3372
id
o.
.g
ps
.b
ta
ko
ta
ar
ak
ur
//s
s:
tp
ht
PRODUK DOMESTIK
REGIONAL BRUTO
KOTA SURAKARTA
MENURUT PENGELUARAN
2018-2022
BADAN PUSAT STATISTIK
KOTA SURAKARTA
id
.
go
s.
bp.
ta
ko
ta
ar
ak
ur
//s
s:
tp
ht
PRODUK DOMESTIK
REGIONAL BRUTO
KOTA SURAKARTA
MENURUT PENGELUARAN
2018-2022
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO
KOTA SURAKARTA MENURUT PENGELUARAN
2018 - 2022
ISSN : 2776-690X
Nomor Publikasi : 33720.2317
Katalog : 9302020.3372
id.
go
Naskah: s.
bp
Badan Pusat Statistik Kota Surakarta
a.t
ko
Penyunting:
ta
ar
Penyusun:
//s
s:
Gambar Kulit:
Badan Pusat Statistik Kota Surakarta
Diterbitkan Oleh:
© Badan Pusat Statistik Kota Surakarta
Dicetak Oleh:
© Badan Pusat Statistik Kota Surakarta
Pengarah :
Totok Tavirijanto, S.Si
Penanggung Jawab :
Dra. M. A. B, Herminawati, MM
. id
go
s.
bp
Penyunting :
a.
Dra. M. A. B, Herminawati, MM
t
ko
ta
ar
Penulis :
ak
Pengolah Data :
ht
Retabulasi :
Wahyu Pamungkasjati Handayaningrum, S.ST
Penyusun :
Wahyu Pamungkasjati Handayaningrum, S.ST
Infografis :
Wahyu Pamungkasjati Handayaningrum, S.ST
Gambar Kulit :
Rumpaka Sari Rahmani, S.ST
ht
tp
s:
//s
ur
ak
ar
ta
ko
ta.
bp
s.
go
.id
KATA PENGANTAR
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu perangkat data
ekonomi yang dapat digunakan untuk mengevaluasi kinerja pembangunan ekonomi suatu
wilayah. PDRB dapat juga dimanfaatkan sebagai dasar pengembangan model-model
ekonomi dalam rangka menyusun formulasi kebijakan, tingkat percepatan uang yang
beredar (velocity of money), pendalaman sektor keuangan (financial deepening), penetapan
pajak, kajian ekspor serta impor, dan sebagainya.
Dalam publikasi ini ditampilkan PDRB Pengeluaran yang dihitung dengan pendekatan
pengeluaran (expenditure approach). Melalui pendekatan ini, PDRB dirinci menurut
komponen pengeluaran yaitu Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga, Pengeluaran Konsumsi
Lembaga Non Profit yang Melayani Rumah Tangga (LNPRT), Pengeluaran Konsumsi
Pemerintah, Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB), Perubahan Inventori serta Net
id
Ekspor.
o.
g
s.
Kami berharap publikasi ini bermanfaat bagi semua pihak untuk kepentingan
bp
pengembangan ekonomi Kota Surakarta khususnya, baik yang dikembangkan oleh
a.
ot
Kota Surakarta,
ht
id
E. PERUBAHAN INVENTORI ………………..…………………………………………..…………………. 16
o.
F. EKSPOR IMPOR BARANG DAN JASA …………..…………………………………..…………………. 19
g
s.
bp
BAB III TINJAUAN PEREKONOMIAN KOTA SURAKARTA BERDASARKAN PDRB PENGELUARAN
a.
Tabel 1 PDRB Menurut Pengeluaran ADHB Kota Surakarta Tahun 2018 – 2022 (Juta Rupiah) …………...… 24
Tabel 2 PDRB Menurut Pengeluaran ADHK 2010 Kota Surakarta Tahun 2018 - 2022 (Juta Rupiah) ……...… 25
Tabel 3 Distribusi PDRB Menurut Pengeluaran ADHB Kota Surakarta Tahun 2018 – 2022 (Persen) ……..… 26
Tabel 4 Pertumbuhan PDRB Menurut Pengeluaran ADHK 2010 Kota Surakarta Tahun 2018 – 2022
(Persen) ……………….……………………………………………………………………………………..... 28
Tabel 5 Indeks Implisit PDRB Menurut Pengeluaran Kota Surakarta Tahun 2018 - 2022 (Persen) ………..… 29
Tabel 6 Perkembangan Penggunaan Konsumsi Akhir Rumah Tangga Kota Surakarta Tahun 2018 – 2022 ... 30
Tabel 7 Perkembangan Penggunaan Konsumsi LNPRT Kota Surakarta Tahun 2018 – 2022 ……………….... 32
id
Tabel 8 Perkembangan Pengeluaran Konsumsi Akhir Pemerintah Kota Surakarta Tahun 2018 - 2022 ……... 33
o.
g
Tabel 9 s.
Perkembangan dan Struktur PMTB Kota Surakarta Tahun 2018 - 2022 ……………………………..… 34
bp
a.
Tabel 10 Perkembangan dan Struktur Perubahan Inventori Kota Surakarta Tahun 2018 – 2022 …………….... 35
ot
ak
Tabel 11 Perkembangan Net Ekspor Barang dan Jasa Kota Surakarta Tahun 2018 - 2022 ……………………... 37
t
ar
Tabel 12 Produk Domestik Regional Bruto dan PDRB per kapita Kota Surakarta Tahun 2018 - 2022 ……...… 41
ak
ur
Tabel 13 Perbandingan Konsumsi Akhir Rumah Tangga Kota Surakarta Tahun 2018 - 2022 …….…………… 42
//s
s:
Tabel 14 Perbandingan Konsumsi Rumah Tangga terhadap PMTB Kota Surakarta Tahun 2018 - 2022 …...… 43
tp
ht
Tabel 15 Proporsi Penggunaan Konsumsi Akhir terhadap PDRB Kota Surakarta Tahun 2018 - 2022 ……...… 44
Tabel 16 Rasio Net Ekspor Barang dan Jasa terhadap PMTB Kota Surakarta Tahun 2018 - 2022 ……………... 45
Tabel 17 Rasio PDRB terhadap Net Ekspor Barang dan Jasa Tahun Kota Surakarta Tahun 2018 - 2022 …...… 46
Grafik 1 Perbandingan PDRB Menurut Pengeluaran ADHB dan ADHK 2010 Kota Surakarta
Tahun 2018 - 2022 (Juta Rupiah) …………………………………………………………………………… 26
Grafik 2 Perbandingan Distribusi PDRB Menurut Pengeluaran Kota Surakarta Tahun 2018 dan
Tahun 2022 (Persen) ……………………………………………………………………………………….… 28
Grafik 3 Pertumbuhan beberapa Komponen Pengeluaran ADHB Kota Surakarta Tahun 2018 - 2022
(Persen) ………………………………………………………………………………………………..……… 36
id
o.
g
s.
bp
a.
ot
ak
t
ar
ak
ur
//s
s:
tp
ht
Lampiran 1. PDRB Menurut Pengeluaran ADHB Kota Surakarta Tahun 2018 - 2022 (Juta Rupiah) ……….... 53
Lampiran 2. PDRB Menurut Pengeluaran ADHK 2010 Kota Surakarta Tahun 2018 – 2022
(Juta Rupiah) ……………………………………………………………………………………………. 53
Lampiran 3. Distribusi PDRB Menurut Pengeluaran ADHB Kota Surakarta Tahun 2018 - 2022 (Persen) ….. 54
Lampiran 4. Distribusi PDRB Menurut Pengeluaran ADHK 2010 Kota Surakarta Tahun 2018 – 2022
(Persen) ………………………………………………………………………………………………..… 54
Lampiran 5. Laju Pertumbuhan PDRB Menurut Pengeluaran ADHB Kota Surakarta Tahun 2018 - 2022
(Persen) ………………………………………………………………………………………………..… 55
Lampiran 6. Laju Pertumbuhan PDRB Menurut Pengeluaran ADHK 2010 Kota Surakarta
Tahun 2018 - 2022 (Persen) ………………………………………………………………………….… 55
id
Lampiran 7. Sumber Pertumbuhan PDRB Menurut Pengeluaran Kota Surakarta Tahun 2018 - 2022
o.
