Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejarah dan kebudayaan  Islam di bagi dalam beberapa periodesasi.
Pada periode klasik peradaban islam sangat maju, dilihat dari ilmu
pengetahuan, kebudayaan, artitekstur yg ada pada masa itu sangat maju.
Padahal di dunia barat masih gelap gulita tentang ilmu pengetahuan,
kebudayaan. Bisa di katakan pada masa itu barat sangat tertinggal sekali
dengan dunia Islam. Mulai pada pertengahan  barat sudah mulai bangkit
sedangkan islam mulai terpuruk akibat dari serangan bangsa mongol.Ilmu
pengetahuan, kebudayaan dan bahkan kehidupan di dunia islam bisa di
bilang mati.
Pada masa periode modern ini islam mulai bangkit dari
keterpurukan, mengejar ketertinggalan dari dunia barat.Kebangkitan-
kebangkitan ini berasal dari dunia Arab. Banyak para tokoh yang mulai
melakukan penggerakan untuk bisa bangkit dan melawan terhadap keadaan
yang terpuruk. Para tokoh ini ada yang melakukan gerakan fisik untuk
melakukan revolusioner dan ada pula tokoh yang lebih suka mengeluarkan
ide-idenya untuk membangkitkan semangat dan menimbulkan kemauan
untuk berubah. Ada pula tokoh yang menggabungkan antar keduanya antara
perjuangan fisik dan gerakan pemikiran. Pada kesempatan kali ini akan
dicoba di jabarkan  tentang seorang tokoh revolusioner mulai dari biografi,
setting sosial, pemikirannya, karya-karyanya yang sampai saat ini masih
bisa kita rasakan pengaruhnya, yaitu tentang tokoh Dr. Hasan al-Hanafi. 
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Riwayat Hidup Hasan Al-Hanafi ?
2. Bagaimana Pemikiran Hasan Al-Hanafi Terhadap Teologi Tradisional
dan pandangan tentang Al-Quran ?
C. Tujuan
1. Agar Kita dapat mengetahui bgaimana riwayat singkat Hasan Al-Hanafi.
2. Untuk mengetahui pemikiran-pemikiran Hasan Al-Hanafi

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Riwayat Singkat Hidup Hasan Al-Hanafi


Hasan al-hanafi dilahirkan pada tanggal 13 februari 1935 di
Kairo ,Mesir di dekat Benteng Salahuddin, daerah Perkampungan Al-Azhar.
Perkampungan ini dekat dengan Universitas Al-Azhar dimana tempat ini
merupakan tempat bertemunya para mahasiswa muslim dari berbagai dunia.
Ia berasal dari keluarga musisi,pendidikannya diawali pada tahun 1948
dengan menamatkan pendidikan tingkat dasar dan melanjutkan studinya di
Madrasah Tsanawiyah Khalil Agha,Kairo yang diselesaikan selama empat
tahun. Meskipun lingkungan sosialnya dapat dikatakan tidak terlalu
mendukung. Menurut sejarah dan kebudayaan kota Mesir telah dipengaruhi
oleh peradaban-peradaban besar sejak masa Fir’aun, Romawi, Bizantium,
Arab, Mamluk da Tukri dan bahkan Eropa Modern. selama di stanawiyah ia
aktif mengikuti diskusi kelompok Ikwan Al-Muslimin.Hasan Hanafi adalah
seseorang Intelektual sekaligus ideology Muslim berkebangsaan Mesir yang
sangat Produktif.1
Ia juga seorang filusuf  hukum Islam serta guru Besar Fakultas
Filsafat Universitas kairo. Hasan hanafi sekolah di sekolah dasar, selesai
tahun 1948. Melanjutkan ke Madrasah Tsanawiyah “Khalil Agha” kairo
selesai tahun 1952.mulai di tsanawiyah inilah, ia mulai aktif mengikuti
diskusi-diskusi al-ikhwan al- muslimun. Dari kegiatannya ini pemikirannya
mulai berkembang. Setelah Tsanawiyah Ia melanjutkan studi di Departemen
Filsafat Universitas kairo selesai pada tahun 1956 sebagai Sarjana muda.
Setelah itu Hanafi melanjutkan studi di Universitas Sorbonne Prancis
dengan mengambil konsentrasi pada kajian pemikiran Barat pra-Modern
dan Modern. Menyelesaikan program master dan doktornya pada tahun
1966, dengan tesis Les Methodes d’Exegeses: Essei sur La Science des
Fondament de La Conprehension Ilmu Ushul Fiqh dan desertasi

