Anda di halaman 1dari 25

RANGKUMAN

BUKU DASAR-DASAR LOGIKA


Penulis :
Drs. Surajiyo
Drs. Sugeng Astanto, M.Si.
Dra. Sri Andiani

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Logika

Yang Diampu oleh

Prof. Dr. Endang Komara, M.Si.

Wildan Insani Fauzi, M.Pd.

oleh

Rama Mahdar Ariansyah (19500019)

PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PASUNDAN CIMAHI

2022
KETERANGAN BUKU

Judul Dasar-dasar logika / Surajiyo, Sugeng Astanto, Sri Andiani


Judul Asli
Surajiyo
Pengarang SriAndiani
Sugeng Astanto
Penerbitan Jakarta : Bumi Aksara, 2006
Deskripsi Fisik ix, 122 hlm. : ilus. ; 23 cm.
ISBN 979-526-856-2
Subjek Logika
Catatan Bibliografi : hlm. 119 - 120
Bahasa Indonesia
Bentuk Karya Bukan fiksi
Bagian Pertama
PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP LOGIKA

BAB 1
APA ITU LOGIKA ?

A. PENGERTIAN LOGIKA
1. Sejarah Perkataan Logika

Perkataan logika berasal dari kata logike,bahasa Yunani, yang berhubungan


dengan kata benda logos,sehingga pikiran atau perkataan sebagai pernyataan berdasarkan
pikiran. Hal ini menunjukan bahwa ternyata terdapat interaksi yang
erat antara pikiran dan perkataan yang merupakan pernyataan dalam bahasa.

Nama logika pertama kali ada dalam filsuf Cicero (abad ke-1 Sebelum Masehi), namun
dalam arti seni berdebat. Alexander Aphrodisasi (kurang lebih pada permulaan abad ke-
tiga Sesudah Masehi) merupakan orang pertama yang mempergunakan istilah logika pada
arti ilmu yang mempelajari lurus tidaknya pemikiran kita.
(K.Bertens,1975,hml.137-138).

2. Beberapa Batasan Logika dari Para Filsuf dan Ilmuan antara lain:

1. Habullah Bakry
Logika adalah ilmu pengetahuan yang mengatur tentang penelitian hokum-hukum akal
manusia sehingga menyebabkan pikirannya dapat mencapai kebenaran. Logika juga
mempelajari aturan-aturan dan cara berfikir yang dapat menyampaikan manusia
kepada kebenaran dan logika mempelajari pekerjaan akal dipandang dari aspek benar
atau salah.
2. N. Drijakara
Logika adalah ilmu pengetahuan yang memandang hukum-hukum susuna atau bentuk
pikiran manusia yang menyebabkan pikiran dapat mencapai kebenaran.
3. Fudyartanta
Logika adalah ilmu yang mempelajari secara mendalam tentang kebenaran berfikir.
Dengan kata lain, logika adalah ilmu radikal tentang berfikir yang benar,supaya
hasilnya benar.
4. Nuril Huda
Logika adalah ilmu yang mempelajari dan merumuskan kaidah-kaidah dan hukum-
hukum sebagai pegangan untuk berfikir tepat dan praktis bagi mencapai kesimpulan
yang valid dan pemecahan persoalan yang bijaksana.
5. Poedjawijatna
Logika adalah filsafat budi (manusia) yang mempelajari tekhnik berfikir untuk
mengetahui bagaimana manusia berfikir dengan semestinya.
6. A.B Hutabarat dalam bukunya Logika (1967),yang merupakan terjemahan bebas dari
karya A. Vloemans dan Regis Jolivet
Logika adalah ilmu berfikir yang tepat,dan sekedar dapat menunjukkan adanya
kekliruan di dalam rantai proses pemikiran sehingga kekeliruan itu dapat
dielakkan,maka hakikat dari logika dapa pula disebut tekhnik berfikir. Sebagai ilmu
berfikir yang tepat maka tujuannya adalah untuk memperjelas isi atau komprehensi
serta luasnya atau ekstensi dari suatu pengertian atau istilah dengan mempergunakan
definisi-definisi yang tajam.

B. OBJEK LOGIKA

Objek logika merupakan suatu bahan dari penelitian atau pembentukanpengetahuan. Yang
dibedakan sebagai 2 objek,yaitu :

1. Objek material,yaitu suatu bahan yang menjadi tinjauan penelitian atau pembentukan
pengetahuan itu. Atau merupakan suatu halyang diselidiki,dicermati atau disoroti suatu disiplin
ilmu. Objekmaterial meliputi apa saja,baik nyata ataupun hal yang abstrak.

2. Objek formal,yaitu sudut pandang yang ditunjukan dalam bahan dari penelitian atau
pembentukan pengetahuan atau dari sudut mana objek material itu disorot.

