Anda di halaman 1dari 74

ANALISIS PENERAPAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3)

PADA BIDANG PEMADAM KEBAKARAN KABUPATEN TANAH DATAR


SEBAGAI UPAYA MEMINIMALISIR RISIKO KECELAKAAN KERJA
PETUGAS PEMADAM

SKRIPSI

Ditulis Sebagai Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi


Jurusan Ekonomi Syariah

Oleh:

BENNY BRILIANTO
NIM. 1630 4030 15

JURUSAN EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI (UIN) MAHMUD YUNUS
BATUSANGKAR
1444 H/2022 M
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji dan syukur penulis ucapkan


kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, nikmat dan hidayahnya
sehingga penulis dapat merasakan manisnya iman, sejuknya kehidupan dan
indahnya ilmu pengetahuan. Berkat itu jualah penulis dapat menyelesaikan
penulisan skripsi yang berjudul “Analisis penerapan Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3) pada Bidang Pemadam Kebakaran Kabupaten
Tanah Datar sebagai Upaya Meminimalisir Risiko Kecelakaan Kerja
Petugas Pemadam”.
Selanjutnya Shalawat beserta salam penulis teruntukkan bagi Rasulullah
SAW yang telah membawa cahaya kebenaran, sebagai suri tauladan dan telah
meninggalkan dua pusaka pedoman hidup bagi umat manusia sebagai penunjuk ke
jalan yang benar yaitu Al,Qur’an dan Sunnah. Skripsi ini disusun sebagai salah
satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi (S.E) pada Jurusan
Ekonomi Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Universitas Islam Negri
(UIN) Mahmud Yunus Batusangkar.
Penulis menyadari bahwa dalam penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari
bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, baik secara moril maupun materil.
Dalam kesempatan ini izinkan penulis ingin memberikan penghargaan yang tak
terhingga kepada ibunda Nurleli dan ayahanda Nofrizal , saudara tercinta, Nilam
Purnama Sari , Abang senior Alhamdi Nupiah dan Vhaleni Ridhe Viola yang
telah memberikan arahan, bimbingan dan motivasi dan terlibat secara lansung
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Kemudian penulis juga
mengucapkan terimakasih sedalam-dalamnya kepada Ibuk Ifelda Nengsih,M.A.,
CPR selaku pembimbing utama yang telah membimbing dan selalu mengarahkan
dengan penuh kesabaran sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Dalam penyusunan skripsi ini penulis dibantu oleh berbagai pihak, baik
secara moril maupun materil. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

ii
1. Prof. Dr. Marjoni Imamora, M.Sc selaku Rektor Universitas Islam Negeri
(UIN) Mahmud Yunus Batusangkar.
2. Dr. H Rizal, M.Ag., CRP selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
Universitas Islam Negeri (UIN) Mahmud Yunus Batusangkar.
3. Gampito, SE., M.SI selaku Pembimbing Akademik dan Ketua Jurusan
Ekonomi Syariah Universitas Islam Negeri (UIN) Mahmud Yunus
Batusangkar.
4. Ifelda Nengsih, M.A.,CRP sebagai dosen pembimbing yang telah
meluangkuan waktu, tenaga, dan ilmunya dalam memberikan bimbingan,
arahan serta saran dalam penyusunan skripsi ini.
5. Yeni Melia, MM sebagai penguji I yang telah meluangkan waktu,
mencurahkan pikiran dan tenaga, menguji, menasehati, membimbing dan
mengarahkan penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
6. Khairulis Shobirin, SE., MM sebagai penguji II yang telah meluangkan
waktu, mencurahkan pikiran dan tenaga, menguji, menasehati, membimbing
dan mengarahkan penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
7. Seluruh Dosen Universitas Islam Negeri (UIN) Mahmud Yunus Batusangkar
terkhusus seluruh Dosen Jurusan Ekonomi Syariah yang telah membekali
ilmu kepada penulis.
8. Seluruh keluarga penulis yang telah memberikan perhatian dan motivasi
kepada penulis.
9. Pimpinan Pemadam Kebakaran Kabupaten Tanah Datar yang telah
memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian di
kantor Pemadam Kebakaran Kabupaten Tanah Datar.
10. Seluruh staff karyawan/karyawati Bidang Pemadam Kebakaran Kabupaten
Tanah Datar yaitu Kak Mega Silvia dan Kak Lovita Rahma Nasution yang
telah memberikan bantuan dan kerjasamanya selama Penulis melakukan
penelitian ini.
11. Seluruh teman-teman keluarga besar Jurusan Ekonomi Syariah yang telah
memberikan semangat selama mengikuti perkuliahan di Universita Islam
Negeri (UIN) Mahmud Yunus Batusangkar.

iii
12. Semua pihak yang telah membantu penulis menyelesaikan skripsi ini yang
tidak dapat disebutkan satu-persatu. Semoga Allah SWT membalas semua
kebaikan dan memberikan pahala atas semua bantuan yang telah diberikan
kepada penulis.
Penulis yakin dan percaya sepenuhnya bahwa tanpa bantuan dari pihak
tersebut, sudah tentu skripsi ini tidak terselesaikan dengan baik. Untuk itu, penulis
berdoa dan berharap kepada Allah SWT semoga apa yang telah kita lakukan
selama ini mendapatkan ridho dan hidayah disisinya.
Terakhir, penulis menyadari bahwa tak ada yang sempurna di dunia ini.
Skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis berharap
masukan dan kritikan yang membantu kesempurnaan skripsi ini. Penulis berharap
semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi berbagai pihak, Aamiin.
Akhir kata, penulis ucapkan terimakasih kepada seluruh pihak yang telah
membersamai penulis dengan proses penyusunan skripsi ini. Semoga segala
kebaikan Allah balas dengan pahala yang setimpat, Aamiin.

Batusangkar, Juli 2022


Penulis,

BENNY BRILIANTO
NIM. 1630403015

iv
ABSTRAK
Benny Brilianto, NIM. 1630403015. Judul Skripsi “Analisis Penerapan
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) pada Bidang Pemadam Kebakaran
Kabupaten Tanah Datar sebagai Upaya Meminimalisir Risiko Kecelakaan
Kerja Petugas Pemadam” Jurusan Ekonomi Syariah Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Islam Universitas Islam Negeri (UIN) Mahmud Yunus Batusangkar. Pokok
permasalahan dalam SKRIPSI ini adalah bagaimana bentuk penerapapan
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) pada Bidang Pemadam Kebakaran
Kabupaten Tanah Datar dalam upaya meminimalisir risiko kecelakaan kerja
petugas pemadam dan apa saja risiko yang dapat terjadi bila penerapan Kesehatan
dan Keselamatan Kerja (K3) tidak diterapkan. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui bagaimana penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) dan
Risiko tidak menerapkan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di Bidang
Pemadam Kebakaran Kabupaten Tanah Datar.
Jenis penelitian yang peneliti gunakan adalah penelitian lapangan (field
research) dengan metode penelitian deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan
data penulis lakukan dengan cara observasi, wawancara lansung kepada pimpinan,
staf dan petugas Pemadam Kebakaran Kabupaten Tanah Datar. validasi data, dan
dokumentasi dengan mempelajari data-data tertulis yang ada pada Bidang
Pemadam Kebakaran Kabupaten Tanah Datar yang terkait dengan penelitian
penulis.
Berdasarkan penelitian penulis, dapat disimpulkan bahwa bentuk
penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) petugas Pemadam Kebakaran
Kabupaten Tanah Datara cukup baik, akan tetapi terdapat beberapa faktor yang
dapat mempengaruhi penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
diantaranya, perlengkapan yang tidak layak pakai, kurangnya jumlah
perlengkapan operasional. Risiko yang dihadapi petugas Pemadam Kebakaran
Kabupaten Tanah Datar yaitu seperti luka bakar, tersengat arus listrik, tertimpa
bangunan roboh, menghirup asap beracun bahkan kematian. Maka dari itu
penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) snagat diperlukan dalam upaya
Meminimalisir risiko kecelakaan kerja bagi petugas Pemadam Kebakaran
Kabupaten Tanah Datar.

Kata kunci : Penerapan dan Risiko Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)

v
DAFTAR ISI

ABSTRAK ............................................................................................................. v
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... vi
BAB I
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1
B. Fokus Penelitian ........................................................................................ 6
B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 7
C. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 7
D. Manfaat dan Luaran Penelitian ................................................................. 7
E. Definisi Operasional ................................................................................. 8
BAB II
KAJIAN TEORI ................................................................................................. 10
A. Landasan Teori........................................................................................ 10
1. Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) ................................................. 10
2. Risiko ...................................................................................................... 22
3. Pemadam Kebakaran .............................................................................. 30
B. Penelitian Relevan .................................................................................. 30
BAB III
METODE PENELITIAN ................................................................................... 33
A. Jenis Penelitian........................................................................................ 33
B. Tempat dan waktu Penelitian .................................................................. 33
C. Instrumen Penelitian ............................................................................... 34
D. Sumber Data............................................................................................ 34
E. Teknik Pengumpulan Data ...................................................................... 35
F. Teknik Analisis Data............................................................................... 35
G. Teknik Penjamin Keabsahan Data .......................................................... 36

vi
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................................. 38
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Bidang Pemadam Kebakaran
Kabupaten Tanah Datar .......................................................................... 38
B. Temuan Penelitian .................................................................................. 42
C. Pembahasan............................................................................................. 51
BAB V
PENUTUP ............................................................................................................ 59
A. Kesimpulan ............................................................................................. 59
B. Saran ....................................................................................................... 60
DAFTAR KEPUSTAKAAN
LAMPIRAN

vii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Rekap Data Real Kebakaran Tanah Datar Tahun 2021...................... ......3
Tabel 2.1 Tingkat Ketidakpastian Risiko ..................................................................24
Tabel 3.1 Rancangan Waktu Penelitian.....................................................................32
Tabel 4.1 Struktur Organisasi Bidang Pemadam Kebakaran............. .......................39

viii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia memiliki lebih dari 300 kelompok suku dan budaya yang
berbeda-beda. Masing-masing mempunyai identitas kebudayaan tersendiri,
dan tersebar di kepulauan seluruh Nusantara dari Sabang hingga Merauke.
Secara garis besar Indonesia terdiri dari pulau-pulau dan dipenuhi gunung-
gunung yang tiada terhitung banyaknya. Yang dihuni lebih dari 273 juta
penduduk. Jumlah penduduk Indonesia setiap tahunnnya mengalami
peningkatan. Maka dari itu dibutuhkan lahan baru yang dijadikan untuk
tempat tinggal / pemukiman. Semakin padat suatu pemukiman maka akan
melahirkan banyak masalah baru yang harus di hadapi secara bersama-sama.
Diantaranya, kesenjangan sosial, kriminalitas, pengangguran bahkan
kebakaran yang dapat terjadi akibat kelalaian penduduk dalam kewaspadaan
terhadap keamaan penggunaan listrik maupun bahan-bahan yang mudah
terbakar.
Kebakaran merupakan suatu ancaman bagi keselamatan manusia,
perkembangan dan kemajuan pembangunan yang semakin pesat,
menyebabkan risiko terjadinya kebakaran semakin meningkat. Penduduk
yang semakin padat, pembangunan gedung perkantoran dan pusat
perbelanjaan, menimbulkan kerawanan terjadinya kebakaran. Kebakaran
yang menimpa fasilitas publik, tentu saja menyebabkan kerugian bagi
masyarakat banyak. Kebakaran didefinisikan sebagai suatu proses kimia,
dimana reaksi antara bahan bakar (fuel) dengan oksigen dari udara atas
bantuan sumber panas (heat). Ketiga unsur api tersebut dikenal sebagai
segitiga api (fire triangle). Saat terjadinya bencana kebakaran, bisanya dapat
dipicu oleh bahan dengan sifat mudah terbakar dalam jumlah besar. Bahan-
bahan tersebut terdiri dari berbagai bentuk, misalnya berbentuk padat seperti
kayu, kertas atau kain maupun bahan cair seperti bahan bakar dan bahan
kimia (Shafwani, 2010).

1
2

Dalam upaya penanggulangan kebakaran, peralatan merupakan hal


yang paling penting agar dapat meminimalisir dampak kebakaran. Peralatan
adalah suatu alat ataupun bisa berbentuk tempat yang gunanya adalah untuk
mendukung dalam kelancaran pekerjaan (Rohim, 2018). Selain itu juga
penting adanya penanggulangan bencana. Penanggulangan bencana
merupakan serangkaian upaya yang meliputi penetapan kebijakan
pembangunan yang berisiko timbulnya bencana, kegiatan pencegahan
bencana, tanggap darurat, dan rehabilitasi (idtesis.com, 2014). Kedua hal ini
dapat dikelola dengan baik apabila perushaan memiliki manajemen yang
baik. Dengan demikian sangat penting bagi sebuah perusahaan untuk
memiliki manajemen yang baik demi kelancaran perusahaan tersebut baik
internal maupun eksternalnya. Selain itu juga dapat meminimalisir berbagai
dampak negative yang mungkin akan timbul bila petugas mengalami
permasalahan di lapangan. Tapi pastinya hal ini juga tidak terlepas dari
Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3). Pelaksanaan Kesehatan
dan Keselamatan Kerja (K3) sendiri merupakan suatu satu bentuk upaya
untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran
lingkungan. Sehingga dapat mengurangi dan bebas dari kecelakaan kerja dan
penyakit akibat kerja yang dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas
kerja (Prabowo, 2011).
Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) juga harus
didukung dengan manajemen risiko yang efektif dan efisien, melalui proses
POAC (Planning, Organizing, Actuating, Controlinng). Pencapaian tujuan
organisasi yang efektif dan efisien ini berarti bahwa manajer organisasi atau
perusahaan apapun itu, akan selalu berupaya untuk mencapai berbagai tujuan
akhir yang efektif dan efisien (Suhardi, 2018: 24). Dalam melaksanakan
operasional pemadam kebakaran, Petugas Pemadam Kebakaran telah
dilengkapi dengan perlengkapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
khusus untuk Pemadam Kebakaran. Seperti Helm khusus pemadam, sepatu
tabung khusus (Fire Boot), Jaket anti panas (fire suit), baju anti api, baju
pelindung tawon. sarung tangan, Masker, Tabung SCBA (Self Contained
3

