Anda di halaman 1dari 62

i

ASUHAN KEPERAWATAN
PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR MANUSIA PADA TN. H DENGAN
DIAGNOSA MEDIS NSTEMI (Non-ST segmen elevation myocard
infarction) DI RUANG ICVCU RSUD dr.DORIS SYLVANUS
PALANGKA RAYA

OLEH :
PRINAWATI
NIM: 20231490104059

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI NERS
TAHUN 2023
ii

ii
1

KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa Karena atas
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan pendahuluan yang
berjudul “Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Aman Dan
Nyaman: Nyeri Pada TN.H Dengan Diagnosa Medis NSTEMI (Non-ST segmen
elevation myocard infarction) Di Ruang ICVCU RSUD dr. Doris Sylvanus
Palangka Raya”
Penyusun menyadari tanpa bantuan dari semua pihak maka laporan
pendahuluan ini tidak akan selesai sesuai dengan waktu yang diharapkan. Oleh
karena itu, pada kesempatan ini pula penyusun mengucapkan banyak terima kasih
terutama kepada :
1. Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes selaku Ketua STIKES Eka Harap
Palangka Raya.
2. Meilitha Carolina, Ners., M.Kep selaku ketua program studi Sarjana
Keperawatan.
3. Isna Wiranti S.Kep., Ners selaku Koordinator PPK.
4. Putria Carolina, Ners., M.Kep selaku pembimbing akademik yang telah
memberikan bantuan dalam proses praktik lapangan dan penyelesaian laporan
pendahuluan dan asuhan keperawatan ini.
5. Lenny Wulandari, SST., Ners selaku pembimbing lahan ruang ICVCU yang
telah memberikan bantuan dalam proses praktik lapangan dan penyelesaian
laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan dalam
penulisan studi kasus ini. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan
saran dari semua pihak yang bersifat membangun untuk menyempurnaan
penulisan studi kasus ini. Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih dan
semoga laporan studi kasus ini bermanfaat bagi kita semua.

Prinawati

iii
2

DAFTAR ISI

SAMPUL DEPAN
LEMBAR PENGESAHAN…………………………………………………..….ii
KATA PENGANTAR…………………………………………………………...iii
DAFTAR ISI……………………………………………………………………..iv
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang………………………………………………………………..1
1.1 Rumusan Masalah……………………………………………………………2
1.1 Tujuan Penulisan……………………………………………………………..3
1.1 Manfaat Penulisan……………………………………………………………3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Konsep Dasar Kebutuan Dasar Manusia
2.1.1 Definisi…………………………………………………...……………...5
2.1.2 Kateori Kebutuan Dasar………………………....……………………..5
2.1.3 Faktor yang mempengaruhi kebutuhan…………………………….…..7
2.1.4 Intoleransi aktivitas……………………………………………………8
2.2 Konsep Dasar NSTEMI
2.2.1 Definisi………………………………………………………………..9
2.2.3 Etiologi………………………………………………………………..9
2.2.4 Patofisiologi……………………………………………...……………11
2.2.5 Manifestasi Klinis………………………………………..……………14
2.2.6 Penatalaksanaan Medis…………………………………...………….14
2.2.7 Pemeriksaan Penunjang…………………………………...………….15
2.3 Manajemen Asuhan Keperawatan
2.3.1 Pengkajian…………………………………………………………….15
2.3.2 Diagnosa Keperawatan………………………………………………..19
2.3.3 Intervensi………………………………………………………………20
2.3.4 Implementasi…………………………………………………………..25
2.3.5 Evaluasi………………………………………………………………..25
2.4 Penelitian terkait……………………………………………………………..26

BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN


3.1 Anamnesa…………………………………………………………………….27
3.2 Pemeriksaan Fisik……………………………………………………………28
3.3 Analisa Data………………………………………………………………….36
3.4 Prioritas Masalah……………………………………………………………..37
3.5 Rencana Keperawatan………………………………………………………..38
3.6 Implentasi dan Evaluasi……………………………………………………41

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

iv
1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyakit jantung koroner masih menjadi penyebab tingginya tingkat
kematian di dunia. Infark miokardium akut (IMA) adalah penyakit akibat
berkurangnya pasokan darah karena arteri koroner mengalami penyempitan
karena adanya aterosklerosis atau sumbatan arteri oleh emboli atau thrombus
secara total membuat suplai dan kebutuhan oksigen jantung tidak sesuai
(Laksono, 2017). Non ST Elevasi Infark Miokard merupakan adanya ketidak
seimbangan permintaan dan suplai oksigen ke miokardium terutama akibat
penyempitan oleh arteri koroner akan menyebabkan iskemia miokardium
(Muhibbah, 2019). IMA diklasifikasikan berdasarkan hasil EKG menjadi Infark
Miokard Akut ST-elevasi (STEMI) dan Infark Miokard Akut non ST-elevasi
(NSTEMI). STEMI terjadi oklusi total arteri koroner sehingga menyebabkan
daerah infark yang lebih luas, hal ini dikarenakan dalam hasil pemeriksaan
elektrocardiogram ditemukan adanya elevasi segmen ST. Sedangkan NSTEMI
terjadi oklusi yang tidak melibatkan seluruh miokardium sehingga dalam hasil
pemeriksaan EKG tidak ditemukan adanya ST elevasi segmen (Smeltzer, 2010).
Berdasarkan World Health Organization (WHO) pada tahun 2015
melaporkan penyakit kardiovaskuler menyebabkan 17,5 juta kematian atau sekitar
31% dari keseluruhan kematian secara global yang menjadi penyebab sindrom
koroner akut sebesar 7,4 juta. Penyakit ini diperkirakan akan mencapai 23,3 juta
kematian pada tahun 2030 (Muhibbah, 2019). Di Indonesia, penyakit jantung
koroner adalah penyebab kematian tertinggi sejak tahun 2013. Riskesdas (2018),
melaporkan sebanyak 7,2 juta (42,3%) kematian di Indonesia disebabkan oleh
penyakit jantung koroner. Infark miokard akut menjadi urutan ke tujuh penyakit
terbanyak rawat jalan di RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya tahun 2017
berjumlah 2378 ribu orang dan urutan ke tujuh kasus rawat inap dengan jumlah 20
orang.
Faktor terjadinya IMA meliputi kebiasaan merokok, hipertensi, obesitas,
hiperlipidemia, hiperkolesterolemia, pola makan, kurang aktifitas fisik, usia,

1
2

keturunan, wanita post menopause (Sofiah, 2022). Keluhan umum yang sering
dirasakan yaitu rasa nyeri di dada sebelah kiri dirasakan seperti
tertindih,terbakar,teriris. Nyeri diakibatkan dari tidak optimalnya pompa jantung
yang disebabkan adanya sumbatan. Nyeri dada merupakan salah satu masalah
utama yang harus ditangani karena dapat mengganggu baik secara fisik maupun
psikologis pada pasien, respon pada fisiologis nyeri mengakibatkan stimulasi
simpatik, yang akan menyebabkan pelepasan epineprin yang mengakibatkan
tekanan pada arteri meningkat. Sedangkan respon psikologis dapat menimbulkan
rasa cemas takut dan apabila dibiarkan tanpa penanganan dapat mengancam
kesehatan jiwa seseorang (Potter&Perry, 2010).
Peran perawat terhadap klien dalam mencegah timbulnya penyakit jantung
koroner yaitu meliputi peran promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif,
terutama peran promotif melalui edukasi dapat merubah klien dalam mengubah
gaya hidup dan mengontrol kebiasaan pribadi untuk menghindari faktor resiko.
Dengan edukasi semakin banyak klien yang mengerti bagaimana harus mengubah
perilaku sehingga mereka mampu melakukan pengobatan dan perawatan
mandirinya. Perawat juga dapat mengedukasi klien agar berhenti merokok, tidak
minum alkohol juga menghindari makanan yang mengandung lemak jenuh.
Berdasarkan uraian diatas, penulis akan melakukan Asuhan Keperawatan
Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia Pada TN.H Dengan Diagnosa Medis
NSTEMI (Non-ST segmen elevation myocard infarction) Di Ruang ICVCU
RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas rumusan masalah pada kasus NSTEMI
(Non-ST segmen elevation myocard infarction) yakni sebagai berikut: Bagaimana
Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia Pada TN.H Dengan
Diagnosa Medis NSTEMI (Non-ST segmen elevation myocard infarction) Di
Ruang ICVCU RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya
3

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum penyusunan dan penulisan studi kasus ini adalah agar penulis
mampu menggambarkan Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar
Manusia Pada TN.H Dengan Diagnosa Medis NSTEMI (Non-ST segmen
elevation myocard infarction) Di Ruang ICVCU RSUD dr. Doris Sylvanus
Palangka Raya
1.3.2 Tujuan Khusus
1) Mampu melakukan pengkajian keperawatan pada TN.H dengan diagnosa
medis NSTEMI (Non-ST segmen elevation myocard infarction) Di Ruang
ICVCU RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya.
2) Mampu menentukan diagnosa keperawatan pada TN.H dengan diagnosa
medis NSTEMI (Non-ST segmen elevation myocard infarction) Di Ruang
ICVCU RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya.
3) Mampu merencanakan asuhan keperawatan pada TN.H dengan diagnosa
medis NSTEMI (Non-ST segmen elevation myocard infarction) Di Ruang
ICVCU RSUD Dr. Doris Sylvanus Palangka Raya.
4) Mampu melaksanakan implementasi keperawatan pada TN.H dengan
diagnosa medis NSTEMI (Non-ST segmen elevation myocard infarction) Di
Ruang ICVCU RSUD Dr. Doris Sylvanus Palangka Raya.
5) Mampu melakukan evaluasi keperawatan pada TN.H dengan diagnosa medis
NSTEMI (Non-ST segmen elevation myocard infarction) Di Ruang ICVCU
RSUD Dr. Doris Sylvanus Palangka Raya.

