Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH ILMU KALAM

TOKOH ALIRAN KALAM HASAN HANAFI


Untuk Memenuhi Tugas UAS Mata Kuliah Ilmu Kalam

Dosen Pengampu : Siti Muslifah, S.H.I., M.S.I.

Disusun Oleh :

Aly saifil akbar

NIM : 204102010048

FAKULTAS SYARI’AH
PRODI HUKUM KELUARGA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI JEMBER
TAHUN AJARAN 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, karena telah memberikan kesempatan
pada saya untuk menyelesaikan makalah ini. Atas Rahmat dan Hidayah-Nya saya dapat
menyelesaikan makalah berjudul Tokoh Rasyidi tepat waktu. Makalah disusun guna
memenuhi tugas UAS Ibu dosen Siti Muslifah, S.H.I., M.S.I. selain itu saya juga berharap
agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi saya dan juga teman-teman yang lain.

Saya mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada Ibu Siti Muslifah, S.H.I.,


M.S.I. tugas yang diberikan ini menambah wawasan. Serta juga mengucapkan terimakasih
kepada semua pihak yang telah membantu proses penyusunan makalah ini. Kami menyadari
makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun demi
kesempurnaan makalah ini.

Jember,28,Desember.2020

Penyusun
DAFTAR ISI

Cover.......................................................................................................................

Kata pengantar.........................................................................................................

Daftar isi..................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang.............................................................................................
B. Rumusan masalah........................................................................................
C. Tujuan .........................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

1 Biografi hasan hanafi...................................................................................


2 Karya-karya hasan hanafi............................................................................
3 Pemikran-pemikiran hasan hanafi...............................................................
4 Pembaharuan hasan hanafi..........................................................................

BAB III PENUTUP

1 Kesimpulan..................................................................................................

DAFTAR ISI..........................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Dalam perkembangannya Islam banyak sekali mengalami perubahan-perubahan
dan pembaharuan-pembaharuan yang terjadi. Karena adanya ketidak relevannya
antara masa klasik dan masa berikutnya. Sehingga terjadi suatu pembaharuan
pemikiran yang terjadi, salah satunya tokoh pembaharuan dalam Islam ialah Hasan
Hanafi.
Berkaitan dengan hal tersebut yang perlu dikaji bila membicarakan mengenai
pembaharuan pemikiran seorang tokoh maka yang perlu di perhatikan adalah kondisi
lingkungan dimana dia dibesarkan. Karena kondisi lingkungan itulah yang pada
umumnya melatarbelakangi munculnya gagasan-gagasannya itu.
Fokus penelitian pada pemikiran Hassan Hanafi ini adalah kiri Islam,
Oksidentalisme, Revolusi tauhid, Revitalisasi Khasanah Intelektual Klasik, dan
Antroposentrisme. Pemikiran Hassan Hanafi tersebut menurut pandangan pemikir-
pemikir Islam lainnya ada beberapa yang mendukung dan adapula yang mengkritik
pemikirannya. Dari beberapa pemikir Islam lainnya seperti Fazlurrahman,
Mohammad Arkoen, Nurcholish Madjid dan pemikir Islam yang mengkritik adalah
Kuntowijoyo.
Dari perbedaan tersebut, bukan berarti pemikiran Hassan Hanafi tidak relevan,
ada beberapa pemikirannya yang cukup relevan untuk dimiliki oleh umat Islam untuk
dijadikan motivasi dan pemikirannya untuk merekonstruksi umat Islam. Dan juga
relevan tidaknya dapat dilihat bagaimana menurut sudut pandang dari al-Quran.

1
M. Ridlwan hanbali, “Hassan Hanafi: dari Islam Kiri, Revitalisasi Turats hingga Oksidentalisme” dalam M. Aunul Abied
(ed).
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana biografi Hasan Hanafi?
2. Apa saja karya-karyanya?
3. Bagaimana pemikiran yang  ia berikan pada umat Islam
4. Bagaimana pembaruan hasan hanafi

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana biografi Hasan Hanafi.
2. Untuk mengetahui apa saja karya-karyanya.
3. Untuk mengetahui bagaimana pemikiran yang ia berikan pada umat Islam
4. Untuk mengetahui pembaruan hasan hanafi
BAB II

