Anda di halaman 1dari 21

MENGENAL PEMIKIRAN FILSUF

MUHAMMAD TAQI MISBAH YAZDI

MAKALAH

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah


Filsafat Islam Modern
Prodi Dirasah Islamiyah pada Konsentrasi Pemikiran Islam
Program Pascasarjana UIN Alauddin Makassar

Oleh:

KASRIADI
NIM 80100221195

DOSEN PENGAMPUH:
Dr. H. Hamzah Harun, Lc.,M. A
Dr. Muhaemin Latif, M. Ag.,M. Ed

PROGRAM PASCASARJANA
UIN ALAUDDIN MAKASSAR
2022
DAFTAR ISI

JUDUL ............................................................................................................ i

KATA PENGANTAR ................................................................................... ii

DAFTAR ISI ................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN................................................................... 1

A. Latar Belakang..................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ............................................................... 2

C. Metodologi Penelitian..........................................................

D. Tujuan Penulisan.................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN........................................................................ 3

A. Biografi Muhammad Taqi Misbah Yazdi............................ 3

B. Latar Belakang Pendidikan dan Karya-karya

Muhammad Taqi Misbah Yazdi...........................................

C. Pemikiran Muhammad Taqi Misbah Yazdi.........................

BAB III PENUTUP.................................................................................

A. Kesimpulan..........................................................................

B. Implikasi ..............................................................................

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 21


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Muhammad Taqi Misbah Yazdi merupakan seorang ulama syiah sekaligus

profesor filsafat. Beliau menggagas filsafat sekaligus mengkritik kurikulum sistem

pengajaran di Qom1 yang menurut beliau kaku. Ia menitik beratkan pada penguatan
metodologi dengan menawarkan metodologi pengajaran filsafat baru (Manhaj al-

Jadid fi Taklim al-falsafah/Amouzesh Falsafeh) yang menebarkan ide-ide barunya

terutama epistemologi. Banyak istilah filsafat yang perlu diklarifikasi terutama bagi

para pemula dan peminat filsafat yang pikiranya terpengaruh oleh pemikiran barat.

Muhammad Taqi Misbah Yazdi adalah seorang pemikir sekaligus seorang

praktisi pendidikan, dia mendirikan lembaga pendidikan dan riset Imam Khomeini,

sebuah perpaduan antara tradisi hauzah dan universitas modern dengan lebih

menitikberatkan pada metodologi. Ia bukanlah pencipta mazhab baru, tetap sebagai

pendukung prinsip-prinsip Hikmah Muta’aliyah yang berdiri diatas 3 isu utama;

Ashalatal-Wujud, Tashqiqal-Wujud, dan al-Haraqah al-Jauhariyah. Tetapi dalam

detil-detilnya dia lebih mewakili pandangan peripatetik, lebih mementingkan struktur

pengetahuan.2 Berdasarkan hal tersebut, penulis merasa perlu untuk mengkaji lebih

intens lebih lanjut terhadap pemikiran dari Muhammad Taqi Misbah Yazdi.

1
Qom adalah sebuah kota yang juga merupakan ibukota Provinsi Qom di Iran. Terletak sekitar
156 km barat daya Teheran. Qom menjadi sebuah kota suci bagi penganut Syi'ah, di mana di kota ini
terdapat makam dari Fatimah al-Ma'sum, saudari dari Imam Ali ar-Ridha. Kota ini merupakan pusat
pendidikan Syi'ah terbesar di dunia.
2
Penjelasan lebih lanjut, lihat pada Riset Sekolah Tinggi Filsafat Islam (STFI) Sadra. Ma’aruf,
“Mengenal Taqi Misbah Yazdi” Artikel (2017). Lihat juga https://riset.sadra.ac.id/mengenal-taqi-
misbah-yazdi-dari-muhsin-labib/. Diakses pada 19-1-2023 pukul 13:56 wita.
B. Rumusan Masalah

Makalah ini merumuskan masalah yang menjadi topik utama dalam

pembahasan pemikiran Muhammad Taqi Misbah Yazdi adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana biografi Muhammad Taqi Misbah Yazdi ?

2. Bagaimana latar belakang pendidikan dan karya-karyanya ?

3. Bagaimana pemikiran Muhammad Taqi Misbah Yazdi ?

C. Metodologi Penelitian

Makalah ini menggunakan metodologi penelitian kuantitatif dengan basis data

yang digunakan bersumber dari kepustakaan (Library Researc). Pendekatannya

menggunakan kajian tokoh. Harapannya makalah ini dapat memberikan sebuah

pemahaman yang komprehensif tentang pemikiran, gagasan, konsep dan teori dari

seseorang tokoh yang dikaji.

D. Tujuan

Pertama, untuk memperoleh gambaran yang utuh tentang biografi, persepsi,

motivasi, aspirasi Muhammad Taqi Misbah Yazdi. Kedua, untuk memperoleh

deskripsi yang utuh dan objektif terkait latar belakang pendidikan dan karya

karyanya. Ketiga, untuk menunjukkan orisinalitas pemikiran dari Muhammad Taqi

Misbah Yazdi.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Biografi Muhammad Taqi Misbah Yazdi

Muhammad Taqi Misbah Yazdi lahir pada tahun 1934 di kota Yazd, Iran.