1.4 Manfaat Penulisan


1.4.1 Rumah Sakit
Sebagai masukan untuk bahan evaluasi pelaksanaan Asuhan Keperawatan
Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia pada kasus NSTEMI (Non-ST segmen
elevation myocard infarction)
4

1.4.2 Mahasiswa
Sebagai tambahan ilmu dalam peningkatan pengetahuan khususnya
tentang Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia pada kasus
NSTEMI (Non-ST segmen elevation myocard infarction)
1.4.3 Institusi Pendidikan
Dapat digunakan sebagai bahan refrensi bagi pendidikan dan penelitian
serta informasi tentang Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar
Manuasia pada kasus NSTEMI (Non-ST segmen elevation myocard infarction)
5

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Kebutuhan Dasar Manusia


2.1.1 Definisi
Kebutuhan adalah suatu keadaan yang ditandai oleh perasaan kekurangan
dan ingin diperoleh sesuatu yang akan diwujudkan melalui suatu usaha atau
tindakan. Kebutuhan Dasar Manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan
oleh manusia dalam mempertahankan keseimbangan fisiologis maupun
psikologis, yang tentunya bertujuan untuk mempertahankan kehidupan dan
kesehatan (Potter & Perry, 2010).. Kebutuhan Dasar Manusia menurut Abraham
Maslow dalam Teori Hierarki Kebutuhan menyatakan bahwa setiap manusia
memiliki lima kebutuhan dasar, yaitu kebutuhan fisiologis (makan, minum),
keamanan, cinta, harga diri, dan aktualisasi diri. Seseorang yang seluruh
kebutuhannya terpenuhi merupakan orang yang sehat, dan sesorang dengan satu
atau lebih kebutuhan yang tidak terpe nuhi merupakan orang yang berisiko untuk
sakit atau mungkin tidak sehatpada satu atau lebih dimensi manusia.
2.1.2 Kategori kebutuan dasar
Sekitar tahun 1950, Abraham Maslow seorang psikolog dari Amerika
mengembangkan teori tentang kebutuhan dasar manusia yang lebih dikenal
dengan istilah Hirarki Kebutuhan Dasar Manusia Maslow. Hirarki tersebut
meliputi lima kategori kebutuhan dasar, yakni :
2.1.2.1 Kebutuhan fisiologis (physiologic needs)
Kebutuhan fisiologis memiliki prioritas tertinggi dalam hirarki Maslow.
Umumnya, seseorang yang memiliki beberapa kebutuhan yang belum terpenuhi
akan lebih dulu memenuhi kebutuhan fisiologis nya dibandingkan kebutuhan
yang lain. Sebagai contoh, seseorang yang kekurangan makanan, keselamatan,
dan cinta biasanya akan berusaha memenuhi kebutuhan akan makanan sebelum
memenuhi kebutuhan akan cinta. Kebutuhan fisiologis merupakan hal yang
mutlak dipenuhi manusia untuk bertahan hidup. Manusia memiliki delapan
macam kebutuhan, yaitu :
1. Kebutuhan oksigen dan pertukaran gas

5
6

2. Kebutuhan cairan dan elektrolit


3 Kebutuhan makanan
4 Kebutuhan eliminasi urine dan alvi
5 Kebutuhan istirahat dan tidur
6 Kebutuhan aktivitas
7 Kebutuhan kesehatan temperatur tubuh
8 Kebutuhan seksual Kebutuhan seksual tidak diperlukan untuk menjaga
kelangsungan hidup seseorang, tetapi penting untuk mempertahankan
kelangsungan umat manusia (Rosmalawati, 2016).
2.1.2.2 Kebutuhan keselamatan dan rasa aman (safety and security needs)
Kebutuhan keselamatan dan rasa aman yang dimaksud adalah aman dari berbagai
aspek, baik fisiologis maupun psikologis. Kebutuhan ini meliputi :
1) Kebutuhan perlindungan diri dari udara dingin, panas, kecelakanaan, dan
infeksi 2) Bebas dari rasa takut dan kecemasan
3) Bebas dari perasaan terancam karena pengalaman yang buruk atau asing
(Rosmalawati, 2016).
2.1.2.3 Kebutuhan rasa cinta, memiliki dan dimiliki (love and belonging needs)
Kebutuhan ini meliputi :
1) Memberi dan menerima kasih sayang
2) Perasaan dimiliki dan hubungan yang berarti dengan orang lain
3) Kehangatan
4) Persahabatan
5) Mendapat tempat atau diakui dalam keluarga, kelompok, serta lingkungan
social (Rosmalawati, 2016).
2.1.2.4 Kebutuhan harga diri (self-esteem needs)
Kebutuhan ini meliputi :
1) Perasaan tidak bergantung pada orang lain
2) Kompeten
3) Penghargaan terhadap diri sendiri dan orang lain
2.1.2.5 Kebutuhan aktualisasi diri (need for self actualizating)
Kebutuhan ini meliputi :
7

1) Dapat mengenal diri sendiri dengan baik (mengenal dan memahami potensi
diri)
2) Belajar memahami kebutuhan sendiri
3) Tidak emosional
4) Mempunyai dedikasi yang tinggi
5) Kreatif
6) Mempunyai kepercayaan diri yang tinggi, dan sebagainya
2.1.2.6 Faktor yang mempengaruhi pemenuhan kebutuhan
Faktor yang memengaruhi pemenuhan kebutuhan manusia. Factor-faktor
tersebut meliputi :
1) Penyakit
Saat seseorang sakit dalam kondisi sakit, ia tidak akan mampu memenuhi
kebutuhannya sendiri. Dengan demikian, individu tersebut akan bergantung
pada orang lain dalam memenuhi kebutuhan dasarnya.
2) Hubungan yang berarti
Keluarga merupakan system pendukung bagi individu (klien). Selain itu,
keluarga juga dapat membantu klien dalam menyadari kebutuhannya dan
mengembangkan cara yang sehat untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Dalam
praktek di tatanan layanan kesehatan, perawat dapat membantu upaya
pemenuhan kebutuhan dasar klien yang membina hubungan yang berarti.
3) Konsep diriKonsep diri
Individu dengan konsep diri yang positif akan mudah mengenali dan
memenuhi kebutuhannya tersebut. Sedangkan seseorang dengan konsep diri
yang negatif, misalnya penderita depresi, akan mengalami perubahan
kepribadian dan suasana hati yang dapat mempengaruhi persepsi dan
kemampuannya dalam memenuhi kebutuhan tersebut (Rosmalawati, 2016).
4) Tahap perkembangan
Pemenuhan kebutuhan dasar akan dipengaruhi oleh perkembangan emosi,
intelektual, dan tingkah laku individu sebagai hasil dari interaksinya dengan
lingkungan.
5) Struktur keluarga
8

Struktur keluarga dapat mempengaruhi cara klien memuaskan kebutuhannya.


Sebagai contoh, seorang ibu mungkin akan mendahulukan kebutuhan bayinya
dibandingkan kebutuhannya sendiri. Misalnya, saat ia menunda makan atau
tidurnya untuk menyusui bayinya (Rosmalawati, 2016).
2.1.2.7. Intoleransi aktifitas
Ketidakcukupan energi psikologis atau fisiologis untuk mempertahankan
atau menyelesaikan aktivitas kehidupan sehari-hari yang harus atau yang ingin
dilakukan (Keliat, Dwi Windarwati, Pawirowiyono, & Subu, 2015). Intoleransi
aktivitas adalah ketidakcukupan energi untuk melakukan aktivitas sehari-hari
(Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017)
Menurut data dari etiologi/penyebab intoleransi aktivitas pada penyakit gagal
jantung kongestif adalah :
1) Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
Terjadi apabila suplai darah tidak lancar diparu-paru (darah tidak masuk
kejantung), menyebabkan penimbunan cairan diparu-paru yang dapat
menurunkan pertukaran oksigen dan karbondioksida antara udara dan darah di
paru-paru. Sehingga oksigenisasi pada arteri berkurang dan mengalami
ketidakseimbangan dan terjadi peningkatan karbondioksida yang akan
menbentuk asam di dalam tubuh
2) Kelemahan
Kelemahan yang menyertai gagal jantung disebabkan karena menurunnya
curah jantung, gangguan sirkulasi, dan pembuangan produk sampah
katabolisme yang tidak adekuat dari jaringan (Smeltzer & Bare, 2013a). Pada
aktivitas fisik ringan, terutama yang hilang dengan istirahat, dapat
mengindikasikan awal gagal 11 jantung. Pada gangguan ini, jantung tidak
dapat menyediakan cukup darah untuk memenuhi kebutuhan metabolic sel
yang sedikit meningkat (Hidayat, 2012).
3) Imobilitas
Perubahan akibat imobilitas pada pasien gagal jantung kongestif dapat
menyebabkan hipotensi ortostatik dan meningkatnya kerja jantung.
Menurunnya kemampuan saraf otonom menjadi penyebab terjadinya hipotensi
ortostatik. Hal ini biasanya ditandai dengan sakit kepala ringan, pusing,
9

kelemahan, kelelahan, kehilangan energi, gangguan visual, dispnea,


ketidaknyamanan kepala atau leher, hampir pingsan ataupun pingsan (Widuri,
2010)