(Persen) ………………………………………………………………………………………………..… 56
g
Lampiran 8. s.
Indeks Harga Implisit PDRB Menurut Pengeluaran Kota Surakarta Tahun 2018 - 2022
bp
(2010 = 100) …………………………………………………………………………………………...… 56
a.
ot
Lampiran 9. Laju Implisit PDRB Menurut Pengeluaran Kota Surakarta Tahun 2018 - 2022 (Persen) ……..… 57
ak
t
ar
ak
ur
//s
s:
tp
ht
id
Konsumsi Pemerintah
o.
g
8,66 % s.
bp
a.
ot
t ak
ar
ak
ur
//s
s:
PMTB
tp
ht
65,41 %
Net Ekspor
(25,31) %
BAB I
BAB I
id
o.
g
s.
bp
a.
ot
tak
ar
ak
ur
//s
s:
tp
ht
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu indikator penting
yang dapat digunakan untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu wilayah/regional dalam
suatu periode tertentu, baik ADHB maupun ADHK. PDRB pada dasarnya merupakan
jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu
wilayah/daerah/region tertentu atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang
dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi.
PDRB ADHB menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung
menggunakan harga yang berlaku pada setiap tahun untuk melihat pergeseran struktur
ekonomi. Sedangkan PDRB ADHK menunjukkan nilai tambah barang dan jasa yang
dihitung menggunakan harga pada suatu tahun tertentu sebagai dasar untuk mengetahui
id
pertumbuhan ekonomi dari suatu periode ke periode (tahun ke tahun atau triwulan ke
o.
g
triwulan). Dalam publikasi ini tahun dasar yang digunakan adalah Tahun 2010 yang
s.
diharapkan dapat mencerminkan struktur ekonomi terkini.
bp
a.
ot
PDRB, yaitu :
t
ar
ak
1. Pendekatan Produksi
ur
PDRB menurut pendekatan produksi adalah jumlah nilai tambah atas barang dan
//s
jasa yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi di suatu wilayah/daerah/region dalam
s:
jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun). Unit-unit produksi tersebut dalam
tp
ht
2. Pendekatan Pendapatan
PDRB menurut pendapatan ini merupakan jumlah balas jasa yang diterima oleh
faktor-faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi di suatu
wilayah/daerah/region dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun). Balas jasa
faktor produksi yang dimaksud adalah upah dan gaji, sewa tanah, bunga modal dan
keuntungan, semuanya sebelum dipotong pajak penghasilan dan pajak langsung lainnya.
3. Pendekatan Pengeluaran
PDRB menurut pengeluaran adalah semua komponen permintaan akhir yang
terdiri dari: (1) pengeluaran konsumsi akhir rumah tangga, (2) pengeluaran konsumsi
akhir lembaga non profit yang melayani rumah tangga, (3) pengeluaran konsumsi akhir
pemerintah, (4) pembentukan modal tetap domestik bruto, (5) perubahan inventori, dan
(6) ekspor neto (ekspor dikurangi impor).
Secara konsep ketiga pendekatan tersebut akan menghasilkan angka yang sama. Jadi,
jumlah pengeluaran akan sama dengan jumlah barang dan jasa akhir yang dihasilkan dan
harus sama pula dengan jumlah pendapatan untuk faktor-faktor produksi. PDRB yang
dihasilkan dengan cara ini disebut sebagai PDRB atas dasar harga pasar, karena di dalamnya
sudah dicakup pajak tidak langsung neto.
id
o.
B. KEGUNAAN PDRB
g
s.
bp
Perangkat data pendapatan regional merupakan salah satu indikator makro yang
a.
dapat menunjukkan kondisi perekonomian nasional setiap tahun. Manfaat yang dapat
ot
1. PDRB harga berlaku nominal menunjukkan kemampuan sumber daya ekonomi yang
t
ar
2. PDRB harga konstan dapat digunakan untuk menunjukkan laju pertumbuhan ekonomi
s:
id
o.
g
s.
bp
a.
ot
tak
ar
ak
ur
//s
s:
tp
ht
Sektor rumah tangga mempunyai peran yang cukup besar dalam perekonomian.
Hal ini tercermin dari besarnya sumbangan konsumsi rumah tangga dalam pembentukan
PDRB pengeluaran. Selain berperan sebagai konsumen akhir barang dan jasa, rumah
tangga juga berperan sebagai produsen dan penyedia faktor produksi untuk aktivitas
produksi yang dilakukan oleh institusi lain.
id
tempat tinggal. Mereka mengumpulkan pendapatan dapat memiliki harta dan kewajiban,
o.
serta mengkonsumsi barang dan jasa secara bersama-sama.
g
s.
bp
PKRT mencakup seluruh pengeluaran atas barang dan jasa oleh residen suatu
a.
wilayah, baik yang dilakukan di dalam maupun di luar wilayah domestik suatu region.
ot
Namun karena keterbatasan data, maka dalam penyajian pada publikasi ini, 12
(dua belas) COICOP tersebut dikelompokkan menjadi 7 (tujuh) COICOP, yaitu :
a. Makanan, Minuman, dan Rokok;
b. Pakaian dan Alas Kaki;
c. Perumahan, Perkakas, Perlengkapan dan Penyelenggaraan Rumah Tangga;
d. Kesehatan dan Pendidikan;
e. Transportasi, Komunikasi, Rekreasi dan Budaya;
f. Hotel dan Restoran;
Terdapat beberapa catatan yang perlu diketahui berkaitan dengan PKRT ini, yaitu
:
id
1) Pembelian langsung oleh non-residen, diperlakukan sebagai ekspor dari wilayah
o.
tersebut;
g
s.
2) Pembelian barang yang tidak diproduksi kembali (diduplikasi), seperti barang
bp
antik, lukisan, dan hasil karya seni lainnya diperlakukan sebagai investasi atas
a.
ot
3) Pengeluaran rumah tangga untuk keperluan biaya antara dan pembentukan modal
t
ar
Contoh : pembelian barang dan jasa untuk keperluan usaha, perbaikan besar rumah
//s
4) Pengeluaran untuk keperluan transfer baik dalam bentuk uang atau barang, tidak
ht
2. Metode Penghitungan
id
indikator suplai komoditas untuk jenis pengeluaran tertentu;
o.
c. Data poin “b” dikelompokan menjadi 7 (tujuh) kelompok COICOP;
g
s.
d. Diperoleh nilai PKRT Tahun 2010 yang telah disesuaikan (adjust);
bp
e. Susun Indeks Implisit berdasarkan IHK Kota (Kota/Kota terdekat) dan 7 kelompok
a.
COICOP;
ot
ak
f. PKRT ADHK 2010 diperoleh dengan membagi hasil poin “d” dengan hasil poin “e”.
t
ar
ak
ur
//s
LNPRT merupakan bagian dari lembaga non profit (LNP). Sesuai dengan
fungsinya, LNP dibedakan atas LNP yang melayani rumah tangga dan LNP yang
melayani bukan rumahtangga.
LNPRT merupakan lembaga yang melayani anggotanya atau rumah tangga, serta
tidak dikontrol oleh pemerintah. Anggota dari lembaga yang dimaksud disini adalah
yang bukan berbentuk badan usaha. LNPRT dibedakan atas 6 (enam) jenis lembaga, yaitu
Organisasi kemasyarakatan; Organisasi sosial; Organisasi profesi dan sserikat buruh;
Organisasi kebudayaan, olahraga, dan rekreasi; Partai politik; serta Lembaga keagamaan.
Nilai Pengeluaran Konsumsi LNPRT (PKLNPRT) sama dengan nilai output non-
pasar yang dihasilkan LNPRT. Nilai output non pasar tersebut dihitung berdasarkan nilai
seluruh pengeluaran LNPRT dalam rangka melakukan kegiatan operasionalnya.
id
Pengeluaran yang dimaksud terdiri dari :
o.
a. Konsumsi antara, contoh : pembelian alat tulis, barang cetakan, biaya fotokopi, dan
g
s.
sejenisnya; pembayaran listrik, air, telepon, faksimili, dan internet; biaya rapat,
bp
seminar, perjamuan, dan sejenisnya; jasa bank (biaya administrasi dan transfer melalui
a.
bank); biaya transport dan bahan bakar (termasuk perjalanan dinas); belanja barang
ot
ak
dan jasa lainnya; biaya sewa, perbaikan kecil dan pemeliharaan (gedung,
t
b. Kompensasi pengurus/tenaga kerja, contoh: upah, gaji, lembur, honor, bonus dan
ur
tunjangan lainnya;
//s
c. Biaya penyusutan;
s:
d. Pajak lainnya atas produksi (dikurangi subsidi), contoh: PBB, STNK, BBN dan lain-
tp
ht
lain.