PEMBAHASAN

1. BIOGRAFI HASAN HANAFI

lahir pada 13 Februari 1935 di Kairo, di dekat Benteng Salahuddin, daerah


perkampungan Al-Azhar. Ia dilahirkan pdari keluarga musisi[1] (Rozak & Anwar,
2014). Masa kecil Hanafi berhadapan dengan kenyataan-kenyataan hidup di bawah
penjajahan dan dominasi pengaruh bangsa asing. Kenyataan itu membangkitkan sikap
patriotik dan nasionalismenya, sehingga tidak heran meskipun masih berusia 13 tahun
ia telah mendaftarkan diri untuk menjadi sukarelawan perang melawan Israel. Namun
ia ditolak oleh Pemuda Muslimin karena dianggap usianya masih terlalu muda.
Namun hal tersebut tidak menyurutkan semangatnya, sehingga pada umur 16 tahun ia
ikut perang gerilya melawan Inggris di terusan Suez (Soepono, 2009). Di samping itu
ia juga dianggap bukan berasal dari kelompok Pemuda Muslimin. Ia kecewa dan
segera menyadari bahwa di Mesir saat itu telah terjadi problem persatuan dan
perpecahan.

Pendidikannya diawali pada tahun 1948 dengan menamatkan Pendidikan


tingkat dasar, dan melanjutkan studi di Madrasah Tsanawiyah “Khalil
Agha”, Kairo. Sejak sekolah disinilah, Hanafi mulai tertarik dengan kegiatan-kegiatan
intelektual dengan mempelajari pemikiran sayyid Qutb tentang keadilan dan Islam,
dan dengan teman-temannya ia mengikuti diskusi Ikhwan al-Muslimin. Dengan
kegiatan tersebut ia terdorong untuk mendalami pemikiran agama, revolusi dan
perubahan sosial, filsafat teori-teori social. Sejak tahun 1952 sampai dengan 1956
Hanafi belajar di Universitas Kairo untuk mendalami bidang filsafat.[3] Di dalam
periode ini ia merasakan situasi yang paling buruk di Mesir. Pada tahun 1954
misalnya, terjadi pertentangan keras antara kelompok diskusinya Ikhwanul Muslimin
dengan gerakan revolusi.

Kemudian ia melanjutkan ke Universitas Sorbonne Perancis dengan


konsentrasi kajian pemikiran Barat modern dan pra-modern pada tahun 1956 sampai
1966. Selama di Perancis, Hanafi mendalami berbagai disiplin ilmu. Ia juga
mendalami beberapa metode berfikir, mulai dari pemikiran fenomenologi Husserl
(1859-1938) yang mengakui kebenaran empiris, kebenaran teoritis (akal) dan
kebenaran nilai. Kemudian ia juga mendalami pemikiran pembaruan dan sejarah
filsafat Jean Guitton (1901-1999), sampai analisis kesadaran Paul Ricouer (1913-
2005), pemikiran Louis Massignon (1883-1962) dalam bidang pembaruan. Perjalanan
Ilmiah Hanafi selama di Perancis berlangsung selama kurang lebih 10 tahun yang
membuatnya memiliki kesan abadi pada perkembangan intelektualnya yang
membuatnya berucap “ituah barat yang aku pelajari, aku cintai, aku kritik dan
akhirnya aku benci.[4] Namun, walaupun dikemudian hari ia mengkritik dan bahkan
menolak barat, tetapi tidak bisa dipungkiri bahwa ide-ide liberalisme barat,
demokratisasi, rasionalisme, dan pencerahannya telah merasuk dan mempengaruhi
pemikiran-pemikiran hanafi.

Meskipun Hanafi menolak dan mengkritik Barat, namun ide-ide Barat telah
mempengaruhi pemikirannya. Oleh karena itu Kazuo Shimogaki dalam bukunya ”Kiri
Islam” mengatakan bahwa Hanafi adalah seorang modernis-liberal, seperti Luthfi
Asy-Sayyid, Taha 2Husain, dan Al-Aqqad. Salah satu keprihatinan Hanafi adalah
bagaimana melanjutkan proyek yang didesain untuk membuat dunia Islam bergerak
menuju pencerahan yang menyeluruh. Hanafi melihat umat Islam pada masa itu
berada dalam ketidakbebasan, keprihatinan dan berada dalam bayang-bayang negara
Barat.[5] (Fuad Hasan, 2018).

