpulan yang dihasilakn menjadi terpercaya apabila disertai dengan penjelasan
mengapanya maka kebenaran yang dihasilkan akan lebih kuat. Generalisasi yang tidak disertai
dengan penjelasan mengapanya atau generalisasi berdasarkan fenomena semata-mata disebut
generalisasi empirik.

Generalisasi Ilmiah

Perbedaan generalisasi ilmiah dengan generalisasi biasa terletak pada metodenya,


kualitas data serta ketepatan dalam perumusannya. Tanda-tanda penting dalam generalisasi
ilmiah sebagai berikut :

1. Data dikumpulkan dengan observasi yang cermat, dilaksanakan oleh tenaga terdidik
serta mengenal baik permasalahannya. Pencatatan hasil observasi dilakukan dengan
tepat, menyeluruh dan teliti, pengamatan dan hasilnya dibuka kemungkina dengan
adanya cek oleh peneliti terdidik alainnya.
2. Adanya penggunaan instrumen untuk mengukur serta mendapatkan ketepatan serta
menghindari kekeliruan sejauh mungkin.
3. Adanya pengujian, perbandingan serta klasifikasi fakta.
4. Pernyataan generalisasi jela, sederhana. Menyeluruh dinyatakan dengan term yang
padat dan matematik.
5. Observasi atas fakta-fakta eksperimental hasilnya dirumuskan dengan memperhatikan
kondisi yang bervariasi misalnya waktu tempat dan keadaan khusus lainnya.
6. Dipublikasikan untuk memungkinakan adanya pengujian kembali, kritik, dan
pengetesan atas generalisasi yang dibuat.

BAB 10 ANALOGI

Analogi disebut juga dengan analogi induktif yaitu proses penalaran dari suatu
fenomena menuju fenomena lain yang sejenis kemudian disimpulkan bahwa apa yang terjadi
pada fenomena yang pertama akan terjadi juga pada fenomena yang lain. Jadi dalam arti
sederhana analogi induktif adalah analogi yang disusun berdasarkan persamaan prinsipal yang
ada pada dua fenomena, yang kemudian ditarik kesimpulan bahwa yang terjadi pada fenomena
pertama terjadi juga pada fenomena kedua.
Dalam tindakan penyim pulan analogik terdapat tiga unsur yaitu :

1). Peristiwa pokok yang menjadi dasar analogi


2). Persamaan prinsipal yang menjadi pengikat
3). Fenomena yang hendak di analogikan

Contoh : Jika kita membeli sepasang sepatu (peristiwa) Dan berkeyakinan bahwa sepatu itu
akan nyaman dan awet dipakai (fenomena yang dianalogikan) Karena sepatu yang dulu dibeli
ditoko yang sama (persamaan prinsip) Awet dan nyaman dipakai merupakan (penyimpulan
serupa berdasarkan analogi)

Macam-Macam Analogi

Fungsi utama analogi sebagai cara berargumentasi, sering juga dipakai dalam bentuk
non argumen, yaitu sebagai penjelas, analogi tersebut disebut nalogi deklaratif atau analaogi
penjelas. Analogi deklaratif merupakan metode untuk menjelaskan atau menegaskan sesuatu
yang belum dikenal atau masih samar, dengan sesuatu yang sudah dikenal.

Cara Menilai Analogi

Analogi dinilai untuk mengukur derajat keterpercayaan sebuah analogi, hal tersebut
dapat diketahui dengan metode berikut :

1. Sedikit banyaknya peristiwa sejenis yang dianalogikan, semakin besar peristiwa sejenis
yang dianalogikan semakin besar pula taraf keterpercayaannya.
2. Sedikit banyaknya aspek-aspek yang menjadi adasr analogi.
3. Sifat analogi yang dibuat, semakin rendah taksiran yang dianalogikan semakin kuat
analogi tersebut.
4. Mempertimbangkan ada tidaknya insur-unsur yang berbeda pada peristiwa yang
dianalogikan, semakin banyak pertimbangan atas unsur-unsur yang berbeda semakin
kuat keterpercayaan analoginya.
5. Relevan dan tidaknya masalah yang dianalogikan, bila tidak relevan sudah tentu
nanaloginya tidak kuat dan bahkan bisa gagal.

Analogi Yang Pincang

Analogi yang pincang adalah analogi terdapat kekeliruan.