2. Metode Penghitungan
id
o.
7 19
X = xij Ni
g
i =1 j =1 s.
bp
X : PKLNPRT ADHB;
a.
ot
ADHK 2010, diperoleh dengan cara men-deflate PKLNPRT ADHB dengan IHK tahun
ur
dasar 2010.
//s
s:
tp
ht
Unit pemerintah adalah unit institusi yang dibentuk melalui proses politik, serta
mempunyai kekuasaan di bidang lembaga legislatif, yudikatif, maupun eksekutif atas unit
institusi lain yang berada di dalam batas-batas wilayah suatu pemerintahan. Pemerintah
juga mempunyai berbagai peran dan fungsi lainnya, seperti sebagai penyedia barang dan
jasa bagi kelompok atau individu rumah tangga; sebagai pemungut dan pengelola pajak
atau pendapatan lainnya; mendistribusikan pendapatan atau kesejahteraan melalui
aktivitas transfer; serta terlibat di dalam produksi non-pasar.
Aktivitas unit produksi pemerintah yang tidak dapat dipisahkan dari aktivitas
pemerintahan secara umum, mencakup kegiatan sebagai berikut :
a. Memproduksi barang yang sama atau sejenis dengan barang yang diproduksi oleh
perusahaan. Contoh: aktivitas pencetakan publikasi dan kartu pos; reproduksi karya
seni; pembibitan tanaman di kebun percobaan dsb. Aktivitas menjual barang-barang
semacam itu bersifat insidentil dari fungsi pokok unit pemerintah;
b. Memproduksi jasa. Contoh: aktivitas penyelenggaraan rumah sakit, sekolah;
perguruan tinggi; museum; perpustakaan; tempat rekreasi dan penyimpanan hasil
karya seni yang dibiayai oleh pemerintah. Dalam hal ini pemerintah memungut biaya
id
yang umumnya tidak lebih dari seluruh biaya yang dikeluarkan. Pendapatan yang
o.
g
diterima dari aktivitas semacam ini disebut sebagai penerimaan non-komoditi
(pendapatan jasa). s.
bp
a.
Sektor pemerintahan terdiri dari pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Dalam
ot
ak
melakukan aktivitasnya, unit pemerintah pusat akan mengacu pada dokumen Anggaran
t
ar
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), sedangkan unit pemerintah daerah (baik Kota,
ak
PK-Pemerintah Pusat yang merupakan bagian dari pemerintah Kota, dan PK-Pemerintah
Desa/Kelurahan/Nagari yang ada di wilayah Kota bersangkutan.
2. Metode Penghitungan
Data dasar yang digunakan untuk menghitung PK-P Kota Tahunan adalah :
a. Data realisasi APBN Tahunan (Kemenkeu);
b. Data realisasi APBD Tahunan (Kemenkeu);
c. Statistik Keuangan Daerah (BPS);
d. Output Bank Indonesia (BI);
e. Gaji Pegawai Negeri Sipil (PNS) dari Kementrian Keuangan serta Indeks Harga dari
BPS.
id
Pengeluaran konsumsi pemerintah (PK-P) Kota ADHK dihitung dengan
o.
menggunakan metode deflasi (penipisan/penurunan). Deflator (alat/data untuk
g
s.
menipiskan/menurunkan) yang digunakan adalah Indeks Harga Perdagangan
bp
Besar (IHPB) umum tanpa ekspor; Indeks Upah; Indeks Implisit dari Produk
a.
Domestik Bruto komponen Pembentukan Modal Tetap Bruto; dan Indeks Harga
ot
Aktivitas investasi merupakan salah satu faktor utama yang akan mempengaruhi
perkembangan ekonomi suatu wilayah pemerintahan. Investasi disini terdiri dari
investasi fisik dan investasi finansial. Dalam konteks PDB/PDRB, aktivitas investasi fisik
ini tercermin pada komponen Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) dan Perubahan
Inventori.
PMTB erat kaitannya dengan keberadaan aset tetap (fixed asset) yang dilibatkan
dalam proses produksi. Secara garis besar aset tetap dapat diklasifikasi menurut jenis
barang modal seperti : bangunan dan konstruksi lain; mesin dan perlengkapan;
kendaraan; tumbuhan; ternak dan barang modal lainnya.
PMTB didefinisikan sebagai penambahan dan pengurangan aset tetap pada suatu
unit produksi, dalam kurun waktu tertentu. Penambahan barang modal mencakup
pengadaan; pembuatan; pembelian; sewa beli (financial leasing) barang modal baru dari
dalam negeri; serta barang modal baru dan bekas dari luar negeri (termasuk perbaikan
besar, transfer atau barter barang modal); dan pertumbuhan aset sumber daya hayati yang
dibudidayakan. Sedangkan pengurangan barang modal mencakup penjualan; transfer
Barang modal mempunyai usia pakai lebih dari satu tahun, serta akan mengalami
penyusutan sepanjang usia pakainya. Istilah ”bruto” mengindikasikan bahwa di
dalamnya masih mengandung unsur penyusutan. Penyusutan atau konsumsi barang
modal (Consumption of Fixed Capital) menggambarkan penurunan nilai barang modal yang
digunakan dalam proses produksi secara normal selama satu periode.
id
aset yang dipatenkan);
o.
c. Perbaikan besar aset, yang bertujuan meningkatkan kapasitas produksi dan usia
g
s.
pakainya (seperti : pemeriksaan mesin produksi, reklamasi pantai, pembukaan,
bp
pengeringan dan pengairan hutan, serta pencegahan banjir dan erosi).
a.
ot
2. Metode Penghitungan
ak
t
ar
b. Nilai impor 2 digit HS, yang merupakan barang modal impor dari KPPBC (Kantor
s:
tp
c. Indeks Produksi Industri Besar Sedang dari Statistik Industri Kecil dan Rumah tangga
(level Kota);
d. Laporan keuangan perusahaan;
e. Publikasi Statistik Industri Besar dan Sedang level Kota;
f. IHPB dari Statistik Harga Perdagangan Besar;
g. Publikasi Statistik Pertambangan dan Penggalian (migas dan non-migas);
h. Publikasi Statistik Listrik, Gas dan Air Minum;
i. Publikasi Statistik Konstruksi;
j. Data Eksplorasi Mineral dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM);
k. Statistik Peternakan, Ditjen Peternakan.
Pendekatan Langsung
Penghitungan PMTB secara langsung dilakukan dengan cara menjumlahkan
seluruh nilai PMTB yang terjadi di setiap industri (lapangan usaha). Barang modal
tersebut dinilai atas dasar harga pembelian (termasuk biaya-biaya yang dikeluarkan,
seperti : biaya transportasi; biaya instalasi; pajak-pajak; serta biaya lain yang terkait
dengan pengadaan barang modal tersebut). Bagi barang modal yang berasal dari
impor di dalamnya termasuk bea masuk dan pajak-pajak yang terkait dengan
pengadaan atau alih kepemilikan barang modal tersebut.
Pada dasarnya data untuk penghitungan PMTB secara langsung dapat diperoleh
dari laporan keuangan perusahaan. Data yang tersedia meliputi informasi/data
id
tentang perubahan atas aset tetap (PMTB) yang dinilai ADHB atau harga pembelian
o.
(perolehan). Untuk memperoleh nilai PMTB ADHK, maka PMTB ADHB tersebut di
g
s.
“deflate” (dibagi) dengan indeks harga perdagangan besar (IHPB) yang sesuai dengan
bp
kelompok barang modal.
a.
ot
ak
arus komoditas (commodity flow approach). Pendekatan ini dilakukan dengan cara
ur
menghitung nilai penyediaan produk barang yang dihasilkan oleh berbagai industri
//s
s:
tertentu dari nilai output industri konstruksi, baik ADHB maupun ADHK.