Meninggal pada tanggal 1 Januari 2021. Beliau adalah seorang Ulama Syiah Iran dan

aktivis politik konservatif yang berfungsi sebagai pemimpin spritual Front Stabilitas Revolusi

Islam. Dia adalah anggota majelis pakar, badan yang bertanggung jawab untuk memilih

pemimpin tertinggi di mana dia memimpin faksi minoritas. Sejak tahun 1952 sampai tahun

1960 dia belajar di Qom dan menghadiri kelas-kelas Imam Khomeini. 3 Ia belajar ilmu

tafsir, kajian filsafat Ibn Sina dan Mulla Sadra di bawah bimbingan Allamah

Tabataba’i. Lima belas tahun umurnya dihanbiskan untuk belajar fiqh dengan

Ayatullah Bahjat. Sekitar tahun 1964, ia bergerak bersama Syahid Dr. Biheshti dan

Hasyemi Rafsanjani untuk melawan rezim Syah Pahlevi. Ia juga ikut dalam tim

pendiri partai politik ulama, di mana tim ini kemudian dikejar-kejar oleh rezim Syah

sehingga mereka harus bersembunyi.4

Setelah suasana politik membaik, ia bekerja di Madrasah Haqqani, bersama

dengan Ayatullah Jannati. Selama 10 tahun dia mengajar Filsafat dan al-Qur’an.

Setelah revolusi, dengan dorongan dan permintaan dari Imam Khomeini, Misbah

Yazdi mendirikan beberapa sekolah dan perguruan tinggi, termasuk yang paling

3
Ali Samsukdin, “Relasi Tuhan dengan Manusia dalam Pemikiran Muhammad Taqi Misbah
Yazdi”, Skripsi : UIN Syarif Hidayatullah, 2020, h. 15. Lihat juga Muhammad Taqi Mishbah Yazdi,
Philosophical Instructions: An Introduction to Contemporary Islamic Philosophy, terj. Musa Kazhim
dan Saleh Baqir, Buku Daras Filsafat Islam; Orientasi ke Filsafat Islam Kontemporer, (Jakarta: Sadra
Press, 2010), h. xxvi
4
Nurasiah, “Pemikiran Taqi Mishbah Yazdi Tentang Etika Islam Kontemporer”, Jurnal
Teosofi: Jurnal Tasawuf dan Pemikiran Islam V, no 1 (Juni 2015): h. 50
terkenal saat ini yaitu Institut Dar el-Haqq, Yayasan Baqir al-Ulum, dan Institut dan

Pusat Riset Imam Khomeini, di mana ia menjadi direktur dan mengadakan kajian

rutin. Pada tahun 1996, beliau terpilih sebagai wakil dari provinsi Khuzistan sebagai

anggota dewan komisi pendidikan. Kelas kajian kitab al-Asfar mendapat sambutan

luar biasa dan diikuti oleh murid-murid yang berdatangan dari Eropa dan Amerika.

Saat ini Misbah Yazdi menjadi acuan untuk ahli pemikiran Filsafat Iran kontemporer.

Muhammad Taqi Mishbah Yazdi merupakan contoh pemikir yang benar-benar

merasakan secara langsung bagaimana gerak sejarah itu berjalan. Kapasitasnya dalam

filsafat Islam tetapi juga semua pemikiran dan perkembangan filsafat Barat, sehingga

ia dengan lugas membandingkan filsafat Barat dan Filsafat Islam. Pengakuan

terhadap Misbah Yazdi sebagai seorang filsuf yang mumpuni diperkuat dengan

produktivitas karyanya yang mencapai sekira 20 buku tentang filsafat Islam dan

kajian tentang Barat.5

B. Latar Belakang Pendidikan dan karya-karyanya


1. Latar Belakang Pendidikan Muhammad Taqi Misbah Yazdi
Ketika berumur 7 tahun, beliau mulai memasuki pendidikan dasar dan

menyelesaikannya pada tahun 1947 sebagai pelajar teladan. Kemudian beliau

melanjutkan pendidikannya di Hauzah Ilmiyah Yazd, di bawah bimbingan

Syeikh Muhammad Ali Nahwi. Pendidikan dasar hauzah beliau tamatkan

dalam waktu 4 tahun hingga selesai membaca kitab Rasa`il dan Makasib.