1
Madqour, ibrahim, aliran dan teori filsafat islam , Bumi Aksara, Jakarta.1995, hal 233

2
berjudul L’Exegese de La Phenomenologie, L’etat actuel de la Methode
Phenomenologie et sonapplication au Phenomene Religiux. Hasan Hanafi
kecil hidup di lingkungan yang di jajah oleh bangsa asing. Kenyataan ini
membangkitkan sikap patriotik dan nasionalismenya. Karena sikapnya
inilah ia ahirnya memberanikan diri mendaftar sebagai sukarelawan perang
melawan Israel pada tahun 1948 ketika usianya baru mencapai 13 tahun.
Tetapi ia ditolak oleh pemuda Muslimin karena mereka menganggap hanafi
masih terlalu muda. Ia merasa kecewa dan menganggap bahwa mesir saat
itu sedang terjadi problem persatuan dan perpecahan.
Kejadian yang diaalami olehnya pada masa itu, terutama di kampus.
membuatnya bangkit menjadi seorang yang pemikir, pembaharu, dan
reformis. Ia merasa prihatin dengan keadaan umat islam yang tertinggal dan
permasalahan internal yang berkepanjangan yang tak usai-usai. Ketika dia
sekolah di Francis, ia mendapat tempat yang kondusif untuk belajar ia mulai
mencari-cari jawaban atas permasalahn yang dihadapi oleh negerinya,
beserta rumusan-rumusan jawaban untuk mengatasi dan menanggulangi
permasalahan. Disana ia juga mulai berfikir secara metodologi lewat buku-
buku karya orientalis dan perkuliahan yang ia ikuti.Ia juga sempat belajar
pada seorang reformis katolik,Jean Gitton, tentang metodologi berfikir,
pembaharuan dan sejarah filsafat. Ia belajar fenomenologi dar Paul Ricouer,
analisis kesadaran dari Husserl, dan bimbingan penulisan tentang
pembaharuan Ushul Fikih dari Prof. Masnion. Setelah kembalinya ia dari
kuliah di Sarbonne Prancis pada tahun 1966, timbulah keinggin beliau untuk
mengembangkan tulisan-tulisannya.
Tetapi niat ini terurung ketika tahun 1967 Mesir diserang oleh Israel.
Keadaan ini menimbulkan semangat nasionalismenya muncul. Ia kemudian
bersatu bersama rakyat.Hasan Hanafi juga mengajar di Universitas Cairo
disela-sela waktu luangnya. Ia juga mulai giat menulis artikel-artikel untuk
menanggapi permasalahan aktual yang sedang dihadapi oleh bangsanya. Ia
memanfaatkan media massa dalam menyampaikan hasil
pemikirannya.Ia  juga mengajar di beberapa Universitas di Luar Negeri, ia

3
juga pernah menjadi Profesor tamu di beberapa negara seperti Perancis
(1969), Prancis, Belgia, Amerika Serikat, Kuwait, Maroko dan Jepang. Pada
tahun 1984-1985 ia diangkat sebagai guru besar tamu di Universitas Tokyo,
dan menjadi penasihat program di Universitas PBB di Jepang pada tahun
1985-1987.
Ada hal menarik tentang alasan Hasan Hanafi pergi ke Ameika
Serikat, ini berawal dari adanya keberatan dari pihak pemerintah pada
aktivitasnya di Mesir sehingga ia diberi opsi ia akan tetap melanjutkan
aktivitasnya atau pergi ke Amerika. Dengan desakkan dari pemerintah
akhirnya Hassan Hanafi pergi ke Amerika untuk mengajar di Universitas
Temple (1971-1975), dan baru kembali setelah terjadi gerakan anti-
pemerintah Anwar Sadat. Dan kehidupan barunya di Negara itu
memberikan ia kesempatan untuk banyak menulistentang dialok antar
agama dengan revolusi. Baru setelah kembali dari Amerika ia mulai menulis
tentang pembaharuan pemikiran islam secara menyeluruh. Basis sosial
Hasan Hanafi adalah kondisi obyektif dunia Islam pada umumnya yang
masih mempresentasikan diri dengan simbol-simbol keterbelakangan
kemiskinan kebodohan dan sebagainnya, sebagai musuh internal umat.
Sementara kapitalisme global dengan sejumlah tawaran-tawaran entetisnya
berupa proyek rasionalisasi dan sistem pengorganisasi sosial yang bersifat
absolut sebagai penggolongan kebebasan manusia yang bersifat tunggal dan
hegemonik. Realitas ini menghadapakan timur pada situasi yang dilematis.
Di satu sisi dihadapkan pada situasi untuk menerima kapitalisme global
dengan segala implikasinya  sebagai keniscayaan sejarah , sementara di sisi
lain, kondisi obyektif dunia timur (Islam) masih diselimuti problem internal
berupa ketidaksiapan sosiologis maupun epistimologis sebagai  basis
kebudayaannya .Meskipun di negaranya sendiri (Mesir) ia kurang diterima
bahkan dikecam oleh kelompok Islam konservatif-skripturalis, tapi ia selalu
menyempatkan diri menulis beberapa karya ilmiah yang menekankan pada
pentingnya tradisi dan pembaruan (al-Turats wa Tajdid) dalam upaya
membebaskan dunia Timur (Islam) dari pengaruh Barat, sehingga tercipta