C. SEJARAH LOGIKA

Awal lahirnya logika tidak bisa dilepaskan dari upaya para Yunani. mereka berusaha
menganalisis kaidah-kaidah berfikir dan menghindari terjadinya kesalahan dalam
menciptakan kesimpulan. Ahli piker yang mempelopori perkembangan logika semenjak
lahirnya Aristoteles (248-322 SM). Perkembangan logika setelah masa Aristoteles
dilanjutkan oleh para muridnya, antara lain Theoprastus dan Porphyrius.
Theoprastus merupakan pemimpin genre peripatetic (warisan gurunya) yang sudah
menyumbangkan pemikiran mengenai pengertian yang mungkin (yaitu pengertian yang
tidak mendukung pertentangan dalam dirinya) dan sifat asasi berdasarkan setiap
kesimpulan ( wajib mengikuti unsur terlemah dalam pangkal pikir). Phorphyrius adalah
seorang ahli piker dari Iskandariah yang amat terkenal dalam bidang logika. Yang telah
menambahkan satu bagian baru dalam pelajaran baru dalam logika,yang dinamakan
eisagoge.

Perkembangan logika juga mengalami kendala.Pada tahun 325 M,dimana Kaisar


Konstantin yang bertakhta, telah berlangsung sidang gereja pertama pada dunia, yaitu
Nicae yang dihadiri para Bishop dan Patriach. Salah satu keputusan yang diambil adalah
untuk membatasi pelajaran logika hingga perihermenias,sedangkan bagian-bagian lain
dilarang.

1. Perkembangan Logika dalam Zaman Islam

Dalam upaya mengembangkan akal, tampak dari upaya beberapa filsuf Islam yang aktif
menyalin buku-buku karya Aristoteles kedalam bahasa Arab. Memasukiabad ke-14, banyak
reaksi yang timbul terhadap pelajaran mengenai logika. Merekadilihat terlalu memuja akal
fikiran dalam mencari kebenaran sebagai akibatnya banyak tuduhan ekstrem kepada pemuja
akal ini. Perkembangan akal semakin redup dengan jatuhnya Andalusia pada pertengahan
Abad ke-20 hanya beberapa karya logika yang lahir,diantaraya karya Ibnu Khaldun, Al-
Duwani dan Al-Akhdhari.

2. Perkembangan Logika Di Barat

Petrus ALbertus (1079-1142 M) merupakan pakar piker yang mencoba menghidupkan


kembali pelajaran logika diperguruan tinggi. Sejarah logika pertama disusun oleh
Aristoteles,menjadi sebuah ilmu mengenai aturan berfikir guna memelihara jalan pikiran
dari setiap kekeliruan.

D. GUNA DAN MANFAAT LOGIKA

Kegunaan akal :
1. Membantu setiap orang yang mempelajari logika untuk berfikir
secararasional,kritis,lurus,tepat,tertib,metodis,dan koheren.
2. Meningkatkan kemampuan berfikirsecara abstrak,cermat,dan objektif
3. Menambah kecerdasan danmeningkatkan kemampuan berfikir secara tajam dan
mandiri.
4. Meningkatkan cinta akan kebenaran, menghindari kekeliruan dan kesesatan. (Jan
Hendrik Rapar,1996).

Manfaat logika :

1. Teoritis, yaitu logika sebagai ilmu banyak menampilkan dalil-dalil, tentang aturan
berfikir logis,dengan demikian logikamengajarkan mengenai berfikir yang seharusnya.
2. Praktis, yaitu logika semakin tajamdan tinggi kemampuannya (kritis) dalam hal
khayalan logis (kemampuan dalammenggambarkan sesuatu yang akan terjadi).

E. HUBUNGAN LOGIKA DENGAN PSIKOLOGI,BAHASA DAN METAFISIKA


1. Logika dan Paikologi
Dalam psikologi membicarakan perkembangan pikiran mengenai pengalaman melalui
proses subjektif di dalam jiwa. Logika sebagai cabang filsafat yang bertujuan
membimbing akal untuk berfikir (bagaiaman seharusnya).
2. Logika dan Bahasa
Bahasa merupakan alat buat mengungkapkan isi hati atau pikiran seseorang sehingga
dengan menggunakan bahasa, orang lainbisa mengerti mengenai isi hati atau pikiran
yang ingin disampaikan. Ilmu bahasamenyajikan kaidah penyusunan bahasa yang baik
dan benar, serta logika menyajikan tata cara dan kaidah berfikir secara lurus dan benar.
3. Logika dan Metafisika
Metafisika merupakan cabang fisafat yang mempelajarihakikat realitas. Dengan
demikian bagi logika,metafisika adalah kritikterhadap dalil-dalil dan hukum-
hukumnya.

