Anda di halaman 1dari 11

FILSAFAT SEJARAH MURTADHA MUTHAHHARI

ALDI SAPUTRA

NIM : 23201022010

Pendahuluan

A. Latar Belakang

Salah seorang tokoh yang mampu memformulasikan konsep Al-Qur’an dalam


paradigma yang jelas terutama berkaitan dengan filsafat sejarah adalah Murtadha
Muthahhari. Dia adalah ulama intelektual abad ke-20 yang dijadikan sebagai salah
seorang model sarjana Islam yang telah memenuhi tiga syarat yang banyak
diimpikan, tetapi jarang bertemu dalam satu pribadi, yaitu akar yang kokoh pada studi
Islam tradisional, penguasaan memadai atas ilmu-ilmu non-agama, dan sebagai
penulis prolifik yang memiliki karya-karya nyata di bidang sosial.

Hadirnya Murtadha Mutahhari dalam dunia pemikiran Islam merupakan sebuah


langkah positif dalam memperkaya khasanah pemikiran, terutama konsep tentang
masyarakat dan sejarah. Munculnya pemikiran Murtadha Mutahhari tentang
masyarakat dan sejarah didasarkan pada adanya teori masyarakat dan sejarah yang
diformulasikan dalam bentuk matrealisme sejarah yang dalam alur pemikirannya
tidak sesuai dengan logika Islam.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana biografi Murtadha Muthahhari?
2. Bagaimana pemikiran sejarah Murtadha Muthahhari?
3. Apa kritik Murtadha Muthahhari terhadap materialisme sejarah?
4.
Pembahasan

A. Biografi Murtado Muthahhari

‘Allama Ayatullah Murtadho Muthahhari lahir pada 2 Februari 1919 M, di desa


Fariman, 60 kilometer dari pusat belajar dan ziarah Syi’ah, yaitu Mashad, Khurassan,
Iran Timur. Ayahnya bernama Muhammad Husein Muthahhari, seorang ulama Syi’ah
terkemuka. Dengan demikian, Murtadho dibesarkan di tengah praktek ajaran Syi’ah,
khususnya Syi’ah Imamiyah yang fanatik. Sosio-pemikiran seperti itu pulalah yang
menghantarkan Murtadho menjadi dewasa, dan menjadi penganut Syi’ah Imamiyah
yang konsisten di kemudian hari.1 Selain belajar ilmu dasar Islam seperti teologi
kepada ayahnya, Muthahhari juga belajar di Madrasah Fariman, sebuah madrasah
tradisional yang mengajarkan membaca, menulis, juz‘ammah, dan sastra Arab.
Pendidikan dasarnya ini berlangsung hingga ia berusia sekitar dua belas tahun.

Kemudian, 12 tahun berikutnya ia tiba di Qum, kota yang menjadi pusat


intlektual dan spiritual Syi’ah di Iran. Selama di Qum, guru utamanya adalah
pemimpin spiritual dan revolusioner Iran modern, yaitu Imam Khomeini. Ketika tiba
di Qum, Imam Khomaeni masih termasuk seorang pengajar muda yang sangat
berbakat dan menonjol prestasinya, baik karena kedalaman dan keluasaan wawasan
keilmuannya, maupun karena kemampuannya dalam menyampaikan perkuliahan,
yang mampu menggugah mahasiswanya. Ada pendapat lain yang mengatakan 16
tahun setelah menyelesaikan studi di desa kelahirannya, Muthahhari melanjutkan
studi ke Sekolah Tinggi Teologi di Ghom pada jurusan-jurusan, sastra, filsafat,
hukum dan beberapa mata kuliah Keislaman lainnya.2

Diantara guru yang sangat berpengaruh bagi perkembangan moralitas dan


intlektualitas Muthahhari, disamping Ayatullah Imam Khomaeni, adalah ‘Allamah
Muhammad Husain Ath-Thabathaba’i. pernah suatu ketika, ali Akbar Hashemi
1
Misri A. Muchsin, Filsafat Sejarah dalam Islam (Yogyakarta: Ar-Ruzz, 2002), hlm. 100-
101.
2
Ibid., hlm 101.

