Askep Fiks Nstemi Prinawati
Askep Fiks Nstemi Prinawati
ASUHAN KEPERAWATAN
PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR MANUSIA PADA TN. H DENGAN
DIAGNOSA MEDIS NSTEMI (Non-ST segmen elevation myocard
infarction) DI RUANG ICVCU RSUD dr.DORIS SYLVANUS
PALANGKA RAYA
OLEH :
PRINAWATI
NIM: 20231490104059
ii
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa Karena atas
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan pendahuluan yang
berjudul “Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Aman Dan
Nyaman: Nyeri Pada TN.H Dengan Diagnosa Medis NSTEMI (Non-ST segmen
elevation myocard infarction) Di Ruang ICVCU RSUD dr. Doris Sylvanus
Palangka Raya”
Penyusun menyadari tanpa bantuan dari semua pihak maka laporan
pendahuluan ini tidak akan selesai sesuai dengan waktu yang diharapkan. Oleh
karena itu, pada kesempatan ini pula penyusun mengucapkan banyak terima kasih
terutama kepada :
1. Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes selaku Ketua STIKES Eka Harap
Palangka Raya.
2. Meilitha Carolina, Ners., M.Kep selaku ketua program studi Sarjana
Keperawatan.
3. Isna Wiranti S.Kep., Ners selaku Koordinator PPK.
4. Putria Carolina, Ners., M.Kep selaku pembimbing akademik yang telah
memberikan bantuan dalam proses praktik lapangan dan penyelesaian laporan
pendahuluan dan asuhan keperawatan ini.
5. Lenny Wulandari, SST., Ners selaku pembimbing lahan ruang ICVCU yang
telah memberikan bantuan dalam proses praktik lapangan dan penyelesaian
laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan dalam
penulisan studi kasus ini. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan
saran dari semua pihak yang bersifat membangun untuk menyempurnaan
penulisan studi kasus ini. Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih dan
semoga laporan studi kasus ini bermanfaat bagi kita semua.
Prinawati
iii
2
DAFTAR ISI
SAMPUL DEPAN
LEMBAR PENGESAHAN…………………………………………………..….ii
KATA PENGANTAR…………………………………………………………...iii
DAFTAR ISI……………………………………………………………………..iv
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang………………………………………………………………..1
1.1 Rumusan Masalah……………………………………………………………2
1.1 Tujuan Penulisan……………………………………………………………..3
1.1 Manfaat Penulisan……………………………………………………………3
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
iv
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1
2
keturunan, wanita post menopause (Sofiah, 2022). Keluhan umum yang sering
dirasakan yaitu rasa nyeri di dada sebelah kiri dirasakan seperti
tertindih,terbakar,teriris. Nyeri diakibatkan dari tidak optimalnya pompa jantung
yang disebabkan adanya sumbatan. Nyeri dada merupakan salah satu masalah
utama yang harus ditangani karena dapat mengganggu baik secara fisik maupun
psikologis pada pasien, respon pada fisiologis nyeri mengakibatkan stimulasi
simpatik, yang akan menyebabkan pelepasan epineprin yang mengakibatkan
tekanan pada arteri meningkat. Sedangkan respon psikologis dapat menimbulkan
rasa cemas takut dan apabila dibiarkan tanpa penanganan dapat mengancam
kesehatan jiwa seseorang (Potter&Perry, 2010).
Peran perawat terhadap klien dalam mencegah timbulnya penyakit jantung
koroner yaitu meliputi peran promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif,
terutama peran promotif melalui edukasi dapat merubah klien dalam mengubah
gaya hidup dan mengontrol kebiasaan pribadi untuk menghindari faktor resiko.
Dengan edukasi semakin banyak klien yang mengerti bagaimana harus mengubah
perilaku sehingga mereka mampu melakukan pengobatan dan perawatan
mandirinya. Perawat juga dapat mengedukasi klien agar berhenti merokok, tidak
minum alkohol juga menghindari makanan yang mengandung lemak jenuh.