F. PEMBAGIA LOGIKA
Pembagian logika,yaitu :
1. Logika Makna luas dan Logika Makna Sempit
2. Logika Deduktif dan Logika Induktif
3. Logika Formal dan Logika Material
4. Logika Murni dan Logika Terapan
5. Logika Filsafati dan Logika Matematik.

BAB 2
UNSUR-UNSUR PENALARAN

A. PENGERTIAN DAN TERM

Pengertian disebut juga seabgai konsep atau ide. Konsep merupakan sebuah kata yang berasal
daribahasa Latih conceptus (kata benda masculinum) yang dibuat berdasarkankata conceptum
yang berasal dari kata kerja concipio yang berartimengambil kedalam dirinya,
menerima,mengisap,menampung,menyerap,atau menangkap.Conceptus berarti
cerapan,bayangan pada pikiran,pengertian dantangkapan. Dalam akal pengertian diartikan
menjadi logika manusiamengena suatu objek. Term merupakan pernyataan lahiriah dari
pengertian.

1. Komprehensi (Komotasi) dan Eksistensi (Denotasi)

Komprehensi dapat disamakan dengan isi. Eksistensi disamakan dengan kuluasan atau
cakupan. Setiap pengertian memiliki isi dan cakupan. Komprehensi dirumuskan
keseluruhanarti yang dimaksudkan oleh suatu term. Sedangkan keberadaan merupakan
keseluruhanhal yang ditunjuk oleh term.

B. PEMBAGIAN DAN PENGGOLONGAN

1. Pembagian

Pembagian dalam logika diartikan memecah belah atau menceraikan secara jelas ke bagia-
bagian dari sesuatu holistik. Keseluruhan dibedakan menjadi holistik logis (sebagaipredikat
masing-masing bagiannya) dan holistik realis (holistik yangtidak bisa dijadikan predikat
masing-masing bagiannya).

a. Macam-macam pembagian

1. Pembagian logis

a). pembagian universal(term generik dibagi kedalamterm khusus).


b). pembagian dikotomi (2 golongan yang salingterpisah).

2. Pembagian Realis

1. Pembagian esensial(pememecahbelahan sesuatu hal ke bagian-bagian dasar yang


menyusunnya)

2. Pembagian aksidental(pemecahbelahan sesuatu hal menurut sifat-siafat yang menyertai


perwujudannya).

b. Hukum-Hukum Pembagian

1. Pembagian wajib berjalan menurut sebuah asas tunggal

2. Pembagian wajib lengkap dan tuntas

3. Pembagian wajib kentara terpisah bagian-bagiannya.

2. Penggolongan

Penggolongan yakni, barang-barang,kejadian,fakta,atau proses alam kodrat individu yang


beraneka coraknya, menuju kearah keseluruhan yang sistematis dan bersifat generikhingga
tercapainya genus yang tertinggi.

a. Macam – Macam Penggolongan

1. Penggolongan kodrati ditentukanoleh kodrat,sifat dan atribut yang bisa ditemukan


berdasarkan bahan-bahan yang tengahdiselidiki.

2. Penggolongan protesis ditentukan oleh sesuatu maksud yang mudah berdasarkan


seseorang.

3. Penggolongan diagnostik merupakan gabungan yang tidak sepenuhnya kodrati dan juga
tidak sepenuhnya buatan.

b. Hukum Penggolongan

1. Penggolongan wajib hanya terdapat satuasas tertentu


2. Penggolongan wajib hingga tuntasdan kentara

3. Unsur-unsur menjadi bagian buatmenyusun konsep universal wajib kentara terpisah satu
menggunakan yang lain.

c. Manfaat penggolongan/klasifikasi

1. Membantu pikiran buat melihatsekilas kenyataan pengelompokan yang kiranya


mempunyai poly variasi.

2. Memungkinkan pikiran kita buattahu benang merah yang masih ada pada interaksi antara
objek yang satumenggunakan objek lainnya.

3. Membantu kita buat tahubenda atau objek.

C. DEFINISI

Definisidiartikan sebagai penjelasan apa yang dimaksudkan dengan suatu term,atau dengan
kata lain definisi merupakan sebuah pernyataan yang memuat penjelasanmengenai arti suatu
term.

