Anda di halaman 1dari 2

MUSEUM GEOLOGI

Museum Geologi didirikan pada tanggan 16 Mei 1929. Dalam perjalanannya,


museum pernah direnovasi dan dibuka kembali pada tahun 2000. Pendirian Museum Geologi
merupakan inisiatif dari Dienst van den Mijnbouw atau Dinas Pertambangan pada masa
Hindia Belanda. Saat itu, dinas tersebut menginginkan ada satu tempat yang digunakan untuk
menyimpan hasil penyelidikan tambang yang dilakukan.
Pada 23 April 1927, dimulailah pembangunan gedung museum yang diarsiteki oleh Ir
Menalda van Schouwenburg. Gedung museum didesain bergaya Art Deco, melibatkan 300
pekerja bangunan, dan ditaksir menghabiskan dana 400 gulden.
Memasuki masa Perang Dunia II, pemerintah Hindia Belanda menjadikan bangunan
museum sebagai markas Angkatan udara. Koleksi yang ada di Museum Geologi kkemudian
dipindahkan ke Gedung Pensioen Fonds yang kemudian dikenal dengan Gedung Dwiwarna.
Saat masa pendudukan Jepang, Museum Geologi dikelola oleh Kogyo Zimusho dan
namanya diubah menjadi Chisitsu Chosasho. Sedangkan saat Indonesia merdeka, museum ini
berada di bawah pengelolaan Djawatan Tambang dan Geologi.
Museum Geologi Bandung berupa bangunan dua lantai dengan beberapa ruangan di
masing-masingnya.
1. Lantai I Memiliki 3 ruangan utma, yaitu ruang orientasi, ruang sayap barat, dan ruang
sayap timur.
2. lantai II ini juga memiliki tiga ruangan utama, yaitu ruang barat, ruang tengah, dan
ruang timur.
MUSEUM POS

MUSEUM POS INDONESIA telah hadir sejak masa Hindia Belanda dengan nama
Museum PTT (Pos Telegrap dan Telepon) ,tepatnya pada tahun 1931 terletak dibagian sayap
kanan bawah Gedung Kantor Pusat PTT Jalan Cilaki No.73 Bandung 40115.

Museum ini dibuka untuk umum dan koleksinya terdiri dari prangko-prangko baik
dalam maupun luar negeri namun terjadinya peristiwa Perang Dunia ke II menyebabkan
Museum ini kurang terurus sebagaimana mestinya, bahkan nyaris terlupakan. Timbulah
gagasan untuk mendirikan Museum Pos dan Giro yang koleksinya tidak hanya terdiri dari
prangko-prangko tetapi juga benda-benda lainnya berupa foto-foto, peralatan pos dan lain
sebagainya yang bernilai sejarah. Untuk mewujudkan gagasan yang sudah lama ada ini maka
pada tanggal 18 Desember 1980 oleh Direksi Perum Pos dan Giro telah dibentuk sebuah
panitia dengan nama Panitia Persiapan Pendirian Museum Pos dan Giro dengan tugas utama
melakukan inventarisasi dan mengumpulkan benda-benda bersejarah yang layak dijadikan isi
Museum

Setelah bekerja beberapa bulan lamanya, Panitia telah berhasil mengumpulkan


beberapa benda yang kemudian telah pula diusahakan untuk dipamerkan kepada umum
dalam bentuk suatu Pameran Pos dan Giro yang diselenggarakan pada tanggal 27 September
1982 bersamaan pula dengan peresmian penerapan Sistem Kode Pos Indonesia untuk
keperluan intern Perum Pos dan Giro oleh Direktur Utama Perum Pos dan Giro bertempat di
ruangan lantai bawah gedung Kantor Pusat Perum Pos dan Giro. Dan setahun kemudian pada
tanggal 27 September 1983 bertepatan dengan Hari Bakti Postel ke 38 ruangan lantai bawah
tersebut oleh Menteri Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi, Achmad Tahir telah diresmikan
sebagai museum dengan nama MUSEUM POS DAN GIRO.

Sejalan dengan perkembangan perusahaan pos dimana terhitung tanggal 20 juni 1995
nama dan status perusahaan berubah dari Perusahaan Umum Pos dan Giro menjadi PT. Pos
Indonesia (persero). maka terjadi pula perubahan nama museum ini dari Museum Pos dan
Giro menjadi MUSEUM POS INDONESIA sampai sekarang.

Anda mungkin juga menyukai