Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH BAHASA INDONESIA

Variasi Bahasa dan Fenomena Alih Kode dalam Konteks


Sosiolinguistik

NAMA : RENDY JOHNY MALU


NIM : 225427116064
DOSEN PENGAMPUH : Dr. Steefra D. Mangkay, ST., M.Si.
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas Berkat dan HikmatNya lah saya dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Variasi Bahasa dan Fenomena Alih Kode dalam
Konteks Sosiolinguistik”. Makalah ini disusun guna memenuhi tugas dalam mata kuliah Bahasa
Indonesia selain itu, saya juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi
pembaca tentang Ilmu Pertanian.

Saya mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Enci selaku dosen mata kuliah yang
telah memberikan tugas ini sehingga tugas ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan
terkait bidang study yang saya pilih. Saya juga mengucapkan terima kasih pada semua pihak
yang telah membantu proses penyusunan makalah ini.

Saya menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan makalah ini.

Penyusun

Rendy Malu

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN................................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................................1
1.2 Tujuan...............................................................................................................................................1
BAB 2 PEMBAHASAN..................................................................................................................................2
2.1 Sosiolinguistik...................................................................................................................................2
2.2 Fungsi Bahasa...................................................................................................................................2
2.3 Verbal Repertoire dan Masyarakat Tutur.........................................................................................3
2.4 Dialek Sosial/Sosiolek.......................................................................................................................4
2.5 Kedwibahasaan dan Dwibahasawan.................................................................................................5
2.6 Alih Kode...........................................................................................................................................6
BAB 3 PENUTUP..........................................................................................................................................7
3.1 Kesimpulan.......................................................................................................................................7
3.2 Saran.................................................................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................................................9

ii
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pentingnya memahami variasi bahasa dan fenomena alih kode dalam konteks sosiolinguistik
adalah penting karena bahasa adalah salah satu alat komunikasi yang sangat penting dalam
kehidupan sehari-hari. Bahasa tidak hanya digunakan untuk berkomunikasi, tetapi juga
mencerminkan identitas dan budaya seseorang atau kelompok. Oleh karena itu, memahami
variasi bahasa dan fenomena alih kode sangat penting untuk memahami perbedaan sosial,
budaya, dan politik di masyarakat.

Sosiolinguistik juga memiliki relevansi dan aplikasi dalam kehidupan sehari-hari. Dalam
konteks sosiolinguistik, bahasa dipelajari sebagai fenomena sosial yang dipengaruhi oleh
faktor-faktor sosial seperti kelas sosial, gender, etnis, dan faktor geografis. Oleh karena itu,
sosiolinguistik dapat membantu kita memahami hubungan sosial dan politik dalam
masyarakat melalui bahasa yang digunakan. Misalnya, bahasa yang digunakan oleh orang
yang berasal dari kelas sosial yang berbeda dapat memberikan petunjuk tentang perbedaan
kekuasaan dan status di masyarakat.

Selain itu, pemahaman tentang variasi bahasa dan fenomena alih kode juga sangat penting
dalam komunikasi antarbudaya. Dalam era globalisasi ini, orang semakin sering
berkomunikasi dengan orang dari budaya yang berbeda. Pemahaman tentang variasi bahasa
dan fenomena alih kode dapat membantu kita memahami cara orang dari budaya yang
berbeda menggunakan bahasa dalam konteks tertentu. Oleh karena itu, pemahaman tentang
sosiolinguistik dapat membantu kita menjadi lebih efektif dalam berkomunikasi dengan
orang dari budaya yang berbeda dan membangun hubungan yang lebih baik di era
globalisasi ini.

1.2 Tujuan

1. Untuk memahami dan menjelaskan konsep fungsi bahasa dan bagaimana bahasa
digunakan dalam konteks sosial.
2. Untuk menggambarkan dan memahami verbal repertoire individu dan kelompok dalam
masyarakat tutur.
3. Untuk menjelaskan variasi bahasa dalam konteks dialek sosial, termasuk akrolek,
basilek, vulgar, slang, kolokial, jargon, argot, dan ken.
4. Untuk memahami konsep kedwibahasaan dan bagaimana penggunaan dua bahasa
berbeda terjadi dalam konteks diglosia.