4
kesetaraan antara al-ana yakni dunia Timur dan al-akhar  yakni dunia Eropa
atau Barat.Bagi kelompok konservatif, Hassan Hanafi bahkan revolusioner-
revolusioner Islam lainnya dianggap justru telah meremehkan Islam dan
melemahkan posisi Islam didalam kehidupan umat manusia, dan ajaran-
ajaran mereka telah terpengaruh oleh kepentingan-kepentingan dunia Barat.
Dengan dalil-dalilnya, aliran konservatif telah mengkafirkan ajaran-
ajaran modernis Islam. Komitmen sebagai pemikir dan keterlibatanya dalam
pergumulan perubahan sosial membawa Hasan Hanafi pada refleksi
orogresif-transformatif. Kemenangan revolusi islam iran 1979 yang berhasil
meruntuhkan kekuasaan syah iran dukungan AS, memberikan sebuah
semangat bagi dirinya serta anak muda lainnya untuk terlibat dalam
perubahan sosial politik. Hasan Hanafi berkeyakinan bahwa islam sebagai
ideologi dan sumber motivasi terbukti masih merupakan senjata ampuh bagi
setiap gerakan massa. Realitas ini merupakan satu bukti pula betapa dunia
timur (Islam) mempunyai tradisi lama yang sanggup memberikan spirit bagi
perubahan sosial politik.
B. Pemikiran Hasan Hanafi
Hasan al-hanafi mempunyai banyak sekali pemikiran dalam dunia
islam. Ada hasil pemikiran beliau dalam hal “politik” yang sangat terkenal
yaitu Kiri Islam dan dalam bidang tafsir karyanya adalah Hermeneutika Al-
quran. Ada juga tentang oksidentalisme. Disini akan coba di jelaskn
beberapa inti pemikiran dari Hasan Hanafi.2
a. Kritik terhadap teologi tradisional
Dalam gagasan tentang rekonduksi Teologi Tradisional,Hanafi
menegaskan perlunya mengubah orientasi perangkat konseptual system
kepercayaan(Teologi) sesuai dengan perubahan kontek politik yang
terjadi.teologi tradisional lahir dalam konteks sejarah ketika inti
keislaman system kepercayaan,yakni transedensi tuhan,diserang oleh
wakil dari sekte dan budaya lama.teologi itu dimaksudkan untuk
mempertahankan doktrin utama dan memelihara kemurniannya.