Contoh kekeliruan pertama pada analogi induktif :


Saya heran mengapa orang takut bepergian dengan pesawat terbang karena sering
terjadi kecelakaan pesawat terbang dan tidak sedikit meminta korban. Bila demikian
sebaiknya orang jangan tidur di tempat tidur karena hampir semua manusia menemui
ajalnyaa di tempat tidur

Dari teks diatas, anik pesawat terbang ditakuti karena sering menimbulkan petaka yang
menyebabkan maut. Sedangkan orang tidak tidur ditempat tidur karena jarang sekali atau boleh
dikatakan tidak pernah ada orang yang menemui ajalnya karena kecelakaan tempat tidur. Orang
mrninggal di tempat tidur bukan disebabkan kecelakaan tempat tidur, tetapi karena penyakit
yang diidapnya. Jadi disini orang menyamakan dua hal yang sebenarnya berbeda.

Kekeliruan pada analogi deklaratif :

Negara kita sudah sangat banyak berutang, dengan pembangunan lima tahun kita
harus menumpuk utang terus-mnerus dari tahun ke tahun. Pembangunan lima tahun
ini memaksa rakyat dan bangsa Indonesia seperti naik perahu yang sarat yang semakin
tahun semakin sarat (dengan uang) dan akhirnya tenggelam. Saudara-saudara kita
tidak ingin tenggelam dan mati bukan ? karena itu kita lebih bik tidak naik kapal sarat
itu, kita tidak perlu melaksanakan pembangunan lima tahun.

Dalam teks di atas, orang tidak setuju dengan pembangunan lima tahun yang sedang
dilaksanakan dengan analogi pincang. Memang negara kita membutuhkan pinjaman uang
untuk membangun. Pinjaman itu digunakan seproduktif mungkin sehingga dapat
meningkatkan devisa negara. Dengan demikian penghasilan per kepala akan meningkat
dibanding sebelumnya, demikian seterusnya dari tahun ke tahun sehingga peningkatan
kesejahteraan rakyat dapat tercapai. Pembicara tersebut hanya menekanlan segi untungnya
saja, tidak memperhitungkan segi positif dari kebijaksanaan menempuh pinjaman.

BAB 11 HUBUNGAN KAUSALITAS

Hukum Kusalitas (sebab akibat) sudah ada sejak zaman kuno., karena tidak ada satupun
peristiwa yang terjadi secara kebetulan, tetapi semuanya terdapat sebab yang mendahuluinya.
Filosof Yunani Leucipos berkata “nihil fit sine cusa” (tidak ada satupun peristiwa yang tidak
mempunyai sebab).
Sebab sebagai sesuatu yang melahirkan akibat mempunyai banyak pengertian. Ada
sebab yang mesti (necessary causa) adalah suatu keadaan bila tidak ada maka akibatnya tidak
akan terjadi tetapi denganadanya akibatnya tidak harus terjadi.

Contohnya :

Oksigen merupkan sebab adanya kebakaran, tanpa adanya oksigen tidak mungkin
kebakaran dapat terjadi, tetpi adanya oksigen kebakaran tidak harus terjadi. Sebab
yang menjadikan adalah sesuatu yang adanya menyebakan akibat lahir, sedangkan
tidak adanya juga akibat tidak mungkin terlaksana. Dengan kata lain sebab yang
menjadikan adalah sesuatu yang ada atau tidaknya menetukan ada dan tidaknya akibat.

Sebab yang menjadikan (suffcient causa) yaitu ada dan tidaknya sebab ini akan
menetukan ada dan tidaknya akibat. Induksi mendasarka kepada aksioma sebab bila
dirumuskan sebagai berikut :

1. Tidak ada sesuatu itu disebut sebab bagi suatu akibat bila ia tidak dijumpai pada saat
akibat itu terjadi.
2. Tidak ada sesuatu itu disebut sebab bagi suatu akibat bila ia dijumpai pada saat akibat
tidak terjadi.

Metode Induksi Mill

John Stuart Mill (1806-1873) Filososf Inggris, menjadikan dua aksioma kausalitas
sebagai dasar untuk merumuskan empat metode induksi yang kemudian terkenal dengn ebutan
metode prnyimpulan induktif mill, diantaranya yaitu metode persetujuan, metode perbedan,
metode persamaan variasi, metode sisasisihan. Yang kemudian orang yang datang sesudah Mill
menambah satu metode lagi yaitu metode gabungan persetujuan dan perbedaan.