Breathing Apparatus), atau pun perlengkapan yang dapat menunjang kinerja


petugas pemadam kebakaran lainnya. Tujuan penggunaan dari Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3) tersebut adalah untuk meminimalisir risiko
kecelakaan kerja yang dapat terjadi pada saat operasional pemadaman sedang
berlansung. Berbagai perlengkapan diatas tentunya harus dimiliki oleh setiap
kantor pemadam kebakaran agar risiko yang dihadapi petugas pemadam
kebakaran dapat diminimalisir dengan baik.
Penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) tidak sesuai
tentunya akan mengancam keselamatan kerja dan kesehatan seorang petugas.
Misalnya saja dapat menimbulkan kerugian materi bagi pekerja dan
pengusaha, merusak lingkungan serta kerugian penting seperti menimbulkan
korban jiwa. Apalagi bagi seorang petugas pemadam kebakaran yang
berpeluang besar mengalami berbagai permasalahan dalam melaksanakan
tugasnya. Didalam melaksanakan tugas operasional tentu juga mengalami
permasalahan / hambatan. Salah satu permasalahan yang ada ialah dari segi
jumlah perlengkapan dan kondisi masih kurang dan beberapa diantaranya
tidak layak digunakan.
Tabel 1.1
Rekap Data Kecelakaan Kerja Petugas
Pemadam Kebakaran Kabupaten Tanah Datar
2012-2022

Nama Jumla Jenis Lokasi


NO Tahun
Petugas h Kejadian Kejadian
Dendi
1 Luka bakar Kec. T.Emas
rendoni
Afrizon 1 Luka bakar Kec. T.Emas
1 2012
Nusyirwan 1 Luka bakar Kec. T.Emas

Robert
1 Luka bakar Kec. T.Emas
Cahneldi
2 2017 M.Fikhi 1 Masuk jurang Kec. Pariangan
4

Ilham Agung.
1 Masuk jurang Kec. Pariangan
S
Febrianto
1 Masuk jurang Kec. Pariangan
Putra
Ilyas Fenando 1 Masuk jurang Kec. Pariangan
Abdul
1 Masuk jurang Kec. Pariangan
Mutolib
Kecamatan
3 2019 Ramadhani 1 Luka bakar
Limakaum
Benny
4 2020 1 Luka Bakar Kec. Sungai Tarab
Brilianto
Agung Tersengat
5 2021 1 Kec. Rambatan
Perdana Tawon
Terkena
Rahmat
6 2021 1 Semburan Kec. Limakaum
Azandi
Ular Kobra
Dicky Terkena
7 2021 Fajar 1 Semburan Kec. Lima Kaum

Fernandi Ular Kobra

Pingsan
Angga Akibat
8 2021 1 Kec. Salimpaung
Kurniawan Menghirup
Asap Beracun

Dicky

9 2021 Fajar 1 Luka Bakar Kec. Limakaum

Fernandi

10 2022 Ramadhani Mobil Kec. Rambatan


5

Terbalik

Mobil
Roni Ahmad Kec. Rambatan
Terbalik

Gusdinal Mobil
Kec. Rambatan
Amri Terbalik

Sumber : Data Pemadam Kebakaran Kabupaten Tanah Datar


Berdasarkan Tabel diatas, Risiko kecelakaan kerja yang dialami
petugas Pemadam Kebakaran Kabupaten Tanah Datar dari Tahun 2012-2022
cukup banyak. Dimana pada Tahun 2012, 2017 dan Tahun 2022 terdapat
kecelakaan kerja serius yaitu Luka bakar berat, Mobil masuk jurang yang
mengakibatkan salah seorang petugas kehilangan nyawa yaitu Muhammad
Fikhi. Dan pada tahun 2022 kejadian serupa hampir terjadi yaitunya mobil
terbalik di Nagari Simawang, Kecamatan Rambatan yang mengakibatkan tiga
orang petugas Pemadam Kebakaran Kabupaten Tanah Datar mengalami luka-
luka.
Masalah lainnya juga dari segi masyarakat sendiri. Contohnya
petugas yang terlambat menerima informasi sehingga saat tiba di lokasi api
sudah menyebar dengan cepat. Seringkali petugas mendapati arus listrik
masih menyala di lokasi kebakaran yang sangat membahayakan petugas. Saat
menjalankan tugas memadamkan api sekalipun, banyak warga yang berniat
menolong tapi tidak memperhatikan keselamatan mereka sendiri. Sikap
masyarakat yang semaunya dengan sembarangan mengoperasikan selang
pemadam kebakaran namun tidak memiliki ilmu bagaimana
mengoperasikannya hal ini juga menjadi hambatan tersendiri bagi petugas.
Serta masalah krusial lainnya ialah akses menuju lokasi yang kadangkala
menjadi hambatan. Misalnya melewati gang sempit, dan juga masih ada
masyarakat yang belum memahami jika petugas pemadam kebakaran yang
sedang bertugas termasuk dalam prioritas utama pengguna jalan raya.
6

(Wawancara dengan anggota regu III Damkar Kabupaten Tanah Datar,


Rahmad, pada (21 Mey 2022).
Belum lagi kondisi alat yang ada di empat posko pemadam
kebakaran di Kabupaten Tanah datar bisa dikategorikan kurang layak pakai.
Begitupun dengan permasalahan kurangnya jumlah tabung SCBA (Self
Contained Breathing Apparatus) sebagai alat bantu pernafasan ketika petugas
berada di lapangan. Bukan tidak mungkin jika hal ini akan membawa dampak
negative bagi petugas itu sendiri. Dari masalah yang penulis temui diatas
penulis ingin meneliti bagaimana bentuk penerapakan Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3) pada petugas pemadam kebakaran Kabupaten Tanah
Datar yang menjadi tempat penulis melakukan penelitian. Karena pada
masalah diatas Analisis Penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
sangat diperlukan untuk mengetahui bagaimana langkah yang tepat dalam
meminimalisir Risiko yang diderita oleh petugas Pemadam Kebakaran di
Kabupaten Tanah Datar.
Berdasarkan masalah dan fenomena diatas, maka penulis tertarik
untuk melakukan penelitian mengenai “Analisis Penerapan Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3) Pada Bidang Pemadam Kebakaran Kabupaten
Tanah Datar Sebagai Upaya Meminimalisir Risiko Kecelakaan Kerja
Petugas Pemadam”.

B. Fokus Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah penulis paparkan,
maka penulis memfokuskan penelitian tentang:
1. Penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) pada Bidang
Pemadam Kebakaran Kabupaten Tanah Datar.
2. Risiko tidak menerapkan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) bagi
petugas di Bidang pemadam Kebarakan Kabupaten Tanah Datar.
7

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan fokus penelitian, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah:
1. Bagaimana penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) pada
Bidang Pemadam Kebakaran Kabupaten Tanah Datar?
2. Apa saja risiko tidak menerapkan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
bagi petugas di Bidang Pemadam Kebakaran Kabupaten Tanah Datar?

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, maka penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui:
1. Bentuk penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) pada Bidang
Pemadam Kebakaran Kabupaten Tanah Datar.
2. Risiko yang dihadapi petugas bila tidak menerapkan Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3) di Bidang Pemadam Kebarakan Kabupaten
Tanah Datar.

D. Manfaat dan Luaran Penelitian


1. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini nantinya diharapkan dapat bermanfaat bagi
pihak-pihak yang berkepentingan. Secara garis besar penelitian ini berguna
bagi:
a. Bagi penulis
Penelitian ini bermanfaat untuk memenuhi salah satu
persyaratan dalam mencapai gelar sarjana pada Jurusan Ekonomi
Syariah, sebagai sarana untuk menambah wawasan dan pengetahuan
penulis terhadap persoalan yang penulis angkat, sebagai sarana dan
wadah untuk mengaplikasikan segala teori tentang Ekonomi dan
Manajemen yang diperoleh di perkuliahan dan juga alat untuk
pembahasan materi.
8

b. Bagi aparatur perusahaan terkait


Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan bahan
pertimbangan bagi aparatur perusahaan atau pemerintahan terkait yang
berkaitan dengan penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
dan upaya yang dapat dilakukan dalam meminimalisir risiko kecelakaan
kerja terhadap petugas pemadam kebakaran khususnya Pemadam
Kebakaran Kabupaten Tanah Datar.
c. Bagi pihak lainnya
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan
pembelajaran dan pengaplikasian ilmu pengetahuan dibidang
manajemen, khususnya Manajemen Risiko.
2. Luaran Penelitian
Peneliti mengharapkan agar hasil penelitian ini dapat diterbitkan
sebagai jurnal ilmiah dan juga diseminasikan pada forum seminar sehingga
dapat menjadi bahaan bacaan bagi pembaca.

E. Definisi Operasional
Definisi operasional dimaksud untuk menghindari kesalahan
pemahaman dan perbedaan penafsiran yang berkaitan dengan istilah-istilah
dalam judul penelitian. Maka penulis akan menjelaskan secara singkat
mengenai maksud dari judul penelitian di atas yaitu :
1. Defenisi Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
Kesehatan dan keselamatan kerja atau yang disingkat sebagai (K3)
merupakan suatu upaya yang sengaja dilakukan dengan tujuan
keselamatan seorang pekerja. Disamping itu, Kesehatan dan Keselamatan
Kerja (K3) tidak hanya untuk memberikan perlindungan terhadap tenaga
kerja dan orang lain yang berada di tempat kerja agar terjamin
keselamatannya. tetapi juga untuk mengendalikan risiko terhadap
peralatan, aset, dan sumber produksi sehingga dapat digunakan secara
aman dan efisien agar terhindar dari kecelakaan dan penyakit akibat kerja
(Banten, Disnakertrans, 2020).
9

Perlindungan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) yang efektif


dan efisien dapat mendorong produktivitas jika di laksanakan dan di
terapkan melalui sistem manajemen. Dalam hal ini, Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3) yang penulis maksud dapat dilihat dari
penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) dalam kegiatan
operasional bagi petugas Pemadam Kebakaran Kabupaten Tanah Datar.
Kegiatan pemadam kebarakan merupakan sebuah hal vital jika
terjadi bencana kebakaran. Jika tidak dilakukannya proses pemadaman
saat kebarakan tentu kerugian sejumlah pihak akan bertambah besar.
Sebelum petugas turun ke lapangan, tentu ada sederet proses yang dilalui,
dan sangat penting untuk merapakna Kesehatan dan Keselamatan Kerja
(K3) ini. Kegiatan pemadam kebakaran umumnya dimulai dari
penerimaan informasi mengenai kebakaran yang terjadi hingga
pengerahan petugas yang turun ke lokasi.
2. Defenisi Risiko
Risiko atau risk adalah sama dengan uncertainty atau
ketidakpastian. Risiko dan ketidakpastian seringkali digunakan dengan
arti yang sama, penggunaannya saling dipertukarkan dengan maksud
yang sama atau interchangeably. (Siahaan, 2007: 4). Secara umum risiko
dapat diartikan sebagai suatu keadaan yang dihadapi seseorang atau
perusahaan dimana terdapat kemungkinan yang merugikan. Risiko dapat
dikurangi dan bahkan dihilangkan melalui manajemen risiko. Peran dari
manajemen risiko diharapkan dapat mengantisipasi lingkungan cepat
berubah, mengembangkan corporate governance, mengoptimalkan
penyusunan strategic management, mengamankan sumber daya dan asset
yang dimiliki organisasi, dan mengurangi reactive decision making dari
manajemen puncak. (Vikaliana, 2017: 70).
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Landasan Teori
1. Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
a. Pengertian Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Kesehatan dan Keselamatan Kerja memiliki berbagai artian
yang beragam. Secara umum, Kesehatan dan Keselamatan Kerja
atau yang biasa disingkat menjadi (K3) ialah sebuah upaya untuk
meminimalisir berbagai dampak buruk khususnya pada jasmani
manusia agar tidak terjadi kecelakaan kerja. Banyak pakar
mengemukakan pendapat berbeda mengenai definisi dari Kesehatan
dan Keselamatan Kerja ini.
Menurut Filosofi Mangkunegara, Kesehatan dan Keselamatan
Kerja (K3) adalah suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin
keutuhan dan kesempurnaan jasmani maupun rohani tenaga kerja
khususnya dan manusia pada umumnya serta hasil karya dan budaya
menuju masyarakat adil dan makmur.
1) Dalam bidang keilmuan, Kesehatan dan Keselamatan Kerja
(K3) merupakan semua Ilmu dan Penerapannya untuk mencegah
terjadinya kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja, kebakaran,
peledakan dan pencemaran lingkungan.
2) Pengertian Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) Menurut
OHSAS 18001:2007 Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
adalah semua kondisi dan faktor yang dapat berdampak pada
keselamatan dan kesehatan kerja tenaga kerja maupun orang lain
(kontraktor, pemasok, pengunjung dan tamu) di tempat kerja.
(Banten, Disnakertrans, 2020)
3) Menurut Suma’mur (1996) keselamatan kerja adalah
keselamatan yang bertalian dengan mesin, alat kerja, proses
pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungan serta
caracara melakukan pekerjaan. Dalam hal ini, keselamatan kerja
menyangkut peralatan yang dipakai oleh karyawan dalam

10
11

bekerja, guna melindunginya dari risiko-risiko tertentu agar


terhindar dari kecelakaankerja.
4) Menurut Mangkunegara (2000) Program kesehatan kerja
menunjukkan pada kondisi yang bebas dari gangguan fisik,
mental, emosi atau rasa sakit yang disebabkan oleh lingkungan.
Risiko kesehatan merupakan factor-faktor dalam lingkungan
kerja yang bekerja melebihi periode waktu yang ditentukan.
Lebih lanjut, Suma’mur (1996) menerangkan bahwa kesehatan
kerja bertujuan guna mewujudkan tenaga kerja sehat, produktif
dalam bekerja, berada dalam keseimbangan yang mantap antara
kapasitas kerja, beban kerja dan keadaan lingkungan kerja, serta
terlindungi dari penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan dan
lingkungan kerja.
Berbagai pengertian Kesehatan dan Keselamatan Kerja
(K3) di atas adalah Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) yang
umum/paling sering digunakan di antara versi-versi definisi
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) lainnya. Hal ini pun sesuai
dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan
Kerja. Undang-undang ini mengatur dengan jelas pelaksanaan
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di semua tempat kerja
dimana terdapat tenaga kerja, hubungan kerja atau kegiatan usaha
dan sumber bahaya baik di darat, didalam tanah, di permukaan air, di
dalam air maupun di udara yang berada di dalam wilayah Indonesia.
Berdasarkan pemaparan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) merupakan suatu upaya
yang sengaja dilakukan dengan tujuan keselamatan seorang pekerja.
Disamping itu, Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) tidak hanya
untuk memberikan perlindungan terhadap tenaga kerja dan orang
lain yang berada di tempat kerja agar terjamin keselamatannya.
tetapi juga untuk mengendalikan risiko terhadap peralatan, aset, dan
sumber produksi sehingga dapat digunakan secara aman dan efisien
12

agar terhindar dari kecelakaan dan penyakit akibat kerja.