Dengan dukungan keluarga, beliau melanjutkan pendidikan ke Najaf Asyraf

5
Nuraisah, “Pemikiran Taqi Misbah Yazdi Tentang Etika Islam Kontemporer”Teosofi: Jurnal
Tasawuf dan Pemikiran Islam 5, no. 1 (Juni 2015): h. 54.
pada tahun 1952. Setahun kemudian, beliau kembali ke kota Qom dan

mengikuti pendidikan tingkat Bahtsul kharij yang disampaikan oleh Imam

Khomeini.6

Tahapan terakhir jenjang pendidikannya dipakai untuk mempelajari

pelajaran Bahtsul Kharij dalam bidang fiqh dari Burujardi dan Bahtsul Kharij

dalam bidang Ushul Fiqh dari Imam Khomeini. Pada masa ini pula, Mishbah

Yazdi berkenalan dengan sejumlah ulama besar seperti Khomeini,

Thabataba’i, dan Behjat. Dikancah politik Mishbah Yazdi bersama teman-

temanya, seperti Ayatullah Bahestyi, Ayatullah Rafsanjani dan Hujajjatul

Islam Muhammad Javad Bahonar, mereka mainkan peranan penting. Pada

masa perlawanan terhadap kepemimpinan Reza Pahlevi yang zalim. Mishbah

Yazdi pada waktu menjadi penanggung jawab dua media informasi, yaitu

media Bi’tsat dan Enteqam.

Bersama Ayatullah Jannati, Ayatullah Bahesti dan Ayatullah Qoddusi,

ia mengelola pusat pendidikan Haqqani dan Muntazeriyeh. Selama 10 tahun,

ia sibuk menjadi guru besar dibidang filsafat serta ilmu al-Qur’an atas

dukungan dan anjuran Ayatullah Khomeini di Hawzah Qom. Kemudian di

tahun 1369 H. Mishbah Yazdi terpilih sebagai anggota dewan ahli dari

provinsi Khuzestan dan dalam pemilihan terakhir dewan ahli, ia juga terpilih

sebagai anggota yang mewakili ibukota Tehran.7

6
Lihat biografi Muhammad Taqi Misbah Yazdi pada https://sipencariilmu.wordpress.com/
2012/01/27 /biografi-ayatullah-syeikh-muhammad-taqi-misbah-yazdi/ diakses pada 19-1-2023, pukul
13:21 wita.
7
Moh. Soivi, “Kehendak Bebas Dalam Pemikiran Ayatullah Muhammad Taqi Mishbah
Yazdi”, Skiripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2018), h. 13-14.
Mishbah Yazdi merupakan figur yang paling produktif di Hawzah Qom

setelah meninggalnya Murtadha Muthahhari. Dia menempati peran penting

dan juga setelah menangnya revolusi Iran, dengan memperhatikan pentingnya

Islamisasi universtas maka beliau memulai kembali kegiatannya. Selain itu,

Mishbah Yazdi bekerja sama dengan murid-muridnya untuk mendirikan


8
lembaga yang mengatur hubungan unversitas dengan Hawzah. Misalnya

pusat penelitian Baqir Ulum yang bergerak di bidang pengaturan kurikulum

Hawzah dan hubungan antara Hawzah dengan universitas. Mishbah Yazdi

sendiri merupaka jebolan Hawzah Qom yag paling menonjol dan produktif,

salah satu bukti keberhasilannya adalah dalam menciptakan iklim yang

kondusif bagi perkembangan filsafat Islam sambil mengharmonisasikan

Shadraisme, Parepatetisme, Filsafat Modern dan visi politik Imam Khomeini

yang berpijak pada konsep waliyatullah fakih.

2. Karya-Karya Muhammad Taqi Mishbah Yazdi9

Chikideh-ye Bahts-e Falsafi (Ringkasan Beberapa Pembahasan Filsafat),

Qum: Dar Rah-e Haqq, 1357/1978 M. Sebuah ikhtisar dari diskusi-diskusi

yang berlangsung di London dalam seangkaian konferensi yang jug memuat

komentar-komentar para pelajar Iran yang tinggal di Amerika Serikat

mengenai konsep filsafat dan sejarahnya, pengetahuan rasional (rational

knowledge), sebab-akibat, maujud tetap, dan tak tetap aktualitas serta

potensialitas.

8
Moh. Soivi, “Kehendak Bebas Dalam Pemikiran Ayatullah Muhammad Taqi Mishbah
Yazdi”, Skiripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2018), h. 13
9
Ali Samsukdin, “Relasi Tuhan dengan Manusia dalam Pemikiran Muhammad Taqi Misbah
Yazdi”, Skripsi: UIN Syarif Hidayatullah, 2020, h. 19
Pasdari Az Sangarha-ye Iydi’uluzhik (Pengawal Benteng-Benteng

Ideologi), Qum: Dar Rah-e Haqq, 1362 H/1982 M. Buku ini merupakan

kumpulan tulisan singkat, ditambah sebuah artikel dari Dr. Ahmad Ahmadi

yang menyoroti masalah idealisme dan realisme. Topik yang dibahas oleh

Misbah Yazdi meliputi: Makna Pandangan-dunia, pengetauan, sebab-akibat,

gerak, dialektika, dan pandangan-dunia materialis.