2
Rafsanjani, salah seorang murid terbaik Imam Khomeini yang kemudian menjadi
presiden Iran, mengungkapkan bahwa Imam Khomaeni dipaksa Uzlah oleh orang-
orang yang menentangnya karena mengajar filsafat. Oleh karenanya, Imam Khomeini
terpaksa mengajar di rumahnya sendiri selama tiga tahun. Diantara tiga murid yang
sangat setia untuk belajar di rumah Khomeini adalah Muthahhari, Ayatullah Husein
Ali Montazeri dan Ayatullah Javadi Amuli. Mereka mendapat materi bidang teosofi
transcendental, di samping filsafat dan tasawuf dari Imam Khomeini. Akan tetapi ada
keterangan lain lagi, yang menyebutkan bahwa di samping materi-materi pelajaran
diatas, ketiga murid tersebut memperoleh ilmu fiqh, termasuk fiqh syiyasah dan ushul
fiqh.3

Pada tahun 1941, Muthahhari berangkat ke Isfahan untuk mempelajari


kitab Nahjul Balaghah, Kitab ini merupakan kumpulan dari pidato dan surat-surat
Imam pertama mazhab Syi’ah, Imam ‘Ali bin Abi Thalib. Kitab ini sangat sarat
dengan pengetahuan filosofis dan spiritual. Karena itulah, ia berminat mengkaji kitab
ini, sehingga membuatnya harus menemui Mirza Ali Aqa Shirazi Isfahani di Isfahan.
Mirza Ali adalah salah seorang guru yang memiliki otoritas untuk naskah-naskah
Syi’ah Klasik, khususnya kitab Nahjul Balaghah.

Sebagai seorang pelajar filsafat, ia telah banyak membaca kitab-kitab filsafat,


seperti kitab Syarh-i Manzumah, sebuah naskah filosofis karya Mulla Hadi
Sabzewari. Ia mempelajari kitab tersebut di bawah bimbingan Imam Khomeini sejak
tahun 1945. Muthahhari sangat memahami karya itu, sehingga ia dikenal sebagai
pensyarah buku Syarh-i Manzhumah tersebut. Kemudian pada tahun 1946, ia
mempelajari Kifayah Al Ushul, sebuah kitab hukum dari Akhun Khorasani di bawah
bimbingan Imam Khomeini. Melalui kitab ini, kemudian ia pun memulai
komitmennya untuk mempelajari filsafat Marxisme. Kajian filsafatnya pun terus
berjalan dengan mempelajari kitab Al-Asfar Al-Arba’ah karya Mulla Shadra. Ia mulai
mengkaji kitab ini sejak tahun 1949 di bawah asuhan Imam Khomeini. Pemahaman
3
Ibid., hlm. 102.

3
Muthahhari yang sangat baik tentang filsafat Shadra tersebut turut menjadikannya
seorang ahli teosofi Mulla Shadra. Pada tahun 1950, Muthahhari pun mempelajari
kitab filsafat Marxisme karya George Pulizer yang berjudul Introduction to
Philosophy, tetapi hanya melalui terjemahannya dalam bahasa Persia. Di samping itu,
bersama dengan Montezari dan Behesyty, Muthahhari juga mempelajari berbagai
kitab filosofis karya dari Ibn Sina kepada ‘Allamah Thabathaba’i.4

Kemudian, ia pun juga menaruh perhatian khusus kepada filsafat Materialisme. Ia


mempelajari pengetahuan tersebut dari berbagai sumber sekunder. Pada tahun 1946,
ia mulai mempelajari filsafat Materialisme yang diperolehnya dari buku dan pamflet
dalam bahasa Persia yang dibuat oleh partai Tudeh. Dia juga sering membaca karya-
karya yang ditulis oleh ilmuan Partai Tudeh tersebut, seperti karya Taqi Arani,
maupun penerbitan-penerbitan Marxis dalam bahasa Arab yang berasal dari Mesir. 5
Selain itu, ia juga banyak mempelajari filsafat Materialisme dari Allamah
Thabathaba’i, melalui sebuah diskusi rutin pada setiap hari Kamis. Diskusi tersebut
berlangsung selama tiga tahun yaitu antara tahun 1950 sampai 1953, hingga
menghasilkan sebuah buku berjudul Ushul el Filsafat wa Ravesh-e Realisme, karya
‘Allamah Thabathaba’i. Mutahhhari kemudian mengedit buku ini, sembari
menambahkan banyak catatan sebagai syarahan terhadap buku itu. Karena itulah,
buku tersebut menjadi lebih tebal dari naskah aslinya. Buku itu pun secara bertahap
diterbitkan dalam rentang waktu antara tahun 1953 hingga 1985. Pada masa
berikutnya, Muthahhari berangkat ke Teheran pada tahun 1952. Di kota inilah ia
mulai membina rumah tangga dengan istri pilihannya. Istrinya tersebut adalah puteri
dari seorang ‘ulama ternama bernama Ayatullah Ruhani.6