Penghitungan PMTB dalam bentuk mesin, alat angkutan dan barang modal
lainnya dibedakan atas barang modal yang berasal dari produksi domestik dan yang
berasal dari impor. Untuk barang modal domestik, dapat diperoleh dengan dua cara.
Pertama, dengan mengalokasi output mesin, alat angkutan dan barang modal lain
yang menjadi pembentukan modal. Nilai tersebut masih harus ditambah dengan biaya
angkut dan margin perdagangan, sehingga diperoleh PMTB ADHB. Untuk
memperoleh nilai ADHK adalah dengan membagi PMTB (ADHB) dengan IHPB yang
sesuai dengan jenis barang modal.
Pendekatan ke dua, yang harus dilakukan bila data output tidak tersedia adalah
dengan cara “ekstrapolasi” atau mengalikan PMTB ADHK dengan indeks produksi
jenis barang modal yang sesuai. Untuk itu penghitungan PMTB diawali dengan
menghitung PMTB ADHK terlebih dahulu. Selanjutnya untuk memperoleh PMTB
ADHB, nilai PMTB ADHK tersebut di “reflate” (dikalikan) dengan indeks harga
masing-masing jenis barang modal yang sesuai (sebagai inflator). Hal ini
menggunakan syarat ketersediaan PMTB ADHK di tahun-tahun sebelumnya secara
lengkap.
id
o.
data laporan keuangan perusahaan terbuka di bidang software. Untuk ADHK
g
diperoleh dengan membagi nilai ADHB dengan indeks implisit industri jasa
s.
bp
perusahaan.
a.
Penghitungan PMTB hasil karya hiburan, sastra, dan seni original (entertainment,
ot
literary, or artistic original products), data yang dikumpulkan antara lain nilai sinetron
ak
dan program acara televisi yang dapat dibuat. Sedangkan data Impor film diperoleh
t
ar
dari nilai impor film. PMTB ADHKnya diperoleh dengan cara membagi nilai ADHB
ak
dengan indeks implisit industri jasa hiburan dan IHPB barang impor.
ur
//s
1) Rasio penggunaan output industri yang menjadi barang modal cenderung statis.
ht
E. PERUBAHAN INVENTORI
Dalam aktivitas ekonomi, inventori berfungsi sebagai salah satu komponen yang
dibutuhkan untuk keberlangsungan proses produksi, disamping tenaga kerja dan barang
modal. Dalam PDB/PDRB, komponen Perubahan Inventori merupakan bagian dari
Pembentukan Modal Tetap Bruto, atau yang lebih dikenal sebagai investasi fisik yang
terjadi pada kurun waktu tertentu di dalam suatu wilayah. Perubahan inventori
menggambarkan bagian dari investasi yang direalisasikan dalam bentuk barang jadi,
16 Produk Domestik Regional Bruto Kota Surakarta
Menurut Pengeluaran 2018 - 2022
barang setengah jadi, serta bahan baku dan bahan penolong pada satu periode tertentu.
Ketersediaan data perubahan inventori menjadi penting untuk memenuhi kebutuhan
analisis tentang aktivitas investasi.
Perubahan inventori adalah selisih antara nilai inventori pada akhir periode
akuntansi dengan nilai inventori pada awal periode akuntansi. Perubahan inventori
menjelaskan tentang perubahan posisi barang inventori, yang dapat bermakna
pertambahan (tanda positif) atau pengurangan (bertanda negatif).
id
o.
penolong. Ketidakpastian yang disebabkan pengaruh eksternal juga menjadi faktor
g
pertimbangan bagi pengusaha untuk melakukan pencadangan (khususnya bahan baku).
s.
bp
Bagi pedagang, pengadaan inventori lebih dipengaruhi oleh unsur spekulatif dengan
a.
harapan untuk memperoleh keuntungan yang lebih besar. Sedangkan bagi pemerintah,
ot
masyarakat luas (publik), maka perlu ada pencadangan untuk beberapa komoditas bahan
ak
pokok seperti beras, terigu, minyak goreng dan gula pasir. Bagi rumah tangga, pengadaan
ur
//s
inventori lebih ditujukan untuk kemudahan dalam mengatur perilaku konsumsinya saja.
s:
tp
2. Metode Penghitungan
Produk Domestik Regional Bruto Kota Surakarta 17
Menurut Pengeluaran 2018 - 2022
Sumber data yang digunakan untuk penghitungan komponen perubahan
inventori adalah :
a. Laporan keuangan perusahaan-perusahaan terkait, dari survei atau dari mengunduh
website Bursa Efek Indonesia (www.idx.co.id);
b. Laporan Keuangan Perusahaan BUMN/BUMD;
c. Data komoditas pertambangan dari publikasi statistik pertambangan dan penggalian;
d. Data Inventori Publikasi Tahunan Industri Besar Sedang;
e. Data komoditas perkebunan;
f. Indeks harga implisit PDRB industri terpilih dan;
g. Indeks harga perdagangan besar (IHPB) terpilih;
h. Data eksternal lain, seperti data persediaan beras dari Bulog, data semen dari Asosiasi
Semen Indonesia (ASI), gula dari Dewan Gula Indonesia (DGI), dan ternak dari Dirjen
Peternakan Kementerian Pertanian.
id
tidak langsung adalah pendekatan dari sisi “komoditas”.
o.
g
s.
Dilihat dari sisi manfaatnya, pendekatan secara langsung menghasilkan data yang
bp
relatif lebih baik dibanding dengan pendekatan tidak langsung. Pendekatan komoditas
a.
hanya dapat dilakukan jika data posisi inventori tersedia secara rinci dan
ot
ak
berkesinambungan.
t
ar
ak
ur
Pendekatan Langsung
//s
di suatu waktu tertentu (umumnya di akhir tahun). Sumber data utama adalah
tp
ht
laporan neraca akhir tahun (balance sheet) perusahaan. Untuk memperoleh nilai
perubahan inventori ADHB, diperlukan data inventori di tahun yang berurutan.
Langkah penghitungan inventori dari laporan keuangan, adalah sebagai berikut :
1) menghitung posisi inventori ADHK, dengan cara membagi stok awal dan akhir
dengan IHPB akhir tahun;
2) menghitung perubahan inventori ADHK dengan mengurangkan posisi di tahun
berjalan dengan di tahun sebelumnya dan;
3) menghitung perubahan inventori ADHB dengan mengalikan perubahan inventori
ADHK dengan IHPB rata-rata tahunan.
id
o.
1. Konsep, Definisi dan Cakupan
g
s.
bp
Aktivitas ekspor-impor dalam suatu wilayah diyakini telah terjadi sejak lama,
a.
bahkan sebelum wilayah itu ditetapkan sebagai wilayah pemerintah. Ragam barang dan
ot
jasa yang diproduksi serta perbedaan harga, menjadi faktor utama munculnya aktivitas
ak
ekspor impor. Daerah yang tidak dapat memenuhi kebutuhannya sendiri berusaha
t
ar
mendatangkan dari daerah atau bahkan negara lain. Di sisi lain, daerah yang
ak
memproduksi barang dan jasa melebihi dari kebutuhan domestik, terdorong untuk
ur
//s
barang dan jasa semakin meningkat dan beragam. Kemajuan di bidang transportasi dan
komunikasi juga turut memperlancar arus distribusi barang dan jasa. Kondisi tersebut
semakin mendorong aktivitas ekspor-impor di suatu wilayah menjadi semakin
berkembang.