2.2 Konsep Dasar NSTEMI (Non-ST segmen elevation myocard infarction)


2.2.1 Definisi
Sindrom Koroner Akut (SKA) adalah suatu terminologi yang digunakan
dalam menggambarkan suatu keadaan atau kumpulan proses penyakit yang
meliputi angina pektoris tidak stabil/APTS (unstable angina/UA) infark miokard
gelombang nonQ atau infark miokard tanpa elevasi segmen ST (Non-ST
elevation myocardial infarction/ NSTEMI), dan infark miokard gelombang Q
atau infark miokard dengan elevasi segmen ST (ST elevation myocardial
infarction/STEMI) (Morton, 2012). Infark miokard akut adalah sebagai nekrosis
miokardium yang disebabkan tidak adekuatnya aliran darah akibat sumbata pada
arteri koroner. Sumbatan ini sebagian besar di sebabkan karena terjadinya
trombosis vasokontriksi reaksi inflamasi, dan microembolisasi distal.
(Muttaqin,A, 2013). Non ST Elevasi Infark Miokard merupakan adanya ketidak
seimbangan permintaan dan suplai oksigen ke miokardium terutama akibat
penyempitan oleh arteri koroner akan menyebabkan iskemia miokardium lokal.
Iskemia yang bersifat sementara akan menyebabkan perubahan reversible pada
tingkat sel dan jaringan (Muhibbah, 2019).
2.2.2 Etiologi
Menurut Wijaya (2013) faktor risiko yang menyebabkan NSTEMI adalah:
2.2.2.1 Suplai oksigen miokard berkurang yang disebabkan oleh 3 faktor:
1) Faktor pembuluh darah : aterosklerosis, spasme, arteritis
2) Faktor sirkulasi : hipotensi, stenosos aurta, insufiensi
3) Faktor darah : anemia, hipoksemia, polisitemi
2.2.2.2 Curah jantung yang meningkat :
1) Aktifitas berlebihan
Dengan meningkatnya aktivitas fisik seseorang maka kebutuhan darah yang
mengandung oksigen akan semakin besar. Kebutuhan ini akan dipenuhi
oleh jantung dengan meningkatkan aliran darahnya. Hal ini juga direspon
10

pembuluh darah dengan melebarkan diameter pembuluh darah


(vasodilatasi) sehingga akan berdampak pada tekanan darah individu
tersebut.
1) Emosi
Respon fisiologis timbul karena kegiatan syaraf otonom bereaksi terhadap
sekresi epineprin sehingga tekanan darah meningkat, dan frekuensi denyut
jantung meningkat.
2) Hypertiroidisme
Kondisi kadar hormon tiroksin di dalam tubuh sangat tinggi, hal ini
meningkatkan kontraktilitas miokard sehingga meningkatkan curah
jantung.
2.2.2.3 Kebutuhan oksigen miokard meningkat pada:
1) Kerusakan miokard
Ketika otot-otot jantung rusak maka tidak dapat kembali ke fungsi semula,
dan kemampuan jantung untuk memompa darah menjadi berkurang
1) Hypertropimiocard
Otot jantung menjadi tebal/abnormal, sehingga menyulitkan jantung
memompa darah
2) Hypertensi diastolic Keadaan tidak normal yang terjad di ventrikula dan
hasil dari “pengisian” abnormal ventrikuler saat fase diastolik.
2.2.2.4 Faktor predisposisi
1) Faktor resiko biologis yang tidak dapat diubah:
a. Usia lebih dari 40 tahun
b. Jenis kelamin : insiden pada pria tinggi, sedangkan pada wanita
meningkat setelah menopause
c. Hereditas
d. Ras : lebih tinggi insiden pada kulit hitam
2) Faktor resiko yang dapat diubah:
a. Mayor : hiperlipidemia, hipertensi, merokok, diabetes, obesitas, diet
tinggi lemak jenuh, kalori
b. Minor : inaktifitas fisik, pola kepribadian tipe A (emosional, agresif,
ambisius, kompetitif) stress psikologis berlebihan.
11

2.2.3 Patofisiologi
Pada ateroskeloris, intima (lapisan dalam) arteri mengalami perubahan
terbentuknya ateroma dan perubahan dinding pembuluh darah pada
aterosklerosis merupakan proses yang panjang, sehingga akan mengganggu
absorpsi nutrien oleh sel-sel endotel yang menyusun lapisan dinding dalam
pembuluh darah dan menyumbat aliran darah karena timbunan ini menonjol di
dalam lumen pembuluh darah. Disfungsi endotelial akan membentuk jaringan
parut, selanjutnya lumen menjadi semakin sempit dan aliran darah terhambat.
Peningkatan ukuran plak berlanjut pada titik melambatnya aliran darah arteri dari
keadaan terdesak sampai sedikit mengalir sesuai penurunan diameterarteri.
Diyakini bahwa banyak bagian dinding infark yang tebal atau infark
nontransmural terjasi akibat spasme koroner. Arteri koroner yang mengalami
aterosklerosis berespon terhadap rangsangan vasodilator secara paradoksikal,
sehingga menyebabkan vasokontriksi.
Spasme arteriol dan penyempitan menyebabkan aliran darah arteri
menurun serta kebutuhan oksigen dan nutrien jaringan miokardium berlanjut.
Kerja serupa dari pemompaan darah harus diselesaikan dengan ketersediaan
energi dan oksigen 17 yang sedikit. Metabolisme anaerob dapat memberikan
hanya 6% dari energi total yang diperlukan. Pengambilan glukosa oleh sel sangat
meningkat saat cadangan glikogen dan adenosin trifosfat berkurang. Kalium
dengan cepat bergerak keluar dari sel miokardium selama iskemia. Asidosis
seluler terjadi yang selanjutnya mengganggu metabolisme seluler. Penting untuk
diketahui bahwa lesi-lesi aterosklerosis biasanya berkembang pada segmen
epikardial proksimal dari arteri koronaria, yaitu pada tempat lengkungan yang
tajam, percabangan, atau perlekatan. Lesi-lesi ini cenderung terlokalisir dan lokal
dalam penyebarannya. Akan tetapi, pada tahap yang lanjut lesi-lesi yang tersebar
berdifusi menjadi menonjol.
Sebagai respon trombolitik dan akibat adanya statis pada arteri koroner
yang terserang, terbentuklah suatu trombus yang kaya akan fibrin dan eritrosit
(trombus merah) serta meluas keatas maupun ke bawah. Trombus yang terbentuk
12

kemudian mengikuti aliran darah dan terhenti pada lumen pembuluh yang lebih
kecil, sehingga menyebabkan oklusi total pembuluh darah. Penyumbatan ini
bermanifestasi dengan tidak adanya aliran darah dan menyebabkan suplai darah
ke area lokal menjadi terhenti dan terjadi iskemia lokal (Wijaya,2013)
13

WOC Kebutuhan Dasar Manusia dengan Diagnosa Medis NSTEMI


14

2.2.4 Manifestasi Klinis


Menurut Aspiani (2015) tanda dan gejala NSTEMI:
1. Nyeri dada
Mayoritas pasien infark miokard akut (90%) datang dengan keluhan nyeri
dada. Perbedaan dengan nyeri pada angina adalah nyeri pada infark miokard
akut lebih panjang yaitu minimal 30 menit, sedangkan pada angina kurang
dari itu
2. Sesak nafas
Sesak nafas bisa disebabkan oleh peningkatan mendadak tekanan akhir
diastolic ventrikel kiri, disamping itu perasaan cemas bisa menimbulkan
hiperventilasi. Pada infark yang tanpa gejala nyeri, sesak nafas merupakan
tanda adanya disfungsi ventrikel kiri yang bermakna.
3. Gejala gastrointestinal
Peningkatan aktivitas vagal menyebabkan mual dan muntah, dan biasanya
lebih sering pada infark inferior, dan stimulasi diafragma pada infark inferior
juga bisa menyebabkan cegukan terlebih-lebih apabila diberikan martin untuk
rasa sakitnya.
4. Gejala lainnya termasuk diantaranya palpitasi, rasa pusing, atau sinkop dari
aritmia ventrikel, dan gejala akibat emboli arteri (misalnya stroke, iskemia
ekstrimitas)
2.2.5 Penatalaksanaan medis
Penatalaksanaan yang umum dilakukan medis pada fase serangan akut
untuk memberi implikasi keperawatan pada klien NSTEMI meliputi hal-hal
sebagai berikut:
1. Penaganan nyeri Penangan nyeri dapat berupa terapi farmakologi:
a. Morfin sulfat Diberikan untuk menghilangkan sakit, memperlebar
pembuluh vena, dan mengurangi beban jantung.
b. Nitrat
Diberikan untuk menurunkan konsumsi oksigen jantung yang akan
mengurangi iskemia dan mengurangi nyeri angina.
c. Beta bloker
Diberikan sebagai antiangina, antiaritmia, dan antihipertensi (Smeltzer,
15

2010)
2.2.6 Pemeriksaan Penunjang
1. EKG
2. Laboratorium
BUN, kreatinin, glukosa darah, SGOT, SGPT
Ditemukan peningkatan LED, lekositosis
3. Kateterisasi
Angiografi coroner untuk mengetahui derajat obstruksi
4. Radiologi
Hasil radiologi tidak menunjukan secara spesifik adanya infark
miocardium, hanya menunjukan adanya pembesaran dari jantung
(Aspiani,2015)

2.3 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


2.3.1 Pengkajian
1. Biodata : yang perlu dicantumkan adalah nama, umur, pekerjaan, alamat dan
agama.
2. Keluhan utama
a. Nyeri pada dada, ini akibat kurangnya oksigen pada myocardium atau
ischemic.
b. Dyspnoe atau sesak nafas akibat meningkatnya usaha pernafasan yang
berhubungan dengan kongesti pembuluh pulmoner dan perubahan
kemampuan pengembangan paru.
c. Palpitasi: merasa denyut jantung bergetar karena perubahan dalam
kecepatan denyut atau kontraksi jantung.
d. Cepat lelah: berupa kelemahan akibat darah jantung yang rendah dan
perfusi perifer berkurang
e. Oedema perifer: pembengkakan ini disebabkan karena tertimbunnya
cairan, ini terlihat jelas pada daerah yang mempunyai jaringan longgar
dan daerah yang menggantung akibat pengaruh gaya gravitasi
f. Sinkope: kehilangan kesadaran sesaat akibat aliran darah serebral yang
kurang memadai.
16