Perlindungan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) yang efektif
dan efisien dapat mendorong produktivitas jika di laksanakan dan di
terapkan melalui sistem manajemen Kesehatan dan Keselamatan
Kerja (K3) sebagaimana amanat pasal 83 Undang-Undang Nomor
13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan. (Banten, Disnakertrans,
2020)
b. Prinsip Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
Terdapat beberapa prinsip dalam pengaturan maupun
pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan kerja (K3). Secara garis
besar prinsip Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah
perlindungan terhadap pekerja hal ini sejalan dengan filosofi paling
mendasar dari Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) dalam
menjamin keutuhan dan kesempurnaan melalui perlindungan atas
keselamatan dan kesehatan para pekerja dalam menjalankan
pekerjaannya. Imam Soepomo mengkategorikan perlindungan
pekerja ke dalam tiga kelompok, yaitu perlindungan ekonomis,
sosial dan teknis. Dimana Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
termasuk ke dalam kelompok perlindungan teknis (Hermansyah,
2020).
Prinsip berikutnya adalah bahwa jaminan atas kesehatan dan
keselamatan kerja merupakan hak pekerja, ditetapkan juga bahwa
jaminan tersebut mencakup perlindungan atas moral dan kesusilaan
serta perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia
maupun nilai-nilai agama sebagaimana disebutkan dalam ketentuan
Pasal 86 Undang-Undang No.13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan. Selanjutnya, hak tersebut dijamin kesamaan
pelaksanaan dan kesempatan perolehannya, tanpa diskriminasi atas
dasar apapun baik kepada pekerja yang memiliki status pekerja tetap,
kontrak, harian, kasual, pekerja dari perusahaan labor supply dan
pekerja lainnya.
13

Prinsip ketiga adalah tanggung jawab pengusaha. Prinsip


tersebut diatur dalam Pasal 1602 kitab Undang-Undang Hukum
Perdata sebagai berikut: “si majikan diwajibkan untuk mengatur dan
memelihara ruangan-ruangan, piranti-piranti atau perkakas-perkakas
dalam mana atau dengan mana ia menyuruh melakukan pekerjaan”.
Terdapat juga beberapa teori yang membahas mengenai prinsip
tersebut, diantaranya teori Risk Profesionelle, Employer`s Liability,
Reasonable Care, maupun derivasi analog doktrin Vicarious
Liability. Pokok bahasan dalam teori-teori tersebut adalah bahwa
pengusaha selaku pemberi kerja, bertanggung jawab dalam konteks
profesionalismenya sebagai pengusaha, atas kesehatan dan
keselamatan kerja pekerja yang dipekerjakannya.
Pengusaha harus melakukan upaya-upaya preventif untuk
melindungi pekerja dari kecelakaan kerja yang diperkirakan akan
berisiko mengalami cedera, penyakit, kecacatan, sampai pada
kematian. Apabila upaya-upaya yang telah dilakukan tersebut gagal,
pengusaha tetap bertanggung jawab atas timbulnya risiko-risiko,
baik dalam bentuk kompensasi/ganti kerugian. Adapun sub
prinsipnya mencakup tanggung jawab pengusaha untuk memastikan
bahwa pekerja memahami adanya risiko, memastikan bahwa cara
kerja yang akan dilakukan aman bagi pekerja (alat kerja dan cara
mengoperasionalkannya aman), memastikan bahwa pekerja
memahami langkah-langkah pencegahan timbulnya risiko dan bahwa
sarana dan prasarana pencegahannya tersedia dengan memadai dan
dalam kondisi baik. Sub prinsip berikutnya adalah bahwa tanggung
jawab-tanggung jawab tersebut di atas tidak terwakilkan/tidak dapat
dialihkan.
Prinsip keempat adalah prinsip campur tangan negara atau
intervensi pemerintah. Perlindungan hukum dalam perburuhan,
khususnya bidang kesehatan, merupakan campur tangan negara atas
kemungkinan perlakuan eksploitasi pengusaha sebagai pihak
14

ekonomi kuat terhadap pekerja sebagai pihak ekonomi lemah.


Perlindungan oleh negara umumnya termaktub dalam peraturan
perundang-undangan yang bersifat publik, sebagai pembatasan yang
bersifat memaksa terhadap asas kebebasan berkontrak antara
pengusaha dan buruh (Hermansyah, 2020).
Sedangkan menurut Organisasi Internasional untuk
Standarisasi atau yang biasa disingkat ISO juga membagi beberapa
prinsip Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3), seperti berikut ini.
1) Semua pekerja memiliki hak. Pekerja, pengusaha dan
pemerintah, harus memastikan bahwa hak-hak tersebut
dilindungi dan harus berusaha untuk membangun dan
memelihara kondisi kerja yang layak dan lingkungan kerja yang
layak.Lebih spesifik seperti berikut: pekerjaan harus dilakukan
dalam lingkungan kerja yang aman dan sehat, kondisi kerja
harus konsisten sesuai dengan kesejahteraan pekerja dan
martabat manusia, pekerja harus menawarkan kemungkinan
nyata untuk prestasi pribadi, pemenuhan kebutuhan diri dan
pelayanan kepada masyarakat.
2) Kebijakan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) harus
ditetapkan. Kebijakan tersebut harus dilaksanakan baik di
tingkat lokal dan perusahaan nasional. Kebijakan harus secara
efektif dikomunikasikan kepada semua pihak yang terkait.
3) Harus ada komunikasi yang baik antara mitra sosial (pengusaha
dan pekerja) dan pemangku kepentingan lainnya. Hal ini harus
dilakukan selama formulasi, implementasi, dan peninjauan
semua kebijakan, sistem, dan program.
4) Program Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) dan kebijakan
harus bertujuan baik dalam hal pencegahan dan perlindungan.
Upaya harus difokuskan, terlebih pada pencegahan primer di
tingkat tempat kerja. Tempat kerja dan lingkungan kerja harus
direncanakan dan dirancang untuk menjadi aman dan sehat.
15

5) Perbaikan terus-menerus Kesehatan dan Keselamatan Kerja


(K3) harus dipromosikan. Hal ini diperlukan untuk memastikan
bahwa hukum, peraturan, dan standar teknis nasional untuk
mencegah kecelakaan kerja, penyakit, dan kematian yang
disesuaikan secara berkala untuk kemajuan sosial, teknis, dan
ilmiah dan perubahan lain dalam dunia kerja. Hal ini akan
optimal dilakukan dengan cara pengembangan dan pelaksanaan
kebijakan nasional, sistem nasional, dan program nasional.
6) Informasi penting untuk pengembangan dan pelaksanaan
program dan kebijakan yang efektif. Pengumpulan dan
penyebaran informasi yang akurat tentang bahaya dan bahan
berbahaya, pengawasan kerja, pemantauan kepatuhan terhadap
kebijakan dan praktek yang baik, dan kegiatan terkait lainnya
adalah pusat untuk pembentukan dan penegakan kebijakan yang
efektif.
7) Promosi Kesehatan adalah unsur utama dari praktik kesehatan
kerja. Upaya yang harus dilakukan untuk meningkatkan pekerja
fisik, mental, dan kesejahteraan sosial.
8) Pelayanan kesehatan kerja yang mencakup semua pekerja harus
dibentuk. Idealnya, semua pekerja di semua kategori harus
memiliki akses ke layanan tersebut, yang bertujuan untuk
melindungi dan meningkatkan kesehatan pekerja dan
memperbaiki kondisi kerja.
9) Pendidikan dan pelatihan merupakan komponen penting dari
lingkungan kerja yang sehat dan aman. Pekerja dan pengusaha
harus dibuat sadar akan pentingnya membangun prosedur kerja
yang aman dan bagaimana melakukannya. Pelatih/trainer
internal harus dilatih di bidang relevansi khusus untuk industri
tertentu, sehingga mereka dapat mengatasi masalah Kesehatan
dan Keselamatan Kerja (K3) yang spesifik.
16

10) Pekerja, pengusaha dan pejabat yang berwenang memiliki


tanggung jawab, tugas, dan kewajiban tertentu. Misalnya,
pekerja harus mengikuti prosedur keselamatan yang ditetapkan,
pengusaha harus menyediakan tempat kerja yang aman dan
menjamin akses ke pertolongan pertama, dan pihak yang
berwenang harus menyusun, berkomunikasi, dan meninjau
secara berkala dan memperbarui kebijakan Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3).
11) Kebijakan harus ditegakkan. Harus ada sistem pemeriksaan dan
evaluasi di tempat kerja untuk memastikan kesesuaian langkah-
langkah Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) dan undang-
undang tenaga kerja lainnya dengan implementasi yangs
sesungguhnya (Mahendra, 2020).
c. Fungsi/tujuan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
Tentunya peraturan mengenai Kesehatan dan Keselamatan
Kerja (K3) ini juga memiliki fungi atau tujuan yang jelas. Berikut
tujuan yang ingin dicapai oleh bidang Keselamatan dan Kesehatan
Kerja menurut Djamaludin Ramlan dalam Dasar-Dasar Kesehatan
Kerja (2006). Secara umum, ia membaginya menjadi dua, yaitu
tujuan keselamatan kerja dan tujuan kesehatan kerja, berikut
uraiannya.
1) Tujuan keselamatan kerja terdiri dari tiga, yaitu:
a) Melindungi keselamatan karyawan dalam melakukan
pekerjaannya untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan
produktivitas nasional.
b) Menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada di
tempat kerja.
c) Memelihara sumber produksi dan mengatur penggunaannya
secara aman dan efisien.
17

2) Sementara tujuan kesehatan kerja terdiri dari empat, antara lain:


a) Menjaga serta meningkatkan kesehatan masyarakat pekerja
di segala jenis lapangan pekerjaan setinggi mungkin, baik
dalam hal fisik maupun mental, serta kesejahteraan sosial.
b) Mencegah terjadinya gangguan kesehatan pada masyarakat
pekerja akibat keadaan atau kondisi di lingkungan kerjanya,
misalnya kecelakaan akibat kerja.
c) Memberikan perlindungan kepada para pekerja ketika
melaksanakan pekerjaan dan kemungkinan terjadinya
bahaya karena faktor yang membahayakan kesehatan di
tempat kerja.
d) Menempatkan pekerja di suatu lingkungan pekerjaan
berdasarkan kemampuan fisik dan psikis pekerjaannya serta
keterampilannya.
Sedangkan menurut PP No. Kesehatan dan Keselamatan Kerja
(K3) Hal ini bertujuan sebagai berikut:
1) Meningkatkan efektivitas kegiatan perlindungan Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3), secara terstruktur, terencana, dan
terintegrasi.
2) Mengurangi dan menghindarkan risiko kecelakaan dan penyakit
sehubungan dengan aktivitas pekerjaan, dengan melibatkan
seluruh unsur di tempat kerja.
3) Menciptakan keamanan dan kenyamanan lingkungan kerja,
mewujudkan efisiensi, serta meningkatkan produktivitas.
4) Setiap poin dalam tujuan Kesehatan dan Keselamatan Kerja
(K3) ini saling berkaitan satu sama lain. Penerapan SMK3 baru
dinyatakan berhasil apabila ketiga tujuan tersebut dapat tercapai
seluruhnya.
d. Manfaat Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
Penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) tidak
hanya berlaku bagi para pekerja di internal perusahaan. Tetapi juga
18

terkait dengan pengaruhnya terhadap lingkungan eksternal.


Cakupannya pun cukup luas, meliputi kesehatan fisik dan mental,
serta sosial. Berikut jabaran manfaat Kesehatan dan Keselamatan
Kerja (K3).
1) Manfaat Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) bagi Pekerja
Di lingkungan internal perusahaan, karyawan dapat
memahami bahaya dan risiko pekerjaannya, mencegah
terjadinya kecelakaan kerja, bertindak dalam situasi darurat,
serta melaksanakan hak dan kewajibannya berkaitan dengan
peraturan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3). Tentunya,
penerapan tersebut juga akan bermanfaat secara personal.
Mereka dapat tetap memiliki penghasilan dan berkontribusi
terhadap ekonomi keluarga. Selain itu, penerapan Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3) juga dapat menghindarkan dirinya dari
penyakit yang mungkin terbawa dari lingkungan kerja.
2) Manfaat Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) Bagi
Perusahaan
Bagi perusahaan, penerapan Kesehatan dan Keselamatan
Kerja (K3) memungkinkan produktivitas tetap optimal dalam
berbagai keadaan. Secara finansial, Kesehatan dan Keselamatan
Kerja (K3) membantu mengurangi pengeluaran, terutama untuk
biaya kesehatan dan asuransi karyawan. Di samping itu,
perusahaan juga akan mendapatkan citra positif dari masyarakat.
Dari pemerintah, karena penerapan Kesehatan dan Keselamatan
Kerja (K3) merupakan kewajiban yang telah diregulasi secara
khusus. Atau dari masyarakat umum yang akan memberikan
kepercayaan lebih, bahkan penghargaan bagi perusahaan yang
menerapkan SMK3 dengan baik.
19

3) Manfaat Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) bagi


Masyarakat dan Negara
SMK 3 juga bermanfaat luas bagi masyarakat dan negara.
Perusahaan menjaga aktivitasnya, sehingga turut memberikan
keamanan dan kenyamanan bagi lingkungan sekitarnya. Para
karyawan pun dapat terus berkontribusi dengan baik di
masyarakat. Perekonomian keluarga tetap terjaga, wawasan
tentang Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) pun dapat
diterapkan di masyarakat. Kesehatan dan keamanan lingkungan
berdampak positif untuk keberlangsungan hidup masyarakat
suatu negara. Perusahaan-perusahaan yang menerapkan SMK3
dengan baik dapat berkontribusi dalam peningkatan
perekonomian nasional. Tentu itu akan berdampak besar bagi
kemajuan, serta citra positif negara di mata internasional.
a) Masyarakat dapat terlindungi dari kecelakaan kerja atau
penyakit akibat kerja yang diakibatkan oleh operasional
perusahaan.
b) Masyarakat dapat memperoleh ilmu untuk penerapan
keselamatan di rumah.
c) Masyarakat dapat memastikan anggota keluarganya dapat
pulang kerja dengan selamat. Masyarakat dapat memastikan
perekonomian keluarga dapat terus bergerak.
Sementara manfaat dari penerapan Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3) bagi Negara seperti berikut ini.
a) Negara dapat melaksanakan kesepakatan internasional yang
telah disepakati
b) Negara mendapatkan citra positif terhadap perlindungi
tenaga kerjanya dari masyarakat dan dari internasional
c) Negara dapat terus menggerakkan perekonomian
d) Negara dapat terlindungi dari ketidakstabilan politik akibat
isu kecelakaan kerja atau penyakit akibat kerja
20