4
Mulyadhi Kartanegara, Nalar Religius; Memahami Hakikat Tuhan, Alam, dan Manusia,
(Jakarta: Erlangga, 2007), hlm. 91-92.
5
Hamid Algar, “Hidup dan Karya Murtadha Muthahhari” dalam Murtadha Muthahhari,
Filsafat Hikmah, Terj. Tim Penerjemah Mizan, (Bandung: Mizan, 2002), hlm. 28.
6
Ibid., hlm. 31.

4
Muthahhari ditahan bersama Ayatullah Khomeini pada tahun 1963 Muthahhari
mengambil alih imāmah dan menggerakkan para ulama mujāhidīn, sekaligus menjadi
imam masjid al-Jawād, menggantikan peran Imam Khumaeni yang dibuang di Turki.
Fungsi masjid diubah dan memperluas menjadi pusat pergerakan politik Islam.
Akibat dari aktivitas pergerakan politik Islam yang dilakukan Muthahhari, pada
tahun 1972, masjid al-Jawād dan Husainiya-yi Irsyad dilarang untuk mengadakan
kegiatan oleh rezim Syah, dan Muthahhari pun ditangkap dan dimasukkan ke penjara,
tetapi pada akhirnya dibebaskan. Pengalaman-pengalaman pahit itu tidaklah
mengubah sikap dan langkah-langkahnya, bahkan membuat terus bersemangat untuk
melanjutkan aktivitas politiknya.
Tepat pada tanggal 12 Januari 1979, Muthahhari ditunjuk sebagai Ketua Dewan
Revolusi Islam, sampai mencapai puncak kemenangannya pada tanggal 11 Februari
1979. Sesudah beberapa bulan kemenangan Revolusi Islam, tepatnya pada tanggal 1
Mei 1979, Muthahhari dibunuh dengan cara ditembak oleh sekelompok teroris
Furqān-sebuah kelompok kecil radikal, yang jumlah anggotanya tak lebih dari lima
puluh orang, yang menolak otoritas religius ulama-saat baru saja meninggalkan rapat.
Salah satu alasan yang membuatnya terus bersemangat adalah obsesinya untuk
mewujudkan kebebasan bagi negerinya sendiri (Iran) dari belenggu penjajahan
peradaban asing. Bagi Muthahhari, penjajahan peradaban, tidak diragukan lagi adalah
penjajahan paling berbahaya dibanding penjajahan dalam bentuk lainnya.7

B. Pengertian Sejarah Menurut Muthahhari


Muthahhari mendefinisikan sejarah, dengan cara membagi sejarah dalam tiga
cara dan arti. Di antara ketiga cara itu memiliki hubungan yang tidak dapat
dipisahkan. Akan tetapi yang menjadı fokus perhatian pembahasannya yang agak

7
Syafi`i, Memahami Teologi Syi`ah Murtadha Muthahhari (Semarang : RaSail, 2004), hlm.
61.

5
lebih luas hanya dua, yaitu sejarah ilmiah dan filsafat sejarah. 8 Walaupun demikian,
ketiga pengertiannya tetap akan diungkapkan di sini secara singkat