Berdasarkan uraian diatas, penulis akan melakukan Asuhan Keperawatan
Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia Pada TN.H Dengan Diagnosa Medis
NSTEMI (Non-ST segmen elevation myocard infarction) Di Ruang ICVCU
RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya.
1.4.2 Mahasiswa
Sebagai tambahan ilmu dalam peningkatan pengetahuan khususnya
tentang Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia pada kasus
NSTEMI (Non-ST segmen elevation myocard infarction)
1.4.3 Institusi Pendidikan
Dapat digunakan sebagai bahan refrensi bagi pendidikan dan penelitian
serta informasi tentang Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar
Manuasia pada kasus NSTEMI (Non-ST segmen elevation myocard infarction)
5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
5
6
1) Dapat mengenal diri sendiri dengan baik (mengenal dan memahami potensi
diri)
2) Belajar memahami kebutuhan sendiri
3) Tidak emosional
4) Mempunyai dedikasi yang tinggi
5) Kreatif
6) Mempunyai kepercayaan diri yang tinggi, dan sebagainya
2.1.2.6 Faktor yang mempengaruhi pemenuhan kebutuhan
Faktor yang memengaruhi pemenuhan kebutuhan manusia. Factor-faktor
tersebut meliputi :
1) Penyakit
Saat seseorang sakit dalam kondisi sakit, ia tidak akan mampu memenuhi
kebutuhannya sendiri. Dengan demikian, individu tersebut akan bergantung
pada orang lain dalam memenuhi kebutuhan dasarnya.
2) Hubungan yang berarti
Keluarga merupakan system pendukung bagi individu (klien). Selain itu,
keluarga juga dapat membantu klien dalam menyadari kebutuhannya dan
mengembangkan cara yang sehat untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Dalam
praktek di tatanan layanan kesehatan, perawat dapat membantu upaya
pemenuhan kebutuhan dasar klien yang membina hubungan yang berarti.
3) Konsep diriKonsep diri
Individu dengan konsep diri yang positif akan mudah mengenali dan
memenuhi kebutuhannya tersebut. Sedangkan seseorang dengan konsep diri
yang negatif, misalnya penderita depresi, akan mengalami perubahan
kepribadian dan suasana hati yang dapat mempengaruhi persepsi dan
kemampuannya dalam memenuhi kebutuhan tersebut (Rosmalawati, 2016).
4) Tahap perkembangan
Pemenuhan kebutuhan dasar akan dipengaruhi oleh perkembangan emosi,
intelektual, dan tingkah laku individu sebagai hasil dari interaksinya dengan
lingkungan.
5) Struktur keluarga
8
2.2.3 Patofisiologi
Pada ateroskeloris, intima (lapisan dalam) arteri mengalami perubahan
terbentuknya ateroma dan perubahan dinding pembuluh darah pada
aterosklerosis merupakan proses yang panjang, sehingga akan mengganggu
absorpsi nutrien oleh sel-sel endotel yang menyusun lapisan dinding dalam
pembuluh darah dan menyumbat aliran darah karena timbunan ini menonjol di
dalam lumen pembuluh darah. Disfungsi endotelial akan membentuk jaringan
parut, selanjutnya lumen menjadi semakin sempit dan aliran darah terhambat.
Peningkatan ukuran plak berlanjut pada titik melambatnya aliran darah arteri dari
keadaan terdesak sampai sedikit mengalir sesuai penurunan diameterarteri.
Diyakini bahwa banyak bagian dinding infark yang tebal atau infark
nontransmural terjasi akibat spasme koroner. Arteri koroner yang mengalami
aterosklerosis berespon terhadap rangsangan vasodilator secara paradoksikal,
sehingga menyebabkan vasokontriksi.
Spasme arteriol dan penyempitan menyebabkan aliran darah arteri
menurun serta kebutuhan oksigen dan nutrien jaringan miokardium berlanjut.