e) Negara dapat mengurangi biaya yang ditimbulkan dari


pembayaran asuransi milik negara kepada pekerja yang
mengalami kecelakaan kerja atau penyakit akibat kerja
Dari berbagai uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
manfaat Kesahatan dan Keselamatan Kerja (K3) di lingkungan kerja
bukan hanya bermanfaat atau melindungi dari pekerja itu sendiri.
Tapi juga bermanfaat juga untuk lingkungan masyarakat sekitar dan
juga Negara. Maka dari itu, penerapan Kesahatan dan Keselamatan
Kerja (K3) di lingkungan pekerjaan sangat amat perlu diterapkan
oleh perusahaan besar maupun kecil yang terdapat risiko bahaya
untuk para pekerja (Sertifikasi, 2021).
e. Pentingnya Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
Mengingat besarnya risiko yang ditimbulkan apabila tidak
merapkan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3), maka hal ini
tentunya sangatlah penting. Selain untuk meningkatkan produktifitas
kerja karyawan, juga secara khusus memperhatikan Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3), maka karyawan dapat bekerja dengan
aman, tentram, dan produktif dalam bekerja. Arti penting
keselamatan kerja dapat diuraikan sebagai berikut:
1) Bagi perusaahan
a) Pemenuhan Terhadap Persyaratan (Compliance)
Nilai pemenuhan persyaratan ini boleh dibilang adalah
nilai paling bawah dalam pentingnya Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3) karena apabila perusahaan hanya
terpaku pada pemenuhan persyaratan saja dalam Kesehatan
dan Keselamatan Kerja (K3), itu berarti perusahaan hanya
mengambil sifat reaktif bukan proaktif dalam mencegah
kecelakaan kerja. Akibatnya, perusahaan tidak begitu peduli
tentang peningkatan-peningkatan Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3) dan cenderung menabrakannya
dengan produktifitas.
21

b) Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Coporate Social


Responsibility)
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) juga dapat
menjadi bentuk tanggung jawab sosial perusahaan karena
apabila ada kecelakaan kerja yang fatal, lingkungan sekitar
perusahaan dapat langsung terkena imbas dari kecelakaan
tersebut. Oleh karena itu, perusahaan wajib menjaga proses
produksinya agar tidak mengganggu lingkungan sekitar.
c) Menjaga Asset
Karyawan, gedung pabrik dan fasilitas pabrik adalah
asset perusahaan yang harus perusahaan jaga. Aset-aset
tersebut harus perusahaan pastikan dapat berfungsi hingga
jangka waktu yang panjang (sustain). Perusahaan tentunya
akan mengalami kerugian yang besar jika suatu saat aset
tersebut mengalami gangguan sehingga berdampak negatif
pada proses produksinya. Oleh karena itu, melalui Program
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), Perusahaan dapat
memastikan aset-aset tersebut berfungsi hingga jangka waktu
yang lama.
d) Meningkatkan Produktifitas
Program Keselamatan Kerja tak selamanya berbanding
terbalik dengan produktifitas. Program ergonomik misalnya,
seperti tulisan saya sebelumnya, bisa meningkatkan
produktifitas karyawan karena dan memotong waktu dari
aktifitas pekerjaan serta menurunkan tingkat keletihan
operator. Contoh lagi pada program penutupan (covering)
konveyor untuk melindungi pekerja dari bahaya tersangkut di
konveyor dapat melindungi konveyor dari debu sehingga
akan lebih tahan lama.
22

e) Menjadi Perusahaan yang Memanusiakan


Pekerjanya (Humanized Company)
Setiap perusahaan wajib menjadi perusahaan yang
memanusiakan pekerjanya dalam arti semua pekerjaan yang
dibebankan kepada para pekerja harus dalam lingkup
kemampuan manusia dan tidak membahayakan pekerja
mereka sendiri. (mutuinstitute, 2021).
2) Pentingnya Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) bagi
karyawan
a) Kesahatan dan Keselamatan Kerja (K3) melindungi mereka
dari bahaya yang terjadi selama proses bekerja dan juga efek
kesehatan jangka panjang. Kesehatan dan Keselamatan Kerja
(K3) sendiri berperan untuk menjamin setiap tenaga kerja
mendapatkan perlindungan kesehatan dan keselamatan
selama bekerja, menjamin setiap sumber produksi layak dan
aman digunakan. Sehingga dapat mengurangi risiko kerugian
yang diakibatkan oleh kecelakaan kerja.
b) Kesahatan dan Keselamatan Kerja (K3) mencakup semua hal
yang bisa memproteksi dan mensejahterakan para pekerja.
Mulai dari undang-undang kesehatan, ketenagakerjaan dan
keselamatan kerja, manajemen (K3), asuransi, pemeriksaan
kesehatan rutin, pengawasan leader di lapangan, dan
sebagainya.

2. Risiko
a. Pengertian Risiko
Risiko atau risk adalah sama dengan uncertainty atau
ketidakpastian. Risiko dan ketidakpastian seringkali digunakan
dengan arti yang sama, penggunaannya saling dipertukarkan dengan
maksud yang sama atau interchangeably. (Siahaan, 2007: 4). Secara
umum risiko dapat diartikan sebagai suatu keadaan yang dihadapi
23

seseorang atau perusahaan dimana terdapat kemungkinan yang


merugikan. Risiko dapat dikurangi dan bahkan dihilangkan melalui
manajemen risiko. Peran dari manajemen risiko diharapkan dapat
mengantisipasi lingkungan cepat berubah, mengembangkan
corporate governance, mengoptimalkan penyusunan strategic
management, mengamankan sumber daya dan asset yang dimiliki
organisasi, dan mengurangi reactive decision making dari
manajemen puncak (Vikaliana, 2017: 70).
Risiko dapat ditafsirkan sebagai bentuk keadaan ketidakpastian
tentang suatu keadaan yang akan terjadi nantinya (future) dengan
keputusan yang diambil berdasarkan berbagai pertimbangan pada
saat ini. Menurut Ricky W. Griffin dan Ronald J. Ebert risiko adalah
uncertainty abaut future events. Adapun Joel G. Siegel dan Jae K.
Shim mendifinisikan risiko pada tiga hal:
1) Pertama adalah keadaan yang mengarah kepada sekumpulan
hasil kasus, dimana hasilnya dapat diperoleh dengan
kemungkinan yang telah diketahui oleh pengambil keputusan.
2) Kedua adalah variasi dalam keuntungan, penjualan atau variabel
keuangan lainnya.
3) Ketiga adalah kemungkinan dari sebuah masalah keuangan yang
mempengaruhi kinerja operasi perusahaan atau posisi keuangan,
seperti risiko ekonomi, ketidak pastian politik dan masalah
industri.
Lebih jauh Joel G.Siegal dan Jae K.Shim menjelaskan
pengertian dari analisis risiko adalah proses pengukuran dan
penganalisaan risiko disatukan dengan keputusan keuangan dan
investasi. Sementara itu David K. Eiteman, Arthur I. Stonehill dan
Michael H. Moffett mengatakan bahwa risiko dasar adalah the
mismatching of interest rate bases for associated assets and
liabilities.(Fahmi, 2011: 2).
24

b. Tipe Risiko
Dari sudut pandang akademisi ada banyak jenis risiko, namun
secara umum risiko itu hanya dikenal dalam dua tipe saja, yaitu:
(Fahmi, 2011: 5-6)
1) Risiko Murni (pure risk) dapat dikelompokan pada tiga tipe
risiko yaitu:
a) Risiko asset fisik. Merupakan risiko yang berakibat
timbulnya kerugian pada asset fisik suatu perusahaan/
organisasi.
b) Risiko karyawan. Merupakan risiko karena apa yang dialami
oleh karyawan yang bekerja diperusahaan/ organisasi
tersebut.
c) Risiko legal. Merupakan risiko dalam bidang kontrak yang
mengecewakan atau kontrak tidak berjalan sesuai dengan
rencana.
2) Risiko Spekulatif (speculative risk) dapat dikelompokan pada
empat tipe risiko yaitu:
a) Risiko pasar. Merupakan risiko yang terjadi dari pergerakan
harga pasar.
b) Risiko kredit. Merupakan risiko yang terjadi karena counter
party gagal memenuhi kewajibannya kepada perusahaan.
c) Risiko likuiditas. Merupakan risiko karena ketidakmampuan
memenuhi kebutuhan kas.
d) Risiko operasional. Merupakan risiko yang disebabkan pada
kegiatan operasional yang tidak berjalan dengan lancar.
c. Risiko dan Kondisi Ketidakpastian
Risiko muncul karena ada kondisi ketidakpastian. Tabel
berikut ini menunjukkan ketidakpastian dengan karakteritiknya:
25

Tabel 2.1
Tingkat ketidakpastian risiko

Tingkat ketidakpastian Karakteristik Contoh


Tidak ada (Pasti) Hasil tidak bisa diprediksi Hukum alam
dengan pasti
Ketidakpastian objektif Hasil bisa diidentifikasi Permainan dadu
dan probabilitas diketahui
Ketidakpastian subjektif Hasil bisa diidentifikasi Kebakaran ,
tapi probabilitas tidak Kecelakaan mobil,
diketahui Investasi
Sangat tidak pasti Hasil bisa diidentifikasi Eksplorasi angkasa
dan probabilitas tidak
diketahui
Sumber: Buku Manajemen Risiko Karangan Dr. Mamduh M. Hanafi.
Pada tingkatan pertama, kondisi kepastian sangat tinggi.
Hukum alam merupakan contoh kepastian tersebut. Sebagai contoh
kita bisa memprediksi dengan pasti bahwa dalam satu hari terdapat
24 jam. Tingkat selanjutnya adalah ketidakpastian objektif, sebagai
contohnya adalah dadu, jika dadu dilempar terdapat enam
kemungkinan yang muncul yaitu angka 1, 2, 3, 4, 5, dan 6. Bisa
dilihat bahwa probabilitas masing-masing angka hanyalah angka 1
sampai 6.
Tingkatan berikutnya adalah ketidakpastian subjektif, dengan
contoh adalah kecelakaan mobil, identifikasi hasil dan probabilitas
(kemungkinan) yang berkaitan dengan kecelakaan mobil lebih sulit
dilakukan. Misalnya aktifitas pergi kepasar dengan mobil, berapa
besar probabilitas mengalami kecelakaan tidak bisa diprediksi.
Tingkatan terakhir adalah kondisi yang sangat tidak pasti, contohnya
dengan melakukan perjalanan keluar angkasa, tidak diketahui bahwa
akan bertemu makhluk asing seperti alien. Sangat sulit untuk
diprediksi dan mengidentifikasinya. (Hanafi, 2016: 1-2).
d. Sumber Risiko
Sumber-sumber risiko dapat diklasifikasikan menjadi:
26

1) Risiko social
Sumber utama risiko sosial adalah masyarakat, artinya
tindakan orang-orang menciptakan kejadian yang menyebabkan
penyimpangan yang merugikan.
2) Risiko fisik
Sumber risiko fisik yang sebagian adalah fenomena alam,
sendangkan lainnya disebabkan kesalahan manusia. Banyak
risiko yang komplek sumbernya tetapi masuk kategori fisik,
contohnya: kebakaran.
3) Risiko ekonomi
Banyak risiko yang dihadapi perusahaan bersifat ekonomi,
contoh-contoh risiko ekonomi adalah inflasi, fluktasi local dan
ketidakstabilan perusahaan individu. Selama periode inflasi,
daya beli uang merosot dan para pensiunan serta merta yang
berpenghasilan tetap tidak mungkin lagi mempertaruhkan
tingkat hidup yang biasa. (Mamduh, 2016: 54).
Dengan mengamati sumber-sumber risiko, dapat memperoleh
gambaran risiko-risiko yang akan muncul dan membahayakan
organisasi. Alternative kategori sumber risiko adalah sebagai
berikut:
a) Konsumen, keluhan dari konsumen yang mengakibatkan
kekecewaan dan tidak lagi membeli produk perusahaan,
konsumen merasa dirugikan dan menuntut perusahaan.
b) Supplier (pemasok) tidak datang sesuai dengan yang
diharapkan, terlambat memproduksi barang atau barang yang
diproduksi tidak sesuai dengan yang diharapkan.
c) Pesaing. Pesaing meluncurkan produk baru yang lebih baik,
pesaing menurunkan harga yang bisa mengakibatkan persaingan
harga yang menurunkan tingkat keuntungan perusahaan.
27

e. Akibat Risiko
Bentuk akibat kerugian terkait risiko yang timbul pada
perusahaan adalah sebagai berikut:
1) Property loss yaitu kerugian yang bersifat materil atau harta
benda terdiri dari:
a) Direct loss adalah kerugian yang dibebankan langsung ke
propertinya. Contoh: memperbaiki kendaraan yang
mengalami kecelakaan.
b) Indirect loss adalah kerugian secara tidak langsung berkaitan
dengan propertinya. Contoh: mobil Derek, polisi dan objek
kecelakaan.
c) Productivity loss adalah kesempatan produktifitas yang
hilang. Contoh: `mobil kecelakaan yang tidak bisa beroperasi
karena harus diperbaiki
2) Liabilities yaitu kerugian karena harus menanggung kerugian
orang lain karena kewajiban (karenan kewajiban liabilities
hanya berbentuk direct loss saja).
3) Personel loss yaitu kerugian karena pada manusia seperti cidera
dan meninggal dunia, terdiri dari:
a) Direct loss seperti keadaan yang harus masuk rumah sakit
b) Indirect loss seperti biaya ambulan, produktifitas dari orang
yang berhubungan dan yang terlibat kecelakaan ikut
menurun. (http://www.dictio.co.id)
f. Pengelolaan Risiko
1) Mengidentifikasi/ menentukan terlebih dahulu objektif (tujuan)
yang ingin dicapai dari pengelolaan risiko.
2) Mengidentifikasi kemungkinan terjadinya kerugian atau
mengidentifikasi risiko-risiko ynag dihadapi.
3) Mengevaluasi dan mengukur besarnya kerugian potensial,
dimana yang dievaluasi dan diukur adalah:
28

a) Besarnya kemungkinan peril yang akan terjadi selama satu


periode tertentu.
b) Besarnya akibat dari kerugian tersebut terhadap kondisi
keuangan perusahaan. ( Triyono, 2019: 13-14)
4) Mencari cara atau kombinasi cara-cara paling baik, paling tepat
dan paling ekonomis untuk menyelesaikan masalah-masalah
yang timbul akibat terjadinya suatu peril. Upaya tersebut
meliputi:
a) Menghindari kemungkinan terjadinya peril
b) Mengurangi kesempatan terjadinya peril
c) Memindahkan kerugian potensial kepada pihak lain
(mengansuransikan)
d) Menerima dan memikul kerugian yang timbul
5) Mengkoordinir dan mengimpementasikan keputusan-keputusan
yang telah diambil untuk menanggulangi risiko.
6) Mengadministrasikan, memantau dan mengevaluasi semua
langkah-langkah atau strategi yang telah diambil dalam
menanggulangi risiko.
g. Pengendalian Risiko
Ada lima metode yang digunakan untuk mengendalikan risiko,
diantaranya:
1) Menghindari risiko
Salah satu mengendalikan risiko murni adalah menghindari
harta, orang atau kegiatan dari exposure terhadap risiko dengan
jalan yaitu sebagai berikut:
a) Menolak memiliki, menerima atau melaksanakan kegiatan itu
walaupun hanya untuk sementara.
b) Menyerahkan kembali risiko yang terlanjur diterima atau
segera menghentikan kegiatan begitu diketahui mengandung
risiko. Jadi menghindarkan risiko juga berarti menghilangkan
risiko itu (Darmawi, 2016: 77).
29