Iydi’uluzhi-e Tathbiqi (Perbandingan Ideologi), Qum: Dar Rah-e Haqq,

1361 H/1982 M. Buku hasil transkripsi ini terdiri atas empat puluh pelajaran

yang disampaikan penulis setelah kemenangan Revolusi Islam Iran. Topik-

topik yang didiskusikan meliputi: konsep ideologi, hubungan antara

pandangan-dunia dan ideologi, tipe-tipe pandangan dunia, konsep- konsep

metafisika, epistemologi, realitas dunia luar, sofisme dan skeptisisme,

realisme dan idealisme, macam-macam pengetahuan, jenis-jenis objek

pemahaman, kemendasaran nalar dalam imajinasi, filsafat descartes, Locke,

Berkeley, Hume, dan Kant, empirisme dalam teori Marxis, dan lingkup

berbagai jenis pengetahuan.

Taliqah Ala Nahayah Al-Hikmah (Komentar atas buku Nahayah Al-

Hikmah), Qum: Dar Rah-e Haqq Institute 1405 H/1984 M. Buku ini ditulis

dalam bahasa Arab, dan mungkin merupakan karya filsafat penulis yang

paling mendobrak. Di dalamnya, penulis menyajikan analisis kritis dan tajam

atas karya utama gurunya, Allamah Thabathaba’i dalam bidang filsafat Islam

tingkat lanjut.
Durus-e Falsafeh-ye Akhlaq (Pelajaran-Pelajaran Filsafat Etika),

Teheran: Iththila’at, 1367 M/1988 M. Buku ini merupakan hasil transkrip dan

M.T. Mishbah Yazdi, Buku Daras Filsafat Islam, terj. Musa Khazim dan

Saleh Baqir. suntingan dari delapan belas pelajaran yang disampaikan di

Institute Dar Rah-e Haqq. Terkandung di dalamnya pembahasan-pembahasan

mengenai kedudukan etika dalam filsafat, karakteristik konsep-konsep nilai,

kebaikan dan keburukan rasional, konsep-konsep nilai, mazhab-mazhab

pemikiran etika, relativisme, serta hubungan antara etika dan agama.

Ushul-e ‘Aqa’id (Prinsip-Prinsip Akidah) 2 jilid. Qum: Markaz-e

Mudiriyyat Hawzah, Ilmiyyah, 1368 H/1989 M. Buku ini dibakukan oleh

bagian administrasi Hauzah Qum sebagai buku daras para pelajarnya. Jilid

pertama buku ini berisi pembahasan mengenai tauhid dan keadilan Ilahi,

sementara jilid kedua berisi pembahasan mengenai misi para nabi dan para

imam (a.s.).

Ma’arif-e Qur’an (Ajaran-Ajaran Al-Qur‟an), Qum: Dar Rah-e Haqq

1368 H/1989 M. Karya ini terbagi dalam 3 bagian; teologi, kosmologi, dan

antropologi. Jami’ah va Tarikh az Didgah-e Qur’an (Masayarakat dan

Sejarah dalam Perspektif Al-Qur‟an), Qum: Sazman-e Tablighat-e Islami,

1368 H/1989 M. Hasil transkrip dari kuliah-kuliah penulis di Institut Dar Rah-

e Haqq, yang ditranskrip dari kaset rekamannya oleh Prof. Dr. Malikiyan.

Mengangkat berbagai isu yang berkaitan dengan filsafat ilmu-ilmu sosial,

seperti hubungan individu dan masyarakat dan pertanyaan mana dari

keduanya lebih dahulu, revolusi Islam serta kepemimpinan dalam Islam.


Hukumat-e Islami va Vilayat-e Faqih (Pemerintahan Islam dan

Kepemimpinan Seorang Faqih), Qum: Sazman-e Tablighat-e Islam, 1369 11

M.T. Mishbah Yazdi, Buku Daras Filsafat Islam, terj. Musa Khazim dan

Saleh Baqir, 1990 M. Buku ini berisi kumpulan kuliah yang disampaikan

penulis di Institut Dar Rah-e Haqq berkenan dengan kebutuhan akan

pemerintahan Islam kebutuhan akan hukum dalam masyarakat, karakteristik

badan legislatif, sebab-musabab perbedaan hukum Ilahi dalam masyarakat

Islam, konflik keputusan dan standar kepentingan suatu hukum, keperluan

akan dewan legislatif dalam sistem Islam, aparat-aparat pemerintah dalam

sistem Islam, kemerdekaan, prasyarat dan pertanggungjawanam penguasa

Islam, dan kepemimpinan ahli fiqih.