1. Metode Persetujuan

Maksud metode ini adalah abaila ada dua macam peristiwa atau lebih apada gejala yang
diselidiki dan masing-masing peristiwa itu mempunyai faktor yang sama, maka faktor itu
merupakan satu-satunya sebab bagi gejala yang diselidiki.

2. Metode Perbedaan

Maksud dari metode ini adalah jika sebuah peristiwa mengandung gejala yang
diselidiki dan sebuah peristiwa lain yang tidak mengandungnya, namun faktornya sama kecuali
satu, dan yang satu itu terdapat pada peristiwa pertama, maka faktor satu-satunya itu yang
menyebabkan peristiwanya berbeda itu adalah faktor yang tidak bisa dilepaskan dari sebab
terjadinya gejala.

3. Metode Persamaan Variasi

Maksud metode ini adalah apabila suatu gejala dengan sesuatu cara berubah ketika
gejala lain berubah dengan cara tertentu, maka gejala itu adalah sebab atau akibat dari gejala
lain, atau berhubungan secara sebab akibat.

4. Metode Sisasisihan

Maksud metode ini adalah jika ada peristiwa dalam keadaan tertentu dan keadaan
tertentu ini akibat adari faktor yang mendahuluinya, maka sisa akibat yang terdapat pada
peristiwa itu pasti disebabkan oleh faktor lain.

5. Metode Gabungan Persetujuan Dan Perbedaan

Maksud metode ini adalah jika ada sekumpulan peristiwa dalam gejala tertentu hanya
memiliki sebuah faktor yang bersamaan, sedangkan dalam beberapa peristiwa dimana gejala
itu tidak terjadi, dijumpai faktor-faktor lainnya yang juga dijumpai pada saat gejala itu terjadi
kecuali sebuah faktor yang bersamaan, maka faktor ini merupakan faktor yang mempunyai
hubungan kausal dengan gejala itu. Menggunakan metode ini mengahsilakn konklusi yang
lebih kuat dibandingkan jika menggunakan metode ini secara terpisah.

Kekeliruan Dalam Penalaran Kausalitas

Kekliruan yang sering terjadi dikalangan orang yang kurang cermat befikir adalah psot
hop propter hoc artinya penalaran yang menyatakan bahwa A terjadi sesudah B terjadi maka
A akibat dari B. dengan kata lain suatu kekeliruan karena mengakui sesuatu yang terjadi
berurutan maka peristiwa yang kedua merupakan akibat dari peristiwa yang pertama atau yang
mendahuluinya.

BAB 12 PENJELASAN

Penjelasan (explanation) adalah sekelompok proposisi yang nererangkan suatu fakta


dengan keterangan tersebut dapat disimpulkan secara logis sehingga problematik atau keraguan
yang menyelubungi fakta tersebut dapat dihilangkan.
Sifat-Sifat Penjelasan

penjelasan sifatnya harus dapat ditarik komklusinya yang logis, maka penjelasan atas
suatu fakta bisa lebih kuat dari yang lainnya. Penilaian kuat tidaknya penjelasan diketahui
melalui relevansinya dengan fakta yang lain. Dua sifat penjelasana yaitu pennjelasan ilmiah
dan penjelasan tidak ilmiah. Penjelasan ilmiah adalah keterangan yang dapat dibuktikan secara
logis maupun inderawi.

Macam-Macam Penjelasan

1. Menjelaskan Berdasarkan Bagiannya atau Faktornya

Menjelaskan berdasarkan bagiannya atau faktornya adalah cara menjelaskan dengan


menganalisis sesuatu berdasarkan unsur-unsur pokok suatu kenyataan serta hubungan pastinya
antara masing-masing unsur-unsur pokok. Contohnya seperti cerita menegani anak-anak orang
prmitif yang hidup sekarang, meskipundalam masyarakat beradab puas mendapatkan sesuatu
sebagaimana adanya.

Dan pada akhirnya dalam perjalanan sejarah baik karena tujuan praktis maupun karena
penyelidikan, orang mulai meneliti mengenai hakikat sesuatu. kemudian menemukan bahwa
sesuatu yang mempunyai jenis yang sma mempunyai persaan dalam stukturnya.