2) Pengendalian kerugian
Pengendalian kerugian dijalankan dengan merendahkan
chance untuk terjadinya kerugian dan mengurangi keparahannya
jika kerugian itu memang terjadi.
Kedua tindakan itu dapat diklasifikasikan dengan berbagai cara:
a) Tindakan pencegahan kerugian atau tindakan pengurangan
kerugian
b) Menurut sebab terjadinya yang akan dikontrol
c) Menurut lokasi dari pada kondisi-kondisi yang akan dikontrol
d) Menurut timing atau waktunya.
3) Pemisahan
Pemisahan adalah menyebarkan harta yang menghadapi
risiko yang sama, menggantikan penempatan dalam satu lokasi.
Maksudnya adalah mengurangi jumlah kerugian untuk satu
peristiwa, dengan menambah banyaknya independent exposure
maka probabilitas kerugian harapkan diperkecil. Jadi
memperbaiki kemampuan perusahaan untuk meramalkan
kerugian yang akan dialami.
4) Kombinasi atau pooling
Kombinasi atau pooling menambahkan banyaknya
exposure unit dalam batas kendali perusahaan yang
bersangkutan, dengan tujuan agar kerugian yang akan dialami
lebih dapat diramalkan.
5) Pemindahan risiko
Pemindahan risiko dapat dilakukan dengan tiga cara, antara lain:
a) Harta milik atau kegiatan yang dapat menghadapi risiko
dapat dipindahkan kepada pihak lain, baik dinyatakan dengan
tegas, maupun berikut dengan transaksi atau kontrak.
b) Risiko itu sendiri yang dipindahkan.
c) Suatu risk financing transfer menciptakan suatu loos
exposure untuk transfere. Pembatalan perjanjian itu oleh
30

tranfere dapat dipandang sebagai cara ketiga dalam risk


control transfer. (Darmawi, 2016: 78)

3. Pemadam Kebakaran
Pemadam kebakaran yang juga biasanya disingkat menjadi Damkar
merupakan sekelompok orang atau pasukan yang bertugas untuk
memadamkan kebakaran di suatu wilayah. Selain itu, petugas pemadam
kebakaran juga berkewajiban untuk melakukan penyelamatan (rescue)
serta menanggulangi bencana ataupun kejadian kainnya. Maka dari itu,
tugas dari seorang petugas pemadam kebakaran tidak hanya berpusat
pada kejadian kebakaran saja. Dalam menjalankan tugasnya, petugas
pemadam kebakaran juga dilengkapi dengan perlengkapan khusus
pemadam diantaranya pakaian anti panas (fire suit) pakaian anti api,
pakaian penyelamatan, sarung tangan, alat bantu pernapasan, alat bantu
telekomunikasi, sarung tangan serta helm dan sepatu khusus (fire boot).
B. Penelitian Relevan
Dalam penulisan skripsi ini, penulis telah melihat beberapa hasil
penelitian dari jurnal sebelumnya yang mendukung terhadap penelitian
yang penulis lakukan ini, maka perlu dijelaskan istilah pokok yang
menjadi pokok pembahasan dalam penelitian ini.
1. Penelitian yang dilakukan oleh Chatarina linda dan Chris Puspita sari
dalam Journalnya Penggunaan Keselamatan Kerja Dalam Menunjang
Kesejahteraan Kariawan Pemadam Kebakaran. Penelitian ini
menjelaskan dalam manajemen risiko ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam sebuah perusahaan biasanya disebut K3 (Kesehatan
dan Keselamatan Kerja). Kesehatan dan keselamatan kerja secara
filisofi dapat diartikan sebagai suatu konsep dan cara guna menjamin
kesempurnaan dan keutuhan yang umumnya tenaga kerja/manusia baik
jasmani maupun rohani, kebudayaan serta hasil karya menuju
masyarakat sejahtera, adil dan makmur. Persamaan nya kurang lebih
dalam membahas tentang cara memperhatikan Kesehatan dan
31

Keselamatan Kerja Terhadap Karyawan. (Robert, Mathis & Jhon


Jacson).
2. Penelitian yang dilakukan oleh Rahmi Shafwani dalam jurnalnya
Jurnal Gambaran Risiko Pekerjaan Petugas Pemadam Kebakaran.
Penelitian ini menjelaskan Gambaran risiko pekerjaan petugas Pemadm
Kebakaran (DP2K) Kota Medan. Penelitian ini juga menjelaskan proses
kerja petugas pemadam kebakaran bila mendapat informasi tentang
sebuah bencana dengan porsi kerja yang sama. Juga adanya pelatihan
yang diberikan pemerintah daerah kepada petugas pemadam kebakaran.
Persamaannya kurang lebih menggambarkan bagaimana kinerja petugas
pemadam kebakaran dalam menjelankan tugasnya. Sedangkan penulis
meneliti bagaimana penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
petugas Pemadam Kebakaran Kabupaten Tanah Datar dalam
melakukan operasional pemadaman kebakaran mulai dari tahapan
sebelum terjadinya sebakaran sampai tahapan setelah kebakaran.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Ni Luh Putu Listusari/ Analisis Kinerja
Dinas Pemadam Kebakaran Dalam Upaya Pencegahan dan
Penanggulangan Bahaya Kebakaran (Studi Kasus Dinas Pemadam
Kebakaran dan Penyelamatan Kabupaten Badung). Penelitian ini
menjelaskan proses kerja petugas damkar bila mendapat informasi
tentang sebuah bencana dengan porsi kerja yang sama. Juga adanya
pelatihan yang diberikan pemerintah daerah kepada petugas damkar.
Persamaannya kurang lebih menggambarkan bagaimana kinerja petugas
damkar dalam menjelankan tugasnya.
4. Penelitian yang dilakukan oleh Sofyul Hidayat. Pelayanan Pencegahan
dan Pemadam Kebakaran Pemerintah bagi Masyarakat dalam
Mengatasi Musibah. Penelitian ini menjelaskan Dalam pelayanan
Pencegahan dan Pemadam Kebakaran yang dilayani oleh petugas
pemadam kebakaran mendengar banyaknya keluhan ditemui
masyarakat di lokasi kebakaran antara lain sulitnya menghubungi
kantor pencegahan dan pemadam kebakaran, lamanya petugas
32

pemadam kebakaran sampai di lokasi kebakaran, kurangnya fasilitas


yang dimiliki petugas pemadam kebakaran,kurang sikap sigap,cepat
dan tanggap oleh petugas pemadam kebakaran hingga dianggap
masyrakat memerlukan biaya dalam meminta pelayanan pencegahan
dan pemadam kebakaran. Persamaannya kurang lebih menggambarkan
bagaimana kinerja petugas damkar dalam menjelankan tugasnya.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang penulis lakukan adalah penelitian lapangan (field
research) dalam hal ini penulis melakukan penelitian pada Bidang Pemadam
Kebakaran Kabupaten Tanah Datar penelitian ini menggunakan metode
penelitian deskriptif kualitatif. Deskriptif kualitatif adalah metode penelitian
yang mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa dan kejadian yang terjadi saat
sekarang. Penelitian ini memusatkan perhatian pada masalah aktual
sebagaimana adanya pada saat penelitian berlangsung.
Adapun penelitian deskriptif kualitatif yang dimaksud penulis adalah
dengan mendeskripsikan tentang bagaimana Analisis Penerapan Kesehatan
Dan Keselamatan Kerja (K3) Pada Bidang Kebakaran Kabupaten Tanah
Datar Sebagai Upaya Meminimalisir Risiko Kecelakaan Kerja Pemadam
Kebakaran.
B. Tempat dan waktu Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian langsung dengan mendapatkan
informasi dari narasumber dengan menggali informasi secara mendalam di
Bidang Pemadam Kebakaran Kabupaten Tanah Datar. Waktu penelitian
terlihat pada table dibawah ini:
Tabel 3.1
Rancangan Waktu Penelitian
No Uraian Feb Mar Apr Mei Juni Juli Ags
2022 2022 2022 2022 2022 2022 2022
1 Bimbingan
proposal dan
Seminar
proposal
2 Bimbingan
pasca seminar

33
34

3 Penelitian dan
bimbingan
skripsi
4 Munaqasah

C. Instrumen Penelitian
Dalam melakukan penelitian ini, peneliti langsung menjadi instrumen
kunci atau utama. Dalam penelitian, sebagai instrumen kunci, peneliti
berperan dalam menetapkan focus penelitian dengan melakukan
pengumpulan data, pengecekan keabsahan data dan analisis data. Peneliti juga
membutuhkan instrument pendukung lainnya berupa HP, pedoman
wawancara, alat tulis dan dokumen-dokumen yang dapat digunakan untuk
menunjang hasil penelitian yang peneliti lakukan.

D. Sumber Data
1. Sumber data primer
Sumber data Primer yaitu Pimpinan Bidang Pemadam Kebakaran
Kabupaten Tanah Datar, Bapak Fauzi SE Selaku Kasi Operasional
Pemadam Kebakaran. Bapak Afrizon sebagai supir, Bapak Dendi Rendoni
SIP sebagai Nozzle Man, Dolly Fonda, Rahmat Azandi, Alhamdi Nupiah,
Dicky Fajar Fernandi sebagai bagian dari tim penyelamat (rescue), Eka
Saputra sebagai seorang Nozzle man Ramadhani sebagai Helper serta Staf
kantor Bidang Pemadam Kebakaran yaitu Ibuk Mega Silvia S.Pd. dan Ibuk
Lovita Rahma Nasution S.Pd.

2. Sumber data Sekunder


Sumber data Sekunder yaitu sumber data yang diperoleh dari
dokumen pencatatan kantor Pemadam Kebakaran Kabupaten Tanah Datar
yang terdiri dari data kecelakaan kerja yang dialami petugas, data keadaan
35

peralatan yang ada di Posko Batusangkar dan data kebakaran yang ada di
Kabupaten Tanah Datar dari tahun 2020-2021.

E. Teknik Pengumpulan Data


Untuk memperoleh data secara terperinci dan baik yang diperlukan
untuk menunjang penelitian ini, penulis menggunakan teknik-teknik
pengumpulan data yang terdiri dari:
1. Wawancara (Interview)
Yaitu proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian
dengan tanya jawab. Sambil bertatap muka antara si penanya atau si
pewawancara dengan si penjawab atau responden dengan menggunakan
alat yang dinamakan interview guide (panduan wawancara). Interview
dapat dipandang sebagai metode pengumpulan data dengan jalan tanya
jawab sepihak yang dikerjakan dengan sistematik yang berlandaskan
kepada tujuan penelitian. (Asnawi, 2011. 163).
2. Dokumentasi
Dokumentasi adalah sejumlah besar fakta dan data tersimpan dalam
bahan yang berbentuk dokumen (Juliansyah Noor, 2011, hal. 141) Metode
ini merupakan pengumpulan data yang berasal dari sumber non manusia
(Djam’an Satori, 2011, hal. 146)

F. Teknik Analisis Data


Penelitian ini menjelaskan tentang pelaksanaan pengelolaan risiko.
Hasil data yang diperoleh dari instrumen penelitian dianalisis secara
deskriptif kualitatif menggunakan model Miles dan Hubermann dalam buku
Emzir (2011: 129) dengan tahapan reduksi data, model data, dan verifikasi
kesimpulan.
1. Reduksi data
Merujuk pada proses pemilihan, pemokusan, penyederhanaan “data
mentah” yang terjadi dalam catatan-catatan lapangan tertulis, dalam
36

penelitian ini data difokuskan pada manajemen risiko kecelakaan kerja


yang dilakukan oleh Pemadam Kebakaran Kabupaten Tanah Datar.
2. Display data
Merupakan proses menampilkan data secara sederhana dalam
bentuk kata-kata, kalimat, naratif, tabel, matrik, dan grafik dengan maksud
agar data yang telah dikumpulkan dikuasai oleh peneliti sebagai dasar untuk
mengambil kesimpulan yang tepat. Sedangkan menurut Miles dan
Huberman mengemukakan bahwa yang dimaksud penyajian data (display
data) adalah menyajikan sekumpulan informasi yang tersusun 47Mettew B
Milles and Michael Huberman, Analisis Data Kualitatif, (Jakarta: UI Press,
1992), hal. 16, yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan
dan pengambilan tindakan. Verifikasi/penarikan kesimpulan adalah
tahapan dimana peneliti mulai memutuskan apakah “makna” sesuatu,
mencatat keteraturan, pola-pola dan penjelasan (Emzir, 2011: 133),
sehingga pada tahap ini informasi yang telah terkumpul disimpulkan
menjadi suatu kriteria yang menggambarkan Manajemen risiko terhadap
keselamatan kerja Petugas Pemadam Kebakaran Kabupaten Tanah Datar.

G. Teknik Penjamin Keabsahan Data


Demi terjaminnya keakuratan data, maka penulis akan melakukan
keabsahan data melalui uji kredibilitas menggunakan teknik triangulasi.
Teknik triangulasi merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan
atau sebagai pembanding terhadap data. Teknik ini digunakan dengan cara
menanyakan kembali data yang sudah diperoleh dan yang terdapat dalam data
yang dihasilkan sudah sesuai dengan kenyataan. Triangulasi merupakan salah
satu teknik dalam penjamin keabsahan data untuk mendapatkan temuan dan
interpretasi data yang lebih akurat dan kredibel. Beberapa cara yang dapat
digunakan yaitu dengan menggunakan sumber yang banyak dan
menggunakan metode yang berbeda. Penggunaan sumber yang banyak untuk
37

triangulasi dapat dilakukan dengan mencari sumber yang lebih banyak dan
berbeda dalam informasi yang sama.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Bidang Pemadam Kebakaran
Kabupaten Tanah Datar
1. Topografi Kabupaten Tanah Datar Secara Umum dan Klasifikasi
Intensitas Kebakaran Lahan dan Bangunan
Kabupaten Tanah Datar merupakan salah satu kabupaten yang
berada dalam Provinsi Sumatera Barat, Indonesia, dengan ibukota
Batusangkar. Kabupaten Tanah Datar memiliki luas wilayah 133.600
Ha (1.336 km2). Jumlah penduduk di Kabupaten Tanah Datar tahun
2021 sebanyak 374.431 jiwa, yang mendalami 14 kecamatan, 75 nagari
dan 395 jorong. Secara Geografis wilayah Kabupaten Tanah Datar
berada di sekitar kaki gunung Marapi, gunung Singgalang, gunung
Sago dan diperkaya pula dengan 25 sungai. Mayoritas penduduk di
Kabupaten Tanah Datar bekerja pada sektor Pertanian baik Pertanian
Tanaman Pangan maupun Perkebunan.
Secara umum, wilayah Kabupaten Tanah Datar termasuk kategori
sedang dalam konteks bencana kebakaran, dengan keadaan wilayah
pemukiman penduduk yang tidak terlalu padat seperti di perkotaan. Hal
ini dibuktikan dengan tingkat bencana kebakaran yang tergolong rendah
untuk jenis kebakaran rumah / bangunan. Akan tetapi pada waktu
tertentu, intensitas kebakaran semak belukar/ lahan, yang ada di
Kabupaten Tanah Datar tergolong cukup tinggi terutama pada saat
musim Kemarau.
2. Sejarah Umum Pemadam Kebakaran Kabupaten Tanah Datar
Pemadam kebakaran atau disingkat DAMKAR merupakan ujung
tombak dari Pemerintah yang memiliki tanggung jawab membantu
masyarakat dalam penanganan operasional kebakaran. Selain
melakukan pelaksanaan operasional kebakaran, petugas Damkar juga
dilatih untuk melakukan evakuasi penyelamatan seperti penyelamatan
korban kecelakaan, bencana alam, dan evakuasi darurat lainnya.