Amuzisy-e ‘Aqa’id (Pelajaran-Pelajaran Aqidah) 3 jilid, Qum: Sazman-e

Tablighat-e Islam, 1370 H/1991 M. Karya ini dipersiapkan oleh Mishbah

Yazdi dengan mendapatkan bantuan dari sekelompok sarjana di Institut Dar

Rah-e Haqq, untuk keperluan para pelajar tingkat menengah. Setiap jilidnya

terdiri dari dua pulu pelajaran. Topik-topik yang dibahas menyangkut teologi,

kajian-kajian agama, pembuktian akan Wujud Niscaya-ada, sifat-sifat Tuhan,

kritik atas materialisme, keesaan Tuhan, kebebasan berkehenak dan

keterpaksaan (determinisme), kebutuhan akan para nabi dan imam serta

kemaksuman mereka, Al-Qur‟an, Imam Mahdi, immaterialitas ruh,

kebangkitan, kehidupan setelah mati, keimanan dan kekafiran, serta masalah

wasilah.10

10
Ali Samsukdin, “Relasi Tuhan dengan Manusia dalam Pemikiran Muhammad Taqi Misbah
Yazdi”, Skripsi: UIN Syarif Hidayatullah, 2020, h. 19-24. Lihat juga M. T. Misbah Yasdi, Buku Daras
Filsafat Islam, terj. Musa Khazim dan Saleh Baqir (Jakarta: Shadara Press, 2010), h. xxvii-xxxi
3. Tokoh-Tokoh yang Mempengaruhi Mishbah Yazdi

Tokoh yang mempengaruhi pemikiran Mishbah Yazdi yaitu Tabatabai,

Behjat Fumami dan Ruhullah Khomeini. Menurut Muhsin Labib digambarkan

bagaimana hubungan Khomenei dengan Muhammad Taqi Mishbah Yazdi.

Khomenei memberikan perintah kepada murid-muridnya agar menerusakan

pelajaran dengan Mubahatsah. Mishbah Yazdi dan beberapa orang terkemuka

lainnya seperti Gilani Muhammad Yazdi, Khosain Mazhaheri, Ali Akbar

Musawi dan Misbah Yazdi melakukan perintah Khomenei tersebut.

Mubahatsah ini terus berlangsung sampai menangnya revolusi Iran. Tema-

tema ini yang dibahas dalam permasalahan ini sangat penting dan berkualitas,

seperti halnya amar ma’ruf nahi mungkar dan masalah sosial lainnya.11

Tokoh yang kedua, Muhammad Hosein bin Muhammad bin Ali Asghar

Tabatabai Tabrizi Qadhi atau dikenal dengan sebutan Allamah Tabatabai. Di

mana Mishbah Yazdi pernah menghadiri pelajaran dan tafsir dan filsafat

Allamah Tabatabai, ia tidak hanya menimba ilmu dari Allamah Tabatabai,

akan tetapi juga menjalin hubungan spiritual-akhhlaqi tersendiri dengan

Allamah Tabatabai. Ketiga dengan Ayatullah Behjat. Aktivitas Tabatabai

selain menulis, ia juga membimbing masyarakat, mengajarkan al-Qur’an dan

filsafat dengan melakukan kunjungan di beberapa kota, beliau juga

mengajarkan pengetahan dan pemikiran keislaman yang menyebar ke

seluaruh dan luar negeri Iran, terutama mahasiswa pilihan tentang ilmu

ma’rifat dan tasawuf.12

11
Ilyas Hasan, Para Perintis Zaman Baru Islam (Bandung: Mizan 1995), h. 69.
12
Ali Samsukdin, “Relasi Tuhan dengan Manusia dalam Pemikiran Muhammad Taqi Misbah
Yazdi”, Skripsi: UIN Syarif Hidayatullah, 2020, h. 24-25.
C. Pemikiran Muhammad Taqi Misbah Yazdi

1. Konsep Manusia Sempurna13

Manusia sebagai mahluk yang unik, ambigu, berkontradiksi pada dirinya

sendiri adalah hakikat dari manusia. Ia ingin menjadi sempurna, namun tidak

tahu untuk apa menjadi sempurna. Ia ingin menjadi sempurna namun pada saat

yang sama ia malah tergelincir pada lembah penyimpangan dari tujuan ihwal
penciptaan. Melalui segenap pengetahuan mulai dari sains, teologi, antropologi,

psikologi, berusaha mengurai manusia sebagai objek kajiannya, namun yang

terjadi malah menjadi sub-sub pengetahuan yang berserakan, dari setiap

subpengetahuan mengklaim nilai kebenaran yang absolut (grand-naration).

Sehingga akhirnya manusia tidak pernah mengungkap ke-aku-an yang otentik,

malah terjerumus pada kenihilan dan psimisme.

Misbah Yazdi melalui konsep filosofisnya ingin mengembalikan makna

manusia pada Ada-nya, ia mengajak menelisik ulang eksistensi manusia pada

melalui fakta kemenduniaan (being in the world) lalu bergerak menuju alam

metafisis (ghaib). yang ia retas melalui fakta ilmu pengetahuan yang sudah ada,

karena ia tidak menampik bahwa melaluinya (pengetahuan) jalan menuju

kesempurnaan terbuka. Misbah Yazdi seorang penganut eksistensialis yang

meletakan wujud (eksistensi) sebagai sumber dan prinsip kebaikan dan

kesempurnaan, maka wujudlah yang orisinil bukan esensi (mahiyah). Sehingga

konsep manusia sempurna Misbah Yazdi mesti berangkat dari kesadaran akan

keberadaan manusia untuk melakukan gerak menyempurna (harakah

13
Seful Anwar dan Yudi Daryadi, “Konsep Manusia Sempurna Menurut Muhammad Taqi
Misbah Yazdi”, Jaqfi Jurnal Aqidah dan Filsafat Islam 4, no. 1 (2019): h. 35.
istikmaliyah) sebab pada dasarnya (fitriah) manusia bergerak menuju arah

kesempurnaan, namun semuannya dikembalikan lagi pada pilihan dan

kehendak bebas. Melalui jalan Ikhtiyar dari tiap-tiap individu, karena pada

hakikatnya sangat terkait dengan kemauan dan pilihan wujud yang sedang

malakukan aktivitas ‘gerak’ itu sendiri kearah kesempurnaan.