1
BAB 2 PEMBAHASAN

2.1 Sosiolinguistik

1. Pengertian sosiolinguistik dan pandangan para ahli.


Sosiolinguistik merupakan bidang studi yang mempelajari hubungan antara bahasa dan
masyarakat. Dalam sosiolinguistik, bahasa dipandang sebagai sistem sosial dan
komunikasi yang merupakan bagian integral dari masyarakat dan budaya tertentu.
Beberapa pandangan penting mengenai sosiolinguistik antara lain:
 Appel (dalam Suwito, 1982:2) memandang sosiolinguistik sebagai penelitian yang
melihat bahasa sebagai sistem sosial dan sistem komunikasi, serta mengakui bahwa
bahasa merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari masyarakat dan budaya tertentu.
 J.A. Fishman (1972:4) mengartikan sosiolinguistik sebagai kajian tentang variasi bahasa,
fungsi bahasa, dan pemakai bahasa. Ketiga elemen ini saling berinteraksi, berubah,
dan saling mempengaruhi dalam konteks masyarakat.

2. Konsep bahasa sebagai sistem sosial dan komunikasi serta perannya dalam masyarakat
dan budaya.
Konsep bahasa sebagai sistem sosial menekankan bahwa bahasa tidak hanya merupakan
alat komunikasi, tetapi juga mencerminkan struktur, norma, dan nilai-nilai yang ada
dalam masyarakat. Bahasa berperan dalam membentuk identitas sosial, status, dan
perbedaan sosial antarindividu dan kelompok. Selain itu, bahasa juga berfungsi sebagai
sarana komunikasi yang memungkinkan interaksi sosial antara anggota masyarakat.

Dalam konteks sosiolinguistik, bahasa juga dianggap sebagai sistem komunikasi yang
kompleks. Bahasa digunakan untuk menyampaikan informasi, mengungkapkan perasaan,
mempengaruhi orang lain, dan memenuhi kebutuhan komunikasi sehari-hari. Fungsi
bahasa ini beragam dan bervariasi tergantung pada konteks sosial, tujuan komunikasi,
dan hubungan antara pemakai bahasa.

2.2 Fungsi Bahasa

 Fungsi Personal: Fungsi personal berkaitan dengan ungkapan diri individu. Melalui
bahasa, seseorang dapat menyampaikan emosi, pendapat, keinginan, dan pengalaman
pribadi. Fungsi ini berfokus pada pengungkapan kepribadian dan identitas individu.

 Fungsi Direktif: Fungsi direktif berkaitan dengan perintah, permintaan, atau instruksi
yang diberikan oleh penutur kepada pendengar. Tujuannya adalah mempengaruhi

2
tindakan atau perilaku orang lain. Contohnya, meminta seseorang untuk melakukan
sesuatu atau memberikan instruksi dalam situasi tertentu.

 Fungsi Interpersonal: Fungsi interpersonal berkaitan dengan interaksi sosial dan


pembentukan hubungan antara penutur dan pendengar. Melalui bahasa, seseorang dapat
menunjukkan sikap, keinginan untuk berhubungan, dan membangun komunikasi yang
harmonis. Fungsi ini mencakup aspek kebersamaan, kerjasama, dan keintiman.

 Fungsi Referensial: Fungsi referensial berkaitan dengan penyampaian informasi tentang


dunia nyata. Bahasa digunakan untuk menggambarkan objek, kejadian, atau konsep
secara objektif. Fungsi ini berfokus pada pertukaran informasi yang benar dan akurat.

 Fungsi Metalingual: Fungsi metalingual berkaitan dengan penggunaan bahasa untuk


membicarakan bahasa itu sendiri. Bahasa digunakan untuk menjelaskan makna kata,
aturan tata bahasa, atau membahas aspek linguistik lainnya. Fungsi ini terkait dengan
refleksi dan pemahaman tentang sistem bahasa yang digunakan.

 Fungsi Imaginatif: Fungsi imaginatif berkaitan dengan ekspresi kreativitas, imajinasi,


dan estetika melalui bahasa. Bahasa digunakan untuk menciptakan puisi, sastra, atau
ungkapan artistik lainnya. Fungsi ini berfokus pada aspek ekspresif dan estetis dari
bahasa.

2.3 Verbal Repertoire dan Masyarakat Tutur

1. Konsep verbal repertoire dan perbedaan antara verbal repertoire individu dan
kelompok.
Verbal repertoire mengacu pada kemampuan seseorang untuk menggunakan berbagai
alat verbal atau variasi bahasa dalam komunikasi. Hal ini mencakup penguasaan berbagai
aspek bahasa seperti kosakata, tata bahasa, intonasi, gaya bahasa, dan bahkan isyarat
tubuh. Verbal repertoire individu mengacu pada alat-alat verbal yang dikuasai oleh
seorang penutur secara pribadi, sementara verbal repertoire kelompok merujuk pada
keseluruhan alat-alat verbal yang ada dalam suatu masyarakat atau kelompok bahasa
tertentu.