38
39

Jika dilihat dari sejarah, sejak Zaman Hindia Belanda, Damkar


sudah banyak berperan membantu masyarakat dalam hal
penaggulangan operasional bahaya kebakaran. Pemerintah Hindia
Belanda membentuk Organisasi penanganan kebakaran, saat itu
bernama Brandweer. Organisasi ini dijalankan di setiap kota yang
berada di hilir sungai maupun pesisir seperti Jakarta, Semarang dan
Surabaya. Berdirinya Brandweer di setiap kota memiliki rentang waktu
yang berbeda-beda.
Akan tetapi, awal mula sejarah Damkar yang dulu dikenal
Brandweer bermula pada tahun 1873, dimana terjadi kebakaran besar di
Kramat Kwitang, dan Residen (sekarang Gubernur DKI Jakarta)
mengeluarkan peraturan (Reglement) pada tahun 1915 dengan nama
Reglement op de Brandweer in the Afdeling Stand Vorsteden van
Batavia, yang membahas pembentukan satuan pemadam kebakaran
khusus di Batavia, yang kini menjadi Dinas Pemadam Kebakaran
Provinsi DKI Jakarta.
Pemadam Kebakaran Kabupaten Tanah Datar ialah suatu Bidang
yang dibentuk oleh pemerintah Kabupaten Tanah Datar dalam upaya
untuk penanggulangan bencana dan penanggulangan kebakaran seperti
yang diatur dalam UU.No 23 2014 tentang pemerintah daerah dan UU
No 24 2007 tentang penanggulangan bencana. Kedua undang-undang
tersebut menyatakan bahwa pemerintah pusat dan pemerintah daerah
menjadi penanggung jawab dalam penyelenggaraan penanggulangan
bencana dan kebakaran.
3. Alamat Kantor Pemadam Kebakaran Kabupaten Tanah Datar
Pemadam Kebakaran Kabupaten Tanah Datar saat ini memiliki 1
posko utama dan 3 posko pembantu. Keempat posko tersebut tersebar
di berbagai titik pada kawasan Tanah Datar. Berikut diantaranya
terdapat di:
40

a) Kecamatan Lima Kaum


Posko Damkar di Kecamatan Lima Kaum atau posko
Batusangkar terletak di pusat kota Batusangkar lebih tepatnya di
Jln.Seoprato No 03 Kampung Teleng. Posko ini merupakan posko
induk dari keseluruhan posko-posko yang ada di Kabupaten Tanah
Datar. Dimana seluruh kegiatan administrasi atau kantor ada disini.
b) Kecamatan Salimpaung
Kedua adalah posko Damkar Kecamatan Salimpaung. Terletak
di jorong Tabek Patah, Nagari Tabek Patah Kecamatan Salimpaung,
atau lebih tepatnya di lingkungan Kantor Camat Salimpaung.
c) Kecamatan Batipuh
Selanjutnya posko Damkar Kecamatan Batipuh terletak di
jorong Balai Mato Aia, Nagari Batipuh, Kecamatan Batipuh. Atau
lebih tepatnya di lingkungan kantor Camat Batipuh.
d) Kecamatan Lintau Buo
Terakhir adalah posko Damkar Kecamatan Lintau Buo.
Terletak di jorong Pangian, Nagari Pangian, Kecamatan Lintau Buo
atau lebih tepatnya di lingkungan Kantor Camat Kecamatan Lintau
Buo.
Keempat posko tersebut berpusat di posko (MAKO) Batusangkar
yang terletak di Jln.Soeprapto No.3 Kampung Teleng. Pemadam
Kebakaran Kabupaten Tanah Datar yang memiliki 81 orang personil
yang terbagi atas: 15 orang personil ditempatkan di Kecamatan Batipuh.
15 orang personil di Kecamatan Salimpaung, 15 orang personil di
Kecamatan Lintau Buo. Serta 36 orang personil di posko Batusangkar.
Diantara 81 personil tersebut, Petugas Pemadam Kebakaran Kabupaten
Tanah Datar terdapat 17 orang yang sudah berstatus ASN (Aparatur
Sipil Negara) beserta 5 orang unsur pimpinan yang terdapat pada tabel
di bawah ini:
41

4. STRUKTUR ORGANISASI PEMADAM KEBAKARAN KABUPATEN TANAH DATAR


Tabel 4.1
HARFIAN FIKRI, S.Sos
NIP. 19680525 198809 1 001

KABID PEMADAM KEBAKARAN


Drs.MUKHLIS
NIP. 19690819 198902 1 001

KASI KESELAMATAN KEBAKARAN KASI PENCEGAHAN & PENENDALIAN KASI SARANA & PRASARANA
FAUZI, SE YAN IRFAN, S.Sos ZUL DONI PUTRA, S.Pd.I
NIP. 19840404 200801 1 003 NIP. 19770911 200604 1 013 NIP. 19830715 200901 1 002

Mako Batusangkar Posko Batipuh Posko Lintau Buo Posko Salimpaung


Regu I Regu II Regu III Regu I Regu II Regu III Regu I Regu II Regu III Regu I Regu II Regu III
Miko S Iskandar Muslim Indra G Aufal A Ilham S Doni K Nasrul Ardito C Adityawarman Heru S Abdul A
Benitho A.H Zarkislan Afrizal J Alet S Veri Z Edi W Adlil W Beni P Yogi Bima T.W.P Rahmat F M Hidayatulla
Afrizon Irwansyah Doni S Dino J M. Arif Fauzan D Darma P Fahrur R Trio.A.j Angga K Aulia R Ari Furqon M
Dendi R Afrizal Delviono Veri Indra Iwan S Riski W Besri Andra.Y.D Rifki H Riski Ananda Akbar K Fakhri
Yusman Muslim S Gusdinal A Febrianto Gusti W Ifanto Ozzy R Rahma D Dimas A.D.P Syaiful R Roni C Febrian Wiardi
Yusrianto Alhamdi N Nofiardi Yogi w
Fadil M Eka Saputra Ramadhani
Agung P Ego Siswari Beni B
Dicky F Dolly Fonda Roni A
Mega S Elsha A.P.O Rahmat A
42

Sistem piket pada Bidang Pemadam Kebakaran Kabupaten Tanah


Datar terbagi atas 3 regu, Khususnya di posko Batusangkar setiap regu
terdiri dari 8 orang personil yang bertugas selama 24 jam. Terdiri dari
supir, nozzle man, helper dan dikomandoi oleh seorang komandan regu
(Dandru). Sementara untuk di posko cabang setiap regu hannya terdiri
dari 5 orang personil dengan satu unit kendaraan pemadam kebakaran.
5. Visi dan Misi Bidang Pemadam Kebakaran Kabupaten Tanah
Datar
a. Visi
“Terciptanya rasa aman masyarakat dari bahaya kebakaran dan
bencana lainnya”.
b. Misi
1) Memberikan pelayanan Prima dalam pencegahan Pemadaman
dan Keselamatan.
2) Meningkatakan Sumber Daya Aparatur/ Personil Pemadam
Kebakaran serta Sarana dan Prasarana dalam penanggulangan
bencana kebakaran.
3) Meningkatatkan ketahanan lingkungan bersamamasyarakat.
4) Mendorong Partisipasi masyarakat dalampencegahan bahaya
kebakaran.
5) Meningkatkan kerjasama dengan Instansi/ OPD lain dalam
pencegahan, Pemadaman dan penyelamatan.
B. Temuan Penelitian
1. Kondisi Perlengkapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
Bidang Pemadam Kebakaran Kabupaten Tanah Datar
Tabel 4.2
Data Kondisi Perlengkapan
Pemadam Kebakaran Kabupaten Tanah Datar
No Keterangan Jumlah Kondisi
1 Baju operasional (Fire Suit) 12 Unit 4 tidak layak pakai
2 Sepatu boot 11 Pasang 3 Pasang Bocor
43

3 Selang 20 Unit 7 Unit Bocor


4 Nozzle 3 Unit Baik
5 Y connector 3 Unit Baik
6 Mesin Portable 2 Unit 1 Rusak
7 Sarung tangan 5 Unit 3 Rusak
8 HT 2 Unit Baik
9 Kunci saluran penghisap 2 Unit 1 Rusak
10 Masker 2 Unit Rusak
11 Tabung SCBA 2 Unit 1 Rusak
12 Kait kait 2 Unit Baik
13 Kampak 1 Unit Baik
14 Linggis 1 Unit Baik
15 Kunci hydrant 2 Unit 1 Rusak
17 Jenjang 2 Unit Baik
18 Senter/headlamp 8 Unit 2 Rusak
19 Pistol Grip 4 Unit Baik
20 Helm pemadam kebakaran 10 unit 3 Tidak Layak Pakai
Sumber: data perlengkapan Kantor Damkar Kabupaten Tanah Datar
Berdasarkan data diatas yang penulis peroleh dari Kasi Sarana
dan Prasarana Bapak Zuldoni Putra S,Pd,I yang menerangkan bahwa,
kondisi alat yang tersedia dalam keadaan kurang baik, hal ini
dibuktikan dengan data yang ada diantaranya beberapa alat yang rusak,
maka dari itu untuk memaksimalkan pekerjaan, petugas harus
senantiasa merawat dan memaksimalkan alat-alat yang ada, hal ini
bertujuan agar alat-alat tersebut bisa digunakan dalam jangka waktu
yang lebih lama, karena untuk memperoleh perlengkapan baru, Bidang
Damkar harus menunggu untuk dianggaran pada tahun yang akan
datang. Akan tetapi seiring berjalannya waktu dan sering terjadinya
kebakaran serta lokasi kejadian yang sulit ditempuh, hal ini
mempengaruhi terhadap ketahanan alat-alat yang ada. Misalnya saat
44

terjadi kebakaran lahan di daerah Simawang Kecamatan Rambatan,


disana sangat banyak semak-semak tajam dan pohon berduri. Hal ini
dapat mengakibatkan kebocoran pada selang pemadam kebakaran.
Namun demikian, Petugas pemadam kebakaran Kabupaten Tanah
Datar tetap harus melaksanakan tugas dengan maksimal. Maka dari itu
agar risiko pekerjaan dapat diminimalisir, petugas harus senantiasa
berhati-hati dalam bekerja. Dan jika ada salah seorang petugas
kekurangan APD (alat pelindung diri), petugas tersebut dialikan ke
bagian lain. Misalnya mencari sumber air, sebagai Helper atau bahkan
bagian dokumentasi.
Kewaspadaan dalam bertugas tetap menjadi hal terpenting dalam
peoses pemadaman kebakaran, karena risiko bisa terjadi kapan saja,
oleh sebab itu penekanan keselamatan sangat di instruksikan kepada
petugas baik bagi mereka yang memakai APD (alat pelindung diri)
lengkap maupun petugas yang tidak memakai APD.
45

2. SOP Kerja Petugas Pemadam Kebakaran Kabupaten Tanah Datar


MUTU BAKU
NO KEGIATAN OPERATOR DANRU PETUGAS KASI KEPALA KASAT POL PP
PIKET POSKO PIKET KESELAMATAN BIDANG DAN DAMKAR KELENGKAP WAKTU OUT PUT
DAMKAR KEBAKARAN DAMKA AN
R
1. Menerima laporan berita kebakaran, Nota Telepon 1 menit Adanya berita
memastikan dan mencatat objek yang masuk kejadian
terbakar. kebakaran

2. Melaporkan adanya kejadian Nota 1 menit Memerintahkan


kebakaran kepada pimpinan dan Telepon/lisan keberangkatan
meminta persetujuan untuk menuju ke
lokasi
3. Persiapan personil, peralatan dan Personil, 15 menit Kendaraan
pemberangkatan Kendaraan Damkar peralatan dan menuju lokasi
ke lokasi kebakaran kendaraan kebakaran
pemadam
kebakaran
4. Operasional penyelamatan dan Peralatan 1 jam Operasional
pemadaman api dilokasi kejadian pemadam dan pemadaman
kebakaran personil kebakaran

5. Menverifikasi sebab kebakaran dan Buku dan 5 menit Tercatatnya data


mengambil data korban dan jumlah pena kebakaran
kerugian.