Menurut Misbah Yazdi ada beberapa tahapan untuk sampai pada hakikat

manusia seutuhnya maka yang pertama manusia harus mengenali dirinya

sendiri. Pertama, Ma’rifat adz-dzat (mengenali diri), yakni menghayati

keberadaannya sebagai makhluk yang mempunyai potensi dan kapabilitas untuk

peraihan penyempurnaan insani. Kedua, Bina’ Adz-dzat (membangun diri),

yaitu membentuk dan mengarahkan pada segenap rangkaian aktifitas keseharian

manusia, melalui segenap pengetahuan baik itu pengetahuan umum atau

keagamaan bukan memilah-milah apalagi membatasinya. Pada tahap inilah

ditentukannya sebuah pilihan. Ketiga, kembali kepada diri, setelah dua

rangkaian diatas, seseorang mesti mengenali tujuan mendasarnya (al-hadaf al-

ashli) dengan cara mengenali apa yang ada di dalam dirinya sendiri, yang

membawanya pada perasaan dekat dan menyatu dengan Sang Illahi dalam arti

kembali ke asal.14

2. Konsep Etika15
14
Seful Anwar dan Yudi Daryadi, “Konsep Manusia Sempurna Menurut Muhammad Taqi
Misbah Yazdi”, Jaqfi Jurnal Aqidah dan Filsafat Islam 4, no. 1 (2019): h. 36-37
15
Nuraisah, “Pemikiran Taqi Misbah Yazdi Tentang Etika Islam Kontemporer”Teosofi: Jurnal
Tasawuf dan Pemikiran Islam 5, no. 1 (Juni 2015): h. 73-74
Argumentasi tentang konsep etika yang diajukan Misbah adalah bahwa

ungkapan preskriptif bisa diturunkan menjadi ungkapan deskriptif, sedangkan

pernyataan deskriptif tersebut adalah kalimat-kalimat yang memiliki

rasionalitas dan mengandung argumentasi dan karenanya bisa disalahkan atau

dibenarkan. Masalahnya adalah tentang proposisi Misbah bahwa ungkapan

preskriptif bisa dirubah menjadi ungkapan deskriptif. Tampak bahwa proposisi

tersebut tidak dijelaskan secara analitis dan langsung membentuk kesimpulan.

Tidak diuraikan bagaimana preskriptif bisa melahirkan deskriptif secara bahasa

dan logika. Selanjutnya adalah pertanyaan kepada yang mengakui bahwa nilai

etika adalah nyata. Muncul pertanyaan tentang apakah nilai benar salah itu?

Apakah sumber dan pusat moralitas? Sampai sekarang ilmu etika mengenal tiga

teori nilai, yaitu deontologis, teleologis, konsekuensialis, dan etika kebajikan.

Perbedaan kedua aliran yang pertama sangat tajam. Teleologi

menyandarkan dasar penilaian salah benar pada akibat suatu tindakan dari segi

tingkat kerugian dan keuntungannya, sementara deontologis menyandarkan

kebenaran suatu tindakan tidak pada akibatnya tetapi pada kebenaran yang

sudah melekat pada tindakan itu sendiri. Misalnya terjadi suatu keadaan di

mana seorang tentara dipaksa untuk membunuh satu orang warga sipil yang

tidak bersalah dan kalau tidak melakukannya maka 20 orang warga sipil lainnya

akan dibunuh oleh komandan tentara tersebut. Maka bagi pandangan etika

teleologis yang benar secara moral untuk dilakukan adalah membunuh sendiri

satu nyawa warga sipil tak bersalah tersebut, sedangkan bagi pandangan etika

deontologis yang benar untuk dilakukan adalah tidak membunuh karena

membunuh adalah perbuatan yang salah secara moral dan tidak membunuh
adalah perbuatan yang dibenarkan secara moral. Hal ini yang disebut Kant

bahwa subjek bertindak menurut perintah kewajiban dari hatinya.