1. Sejarah Tradisional (Tarikb Nagli-Traditional History)

Sejarah Tradisional adalah pengetahuan tentang kejadian-kejadian, peristiwa-


peristiwa, dan keadaan-keadaan kemanusiaan di masa lampau dalam kaitannya
dengan kejadian- kejadian masa kini. Semua situasi, keadaan, peristiwa, dan episode
yang terjadi pada masa kini, dinilai, dilaporkan, dan dicatat sebagai hal-hal yang
terjadi hari ini oleh surat kabar-surat kabar. Namun demikian, begitu waktunya
berlalu, maka semua hal itu larut bersama masa lalu dan menjadi bagian sejarah.
Jadi, sejarah adalah pengetahuan tentang peristiwa-peristiwa, kejadian-kejadian, dan
keadaan- keadaan kemanusiaan di masa lampau. Biografi-biografi, catatan-catatan
tentang peperangan dan penaklukan, dan semua babad semacam itu, yang disusun
pada masa lampau, atau di masa kini, adalah termasuk dalam kategori ini.9
Pengertian sejarah seperti dikemukakan di atas, apabila ditelusuri lebih jauh
meliputi empat hal: (1) sejarah merupakan pengetahuan tentang sesuatu berupa
pengetahuan tentang rangkaian episode pribadi atau individu, bukan merupakan
pengetahuan tentang serangkaian hukum dan hubungan umum; (2) sejarah
merupakan suatu telaah atas riwayat-riwayat dan tradisi-tradisi, bukan merupakan
disiplin rasional; (3) sejarah merupakan pengetahuan tentang mengada (being),
bukan pengetahuan tentang menjadi (becoming); dan (4) sejarah berhubungan
dengan masa lampau, bukan masa kini

2. Sejarah Ilmiah (scientific History)

8
Misri A. Muchsin, Filsafat, hlm. 106

9
Murtadha Mutahari, Masyarakat dan Sejarah: Kritik Islam Atas Marxisme dan Teori
Lainnya terj. M. Hashem (Bandung: Penerbit Mizan, 1986), hlm. 65.

6
Sejarah Ilmiah merupakan pengetahuan tentang hukum-hukum yang tampak
menguasai kehidupan masa lampau, yang diperoleh melalui penyelidikan dan analisis
atas peristiwa-peristiwa masa lampau.10 Dalam hal ini, bahan-bahan yang menjadi
urusan sejarah tradisional, yakni peristiwa-peristiwa dan kejadian- kejadian masa
lampau, adalah bahan dasar untuk kajian ini. Kajian atau telaah terhadap sejarah
dalam pengertian ini, yang berupa peristiwa-peristiwa dan kejadian-kejadian, adalah
sama halnya dengan bahan-bahan yang dikumpulkan oleh seorang ilmuwan, yang
selanjutnya dianalisis dan diselidiki di laboratorium guna menemukan hukum-hukum
umum tertentu. Sejarawan, dalam upaya menganalisis ini, berusaha mengungkapkan
sifat sejati peristiwa-peristiwa sejarah tersebut serta hubungan sebab-akibatnya, dan
akhirnya dapat menemukan hukum- hukum yang bersifat umum dan berlaku pada
semua peristiwa yang serupa.

Perbedaan tugas seorang peneliti dalam bidang sejarah ilmiah dan tugas seorang
peneliti dalam ilmu pengetahuan alam sangat jelas. Bahan penelitian seorang
ilmuwan dalam bidang kealaman adalah berupa rantai kejadian nyata dan dapat
dibuktikan. Oleh karena itu, seluruh penyelidikan, analisis, dan hasilnya, dapat
dilihat. Sementara itu, bahan kajian penelitian seorang sejarawan ada di masa
lampau dan tidak ada di masa sekarang. Bahan yang dikaji seorang sejawaran
adalah setumpuk catatan tentang rangkaian peristiwa masa lampau. Seorang
sejarawan adalah seperti seorang hakim di pengadilan, yang memutuskan suatu
perkara atas dasar bukti-bukti dan petunjuk-petunjuk yang ada padanya. Dengan
demikian, analisis seorang sejarawan bersifat logis dan rasional.