6. Setelah selesai pendinginan, Peralatan 10 menit Terdatanya


mengecek seluruh peralatan untuk Pemadam peralatan
dinaikan keatas kendaraan, damkar dan kebakaran dan
mengadakan apel dan do’a bersama peralatan peralatan
untuk mengakhiri tugas telah keselamatan keselamatan
dilaksanakan. petugas petugas

7. Melakukan pengisian air tanki, Peralatan 30 menit Siapnya air dala


pembersihan peralatan dan kendaraan pemadam tangki dan
pemadam kebakaran dan kembali kebakaran dan terpeliharanya
46

stanby di Posko kendaraan peralatan damka


pemadam
kebakaran
47

Dalam melakukan pekerjaannya, ada sejumlah tahapan yang


dilalui petugas. Mulai dari saat menerima adanya informasi kebakaran
hingga pengarahan anggota yang akan turun mengatasi permasalahan
tersebut. Secara umum yang bertanggung jawab penuh adalah petugas
yang memiliki jadwal piket, sesuai dengan shift kerja yang ada (Rusadi,
2017).
Akan tetapi petugas pemadam kebakaran juga mengalami
berbagai kendala saat memulai pemadaman. Contohnya saja sikap
masyarakat yang tidak kooperatif terhadap petugas, masyarakat yang
berada di lokasi bisa saja menyulitkan petugas yang sedang bekerja.
Mereka juga ikut campur terhadap pekerjaan petugas, misalnya mereka
ikut mengambil selang, menarik selang, dah bahkan menggeser mobil
pemadam kebakaran. Hal ini tentu saja sangat mempengaruhi kinerja
petugas karna mereka tidak memiliki pemahaman dasar bagaimana cara
kerja alat-alat pemadam kebakaran (Said, 2020).
3. Pengaruh Penggunaan Perlengkapan Kesehatan dan Keselamatan
Kerja (K3) Bagi Petugas Pemadam Kebakaran Kabupaten Tanah
Datar dalam pelaksanaan operasional kebakaran
Pengaruh Penggunaan Perlengkapan Kesehatan dan Keselamatan
Kerja (K3) bagi petugas pemadam kebakaran Kabupaten Tanah Datar
sudah cukup baik. Hal ini dapat dibuktikan pada beberapa item yang
digunakan oleh petugas pemadam kebakaran Kabupaten Tanah Datar.
Diantaranya, baju anti panas (fire suit ) yang digunakan oleh petugas
pemadam kebakaran Kabupaten Tanah Datar sudah berbahan nomex,
bahan nomex ini sudah berstandar internasional, juga terdapat sepatu
fire boot, helm, tabung SCBA, yang juga sudah berstandar
internasional.
Hanya saja terdapat beberapa perlengkapan yang sudah berusia
cukup lama dan belum di perbaharui berupa selang yang sudah bocor,
jika kebocorannya cukup besar maka selang tersebut tidak digunakan
lagi. Hal ini dapat mengurangi intensitas kinerja petugas karena
48

kurangnya kebutuhan di lapangan. Sebagai contoh, misalnya terjadi


kebakaran di area perbukitan yang berlokasi cukup jauh dari mobil.
Maka dari itu petugas harus memaksiimalkan jumlah selang yang ada di
mobil, jika jumlah selang tidak mencukupi ke titik api, petugas harus
mengusahakan pemadaman menggunakan cara manual. Hal ini tentu
saja berpengaruh terhadap kecepatan dalam penanganan kebakaran
tersebut. Dikarenakan pemadaman dilakungan dengan menggunakan
tenaga terbatas, maka wajar bila pemadaman tidak dapat dimaksimalkan
secara efektif. Sebagaimana dijelaskan dalam berbagai penelitian jika
hal ini terus dibiarkan tentu akan sangat berbahaya bagi seorang petugas
Damkar (Jayati, 2020)
4. Sub Fokus Yang Berhubungan Dengan Penerapan Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3) Pada Bidang Pemadam Kebakaran
Kabupaten Tanah Datar.
Poin ini membahas terkait dengan bahasan umum penerapan
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) dalam pelaksanaan tugas
pemadam kebakaran. Dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana
tingkat pengaplikasian Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) oleh
Instansi terkait. Berikut sejumlah sub fokusnya.
1) Bagaimana penerapaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di
Pemadam kebakaran kabupaten Tanah Datar?
Penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di
pemadam kebakaran Kabupaten Tanah Datar sudah dilaksanakan
sesuai dengan Standar Operasional Prosedur yang ada, dimana
setiap petugas diharuskan memakai perlengkapan safety pada saat
melakukan proses penanggulangan kebakaran. Hal ini dapat
dibuktikan dengan ketersediaan perlengkapan Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3) yang dimiliki oleh Bidang Pemadam
Kebakaran Kabupaten Tanah Datar.
Wawancara dengan Kasi Sarana dan Prasarana, Bapak Zul Doni
Putra S.P.d.I.
49

2) Bagaimana kondisi perlengkapan Kesehatan dan Keselamatan


Kerja (K3) di Bidang Pemadam Kebakaran Kabupaten Tanah
Datar?
Kondisi perlengkapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja
(K3) di Bidang Pemadam Kebakaran Kabupaten Tanah Datar
sudah tergolong cukup baik, hannya saja terdapat beberapa
peralatan yang sudah cukup lama dan belum diperbaharui atau
diganti, misalnya terdapat beberapa selang yang sudah tidak layak
pakai, sepatu Fire boot yang telah bocor dan alat bantu pernafasan
yang tidak terisi oksigen.
Wawancara dengan Kasi Sarana dan Prasarana, Bapak Zul Doni
Putra S.P.d.I.
3) Apakah penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di
Bidang Pemadam Kebakaran Kabupaten Tanah Datar berpengaruh
terhadap kinerja petugas pemadam kebakaran?
Tentunya sangat berpengaruh sekali, di pemadam
kebakaran Kabupaten Tanah sangat diwajibkan menerapkan
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) dengan baik, karena pada
beberapa waktu yang lalu pemadam kebakaran Kabupaten Tanah
Datar pernah mengalami musibah kehilangan nyawa salah seorang
petugas , itu terjadi karena tidak menerapkan Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3) dengan baik. Belajar dari pengalaman
tersebut, penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) sangat
di tekankan kepada petugas dalam melakukan operasional
pemadaman kebakaran.
Wawancara dengan Kasi Operasional Kebakaran, Bapak Fauzi SE
4) Apakah penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) yang
baik dapat menjamin keselamatan petugas dalam bekerja?
Penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) yang
baik tentu saja dapat menjamin keselamatan petugas , misalnya
ketika petugas memakai pakaian anti panas, helm, dan sepatu fire
50

bot, petugas tidak akan merasa kepanasan atau bahkan tidak


terbakar saat berhadapan dengan api, hannya saja jaminan
keselamatan kembali kepada Allah SWT, soalnya risiko pekerjaan
pemadam kebakaran tidak hannya menyangkut api, bisa saja
dinding yang tiba-tiba roboh, atau ledakan yang tiba-tiba.
Wawancara dengan salah seorang petugas piket Regu II bapak
Dendi Rendoni S.Ap sebagai seorang Nozzle Man.
5) Apakah kesehatan petugas pemadam kebakaran Kabupaten Tanah
Datar diperhatikan dengan baik?
Tentusaja, kesehatan seorang petugas sangat diprioritaskan
terlebih dahulu sebelum mereka melakukan operasional kebakaran.
Petugas yang dalam kondisi tidak sehat, tidak dibenarkan
melakukan operasional kebakaran, ia akan diberi keringanan
berupa tidak masuk piket atau dirawat di rumah sakit sampai
kondisinya sehat kembali. Disisi lain, untuk menunjang kesehatan
dan keselamatan kerja, seluruh petugas pemadam kebakaran
Kabupaten Tanah Datar telah memiliki Asuransi keselamatan
berupa BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan.
Wawancara dengan Kasi Keselamatan Kebakaran, Bapak Yan Irfan
SE.
6) Apa saja bentuk risiko yang dapat terjadi jika Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3) tidak diterapkan?
Sangat banyak sekali risiko yang dapat terjadi, sebagai
contoh, apabila salah seorang petugas pemadam kebakaran tidak
memakai fire suit atau baju tahan panas, saja menjamin ia tidak
akan mampu terlalu dekat dengan sumber api, ini dikarenakan
hawa yang di timbulkan sumber api tersebut sangatlah panas sekali,
selanjutnya apabila ia tidak menggunakan sepatu Fire Boot, ketika
ia menginjak paku kemungkinan paku tersebut akan menusuk
kakinya, dan lagi apabila ia tidak menggunakan helm, kemungkina
51

kepala akan pecah bila reruntuhan bangunan yang tidak terduga


mengenai kepala petugas tersebut.
Wawancara dengan salah seorang petugas piket Regu II Eka
Saputra.
7) Apakah petugas Pemadam Kebakaran Kabupaten Tanah Datar
pernah mengalami kecelakaan kerja yang mengakibatkan
kehilangan nyawa?
Jawabannya pernah. Bahkan tidak sekali, pada tahun 2012
terjadi kebakaran Pom Bensin mini di Jorong Ludai, Nagari
Pagaruyung, Kecamatan Tanjung Emas, ketika itu Petugas
Pemadam kebakaran kehilangan 1 orang nyawa. Dan juga pada
tahun 2017 Pemadam Kebakaran Kabupaten Tanah Datar kembali
kehilangan 1 orang petugas yang bernama Muhammad Fikhi akibat
Mobil pemadam kebakaran terjatuh ke dalam jurang yang
dalamnya lebih kurang 25 meter yang terdapat di Jorong Sikaladi,
Nagari Sikaladi, Kecamatan Pariangan.
Wawancara dengan Petugas Pemadam Kebakaran Kabupaten
Tanah Datar yang menjadi korban kecelakaan kerja pada saat itu
diantaranya bapak Afrizon, bapak Dendi Rendoni, Bapak
Nusyirwan SE, bapak Iskandar , bapak Suradi S.sos selaku
Komandan Regu pada saat itu.
C. Pembahasan
1. Tahapan Penerapan Kesehatan dan keselamatan Kerja (K3) Bagi
Petugas Pemadam Kebakaran Kabupaten Tanah Datar Sewaktu
Operasional Kebakaran
Penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di Pemadam
Kebakaran Kabupaten Tanah Datar terbagi menjadi tiga tahapan
diantaranya :
a. Tahap Persiapan Sebelum Terjadinya Kebakaran
Setiap pergantian regu piket, petugas piket selanjutnya akan
memeriksa seluruh kelengkapan peralatan yang ada baik di dalam
52

mobil maupun di dalam posko, perlengkapan yang ada di mobil


diantaranya memeriksa keadaan mobil, mengecek oli, air radiator,
keadaan ban, keadaan air, jumlah selang yang tersedia, pistol grip, y
connector, kampak , lampu rotari dan sirine. Untuk perlengkapan
yang ada di posko diantaranya sepatu fire boot, helm safety, baju fire
suit, senter, tabung SCBA, masker dan sarung tangan. Hal ini
bertujuan agar ketika ada informasi kebakaran, petugas tidak perlu
lagi mengecek kelengkapan alat yang ada di dalam mobil.
Pada saat petugas piket menerima informasi kebakaran, mereka
terlebih terlebih dahulu memastikan lokasi dan objek kebakarannya.
Setelah itu petugas piket melapor kepada komandan regu (Dandru).
Hal pertama yang dilakukan dandru ialah melaporkan kepada
pimpinan dalam hal ini Kasi Operasional bapak Fauzi SE untuk
meminta persetujuan berangkat menuju lokasi kebakaran. Sementara
itu petugas piket lansung memakai atribut kesehatan dan
keselamatan kerja yang telah dipersiapkan. Setelah proses pelaporan
selesai, Dandru akan memerintahkan petugas piket untuk berangkat
menuju lokasi kebakaran dengan menggunakan 1 unit mobil dengan
5 orang personil dan menyiagakan 3 orang personil agar tetap stanby
di posko. Hal ini bertujuan untuk mengantisipasi jika ada kebakaran
kedua .
Disini penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) pada
saat persiapan menuju lokasi kebakaran sudah cukup baik, misalnya
pemakaian baju anti panas yang sudah berstandar internasional,
hannya saja ada beberapa perlengkapan yang tidak mencukupi untuk
keseluruhan petugas misalnya sarung tangan, masker dan tabung
SCBA.. Terhadap petugas yang tidak memakai sarung tangan dan
masker akan sangat berisiko terhadap petugas itu sendiri, misalnya
sesak nafas ketika masuk kedalam ruangan yang penuh asap, tangan
melepuh terkena besi atau seng panas. Maka dari itu untuk
mengantisipasi risiko yang dapat terjadi, ada beberapa petugas
53

membeli sendiri sarung tangan dan masker untuk melindungi diri


mereka sendiri.
b. Tahap ketika operasional pemadaman kebakaran sedang
berlansung
Setelah mempersiapkan petugas dan memastikan kelengkapan
APD. Seluruh petugas yang mendapat instruksi beserta dandru akan
menaiki mobil, menyalakan sirine dan lampu rotari, mobil pemadam
kebakaran berangkat menuju lokasi. Di dalam perjalanan, mobil
pemadam kebakaran tidak selalu lancar menuju lokasi, ada beberapa
hal yang dapat memperlambat unit kebakaran tiba di lokasi
diantaranya: lokasi kebakaran di gang sempit, kemacetan, dan sikap
pengendara lain tidak kooperatif ketika mendengar serine darurat.
Saat mobil pemadam kebakaran tiba di lokasi hal pertama yang
dilakukan dandru ialah menganalisa objek kebakaran, memastikan
aliran listrik sudah mati, sementara itu personil akan melakukan
gelar selang, mempersiapkan pistol grip dan y connector untuk
memulai proses pemadaman. Dalam proses pemadaman hal-hal yang
harus di perhatikan oleh petugas ialah , memperhatikan bahan-bahan
yang dapat memicu ledakan, kontur bangunan yang terbakar, arah
angin, tipe kebakaran, kemampuan api menyebar ke bangunan-
bangunan sekitar. Hal ini sangat diperlukan demi kelancara petugas
dalam bekerja.
Dalam hal ini penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
yang dilakuan oleh petugas Pemadam Kebakaran Kabupaten Tanah
Datar sudah cukup baik, hal ini dibuktikan dengan kemampuan
petugas dalam menganalisa objek kebakaran, sampai kepada proses
pemadaman berlansung. Akan tetapi kenyataan di lapangan tidak
selalu sesuai rencana, bangunan yang tidak sesuai dapat
menyebabkan risiko bagi petugas. Contohnya reruntuhan bangunan
yang tiba-tiba dapat melukai petugas bahkan dapat menyebabkan
kematian.
54

Maka dari itu dalam melaksanakan operasional pemadaman


kebakaran, petugas ditekankan untuk selalu berhati-hati dalam
melaksanakan tugas.
c. Tahapan setelah kebakaran
Tahapan setelah kebakaran dimulai pada saat petugas sudah
selesai melakukan pendinginan lokasi objek kebakaran. Setelah
Dandru memastikan tidak ada satupun titik api yang tersisa, Dandru
akan memerintahkan seluruh petugas untuk mengemasi
perlengkapan yang digunakan untuk dimasukkan kembali ke dalam
mobil, diantaranya selang, pistol grip, kampak, linggis, kait-kait dan
y connector, setelah itu petugas akan memeriksa kembali
kelengkapan alat yang ada apakah sudah mencukupi atau belum, hal
ini bertujuan agar tidak ada alat-alat yang tertinggal di lokasi
kebakaran.
Setelah itu komandan regu (Dandru) akan meminta data kepada
korban bencana kebakaran guna pelaporan kepada unsur pimpinan,
setelah semuanya selesai, pimpinan yang datang ke lokasi kebakaran
akan memerintahkan agar menggelar apel bersama pasca kebakaran
dalam hal ini diikuti oleh pejabat daerah diantaranya Wali Nagari,
Camat dan Pejabat daerah yang hadir di lokasi kebakaran pada saat
itu. Disini, pimpinan Damkar akan memastikan keadaan petugas.
Apakah ada yang cidera atau lain sebagainya, setelah itu pimpinan
akan memberikan waktu kepada pejabat daerah setempat untuk
memberi arahan atau ucapan terima kasih kepada petugas yang telah
berjuang memadamkan kebakaran.
Setelah semuanya selesai Dandru akan memerintahkan kepada
petugas untuk mengisi air tangki terlebih dahulu sebelum mobil
kembali ke posko. Hal ini bertujuan agar apabila terjadi laporan
kebakaran berikutnya, petugas pemadam kebakaran bisa langsung
menuju lokasi tanpa harus mengisi ulang air tangki mobil terlebih
55

dahulu. Sehingga pelayanan kepada masyarakat dalam hal


penanganan Operasional Kebakaran menjadi lebih maksimal.
Sungguh pun demikian, Ada kalanya ketika baru selesai
melaksanakan operasional kebakaran atau masih dalam proses
pemadaman kebakaran sedang berlansung, terjadi kebaran di tempat
lain pada waktu yang bersamaan. Maka dari itu Danru akan
memerintahkan petugas yang masih berada di posko akan berangkat
terlebih dahulu. Walaupun dengan perlengkapan seadanya petugas
tetap harus berangkat menuju lokasi. Dalam hal ini ada petugas yang
tidak memakai baju anti panas, sepatu bot, bahkan masker. Hal ini
tentu saja sangat berisiko terhadap petugas itu sendiri. Misalnya bagi
petugas yang tidak memakai baju anti panas, risiko yang dapat
terjadi diantaranya : dapat mengalami luka bakar, menghirup gas
beracun, tertusuk paku, sesak nafas dan risiko lainnya.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan penulis, jika
terjadi kebakaran dalam rentang waktu yang berdekatan, Pemadam
Kebakaran Kabupaten Tanah Datar tidak dapat menerapkan
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) dengan baik, hal ini
dikarenakan ketersediaan alat yang tidak mencukupi dan keadaan
alat yang tidak dapat digunakan dengan maksimal.
Berdasarkan keadaan alat yang tersedia, petugas Pemadam
Kebakaran Kabupaten Tanah Datar masih dapat bekerja dengan
menggunakan alternatif lain, misalnya sepatu fire boot, diganti denga
sepatu PDL (Pakaian Dinas Lapangan), jika baju anti panas sudah
tidak ada maka petugas hanya memakai baju dinas harian, maka,
dalam proses pemadaman kebakaran harus dilakukan dengan sangat
hati-hati dan selalu mengutamakan keselamatan.
2. Risiko Tidak menerapkan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
bagi petugas Pemadam Kebarakan Kabupaten Tanah Datar
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) sudah diterapkan
penggunannya bagi petugas pemadam kebakaran di Kabupaten Tanah
56