3. Riwayat penyakit sekarang : P, Q, R, S, T.


P : Provocative
Pada klien dengan nyeri dada dapat dinyatakan: penyebab rasa nyeri, yang
meringankan rasa nyeri dan memperberat nyeri dan bila klien sesak nafas,
ditanyakan kapan klien sesak nafas, kegiatan apa yang menyebabkan sesak
nafas, bila saat istirahat sesak nafas penyakit sudah lanjut.
Q : Qualitas/Quantitas
Bila klien nyeri tanyakan, bagaimana karakteristik nyeri: terbakar,
diremasremas, tertusuk, seperti ditindih beban berat. Untuk mendapatkan data
yang lebih obyektif nyeri diukur dengan skala 0-10.
R: Region
Tanyakan lokasi nyeri, terasa dimana, apakah menyebar dan penyebarannya
kemana.
S: Severity/Scale Bila nyeri menyerang apakah mengganggu aktivitas sehari-
hari
T: Time Tanyakan kapan nyeri dirasakan, berapa lama nyeri dirasakan,
berapa kali nyeri datang dalam sehari. Merasa cepat lelah, apakah mudah
merasa lelah, aktivitas macam apa yang menyebabkan lelah, berapa lama
aktivitas dapat dilakukan sebelum merasa lelah, apakah lelah hilang dengan
cara istirahat.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Pengkajian difokuskan pada aspek apakah klien pernah hipertensi atau tekana
darah tinggi, apakah kadar kolesterol tinggi, pernah menderita diabetes
mellitus, didalam keluarga ada yang berpenyakit jantung.
5. Riwayat Keluarga
Perawat menanyakan tentang penyakit yang pernah dialami oleh keluarga
serta bila ada anggota keluarga yang meninggal, maka penyebab kematian
juga ditanyakan. Penyakit jantung iskemik pada orang tua yang timbulnya
pada usia muda merupakan faktor resiko utama untuk penyakit jantung
iskemik pada keturunannya.
6. Riwayat Psikososial
a. Dikaji tentang kepribadian, bagaimana klien menilai diri sendiri, aspek
17

yang penting ditanyakan mengenai konsep diri yaitu body image, harga
diri, ideal diri, identitas diri dan peran diri
b. Dikaji juga tentang pekerjaan, apakah ada kaitannya dengan penyakit
yang diderita saat ini, disamping itu juga digali apakah ada masalah
dalam keluarga.
7. ADL (kebiasaan klien)
Ditanyakan apakah klien olahraga teratur, atau bagaimana pola hidup; apakah
merokok, minum-minuman keras, disamping itu juga makanan yang
dikonsumsi atau pola diet.
8. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum
a. Perbaikan sikap tubuh
b. Cara berjalan
c. Postur tubuh: gemuk/kurus, bibir pasien kebiru-biruan
d. Ekspresi wajah: kesakitan, cemas, konjungtiva pucat
9. Sistem pernafasan
Pengkajian yang didapat dengan adanya tanda kongesti vaskular pulmonal
adalah dispnea, ortopnea, dispnea nocturnal, paroksimal, batuk, dan edema
pulmonal akut, distres pernafasan.
10. Sistem Cardiovaskuler
a. Inspeksi: mengamati gerakan jantung pada titik impuls maksimum (PMI)
dengan posisi supinasi lihat daerah PMI pada garis mid clavicularis
intercostalis, ke 5 kiri.
b. Palpasi: untuk mengetahui getaran yang terjadi ketika darah mengalir
melalui katup
c. Perkusi: untuk mengetahui batas jantung dilakukan mulai dari lateral ke
garis tengah.
d. Auskultasi:
1) Untuk menentukan denyut jantung dan irama jantung
2) Bunyi jantung jelas terdengar pada daerah aorta, pulmonal,
trikuspidalis
3) Bunyi jantung I (S1): dihasilkan oleh menutupnya katup atrio
18

ventrikuler, didengar pada awal sistolik ventrikel


4) Bunyi jantung II (S2): menutupnya katup semiluner, terdengar
permulaan relaksasi ventrikel
5) Bunyi jantung III (S3): disebut irama gallop/gallop ventrikel
6) Bunyi jantung IV (S4): disebut gallop atrium, terdengar sebelum bunyi
jantung I akibat kurangnya peregangan dinding ventrikel atau peninggian
volume ventrikel.
11. Sistem Pencernaan
Manifestasi klinis yang tampak meliputi biasanya, hepatomegali
(pembesaran hepar), asites (penimbunan cairan didalam rongga peritoneum),
anoreksia dan mual. Penurunan nafsu makan akibat pembesaran vena dan
statis vena di dalam rongga abdomen, serta penurunan berat badan.
11. Sistem Genitourinaria
Biasanya klien mengalami nokturia, serta edema genitalia. Pengukuran
volume keluaran urine berhubungan dengan asupan cairan, karena itu
perawat perlu memantau adanya oliguria karena merupakan tanda awal dari
syok kardiogenik.
12. Sistem Endokrin Adanya peningkatan jvp, distensi vena leher. Bisa saja
terdapat pembesaran tyroid atau pun tidak.
13. Sistem Persyarafan Kesadaran biasanya compos mentis, didapatkan sianosis
perifer apabila gangguan perfusi jaringan berat. Pengkajian objektif klien :
wajah meringis, menangis, merintih, meregang, dan menggeliat.
14. Sistem Integumen
Gagal depan pada ventrikel kiri menimbulkan tanda-tanda berkurangnya
perfusi ke organ-organ. Oleh karena darah dialihkan dari organ-organ non-
vital demi mempertahankan perfusi ke jntung da otak, maka manifestasi
paling dini dari gagal ke depan adalah berkurangnya perfusi organ seperti
kulit dan otot-otot rangka. Kulit yang pucat dan dingin diakibatkan oleh
vasokontriksi perifer, penurunan lebih lanjut dari curah jantung dan
meningkatnya kadar hemoglobin teredukasi mengakibatkan sianosis.
15. Sistem Muskuloskeletal
Manifestasi klinis yang tampak meliputi edema ekstremitas 32 bawah (edema
19

depended), yang biasanya merupakan pitting edema, pertambahan berat


badan, serta kelemahan.
16. Pemeriksaan Penunjang:
a) Elektrokardiografi
b) Pemeriksaan enzim jantung

2.3.2 Diagnosa Keperawatan (SDKI, 2016)


1. Penurunan curah jantung b.d perubahan irama jantung d.d palpitasi,
bradikardi/takikardia, gambaran EKG aritmia atau gangguan konduksi (SDKI
D.0008)
2. Pola nafas tidak efektif berubunan dengan hambatan upaya nafas mis. Nyeri
saat bernafas, kelemaan otot pernafasan (SDKI D.0005)
3. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis d.d mengeluh nyeri, tampak
meringis, bersikap protektif, gelisah, frekuensi nadi meningkat, sulit tidur
(SDKI 0077)
4. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen, kelemahan, tirah baring d.d mengeluh lelah, frekuensi jantung
meningkat >20% dari kondisi istirahat, dispnea saat/setelah aktivitas, merasa
tidak nyaman setelah beraktivitas, merasa lemah, gambaran EKG aritmia
saat/setelah aktivitas, gambaran EKG menunjukkan iskemia, sianosis (D.
0056)
20

2.3.3 Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


1 Penurunan curah jantung b.d Setelah dilakukan tindakan SIKI I.02075
perubahan irama jantung (SDKI keperawatan selama 3 x 7 jam Observasi
D.0008) yang ditandai dengan: diarapkan curah jantung meninkat - Identifikasi tanda/gejala primer
Gejala Mayor: dengan kriteria hasil: penurunan curah jantung
Data subjektif SLKI L. 02008 (mis.Dipsnea,kelelahan,
Palpitasi 1. Kekuatan nadi perifer edema,ortopnea,proxysmal
Lelah meningkat (5) nocturnal,dypsnea,pen ingkatan CVP)
Dispnea 2. Palpitasi menurun (5) - Identifikasi tanda/gejala skunder
Batuk 3. Takikardia menurun (5) penurunan curah jantung
Data objektif 4. Edema menurun (5) (mis.Peningkatan berat
Bradikardia/takikardia 5. Oliuria menurun (5) badan,hepatomegali, distensi
Edema 6. Pucat/sianosis menurun (5) venajugularis,palpitasi, ronkhi
Oliuria basah,oligurua, batuk, kulit pucat)
Warna kulit pucat/sianosis - Monitor tekanan darah
Capillary refill time > 3detik - Monitor berat badan setiap hari
padawaktu yang sama
Gejala Minor: - Monitor saturasi oksien
Data subjektif - Monitor keluan nyeri dada (intensitas,
Gelisah lokasi, durasi)
Cemas - Monitor EKG 12 sadapan
Data objektif Terapeutik
Murmur jantung - Posisikan pasien semifowler atau
Hepatomegali fowler dengan kaki kebawah atau
posisi nyaman
- berikan terapi relaksasi untuk menurani
21

stres, jika perlu


Edukasi
- Anjurkan beraktivitas fisik sesuai
toleransi
- Anjurkan beraktivitas fisik secara
bertahap
- Anjurkan berhenti merokok
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian antiaritmia, jika
perlu