Kerja serupa dari pemompaan darah harus diselesaikan dengan ketersediaan
energi dan oksigen 17 yang sedikit. Metabolisme anaerob dapat memberikan
hanya 6% dari energi total yang diperlukan. Pengambilan glukosa oleh sel sangat
meningkat saat cadangan glikogen dan adenosin trifosfat berkurang. Kalium
dengan cepat bergerak keluar dari sel miokardium selama iskemia. Asidosis
seluler terjadi yang selanjutnya mengganggu metabolisme seluler. Penting untuk
diketahui bahwa lesi-lesi aterosklerosis biasanya berkembang pada segmen
epikardial proksimal dari arteri koronaria, yaitu pada tempat lengkungan yang
tajam, percabangan, atau perlekatan. Lesi-lesi ini cenderung terlokalisir dan lokal
dalam penyebarannya. Akan tetapi, pada tahap yang lanjut lesi-lesi yang tersebar
berdifusi menjadi menonjol.
Sebagai respon trombolitik dan akibat adanya statis pada arteri koroner
yang terserang, terbentuklah suatu trombus yang kaya akan fibrin dan eritrosit
(trombus merah) serta meluas keatas maupun ke bawah. Trombus yang terbentuk
12
kemudian mengikuti aliran darah dan terhenti pada lumen pembuluh yang lebih
kecil, sehingga menyebabkan oklusi total pembuluh darah. Penyumbatan ini
bermanifestasi dengan tidak adanya aliran darah dan menyebabkan suplai darah
ke area lokal menjadi terhenti dan terjadi iskemia lokal (Wijaya,2013)
13
2010)
2.2.6 Pemeriksaan Penunjang
1. EKG
2. Laboratorium
BUN, kreatinin, glukosa darah, SGOT, SGPT
Ditemukan peningkatan LED, lekositosis
3. Kateterisasi
Angiografi coroner untuk mengetahui derajat obstruksi
4. Radiologi
Hasil radiologi tidak menunjukan secara spesifik adanya infark
miocardium, hanya menunjukan adanya pembesaran dari jantung
(Aspiani,2015)
yang penting ditanyakan mengenai konsep diri yaitu body image, harga
diri, ideal diri, identitas diri dan peran diri
b. Dikaji juga tentang pekerjaan, apakah ada kaitannya dengan penyakit
yang diderita saat ini, disamping itu juga digali apakah ada masalah
dalam keluarga.
7. ADL (kebiasaan klien)
Ditanyakan apakah klien olahraga teratur, atau bagaimana pola hidup; apakah
merokok, minum-minuman keras, disamping itu juga makanan yang
dikonsumsi atau pola diet.
8. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum
a. Perbaikan sikap tubuh
b. Cara berjalan
c. Postur tubuh: gemuk/kurus, bibir pasien kebiru-biruan
d. Ekspresi wajah: kesakitan, cemas, konjungtiva pucat
9. Sistem pernafasan
Pengkajian yang didapat dengan adanya tanda kongesti vaskular pulmonal
adalah dispnea, ortopnea, dispnea nocturnal, paroksimal, batuk, dan edema
pulmonal akut, distres pernafasan.
10. Sistem Cardiovaskuler
a. Inspeksi: mengamati gerakan jantung pada titik impuls maksimum (PMI)
dengan posisi supinasi lihat daerah PMI pada garis mid clavicularis
intercostalis, ke 5 kiri.
b. Palpasi: untuk mengetahui getaran yang terjadi ketika darah mengalir
melalui katup
c. Perkusi: untuk mengetahui batas jantung dilakukan mulai dari lateral ke
garis tengah.