Pandangan yang ketiga yaitu etika kebajikan menyandarkan nilai moral

pada kebijaksanaan dan budi luhur. Hal ini dimaksudkan sebagai upaya jalan

tengah antara teleologis dan deontologis. Jadi, sesuatu yang baik adalah yang

tidak berakses kelebihan dan juga kekurangan. Misbah mengacaukan

pandangan kelompok ini dengan pandangan etika kewajiban dan kebajikan

Kantian. Dalam hal ini Misbah menyebutkan bahwa ukuran kebenaran tindakan

dilihat dari sisi akibat perbuatan itu. Sementara setiap perbuatan pasti didasari

oleh keinginan si pelaku untuk mencapai keuntungan. Misbah membangun

pandangan etika teleologisnya melalui prinsip kausalitas tersebut yaitu bahwa

setiap tindakan hanya akan tercipta dengan dasar kehendak dan tujuan dari si

pelaku. Jadi, nilai kebenaran dan kebaikan tindakan adalah diukur dari tujuan

individu manusia tersebut. Misbah Yazdi membedakan dirinya sekaligus

memasukkan orisinalitas pemikirannya. Ia tidak tergiring kepada etika

utilitarianisme materialis dan pragmatis tetapi mengarah kepada utilitarianisme

futuristik dan evolusionis.

Misbah Yazdi mengajukan bahwa tujuan hakiki dan universal dari

manusia yang harus menjadi sumber nilai kebenaran dan kesalahan suatu

perbuatan adalah kebahagiaan hakiki manusia yaitu kesempurnaan puncak

spiritualitas manusia dalam kondisi kedekatan diri kepada Allah. Jelas masih

diperlukan pengelaborasian mendalam dan uraian yang panjang tentang


bagaimana menurunkan metaetika Misbah ini kepada suatu etika normatif

sehingga dapat menjadi sebuah panduan etika yang konkret.16

3. Relasi Fitrah dan Iman

Muhammad Taqi Mishbah Yazdi memandang fitrah dan iman bukanlah

hanya sebagai suatu pemberian dan potensi belaka. Setiap manusia haruslah

berusaha menemukan dan mengarahkan dirinya kepada kesempurnaan

insaninya dengan mengarahkan berbagai aktifitas. Usaha pengenalan fitrah dan

iman melalui rasio dan nalar akan membawa kepada sikap penghargaan dan

tanggung jawab manusia itu sendiri, sehingga terbentuklah sosok manusia

sempurna (insan kamil). Muhammad Taqi Misbah Yazdi memandang bahwa

Pertama, setiap manusia memiliki kecenderungan untuk berusaha menemukan

kesempurnaan insaninya dengan melakukan berbagai aktifitas. Namun, untuk

memilih dan memilah perbuatan-perbuatan yang dapat memenuhi keinginannya

untuk sampai kepada tujuan yang diinginkan, terlebih dahulu manusia

mengenal puncak dari kesempurnaanya tersebut melaui fitrah dan iman. Puncak

kesempurnaan ini hanya dapat diketahui manakala manusia telah mengenal

hakekat dirinya, awal dan akhir dari perjalanan kehidupannya.

Kedua, Betapa pentingnya usaha mencari dan pengenalan fitrah dan iman

ini, karena jika tidak demikian, seseorang tidak akan dapat mencapai

kesempurnaan hakiki. Keharusan mengetahui adanya hubungan (positif dan

negatif) yang terjalin di antara berbagai perbuatan dengan aneka ragam jenjang

kesempurnaan, sehingga manusia dapat menemukan jalannya yang cepat. Dan

16
Nuraisah, “Pemikiran Taqi Misbah Yazdi Tentang Etika Islam Kontemporer”Teosofi: Jurnal
Tasawuf dan Pemikiran Islam 5, no. 1 (Juni 2015): h. 75-78
selama manusia itu belum mengetahui dasar-dasar teoritis pandangan

duniaterutama tentang fitrah dan iman ini, dia tidak akan menemukan sistem

nilai dan ideologi yang benar.

Ketiga, salah satu dari kekuatan kemanusiaan yang menjadikan manusia

dapat membekali dirinya dalam merealisasikan daya upaya yang sangat bernilai

adalah kekuatan rasio dan daya nalar. Sehingga manusia dapat mengenal serta

mendalami berbagai objek di dalam dan di luar dirinya, terutama keberadaan

relasi fitrah dan iman, serta faktor-faktor yang dapat menjadikannya meraih

kesempurnaan dalam hidup.

Keempat, pengenalan akan fitrah dan iman, serta pengaplikasian dari

nilai-nilai kefitrahan tersebut, dapat menjadi indikasi (gambaran) dari keluasan

serta ketinggian iman seseorang. Karena, tidaklah sebuah kesadaran akan fitrah

itu akan menghasilkan iman (keyakinan), namun juga membentuk sebuah jalan

pencarian, jalan pemenuhan, jalan pengharapan, jalan ketulusan, serta jalan

kebahagiaan hidup. Keterjalinan hubungan yang erat (fitrah dan iman) tersebut,

akan membawa kepada sikap penghargaan dan tanggung jawab, baik kita

sendiri sebagai individu manusia dan kita sebagai bagian dari makhluk yang

hidup di alam semesta ini. Sehingga kebahagiaan dan kesempurnaan dalam

kehidupan ini dapat diraih.17

BAB III

PENUTUP

17
Didin Komaruddin, Pemikiran Muhammad Taqi Misbah Yasdi Relasi Fitrah dan Iman Buku
Daras Ilmu Kalam, (Bandung: UIN Sunang Gunung Djati): h. 60-65
A. Kesimpulan