SIKI I.01011
2 Pola nafas tidak efektif b/d hambatan Setelah dilakukan tindakan Manajemen jalan nafas
upaya nafas (SDKI D.0005) keperawatan selama 3 x 7 jam Observasi
yang ditandai dengan: diarapkan pola nafas membaik. - Monitor pola nafas (frekuensi,
Gejala Mayor: Kriteria hasil : kedalaman, usaha nafas
Data subjektif SLKI L. 01004 - Monitor bunyi nafas tambahan
Dispnea 1. Penggunaan otot bantu nafas (gurgling, mengi, wheezin, ronkhi)
Data objektif menurun (5) - Monitor sputum (jumlah, warna,
Penggunaan otot bantu pernafasan 2. Pernafasan cuping menurun (5) aroma)
Pola nafas abnormal 3. Tekanan ekspirasi menurun (5) Terapeutik
4. Tekanan inspirasi menurun (5) - Pertahankan kepatenan jalan nafas
Gejala Minor: - Posisikan semi fowler atau fowler
Data subjektif - Berikan minum hangat
Ortopnea - Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
Data objektif - Lakukan pengisapan lendir kuran dari
Pernafasan cuping hidung 15 detik
- Lakukan hiperoksienasi sebelum
22

pengisapan endotrakeal
- Berikan oksien, jika perlu
Edukasi
Ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian broncodilator,
ekspektoran, mukolitik, jika perlu

3 Nyeri akut b.d agen pencedera Setelah dilakukan tindakan Observasi


fisiologis d.d mengeluh nyeri, tampak keperawatan selama 3 x 7 jam - Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
meringis, bersikap protektif, gelisah, diarapkan nyeri menurun. frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
frekuensi nadi meningkat, sulit tidur Kriteria hasil : - Identifikasi skala nyeri
(SDKI D. 0077) yang ditandai SLKI L. 08066 - Identifikasi respon nyeri non verbal
dengan: 1. Keluhan nyeri menurun (5) - Identifikasi faktor yang memperberat
Gejala Mayor: 2. Meringis menurun (5) dan memperingan nyeri
Data subjektif 3. Gelisah menurun (5) Terapeutik
Mengeluh nyeri 4. Kesulitan tidur menurun (5) - Berikan teknik nonfarmakologis untuk
Data objektif 5. Tekanan darah membaik (5) mengurangi nyeri (TENS, hypnosis,
Tampak meringis 6. Pola tidur membaik (5) terapi musik, terapi pijat, kompres
Gelisah hangat/ dingin)
Frekuensi nadi meningkat - Kontrol lingkungan yang memperberat
Bersikap protektif rasa nyeri
Sulit tidur - Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri
dalam pemilihan strategi
Gejala Minor: Edukasi
Data objektif - Jelaskan strategi meredakan nyeri
Tekanan darah meningkat - Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
23

Pola nafas berubah mengurangi rasa nyeri


Nafsu makan berubah Kolaborasi
- olaborasi pemberian analgetik, jika
perlu

4 Intoleransi aktivitas b.d Setelah dilakukan tindakan Observasi


ketidakseimbangan antara suplai dan keperawatan selama 3 x 7 jam - Identifkasi gangguan fungsi tubuh
kebutuhan oksigen, kelemahan, tirah diarapkan toleransi aktivitas yang mengakibatkan kelelahan
baring (D. 0056) yang ditandai meningkat. - Monitor kelelahan fisik dan
dengan: SLKI L. 05047 emosional
Gejala Mayor: Kriteria hasil : - Monitor pola dan jam tidur
Data subjektif - Kemudaan melakukan aktivitas se - Monitor lokasi dan ketidaknyamanan
Mengeluh lelah hari- hari meningkat (5) selama melakukan aktivitas
Data objektif - Keluhan lelah menurun (5) Terapeutik
Frekuensi jantung meningkat >20% - Perasaan lemah menurun (5) - Sediakan lingkungan nyaman dan
Dari kondisi istirahat - Tekanan darah membaik (5) rendah stimulus (mis. cahaya, suara,
- Saturasi oksien membaik (5) kunjungan)
Gejala Minor: - frekuensi nafas membaik (5) - Lakukan rentang gerak pasif dan/atau
Data subjektif aktif
Dispnea setelah aktivitas - Berikan aktivitas distraksi yang
Merasa lemah menyenangkan
Merasa tidak nyaman setelah - Fasilitas duduk di sisi tempat tidur,
beraktivitas jika tidak dapat berpindah atau
berjalan
Data objektif Edukasi
Tekanan darah beruba >20% dari - Anjurkan tirah baring
kondisi istirahat - Anjurkan melakukan aktivitas secara
Gambaran EKG menunjukkan aritmia bertahap
24

Gambaran EKG menunjukkan - Anjurkan menghubungi perawat jika


iskemia tanda dan gejala kelelahan tidak
Sianosis berkurang
- Ajarkan strategi koping untuk
mengurangi kelelahan
25

2.3.4 Implementasi
Implementasi merupakan tahap ke empat dalam proses keperawatan dengan
melaksanakan berbagai strategi keperawatan (tindakan keperawatan) yang telah
direncanakan dalam rencana tindakan keperawatan. Dalam tahap ini perawat
menggunakan kemampuan yang dimiliki dalam melaksanakan tindakan
keperawatan terhadap pasien dengan NSTEMI. Perawat harus mengetahui
berbagai hal diantaranya bahaya-bahaya fisik dan perlindungan pasien, teknik
komunikasi, kemampuan dalam prosedur tindakan, pemahaman tentang hak-hak
dari pasien serta dalam memahami tingkat perkembangan pasien.
2.3.5 Evaluasi
Evaluasi dimaksudkan yaitu untuk pencapaian tujuan dalam asuhan
keperawatan yang telah dilakukan pasien. Evaluasi merupakan langkah terakhir
dari proses keperawatan dan berasal dari hasil yang ditetapkan dalam rencana
keperawatan.
26

2.4 Penelitian terkait


1. Asuhan Keperatawatan Pasien Yang Mengalami Infark Miocard Akut dengan
Nyeri Melalui Teknik Relaksasi Nafas Dalam (Sofiah, 2022)
2. Ganggun Pola Nafas Tidak Efektif pada Pasien Acute Miocard Infark (AMI)
Nuraini, 2018
3. Penerapan Asuhan Keperatawatan Lansia Ny. H dengan Masalah
Keperawatan Intoleransi Aktivitas pada Dianosa Medis Penyakit Jantung
Koroner (Syafirah, 2022)
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN KELOLAAN

I. PENGKAJIAN
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : TN. H
Umur : 64 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Suku/Bangsa : Jawa /Indonesia
Agama : Islam
Pekerjaan : Pensiunan PNS
Pendidikan : D1
Status Perkawinan : Kawin
Alamat : Jl. Adonis Samad
Tgl MRS : 17 Oktober 2023
Diagnosa Medis : NSTEMI
B. RIWAYAT KESEHATAN /PERAWATAN
1. Keluhan Utama :
Pasien Mengatakan dada terasa berdebar, lemas,menyesak di ulu hati
2. Riwayat Penyakit Sekarang :
Tanggal 17 Oktober 2023 sore pasien tiba-tiba mengeluh menyesak
diulu hati dan keluarga membawa pasien ke Rumah Sakit RSI PKU
Muhammadiyah Palangka Raya, kemudian pasien mendapat rujukkan
untuk penanganan lebih lanjut ke RSUD dr. Doris Sylvanus. Pasien
tiba di IGD pukul 01.02 WIB. Saat dilakukan pemeriksaan fisik pasien
mengatakan badan lemah, menyesak di ulu hati, dada berdebar-debar,
Kesadaran compos mentis, TD: 140/70 mmhg, N: 123x/menit, RR:
23x/menit, S: 36,6°C, SPO2 95%. Di IGD diberikan therapi Infus
Nacl 0,9% rehidrasi 20 TPM selanjutnya 14 TPM, inj. Ranitidin 50
mg 2x 1 iv, inj. Vasola 1 x 2,5 mg iv, obat oral : atorvastatin 1 x 20
mg, CPG 1x75 mg, amlodipine 1 x 5 mg, bisoprol 1 x 2,5 mg,
candesartan 1 x 8 mg selanjutnya pasien di pindahkan ke ruang
ICVCU.
28

3. Riwayat Penyakit Sebelumnya (riwayat penyakit dan riwayat operasi)


Pasien mengatakan sudah 5 tahun menderita penyakit jantung dan
27 Pasien tidak pernah operasi.
pernah terdiagnosa kardiomegali.
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Kakak kandung pasien ada yang menderita penyakit yang sama

C. KEBUTUHAN DASAR
1. Rasa nyaman nyeri
Suhu 36°C, gelisah (-), nyeri(+), skala nyeri 5, gambaran nyeri terasa seperti
kemeng/ngilu, lokasi nyeri di lengan kanan, nyeri muncul ketika lengan
bergerak dengan durasi 2 menit setiap lengan bergerak. Tanda objektif:
menjaga area yang sakit, terdapat luka tusuk di daerah pergelangan tangan
yang terbalut verban, respon emosional adaptif. Cara mengatasi nyeri:
membatasi pergerakan lengan yang sakit.
Masalah keperawatan: Nyeri akut
2. Oksienasi
N. 123 x/mnt, RR. 23 x/mnt, TD. 140/70 mmhg, bunyi nafas: vesikuler.
Kedalaman: tidak ada, fremitus: normal, sputum tidak ada, sirkulasi oksigen
tidak adekuat merasa lelah saat latihan duduk dan merasa lemah, dada
simetris, terpasang oksigen 3L/mnt, WSD(-), riwayat penyakit: kardiomegali.
Masalah keperawatan: intoleransi aktivitas
3. Cairan
Kebiasaan minum 1000cc/hr, jenis air putih, turor kulit baik, mukosa mulut
lembab tidak ada perlukaan, punggun kaki normal, warna kecoklatan,
pengisian kapiler < 2 detik, mata tidak cekung, konjungiva merah muda, sclera
putih, edema tidak ada, distensi vena jugularis tidak ada, asites tidak ada,
terpasang NGT(-), terpasang infus tanggal 17 Oktober 2023 jenis Nacl 0,9%
di lengan kiri.
Masalah keperawatan: Tidak ada
4. Nutrisi
TB. 165cm, BB. 62kg. Kebiasaan makan 3 x/hr, Mual (-), Muntah (-). Tidak
ada pembesaran tiroid (-), hernia (-), kondisi gigi baik, lidah bersih, bising
29