1. Macam-Macam Definisi

a. Definisi Nominalis menjelaskansebuah kata dengan kata lain yang lebih generik
dimengerti. 6 macam definisinominalis,yaitu :

1) Definisi sinonim

2) Definisi simbolis

3) Definisi etimologis

4) Definisi semantic

5) Definisi stipulatif

6) Definisi denotative

b. Definisi Realis
Definisi Realis merupakan penjelasan mengenai hal yangditandai oleh suatu term. Terbagi atas
dua macam :

1) Definisi Esensial,yaknipenjelasan menggunakan cara menguraikan bagian-bagian yang


menyusun suatu hal. Dibedakansebagai :

a. Definisi analitis

b. Definisi konotatif

2) Definisi deskriptif,yaknipenjelasan menggunakan cara memperlihatkan sifat-sifat yang


dimiliki oleh sesuatu yangdidefinisikan. Dibedakan antara :

a. Definisi aksidental

b. Definisi kausal

c. Definisi Praktis

Definisi praktis merupakanpenjelasan mengenai sesuatu dicermati berdasarkan segi


penggunaan dan tujuannya yangsederhana. Dibagi sebagai tiga macam :

1. Definisi opersional

2. Definisi persuasif

3. Definisi fungsional

2. Syarat-Syarat Definisi

1. Sebuah definisi wajib menyatakankarakteristik-karakteristik hakiki berdasarkan apa yang


didefinisikan.

2. Sebuah definisi wajib merupakansuatu kesetaraan arti menggunakan hal yang


didefinisikan.

3. Sebuah definisi wajib menghindarkanpernyataan yang memuat term yang didefinisikan.

4. Sebuah definisi sedapat mungkinwajib dinyatakan pada bentuk rumusan yang positif.
5. Sebuah definisi wajib dinyatakansecara singkat dan kentara terlepas berdasarkan rumusan
yang kabur atau bahasa kiasan.

D. DASAR-DASAR PENALARAN

1. Logika dan Bahasa

Logika atau berfikir sebagai proses bekerjanya akal merupakan karakteristik hakiki dari
manusia. Hal ini tidak bisa

diketahui oleh manusia bila tidak diungkapkan dalam bentuk bahasa. Bahasa disini merupakan
pernyataan pikiran atau perasaan sebagai alat komunikasi manusia.

a. Fungsi Bahasa

1. Fungsi ekspresif atau emotif tampak dalam pencurahan rasa takut dan takjub yang
dilakukan dalampemujaan-pemujaan,demikian juga pencurahan seni suara maupun seni sastra.

2. Fungsi efektif atau praktis tampak jelas untuk menyebabkan dampak psikologis terhadap
orang lain dan sebagai akibatnya memengaruhi tindakan mereka terhadap aktivitas atau
perilaku tertentu yang diinginkan.

3. Fungsi simbolis dicermati pada arti luas,mencakup fungsi logis dan komunikatif, lantaran
arti dinyatakan dalam simbol-simbol bukan untuk menyatakan fakta saja, namun juga untuk
menyampaikan sesuatu kepada orang lain.

b. Bahasa pada Logika

Pemikiranmanusia bisa diungkapkan dalam bentuk bahasa,meskipun tidak seluruh yang


dipikirkan manusia bisa diungkapkan dengan tuntas. Kalimat fakta ataudeklaratif dalam logika
dinamakan pernyataan. Penilaian sahih atau salah dalamlogika didasarkan atas pertimbangan
akal. Pernyataan dalam logika di tinjauberdasarkan bentuk interaksi makna yang dikandungnya
maka pernyataan disamakan dengan proposisi walaupun terdapat sedikit perbedaan tetapi pada
umumnya sama. Proposisipernyataan menurut bentuk isinya dibedakan menjadi 3 macam,
yaitu proposisitunggal,proposisi kateagoris,dan proposisi majemuk.

2. Prinsip – Prinsip Penalaran


a. Prinsip identitas

b. Prinsip kontradiksi

c. Prinsip eksklusi tertii

d. Prinsip relatif alasan

Bagian Kedua
PENALARAN PROPOSISI KATEGORIS

BAB 3
PENALARAN LANGSUNG DAN PROPOSISI KATEGORIS

Penalaran adalah suatu proses penarikan kesimpulan dari satu atau lebih proposisi.
Penalaran terdiri atas penalaran langsung dan tidak langsung.

A.PENGERTIAN PROPOSISI KATEGORIS

Proposisi kategoris merupakan suatu pernyataan yang terdiri atas hubungan 2 term menjadi
subjek dan predikat dan bisa dinilai benar atau salah.

Unsur- unsur pada proposisi kategoris menjadi berikut :

1.Term sebagai subjek, hal yang diterangkan (S)

2.Term sebagai predikat,hal yang menerangkan (P)

3.Kopula, hal yang mengunkapkan adanya hubungan antara subjek dan predikat,bisa
mengiyakan atau mengingkari ,yang memperlihatkan kualitas pernyataan.