d. Auskultasi:
1) Untuk menentukan denyut jantung dan irama jantung
2) Bunyi jantung jelas terdengar pada daerah aorta, pulmonal,
trikuspidalis
3) Bunyi jantung I (S1): dihasilkan oleh menutupnya katup atrio
18
SIKI I.01011
2 Pola nafas tidak efektif b/d hambatan Setelah dilakukan tindakan Manajemen jalan nafas
upaya nafas (SDKI D.0005) keperawatan selama 3 x 7 jam Observasi
yang ditandai dengan: diarapkan pola nafas membaik. - Monitor pola nafas (frekuensi,
Gejala Mayor: Kriteria hasil : kedalaman, usaha nafas
Data subjektif SLKI L. 01004 - Monitor bunyi nafas tambahan
Dispnea 1. Penggunaan otot bantu nafas (gurgling, mengi, wheezin, ronkhi)
Data objektif menurun (5) - Monitor sputum (jumlah, warna,
Penggunaan otot bantu pernafasan 2. Pernafasan cuping menurun (5) aroma)
Pola nafas abnormal 3. Tekanan ekspirasi menurun (5) Terapeutik
4. Tekanan inspirasi menurun (5) - Pertahankan kepatenan jalan nafas
Gejala Minor: - Posisikan semi fowler atau fowler
Data subjektif - Berikan minum hangat
Ortopnea - Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
Data objektif - Lakukan pengisapan lendir kuran dari
Pernafasan cuping hidung 15 detik
- Lakukan hiperoksienasi sebelum
22
pengisapan endotrakeal
- Berikan oksien, jika perlu
Edukasi
Ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian broncodilator,
ekspektoran, mukolitik, jika perlu
2.3.4 Implementasi
Implementasi merupakan tahap ke empat dalam proses keperawatan dengan
melaksanakan berbagai strategi keperawatan (tindakan keperawatan) yang telah
direncanakan dalam rencana tindakan keperawatan. Dalam tahap ini perawat
menggunakan kemampuan yang dimiliki dalam melaksanakan tindakan
keperawatan terhadap pasien dengan NSTEMI. Perawat harus mengetahui
berbagai hal diantaranya bahaya-bahaya fisik dan perlindungan pasien, teknik
komunikasi, kemampuan dalam prosedur tindakan, pemahaman tentang hak-hak
dari pasien serta dalam memahami tingkat perkembangan pasien.
2.3.5 Evaluasi
Evaluasi dimaksudkan yaitu untuk pencapaian tujuan dalam asuhan
keperawatan yang telah dilakukan pasien. Evaluasi merupakan langkah terakhir
dari proses keperawatan dan berasal dari hasil yang ditetapkan dalam rencana
keperawatan.
26
I. PENGKAJIAN
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : TN. H
Umur : 64 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Suku/Bangsa : Jawa /Indonesia
Agama : Islam
Pekerjaan : Pensiunan PNS
Pendidikan : D1
Status Perkawinan : Kawin
Alamat : Jl. Adonis Samad
Tgl MRS : 17 Oktober 2023
Diagnosa Medis : NSTEMI
B. RIWAYAT KESEHATAN /PERAWATAN
1. Keluhan Utama :
Pasien Mengatakan dada terasa berdebar, lemas,menyesak di ulu hati
2. Riwayat Penyakit Sekarang :
Tanggal 17 Oktober 2023 sore pasien tiba-tiba mengeluh menyesak
diulu hati dan keluarga membawa pasien ke Rumah Sakit RSI PKU
Muhammadiyah Palangka Raya, kemudian pasien mendapat rujukkan
untuk penanganan lebih lanjut ke RSUD dr. Doris Sylvanus. Pasien
tiba di IGD pukul 01.02 WIB. Saat dilakukan pemeriksaan fisik pasien
mengatakan badan lemah, menyesak di ulu hati, dada berdebar-debar,
Kesadaran compos mentis, TD: 140/70 mmhg, N: 123x/menit, RR:
23x/menit, S: 36,6°C, SPO2 95%. Di IGD diberikan therapi Infus
Nacl 0,9% rehidrasi 20 TPM selanjutnya 14 TPM, inj. Ranitidin 50
mg 2x 1 iv, inj. Vasola 1 x 2,5 mg iv, obat oral : atorvastatin 1 x 20
mg, CPG 1x75 mg, amlodipine 1 x 5 mg, bisoprol 1 x 2,5 mg,
candesartan 1 x 8 mg selanjutnya pasien di pindahkan ke ruang
ICVCU.