usus 20 x/mnt, porsi makan diabiskan, kesukaan makan ikan goreng dan
sayur, diet(-), keluhan tidak ada.
5. Kebersihan perorangan
Kebiasaan mandi 2x/hr, namun selama dirawat pasien tidak perna mandi, cuci
rambut 1 x/minggu, kebiasaan gosok gigi 2x/hr, badan agak kotor, keadaan
rambut bersih, kulit kepala bersih, keadaan gigi dan mulut bersih
Keadaan kuku bersih, keadaan kuku pendek, iritasi kulit(-)
Masalah keperawatan: deficit perawatan diri.
6. Aktifitas istirahat
Aktivitas waktu luang: istirahat, Aktivitas hoby: nonton tv, kesulitan bergerak:
selama di rawat terbatas meggerakan tanangan yang sakit post CAD, kesulitan
bergerak turun dari tempat tidur karena terpasang alat monitor dan infus,
kekuatan otot : 5, tonus otot baik, postur tubuh tegak, rentang gerak baik,
penggunaan alat bantu(-), pelaksanaan aktivitas: selama di rawat kebutuhan
sehari-hari seperti makan/minum,BAK dan duduk dibantu keluarga.
7. Eliminasi
Kebiasaan BAB: 1x/hr selama dirawat belum ada BAB, BAK selama dirawat
5-6x sehari, menegakan laxan(-), menegakan diuretic(-), keluhan BAB/BAK
tidak ada, peristaltic usus 20x/mnt, tidak ada nyeri tekan, tidak ada terpasang
kateter. Masalah keperawatan tidak ada
8. Tidur dan istirahat
Kebiasaan tidur: malam dan siang, tidur malam 7-8 jam, tidur sian 1 jam,
tidak ada kesulitan tidur
9. Pencegahan terhadap bahaya
Reflek normal, pengliatan baik, penciuman baik, perabaan baik
10. Neurosensory
Pusing(-), kejang(-), status mental baik, klien dapat membedakan
pagi/siang/malam, klien tahu dirinya sedang dirawat di rumah sakit, klien bisa
mengenal orang dan keluarga, kesadaran compos mentis, menggunakan kaca
mata(+), menggunakan alat bantu dengar(-), reaksi pupil baik, reflek baik,
kernig sign normal, babinsky normal.
11. Keamanan
30

Alergi(-), riwayat penyakit hubungan seksual(-), tranfusi darah(-), riwayat


cedera(-), ffraktur/dislokasi(-), masalah punggun(-), pembesaran nodus(-),
kekuatan umum baik, cara berjalan normal
12. Seksualitas
Aktif melakukan hubungan: Ya, penggunaan kondom:tidak, masalah seksual
(-), pemeriksaan prostat(-), kutil(-)
13. Keseimbangan dan peningkatan hubungan psikososial serta interaksi
social
Lama perkawinan 30 tahun, hidup dengan istri dan anak, masalah stress(-),
peran dalam struktur keluarga sebagai kepala keluarga, perubahan
bicara/penggunaan alat bantu bicara(-), komunikasi baik dengan keluarga,
spiritual: selalu berdoa minta kesembuhan dari Tuhan, kegiatan keagamaan:
selama dirawat tidak melakukan kegiatan keagamaan.
D. Penyuluhan dan pembelajaran
Bahasa dominan: jawa,buta huruf (-), informasi yan telah disampaikan:
pengaturan jam besuk, tim/petugas yang merawat. Masalah yang dijelaskan
perawatan di RS dan obat-obatan yang diberikan.
Obat yang diresepkan ( lingkari dosis terakhir ) :
OBAT DOSIS WAKTU DIMININUM TUJUAN
SECARA
TERATUR
Atorvastatin 1 x 20mg 22.00 WIB Menurunka
kolesterol
CPG 1 x 75mg 07.00 WIB Pengencer
darah
Aspilet 1 x 80mg 14.00 WIB Pengencer
darah dan
menghambat
penggumpalan
pada pembuluh
darah
Bisoprol 1 x 2,5mg 14.00 WIB Menurunkan
tekanan darah
Candesartan 1 x 8mg 22.00 WIB Menurunkan
tekanan darah
Adalat Oros 1 x 30mg 07.00 WIB Merelaksasi
otot jantung
dan pembuluh
darah
31

Inj. 2x 18.00 dan 06.00 Menurunkan


Ranitidin 50mg/iv WIB asam lambung
Inj. Vasola 1x 07.00 WIB Mencegah
2,5mg/iv tromboemboli
Inf. Nacl 14 TPM
0,9%
Faktor resiko keluarga : penyakit jantung
E. Pemeriksaan fisik lengkap terakhir
1. Status Mental Orientasi : baik, Afektifitas : baik
2. Status Neurologis : baik, Uji Syaraf Kranial :Nervus Kranial I-XII: baik
3. Ekstermitas Superior :
a) Motorik
Pergerakan : baik
Kekuatan : baik
b) Tonus
c) Refleks Fisiologis
- Bisep : baik
- Trisep : baik
- Radius : baik
- Ulna : baik
d) Sensibilitas
Nyeri :………… Merasakan nyeri lengan post tindakan
CAD
Ekstremitas Inferior :
a) Motorik
Pergerakan :………… Normal………………………….
Kekuatan : …Mampu menahan
tahanan…………………….
b) Tonus : ……… Normal………………………….
c) Refleks Fisiologis
Refleks Patella : ………… Normal……………………….
d) Refleks Patologis
- Babinsky : ………
Normal……………………………….
32

- Chaddock : Normal………...........
- Gordon : Normal………………
- Oppenheim : Normal…………........
- Schuffle : Normal……………...
4. Rangsang Meningen
a) Kaku kuduk : Tidak ada………….....
b) Brudzinksky I & II : Normal……………....
c) Lassaque : Normal……………....
d) Kernig Sign : Normal………………
F. DATA GENOGRAM
GENOGRAM

Keterangan :

: Laki – Laki : Tinggal satu rumah


: Perempuan : Hubungan Keluarga
: pasien : Meninggal

G. DATA PEMERIKSAAN PENUNJANG (DIAGNOSTIK &


LABORATORIUM )

1. Hasil Laboratorium Darah


Tanggal 17-10-2023
TN.H Ruang: ICVCU
PEMERIKSAAN HASIL NILAI RUJUKAN
HBsAg Negatif Negatif
Natriun (Na) 134 135-148 mmol/l
Kalium (K) 3,2 3,5-5,3 mmol/l
Calcium (Ca) 1,10 0,98-1,2 mmol/l
33

Troponin I 0,89 < 0,30 ng/ml


Glukosa Sewaktu 139 < 200 mg/dl
Ureum 33 21-53 mg/dl
Kreatinin 0,87 0,17-1,5 mg/dl

Tanggal 18-10-2023
PEMERIKSAAN HASIL NILAI RUJUKAN
Uric Acid 5,7 3,5-7,2 mg/dl
Cholesterol 206 <200 U/L
Trigliserida 115 <165 mg/dl
Kolesterol HDL 34 >40 mg/dl
LDL 130 <180 mg/dl

2. Gambaran Pemeriksaan EKG


34

3. Hasil pemeriksaan diagnostic Coronary Angiography Diagnostic

Dilakukan kanulasi LCA dan RCA dengan RHA 5F dengan aniorafi menunjukan:
LM : Stenosis 47-60% proksimal distal (lesi kalsifikasi)
LAD : Stenosis 48-58% proksimal, stenosis 38-52% distal (lesi kalsifikasi)
LCx : Stenosis 43-58% proksimal, stenosis 71% distal (lesi kalsifikasi)
OM1 : Stenosis 80%
RCA : Stenosis 81% proksimal (lesi difus dan klasifikasi) dan total oklusi
setelahnya, mendapat aliran dari kontralateral
Trombus (-)
Dominan kiri
35

H. PENATALAKSANAAN MEDIS

Hari/Tanggal Pemberian Obat :17-19 Oktober 2023

No Nama Obat Dosis Pemberian Indikasi


.
1 Atorvastatin 1 x 20mg Menurunkan koesterol
2 CPG 1 x 75gr Pengencer darah/anti koagulan
3 Aspilet 1 x 80mg Pengencer darah dan menghambat
penggumpalan darah pada
4 Bisoprol 1 x 2,5mg pembuluh darah
5 Candesartan 1 x 8mg Menurunkan tekanan darah dan
6 Adalat oros 1 x 30mg gagal jantung
Menurunkan tekanan darah
Merelaksasikan otot jantung dan
pembuluh darah

Palangka Raya,…………………………….
Mahasiswa,

(………………………………………..)
36

ANALISIS DATA

KEMUNGKINAN
DATA SUBYEKTIF DAN MASALAH
PENYEBAB
DATA OBYEKTIF
DS : Pasien mengatakan lemah Gangguan funsi ventrikel Intoleransi
Pasien mengatakan agak aktivitas
lelah setelah duduk Penurunan aliran darah

DO : Pasien terlihat lemah Curah jantung menurun


Aktivitas dibantu keluarga
Duduk dibantu keluarga Suplai O2 ke jaringan
Terpasang infus Nacl menurun
0,9% 14 tpm
Terpasang O2 nasal canul Kelemahan
3L/mnt
SPO2 95% Intoleransi aktivitas