2. Penjelasan Berdasarkan Keadaan dan Kondisi

Merupakan cara menerangkan sesuatu berdasarkan hubungan sesuatu dengan sesuatu


yang lain dengan keadaan diluar dirinya, untuk mengetahui bagaimana suatu fakta partikular
melahirkan dan bergantung terhadap faktor lainnya dalam susunan yang lebih besar dan
bagaimana suatu fakta tidak akan muncul kecuali dalam keadaan tertentu. Dalam penjelasan
ini untuk mencari bagaimana hubungan sesuatu dengan sesuatu diluar dirinya.

3. Menjelaskan Berdasarkan Hubungan Sebab Akibat

Cara menjelaskan berdasarkan bagaimana suatu peristiwa terjadi dengan meloihat


kondisi yang menyebabkan lahirnya peristiwa tersebut adalah cara menerangkan berdasarkan
sebab akibat.

4. Cara Menjelaskan Berdasarkan Fungsinya

Cara menjelaskan suatu fakta bagaimana sesuatu tersebut mempunyai kedudukan


terhadap fakta atau peristiwa lain. Dalam penjelasan ini bukan bagaimana fakta lain
mempunyai hubungan yang pasti terhadap suatu fakta tertentu, melainkan bagaimana suatu
fakta tertentu itu memegang peranan bagi fakta lain. Cara penjelasan ini digunakan misalnya
jika kita hendak menerangkan tentang benda-benda hidup dan fakta-fakta yang terkait
dengannya.

BAB 13 TEORI

Teori adalah intrepretasi dari fakta-fakta. Pemikrian deduktif, semua penalaran dan
semua pemikiran intelek merupakan penyususnan dan pengujian dari teori.

Macam-Macam Teori

Teori terdiri dari dua macam, teori umum dan teori khusus. Teori umum adalah suatu
pernyataan apabila ia benar maka ia benarsecara universal. Ia berlaku bagi semua waktu, semua
tempat dan semua keadaan serta semua permasalahan dalam kelas yang dinayatakannya.
Sebuah generalisasi adalah teori yang bersifat umum, demikian juga dengan penejelasan
berlaku untu segala hal sesuai permasalahan yang diterangkannya.

Teori khusus adalah teori yang berkaitan dengan sejumlah fakta-fakta partikular
tertentu. Ia berusaha untuk menjelaskan fakta-fakta yanf ada dalam hubungannya yang satu
dengan yang lainnya. Harus sesuai dengan fakta-fakta yang diketahuinya tetapi juga harus
berhasil mengidentifikasi beberapa fakta atau sejumlah fakta yang selama itu belumdiketahui.

Setiap teori bermula dari hipotesis keduanya tidak ada perbedaan prinsip kecuali hanya
graduasi. Hipotesis merupakan interpretasi dari fakta, ia juga disusun berdasarkan fakta, tetapi
kebenarannya belum diuji. Sedangka teori kebenarannya telah teruji. Maka dalam arti kasar
teori juga mencakup hipotesis.

Pengajuan Hipotesis

Ukuran untuk menilai hipotesis adalah sebagai berikut :

1. Relevan
Hipotesisi harus relevan dengan fakta yang hendak dijelaskan. Hipotesis yang diajukan
harus dapat ditarik kesimpulan deduktif dengan fakta-fakta yang menjadi
permasalahan.
2. Mampu Untuk Diuji
Ciri utama yang membedakan hipotesis ilmiah dan non ilmiah adalah kemapuannya
diuji dengan fakta-fakta inderawi atau perhitunga logis. Suatu hipotesis harus
memungkinkan diujinya dengan observasi untuk membuktikan benar atau tidaknya.
Mampu diuji artinya bahwa hipotesis harus ada hubungannya denga data empirik dari
fakta yang hendak diterangkan.
3. Bersesuaian dengan hipotesis yang telah diterima sebagai pengetahuan yang benar
Suatu hal yang perlu diperhatikan bahwa suatu hipotesis dapat diterima apabali aia
koheren dengan hipotesis yang lebih dahulu dinyatakan dan disusu secara logis
diterima pleh manusia, serta dihargai sebagai sesuatu yang bernilai tinggi.
4. Mempunyai Daya Ramal
Hipotesis yang baik tidak hanya mendeskripsikan fakta-fakta, tetapi interpretasi yang
dibuat mampu untuk menjelaskan fakta-fakta sejenis yang tidak diketahui atau belum
diselidiki
5. Sederhana
Hipotesis yang sederhana semakin bernilai lebih tinggi dari yang lainnya.