Datar. Apabila hal tersebut tidak dijalankan dengan baik pasti akan ada
berbagai risiko dan dampak yang diderita oleh petugas serta
masyarakat. Maka dari itu, petugas pemadam kebakaran juga
dituntut untuk selalu tanggap dalam merespons laporan kebakaran
maupun laporan penyelamatan yang datang sewaktu-waktu. Semua
petugas pemadam kebakaran juga dituntut untuk mampu mengenali
risiko yang akan dihadapi. Serta juga mampu mengambil keputusan
dalam melakukan evakuasi maupun penyelamatan secara cepat dan
tepat serta tindakan untuk menghindari risiko tersebut. (Wawancara
dengan bapak Fauzi, 2 Juni 2022).
Pada saat menjalankan tugasnya petugas juga harus
mengenakan perlengkapan secara lengkap dan dalam kondisi
tubuh yang sehat agar proses evakuasi dapat berjalan lancar. Beberapa
risiko yang dihadapi oleh karyawan pemadam kebakaran dapat berupa
ancaman luka fisik, seperti tergores barang-barang sampai tertimpa
reruntuhan dari bangunan yang juga bisa menyebabkan patah tulang
hingga kehilangan nyawa. Petugas juga terancam dengan sedikitnya
oksigen disekitar bangunan yang terbakar, sehingga dapat menyebabkan
gangguan pernafasan.
Selain ancaman fisik, petugas juga mendapatkan ancaman secara
mental. Seperti saat evakuasi, jika terdapat korban yang mengalami
luka parah atau bahkan meninggal dunia, hal tersebut dapat
menyebabkan mental petugas ikut terganggu, karena turut merasakan
kesedihan akibat adanya kebakaran ataupun musibah lainnya yang
diatasi oleh Damkar. Risiko dan bahaya kerja yang dihadapi petugas
saat menjalankan tugasnya adalah sebagai berikut :
1) Sengatan listrik
Arus listrik yang masih menyala selalu menjadi momok
yang sangat menakutkan bagi petugas Pemadam Kebakaran. Air
sebagai media penghantar arus listrik yang sangat baik dapat
menyebabkan sengatan bila terjadi kontak dan dapat menyebabkan
57

kematian terhadap petugas itu sendiri. Maka dari itu sebelum aliran
listrik mati petuga tidak dibenarkan memadamkan kebakaran.
Kecuali dalam kondisi tertentu.
2) Bahaya Kimia
Berdasarkan keterangan yang penulis dapatkan dari salah
seorang petugas piket Regu II bapak Dendi Rendoni S.Ap, risiko
yang sering dihadapi petugas adalah paparan asap hasil
pembakaran bahan kimia berbahaya yang dapat mengakibatkan
gangguan pernapasan, iritasi pada hidung dan tenggorokan, flu,
batuk, radang saluran pernapasan, dada terasa nyeri sementara,
pendarahan pada saluran pernapasan, infeksi dan peradangan pada
paru-paru, sakit kepala, gangguan konsentrasi dan lain lain.
3) Bahaya jatuh dari ketingian
Risiko yang dipaparkan oleh petugas piket Regu III bapak
Ramadhani menerangkan mengenai risiko jatuh dari ketinggian
karena faktor runtuhnya bangunan diantaranya dapat mengalami
keseleo, patah tulang, luka-luka, cidera kepala, cidera punggung,
cacat permanen bahkan kehilangan nyawa.
4) Bahaya ledakan
Dari beberapa keterangan yang dipaparkan oleh petugas
baik Regu I, Regu II dan Regu III bahaya ledakan biasanya terjadi
jika di lokasi kebakaran terdapat ruangan kedap udara dan
didalamnya terdapat barang-barang yang dapat memicu ledakan.
Misalnya Gas LPG, bahan bakar minyak seperti bensin, solar dan
lain-lain. Risiko yang dapat terjadi diantara cacat fisik , benturan
terhadap benda keras bahkan kematian. Lebih jauh bapak Fauzi SE
selaku Kasi Operasional Kebakaran Kabupaten Tanah Datar
menerangkan bahwa ledakan yang terjadi pada saat operasional
kebakaran akan berakibat fatal bagi petugas pemadam kebakaran.
Ledakan yang tiba-tiba dapat menghancurkan bangunan bahkan
merenggut nyawa petugas. Maka dari itu petugas pemadam
58

kebakaran diwajibkan menganalisa objek kebakaran terlebih dahulu


apakah objek kebakaran tersebut dapat memicu ledakan atau tidak.
Hal ini bertujuan agar risiko ledakan dapat di antisipasi dan
diminimalisir dengan sabaik mungkin.
5) Bahaya gigitan binatang berbisa
Petugas pemadam kebakaran saat ini tidak hanya bertugas
melakukan operasional pemadaman kebakaran, tetapi mereka juga
diwajibkan melakukan penyelamatan atau evakuasi binatang
berbisa yang mengganggu masyarakat diantaranya evakuasi ular,
biawak, tawon, musang yang mamasuki pemukiman atau rumah
penduduk. Berdasarkan wawancara dengan petugas khusus
penyelamatan, risiko yang dapat terjadi diantaranya : disengat
tawon, luka digigit ular , dililit ular phyton, bahkan kehilangan
nyawa apabila terkana gigitan ular berbisa, misalka Ular King
Kobra.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang penulis lakukan tentang “Analisis
Penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) Pada Bidang Pemadam
Kebakaran Kabupaten Tanah Datar Sebagai Upaya Meminimalisir Risiko
Kecelakaan Kerja Petugas Pemadam Kebakaran.” Maka dapat
disimpulkan bahwa :
1. Penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) bagi petugas
pemadam kebakaran di Kabupaten Tanah Datar sudah cukup baik. Hal
ini dapat dibuktikan dengan perlengkapan- perlengkapan yang telah
disediakan oleh Instansi Terkait, perlengkapan yang telah sesuai
standar yang telah ditetapkan, contohnya tersedia baju anti panas, (fire
suit) sepatu safety (fire boot), helm safety, head lamp, selang yang
telah berstandar internasional dan perlengkapan penunjang lainnya.
Akan tetapi ada beberapa alat yang masih kurang dari segi jumlah dan
kelayakan guna memaksimalkan kegiatan operasional pemadaman
kebakaran ataupun kegiatan evakuasi. Maka dari itu perlengkapan-
perlengkapan yang rusak perlu di perbaiki, perlengkapan yang kurang
dapat dipenuhi, agar kinerja petugas lebih maksimal dan risiko
kecelakaan kerja dapat diminimalisir dengan baik.
2. Risiko yang dihadapi petugas Pemadam Kebakaran Kabupaten Tanah
Datar dalam melakukan Operasional Pemadaman Kebakaran baik
secara fisik maupun psikis sagat berdampak terhadap keselamatan
petugas itu sendiri, seperti luka bakar, tersengat arus listrik, tertimpa
bangunan roboh, menghirup asap beracun bahkan kematian. Maka
dari itu penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) dalam
upaya Meminimalisir risiko kecelakaan kerja bagi petugas Pemadam
Kebakaran Kabupaten Tanah Datar harus dilakukan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku agar keselamatan petugas dapat terjamin saat
melakukan operasional Pemadaman kebakaran.

59
60

B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian diatas. Adapun saran yang peneliti
berikan kepada petugas Pemadam Kebakaran Kabupaten Tanah Datar dan
Instansi terkait dalam upaya meminimalisir risiko pekerjaan dan penerapan
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah sebagai berikut:
1. Selalu menggunakan peralatan lengkap pada saat terjun ke lapangan
berupa memakai baju anti panas (fire suit), helm pemadam dan sepatu
safety (fire Boot) sarung tangan dan masker.
2. Diharapkan kepada pemerintah setempat untuk dapat melengkapi dan
memperbaiki sejumlah perlengkapan yang mulai rusak, seperti selang
bocor, kekurangan baju tahan panas, sepatu fire boot yang sudah
bocor yang dikeluhkan petugas.
3. Agar selalu memastikan kendaraan siap untuk melakukan operasional,
dengan mengecek secara rutin kapasitas air di tangki mobil dan
bagian-bagian yang dapat membahayakan keselamatan nyawa petugas
seperti keadaan rem, keadaan ban, oli dan keseimbangan mobil.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Andy. (n.d.). 2021 . Tugas dan fungsi dinas pemadam kebakaran Kabupaten
Karangasem. Retrieved 10 21, from Dinas pemadam kebakaran
Kabupaten Karangasem.
Anisa, Windi Gessy. 2012. Analisis Faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan
Manajemen Risiko. Skripsi. Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomika dan
Bisnis Universitas Diponegoro. Semarang
Anindita, K,W. Dampak yang Terjadi pada Perusahaan Apabila Tidak Memiliki
Strategi Manajemen Risiko. http://.dictio.co.id.
Aris,T dan Reni,M. 2019. Manajemen Risiko. Jakarta: Budi Utama

Asnawi, N. 2011. Metodologi Riset Manajemen Pemasaran . Malang: UIN Maliki


Press
Banten, Disnakertrans. (2020, 4 1). PENGERTIAN DAN PENTINGNYA
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA. Retrieved 12 24, 2021, from
Disnakertrans Bantenprov:
https://disnakertrans.bantenprov.go.id/Berita/topic/288
Effendi, Usman. 2014. Asas Manajemen. Jakarta: Rajawali Pers.

Herman, Darmawi. 2016. Manajemen Risiko Edisi 2. Jakarta: PT. Bumi Aksara

Hermansyah. (2020, 2 1). Prinsip-Prinsip Mendasar dalam Pelaksanaan K3.


Retrieved 12 26, 2021, from spsibekasi.org:
https://spsibekasi.org/2020/02/01/prinsip-prinsip-mendasar-dalam-
pelaksanaan-k3/
Idtesis.com. (2014, Juni 24). Pengertian dan Tujuan Penyelenggaraan
Penanggulangan Bencana. Retrieved from idtesis.com:
https://idtesis.com/pengertian-dan-tujuan-penyelenggaraan-
penanggulangan-bencana/
Irham,F. 2011. Manajemen Risiko. Bandung: Alfabeta

Ismail,S. 2009. Pengantar Manajemen. Jakarta: Erlangga

Mahmud,H,M. 2016. Manajemen Risiko. Yogyakarta: UPP STIM YKPN

Mahendra, R. (2020, 1 1). 11 Prinsip K3 dalam OHSAS 18001. Retrieved 12 26,


2021, from Isocenter Indonesia: https://isoindonesiacenter.com/11-prinsip-
k3-dalam-ohsas-18001/
Mamduh, 2004. Risiko, Proses Manajemen Risiko dan Enterprise Risk
Managemen. Jurnal Manajemen Risiko
Manullang, M. 2012. Dasar-dasar Manajemen. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press.
Mettew B Milles and Michael Huberman, Analisis Data Kualitatif (Jakarta: UI
Press, 1992), hal. 16
Mutuinstitute. (2021, 5 24). Kepanjangan K3, Pengertian, Tujuan serta
Manfaatnya. Retrieved 12 26, 2021, from mutuinstitute.com:
https://mutuinstitute.com/post/kepanjangan-k3-pengertian-tujuan-serta-
manfaat/
Noor,J. 2011. Metodologi Penelitian Skripsi, Tesis, Disertai Karya Ilmiah. Jakarta
: Kencana Prenada Media Group.
Pandji,A. 2004. Manajemen Bisnis. Jakarta: Rineka Cipta

Pasrizal, Himyar. 2015. Pengantar Manajemen. Yogyakarta: Lingkar Media

Prabowo, A. (2011, 10 02). Keselamatan Kerja. Retrieved 12 20, 2021, from


Agung Prabowo: www.agungprabowo.blogspot.com/
Putra, Michael. Pengertian Manajemen, Tujuan, Fungsi dan Jenis.
http://www.sayanda.com. 02 Maret 2020
Rohim, I. (2018, Juni 8). Beda Perlengkapan dan Peralatan. Retrieved from
https://dconsultingbusinessconsultant.com/:
https://dconsultingbusinessconsultant.com/beda-perlengkapan-dan-
peralatan/
Satori,D. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Alfabeta.
Shafwani, R. (2010). Gambaran Risiko Pekerjaan Petugas Pemadam Kebakaran
Soehatman, Ramli. 2010. Manajemen Risiko Dalam Perspektif K3 OHS Risk
Management. Jakarta: Dian Rakyat.
Supriyono, R.A. 2006. Manajemen Risiko. Yogyakarta: Gajah Mada University
Preea Anggota IKAPI.
Suma’mur. (1996). Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan. Jakarta: PT.
Toko Gunung Agung.
Vikaliana,R. 2017. Faktor-Faktor Risiko Dalam Perusahaan Jasa Pengiriman
Volume 01, Nomor 01
Yayat,H. 2001. Dasar-dasar Manajemen Risiko. Jakarta: Grasindo
Yusuf, M. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, kualilatif dan Penelitia
Gabungan. Jakarta: Kencana
Robert, Mathis & Jhon Jacson.2002. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta:
Salemba Empat.

Anda mungkin juga menyukai