Anda di halaman 1dari 36

05/02/2023

KULIAH KETIGA

1. Tegangan akibat gaya normal


sentris dan momen lentur
2. Besaran Momen Tahanan dan
Momen Inersia

Tujuan Kuliah

Memberikan pengenalan tentang perhitungan tegangan


normal akibat gaya normal dan momen lentur

Diharapkan pada kuliah ketiga mahasiswa mengenali


teori dasar tentang perhitungan tegangan normal sentris
dan tegangan normal akibat momen lentur

Materi kuliah : Mengenali cara perhitungan tegangan normal sentris,


perhitungan tegangan normal akibat momen lentur, perhitungan
momen tahanan dan momen inersia penampang,.

1
05/02/2023

Tegangan normal akibat


gaya Normal
(tegangan normal sentris)

Tegangan normal akibat gaya Normal Sentris


Jika pada sebuah batang bekerja gaya normal tekan atau
tarik (titik tangkap gaya normal pada titik berat
penampang), maka pada seluruh permukaan penampang
batang akan timbul tegangan normal  = P/A

2
05/02/2023

Tegangan normal akibat gaya Normal Sentris

Tegangan normal akibat gaya Normal Sentris

3
05/02/2023

contoh

Sebuah balok di atas dua tumpuan


menderita beban merata q = 5 kN/m
dan beban normal N = 20 kN.
Hitung dan gambarkan tegangan
normal pada balok akibat gaya
normal

contoh

Akibat gaya normal maka balok akan menderita


normal tekan 20 kN.
σ = 20/(0.3*0.6) = 111.111 kN/m2
σ= 0.111 Mpa (tekan)

4
05/02/2023

Pada potongan I-I di tengah


bentang balok akan terjadi
tegangan akibat N
σ = 0.111 Mpa (tekan).
Perhatikan diagram
tegangan merata pada
seluruh potongan
penampang

Diketahui sebuah balok sederhana ditumpu sendi-rol pada kedua


ujungnya seperti pada gambar di bawah. Panjang balok adalah 10 m,
dan balok mendukung beban merata q sebesar 200 kN/m’, sudah
termasuk berat sendiri balok. Pada balok juga bekerja beban terpusat
P1 sebesar 500 kN yang bekerja miring dengan sudut 60o dan beban
P2 = 1000 kN. Penampang balok beserta ukurannya adalah seperti
pada gambar. Hitung tegangan normal yang terjadi pada potongan A
dan B.

5
05/02/2023

Akibat gaya normal 1250 kN maka pada potongan A


akan timbul tegangan normal tekan
σ = 1250/(0.3*0.6) = 6944.444 kN/m2
σ = 6.944 Mpa (tekan)

Akibat gaya normal 1000 kN maka pada potongan B


akan timbul tegangan normal tekan
σ = 1000/(0.3*0.6) = 5555.555 kN/m2
σ = 5.556 Mpa (tekan)

6
05/02/2023

P1 = 500 kN
I
q= 200 kN/m A 60.0° B
P2= 1000 kN P2= 1000 kN

S R
6m I
4m
A B

1250 - - 1000

Y A= 6.944 MPa B= 5.556 MPa

X
60

30 cm

Diketahui sebuah balok sederhana ditumpu sendi-rol pada kedua


ujungnya seperti pada gambar di bawah. Panjang balok adalah 10
m, dan balok mendukung beban merata q sebesar 200 kN/m’,
sudah termasuk berat sendiri balok. Pada balok juga bekerja
beban terpusat P1 sebesar 500 kN yang bekerja miring dengan
sudut 60o seperti pada gambar. P2 = 2000 kN. Penampang balok
beserta ukurannya adalah seperti pada gambar.

1. Hitung luas penampang, titik berat benampang


2. Gambarkan bidang gaya dalam balok
3. Hitung dan gambarkan tegangan normal di balok pada
potongan I-I akibat gaya normal sentris P1 dan P2

7
05/02/2023

20.00 20.00 20.00 20.00 20.00

Ukuran
penampang
dalam cm

20.00 20.00 20.00

8
05/02/2023

Dari uraian tentang tegangan


normal di atas, maka
bagaimanapun bentuk
penampang batang, jika luasnya
A dan menderita gaya normal P,
maka akan selalu menghasilkan
tegangan yang sama yaitu :
P
 
A

Kondisi ini akan benar jika selama


gaya normal P bekerja pada elemen
penampang dengan luas A, tegangan
yang terjadi tidak menyebabkan efek
samping yaitu terjadinya perubahan
bentuk pada penampang. Untuk
kuliah mekanika bahan ini, maka
tegangan normal dianggap tidak
menyebabkan terjadinya perubahan
bentuk pada penampang.