Ekspor-Impor barang luar negeri dinilai menurut harga free on board (fob) dalam
US$. Penghitungan ekspor barang luar negeri dilakukan dengan mengalikan nilai barang
(sesuai PEB) dengan kurs transaksi beli rata-rata tertimbang. Sedangkan Impor barang
luar negeri dilakukan dengan mengalikan nilai barang (sesuai PIB) dengan kurs transaksi
jual rata-rata tertimbang. Nilai ekspor-impor jasa berasal dari Neraca Pembayaran
Indonesia (NPI) yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia. Disamping itu, nilai ekspor-impor
id
tersebut masih ditambah/dikurangi dengan nilai pembelian langsung (direct purchase) dan
o.
transaksi yang tidak terdokumentasi (undocumented trasnsaction) baik oleh residen
g
s.
maupun non residen. Sedangkan net ekspor antar wilayah merupakan nilai sisa (residu)
bp
antara PDRB lapangan usaha dengan PDRB pengeluaran.
a.
ot
ak
t
ar
ak
ur
//s
s:
tp
ht
id
o.
g
s.
bp
a.
ot
tak
ar
ak
ur
//s
s:
tp
ht
id
perilaku yang berbeda sesuai dengan tujuannya. Sebagian besar produk atau barang dan jasa
o.
yang tersedia di wilayah domestik Kota Surakarta digunakan untuk memenuhi permintaan
g
s.
konsumsi akhir (Rumah Tangga, LNPRT, dan Pemerintah). Sebagian lagi digunakan untuk
bp
investasi fisik (dalam bentuk PMTB dan Perubahan Inventori). Perilaku dari setiap
a.
sepanjang Tahun 2021 setelah mengalami kontraksi akibat pandemi COVID-19 dan terus
ht
bertumbuh di sepanjang Tahun 2022. Pertumbuhan ekonomi secara positif dan tinggi
tampak pada nilai PDRB ADHB (ADHB) dan ADHK (ADHK), berikut pertumbuhan pada
total PDRB yang nampak dari komponen Konsumsi Rumah Tangga, Konsumsi LNPRT,
Konsumsi Pemerintah, dan PMTB.
Nilai Total PDRB Kota Surakarta ADHB selama periode Tahun 2018 sampai dengan
Tahun 2019 menunjukkan peningkatan dan menurun pada Tahun 2020 yang kemudian
meningkat kembali pada Tahun 2021 dan terus berlanjut sampai pada Tahun 2022.
Peningkatan dan penurunan nilai total PDRB tersebut dipengaruhi oleh adanya perubahan
harga pada tingkat konsumen dan juga perubahan volume konsumsi. Penurunan nilai Total
PDRB Kota Surakarta ADHB Tahun 2020 dipengaruhi oleh terjadinya pandemi COVID-19
dan pemberlakuan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) selama masa pandemi
COVID-19 berlangsung.
Meningkatnya nilai Total PDRB ADHB Kota Surakarta di Tahun 2022 disebabkan
oleh sudah dicabutnya Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) yang
diberlakukan pada Bulan Juli 2021 akibat naik tajamnya jumlah kasus COVID-19 di Kota
Surakarta dan dilonggarkannya ketentuan-ketentuan pemberlakuan pembatasan aktivitas
Produk Domestik Regional Bruto Kota Surakarta 23
Menurut Pengeluaran 2018 - 2022
masyarakat di Kota Surakarta yang diiringi dengan penerapan kebijakan protokol kesehatan
(prokes) yang lebih ketat serta diikuti oleh kesadaran masyarakat untuk dapat terus tertib
dalam penerapannya termasuk juga mengikuti program vaksin maupun menggunakan
aplikasi peduli lindungi untuk dapat beraktivitas di ruang-ruang publik. Selain itu juga
karena adanya renovasi, revitalisasi, serta pembangunan yang bersifat daerah, nasional,
bahkan internasional baik yang selesai dalam hitungan bulan dalam tahun maupun yang
berlangsung selama beberapa tahun (multi years) di sepanjang Tahun 2022.
1. Konsumsi Rumah Tangga 22 587 793,70 24 210 990,22 24 540 847,18 25 422 606,33 27 946 066,70
2. Konsumsi LNPRT 278 345,22 312 574,49 288 158,68 308 215,07 350 155,74
3. Konsumsi Pemerintah 4 873 871,64 5 090 821,49 4 566 198,15 4 749 161,63 4 846 106,13
id
4. PMTB 31 167 732,46 33 871 412,04 30 617 430,67 34 144 309,48 36 608 579,83
g o.
5. Perubahan Inventori 315 136,44 292 012,26 300 062,23 305 119,86 379 819,87
6. Net Ekspor Barang dan Jasa (14 793 062,51) (15 778 096,09)s. (12 690 876,38) (14 557 848,18) (14 165 924,42)
bp
Total PDRB 44 429 816,95 47 999 714,41 47 621 820,53 50 371 564,19 55 964 803,85
a.
Naik dan turunnya nilai komponen Net Ekspor Barang dan Jasa dari Tahun 2018
ar
ak
sampai dengan Tahun 2021 menunjukkan bahwa impor di Kota Surakarta meningkat pada
ur
Tahun 2019 dan Tahun 2021. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pemenuhan kebutuhan di
//s
Kota Surakarta besar ketergantungannya terhadap hasil produksi dari luar Kota Surakarta.
s:
Turunnya nilai komponen Net Ekspor Barang dan Jasa pada Tahun 2020 menunjukkan
tp
Inventorinya meningkat. Penurunan nilai komponen Net Ekspor Barang dan Jasa pada
Tahun 2022 menunjukkan mulai berkurangnya impor karena nilai komponen Perubahan
Inventori justru lebih tinggi dibandingkan nilai pada Tahun 2021.
PDRB menurut pengeluaran ADHK 2010 dinilai atas dasar harga berbagai produk
pada Tahun 2010. Melalui pendekatan penghitungan ADHK, PDRB di masing-masing tahun
dapat memberikan gambaran tentang perubahan PDRB secara volume atau secara kuantitas
saja (tanpa ada pengaruh perubahan harga). PDRB komponen pengeluaran ADHK
menggambarkan perubahan atau pertumbuhan ekonomi secara riil, utamanya yang
berkaitan dengan peningkatan volume konsumsi akhir.
1. Konsumsi Rumah Tangga 16 270 070,21 16 979 006,09 17 003 154,69 17 357 664,34 18 330 244,83
2. Konsumsi LNPRT 182 143,33 200 367,52 181 793,45 188 440,08 199 455,16
3. Konsumsi Pemerintah 3 048 516,76 3 158 638,18 2 854 985,43 2 911 572,37 2 939 640,40
4. PMTB 22 507 256,60 23 634 469,01 21 347 616,35 22 534 261,64 22 790 727,26
5. Perubahan Inventori 122 247,38 123 066,24 230 163,62 172 323,74 208 485,70
6. Net Ekspor Barang dan Jasa (8 624 333,62) (8 654 439,37) (6 801 748,22) (6 953 013,91) (5 992 564,99)
Total PDRB 33 505 900,66 35 441 107,67 34 815 965,32 36 211 248,26 38 475 988,36
*Angka Sementara **Angka Sangat Sementara
id
o.
Peningkatan nilai seluruh komponen pengeluaran pada Tahun 2022 menunjukkan
g
s.
bahwa pesatnya pertumbuhan ekonomi di Kota Surakarta secara umum terjadi di seluruh
bp
lapisan jika dibandingkan dengan nilai pada Tahun 2021. Pesatnya pertumbuhan ekonomi di
a.
yang dikonsumsi oleh seluruh komponen di Kota Surakarta jika dibandingkan dengan nilai
t
Perbandingan nilai PDRB ADHB dan nilai PDRB ADHK Kota Surakarta pada Tahun
ur
//s
2018 dengan Tahun 2022 tampak pada Grafik 1. Perbedaan nilai nilai PDRB ADHB dan nilai
s:
PDRB ADHK Kota Surakarta pada kedua tahun tersebut disebabkan karena ada pengaruh
tp
perubahan harga dalam perhitungan PDRB ADHB. Sementara itu dalam PDRB ADHK
ht
Pertumbuhan nilai PDRB menurut ADHB Kota Surakarta sebesar 11.534.986,90 juta
rupiah dari Tahun 2018 sampai dengan Tahun 2022. Sedangkan pertumbuhan nilai PDRB
menurut ADHK 2010 Kota Surakarta Tahun 2018 sampai dengan Tahun 2022 sebesar
4.969.766,27 juta rupiah. Hal ini menunjukkan adanya inflasi dan perubahan jumlah
konsumsi di Kota Surakarta pada Tahun 2022 untuk barang hasil produksi yang sama
kualitasnya dari nilai dan jumlah yang dikonsumsi pada Tahun 2018.