Karier Hanafi di dunia intelektual dimulai pada tahun 1967 ketika diangkat
menjadi Lektor, kemudian Lektor Kepala (1973), Profesor filsafat (1980) pada
jurusan Filsafat Universitas Kairo serta diserahi jabatan sebagai ketua Jurusan Filsafat
pada universitas yang sama. Selain itu, ia juga aktif dibeberapa negara dan perguruan
tinggi internasional sebagai dosen tamu, seperti di Perancis (1969), Belgia (1970),
Temple University Philadelpia AS (1971-1975) Universitas Kuwait (1979), dan
Universitas Fez Maroko (1982-1984). Selanjutnya diangkat sebagai guru besar pada
Universitas Tokyo (1984-1985), di Persatuan Emirat Arab (1985) dan menjadi
penasihat program di Universitas PBB di Jepang (1985-1987). 

Di samping menggeluti dunia akademik, Hanafi juga aktif dalam organisasi


kemasyarakatan, seperti Persatuan Masyarakat Filsafat Mesir sebagai sekretaris

2
M. Ridlwan hanbali, “Hassan Hanafi: biografi.
umum, anggota Ikatan Penulis Asia-Afrika, dan wakil presiden Persatuan Masyarakat
Filsafat Arab. Pemikirannya tersebar di dunia Arab dan Eropa. Tahun 1981, ia
memprakarsai sekaligus menjadi pimpinan redaksi Jurnal Ilmiah al-Yasar al-Islami
(Kiri Islam). Pemikirannya dalam jurnal tersebut memancing reaksi keras dari
penguasa Mesir saat itu, Anwar Sadat (1918-1981), sehingga menyeret Hanafi
mendekam dalam penjara. Sejak saat itu, jurnal al-Yasar al-Islami tidak pernah terbit
lagi. Namun pemikiran al-Yasar al-Islami tidak pernah hilang dikalangan umat Islam,
bahkan menjadi kajian yang menarik dan layak untuk diteliti dan dikembangkan.
Meskipun di negaranya sendiri (Mesir) ia kurang diterima bahkan dikecam oleh
kelompok Islam konservatif-skripturalis, tapi ia selalu menyempatkan diri menulis
beberapa karya ilmiah yang menekankan pada pentingnya tradisi dan pembaruan (al-
Turats wa Tajdid) dalam upaya membebaskan dunia Timur (Islam) dari pengaruh
Barat, sehingga tercipta kesetaraan antara al-ana yakni dunia Timur dan al-
akhar yakni dunia Eropa atau Barat.

Bagi kelompok konservatif, Hasan Hanafi bahkan para revolusioner Islam


lainnya dianggap justru telah meremehkan Islam dan melemahkan posisi Islam
didalam kehidupan umat manusia, dan ajaran-ajaran mereka telah terpengaruh oleh
kepentingan-kepentingan dunia Barat. Dengan dalil-dalilnya, aliran konservatif telah
mengkafirkan ajaran-ajaran modernis Islam

Disamping dunia akademik, Hanafi juga aktif dalam organisasi ilmiah dam
kemsyarakatan. Aktif sebagai sekretaris umum Persatuan Masyarakat Filsafat Mesir,
anggota Ikatan Penulis Asia-Afrika, anggota Gerakan Solidaritas Asia-Afrika dan
menjadi wakil presiden Persatuan Masyarakat Filsafat Arab. Pemikirannya tersebar di
dunia Arab dan Eropa. Tahun 1981 memprakarsai dan sekaligus sebagai pimpinan
redaksi penerbitan jurnal ilmiah Al-Yasar al-Islami. Pemikirtannya yang terkenal
dalam jurnal ini sempat mendapat reaksi keras dari penguasa Mesir saat itu, Anwar
Sadat, sehingga menyeretnya dalam penjara.