Perbedaan antara verbal repertoire individu dan kelompok terletak pada cakupan dan
variasi bahasa yang dikuasai. Verbal repertoire individu tergantung pada kemampuan,
pengalaman, dan lingkungan sosial seorang individu, sedangkan verbal repertoire
kelompok melibatkan variasi bahasa yang digunakan oleh anggota masyarakat atau
kelompok dalam konteks komunikasi sosial mereka. Dalam verbal repertoire kelompok,
norma dan aturan penggunaan bahasa juga dapat mempengaruhi variasi bahasa yang
digunakan.

3
2. Hubungan antara bahasa, tutur, dan konsep Ferdinand de Saussure mengenai langage,
langue, dan parole.
 Langage (bahasa): Saussure memandang langage sebagai sistem lambang bunyi yang
digunakan oleh manusia untuk berkomunikasi. Ini mencakup semua potensi komunikatif
yang dimiliki oleh bahasa itu sendiri.

 Langue (sistem bahasa): Langue merujuk pada sistem bahasa yang digunakan oleh
sekelompok anggota masyarakat tertentu. Ini mencakup aturan tata bahasa, kosakata, dan
konvensi yang digunakan oleh komunitas bahasa tersebut. Langue adalah abstraksi dari
bahasa yang terdapat dalam pikiran penutur dan memungkinkan pemahaman dan
produksi bahasa yang konsisten di dalam masyarakat.

 Parole (ujaran/tuturan): Parole adalah manifestasi konkret dari langue dalam bentuk
ujaran atau tuturan yang dilakukan oleh anggota masyarakat. Ini mencakup penggunaan
bahasa dalam konteks komunikasi nyata dan dapat bervariasi sesuai dengan situasi dan
kebutuhan individu.

2.4 Dialek Sosial/Sosiolek

Dialek sosial atau sosiolek merujuk pada variasi bahasa yang terkait dengan faktor sosial,
seperti status sosial, kelompok sosial, atau konteks komunikasi tertentu. Berikut ini adalah
penjelasan lebih detail mengenai berbagai jenis dialek sosial:

 Akrolek: Akrolek adalah varian sosial yang dianggap lebih bergengsi atau prestisius
dibandingkan varian sosial lainnya. Varian ini sering digunakan oleh kelompok sosial
yang memiliki status ekonomi atau pendidikan yang tinggi.

 Basilek: Basilek adalah varian sosial yang dianggap paling rendah atau kromo ndeso
dalam suatu masyarakat. Varian ini sering digunakan oleh kelompok sosial yang
memiliki status sosial ekonomi atau pendidikan yang rendah.

 Vulgar: Vulgar adalah varian sosial yang digunakan oleh kalangan yang tidak
berpendidikan atau kurang sopan dalam penggunaan bahasa. Varian ini cenderung
mengandung kata-kata atau ungkapan yang kasar atau vulgar.

 Slang: Slang adalah varian sosial yang bersifat khusus dan rahasia. Varian ini digunakan
oleh kelompok tertentu, seperti remaja atau kelompok subkultur, untuk mengekspresikan
identitas mereka atau untuk memperkuat rasa solidaritas dalam kelompok tersebut.

 Kolokial: Kolokial adalah varian sosial yang digunakan dalam percakapan sehari-hari.
Varian ini mencakup gaya bahasa yang informal, santai, dan akrab yang digunakan
dalam interaksi sosial sehari-hari.

4
 Jargon: Jargon adalah variasi sosial yang digunakan secara terbatas oleh kelompok-
kelompok tertentu, biasanya dalam konteks profesional atau teknis. Jargon ini terdiri dari
kosakata khusus, frasa, atau istilah yang hanya dipahami oleh anggota kelompok yang
memiliki pengetahuan atau keahlian tertentu.

 Argot: Argot adalah varian sosial yang digunakan secara terbatas dalam profesi tertentu
dan bersifat rahasia. Varian ini sering digunakan oleh kelompok yang ingin menjaga
kerahasiaan atau melindungi komunikasi internal mereka, seperti para pencuri atau
pelaku kejahatan.

 Ken: Ken adalah varian sosial yang bernada memelas atau mengemis. Varian ini
digunakan oleh kelompok yang mengalami kesulitan ekonomi atau sosial untuk
memohon pertolongan atau simpati.