Muhammad Taqi Misbah Yazdi seorang Ulama Syiah Iran dan aktivis politik

konservatif yang berfungsi sebagai pemimpin spritual Front Stabilitas Revolusi Islam

pada masa perlawanan terhadap kepemimpinan Reza Pahlevi. Misbah Yazdi

mendirikan beberapa sekolah dan perguruan tinggi, termasuk yang paling terkenal

saat ini yaitu Institut Dar el-Haqq, Yayasan Baqir al-Ulum, dan Institut dan Pusat
Riset Imam Khomeini, di mana ia menjadi direktur dan mengadakan kajian rutin.

Pada tahun 1996, beliau terpilih sebagai wakil dari provinsi Khuzistan sebagai

anggota dewan komisi pendidikan. Pengakuan terhadap Misbah Yazdi sebagai

seorang filsuf yang mumpuni diperkuat dengan produktivitas karyanya yang

mencapai sekira 20 buku tentang filsafat Islam dan kajian tentang Barat.

Pemikiran Misbah Yazdi yang pertama adalah Konsep manusia sempurna.

Menurut Misbah Yazdi ada beberapa tahapan untuk sampai pada hakikat manusia

seutuhnya maka yang pertama manusia harus mengenali dirinya sendiri. Pertama,

Ma’rifat adz-dzat (mengenali diri), kedua, Bina’ Adz-dzat (membangun diri), ketiga,

kembali kepada diri, setelah dua rangkaian diatas, seseorang mesti mengenali tujuan

mendasarnya (al-hadaf al-ashli).

Misbah Yazdi berpendapat bahwa kebahagiaan hakiki manusia yaitu

kesempurnaan puncak spiritualitas manusia dalam kondisi kedekatan diri kepada

Allah. Jelas masih diperlukan pengelaborasian mendalam dan uraian yang panjang

tentang bagaimana menurunkan metaetika menjadi etika sehingga dapat menjadi

panduan yang konkret


Muhammad Taqi Mishbah Yazdi memandang fitrah dan iman bukanlah hanya

sebagai suatu pemberian dan potensi belaka. Setiap manusia haruslah berusaha

menemukan dan mengarahkan dirinya kepada kesempurnaan insaninya. Puncak

kesempurnaan ini hanya dapat diketahui manakala manusia telah mengenal hakekat

dirinya, awal dan akhir dari perjalanan kehidupannya.

B. Implikasi

Demikianlah Makalah ini menyajikan pemikiran dari Muhammad Taqi Misbah

Yazdi, harapannya agar dapat dijadikan literature dalam kajian filfat. Implikasi dari

tulisan ini sekiranya dapat menambah literature dalam kajian filsafat islam modern
DAFTAR PUSTAKA

Hasan, Ilyas. Para Perintis Zaman Baru Islam, Bandung: Mizan, 1995

https://riset.sadra.ac.id/mengenal-taqi-misbah-yazdi-dari-muhsin-labib/

https://sipencariilmu.wordpress.com/ 2012/01/27 /biografi-ayatullah-syeikh-


muhammad-taqi-misbah-yazdi/

Komaruddin, Didin. Pemikiran Muhammad Taqi Misbah Yasdi Relasi Fitrah


dan Iman Buku Daras Ilmu Kalam, Bandung: UIN Sunang Gunung Djati, 2020.

Nurasiah, Pemikiran Taqi Mishbah Yazdi Tentang Etika Islam Kontemporer,


Teosofi: Jurnal Tasawuf dan Pemikiran Islam, 2015

Nurdin, Muh. Sabri dan Mustari Mustafa, “Epistemologi Islam dalam Filsafat
Muhammad Taqi Misbah Yazdi”, Diskursus Islam , 2016

Samsukdin, Ali. Relasi Tuhan dengan Manusia dalam Pemikiran Muhammad


Taqi Misbah Yazdi, Skripsi: UIN Syarif Hidayatullah, 2020

Siavoshi, Sussan. “The Muslim World” Hartford, 2010: h. 124-144

Soivi, Moh. Kehendak Bebas Dalam Pemikiran Ayatullah Muhammad Taqi


Mishbah Yazdi, Skiripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2018.

Takbir, Muhammad. Telaah Taqi Muhammad Yazdi Terhadap Kennet T.


Gallagher tentang Pengetahuan Konseptual,” Sulesana 2019.

Yazdi, Muhammad Taqi Mishbah, Philosophical Instructions: An


Introduction to Contemporary Islamic Philosophy, terj. Musa Kazhim dan Saleh
Baqir, Buku Daras Filsafat Islam; Orientasi ke Filsafat Islam Kontemporer, Jakarta:
Sadra Press, 2010.

Anda mungkin juga menyukai