2. Karya-karya
Karya karya hanafi dapat diklasifikasiakan menjadi tiga priode, yaitu : Priode
pertama berlangsung pada tahun 60-an; periode kedua pada tahun 70-an, dan periode
ketiga dari tahun 80-an sampai dengan 90-an. Analisis tentang perkembangan
pemikiran Hanafi akan di dasarkan perkembangan perpriode dari karya karya
tersebut. Masing masing priode terdapat perkembangan pemikiran hanafi dan
dinamika politik di Mesir mempunyai pengaruh besar pada pemikirannya. Pada awal
dasawarsa 1960-an pemikiran Hanafi dipengaruhi oleh faham-faham dominan yang
berkembangan di Mesir, yaitu nasionalistik-sosialistik populistik yang juga
dirumuskan sebagai ideologi Pan Arabisme, dan oleh situasi nasional yang kurang
menguntungkan setelah kekalahan Mesir dalam perang melawan Israel pada tahun
1967. Salah satu karya monumentelnya adalah min’al-aqidah ila al tasawrah (dari
akidah ke revulusi)
Usahanya untuk melakukan rekonstruksi pemikiran Islam, ketika ia berada di
Perancis ia mengadakan penelitian tentang, metode interpretasi sebagai upaya
pembaharuan bidang ushul, dan tentang fenomenologi sebagai metode untuk
memahami agama dalam konteks realitas kontemporer. Ketiga, usaha untuk
menginterprestasikan realitas umat islam dalam kerangka baru. Penelitian itu
sekaligus merupakan upayanya untuk meraih gelar doktor pada Universitas Sorbonne,
dan ia berhasil menulis disertasi tentang Metode Penafsiran yang mendapat
penghargaan sebagai karya ilmiah terbaik di Mesir pada tahun 1961.
Awal periode 1970-an, Hanafi juga memberikan perhatian utamanya untuk
mencari penyebab kekalahan umat Islam dalam perang melawan Israel tahun 1967.
Oleh karena itu, tulisan-tulisannya lebih bersifat populis. Di awal periode 1970-an, ia
banyak menulis artikel di berbagai media massa, seperti Al Katib, Al-Adab, Al-Fikr
al-Mu’ashir, dan Mimbar Al-Islam. Pada tahun 1976, tulisan-tulisan itu diterbitkan
sebagai sebuah buku dengan judul Qadhaya Mu’ashirat fi Fikrina al-Mu’ashir
Kemudian, pada tahun 1977, kembali ia menerbitkan Qadhaya Mu `ashirat fi
al Fikr al-Gharib. Buku kedua ini mendiskusikan pemikiran para sarjana Barat untuk
melihat bagaimana mereka memahami persoalan masyarakatnya dan kemudian
mengadakan pembaruan.
Sementara itu Dirasat Islamiyyah, yang ditulis sejak tahun 1978 dan terbit tahun 1981,
memuat deskripsi dan analisis pembaruan terhadap ilmu-ilinu keislaman klasik,
seperti ushul fikih, ilmu-ilmu ushuluddin, dan filsafat. Dimulai dengan pendekatan
historis untuk melihat perkembangannya, Hanafi berbicara tentang upaya rekonstruksi
atas ilmu-ilmu tersebut untuk dise¬suaikan dengari realitas kontemporer. Periode
selanjutnya, yaitu dasawarsa 1980-an sampai dengan awal 1990-an, dilatarbelakangi
oleh kondisi politik yang relatif lebih stabil ketimbang masa-masa sebelumnya.
Dalam periode ini, Hanafi mulai menulis Al-Turats wa al-Tajdid yang terbit pertama.3
kali tahun 1980. Buku ini merupakan landasan teoretis yang memuat dasar-
dasar ide pembaharuan dan langkah-langkahnya. Kemudian, ia menulis Al- Yasar Al-
lslamiy (Kiri Islam), sebuah tulisan yang lebih merupakan sebuah "manifesto politik"
yang berbau ideologis, sebagaimana telah saya kemukakan secara singkat di atas.
Buku Min Al-Aqidah ila Al-Tsaurah (5 jilid), yang ditulisnya selama hampir sepuluh
tahun dan baru terbit pada tahun 1988. Buku ini memuat uraian terperinci tentang
pokok-pokok pembaruan yang ia canangkan dan termuat dalam kedua karyanya yang
terdahulu. Oleh karena itu, bukan tanpa alasan jika buku ini dikatakan sebagai karya
Hanafi yang paling monumental. Selanjutnya, pada tahun-tahun 1985-1987, Hanafi
menulis banyak artikel yang ia presentasikan dalam berbagai seminar di beberapa
negara, seperti Amerika Serikat, Perancis, Belanda, Timor Tengah, Jepang, termasuk
Indonesia. Kumpulan tulisan itu kemudian disusun menjadi sebuah.buku yang
berjudul Religion, Ideology, and Development yang terbit pada tahun 1993. Beberapa
artikel lainnya juga tersusun menjadi buku dan diberi judul Islam in the Modern
World (2 jilid). Bapak tiga anak ini menulis sedikitnya 20 buku dan puluhan makalah
ilmiah. Karyanya yang populer di Indonesia antara lain Al-Yasar al-Islami (Kiri
Islam), Min al-`Aqidah ila al-Thawrah (Dari Teologi ke Revolusi), Turath wa Tajdid
(Tradisi dan Pembaharuan), Islam in The Modern World (1995), dan lainnya. Hasan
Hanafi bukan sekedar pemikir revolusioner, tapi juga reformis tradisi intelektual
Islam klasik.