3. Filsafat Sejarah (Philosophy of History)

Filsafat sejarah (kesejarahan) didasarkan pada pengetahuan tentang perubahan-


perubahan bertahap yang membawa masyarakat bergerak dari satu tahap ke
tahap yang lain. Filsafat sejarah membahas tentang hukum-hukum yang menguasai

10
Ibid, hlm. 66.

7
perubahan-perubahan ini.11 Dengan kata lain, filsafat sejarah adalah ilmu tentang
proses menjadinya (becoming) masyarakat, bukan hanya tentang maujudnya
(beeing) saja. Filsafat sejarah, sebagaimana sejarah ilmiah, membahas yang umum,
bukan yang khusus. Filsafat sejarah bersifat rasional ('aqli), bukan tradisional
(naqli). Filsafat sejarah merupakan pengetahuan tentang menjadinya masyarakat,
bukan tentang maujudnya. Namun perlu dicatat, bahwa penggunaan atau pemakaian
istilah filsafat 'sejarah', hendaknya tidak semata diartikan bahwa filsafat sejarah
hanya berhubungan dengan masa lampau. Sebaliknya, filsafat sejarah merupakan
telaah tentang arus menerus yang berasal dari masa lampau dan terus mengalir
menuju masa mendatang. Waktu, dalam menelaah tipe masalah ini, tidak boleh
dianggap hanya sebagai suatu bejana (yang diisi oleh kenyataan sejarah), tetapi
harus pula dipandang sebagai salah satu dimensi kenyataan ini.

C. Kritik Mutahhari terhadap Materialisme Sejarah

Materialisme sejarah merupakan suatu pernafsiran keekonomian atas sejarah dan


suatu pandangan keekonomian-kesejarahan atas manusia yang menerangkan setiap
kegiatan manusia dari sudut pandang ekonomi. Dengan kata lain berarti dasar atas
semua gerak sejarah, revolusi dan perwujudan-perwujudan sejarah setiap masyarakat
adalah struktur ekonominya. Hal ini di kritik oleh Mutahhari dengan beberapa alasan,
antara lain:

1. Ketakberdasaran

Keberatan pertama ialah bahwa pendangan ini tidak lebih dari suatu teori
tanpa bukti. Teori tentang sejarah harus berdasarkan pengamatan atas peristiwa-
peristiwa serta fakta-fakta sejarah dan harus pula dapat diterangkan pada massa masa
yang lain. Teori ini harus dirumuskan atas dasar bukti sejarah yang harus dapat
11
Ibid, hlm. 71.

8
diterapkan pada peristiwa-peristiwa kini dan mendatang atau teori itu harus
dideduksikan dari premis-premis yang berdasarkan serangkaian prinsip ilmiah, falsafi
dan logis. Mutahhari menganggap teori materialisme sejarah tidak memenuhi
persyaratan-persyaratan tersebut.12

2. Ketidaksesuian Dasar-dasar Ideologi dan Kelas

Menurut doktrin materialisme sejarah, kesadaran di setiap zaman niscaya


berkaitan dengan zaman itu, dengan berlalunya suatu periode tertentu, kesadaran
yang berhubungan dengan periode itu pun berlalu. Gagasan-gagasan, falsafah-
falsafah, rencana-rencana agama-agama semuanya merupakan hasil sampingan suatu
kebutuhan-kebutuhan suatu periode tertentu dan tidak berlaku padda periode-periode
yang lain. Namun kenyataan praktis menentang hipotesis ini; ada sejumlah falsafah,
kepribadian, gagasan dan pandangan-pandangan agama yang maju mendahului
zamannya dan kepentingan kelasnya sendiri. Ada banyak gagasan yang merupakan
hasil kebutuhan-kebutuhan suatu periode tertentu yang tetap hidup bahkan setelah
masa yang panjang.13

12
Ibid, hlm. 128.
13
Ibid, hlm. 140.

9
Kesimpulan

10
Daftar Pustaka

Misri A. Muchsin. 2002. Filsafat Sejarah dalam Islam. Yogyakarta: Ar-Ruzz.

Mulyadhi Kartanegara. 2007. Nalar Religius; Memahami Hakikat Tuhan,


Alam, dan Manusia. Jakarta: Erlangga.

Hamid Algar. 2002. Hidup dan Karya Murtadha Muthahhari dalam Murtadha
Muthahhari, Filsafat Hikmah, Terj. Tim Penerjemah Mizan. Bandung:
Mizan.

Syafi`i. 2004. Memahami Teologi Syi`ah Murtadha Muthahhari. Semarang :


RaSail.

Murtadha Mutahari. 1986. Masyarakat dan Sejarah: Kritik Islam Atas


Marxisme dan Teori Lainnya terj. M. Hashem. Bandung: Penerbit Mizan..

11

Anda mungkin juga menyukai