Tori Dan Metode Ilmiah

Metode ilmiah adalah cara untuk mendapatkan penegetahuan dengan cara ilmiah.
Pengetahuan yyang diperoleh dengan cara ilmiah disebut dengan pengetahuan ilmiah atau lebih
singkatnya disebut ilmu.

Langkah-langkah menemukan pengetahuan baru adalah sebagai berikut :

1. Penemuan atau penentuan masala


Pada tahap ini mengetahii masalah yang akan ditelaah dengan ruang lngkup dan batas-
batasnya.
2. Perumusan masalah
Usaha untuk medeskripsikan masalah yang dihadapi dengan lebih je;as. Pada tahap ini
mengdentifikasi semua faktor yang terlibat dalam masalah yang dihadapi. Faktor
tersebut membentuk kerangka masalah yang berupa gejala yang sedang dihadapi.
3. Pengajuan hipotesis
Pada tahap ini berusaha untuk meberikan penjelasan sementara mengenai hubungan
sebab akibat dari faktor-faktor yang membentuk kerangka maslah yang sedang
dihadapi. Hipotesis disusun berdasarkan penalaran induktif.
4. Deduksi dari hipotesis
Tahap ini merupakan langkah perantara untuk pengujian hipotesis yang diajkan.
Deduksi hipotesis merupakan identifikasi fakta-fakta apa saja yang dapat dilihat
hubungannya dengan hipotesis yang diajukan.
5. Pembuktian hipotesis
Pada tahap ini mengumpulka fakta-fakta untuk membuktikan hipotesis yang telah
diajukan.
6. Penerimaan hipotesis menjadi teori ilmiah
Hipotesis yang telah terbukti kebenarannya diterima sebagai pengetahuan baru dan
dianggap sebagai bagian dari ilmu . hipotesis yang dianggap sebagai teori ilmiah yaitu
sebagai suatu penjelasan teoritis yang dapat dipertanggung jawabkan mengenai suatu
gejala tertentu.

BAB 14 PROBABILITAS

Probabilitas artinya kemungkinana. David Hume berkata bahwa apabila kita


mempergunakan argumen yang disusun atas dasar pengalaman kita dimasa lampau sebagai
adasr pertimbangan untuk membuat ramalan dimasa mendatang maka arguemn ini hanya
merupakan kemungkinan (probability).

Probabilitas merupakan pernyataan yang berisi ramalan tentang tingkatan keyakinan


terjadinya sesuatu dimasa yang akan datang. Tingkatan keyakina bisa dinyatakan dengan nilai
(score) angka, bisa juga tidak dengan angka.

Macam-Macam Probabilitas

1. Probabilitas A Priori yaitu probabilitas yang disusun berdasarkan perhitungan akal bukan
dasar pengalaman. Contohnya untuk menentukan berapa kemungkinan mata dadu yang akan
keluar maka mempunyai kemungkian 1/6, karena sebuah mata dadu mempunyai enam muka.
Bila dua mata uang dileemparkan maka kemungkinan jatuh dengan dua kali sisi depannya
adalah ½ x 1/2= = ¼.

2. Probabilita Relatif Frekuensi yaitu probabilitas yang disusun berdasarkan statistik atas
fakta-fakta empiris, seperti probabilitas tentang gagalnya tembakan pistol adalah 5. Maksudnya
bahwa setiap 100 kali pistol ditembakan maka paling tidak 5 kali dianataranya macet.
Ilmu Probabilitas

Ilmu tidak pernah berpretensi untuk mendapatkan pengetahuan yang bersifat mutlak.
Teori dan keterang yang diberikan dalam suatu peristiwa hanya bersifat kemungkinan.
Meskipun penjelasan yang diberikan oleh ilmu adalah penjelasan probabilistik, namun
probabilistik yang dapat dipertanggungjawabkan, karena disusun berdasarkan pengalaman.
Teori ilmu memberikan pengetahuan sebagai dasar untuk mengambil keputusan.