2.5 Kedwibahasaan dan Dwibahasawan

Kedwibahasaan (bilingualism) mengacu pada kemampuan seseorang untuk menggunakan


dua bahasa dengan lancar. Seorang penutur yang kedwibahasa dapat berkomunikasi secara
efektif dalam kedua bahasa tersebut dan memiliki pengetahuan yang cukup tentang kedua
sistem bahasa. Di dalam konteks kedwibahasaan, individu tersebut dapat mengalihkan
penggunaan bahasa antara satu bahasa dan bahasa lainnya, tergantung pada situasi dan
kebutuhan komunikasi.

Perbedaan antara kedwibahasaan dan diglosia terletak pada penggunaan dan status bahasa
yang digunakan. Dalam kedwibahasaan, kedua bahasa memiliki peran yang setara dan
digunakan secara lancar tanpa adanya hirarki yang jelas. Individu tersebut memiliki
kemampuan yang seimbang dalam kedua bahasa tersebut. Contoh dari kedwibahasaan adalah
individu yang tumbuh dalam lingkungan di mana dua bahasa digunakan secara aktif dan
diterima secara sosial, seperti individu yang memiliki kedua bahasa sebagai bahasa ibu atau
individu yang tinggal di daerah yang menggunakan dua bahasa resmi.

Sementara itu, diglosia merujuk pada keadaan di mana terdapat dua variasi bahasa yang
hidup berdampingan, namun masing-masing memiliki peran yang berbeda dan status yang
tidak setara. Dalam diglosia, terdapat perbedaan tegas antara varian bahasa yang digunakan
dalam situasi formal atau resmi (bahasa tinggi/standar) dan varian bahasa yang digunakan
dalam situasi informal atau sehari-hari (bahasa rendah). Contoh yang umum dari diglosia
adalah keberadaan bahasa standar yang digunakan dalam konteks resmi, seperti pendidikan,
media, atau pemerintahan, sementara varian bahasa yang lebih nonstandar atau dialek
digunakan dalam interaksi sosial informal.

Perbedaan utama antara kedwibahasaan dan diglosia terletak pada kesetaraan penggunaan
dan status bahasa. Kedwibahasaan menunjukkan kemampuan penggunaan dua bahasa secara

5
lancar dan setara, sedangkan diglosia melibatkan perbedaan status dan peran antara varian
bahasa tinggi dan rendah.

2.6 Alih Kode

1. Definisi dan penjelasan mengenai alih kode sebagai fenomena perubahan penggunaan
bahasa.

 Alih kode (code-switching) adalah fenomena di mana penutur beralih dari satu
bahasa ke bahasa lain atau memadukan dua atau lebih bahasa dalam percakapan
atau komunikasi. Hal ini terjadi ketika penutur menggunakan elemen linguistik dari
bahasa yang berbeda, seperti kata, frasa, atau struktur kalimat, untuk mencapai
tujuan komunikatif tertentu.

 Alih kode dapat terjadi dalam berbagai situasi dan konteks, baik dalam percakapan
informal maupun formal. Motivasi di balik alih kode dapat bervariasi, seperti
mengekspresikan identitas sosial, menunjukkan keintiman dengan mitra
percakapan, mengungkapkan keahlian atau pengetahuan dalam bahasa tertentu,
mengikuti norma budaya, atau mengklarifikasi atau menekankan suatu gagasan.

2. Jenis-jenis alih kode, termasuk alih kode intern dan alih kode ekstern.

 Alih kode intern (intrasentential code-switching): Ini terjadi ketika penutur beralih
antara bahasa atau variasi bahasa di tengah-tengah kalimat atau wacana yang sama.
Contohnya, penutur dapat memulai kalimat dalam satu bahasa dan kemudian beralih
ke bahasa lain dalam kalimat yang sama. Ini sering kali digunakan untuk mencapai
tujuan komunikatif tertentu atau mengekspresikan makna yang lebih tepat dalam
bahasa yang digunakan.

 Alih kode ekstern (intersentential code-switching): Ini terjadi ketika penutur beralih
dari satu bahasa ke bahasa lain antara kalimat atau wacana yang berbeda. Pergantian
ini dapat terjadi antara giliran berbicara atau dalam konteks yang berbeda. Alih kode
ekstern sering kali dipengaruhi oleh faktor sosial, seperti identitas kelompok atau
situasi komunikasi tertentu.