28
C. KEBUTUHAN DASAR
1. Rasa nyaman nyeri
Suhu 36°C, gelisah (-), nyeri(+), skala nyeri 5, gambaran nyeri terasa seperti
kemeng/ngilu, lokasi nyeri di lengan kanan, nyeri muncul ketika lengan
bergerak dengan durasi 2 menit setiap lengan bergerak. Tanda objektif:
menjaga area yang sakit, terdapat luka tusuk di daerah pergelangan tangan
yang terbalut verban, respon emosional adaptif. Cara mengatasi nyeri:
membatasi pergerakan lengan yang sakit.
Masalah keperawatan: Nyeri akut
2. Oksienasi
N. 123 x/mnt, RR. 23 x/mnt, TD. 140/70 mmhg, bunyi nafas: vesikuler.
Kedalaman: tidak ada, fremitus: normal, sputum tidak ada, sirkulasi oksigen
tidak adekuat merasa lelah saat latihan duduk dan merasa lemah, dada
simetris, terpasang oksigen 3L/mnt, WSD(-), riwayat penyakit: kardiomegali.
Masalah keperawatan: intoleransi aktivitas
3. Cairan
Kebiasaan minum 1000cc/hr, jenis air putih, turor kulit baik, mukosa mulut
lembab tidak ada perlukaan, punggun kaki normal, warna kecoklatan,
pengisian kapiler < 2 detik, mata tidak cekung, konjungiva merah muda, sclera
putih, edema tidak ada, distensi vena jugularis tidak ada, asites tidak ada,
terpasang NGT(-), terpasang infus tanggal 17 Oktober 2023 jenis Nacl 0,9%
di lengan kiri.
Masalah keperawatan: Tidak ada
4. Nutrisi
TB. 165cm, BB. 62kg. Kebiasaan makan 3 x/hr, Mual (-), Muntah (-). Tidak
ada pembesaran tiroid (-), hernia (-), kondisi gigi baik, lidah bersih, bising
29
usus 20 x/mnt, porsi makan diabiskan, kesukaan makan ikan goreng dan
sayur, diet(-), keluhan tidak ada.
5. Kebersihan perorangan
Kebiasaan mandi 2x/hr, namun selama dirawat pasien tidak perna mandi, cuci
rambut 1 x/minggu, kebiasaan gosok gigi 2x/hr, badan agak kotor, keadaan
rambut bersih, kulit kepala bersih, keadaan gigi dan mulut bersih
Keadaan kuku bersih, keadaan kuku pendek, iritasi kulit(-)
Masalah keperawatan: deficit perawatan diri.
6. Aktifitas istirahat
Aktivitas waktu luang: istirahat, Aktivitas hoby: nonton tv, kesulitan bergerak:
selama di rawat terbatas meggerakan tanangan yang sakit post CAD, kesulitan
bergerak turun dari tempat tidur karena terpasang alat monitor dan infus,
kekuatan otot : 5, tonus otot baik, postur tubuh tegak, rentang gerak baik,
penggunaan alat bantu(-), pelaksanaan aktivitas: selama di rawat kebutuhan
sehari-hari seperti makan/minum,BAK dan duduk dibantu keluarga.