9
05/02/2023

Berapapun panjang
Contoh :

tiang, dianggap tiang


tidak mengalami
perubahan bentuk
(menekuk) akibat
beban P

P 100
    0.25 kN
A 400 cm 2

Bagaimanapun bentuk
penampang, dianggap
tiang tidak mengalami
perubahan bentuk
(menekuk) akibat beban P Penampang 1

Penampang 2

Penampang 3

P 100
    0.25 kN
A 400 cm 2

10
05/02/2023

Contoh :

Penampang 1

Penampang 2

Penampang 3

Tentukan tegangan normal


maksimum pada balok akibat
gaya normal dengan
menggunakan tiga bentuk
penampang di atas

Gaya normal maksimum yang


terjadi pada balok = 0.172 kN
(tekan) dan 2.828 (tarik)
Luas penampang A1 = 0.2 * 0.2 =
0.04 m2 Penampang 1
Luas penampang A2 = 0.2 * 0.1 +
0.2 * 0.1 = 0.04 m2
Penampang 2
Luas penampang A3 = 0.1 * 0.4 =
0.04 m2
Karena ketiga penampang
mempunyai luas yang sama, maka
tegangan maksimum untuk
seluruh penampang sama : Penampang 3

P 2.828
 tarik    70.7 kN 2
A 0.04 m

P 0.172
 tekan    4.3 kN 2
A 0.04 m

11
05/02/2023

Menentukan Momen Tahanan “W”


Penampang

Momen tahanan “W” adalah besaran penampang


yang berfungsi menghambat tegangan lentur atau
tagangan normal akibat momen lentur.

Makin besar W maka tegangan normal yang terjadi


pada penampang akan makin kecil.

Hubungan antara tegangan normal, momen lentur


dan momen tahanan dapat dinyatakan dengan
rumus

M
 
W

12
05/02/2023

Untuk menentukan besarnya nilai W, maka


harus dilihat pengaruh momen pada sebuah
batang. Diambil contoh balok di atas dua
tumpuan menderita beban terpusat

Sepanjang balok akan menderita momen “positif”


dengan momen maksimum terjadi di tengah bentang
sebesar ¼ PL. Akibat momen positif maka balok akan
melentur ke bawah.

Akibat lenturan balok, maka pada sisi bagian bawah


akan terjadi tarikan. Pada bagian atas akan terjadi
tekanan. Pada sumbu balok tidak terjadi tarikan atau
tekanan, sumbu balok merupakan daerah netral.

13
05/02/2023

Sebelum mengalami lenturan LA= LB = L


LA = panjang serat bagian atas
LB = panjang serat bagian bawah

Sebelum mengalami lenturan LA= LB = L


Setelah mengalami lenturan :
LA < L serat atas memendek
LB > L serat bawah memanjang

14
05/02/2023

Jika dihubungkan dengan gaya normal yang bekerja


pada batang, maka batang akan memendek jika
menderita gaya normal tekan. Sebaliknya batang akan
memanjang jika menderita gaya normal tarik. Menurut
teori Statika momen M dapat diganti dengan dua gaya
yang besarnya sama saling sejajar dan arahnya
berlawanan.

Akibat gaya normal tekan dan gaya normal tarik,


maka bagian atas balok menderita tegangan normal
tekan dan bagian bawah menderita tegangan
normal tarik

15
05/02/2023

Jika kita melihat kembali elemen balok yang menderita


tegangan tekan akibat gaya tekan dan tegangan tarik
akibat gaya tarik, maka tegangan akan disebarkan secara
merata pada seluruh elemen penampang  = F/A dengan
A adalah luas daerah tertekan atau tertarik

Posisi titik F terletak pada


titik berat bidang tegangan
(tekan atau tarik).

Jika momen membesar maka gaya tekan dan gaya


tarik F akan membesar. Jika balok dibiarkan
sampai rusak maka kerusakan akan terjadi pada
bagian bawah akibat gaya tarik atau bagian atas
akibat gaya tekan. Dan kerusakan akan merata
sepanjang daerah yang menderita tegangan tarik
atau tegangan tekan.