55,964,803.85
50,371,564.19
47,999,714.41 47,621,820.53
44,429,816.95
38,475,988.36
35,441,107.67 34,815,965.32 36,211,248.26
33,506,222.09
id
2018 2019 2020 2021*) 2022**)
g o.
*Angka Sementara **Angka Sangat Sementara
ADHB s.
ADHK
bp
a.
ot
Terbentuknya keseluruhan PDRB atau total PDRB merupakan kontribusi dari semua
ak
komponen pengeluarannya, yang terdiri dari konsumsi akhir rumah tangga (PKRT),
t
ar
modal tetap bruto (PMTB), perubahan inventori, serta ekspor neto (E) atau ekspor dikurangi
ur
//s
impor. Produk yang dikonsumsi di Kota Surakarta selama periode Tahun 2018 – 2022
s:
Persentase komponen pengeluaran Net Ekspor Barang dan Jasa yang hampir
menyentuh titik (25,00) persen pada Tahun 2022 menunjukkan bahwa semakin
berkurangnya impor di Kota Surakarta yang juga ditunjukkan dengan naiknya persentase
komponen pengeluaran Perubahan Inventori jika dibandingkan dengan persentase pada
tahun-tahun sebelumnya. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa perekonomian Kota
Surakarta yang mayoritas masyarakatnya bermatapencaharian pada kategori perdagangan
maupun penyedia makanan dan minuman telah mampu beroperasi lebih dari kondisi
normal karena mulai bertambahnya nilai inventori barang habis pakai untuk usaha.
id
Pengeluaran untuk kapital (PMTB) pada periode Tahun 2018 - 2022 memberi
o.
kontribusi sebesar 64,29 – 70,57 persen, sedangkan kontribusi konsumsi akhir pemerintah
g
s.
berada pada rentang 9,43 – 10,97 persen. Semakin menurunnya konsumsi akhir pemerintah
bp
hingga Tahun 2022 dalam menyerap produk domestik menunjukkan bahwa semakin
a.
ot
berkurangnya belanja untuk pemerintah dan digunakan untuk support ekspor produk
ak
Tahun 2018 sampai dengan Tahun 2022, dapat dikatakan bahwa perekonomian Kota
//s
Surakarta telah mampu melampaui dari kondisi sebelum pandemi yang ditunjukkan dengan
s:
naiknya nilai persentase komponen pengeluaran Perubahan Inventori serta Net Ekspor
tp
ht
Barang dan Jasa. Lebih tingginya persentase komponen pengeluaran LNPRT di Tahun 2022
dibandingkan dengan Tahun 2021 menunjukkan bahwa kondisi LNPRT di Kota Surakarta
telah mampu menyamai kondisi pada Tahun 2018. Hal ini menggambarkan bahwa
perekonomian masyarakat sudah pulih begitu juga kemampuan untuk dapat peduli
terhadap sesama.
Distribusi PDRB Pengeluaran Tahun 2018 Distribusi PDRB Pengeluaran Tahun 2022**
(Persen) (Persen)
RT 50.84 RT 49.94
id
o.
(40.00) (20.00) - 20.00 40.00 60.00 80.00 (40.00) (20.00) - 20.00 40.00 60.00 80.00
g
s. **Angka Sangat Sementara
bp
a.
ot
Agregat makro lain yang dapat diturunkan dari data PDRB adalah pertumbuhan riil
ak
PDRB atau lebih dikenal dengan pertumbuhan ekonomi (economic growth), yang
t
ar
Surakarta dari Tahun 2018 – 2022 secara rata-rata mencapai 4,01 persen. Pertumbuhan
ur
ekonomi tertinggi terjadi pada Tahun 2022 yakni sebesar 6,25 persen, sementara itu
//s
s:
pertumbuhan ekonomi terendah terjadi pada Tahun 2020 sebesar (1,76) persen.
tp
ht
Berdasarkan indeks implisit PDRB menurut Pengeluaran Kota Surakarta Tahun 2018
– 2022 menunjukkan tingkat perubahan harga yang cenderung terus naik pada sisi
konsumen, baik konsumen akhir (Rumah Tangga, LNPRT, dan Pemerintahan) maupun
konsumen lainnya (perusahaan dan luar negeri). Kecenderungan naiknya indeks implisit
komponen pengeluaran menunjukkan bahwa secara umum inflasi terus terjadi di Kota
Surakarta yang utamanya dikarenakan kurangnya sumber daya alam dan usaha produksi
bahan baku utama yang dimiliki oleh Kota Surakarta.
id
(Persen)
go.
Komponen Pengeluaran 2018 2019 s. 2020 2021* 2022**
bp
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
a.
ot
5. Perubahan Inventori - - - - -
ur
Konsumsi akhir rumah tangga menempati porsi besar dalam PDRB menurut
pengeluaran di Kota Surakarta. Data pada Tabel 6 menunjukkan bahwa sebagian besar nilai
PDRB (terdiri dari produk domestik dan produk impor) menurut pengeluaran digunakan
untuk memenuhi konsumsi akhir rumah tangga. Dalam kurun waktu Tahun 2018 - 2022 total
konsumsi akhir rumah tangga di Kota Surakarta mengalami peningkatan baik dalam
nominal (ADHB) maupun riil (ADHK), sejalan dengan kenaikan jumlah penduduk maupun
jumlah rumah tangga.
Proporsi total pengeluaran konsumsi rumah tangga terhadap PDRB pada periode
Tahun 2018 sampai dengan Tahun 2022 cukup berfluktuatif. Titik tertinggi terjadi pada
Tahun 2020 yaitu 51,53 persen dan titik terendah terjadi pada Tahun 2019 yaitu 50,44 persen.
Pada Tahun 2018 konsumsi rumah tangga per kapita sebesar 43,62 juta rupiah, yang
artinya setiap penduduk Kota Surakarta rata-rata mengeluarkan biaya sebesar 43,62 juta
rupiah selama setahun untuk konsumsi makanan (pangan) maupun non makanan (sandang,
perumahan, pendidikan, kesehatan, dan lain-lain). Pengeluaran tersebut terus meningkat
setiap tahun hingga pada Tahun 2022 rata-rata konsumsi per kapita mencapai 53,43 juta
rupiah.
id
Kota Surakarta
o.
Tahun 2018 - 2022
g
s.
bp
Uraian 2018 2019 2020 2021* 2022**
a.
a. ADHB (Juta Rp) 22 587 793,70 24 210 990,22 24 540 847,18 25 422 606,33 27 946 066,70
t
ar
b. ADHK 2010 (Juta Rp) 16 270 070,21 16 979 006,09 17 003 154,69 17 357 664,34 18 330 244,83
ak
a. ADHB 153 901,32 164 679,33 166 445,20 171 772,89 182 591,97
tp
ht
b. ADHK 2010 110 855,68 115 488,52 115 321,75 117 280,50 119 764,82
Apabila dilihat menurut harga konstan, pertumbuhan konsumsi per kapita Kota
Surakarta selama Tahun 2018 - 2022 berada pada kisaran (0.49) – 5,57 persen. Pertumbuhan
tertinggi terjadi pada Tahun 2018 sebesar 5,57 persen dan terendah sebesar (0,49) persen
pada Tahun 2020. Pertumbuhan konsumsi per kapita sebesar 5,55 persen pada Tahun 2022
Untuk konsumsi rumah tangga di Kota Surakarta secara rata-rata setiap tahunnya
menghabiskan 153,90 juta rupiah sampai dengan 182,59 juta rupiah. Ini berarti bahwa secara
rata-rata setiap rumah tangga di Kota Surakarta harus memiliki pendapatan berkisar pada
14,02 juta rupiah di setiap bulannya untuk dapat memberikan penghidupan yang layak bagi
seluruh anggota rumah tangganya baik dengan single income ataupun join income bersama-
sama dengan Anggota Rumah Tangga (ART) lainnya.
id
ART lainnya di dalam rumah tangga yang sama dan yang bekerja/aktif secara ekonomi.
o.
g
s.
Secara total, pertumbuhan konsumsi rumah tangga berdasarkan ADHK 2010 sebesar
bp
5,94 persen pada Tahun 2018. Kemudian, berfluktuasi pada empat tahun berikutnya yaitu
a.