7. Eliminasi
Kebiasaan BAB: 1x/hr selama dirawat belum ada BAB, BAK selama dirawat
5-6x sehari, menegakan laxan(-), menegakan diuretic(-), keluhan BAB/BAK
tidak ada, peristaltic usus 20x/mnt, tidak ada nyeri tekan, tidak ada terpasang
kateter. Masalah keperawatan tidak ada
8. Tidur dan istirahat
Kebiasaan tidur: malam dan siang, tidur malam 7-8 jam, tidur sian 1 jam,
tidak ada kesulitan tidur
9. Pencegahan terhadap bahaya
Reflek normal, pengliatan baik, penciuman baik, perabaan baik
10. Neurosensory
Pusing(-), kejang(-), status mental baik, klien dapat membedakan
pagi/siang/malam, klien tahu dirinya sedang dirawat di rumah sakit, klien bisa
mengenal orang dan keluarga, kesadaran compos mentis, menggunakan kaca
mata(+), menggunakan alat bantu dengar(-), reaksi pupil baik, reflek baik,
kernig sign normal, babinsky normal.
11. Keamanan
30
- Chaddock : Normal………...........
- Gordon : Normal………………
- Oppenheim : Normal…………........
- Schuffle : Normal……………...
4. Rangsang Meningen
a) Kaku kuduk : Tidak ada………….....
b) Brudzinksky I & II : Normal……………....
c) Lassaque : Normal……………....
d) Kernig Sign : Normal………………
F. DATA GENOGRAM
GENOGRAM
Keterangan :
Tanggal 18-10-2023
PEMERIKSAAN HASIL NILAI RUJUKAN
Uric Acid 5,7 3,5-7,2 mg/dl
Cholesterol 206 <200 U/L
Trigliserida 115 <165 mg/dl
Kolesterol HDL 34 >40 mg/dl
LDL 130 <180 mg/dl
Dilakukan kanulasi LCA dan RCA dengan RHA 5F dengan aniorafi menunjukan:
LM : Stenosis 47-60% proksimal distal (lesi kalsifikasi)
LAD : Stenosis 48-58% proksimal, stenosis 38-52% distal (lesi kalsifikasi)
LCx : Stenosis 43-58% proksimal, stenosis 71% distal (lesi kalsifikasi)
OM1 : Stenosis 80%
RCA : Stenosis 81% proksimal (lesi difus dan klasifikasi) dan total oklusi
setelahnya, mendapat aliran dari kontralateral
Trombus (-)
Dominan kiri
35
H. PENATALAKSANAAN MEDIS
Palangka Raya,…………………………….
Mahasiswa,
(………………………………………..)
36
ANALISIS DATA
KEMUNGKINAN
DATA SUBYEKTIF DAN MASALAH
PENYEBAB
DATA OBYEKTIF
DS : Pasien mengatakan lemah Gangguan funsi ventrikel Intoleransi
Pasien mengatakan agak aktivitas
lelah setelah duduk Penurunan aliran darah
PRIORITAS MASALAH
1. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan (SDKI D.0056)
2. Nyeri akut b/d agen pencedera fisik (Prosedur CAD) SDKI D.007
3. Deficit perawatan diri b/d kelemahan (SDKI. 0109)
RENCANA KEPERAWATAN
Alimul, A., & Hidayat. 2012. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia: Aplikasi
Konsep dan Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Keliat, B. A., Dwi Windarwati, H., Pawirowiyono, A., & Subu, A. (2015). Nanda
International Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi. Edisi 10.
Jakarta: EGC.
Mardella, E. A., Ester, M., Riskiyah, S. Y., & Mulyaningrum, M. (2013). Buku
Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Potter, P.A dan Perry A.G. (2010). Fundamentals Of Nursing. Edisi 7. Jakarta:
Salemba Medika
Smeltzer SC, Bare BG. text book of medical surgical nursing. 11th editi. Kluwer
W, editor. Philadelpnia; 2010.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(SDKI)Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI. Tim Pokja SIKI DPP PPNI.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(SIKI). Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI. Tim Pokja SIKI DPP PPNI.