3
prof dr yunan yusuf, jl tambra raya No. 23 rawamangun, Jakarta.
3. Pemikiran kalam hasan hanafi
Hasan al-hanafi mempunyai banyak sekali pemikiran dalam dunia islam. Ada
hasil pemikiran beliau dalam hal “politik” yang sangat terkenal yaitu Kiri Islam dan
dalam bidang tafsir karyanya adalah Hermeneutika Al-quran. Ada juga tentang
oksidentalisme. Disini akan coba di jelaskn beberapa inti pemikiran dari Hasan
Hanafi.

1) Kritik terhadap teologi tradisional[4]


Dalam gagasan tentang rekonduksi Teologi Tradisional,Hanafi menegaskan
perlunya mengubah orientasi perangkat konseptual system kepercayaan(Teologi)
sesuai dengan perubahan kontek politik yang terjadi.teologi tradisional lahir dalam
konteks sejarah ketika inti keislaman system kepercayaan,yakni transedensi
tuhan,diserang oleh wakil dari sekte dan budaya lama.teologi itu dimaksudkan untuk
mempertahankan doktrin utama dan memelihara kemurniannya.
Hasan al- hanafi memandang bahwa teologi bukanlah pemikiran murni yang
hadir dalam kehampaan kesejarahan,melainkan merefleksikan konflik-konflik social
politik.menurut Hanafi teologi sesungguhnya bukan ilmu tentang tuhan,yang secara
itimologis berasal dari kata Theos dan logos melainkan ilmu tentang kata(ilm al-
kalam) karena tuhan tidak tunduk kepada ilmu,Tuhan mengungkapkan diri dalam
sabdanya yang berupa wahyu.Ilmu kata adalah tafsir yaitu ilmu hermeneutic yang
mempelajari analisis percakapan(discourse analisys),bukan saja dari segi bentuk-
bentuk murni ucapan melainkan dari segi konteksny,yakni pengertian yang merujuk
kepada dunia.

bentuk murni ucapan melainkan dari segi konteksny,yakni pengertian yang


merujuk kepada dunia. Secara Praxis,Hanafi juga menunjukan bahwa teologi
tradisional tidak dapat menjadi sebuah “pandangan yang benar-benar hidup”dan
member motivasi tindakan dalam kehidupan kongkret umat manusia .Secara praxis
teologi tradisional gagal menjadi semacm ideology yang sungguh-sungguh fungsional
bagi kehidupan nyata masyarakat muslim.ia menyatakan,baik secara individual
maupun social,umat ini dilanda keterceraiberaian dan terkoyak-koyak.secara
individual fikiran manusia terputus dengan kesadaran.perkataan maupun
perbuatannya.
Secara historis,teologi telah meyikap adanya benturan berbagai kepentingan dan
sarat  dengan konflik social-politik. Teologi telah gagal pada dua tingkat:
 Tingkat teoretis,yaitu gagal mendapat pembuktian ilmiah dan filosofis
 Tingkat Praxis,yaitu gagal karena hanya menciptakan apatisme dan
negativism
Beberapa Tawaran Model-model Rekontruksi untuk mengubah keadaan umat
dalam menghadapi Zaman Modern,menurut Hasan Al-Hanafi,yaitu:[
a) Dari Tuhan ke Bumi
Yang dimaksudkan oleh Hanafi adalah kepercayaan akan adanya tuhan yang
Maha Pencipta yang harus dimplementasikan dalam bentuk pengelolahan dan
pengelolahan bumi sebagai sumber kehidupan manusia.
b) Dari Keabadian ke Waktu
Hanafi berpendapat bahwa pembangunan tidak akan berlangsung jika
berorientasi keabadian.Menurut Hanafi,hal ini dikarenakan pembangunan,berarti
tahapan-tahapan dalam waktu yang harus diikuti sesuai perencanaan.sedangkan
yang dimaksudkan hanafi dengan keabadian adalah kehidupan pasca dunia,yang
merupakan tujuan akhir setiap pemeluk agama.
c) Dari Takdir ke Kehendak bebas
Adalah pembangunan akan sangat menguntungkan apabila prioritas diberikan
kepada kehendak bebas manusia daripada takdir tuhan.
d) Dari Otoritas ke Akal
Hanafi begitu Gencarnya mendorong umat islam agar mendayagunakan
akal,sampai-sampai ia mengatakan “akal sama dengan wahyu dan keduanya sama
dengan alam
e) Dari Teori ke Tindakan
Hanafi menyatakan bahwa dalam islam perbuatan yang baik merupakan satu-
satunya manifestasi iman.iman tanpa tindakan adalah omong kosong.dengan tegas
ia mengatakan bahwa tindakan yang benar yang didasarkan pada teori yang salah
adalah lebih baik daripada teori yang benar tanpa tindakan.