(makanan, minuman, dan rokok; pakaian dan alas kaki; perumahan, perkakas,
//s
Budaya serta Hotel dan Restoran mengalami kenaikan. Tingginya aktivitas masyarakat
ht
paska pandemi Covid-19 untuk dapat berwisata, staycation, dan kuliner ditangkap oleh
pemerintah Kota Surakarta dengan menyelenggarakan berbagai event serta mempromosikan
beragam kuliner melalui berbagai media sosial. Peningkatan pertumbuhan konsumsi sub
komponen Transportasi, Komunikasi, Rekreasi dan Budaya serta Hotel dan Restoran
menekan bahkan mengurangi pertumbuhan konsumsi sub komponen makanan, minuman,
dan rokok; pakaian dan alas kaki; perumahan, perkakas, perlengkapan, dan
penyelenggaraan rumah tangga; Kesehatan dan Pendidikan; serta lainnya.
Peranan konsumsi akhir LNPRT dalam PDRB menurut pengeluaran masih sangat
kecil dibandingkan dengan komponen pengeluaran lainnya, yaitu masih kurang dari 1 (satu)
persen. Hal ini menunjukkan bahwa peranan LNPRT dalam perekonomian suatu wilayah
masih dapat ditingkatkan lagi. Beberapa lembaga yang memberikan andil cukup besar untuk
Dari Tabel 7 di atas, dapat dilihat bahwa pertumbuhan konsumsi LNPRT dari Tahun
id
o.
2018 - Tahun 2019 meningkat, sedangkan pada Tahun 2020 mengalami konstraksi hingga
g
negatif 9,27 persen. Peningkatan pertumbuhan konsumsi LNPRT telah terjadi pada Tahun
s.
bp
2021 sampai dengan Tahun 2022. Tumbuhnya konsumsi LNPRT menjadi 5,85 persen pada
a.
Tahun 2022 menunjukkan bahwa masyarakat telah dapat berkumpul secara normal tanpa
ot
syarat pembatasan-pembatasan.
t ak
ar
ak
ur
Konsumsi akhir pemerintah merupakan salah satu dari konsumsi akhir selain
tp
ht
konsumsi rumah tangga dan konsumsi LNPRT dalam suatu perekonomian di suatu wilayah.
Secara total, pengeluaran konsumsi akhir pemerintah meningkat pada Tahun 2019
dibandingkan Tahun 2018 dan menurun pada Tahun 2020, baik untuk ADHB maupun
ADHK 2010. Sementara itu pada Tahun 2021 dan Tahun 2022, total pengeluaran konsumsi
akhir pemerintah kembali mengalami peningkatan meskipun belum sebaik kondisi pada
Tahun 2018.
Pada Tahun 2018 total konsumsi akhir pemerintah ADHB sebesar 4,873 triliun
rupiah, kemudian meningkat pada Tahun 2019 dengan nilainya mencapai 5,090 triliun
rupiah. Pada Tahun 2020 total konsumsi akhir pemerintah ADHB mengalami penurunan
menjadi 4,566 triliun rupiah dan meningkat kembali di Tahun 2021 menjadi 4,749 triliun
rupiah hingga menjadi 4,846 triliun pada Tahun 2022.
Demikian halnya dengan konsumsi pemerintah berdasarkan ADHK 2010, yang juga
meningkat pada Tahun 2019, kemudian turun pada Tahun 2020 dan naik kembali pada
Tahun 2021 hingga Tahun 2022. Hal ini mengindikasikan, bahwa secara riil telah terjadi
kenaikan pengeluaran pemerintah dari sisi kuantitas pada Tahun 2019 serta penurunan yang
b. ADHK 2010 (Juta Rp) 3 048 516,76 3 158 638,18 2 854 985,43 2 911 572,37 2 939 640,40
Pertumbuhan1) (% ADHK)
id
o.
a. Total konsumsi pemerintah 1,76 3,61 (9,61) 1,98 0,96
g
b. Konsumsi perkapita 1,41
s. 3,38 (10,18) 1,91 0,91
bp
Jumlah penduduk (jiwa) 517 887 519 045 522 334 522 728 523 008
a.
Jumlah Penduduk : Proyeksi Penduduk SP 2010, SUPAS 2015, & Proyeksi Interim SP 2020
ak
1)Diturunkan dari perhitungan PDRB atas dasar harga konstan (ADHK) 2010
t
ar
ak
Pertumbuhan total konsumsi pemerintah menurut ADHK turun menjadi sebesar 0,96
ur
persen pada Tahun 2022 karena turunnya jumlah konsumsi pemerintah. Sementara itu
//s
pertumbuhan konsumsi pemerintah yang dinikmati oleh setiap individu masyarakat di Kota
s:
Surakarta turun menjadi 0,91 persen pada Tahun 2022 karena sudah mulai dikuranginya
tp
bantuan social baik langsung maupun tak langsung yang diberikan kepada masyarakat Kota
ht
Surakarta.
Komponen Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) pada sajian PDRB menurut
pengeluaran, lebih menjelaskan tentang bagian dari pendapatan (income) yang direalisasikan
menjadi investasi (fisik). Atau pada sisi yang berbeda dapat pula diartikan sebagai gambaran
dari berbagai produk barang dan jasa yang sebagian digunakan sebagai investasi fisik
(kapital). Fungsi kapital berperan sebagai input tidak langsung (indirect-input) di dalam
proses produksi pada berbagai lapangan usaha. Kapital ini dapat berasal dari produksi
domestik maupun dari impor.
Selain peningkatan yang terjadi pada komponen konsumsi akhir (rumah tangga,
LNPRT maupun pemerintah), PMTB juga menunjukkan peningkatan baik secara nominal
maupun riil. Data pada Tabel 9 berikut ini menjelaskan bahwa total PMTB baik ADHB
maupun ADHK mengalami kenaikan pada Tahun 2019 dan mengalami penurunan di Tahun
Produk Domestik Regional Bruto Kota Surakarta 33
Menurut Pengeluaran 2018 - 2022
2020. Total PMTB baik ADHB dan ADHK di Tahun 2021 mengalami kenaikan sampai
dengan akhir Tahun 2022.
id
Proporsi terendah PMTB terhadap PDRB masih berada pada angka 64,29 persen di
o.
Tahun 2020, sedangkan proporsi tertinggi PMTB terhadap PDRB berada pada angka 70,57
g
s.
persen di tahun 2019. Hal ini menunjukkan bahwa pembangunan fisik di Kota Surakarta
bp
selama Tahun 2021 - 2022 telah mengalami finalisasi atau selesai dan sudah berfungsi serta
a.
Sementara itu laju pertumbuhan PMTB dalam kurun waktu Tahun 2018 – 2022
ar
berfluktuasi dari 8,88 persen (2018) sampai dengan menjadi sebesar 5,56 persen pada Tahun
ak
ur
2022 menunjukkan bahwa pembangunan fisik di Kota Surakarta pada Tahun 2021 dan
//s
Tahun 2022 masih terus berlangsung, baik dari proyek daerah, nasional, maupun
s:
Secara konsep, yang dimaksud dengan perubahan inventori adalah perubahan dalam
bentuk “persediaan” berbagai barang yang belum digunakan lebih lanjut dalam proses
produksi, konsumsi ataupun investasi (kapital). Perubahan yang dimaksud di sini bisa
berarti penambahan (bertanda positif) dan atau pengurangan (bertanda negatif).
id
*Angka Sementara **Angka Sangat Sementara
g o.
s.
Dari Tabel 10 di atas tampak bahwa proporsi perubahan inventori terhadap PDRB di
bp
Kota Surakarta mengalami fluktuasi. Pada Tahun 2018 proporsinya sebesar sebesar 0,71
a.
persen sampai dengan menjadi sebesat 0,68 persen pada Tahun 2022. Meskipun proporsi
ot
ak
perubahan inventori pada Tahun 2022 tidak setinggi pada Tahun 2018, namun masih
t
menunjukkan adanya kenaikan dibandingkan proporsi pada Tahun 2021 yang berarti
ar
ak
meskipun ada penumpukan bahan dan barang di gudang, namun masih tampak ada kontrol
ur
Hal lain yang sedikit dapat dijelaskan dari total nilai perubahan inventori baik
tp
berdasarkan ADHB maupun ADHK di Kota Surakarta dari Tahun 2018 sampai dengan
ht
Tahun 2022 adalah para pelaku ekonomi yang mayoritas berada pada skala menengah dan
besar merupakan produsen dan distributor, para pelaku ekonomi tersebut akan selalu
memiliki gudang yang biasanya digunakan sebagai tempat penyimpanan bahan baku, bahan
setengah jadi, maupun produk akhir termasuk display (pajangan) penjualan. Sehingga
mengulas tentang perubahan inventori berarti juga membahas tentang perubahan
persediaan.