A. Tujuan Umum
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan tentang infark miokard, diharapkan
pasien dan keluarga dapat mengerti dan dapat menerapkan bagaimana
perawatan di rumah agar kekambuhan dapat dicegah
B. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan selama 1 x 30 menit, diharapkan
keluarga mampu :
1. Pasien dan keluarga dapat menjelaskan pengertian Infark Miokard
2. Pasien dan keluarga dapat menjelaskan penyebab Infark Miokard
3. Pasien dan keluarga dapat menyebutkan tanda dan gejala Infark Miokard
4. Pasien dan keluarga dapat menjelaskan factor risiko terjadinya Infark
Miokard
5. Pasien dan keluarga dapat menjelaskan pencegahan Infark Miokard
C. Materi
1. Pengertian Infark Miokard
2. Penyebab Infark Miokard
3. Tanda dan gejala Infark Miokard
4. Faktor risiko faktor risiko
4. Pencegahan Infark Miokard
D. Metode
Ceramah
E. Media
Leaflet
F. Kegiatan Pembelajaran
No Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta
1 5 menit Pembukaan Menjawab salam,
a. Mengucapkan salam dan mendengarkan
terima kasih atas kedatangan dengan seksama
para peserta.
b. Memperkenalkan diri dan
Menjelaskan tujuan
penyuluhan
c. menyebutkan materi/ pokok
bahasan yang akan
disampaikan .
2 15 menit
Pelaksanaan Kegiatan Penyuluhan Menyimak,
a. Pengertian Infark Miokard memperhatikan, dan
b. Penyebab Infark Miokard memperaktikkan
c.Tanda dan gejala Infark Miokard
d. Faktor risiko faktor risiko
e. Pencegahan Infark Miokard
Infark Miokard
A. Definisi
Infark miokard merupakan kematian atau nekrosis jaringan miokard akibat
penurunan secara tiba-tiba aliran darah arteri koronaria ke jantung atau terjadinya
peningkatan kebutuhan oksigen secara tibatiba tanpa perfusi arteri koronaria yang
cukup. Infark miokard dapat disebabkan oleh penyempitan kritis arteri koronaria
akibat aterioklerosis atau oklusi arteri komplet akibat embolus atau thrombus.
Penurunan aliran darah koroner dapat disebabkan oleh syok, hemoragi dan
ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen pada jantung
(Wahyuningsih, 2013).
B. Etologi
Infark miokard disebabkan karena rupturnya plak aterosklerosis dan adanya
thrombus. Penyebab lain infark tanpa aterosklerosis pembuluh koronaria dapat
disebabkan karena emboli arteri koronaria, anomali arteri koronaria kongenital,
spasme koronaria terisolasi, arteritis trauma, gangguan hematologik dan berbagai
penyakit inflamasi sistemik (Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, dkk, dalam
Haniastri 2015).
C. Gambaran Klinis
Gambaran penyakit infark miokard dapat bervariasi dari pasien yang datang
hanya untuk melakukan pemeriksaan rutin, pasien yang merasa nyeri disubsternal
yag hebat dan secara cepat berkembang menjadi shock, pasien edema pulmonal,
hingga pasien yang tampak sehat namun tiba-tiba meninggal. Serangan infark
miokard biasanya akut dengan rasa sakit seperti angina tetapi tidak biasa.
Terdapat penekanan yang luar biasa pada dada. Angina pada infark miokard akut
terjadi sewaktu pasien dalam keadaan istirahat dan pada jam-jam awal di pagi hari
yang dapat disertai dengan nausea dan vomitus. Pasien sering memperlihatkan
wajah pucat dengan keringat dan kulit yang dingin dan disertai nadi yang berdetak
cepat (Naga, Sholeh S., 2012).
DAFTAR PUSTAKA
Haniastri, Arawinda. 2015. Definisi, Etiologi, Faktor Risiko dan Patofisiologi
Infark Miokard Akut. Sari Pustaka. Universitas Kristen Indonesia.
Setiati, S., Idrus Alwi dan Aru W. Sudoyo. 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.
Jilid II. Edisi VI. Jakarta Pusat : InternaPublishing