4.Kuantor, pembilang yang memperlihatkan lingkungan yang dimaksudkan oleh subjek,


Dalam proposisi kategoris, jenis proposisi kategoris kuantitas dan kualitas kemudian
digabungkan. Dan membentuk 4 proposisi katergoris, yaitu :

1.Proposisi Universal Afirmatif


2.Proposisi Universal Negatif

3.Proposisi Partikular Afirmatif

4.Proposisi Partikular Negatif

B. PENALARAN PROPOSISI KATEGORIS

1.Penalaran Perlawanan/Oposisi

Penalaran Perlawanan atau Oposisi merupakan sebuah aktivitas menyimpulkan secara


langsung dengan membandingkan antara proposisi yang satu menggunakan proposisi yang lain
pada term yang sama,namun bisa
berbeda kuantitas ataupun kualitasnya untuk menentukan kesahihan sebuah
proposisi. Penalaran oposisi terdapat 4 macam, yakni Kontraris,Kontradiksi,Subkontraris,dan
Subalternasi.

Hukum Penalaran Oposisi

1.Perlawanan kontradiksi (A-O dan I-E)

*bila satu benar,maka yang lain tentu salah

*bila yang salah satu,yang lain tentu benar

*tidak terdapat kemungkinan ketiga

2.Perlawanan Kontrasisi (A-E)

*bila yang satu benar,yang lain tentu salah

*bila yang satu salah, yang lain bisa benar,namun pula bisa salah.

*terdapat kemungkinan ketiga, yakni kedeuanya sama-sama salah.

3.Perlawanan Subkontraris (I-O)

*tidak mungkin kedua-duanya salah


*bisa juga kedua-duanya benar.

4.Perlawana Subalternasi (A-I dan E-O)

*bila A benar maka I pun benar

*bila I benar, belum tentu A benar

*bila E benar, O pun benar

*bila O benar, belum tentu E benar

2.Penalarn Eduksi

Penalaran eduksi adalah bentuk penalaran langsungdari suatu proposisi ke proposisi lain
dengan pengolahan term yang sama. Edukasi bisa dibagi menjadi 3, yaitu konversi,inversi,dan
kontraposisi. apabila dianalisis subjek dan predikat,terdapat 7 proposisi kategoris menjadi
berikut :

1.Proposisi Universal Afirmatif Ekuivalen

2.Proposisi Universal Afirmatif Implikasi

3.Proposisi Universal Negatif Eksklusif

4.Proposisi Partikular Afirmatif Inklisif

5.Proposisi Partikular

6.Proposisi Partikular negative Inklusif

7.Proposisi Partikular Negarif Implikasi

Penalaran Eduksi terbagia atas 3 ,yakni :

1.Konversi merupakan jenis penyimpulanlangsung menggunakan cara menukar kedudukan


subjek dan predikat tanpa mengubah makna.
2.Inversiadalah jenis penyimpulanlangsung menggunakan cara menegasikan (mengingkari)
subjek dan predikat terdapat proposisi.

3.Kontraposisi merupakan jenis penyimpulan langsung menggunakan cara menukar


kedudukan subjek dan predikat dan menegasikannya.

BAB 4
PENALARAN TIDAK LANGSUNG PROPOSISI KATEGORIS

Penalaran tidak langsung adalah penalaran yang didasarkan atas dua proposisi atau
lebih sebagai premis kemudian disimpulkan. Penalaran tidak langsung ada tiga,yakni
induksi,deduksi,dan penyimpulan kausal.

A.INDUKSI

Aristoteles mendefinisikan induksi,yaitu proses peningkatan berdasarkan hal-hal yang bersifat


individu kepada yang bersifat universal. Di sini premisnya berupa proposisi-proposisi
singular,sedangkan kesimpulannya sebuah proposisi universal

yang berlaku secara generik. Maka induksi dalam bentukan ini disebut generalisasi.

*Ciri-ciri Induksi,yaitu :

1.Premis-premis dari induksi merupakan proposisi empiris yang langsung kembali kepada
suatu observasi indra atau proposisi dasar. Proposisi dasar menunjuk pada fakta.

2.Kesimpulan penalaran induksi itu lebih luas daripada yang dinyatakan di dalam premis-
premisnya.

3.Kesimpulan induksi itu memiliki kredibilitas rasional. Kredibilitas rasional disebut


probabilitas.

❖ Syarat-Syarat Generalisasi

Penalaran yang menyimpulkan suatu konklusi bersifat generik dan premis-premis yang berupa
proposisi empiris itu disebut generalisasi.
Generalisasi menurut Soekadijo (1994) harus memenuhi 3 syarat antara lain :

1.Generalisasi harus tidak terbatas secara numeric

2.Generalisasi harus tidak terbatas secara spasio-temporal,artinya tidak boleh terbatas dalam
ruang dan waktu.