BAB 15 KEKELIRUAN BERFIKIR

A. Kekeliruan Formal

1. Fallacy Of Four Terms (Kekeliruan Karena Menggunakan Empat Term)

Kekeliruan berfikir karena menggunakan empat term dalamsilogisme. Hal tersebut


terjadi karena term penengan diartikan ganda, sedangkan dalam patokan diharuskan hanya
terdiri dari tiga term. Cotohnya : Semua perbuatan mengganggu orang lain diancam dengan
hukuman. Menjula barang dibawah harga tetangganya adalah mengganggu kepentinga orang
lain. Jadi menjual harga dibawah tetangganya diancam dengan hukuman.

2. Fallcay Of Undistributed Middle (Kekeliruan Karena Kedua Term Penengah Tidak


Mencakup)

Kekeliruan berfikir karena tidak satupun dari kedua term penengah mencakup.
Contohnya : Orang yang terlalu banyak belajar kurus. Dia kurus sekali, kareina tentulah ia
banyak belajar.

3. Fallacy Of Illicit Process (Kekeliruan Karena Proses Tidaak Benar)

Kekeliruan berfikir karena term premis tidak mencakup (undistributed) tetapi dalam
konklusi mencakup. Contohnya Kura-kuraadalah binatang melata. Ular bukan kura-kura,
karena itu ia bukan binatang melata.

Kuda adalah binatang. Sapi bukan kuda jadi ia bukan binatang.

4.Fallacy Of Two Negative Premises (Kekeliruan Karena Menyimpulkan Dari Dua Premis
Yang Negatif)

Kekeliruan berfikir karena mengambil kesimpulan dari dua premis negatif. Apabila
terjadi demikian sebenarnya tidak bisa ditarik konklusi. Contohnya : Tidak satupun barang
yang baik itu murah dan semua barang di toko itu adalah tidak murah, jadi kesemua barang
di toko itu adalah baik.

5. Fallacy Of Affirming The Consequent (Kekeliruan Karena Mengakui Akibat)

Kekeliruan berfikir dalam silogisme hipotetika karena membenarkan akibat kemudian


membenarkan pula sebabnya. Contohnya : Bila kita bisa berkendaraan secepat cahaya, maka
kita bisa mendarat di bulan. Kita telah dapat mendarat di bulan bererti kita telah dapat
berkendaraan secepat cahaya.

6. Fallacy Of Denying Atecendent (Kekeliruan Karena Menolak Sebab)

Kekeliruan berfikir dalam silogisme hipotetika karena mengingkari sebab kemudian


disimpulkan bahwa akibat juga tidak terlaksana. Contohnya : Bila permintaan bertambah,
harga naik. Nah sekarang permintaan tidak bertambah, jadi harga tidak naik.

7. Fallacy ot Disjunction (Kekeliruan dalam Bentuk Disyungtif)

Kekeliruan berpikir terjadi dalam silogisme disyungtif karena mengingkari alternatif


pertama, kemudian membenarkan alternatif lain. Padahal menurut patokan, pengingkaran
alternatif pertama, bisa juga tidak terlaksananya alternatifyang lain. Contohnya : Dia lari ke
Jakarta atau ke Bandung. Ternyata tidak di Bandung, berarti dia ada di Jakarta. (Dia bisa
tidak di Bandung maupun di Jakarta)

8. Fallacy of Inconsistency (Kekeliruan Karena Tidak Konsisten)

Kekeliruan berpikir karena tidak runtutnya pernyataan yang satu dengan pernyataan
yang diakui sebelumnya.

B. Kekeliruan Informal

1. Fallacy of Hasty Generalization (Kekeliruan Karena Membuat Generalisasi yang Terburu-


buru)

Kekeliruan berpikir karena tergesa-gesamembuat generalisasi, yaitu mengambil


kesimpulan umum dari kasus individual yang terlampau sedikit, sehingga kesimpulan yang
ditarik melampaui batas lingkungannya. Contohnya : Dia orang Islam mengapa membunuh.
Kalau begitu orang Islam memang jahat.

2 Fallacy of Forced Hypothesis (Kekeliruan Karena Memaksakan Praduga)


Kekeliruan berpikir karena menetapkan kebenaran suatu dugaan. Contohnya : Seorang
pegawai datang ke kantor dengan luka goresan di pipinya. Seseorang menyatakan bahwa
isterinyalah yang melukainya dalam suatu percekcokan karena diketahuinya selama ini orang
itu kurang harmonis hubungannya dengan isterinya, padahal sebenarnya karena goresan besi
pagar.