2
Nasution harun, akal dan wahyu dalam islam. UI Press, Jakarta, 1980, hal 293

5
Hasan al- hanafi memandang bahwa teologi bukanlah pemikiran
murni yang hadir dalam kehampaan kesejarahan,melainkan
merefleksikan konflik-konflik social politik.menurut Hanafi teologi
sesungguhnya bukan ilmu tentang tuhan,yang secara itimologis berasal
dari kata Theos dan logos melainkan ilmu tentang kata(ilm al-kalam)
karena tuhan tidak tunduk kepada ilmu,Tuhan mengungkapkan diri
dalam sabdanya yang berupa wahyu.Ilmu kata adalah tafsir yaitu ilmu
hermeneutic yang mempelajari analisis percakapan(discourse
analisys),bukan saja dari segi bentuk-bentuk murni ucapan melainkan
dari segi konteksny,yakni pengertian yang merujuk kepada dunia.
Secara Praxis,Hanafi juga menunjukan bahwa teologi tradisional
tidak dapat menjadi sebuah “pandangan yang benar-benar hidup”dan
member motivasi tindakan dalam kehidupan kongkret umat
manusia .Secara praxis teologi tradisional gagal menjadi semacm
ideology yang sungguh-sungguh fungsional bagi kehidupan nyata
masyarakat muslim.ia menyatakan,baik secara individual maupun
social,umat ini dilanda keterceraiberaian dan terkoyak-koyak.secara
individual fikiran manusia terputus dengan kesadaran.perkataan maupun
perbuatannya.
Secara historis,teologi telah meyikap adanya benturan berbagai
kepentingan dan sarat  dengan konflik social-politik. Teologi telah gagal
pada dua tingkat:
1. Tingkat teoretis,yaitu gagal mendapat pembuktian ilmiah dan
filosofis
2. Tingkat Praxis,yaitu gagal karena hanya menciptakan apatisme dan
negativism
Beberapa Tawaran Model-model Rekontruksi untuk mengubah
keadaan umat dalam menghadapi Zaman Modern,menurut Hasan Al-
Hanafi,yaitu:
1. Dari Tuhan ke Bumi

6
Yang dimaksudkan oleh Hanafi adalah kepercayaan akan
adanya tuhan yang Maha Pencipta yang harus dimplementasikan
dalam bentuk pengelolahan dan pengelolahan bumi sebagai sumber
kehidupan manusia.
2. Dari Keabadian ke Waktu
Hanafi berpendapat bahwa pembangunan tidak akan
berlangsung jika berorientasi keabadian.Menurut Hanafi,hal ini
dikarenakan pembangunan,berarti tahapan-tahapan dalam waktu
yang harus diikuti sesuai perencanaan.sedangkan yang dimaksudkan
hanafi dengan keabadian adalah kehidupan pasca dunia,yang
merupakan tujuan akhir setiap pemeluk agama.
3. Dari Takdir ke Kehendak bebas
Adalah pembangunan akan sangat menguntungkan apabila
prioritas diberikan kepada kehendak bebas manusia daripada takdir
tuhan.
4. Dari Otoritas ke Akal
Hanafi begitu Gencarnya mendorong umat islam agar
mendayagunakan akal,sampai-sampai ia mengatakan “akal sama
dengan wahyu dan keduanya sama dengan alam”.
5. Dari Teori ke Tindakan
Hanafi menyatakan bahwa dalam islam perbuatan yang baik
merupakan satu-satunya manifestasi iman.iman tanpa tindakan
adalah omong kosong.dengan tegas ia mengatakan bahwa tindakan
yang benar yang didasarkan pada teori yang salah adalah lebih baik
daripada teori yang benar tanpa tindakan.
6. Dari Kharisma ke Partisipasi Massa
Hanafi memandang perlu perubahan orientasi dari
kepemimpinan kharismatis menuju komunitas massa.ia menegaskan
bahwa sholat berjamaah bernilai lebih besar dari pada sholat
sendiri;tujuan puasa adalah untuk merasakan adanya orang lain;dan