DS : Pasien mengatakan nyeri Post CAD Nyeri akut


lengan kanan bekas tindaka
kateterisasi Luka puncture

DO : - Terdapat bekas luka post Terputusnya kontinuitas


CAD tertutup verban jaringan
pada area pergelangan
tangan kanan Nyeri akut
- Pasien tampak
membatasi pergerakan
tangan yang sakit
- tangan kanan tampak
oedema
- Skala nyeri 5
- TD. 161/86 mmhg
N. 90
S.36,3°C
RR. 20 x/mnt

DS : Pasien mengatakan selama Suplai O2 menurun Defisit


dirawat belum mandi perawatan diri
Pasien mengatakan Kelemaan
badan lemah
DO : Kulit tampak kotor Ketidakmampuan merawat
BAK dibantu diri
Terpasang infus Nacl
0,9% 14 tpm Defisit perawatan diri
Terpasang O2 nasal
37
canul 3L/mnt
Terpasang alat monitor

PRIORITAS MASALAH
1. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan (SDKI D.0056)
2. Nyeri akut b/d agen pencedera fisik (Prosedur CAD) SDKI D.007
3. Deficit perawatan diri b/d kelemahan (SDKI. 0109)
RENCANA KEPERAWATAN

Nama Pasien : Tn. H


Ruang Rawat : Ruang ICVCU
Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria hasil) Intervensi Rasional
Intoleransi aktivitas b/d Setelah dilakukan - Monitor lokasi dan - Mengetahui kemampuan dan batasan
kelemahan (SDKI D.0056) tindakan keperawatan ketidaknyamanan selama pasien terkait aktivitas yang akan
yang ditandai dengan: selama 3 x 7 jam melakukan aktivitas dilakukan
DS: diarapkan toleransi - Monitor pola dan jam tidur - Menghindari kelelahan akibat kurang
Pasien mengatakan lemah aktivitas meningkat. - Lakukan rentang gerak istirahat
Pasien mengatakan agak SLKI L. 05047 pasif dan/atau aktif - Membantu meningkatkan rentang
lelah setelah duduk Kriteria hasil : - Fasilitas duduk di sisi gerak klien dalam beraktivitas
- Kemudahan melakukan tempat tidur, jika tidak - Mengurangi resiko jatuh/sakit pada
DO: aktivitas se hari- hari dapat berpindah atau klien
Pasien terlihat lemah meningkat (5) berjalan - Istirahat yang lebih dan mengurangi
Aktivitas dibantu keluarga - Keluhan lelah menurun - Anjurkan tirah baring aktivitas dapat memulihkan energi
Duduk dibantu keluarga (5) - Anjurkan melakukan kembali
Terpasang infus Nacl 0,9% - Perasaan lemah aktivitas secara bertahap - Melatih kekuatan otot dan pergerakan
14 tpm menurun (5) pasien agar tidak terjadi kekakuan
Terpasang O2 nasal canul - Tekanan darah otot maupun sendi
3L/mnt membaik (5)
SPO2 95% - Saturasi oksgien
membaik (5)
- frekuensi nafas
membaik (5)
Nyeri akut b/d agen Setelah dilakukan Manajemen nyeri SIKI L.08238 - Untuk memilih intervensi yang cocok
pencedera fisik (Prosedur tindakan keperawatan - Identifikasi lokasi, dan untuk mengevaluasi keefektifan
CAD) SDKI D.007 selama 3 x 7 jam karakteristik, durasi, dari terapi yang diberikan.
yang ditandai dengan: diarapkan nyeri menurun. frekuensi, kualitas, intensitas - Untuk mengetahui nyeri yang
DS: Kriteria hasil : nyeri dirasakan pasien
Pasien mengatakan nyeri SLKI L. 08066 - Identifikasi skala nyeri - Memperbaiki koping klien
lengan kanan bekas tindakan - Keluhan nyeri - Identifikasi respon nyeri - Memberikan pengetahuan kepada
kateterisasi jantung menurun (5) secara verbal klien untuk menanani rasa nyeri
- Meringis menurun (5) - Ajarkan teknik non secara mandiri
DO: - Gelisah menurun (5) farmakologis untuk - Mengurangi tingkat nyeri pasien/
- Terdapat bekas luka post - Tekanan darah mengurangi rasa nyeri (teknik mengalihkan pasien dari rasa
CAD tertutup verban pada membaik (5 relaksasi nafas dalam) nyerinya
area pergelangan tangan
kanan
- Pasien tampak membatasi
pergerakan tangan yang
sakit
- Tangan kanan tampak
oedema
- Skala nyeri 5
- TD. 161/86 mmhg
N. 90
S.36,3°C
RR. 20 x/mnt
Deficit perawatan diri b/d Setelah dilakukan Dukungan perawatan diri : mandi Sebagai sarana dalam pemberian bantuan
kelemahan (SDKI. 0109) tindakan keperawatan Observasi perawatan diri
yang ditandai dengan: selama 1 x 8 diarapkan -Identifikasi usia dan budaya dalam Untuk membantu, peningkatan hubungan
perawatan diri membantu kepersihan diri saling percaya
DS: meningkat. - Identifikasi jenis bantuanyang
Pasien mengatakan selama Kriteria hasil : dibutuhkan
dirawat belum mandi SLKI L. 12111 - Monitor kebersihan tubuh Untuk mengetahui kemampuan
Pasien mengatakan badadan 1. Kemampuan mandi -Monitor integritas kulit perawatan diri
lemah meningkat (5) Terapeutik
2. Mempertahan kan - Sediakan peralatan mandi Agar pasien dapat lebih memahami
DO : kebersihan diri -Sediakan lingkungan yang tentang pentinnya perawatan diri
Kulit tampak kotor meningkat (5) aman dan nyaman
BAK dibantu 3. Kemampuan - Fasilitasi mandi
Terpasang infus Nacl 0,9% mengenakan pakaian sesuaikebutuhan Agar keluara dapat membantu pasien
14 tpm meningkat (5) -Pertahankan kebiasaan dalam perawatan diri
Terpasang O2 nasal canul kebersihandiri
3L/mnt - Berikan bantuan sesuai tingkat
Terpasang alat monitor kemandirian
Edukasi
-Jelaskan manfaat mandi
dandampak tidak mandi
terhadapkesehatan
-Ajarkan kepada keluarga cara
memandikan pasien (jika perlu)
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

Hari/Tanggal Tanda tangan dan


Implementasi Evaluasi (SOAP)
Jam Nama Perawat
Kamis, 19 Oktober Dx. 1
2023 - Memonitor lokasi dan S: - Pasien mengatakan masih lemah
ketidaknyamanan selama melakukan - Pasien mengatakan agak lelah setelah
aktivitas duduk
- Memonitor pola dan jam tidur O : - Pasien terlihat lemah
- Melakukan rentang gerak pasif dan/atau - Aktivitas dibantu keluarga
aktif - Duduk dibantu keluarga
- Memfasilitas duduk di sisi tempat tidur, PO2: 98%
jika tidak dapat berpindah atau berjalan - Terpasan O2 3L/mnt
- Menganjurkan tirah baring - Terpasan alat monitor
- Menganjurkan melakukan aktivitas A: Masala belum teratasi
secara bertahap P: Lanjutkan Intervensi

Dx. 2 S: - Pasien mengatakan tanan kanan bekas


- Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, kateterisasi masih nyeri
durasi, frekuensi, kualitas, intensitas - Pasien mengatakan pergelangan tangan
nyeri masih terbatas digerakkan
- Mengidentifikasi skala nyeri O: - Terdapat bekas luka post CAD tertutup
- Mengidentifikasi respon nyeri secara verban pada lengan kanan
verbal - Pasien tampak membatasi pergerakan
- Mengajarkan teknik non farmakologis lengan yang sakit
untuk mengurangi rasa nyeri (teknik - Lengan tampak oedema
relaksasi nafas dalam. - Skala nyeri 4
- Memonitor tanda-tanda vital - TD: 160/81
- N: 80
- S:36,2°C
- RR: 22 x/menit
A: Masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan Intervensi

Jumat, 20 Oktober Dx. 3 S: - Pasien mengatakan badan terasa segar


2023 - Monitor kebersihan tubuh setelah di seka
-Monitor integritas kulit O: - kulit terliat bersih setelah diseka
- Sediakan lingkungan yang aman dan A: Masala teratasi
nyaman P: Hentikan intervensi
- Fasilitasi mandi sesuaikebutuhan
-Pertahankan kebiasaan kebersihandiri
- Berikan bantuan sesuai tingkat
kemandirian
Edukasi
-Jelaskan manfaat mandi dandampak tidak
mandi terhadapkesehatan
-Ajarkan kepada keluarga cara memandikan
pasien (jika perlu)
Dx.2 S: - Pasien mengatakan nyeri tangan
- Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, berkurang
durasi, frekuensi, kualitas, intensitas O: - Pasien terlihat bisa menggerakan
nyeri tanganya yang sakit
- Mengidentifikasi skala nyeri -Skala nyeri 2
- Mengidentifikasi respon nyeri secara - TD: 159/80 mmhg
verbal - N: 80
- Mengajarkan teknik non farmakologis - RR: 20 x/mnt S: 36,3°C PO2: 98%
untuk mengurangi rasa nyeri (teknik - Pasien boleh pulang
relaksasi nafas dalam. A: Masalah teratasi
- Memonitor tanda-tanda vital P: Hentikan intervensi

Dx.1 S: Pasien mengatakan badan sudah mulai


- Memonitor lokasi dan enak dan perasaan lelah berkurang
ketidaknyamanan selama melakukan O: Pasien bisa duduk sendiri di tempat tidur
aktivitas Infus Nacl 0,9% 14 TPM sudah di lepas
- Memonitor pola dan jam tidur Nasal kanul O2 suda dilepas
- Melakukan rentang gerak pasif dan/atau SPO2 98%
aktif Pasien sudah bisa berjalan
- Memfasilitas duduk di sisi tempat tidur, Pasien pulang jm. 14.00
jika tidak dapat berpindah atau berjalan A: Masalah Teratasi
- Menganjurkan tirah baring P: Hentikan intervensi
- Menganjurkan melakukan aktivitas
secara bertahap
DAFTAR PUSTAKA

Alimul, A., & Hidayat. 2012. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia: Aplikasi
Konsep dan Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

.2014. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta : Salemba


Medika

Aspiani, R. Y. 2015. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan


Kardiovaskular. Jakarta: ECG.