3 Fallacy Of Begging The Guestion (Kekeliruan Karena Mengundang Permasalahan)

Kekeliruan berpikir karena mengambil konklusi dari premis yang sebenarnya harus
dibuktikan dahulu kebenarannya. Contohny : Allah itu mesti ada karena ada bumi. (Di sini
orang akan membuktikan bahwa Allah itu ada dengan dasar adanya bumi, tetapi tidak
dibuktikan bahwa bumi adalah ciptaan Allah).

4. Fallacy of Circular Argument (Kekeliruan Karena Menggunakan Argumen yang Berputar)

Kekeliruan berpikir karena menarik konklusi dari satu premis kemudian konklusi
tersebut dijadikan sebagai premis sedangkan premis semula dijadikan konklusi pada argumen
berikutnya. Comtohnya : Sarjana-sarjana lulusan perguruan tinggi Omega kurang bermutu
karena organisasinya kurang baik. Mengapa organisasi perguruan tinggi itu kurang baik?
Dijawab karena lulusan perguruan tinggi itu kurang bermutu.

5, Fallacy Of Argumentative Leap (Kekeliruan Karena Berganti Dasar)

Kekeliruan berpikir karena mengambil kesimpulan yan tidak diturunkan dari


premisnya. Jadi mengambil kesimpula melompat dari dasar semula. Contohnya : Ia kelak
menjadi mahaguru yang cerdas, sebab orang tuanya kaya.

6. Fallacy Of Appealing To Authority (Kekeliruan Karena Mendasarkan pada Otoritas)

Kekeliruan berpikir karena mendasarkan diri pada kewibawaan atau kehormatan


seseorang tetapi dipergunakan untuk permasalahan di luar otoritas ahli tersebut. Contohnya :
Pisau cukur ini sangat baik, sebab Rudi Hartono selalu menggunakannya. (Rudi Hartono
adalah seorang olah ragawan, ia tidak mempunyai otoritas untuk menilai bagusnya logam
yang dipakai untuk membuat pisau cukur).

7. Fallacy Of Appealing To Force (Kekeliruan Karena Mendasarkan Diri pada Kekuasaan)

Kekeliruan berpikir karena berargumen dengan kekuasaan yang dimiliki, seperti


menolak pendapat/argumen seseorang dengan menyatakan: Kau masih juga membantah
pendapatku. Kau baru satu tahun duduk di bangku perguruan tinggi, aku sudah lima tahun.
8. Fallacy Of Abusing (Kekeliruan Karena Mmenyerang Pribadi)

Kekeliruan berfikir karena menolak argumen yang dikemukakan seseorang dengan


menyerang pribadinay. Contohnya : Dia adalah seorang yang brutal, jangan dengarkan
pendapatnya.

9. Fallacy Of Ignorance (Kekeliruan Karena Kurang Tau)

Kekeliruan berfikir karena menganggap lawan bicara tidak bisa membuktikan


kesalahan argumentasinya, dengan sendirinya argumentasi yang dikemukakannya benar.
Contohnya : Sudah beberapa kali kau kemukakan alasanmu tetapi tidak terbukti gagasanku
salah. Inilah buktinya bahwa pendapatku benar.

10. Fallacy Of Complex Question (Kekeliruan Karena Pertanyaan yang Ruwet)

Kekeliruan berfikri karena mengajukan pertanyaan yang bersifat menjebak.


Contohnya: Jam berapa kau pulang semalam?; (yang ditanya sebenarnya tidak pergi, penanya
hendak memaksakan pengakuan bahwa yang ditanya semalam pergi)

11. Fallacy Of Oversimplification (Kekeliruan Karena Alasan Terlalu Sederhana)

kekeliruan berfikir karena aegumentasi dengan alasan yang tidak kuat atau tidak cukup
bukti. Contohnya : Kendaraan buatan Honda adalah terbaik, karena paling banyak
peminatnya.

12. Fallacy Of Accident (Kekeliruan Karena Menetapkan Sifat)

Kekeliruan berpikir karena menetapkan sifat bukan keharusan yang ada pada suatu
benda bahwa sifat itu tetap ada selamanya. Contohnya : Daging yang kita makan hari ini
adalah dibeli kemarin. Daging yang dibeli kemarin adalah daging mentah, jadi hari ini kita
makan daging mentah.