3.Generalisasi harus dapat dijadikan dasar pengandaian.

*Bentuk Generalisasi Induksi

Dalam induksi, tidak ada konklusi yang memiliki nilai kebenaran yang pasti. Yang
ada hanya konklusi dengan probabilitas terendah atau tinggi.

Soekadijo (1994) berpendapat factor-faktor probabilitas yaitu :

1.Makin besar jumlah fakta yang dijadikan dasar penalaran induksi,makin tinggi probabilitas
kesimpulannya dan sebaliknya.

2.Makin besar jumlah faktor analogi di dalam premis, makin rendah probabilitas
kesimpulannya dan sebaliknya.

3.Makin besar jumlah faktor disana loginya pada pada premis, makin tinggi probabilitas
kesimpulannya dan sebaliknya.

4.Semakin luas kesimpulannya semakin rendah probabilitasnya dan sebaliknya.

B.DEDUKSI

Deduksi merupakan merogoh suatu konklusi yang hakikatnya telah tercakup di dalam suatu
proposisi atau lebih. Dalam deduktif, output bisnis itu berupa ketentuan mengenai konklusi
yang shahih, yaitu bentuk konklusi, yang kalau premisnya benar,
kesimpulannya tentu pula benar.
C.PENYIMPULAN KAUSAL

Penyimpulan kausal banyak digunakan, baik dalam perenungan filsafati maupun dalam
penelitian ilmiah, yaitu penarikan kesinpulan yang didasarkan atas hubungan
sebab akibat. Metode kausal dibedakan menjadi lima macam, yaitu :

1.Metode persesuaian disebut juga metode persamaan

2.Metode perbedaan

3.Metode gabungan antara persesuaian dan perbedaan

4.Metode sisa

5.Metode perubahan seiring

BAB 5
SILOGISME KATEGORIS

A. PENGERTIAN SILOGISME KATEGORIS

Silogisme merupakan proses menggabungkan tiga proposisi, dua menjadi dasar penyimpulan,
satu menjadi konklusi. Silogisme kategoris berarti argument yang terdiri atas tiga proposisi
kategoris yang saling berkaitan, 2 sebagai dasar penyimpulan(premis), satu sebagai konklusi
yang ditarik (konklusi). Seluruh argument mengandung 3 proposisi, yakni:

1. Pengertian yang sebagai subjek (S) konklusi dianggap term minor.

2. Pengertian yang sebagai predikat (P) konklusi dianggap term mayor.

3. Pengertian yang tidak terdapatdalam konklusi, namun masih ada pada kedua premis
disebut term antara/pembanding (M).
B. BENTUK DAN MODUS SILOGISME

Silogisme dibedakan menjadi 4 pola,yakni :

1. Silogisme Sub-Pre

2. Silogisme Bis-Pre

3. Silogisme Bis-Sub

4. Silogisme Pre-Sub

C. BENTUK SILOGISME YANG BENAR

Susunan silogisme terdapat 64, tentu saja tidak semuanya benar. Beberapa susunan silogisme
yang benar itu diberi nama dengan menggunakan ketiga huruf yang melambangkan bentuk
proposisi mayor,minor, dan konklusi. Berikut ini susunan silogisme yang benar dengan nama-
namanya :

1. Bentuk Silogisme Sub-Pre :

a. Premis minor wajib afirmatif;

b. Premis mayor wajib universal.

2. Bentuk silogisme Bis-Pre

a. Salah satu premis wajib negative

b. Premis mayor wajib universal

3. Bentuk silogisme Bis-Sub

a. Premis minor wajib afirmatif

b. Kesimpulan wajib particular

4. Bentuk silogisme Pre-Sub


a. apabila premis mayor afirmatif, premis minor wajib universal

b. apabila premis minor afirmatif,konklusi wajib particular

c. apabila keliru satu premis negative, premis mayor wajib universal.

D. HUKUM DASAR PENYIMPULAN SILOGISME KATEGORIS

Untukmenentukan ketepatan dan kepastian konklusi,wajib mengikuti aturan-aturantertentu


yang langsung berbentuk rumusan silogisme berkesimpulan tepat danpasti. Aturan itu disebut
aturan dasar penyimpulan yang ada menurut hakikat silogisme itu. Aturan itu antara lain :

1. Dua hal yang sama,jika yang satu diketahui sama dengan hal ketiga,yang lain pun pasti sama.
2. Dua hal yang sama,jika sebagian yang satu termasuk pada hal ke 3, sebagian yang lain pun
termasukdi dalamnya.
3. Antara 2 hal,jika yang satu sama dan yang lain berbeda dengan hal ke 3,2 hal itu berbeda.
4. Jika sesuatu hal diakuisebagai sifat yang sama dengan keseluruhan maka diakui juga sebagai
sifat oleh bagian-bagian keseluruhan itu.
5. Jika sesuatu hal diakui sebagai sifat yang sama dengan bagian dari suatu keseluruhan maka
diakui juga sebagai bagian keseluruhan itu.
6. Jika sesuatu hal diakui sebagai sifat yang mencakup keseluruhan maka mencakup juga bagian-
bagian pada keseluruhan itu.
7. Jika sesuatu hal tidak diakui oleh keseluruhan maka tidak diakui juga oleh bagian-bagian pada
keseluruhan itu.