7
haji dapat menjadi persidangan tahunan untuk perancanaan
komunitas.
7. Dari Jiwa ke Tubuh
Hanafi lebih cendrung eksoteris dalam memandang
kemanusian,masalah tubuh,katanya,adalah masalah utama ketiga
didunia yakni ; kelaparan, kekeringan, perumahan, tranfortasi dan
sebagainya.
8. Dari Eskatologi ke Futurologi
Eskatologi berarti masa depan manusia dan dunia.manusia
harus mempersiapkan diri untuk sebuah masa depan yang baik dan
membuat dunia ini menjadi dunia yang sebaik-baiknya.
Dari tawaran model rekontruksi diatas dapat ditarik suatu
kesimpulan bahwa hasan hanafi adalah seorang ideolog yang
menawarkan ideology alternative bagi pembangunan umat
islam. Pemikiran-pemikiran Hanafi lebih berorientasi pada exiztansi
manusia (antroposentris).pemikiran-pemikirannya tidak berenti pada
tataran ideologis konsepsional dan filosofis,tetapi berusaha untuk
mengajukan langkah-langkah operasionalnya.
b. Rekontruksi Teologi
Untuk memfungsikan teologi menjadi ilmu-ilmu yang
bermanfaat bagi masa kini.Hasan Hanafi melakukan kontruksi dan revisi
serta membangun kembali epistemology lama yang rancu dan palsu
menuju epistemology baru yang sahih dan lebih signifikan.Tujuan
rekontruksi teologi hanafi adalah menjadikan teologi tidak sekedar
dogma-dogma keagamaan yang kosong,melainkan menjelma sebagai
ilmu tentang pejuang social,yang menjadikan keimanan-keimanan
memiliki fungsi secara actual sebagai landasan etik dan motivasi
manusia.
Langkah-langkah melakukan rekontruksi teologi
dilatarbelakangi oleh:

8
1. Kebutuhan akan adanya ideology yang jelas ditengah-tengah
pertarungan global antara berbagai ideology.
2. Pentingnya ideology baru ini bukan semata pada sisi
teoritisnya,melainkan juga terletak pada kepentingan praktis untuk
secara nyata mewujudkan ideology sebagai gerakan dari
sejarah.salah satu kepentingan teologi ini adalah  memecahkan
problem kependudukan tanah di Negara-negara
muslim.Kepentingan teology yang bersifat praktis(amaliyah
fi’liyah)yaitu secara nyata mewujudkan dalam realitas melalui
realisasi tauhid dalam dunia islam.hanafi menghendaki adanya
“teology dunia”yaitu teologi baru yang dapat mempersatukan umat
islam dibawa satu orde.
Menurut Hanafi rekontruksi teologi merupakan salah satu cara
yang mesti ditempuh jika mengharapkan agar teologi dapat memberikan
sumbangan yang konkret bagi sejarah kemanusiaan.Selanjutnya Hanafi
menawarkan dua hal untuk memperoleh kesempurnaan teori
ilmu dalam teologi islam,yaitu:
1. Analisis Bahasa
Bahasa serta Istilah-Istilah dalam teologi tradisional adlah
warisan nenek moyang dibidang teologi yang merupakan bahasa
Khas yang seolah-olah menjadi ketentuan sejak dulu.teologi
tradisional memiliki istilah-istilah khas seperti Allah, Iman, Akhirat.
Menurut Hanafi semua ini sebenarnya meyingkapkan sifat-sifat dan
metode keilmuan, ada yang empiric-rasional seperti iman, amal dan
imamah, dan ada yang historis seperti nubuwah serta adapula yang
metafisik seperti Allah dan Akhirat.
2. Analisis Realitas
Analisis ini dilakukan untuk mengetahui latar belakang
historis-sosiologis munculnya teologi dimasa lalu,mendeskripsikan
pengaruh-pengaruh nyata bagi kehidupan masyarakat dan bagaimana
ia mempunyai kekuatan mengarahkan terhadap perilaku para

9
pendukungnya.analisis realitas ini berguna untuk
menentukan stressing kearah mana teologi kontemporer harus
diorientasikan.

c. Pandangan Hanafi terhadap al-Quran


Hasan hanafi adalah seorang tokoh konrtemporer, tetapi dalam
pemikirannya ia berbeda dengan kebanyakan ulama lainnya. Ia tidak
mempermasalahkan keotentikan dan keabsahan teks al-Quran. Menurut
Hanafi dari sekian banyak kitab suci yang di turunkan oleh Allah swt
hanya al-Quranlah yang bisa di jamin keasliannya saat ini. Hanafi juga
sepakat dengan ulama terdahulu hanafi menyatakan bahwasanya Allah swt
menurunkan al-Quran secara vertikal kepada nabi Muhammad melalui
malaikat Jibril. Dalam proses vertikal ini Malaikat dan Nabi Muhammad
bertindak sebagi Passive transmiters. Keduanya bertindak sebagai sebagai
record sepenuhnya, sehingga wahyu allah bersifat verbatim.3
Sebagai passive transmitters, Malaikat Jibril dan Nabi Muhammad
menyampaikan apa adanya wahyu yang mereka terima dari Allah. Sebagai
contoh, ada beberapa surat Al-Qur’an yang dimulai dengan huruf-
huruf muqaṭṭa’ah seperti Nūn, Qāf, Yāsīn dan lain sebagainya, kemudian
terdapat pula ayat yang mengkritik Nabi Muhammad seperti yang terdapat
pada awal surat Abbasa. Keberadaan ayat-ayat semacam ini merupakan
bukti internal bahwa Al-Qur’an otentik, terbebas dari campur tangan Nabi
Muhammad[9].Hanafi juga meyakini bahwa semua ayat dalam al-Quran
itu mempunyai asbabul nuzul.Menurut Hasan Hanafi al-Quran sebagai
wahyu mempunyai 3 keunggulan dibandingkan dengan kitab-kitab
lainnya.
1. Al-Quran adalah kitab terakhir dalam sejarah kenabian sejak nabi
Adam as sampai nabi Muhammad saw. Sebagai kitab terakhir adalah
ia yang kitab yang sempurna bentuknya, dan oleh karena itu ia