f) Dari Kharisma ke Partisipasi Massa


Hanafi memandang perlu perubahan orientasi dari kepemimpinan kharismatis
menuju komunitas massa.ia menegaskan bahwa sholat berjamaah bernilai lebih
besar dari pada sholat sendiri;tujuan puasa adalah untuk merasakan adanya orang
lain;dan haji dapat menjadi persidangan tahunan untuk perancanaan komunitas.
g) Dari Jiwa ke Tubuh
Hanafi lebih cendrung eksoteris dalam memandang kemanusian,masalah
tubuh,katanya,adalah masalah utama ketiga
didunia yakni;kelaparan,kekeringan,perumahan,tranfortasi dan sebagainya
h) Dari Eskatologi ke Futurologi
Eskatologi berarti masa depan manusia dan dunia.manusia harus
mempersiapkan diri untuk sebuah masa depan yang baik dan membuat dunia ini
menjadi dunia yang sebaik-baiknya.
Dari tawaran model rekontruksi diatas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa
hasan hanafi adalah seorang ideolog yang menawarkan ideology alternative bagi
pembangunan umat islam. Pemikiran-pemikiran Hanafi lebih berorientasi pada
exiztansi manusia (antroposentris).pemikiran-pemikirannya tidak berenti pada
tataran ideologis konsepsional dan filosofis,tetapi berusaha untuk mengajukan
langkah-langkah operasionalnya.

2) . Rekontruksi Teologi
Untuk memfungsikan teologi menjadi ilmu-ilmu yang bermanfaat bagi
masa kini.Hasan Hanafi melakukan kontruksi dan revisi serta membangun kembali
epistemology lama yang rancu dan palsu menuju epistemology baru yang sahih dan
lebih signifikan.Tujuan rekontruksi teologi hanafi adalah menjadikan teologi tidak
sekedar dogma-dogma keagamaan yang kosong,melainkan menjelma sebagai ilmu
tentang pejuang social,yang menjadikan keimanan-keimanan memiliki fungsi
secara actual sebagai landasan etik dan motivasi manusia.
a. Analisis Bahasa
Bahasa serta Istilah-Istilah dalam teologi tradisional adalah warisan nenek
moyang dibidang teologi yang merupakan bahasa Khas yang seolah-olah menjadi
ketentuan sejak dulu.teologi tradisional memiliki istilah-istilah khas seperti
Allah,Iman,Akhirat.Menurut Hanafi semua ini sebenarnya meyingkapkan sifat-
sifat dan metode keilmuan,ada yang empiric-rasional seperti iman,amal dan
imamah,dan ada yang historis seperti nubuwah serta adapula yang metafisik seperti
Allah dan Akhirat.
b. Analisis Realitas
Analisis ini dilakukan untuk mengetahui latar belakang historis-sosiologis
munculnya teologi dimasa lalu,mendeskripsikan pengaruh-pengaruh nyata bagi
kehidupan masyarakat dan bagaimana ia mempunyai kekuatan mengarahkan terhadap
perilaku para pendukungnya.analisis realitas ini berguna untuk
menentukan stressing kearah mana teologi kontemporer harus diorientasikan

