NIM : P05140320023 Prodi : Sarjana Terapan Kebidanan dan Pendidikan Profesi Bidan Mata Kuliah : Krisis Kesehatan Dosen : Vice Elese
1. Pengertian Krisis Kesehatan
Krisis Kesehatan adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengakibatkan timbulnya korban jiwa, korban luka/sakit, pengungsian, dan/atau adanya potensi bahaya yang berdampak pada kesehatan masyarakat yang membutuhkan respon cepat di luar kebiasaan normal dan kapasitas kesehatan tidak memadai. 2. Ruang Lingkup Krisis Kesehatan Dengan mempertimbangkan disparitas SDM kesehatan yang cukup tinggi di Indonesia, khususnya terkait tenaga dokter. Maka dibutuhkan penyesuaian terkait kualifikasi dan kompetensi SDM yang dibutuhkan khususnya untuk EMT Tipe 1 Mobile dan EMT Tipe 1 Fixed yang akan dikelola pada level kabupaten/kota sebagai berikut: EMT TIPE 1 MOBILE a. Pelayanan kesehatan primer : Terapi simptomatik, Kegawatdaruratan sederhana b. Durasi pelayanan 8 jam c. Jumlah layanan kurang lebih 50 pasien/hari d. Pelayanan dapat dilaksanakan di ambulans atau sarana lain yang memungkinkan EMT TIPE 1 FIXED a. Pelayanan kesehatan primer: Terapi definitive, Kegawatdaruratan sederhana & Observasi singkat b. Durasi pelayanan 8 jam c. Jumlah layanan kurang lebih 50 pasien/hari d. Pelayanan dapat dilaksanakan di tenda atau sarana lain yang memungkinkan 3. Peraturan yang Mengatur Krisis Kesehatan a. Permenkes No. 77 Tahun 2014 tentang Sistem Informasi Penanggulangan Krisis Kesehatan. b. Permenkes No. 36 Tahun 2014 tentang Penilaian Kerusakan, Kerugian, dan Kebutuhan Sumber Daya Kesehatan Pasca Bencana, c. Permenkes Nomor 75 Tahun 2019 Tentang Penanggulangan Krisis Kesehatan 4. Siapa yang Bertanggungjawab dalam Krisis Kesehatan Pasal 3 1) Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah bertanggung jawab dalam Penanggulangan Krisis Kesehatan. 2) Penanggulangan Krisis Kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan secara berjenjang oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Dinas Kesehatan Provinsi, dan Kementerian Kesehatan sesuai dengan tugas dan fungsinya. Pasal 6 1) Menteri bertanggung jawab dalam penyelenggaraan Penanggulangan Krisis Kesehatan tingkat nasional berkoordinasi dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). 2) Dalam melaksanakan tanggung jawab sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Menteri melalui Pusat Krisis Kesehatan mengoordinasikan seluruh sumber daya kesehatan, dan seluruh instansi/lembaga yang berperan serta dalam Penanggulangan Krisis Kesehatan. 3) (3) Pada saat tanggap darurat Krisis Kesehatan, Menteri melakukan aktivasi Klaster Kesehatan Nasional. Pasal 7 1) Kepala Dinas Kesehatan Kesehatan Provinsi/Kabupaten/Kota bertanggung jawab dalam penyelenggaraan Penanggulangan Krisis Kesehatan tingkat daerah dan berkoordinasi dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD). 5. Aktivitas Unsur Krisis Kesehatan Saat Darurat Berikut beberapa kegiatan yang dilakukan pada tahap tanggap darurat, diantaranya yaitu: a. Pengkajian yang tepat terhadap lokasi, kerusakan dan sumberdaya b. Penentuan status keadaan darurat bencana c. Penyelamatan dan evakuasi masyarakat terkena bencana d. Pemenuhan kebutuhan dasar e. Perlindungan terhadap kelompok rentan f. Pemulihan dengan segera prasarana dan sarana vital 6. Peran Bidan Saat Krisis Kesehatan Bidan berperan sebagai penyedia layanan kesehatan, pendidik, penggerak peran serta masyarakat, pemberdayaan perempuan dan pelibatan masyarakat untuk kesehatan, serta sebagai pembuat keputusan. 7. Apa Saja yang Terjadi Pada Ibu Hamil Saat Krisis Kesehatan Kematian ibu, kehamilan yang tidak diinginkan, ibu hamil dapat mengalami komplikasi abortus/keguguran, kelahiran prematur, perdarahan eksternal karena luka dan rupture uterin. Tidak terpenuhinya nutrisi ibu, ibu hamil dapat mengalami tress yang berat, gangguan mental dan kekhawatiran yang berlebihan. situasi bencana dimana perempuan, khususnya ibu hamil, sangat membutuhkan penanganan khusus. Sebab bila tidak ditangani dengan baik akan menimbulkan efek samping.. Bagi ibu yang masih mempertahankan kehamilannya, perlu dilakukan pemantauan terus menerus terhadap kondisi ibu dan janinnya agar dapat melahirkan dengan aman tepat waktu (>37 minggu atau 9 bulan).