E. METODE PRAKTIS PENYIMPULAN SILOGISME KATERGORIS

1. Proposisi Universal Afirmatif Equivalent

2. Proposisi Universal Afirmatif Implikasi

3. Proposisi Universal Negatif

4. Proposisi Partikular Afirmatif Inklusif

5. Proposisi Partikular Afirmatif Implikasi


Proposisi particular negative inklusif dan proposisi particular negative implikasi, jikadibentuk
dalam diagram himpunan,bentuknya sama dengan proposisi particularafirmatif inklusif dan
implikasi. Oleh karena itu, praktisnya terdapat limaproposisi yang diolah dalam silogisme.

F. KAIDAH-KAIDAH DALAM SILOGISME KATEGORIS

Terdapat 8 kaidah yang berlaku dalam penyusunan silogisme kategoris. Masing- masing
4menyangkut term dan 4 menyangkut proposisi. Kaidah-kaidah tadi sebagaiberikut :

8. Term
a. Silogisme tidak boleh mengandung kurang atau lebih dari 3 term (minor,mayor,menengah).
b. Term antara (pembanding) tidak boleh masuk kedalam konklusi
c. Term subjek dan predikat dalam konklusi tidak boleh lebih luas menurut term premis
d. Term antara (pembanding) harussekurang-kurangnya satu kali muncul sebagai term atau
pengertian universal.

2. Proposisi

a. Jika ke 2 premis positif maka kesimpulannya harus positif

b. Kedua premis tidak boleh negative. Premis yang keduanya negative tidak bisa melahirkan
konklusi.

c. Kedua premis tidak boleh particular,setidak-tidaknya salah satu harus universal

d. Kesimpulan harus mengikuti premis yang paling lemah.

G. SILOGISME TIDAK BERATURAN

1. Entimema

Entimema merupakan suatu bentuk silogisme yang hanya mengungkapkan premis atau
konklusi saja atau keduanya namun terdapat satu premis yang tidak dinyatakan.

2. Epikheirema
Epikheirema merupakan suatu bentuk silogisme yang salah satu atau ke 2 premisnya disertai
dangan alasan. Premis yang disertai dengan alasan itu sebenarnya adalah konklusi dari
silogisme tersendiri.

3. Sorites

Sorite merupakan suatu bentuk silogisme yang premisnya berkait-kaitan lebih berdasarkan dua
proposisi,sehingga kesimpulannya berbentuk hubunganantara salah satu term proposisi
pertama dengan salah satu term proposisiterakhir yang keduamya buka term pembanding.

4. Polisilogisme

Polisilogisme merupakan suatu bentuk penyimpulan berupa berkaitan silogisme,sehingga


kesimpulan silogisme sebelumnya selalu menjadi premis dalam silogisme berikutnya

Bagian Ketiga
SISTEM NILAI KEBENARAN

BAB 6
PENGOLAHAN PROPOSISI MAJEMUK

A. PENGERTIAN PROPOSISI MAJEMUK DAN TABEL KEBENARANNYA

Proposisimajemuk merupakan pernyataan yang terdiri atas 2 bagian yang bisa dinilai benar
atau salah. Proposisi majemuk bisa dibedakan menjadi tiga,yaitu propsisi
hipotesisi,proposisi disjungtif,dan proposisi konjungtif.

1.Proposisi Hipotesis

Proposisi hipotesis merupakan pernyataan yang tersdiri atas 2 bagian, yang hubungan kedua
bagian itu merupakan ketergantungan yang satu sebagai entesenden (premis) dan yang satu
sebagai konsekuaen (kesimpulan). Proposisi hipotesis terbagi atas 2 :

a.Proposisi Hipotesisi Kondisional (ditandai dengan “jika…maka…”)

b.Proposisi Hipotesis Bikondisional (ditandai dengan “jika dan hanya jika…maka…”)


2.Proposisi Disjungtif

Proposisi ini ditandai dengan “atau”. Proposisi dibagi menjadi tiga macam,yaitu :

a.Disjungsi Eksklusif (ditandai dengan “atau”)

b.Disjungdi Inklunsif (ditandaidengan ‘dan atau’ salah satu keduanya bisa benar,tidak bisa
keduanya salah.

c.Disjungsi Alterntif menegaskan bahwa 2 predikat dihubungkan dengan subjek yang sama.
Yang ditandai dengan “…dan…”.