3) Pandangan Hanafi terhadap al-Quran


Hasan hanafi adalah seorang tokoh konrtemporer, tetapi dalam pemikirannya
ia berbeda dengan kebanyakan ulama lainnya. Ia tidak mempermasalahkan
keotentikan dan kebahasaan teks al-Quran. Menurut Hanafi dari sekian banyak kitab
suci yang di turunkan oleh Allah swt hanya al-Quranlah yang bisa di jamin
keasliannya saat ini. Hanafi juga sepakat dengan ulama terdahulu hanafi menyatakan
bahwasanya Allah swt menurunkan al-Quran secara vertikal kepada nabi Muhammad
melalui malaikat Jibril. Dalam proses vertikal ini Malaikat dan Nabi Muhammad
bertindak sebagi Passive transmiters. Keduanya bertindak sebagai sebagai record
sepenuhnya, sehingga wahyu allah bersifat verbatim
Sebagai passive transmitters, Malaikat Jibril dan Nabi Muhammad
menyampaikan apa adanya wahyu yang mereka terima dari Allah. Sebagai contoh,
ada beberapa surat Al-Qur’an yang dimulai dengan huruf-
huruf muqaṭṭa’ah seperti Nūn, Qāf, Yāsīn dan lain sebagainya, kemudian terdapat pula
ayat yang mengkritik Nabi Muhammad seperti yang terdapat pada awal surat Abbasa.
Keberadaan ayat-ayat semacam ini merupakan bukti internal bahwa Al-Qur’an
otentik, terbebas dari campur tangan Nabi Muhammad[9].Hanafi juga meyakini
bahwa semua ayat dalam al-Quran itu mempunyai asbabul nuzul.Menurut Hasan
Hanafi al-Quran sebagai wahyu mempunyai 3 keunggulan dibandingkan dengan
kitab-kitab lainnya.
a. Al-Quran adalah kitab terakhir dalam sejarah kenabian sejak nabi Adam as sampai
nabi Muhammad saw. Sebagai kitab terakhir adalah ia yang kitab yang sempurna
bentuknya, dan oleh karena itu ia dijadikan sumber syariat tanpa harus menunggu
perubahan, penggantian dan penghapusan.
b. Al-Quran adalah kitab yang paling di jamin keotentikannya, tidak ada perubahan di
dalamnya. Berbeda dengan kitab-kitab sebelumnya yang terdapat perubahan
didalamnya
c. Al-Quran adalah kitab suci yang terakhir diturunkan dan tidak sekaligus melainkan
bertahap sesuai dengan kondisi dan kebutuhan pada saat itu. Ayat-ayat al-Quran yang
turun sebagai penyelesaian atas kondisi pada saat itu. Ayat-ayat tersebut terkumpul
selama 23 tahun dan sekarang kita kenal dengan mushaf al-Quran. Menurut Hasan
Hanafi membaca teks sama saja dengan memahaminya. Teks adalah perubahan
kehendak dari lisan menjadi tulis. Menurutnya teks bukanlah dokumen yang lebih
dekat kepada catatan kuno tetapi realitas yang hidup dalam keadaan diam, yang akan
terbangkit melalui pembacaan sehinnga hidup kembali dalam berbagai bentuk. Teks
bukan saja sebagai bentuk dokumentasian yang bertujuan untuk melestarikan dan
untuk mencatat melainkan cermin keotoritasan pengorentasian, koodifikasi dan
penetapan hukum.

4) Pandangan Hasan Hanafi terhadap Penfsiran Klasik al-Quran


Awal mula Hanafi mengemukakan pendapatnya tentang al-Quran adalah
ketika dia tidak merasa puas dengan teori klasik yang telah dibangun oleh ulama
tafsir. Ia beranggapan bahwa  teori yang dipakai tidak memiliki teori yang solid yang
memiliki prinsip-prinsip yang teruji dan terseleksi. Karena penafsiran model klasik ini
tidak menginjak pada level syarah (komentar), tafsil (detailisasi) dan tikrar
(pengulangan) serta penjelas tentang apa point-point yang harus di tekankan ketika
menafsirkan ayat/surah tertentu. disisi lain ia mengabaikan kehidupan, problem,
kebutuhan manusia yanag mengakibatkan teks tersebut hanya berkutat pada dirinya
sendiri.Teori tafsir adalh teori yang menghbungkan antara wahyu dan realitaz( antara
dunia dan akhirat dan manusia dg tuhan). Menurut Hasan Hanafi problematika
penafsiran al-Quran klasik ada 2 hal yang berpengaruh besar. Pertama tentang krisis
Orientasi dan yang kedua adalah krisis Epistimologi.
a. Krisis Orientasi Hanafi menginginkan penafsiran al-Quran menjadi sumber rujukan
utama dalam bidang keilmuan lainnya seperti filsafat, fiqih, tasawuf ushul fiqih dll.
Penafsiran klasik tidak pernah tuntas dan tafsir ini hanya terjebak pada orientasi
metodologis dari disiplin ilmu klasik islam.
b. Dalam penafsiran ini al-Quran lebih banyak digunakan sebagai justifikasi atas posisi
keilmuan lain daripada memahaninya secara sunggung-sungguh. al-Quran
dipaksakan untuk menguatkan posisi ilmu yang lain. Orientasi tafsir klasik menurut
hasan hanafi mempunyai 3 kelemahan. Pertama penafsiran ini lebih bersifat
teosentris daripada antroposentris. Kedua, berujukan kepada lingkup islam klasik,
dan yang terakhir tidak pernah dimulai dengan mengkritik.
c. Krisis epistimologis Kebanyakan tafsir yang klasik hanya skedar menjelaskan
masalah-masalah yang tidak menyinggung dengan permasalahan masyarakat. Di
dalamnya hanya mengulang-ngulang saja pendapat para ulama terdahulu dan
mengemasnya dengan berbagai argumen.4