13. Fallacy Of Irrelevant Argument (Kekeliruan Karena Argumen yang Tidak Relevan)

Kekeliruan berpikir karena mengajukan argumen yang tidak ada hubungannya dengan
masalah yang menjadi pokok pembicaraan. Contohnya : Pisau silet itu berbahaya daripada
peluru, karena tangan kita seringkali teriris oleh pisau, silet dan tidak pernah oleh peluru.

14. Fallacy Of False Analogy (Kekeliruan Karena Salah Mengambil Analogi)

Kekeliruan berpikir karena menganalogikan dua permasalahan yang kelihatannya


mirip, tetapi sebenarnya berbeda secara mendasar. Contohnya : Saya heran mengapa banyak
orang takut menggunakan kapal terbang dalam bepergian karena banyaknya orang yang
tewas karena kecelakaan kapal terbang. Kalau begitu sebaiknya orang jangan tidur di tempat
tidur, karena hampir semua orang menemui ajalnya di tempat tidur.

15. Fallacy Of Appealing To Pity (Kekeliruan Karena Mengundang Belas Kasihan)

Kekeliruan berpikir karena menggunakan uraian yang sengaja menarik belas kasihan
untuk mendapatkan konklusi yang diharapkan. Uraian itu sendiri tidak salah tetapi
menggunakan urajan-uraian yang menarik belas kasihan agar kesimpulan menjadi lain, padahal
masalahnya berhubungan dengan fakta, bukan dengan perasaan inilah letak kekeliruannya.

C. Kekeliruan Karena Penggunaan Bahasa

1. Fallacy Of Composition (Kekeliruan Karena Komposisi)

Kekeliruan berpikir karena menetapkan sifat yang ada pada bagian untuk menyifati
keseluruhannya. Contohnya : Setiap kapal perang telah siap tempur, maka keseluruhan
angkatan laut negara itu sudah siap tempur. Mur ini sangat ringan, karena itu mesinnya tentu
ringan juga.

2. Fallacy Of Division (Kekeliruan dalam Pembagian)

Kekeliruan berpikir karena menetapkan sifat yang ada pada keseluruhannya, maka
demikian juga setiap bagiannya. Contohnya : Kompleks ini dibangun di atas tanah yang luas,
tentulah kamar-kamar tidurnya juga luas.

3. Fallacy Of Accent (Kekeliruan Karena Tekanan)

Kekeliruan berpikir karena kekeliruan memberikan tekanan dalam pengucapan.


Contohnya : Ibu, ayah pergi (yang hendak dimaksud adalah ibu dan ayah pembicara sedang
pergi. Seharusnya tidak ada penekanan pada ibu, sebab maknanya menjadi
pemberitahuan pada ibu bahwa ayah baru saja pergi).

4. Fallacy Of Amphiboly (Kekeliruan Karena Amfiboll)

Kekeliruan berpikir karena menggunakan susunan kalimat yang dapat ditafsirkan


berbeda-beda, seperti dalam contoh klasik berikut:

Seorang anak muda datang kepada seorang peramal apakah judi yang pertama kali ia
ikuti nanti malam akan menang atau kalah, ia mendapat jawaban: Anda akan mendapat
pengalaman yang bagus. Atas jawaban ini ia sangat puas dan menyimpulkan ia akan
menang dalam perjudian. Ternyata ia kalah. Waktu ia kembali ke tempat tukang ramal
dan menanyakan mengapa ramalannya meleset, tukang ramal itu menjawab: Saya
benar, sebab dengan kekalahan itu anda mendapat pengalaman yang bagus, bahwa judi
itu membawa penderitaan.

5. Fallacy Of Eguivocation (Kekeliruan Karena Menggunakan Kata dalam Beberapa Arti)


Kekeliruan berpikir karena menggunakan kata yang sama dengan arti lebih dari satu.
Contohnya :

Gajah adalah binatang, jadi gajah kecil adalah binatang yang kecil. (Kecil dalam 'gajah
kecil' berbeda pengertiannya dengan kecil dalam "binatang kecil"). Menunggu 1/4 jam
adalah lama, maka menggarap soal ujian 1/4 jam adalah lama.

Anda mungkin juga menyukai