6
BAB 3 PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Variasi bahasa adalah fenomena alami dalam masyarakat dan mencerminkan keragaman
budaya dan identitas sosial. Dalam konteks sosiolinguistik, penting bagi kita untuk
menghormati dan menghargai variasi bahasa yang ada.

2. Dialek sosial dan sosiolek mencerminkan perbedaan status sosial, latar belakang
pendidikan, dan konteks penggunaan bahasa. Pemilihan dan penggunaan dialek sosial
tertentu dipengaruhi oleh faktor sosial dan norma-norma yang ada dalam masyarakat.

3. Kedwibahasaan adalah kemampuan untuk menggunakan dua bahasa secara lancar oleh
seorang penutur. Ini dapat terjadi baik dalam konteks individu maupun kelompok.
Perbedaan antara kedwibahasaan dan diglosia adalah bahwa kedwibahasaan melibatkan
penggunaan dua bahasa yang berdampingan dan setara dalam konteks penggunaan,
sedangkan diglosia melibatkan pemisahan fungsi dan peran bahasa yang berbeda dalam
masyarakat.

4. Alih kode adalah fenomena perubahan penggunaan bahasa yang terjadi dalam
percakapan atau komunikasi. Ini dapat terjadi dalam bentuk alih kode intern di dalam
kalimat atau alih kode ekstern antara kalimat atau wacana. Alih kode dapat dipengaruhi
oleh faktor sosial, identitas kelompok, dan situasi komunikasi.

3.2 Saran

Dalam konteks sosiolinguistik dan pemahaman tentang variasi bahasa serta fenomena alih
kode, terdapat beberapa saran yang dapat diambil, antara lain:

1. Peningkatan Kesadaran dan Pendidikan: Pendidikan tentang sosiolinguistik dan variasi


bahasa harus ditingkatkan baik di lingkungan pendidikan formal maupun informal.
Dengan meningkatkan kesadaran akan pentingnya memahami variasi bahasa, kita dapat
mempromosikan toleransi, penghargaan, dan penggunaan bahasa yang inklusif dalam
masyarakat.
2. Pengembangan Keterampilan Komunikasi Antarbudaya: Dalam masyarakat multibahasa,
penting bagi individu untuk mengembangkan keterampilan komunikasi antarbudaya
yang baik. Ini melibatkan pemahaman tentang norma-norma dan nilai-nilai budaya yang
terkait dengan penggunaan bahasa, serta kemampuan untuk beradaptasi dengan gaya dan
variasi bahasa yang berbeda.

7
3. Penelitian dan Studi Lanjutan: Penting untuk terus melakukan penelitian dan studi
lanjutan dalam bidang sosiolinguistik dan variasi bahasa. Dengan memperdalam
pemahaman kita tentang fenomena ini, kita dapat mengidentifikasi tren baru, memahami
perubahan dalam penggunaan bahasa, dan mengembangkan strategi yang lebih efektif
untuk mempromosikan penggunaan bahasa yang inklusif.
4. Penggunaan Bahasa sebagai Alat Pemberdayaan: Bahasa dapat menjadi alat
pemberdayaan yang kuat bagi individu dan kelompok dalam masyarakat. Dalam konteks
sosiolinguistik, penting untuk mempromosikan penggunaan bahasa sebagai alat untuk
memperkuat identitas budaya, membangun kesadaran diri, dan melawan diskriminasi
berdasarkan bahasa.
5. Penghormatan Terhadap Bahasa Minoritas: Masyarakat multibahasa harus memberikan
penghormatan yang pantas kepada bahasa minoritas yang ada dalam masyarakat. Hal ini
dapat dilakukan dengan mendukung dan mempromosikan penggunaan bahasa minoritas,
serta melindungi hak-hak individu atau kelompok dalam menggunakan bahasa mereka.

8
DAFTAR PUSTAKA

MANDARINUNJ. (2018, JANUARI 19). PENDIDIKAN BAHASA MANDARIN UNJ. Retrieved from
MANDARINUNJ: https://madingmandarinunj.wordpress.com/2018/01/19/masyarakat-bahasa/

PRIBADI, N. R. (2021, februari 11). Kajian Sosiolinguistik: Alih Kode dan Campur Kode. Retrieved from
unm.ac.id: https://osf.io/mehnq/download/?format=pdf

Sosiolinguistik. ( 2023, April 6). Retrieved from Wikipedia: https://id.wikipedia.org/wiki/Sosiolinguistik

Anda mungkin juga menyukai