3
Qadir, C.A , filsafat dan ilmu pengetahuan dsalam islam, Yayasan Obor.Jakarta, 2010,
hal 271

10
dijadikan sumber syariat tanpa harus menunggu perubahan,
penggantian dan penghapusan.
Al-Quran adalah kitab yang paling di jamin keotentikannya,
tidak ada perubahan di dalamnya. Berbeda dengan kitab-kitab
sebelumnya yang terdapat perubahan didalamnya.
2. Al-Quran adalah kitab suci yang terakhir diturunkan dan tidak
sekaligus melainkan bertahap sesuai dengan kondisi dan kebutuhan
pada saat itu. Ayat-ayat al-Quran yang turun sebagai penyelesaian atas
kondisi pada saat itu. Ayat-ayat tersebut terkumpul selama 23 tahun
dan sekarang kita kenal dengan mushaf al-Quran. Menurut Hasan
Hanafi membaca teks sama saja dengan memahaminya. Teks adalah
perubahan kehendak dari lisan menjadi tulis. Menurutnya teks
bukanlah dokumen yang lebih dekat kepada catatan kuno tetapi realitas
yang hidup dalam keadaan diam, yang akan terbangkit melalui
pembacaan sehinnga hidup kembali dalam berbagai bentuk. Teks
bukan saja sebagai bentuk dokumentasian yang bertujuan untuk
melestarikan dan untuk mencatat melainkan cermin keotoritasan
pengorentasian, koodifikasi dan penetapan hukum.
1. Pandangan Hasan Hanafi terhadap Penfsiran Klasik al-Quran
Awal mula Hanafi mengemukakan pendapatnya tentang al-
Quran adalah ketika dia tidak merasa puas dengan teori klasik yang
telah dibangun oleh ulama tafsir. Ia beranggapan bahwa  teori yang
dipakai tidak memiliki teori yang solid yang memiliki prinsip-
prinsip yang teruji dan terseleksi. Karena penafsiran model klasik
ini tidak menginjak pada level syarah (komentar), tafsil
(detailisasi) dan tikrar (pengulangan) serta penjelas tentang apa
point-point yang harus di tekankan ketika menafsirkan ayat/surah
tertentu. disisi lain ia mengabaikan kehidupan, problem, kebutuhan
manusia yanag mengakibatkan teks tersebut hanya berkutat pada
dirinya sendiri.Teori tafsir adalh teori yang menghbungkan antara
wahyu dan realitaz( antara dunia dan akhirat dan manusia dg

11
tuhan). Menurut Hasan Hanafi problematika penafsiran al-Quran
klasik ada 2 hal yang berpengaruh besar. Pertama tentang krisis
Orientasi dan yang kedua adalah krisis Epistimologi.
a. Krisis Orientasi Hanafi menginginkan penafsiran al-Quran
menjadi sumber rujukan utama dalam bidang keilmuan lainnya
seperti filsafat, fiqih, tasawuf ushul fiqih dll. Penafsiran klasik
tidak pernah tuntas dan tafsir ini hanya terjebak pada orientasi
metodologis dari disiplin ilmu klasik islam.
Dalam penafsiran ini al-Quran lebih banyak digunakan
sebagai justifikasi atas posisi keilmuan lain daripada
memahaninya secara sunggung-sungguh. al-Quran dipaksakan
untuk menguatkan posisi ilmu yang lain. Orientasi tafsir klasik
menurut hasan hanafi mempunyai 3 kelemahan. Pertama
penafsiran ini lebih bersifat teosentris daripada antroposentris.
Kedua, berujukan kepada lingkup islam klasik, dan yang
terakhir tidak pernah dimulai dengan mengkritik.
b. Krisis epistimologis Kebanyakan tafsir yang klasik hanya
skedar menjelaskan masalah-masalah yang tidak menyinggung
dengan permasalahan masyarakat. Di dalamnya hanya
mengulang-ngulang saja pendapat para ulama terdahulu dan
mengemasnya dengan berbagai argumen.
  