Bahrudin, M. 2018. Patofisiologi Nyeri. Jurnal Ilmu Kesehatan Dan Kedokteran


13 (1) :7-13.

Haswita, dan Reni Sulistyowati. (2017) Kebutuhan Dasar Manusia untuk


Mahasiswa Keperawatan dan Kebidanan. Jakarta: CV. Trans Media

Keliat, B. A., Dwi Windarwati, H., Pawirowiyono, A., & Subu, A. (2015). Nanda
International Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi. Edisi 10.
Jakarta: EGC.

Laksono, N.T., Rinarto, N.D . 2021. Hubungan Perilaku Merokok Dengan


Kejadian Nstemi Dan Stemi Pada Pasien Pjk Di Rsud Sidoarjo. Prosiding
Hefa. Hal. 325-468

Long, B. C. (2016). Perawatan Medikal Bedah. Volume 1. (terjemahan).


Bandung: Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran.

Mardella, E. A., Ester, M., Riskiyah, S. Y., & Mulyaningrum, M. (2013). Buku
Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Muhibbah., Wahid, A., Agustina, R. 2019. Karakteristik Pasien Sindrom Koroner


Akut pada pasien rawat inap ruang tulip di RSUD Ulin Banjarmasin.
Indonesian Journal for Health Sciences.3(1),6-12

Potter, P.A dan Perry A.G. (2010). Fundamentals Of Nursing. Edisi 7. Jakarta:
Salemba Medika

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). 2018. Badan Penelitian dan Pengembangan


Kesehatan Kementerian RI tahun 2018.

Smeltzer SC, Bare BG. text book of medical surgical nursing. 11th editi. Kluwer
W, editor. Philadelpnia; 2010.

Sofiah,W., Roswah, L., F. 2022. Asuhan Keperawatan Pasien Yang Mengalami


Infark Miocard Akut Dengan Nyeri Melalui Teknik Relaksasi Nafas Dalam.
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah Bengkulu. 10(1),73-83
Swleboda P et.al. Assessment of Pain: Types, Mechanism, and Treatment. Ann
Agric Environ Med. 2013; Special Issue 1:2-7

Tarwoto & Wartonah. (2015). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses


Keperawatan : Jakarta:ECG

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(SDKI)Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI. Tim Pokja SIKI DPP PPNI.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(SIKI). Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI. Tim Pokja SIKI DPP PPNI.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2016). Standar Luaran Keperawatan


Indonesia(SLKI). Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI. Tim Pokja SIKI
DPP PPNI.

Wartonah, 2015, Intoleransi Aktivitas menurut para ahli. Jakarta : EGC.

Wijaya, A., S. (2013). Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: Nuha Medika.


LAMPIRAN
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

Hari / Tanggal : Jumat, 20 Oktober 2023


Waktu : 30 Menit
Pokok Bahasan : Infark Miokard (sumbatan pembuluh darah
jantung)
Sasaran : Pasien dan keluarga
Penyuluh : Mahasiswa Program Profesi Ners STIKes Eka
Harap Palangka Raya
Tempat : Ruang ICVCU RSUD dr. Doris Sylvanus
Palangka Raya

A. Tujuan Umum
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan tentang infark miokard, diharapkan
pasien dan keluarga dapat mengerti dan dapat menerapkan bagaimana
perawatan di rumah agar kekambuhan dapat dicegah
B. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan selama 1 x 30 menit, diharapkan
keluarga mampu :
1. Pasien dan keluarga dapat menjelaskan pengertian Infark Miokard
2. Pasien dan keluarga dapat menjelaskan penyebab Infark Miokard
3. Pasien dan keluarga dapat menyebutkan tanda dan gejala Infark Miokard
4. Pasien dan keluarga dapat menjelaskan factor risiko terjadinya Infark
Miokard
5. Pasien dan keluarga dapat menjelaskan pencegahan Infark Miokard
C. Materi
1. Pengertian Infark Miokard
2. Penyebab Infark Miokard
3. Tanda dan gejala Infark Miokard
4. Faktor risiko faktor risiko
4. Pencegahan Infark Miokard
D. Metode
Ceramah
E. Media
Leaflet

F. Kegiatan Pembelajaran
No Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta
1 5 menit Pembukaan Menjawab salam,
a. Mengucapkan salam dan mendengarkan
terima kasih atas kedatangan dengan seksama
para peserta.
b. Memperkenalkan diri dan
Menjelaskan tujuan
penyuluhan
c. menyebutkan materi/ pokok
bahasan yang akan
disampaikan .

2 15 menit
Pelaksanaan Kegiatan Penyuluhan Menyimak,
a. Pengertian Infark Miokard memperhatikan, dan
b. Penyebab Infark Miokard memperaktikkan
c.Tanda dan gejala Infark Miokard
d. Faktor risiko faktor risiko
e. Pencegahan Infark Miokard

3 10 menit Penutup Peserta


a. Menyimpulkan atau memperhatikan dan
merangkum hasil penyuluhan mempraktikkan cara
b. Mengevaluasi hasil kegiatan mencuci tangan yang
dan meminta salah satu dari benar.
peserta untuk mengulangi evaluasi.
menjelaskan kembali Menjawab salam
bagaimana perawatan gagal
Jantung.
c. Memberi salam dan meminta
maaf bila ada kesalahan

Infark Miokard
A. Definisi
Infark miokard merupakan kematian atau nekrosis jaringan miokard akibat
penurunan secara tiba-tiba aliran darah arteri koronaria ke jantung atau terjadinya
peningkatan kebutuhan oksigen secara tibatiba tanpa perfusi arteri koronaria yang
cukup. Infark miokard dapat disebabkan oleh penyempitan kritis arteri koronaria
akibat aterioklerosis atau oklusi arteri komplet akibat embolus atau thrombus.
Penurunan aliran darah koroner dapat disebabkan oleh syok, hemoragi dan
ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen pada jantung
(Wahyuningsih, 2013).

B. Etologi
Infark miokard disebabkan karena rupturnya plak aterosklerosis dan adanya
thrombus. Penyebab lain infark tanpa aterosklerosis pembuluh koronaria dapat
disebabkan karena emboli arteri koronaria, anomali arteri koronaria kongenital,
spasme koronaria terisolasi, arteritis trauma, gangguan hematologik dan berbagai
penyakit inflamasi sistemik (Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, dkk, dalam
Haniastri 2015).

C. Gambaran Klinis
Gambaran penyakit infark miokard dapat bervariasi dari pasien yang datang
hanya untuk melakukan pemeriksaan rutin, pasien yang merasa nyeri disubsternal
yag hebat dan secara cepat berkembang menjadi shock, pasien edema pulmonal,
hingga pasien yang tampak sehat namun tiba-tiba meninggal. Serangan infark
miokard biasanya akut dengan rasa sakit seperti angina tetapi tidak biasa.
Terdapat penekanan yang luar biasa pada dada. Angina pada infark miokard akut
terjadi sewaktu pasien dalam keadaan istirahat dan pada jam-jam awal di pagi hari
yang dapat disertai dengan nausea dan vomitus. Pasien sering memperlihatkan
wajah pucat dengan keringat dan kulit yang dingin dan disertai nadi yang berdetak
cepat (Naga, Sholeh S., 2012).

D. Faktor-faktor Risiko Penyakit Jantung


Faktor Risiko Yang Tidak Dapat Dikendalikan:
Usia
Jenis Kelamin
Genetik

Faktor Risiko yang Dapat Dikendalikan:


Merokok
Aktifitas Fisik
Hipertensi
Kadar Lipid-Kolesterol yang Abnormal
Diabetes
Kegemukan (Obesitas)

E. Penatalaksanaan Infark Miokard


1. Olahraga teratur 4-7 hari seminggu : olahraga berat selama 30 menit, moderate
30-50 menit dan ringan selama 60 menit.
2. Batasi konsumsi alkohol, berhenti merokok, mengontrol tekanan darah
3. Mempertahankan berat badan ideal.
4. Konsumsi antioksidan seperti; flavonoid, teh hijau dan minyak olive.
5. Diet rendah kolesterol, rendah lemak trans dan jenuh. Konsumsi asam lemak
omega 3, buah, sayur segar dan kacang-kacangan.
6. Ukuran lingkar pinggang dijaga optimal (asia tenggara: pria <90cm, wanita
<80cm) (Setiati, Siti; dkk. 2014)

DAFTAR PUSTAKA
Haniastri, Arawinda. 2015. Definisi, Etiologi, Faktor Risiko dan Patofisiologi
Infark Miokard Akut. Sari Pustaka. Universitas Kristen Indonesia.

Setiati, S., Idrus Alwi dan Aru W. Sudoyo. 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.
Jilid II. Edisi VI. Jakarta Pusat : InternaPublishing

Wahyuningsih, Retno. 2013. Penatalaksanaan Diet pada Pasien. Yogyakarta :


Graha Ilmu
DOKUMENTASI PENYULUHAN KESEHATAN

Gambar 1. Mahasiswa memberikan penyuluhan kesehatan tentang gagal jantung

Gambar 2. Pembimbing dan mahasiswa dalam memberikan penyuluhan kesehatan


tentang gagal jantung

Anda mungkin juga menyukai