Kerusakan akan terjadi secara merata pada


setengah bagian penampang. Karena tegangan
tekan dan tarik disebarkan secara merata
sepanjang setengah bagian penampang.

16
05/02/2023

Hasil pengamatan menunjukkan kerusakan hanya terjadi


pada bagian bawah (serat paling bawah) dan pada bagian
atas (serat paling atas). Hal ini menunjukkan tegangan
tarik akibat gaya F dan tegangan tekan akibat gaya F tidak
terdistribusi secara merata. Pada posisi yang paling jauh
dari sumbu batang akan menderita tegangan terbesar.
Sedangkan makin ketengah makin mengecil.

Distribusi tegangan yang terjadi pada bagian


tarik dan bagian tekan tidak terdistribusi
secara merata. Makin jauh posisi serat
terhadap sumbu berat penampang maka
tegangan akan makin membesar. Tegangan
pada sumbu berat sama dengan nol (tidak ada
tegangan pada sumbu berat penampang).

Serat atas

Sumbu berat

Serat bawah

17
05/02/2023

Kondisi yang mungkin terjadi dan paling


sederhana adalah pola distribusi tegangan
berbentuk segitiga.

Serat atas

Sumbu berat

Serat bawah

Distribusi tegangan yang terjadi pada bagian


tarik dan bagian tekan dapat digambarkan
sebagai berikut.

Dimanakah letak titik tangkap


gaya F?
Bagaimana rumus tegangan?

18
05/02/2023

Karena distribusi tegangan berbentuk segitiga dan


posisi titik tangkap gaya F terletak pada titik berat
bidang tegangan , maka posisi titik tangkap F ada
pada jarak ⅓ dari tinggi bidang tegangan.

Karena distribusi tegangan berbentuk segitiga dan


posisi titik tangkap gaya F pada titik berat maka pada
penampang berbentuk persegi panjang posisi titik F
dapat digambarkan sebagai berikut:

19
05/02/2023

Distribusi tegangan normal dapat digambarkan dalam


format yang berbeda:

Pola penggambaran
distribusi tegangan yang
sering dilakukan adalah
sbb.:
Potongan balok Diagram tegangan

Jika balok berbentuk empat persegi panjang dengan


lebar = B dan tinggi = H

M=F*⅔H ( * ½ H * ½) adalah
luas bidang tegangan
F = ( * ½ H * ½) * B berbentuk segitiga
M=*¼H*B* ⅔H
M =  * 1/6 * B * H2
W = 1/6 BH2
 = M/W Penampang Persegi dengan lebar B dan tinggi H

20
05/02/2023

Jika balok berbentuk empat persegi panjang dengan


lebar = B dan tinggi = H

 = M/W W = 1/6 BH2


Makin tinggi penampang balok, maka nilai W makin
besar sehingga tegangan yang diterima oleh batang
makin kecil.

 = M/W W = 1/6 BH2


Karena makin tinggi penampang balok nilai W makin besar dan tegangan
yang diterima oleh batang makin kecil maka penampang dengan luas
yang sama (BxH) tetapi ditempatkan pada posisi yang berbeda akan
menyebabkan tegangan yang diterima balok akan berbeda.

Balok 1

Balok 2
W balok 1 lebih besar dari W
balok 2,
tegangan pada balok 1 lebih kecil
dari tegangan pada balok 2

21
05/02/2023

 = M/W W = 1/6 BH2


Makin tinggi penampang balok, maka nilai W makin besar
sehingga tegangan yang diterima oleh batang makin kecil.

Pada penggambaran diagram tegangan pada


suatu penampang akibat momen lentur,
terdapat dua gaya F yang mempunyai nilai sama
tetapi mempunyai arah yang berlawanan. Kedua
gaya F tersebut merupakan gaya pengganti
akibat adanya momen lentur M. Karena adanya
dua gaya F, momen lentur juga dikenal sebagai
momen kopel akibat gaya F.
Di dalam ilmu bahan maka ketahanan material
terhadap tegangan tekan tidak selalu sama
dengan ketahan terhadap tegangan tarik. Untuk
maksud tersebut, maka kedua gaya F pada
umumnya diberi notasi berbeda

22
05/02/2023

C = Compression
T = Tension

Rumus tegangan untuk penampang persegi panjang


dapat dikembangkan untuk mencari nilai tegangan
pada posisi serat yang lain.