3.Proposisi Konjungtif

Proposisi beragam yang menegaskan bahwa 2 predikat dihubungkan dengan subjek yang sama.
Proposisi ini ditandai menggunakan “…dan…”.

BAB 7
SILOGISME MAJEMUK DAN DILEMA

A. PENGERTIAN SILOGISME MAJEMUK

Silogisme umumnya merupakan suatu bentuk penyimpulan dari hubungan 2


pernyataan yang melahirkan pernyataan lain sebagai kesimpulannya. Silogisme
majemuk bisa didefinisikan suatu bentuk penyimpulan dari hubungan 2
pernyataan,yang salah antara lain adalah pernyataan atas hubungan 2 bagian
sebagai premis mayor yang bisa mewujudkan pernyataan lain sebagai kesimpulannya.

B. BENTUK SILOGIS MAJEMUK

1.Modus Ponendo Ponen (MPP)

2.Modus Tolendo Tolen

3.Modus Tolendo Ponen


4.Modus Ponendo Tolen

C. MACAM-MACAM SILOGISME MAJEMUK

1.Silogisme Hipotesis Disjungtif Inklusif

2.Silogisme Hipotesis Disjungtif Eksekutif

3.Silogisme Hipotesis Konjungtif

4.Silogisme Hipotesis Kondisional

5.Silogisme Hipotesis Bikondisional

D. DILEMA

Dilema merupakan suatu silogisme yang terdiri atas 2 pilihan serba galat . Macam-macam
dilema : Dilema Konstruktif dan Dilema Destruktif.

*Hukum-hukum Dilema antara lain :

a)Premis yang berupa disjungsi harus sempurna

b)Bagian-bagian disjungsi yang disebutkan harus bertentangan secara eksplisit satu dengan
yang lain.

c)Konsekuensi yang dihasilkan dari masing-masing bagian disjungsi harus bersifat sah.

d)Kesimpulan yang diturunkan dari premis-premis sebuah dilema harus satu-satunya


kesimpulan.

BAB 8
KESESATAN FORMAL DAN BAHASA

A. PENGERTIAN SESAT PIKIR

Sesat pikir merupakan proses penalaran atau argumentasi yang sebenarnya tidaklogis,salah
arah,dan menyesatkan,suatu gejala berfikir yang salah disebabkanadanya pemaksaan prinsip-
prinsip akal tanpa memperhatikan relevansinya.(Sumaryono,1999).
*Sesat pikir dapat terjadi dalam :

a) Definisi

b) Penggolongan

c) Perlawanan

d) Dalam mengelolah proposisi majemuk

B. SUMBER-SUMBER KESESATAN

Dalamlogika deduktif, kita dengan gampang memperoleh kesesatan karena adanya kata-kata
yang dianggap homonym,yaitu istilah yang mempunyai banyak arti yang dalam logika
umumnya disebut kesalahan sematik atau bahasa. Selain itu, bisa pula lantaran prasangka
pribadi,pengamatan yang tidak lengkap atau kurang teliti,kesalahanklasifikasi atau
penggolongan tidak lengkap atau tumpang-tindih maupun masihcampur aduk.

C. KESESATAN BERSIFAT SEMATIK/BAHASA

1. Kesesatan lantaran Aksen atau Tekanan

2. Kesesatan Lantaran Term Ekuivok

3. Kesesatan lantaran Arti kiasan (Metafora)

4. Kesesatan lantaran Amfiboli

BAB 9
KESESATAN RELEVANSI

A. JENIS KESESATAN RELEVANSI


a. Argumentum Ad Hominem
b. Argumentum Ad Verecundiam atau Argumentum Auctoritatis
c. Argumentum Ad Baculum
d. Argumentum Ad Misericordiam
e. Argumentum Ad Populum
f. Kesesatan Non Causa Pro Causa
g. Ignoratio Elenchi
h. Argumentum Ad Ignoratiam
i. Kesesatan Aksidensi
j. Kesesatan karena komposisi dan Divisi

B. STRATEGI MENGHINDARI SESAT PIKIR

1. Jeli dan cermat terhadap berbagai kesalahan dalam menalar, juga supaya kita sanggup
mengidentifikasi dan menganalisis kesalahan tersebut sehingga mungkin kita selamat dari
penalaran palsu.
2. Penelitian terhadap peranan bahasa dan penggunaaannya
3. Mengupayakan agar setiap kata atau kalimat mempunyai makna yang tegas dan jelas.

Anda mungkin juga menyukai