4
Https://www.scribd.com/doc/39806219/pemikiran-pemikiran kalam
Hasan hanafi (di akses pada tanggal 29, desember,2020 jam 19:50)
4. Pembaruan hasan hanafi
Pembaruan Hasan Hanafi baru sebatas menyandingkan antara yang Qodim (tuhan)
Dengan yang Jadid(alam). gagasannya juga baru sebatas saling memberikan warna
serta pengaruh antara kedua dimensi tersebut dan belum menampaki ranah takwil
yang memungkinkan terjadinya pembaruan yang sesungguhnya seperti yang
diinginkan Dr. Nasr. Meskipun demikian Dr Nasr juga memuji ide Hasan Hanafi
setelah menjelaskan "kelemahan sekaligus kegagalannya" namun upaya Hasan Hanafi
dengan mengubah ketuhanan menjadi kemanusiaan Wahyu menjadi pemikiran dan
pengalaman manusia menurut Dr Nasr belum cukup untuk sampai kepada pengertian
majazi dari setiap informasi Al Qur'an.
Masih berkenaan dengan Hasan Hanafi , Dr Nasr menilai langkahnya penuh
dengan keraguan dan baru sebatas memuluskan komunikasi antara unsur sakral dan
profane. Proyek"kiri Islam" yang di gagas Hasan Hanafi menurut Dr Nasr telah
bergeser dari tujuan semula yaitu pembangunan kembali keilmuan Islam (i'adatul
bina) menjadi haknya sebagai pewarnaan kembali (i'adat uttila) dari perbedaan yang
telah usang. Begitu pula perubahan gerakan pembaharuan menjadi upaya
menyandingkan antara yang lama dengan yang baru sebuah usaha yang baru memberi
warna dan belum menerapkan konsep takwil sebagai bentuk dari sebuah bangunan
yang baru tetapi kekurangan ini tidak menghancurkan seluruh proyek Hasan Hanafi
Karena banyak penemuan berharga yang perlu di ungkapkan. Di antara keberhasilan
Hasan Hanafi adalah upayanya yang serius untuk menyaksikan akidah terutama
akidah ketuhanan agar tidak berada di luar alam aqidah yang di yakini sebagai sesuatu
yang sempurna dan kuat dalam bentuk nya yang sangat ideal telah menjadi sesuatu
yang profane dan manusiawi.5

5
, dr.mohammed emarah Jl tambora raya No. 23,rawamangun, Jakarta13220
BABIII

PENUTUP

1. Kesimpulan

Hasan hanafi merupakan seorang tokoh pemikir modern dan penggerak dalam
dunia islam Ia mempunyai berbagai pemikiran yang reformis dan revolusioner dalam
pembaharu pemikiran Islam Hasan Hanafi dengan pemikirannya mampu menjadi
tokoh berpengaruh pada masanya dengan ilmu dan pengalamannya Ia melahirkan
banyak kerya tidak terkecuali karyanya yang populer di indonesia seperti Al yasar al
islami (kiri islam) Selain itu hasan hanafi pernah melakukan pembaharuan Meski
pembaharuan itu belum menampaki ranah takwil yg memungkinkan terjadinya
pembaharuan sesungguhnya Gagasan itu mendapatkan pujian dari Dr Nasr saat hasan
hanafi menjelaskan kelemahan sekaligus kegagalannya
DAFTAR PUSTAKA

M. Ridlwan hanbali, “Hassan Hanafi: dari Islam Kiri, Revitalisasi Turats hingga
Oksidentalisme

” dalam M. Aunul Abied (ed).

Munir, A. (n.d.). Kiri Islam dan Proyek Al Turats wa Al Tajdid. Hasan Hanafi

M. Ridlwan hanbali, “Hassan Hanafi: biografi

prof dr yunan yusuf, jl tambra raya No. 23 rawamangun, Jakarta

Https://www.scribd.com/doc/39806219/pemikiran-pemikiran kalam

Hasan hanafi (di akses pada tanggal 29, desember,2020 jam 19:50)

dr.mohammed emarah

Jl tambora raya No. 23,rawamangun, Jakarta13220

Anda mungkin juga menyukai