Untuk menghitung nilai


H/2

tegangan pada jarak “y” dari


y

sumbu berat dapat dilakukan


dengan pendekatan rumus
H

segitiga
H/2

y y

 (H )
2
y y M M*y
y  *  * 
(H ) (H ) 1 BH 2 1 BH 3
2 2 6 12

23
05/02/2023

Rumus umum tegangan pada


penampang persegi panjang
akibat momen lentur adalah

H/2
sbb:

y
H

M*y
y  
1 BH 3

H/2
12

Rumus “1/12BH3 “di dalam M*y


ilmu mekanika bahan juga 
1 BH 3
dikenal sebagai “momen 12
inersia penampang persegi
panjang dengan lebar B
dan tinggi H”. Momen
inersia biasa disingkat M*y
dengan notasi “I”

I

Apakah satuan dari momen tahanan ?

=M/W
W = M/ 
H/2

satuan M = N.mm
y
H

satuan  = MPa (N/mm2)


H/2

satuan W : mm3
Satuan I : mm4

Satuan momen tahanan = satuan panjang


pangkat tiga (cm3, mm3)
Satuan momen inersia = satuan panjang
pangkat empat (cm4, mm4)

24
05/02/2023

Bagaimana mencari nilai momen inersia untuk


penampang selain persegi panjang?

dA
1
2
Sumbu netral y1 y2 i
yi

yn

n

Untuk mencari momen akibat gaya tekan dan gaya tarik juga
dapat dilakukan dengan membagi diagram tegangan menjadi
beberapa elemen tegangan kecil. Bila luasan dA sangat kecil,
sedemikian hingga tegangan pada luasan dA dapat dianggap
seragam, maka momen lentur yang terjadi adalah:

Bagaimana mencari nilai momen inersia untuk


penampang selain persegi panjang?

dA
1
2
Sumbu netral y1 y2 i
yi

yn

n

M  1*dA*y1 + 2*dA*y2 + … + i* dA* yi + … + n*dA*yn

25
05/02/2023

dA
1
2
y1 y2 i
yi
Sumbu netral
yn

n

M  1*dA*y1 + 2*dA*y2 + … + i* dA* yi + … + n*dA*yn


Dengan perbandingan segitiga, diketahui:
1 = i(y1/yi)
2 = i(y2/yi)
…………………
n = i(yn/yi)

Dengan perbandingan segitiga,


diketahui:
1 = i(y1/yi)
2 = i(y2/yi)
…………………
n = i(yn/yi)

M  1*dA*y1 + 2*dA*y2 + … + i* dA* yi + … + n*dA*yn


M  i(y1/yi) *dA*y1 + i(y2/yi) *dA*y2 + … + i* dA* yi + …
+ i(yn/yi) *dA*yn

M  (i/yi)(y12*dA + y22*dA + … + yi2*dA + … + yn2*dA

26
05/02/2023

M  (i/yi)(y12*dA + y22*dA + … + yi2*dA + … + yn2*dA

σ
M  i  y 2dA
yi
σ
M  i I x atau
yi
M.yi
σi 
Ix

σi 2
M  y dA
yi
2
y dA  momen inersia penampang  Ix

σ
M  i  y 2dA
yi
2
 y dA  momen inersia penampang

Momen inersia sebuah penampang


adalah hasil perkalian antara luas
penampang dengan kuadrat jarak
titik berat penampang ke sumbu
atau garis tertentu

27
05/02/2023

Rumus umum momen inersia penampang

Ix   y 2dA

dapat digunakan untuk menghitung momen


inersia penampang dengan bentuk sebarang.

dA  B * dy
H H

( 
2 2 H
Ix  y dA   By dy  B* 1
2 2 3 2
y
H H
3 
H
2
 
2 2
3 3
H  H
Ix  1 B (       )
3  2  2
1 1 
Ix  1 B  H 3  H 3 
3 8 8 
Ix  1 BH 3
12