12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hasan Hanafi adalah tokoh pemikir modern dan penggerak dalam
dunia islam. Ia mempunyai berbagai pemikiran yang reformis dan
revolusioner dalam pembaharu pemikiran-pemikiran islam. Ide-ide pemikiran
ini berada pada berbagai bidang, tetapi hanya beberapa pemikiran beliau yang
sangat fenomenal dan sangat berpengaruh hingga sekarang.
Teori ini ingin menghapus adanya sekat-sekat yang ada dalam realitas
masyarakat seperti tuan dengan hambanya, atasan dengan bawahannya, si
kaya dan si miskin, dll.Inti pemikiran yang kedua yaitu dengan tentang
Hermeneutika Al-Quran. Pemikiran mengkritik tentang model penafsiran
klasik yang hanya berkutat menafsirkan yang berhubungan dengan teosentris
saja tanpa ada pengaruh terhadap realita kehidupan.
 Ia juga memberikan model-model penafsiran yang berhubungan
keadaan sekarang.Pemikiran yang ketiga adalah tentang oksidentalisme,
dimana ia orang pertama yang mencetuskan tentang term oksidentalisme.
Pemikiran ini muncul sebagai reaksi dia terhadap hegemoni bangsa barat
yang selalu mendominasi setiap unsur kehidupan.
B. Saran
Demikian Makalah yang saya jelaskan diatas,Mungkin ini adalah
gambaran sekilas tentang pemikiran hasan hanafi yang dapat kami
sampaikan. Tentunya banyak sekali pemikiran dari Hasan Hanafi yang belum
sempat terbahas. pembahasan di atas hanyalah sebagian kecil dari hasil
pemikirannnya.saya harap  Makalah ini dapat memberi manfaat khususnya
bagi saya dan teman-teman prodi PAI khususnya lokal VI D, kritik dan saran
sangat saya harapkan atas kekurangan Makalah yang saya buat dan tak lupa
pula saya memohon maaf apabila terdapat kesalahan baik disengaja atau pun
tidak disengaja.

13
DAFTAR PUSTAKA

Madqour, ibrahim, aliran dan teori filsafat islam , Bumi Aksara,


Jakarta.1995
Nasution harun, akal dan wahyu dalam islam. UI Press, Jakarta, 1980
Qadir, C.A , filsafat dan ilmu pengetahuan dsalam islam, Yayasan
Obor.Jakarta, 

14
PEMIKIRAN KALAM HASAN HANAFI

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Sebagai Syarat Mengikuti


Mata kuliah Ilmu Kalam
Dosen Pengampu : Dr. Tobibatus Sa’adah, M.Ag

Di Susun Oleh :
Lutfi Lukmana HariMukti (183130040)
Rengga Aziz Fikranta (161130043)
Rian Aditama (161130044)

INSTITUT AGAMA ISLAM MA’ARIF (IAIM) NU


METRO LAMPUNG
TAHUN 2019/2020

15
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL....................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................... ii
BAB I. PENDAHULUAN.............................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah....................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................. 1
C. Tujuan .................................................................................................. 1
BAB II. PEMBAHASAN................................................................................ 2
A. Riwayat Singkat Hidup Hasan Al-Hanafi............................................. 2
B. Pemikiran Hasan Hanafi....................................................................... 2
a. Kritik terhadap teologi tradisional................................................. 5
b. Rekontruksi TeologiPandangan ......................................................... 8
c. Hanafi terhadap al-Quran...................................................................... 9
BAB III. PENUTUP........................................................................................ 13
A. Kesimpulan........................................................................................... 13
B. Saran..................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA

16
iii

Anda mungkin juga menyukai