28
05/02/2023

dA  H * dx
B B

( 
2 2 B
Iy  x dA   Hx dx  H*1
2 2 3 2
x
B B
3 
B
2
 
2 2
3 3
B  B
Iy  1 H (       )
3 2  2
1 1 
Iy  1 H  B 3  B 3 
3 8 8 
Iy  1 HB 3
12

dA  dx * dy
H B H B H B

(1 3 y 
2 2 2 2 2 2 H B
Ix    y dA 
2
  y dx dy 
2
  y 2 dx dy  3 2
H * ( x  2B
 
H B H B H B 2 2
     
2 2 2 2 2 2
3 3
1 H  H B B
Ix  (      ) *    
3  2  2 2 2
1 1 
Ix  1 B  H 3  H 3 
3 8 8 
Ix  1 BH 3
12

29
05/02/2023

dA  B ' * dy
B 2 
B'   H  y
H 3 
B 2 
dA   H  y  dy
H 3 

2 2 2H
H H
3 3
B 2  B 2 1 4 3
Ix   y dA    H  y  dy   H * 13 y  y 
2 2 3
y
1 1 H 3  H  3 4  H
 H  H 3
3 3

B  2  2  1 2   2  1 
3 4
1 1 
3 4

Ix   H  H    H     H   H     H  
H 
 9  3  4  3    9  3  4 3  

B  16 4 16 4   2 1 
Ix   H  H  H4  H 4 
H  243 324   243 324 
B  16 4 16 4 2 1 
Ix   H  H  H4  H4
H  243 324 243 324 
B 1 4
Ix  H
H 36
1
Ix  BH 3
36

30
05/02/2023

dA  r d dr
x  r cos 
y  r sin 

   (r sin  r d dr
2
Ix  y 2 dA 

R 2

  (r sin  r d dr
2
Ix 
0 0
R 2
Ix   r dr  sin 2  d
3

0 0
R 2
1 1 
Ix   r 3 dr    cos 2  d
0 0
2 2 
2
1 1 1 
Ix  R 4    sin 2 
4 2 4 0
1
Ix  R 4 ((  0  (0  0 
4
1
Ix  R 4
4

31
05/02/2023

contoh

Balok dengan panjang 15 meter mempunyai ukuran penampang


30 x 60 cm2. Balok menderita beban merata q = 5 kN/m’. Hitung
tegangan maksimum yang terjadi pada balok dan gambarkan
diagram tegangannya.

Momen maksimum pada balok


M = 1/8*q*L2 = 1/8*5*152 kNm
M max = 140.625 kNm

Ix = 1/12 * B * H3 = 1/12 * 0.30 * 0.603 = 0.0054 m4


W = 1/6 * B * H2 = 1/6 * 0.30 * 0.602 = 0.018 m3

contoh

σmax = M Y / Ix = (140.625*0.30/0.0054) kN/m2


= 7812.5 kN/m2 = 7.8125 MPa
σmax = M/W = 140.625 / 0.018 kN/m2
= 7812.5 kN/m2= 7.8125 MPa

32
05/02/2023

contoh

σmax tarik = σmax tekan =7.8125 Mpa

contoh

σmax tarik = σmax tekan =7.8125 Mpa

Untuk
menyederhanakan
penggambaran,
potongan balok di
hapus

33
05/02/2023

contoh

σmax tarik = σmax tekan =7.8125 Mpa

Perhatikan
arah tegangan
untuk
membedakan
tegangan tarik
dan tekan

contoh

Balok dengan panjang 19.5 meter mempunyai ukuran penampang


30 x 60 cm2. Balok menderita beban merata q = 5 kN/m’. Hitung
tegangan maksimum yang terjadi pada posisi tumpuan A dan
tumpuan B serta pada titik C. Gambarkan diagram tegangan pada
ketiga titik tersebut.

Momen pada titik A = MA = ½*5*2.52 = 15.625 kNm


Momen pada titik B = MB = ½*5*22 = 10 kNm
Momen pada titik C = MC = 50.375*7.5 – ½*5*102 = 127.8125 kNm

Ix = 1/12 * B * H3 = 1/12 * 0.30 * 0.603 = 0.0054 m4


W = 1/6 * B * H2 = 1/6 * 0.30 * 0.602 = 0.018 m3

34
05/02/2023

contoh

σmax di A = (15.625*0.30/0.0054) kN/m2


= 868.056kN/m2 = 0.868 MPa

σmax di B = (10*0.30/0.0054) kN/m2


= 555.556 kN/m2= 0.556 MPa

σmax di C = (127.8125*0.30/0.0054) kN/m2


= 7100.694 kN/m2= 7.101 MPa

contoh

35
05/02/2023

contoh

36

Anda mungkin juga menyukai