15.00
10.00
5.00
-
2018 2019 2020 2021*) 2022*)
(5.00)
(10.00)
(15.00)
PKRT LNPRT PKP PMTB
id
g o.
Pada Tahun 2021 pertumbuhan komponen pengeluaran PKRT, PKLNPRT, PKP, dan
s.
PMTB berdasarkan ADHB ke arah positif. Sedangkan pertumbuhan komponen pengeluaran
bp
PKRT dan PKP mengalami penurunan pada Tahun 2022. Hal ini dapat menunjukkan adanya
a.
ot
Net Ekspor didefinisikan sebagai selisih dari proses penjualan barang dan jasa dari
ht
suatu daerah ke daerah yang lain (Ekspor) dengan pembelian barang dan jasa oleh suatu
daerah dari daerah lain disebut (Impor). Berbeda dengan penghitungan Net Ekspor barang
serta jasa ke dan dari luar negeri, pada penghitungan Net Ekspor antar daerah tidak tersedia
sumber data yang sesuai dengan konsep dan definisi yang ditentukan. Sumber data yang
tersedia selama ini hanya menunjukkan adanya transaksi namun tidak diketahui berapa nilai
uang yang terjadi dalam transaksi tersebut. Keberadaan data dengan kondisi seperti ini
menyebabkan penghitungan komponen Net Ekspor antar Kabupaten/Kota (dalam series
PDRB Tahun Dasar 2010) diperlakukan sebagai item penyeimbang (residual), yakni
perbedaan antara total PDRB menurut pengeluaran dengan total PDRB menurut lapangan
usaha. Ketersediaan data yang ada lebih sesuai untuk dimanfaatkan sebagai informasi
pendukung.
Dari Tabel 11 berikut dapat dilihat gambaran perkembangan nilai Net Ekspor antar
daerah, yaitu Net Ekspor Kota Surakarta ke dan dari Kabupaten/Kota. Terlihat bahwa nilai
Net Ekspor, baik berdasarkan ADHB maupun ADHK, selalu menunjukkan nilai negatif. Hal
ini berarti nilai ekspor selalu lebih kecil dibanding nilai impornya.
Nilai Net Ekspor yang berfluktuaktif dari Tahun 2018 sampai dengan Tahun 2022
menunjukkan bahwa proses distribusi dari para pelaku ekonomi di Kota Surakarta terus
mengalami pasang dan surut. Hal lain juga mengindikasikan bahwa secara umum kegiatan
id
o.
dan aktivitas masyarakat yang bernilai ekspor terus diupayakan oleh pemerintah Kota
g
s.
Surakarta agar dapat terus menningkatkan pertumbuhan ekonomi di Kota Surakarta dan
bp
mengarahkan nilai Net Ekspor Barang dan Jasa kea rah positif.
a.
ot
ak
t
ar
ak
ur
//s
s:
tp
ht
id
o.
g
s.
bp
a.
ot
tak
ar
ak
ur
//s
s:
tp
ht
Berbagai indikator ekonomi makro yang lazim digunakan dalam analisis sosial
ekonomi dapat diturunkan dari seperangkat data PRDB. Berikut ini akan disajikan beberapa
rasio (perbandingan relatif) guna melengkapi analisis di tengah keterbatasan informasi yang
tersedia.
A. PDRB (NOMINAL)
id
o.
Agregat menjelaskan total nilai produk barang dan jasa yang dihasilkan di dalam
g
suatu wilayah ekonomi domestik, dimana di dalamnya masih terkandung nilai penyusutan.
s.
bp
PDRB dapat digunakan sebagai ukuran “produktivitas”, karena menjelaskan kemampuan
a.
wilayah dalam menghasilkan produk domestik, yang dihitung melalui 3 pendekatan, yaitu
ot
Dari series data PDRB pengeluaran dapat diturunkan beberapa ukuran yang
ak
berkaitan dengan PDRB maupun variabel pendukung lain (seperti rumah tangga dan tenaga
ur
kerja). Sebagai contoh, untuk melihat perkembangan tingkat pemerataan, misalnya, maka
//s
s:
Tabel 12. Produk Domestik Regional Bruto dan PDRB per kapita
Kota Surakarta
Tahun 2018 - 2022
Jumlah penduduk (orang) 517 887 519 045 522 334 522 728 523 008
Sementara itu pertumbuhan per kapita secara “riil” Kota Surakarta berkisar sebesar
(2,38) persen hingga 6,20 persen di sepanjang Tahun 2018 sampai dengan Tahun 2022.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pertumbuhan per kapita selain dipengaruhi oleh
pertumbuhan penduduk juga dipengaruhi oleh tingkat pendapatan penduduk.
id
o.
B. PERBANDINGAN KONSUMSI AKHIR RUMAH TANGGA TERHADAP NET
g
EKSPOR BARANG DAN JASA s.
bp
a.
tangga di wilayah domestik dengan produk hasil net ekspor. Selama ini konsumsi rumah
ak
tangga mempunyai kontribusi yang sangat dominan dalam penggunaan PDRB Kota
t
ar
Surakarta (berada di kisaran 50 persen), yang artinya bahwa seluruh produk yang dihasilkan
ak
ur
di wilayah Kota Surakarta sebagian besar digunakan untuk konsumsi akhir rumah tangga.
//s
Namun di dalamnya juga sudah termasuk sebagian produk yang berasal dari impor.
s:
tp
Perbandingan Konsumsi RT
(1,53) (1,53) (1,93) (1,75) (1,97)
terhadap Net Ekspor Barang dan Jasa
Dari data total net ekspor yang bernilai negatif di atas tampak bahwa pada sepanjang
periode Tahun 2018 – 2022 sebagian produk yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan
konsumsi dan menggerakkan perputaran roda perekonomian di Kota Surakarta berasal dari
hasil produksi dari luar Kota Surakarta. Perbandingan konsumsi rumah tangga terhadap net
42 Produk Domestik Regional Bruto Kota Surakarta
Menurut Pengeluaran 2018 - 2022
ekpor yang menghasilkan angka lebih dari (1) menunjukkan bahwa nilai impor yang
dilakukan oleh Surakarta telah melebihi dari kebutuhan konsumsi akhir rumah tangga
sehingga seringkali terjadi penambahan stok atau penambahan nilai pada perubahan
inventori.
Angka perbandingan terendah berada pada Tahun 2022 dimana nilai impor yang
tinggi dan hampir mendekati angka 2 karena tidak mampu diserap oleh rumah tangga meski
nilai konsumsi rumah tangga meningkat. Hal ini menjelaskan bahwa meskipun total nilai
konsumsi rumah tangga meningkat, namun belum tentu dapat menyerap seluruh persediaan
hasil impor, sehingga akan lebih baik jika stok atau persediaan tersebut dijadikan sebagai
barang modal untuk proses produksi lebih lanjut dan atau didistribusikan kembali ke luar
Kota Surakarta selain kepada daerah asal penghasil. Hal lain adalah penyerapan nilai impor
bisa saja dan atau telah dilakukan oleh komponen pengeluaran selain komponen konsumsi
rumah tangga (komponen konsumsi LNPRT dan PMTB).
id
C. PERBANDINGAN KONSUMSI AKHIR RUMAH TANGGA TERHADAP PMTB
o.
g
Rasio dari perbandingan antara produk yang digunakan untuk konsumsi akhir s.
bp
rumah tangga dengan yang digunakan untuk investasi fisik (pembentukan modal tetap)
a.
dapat dilihat sebagai indikasi kesetaraan pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah
ot
baik secara fisik maupun secara sosial. Perbandingan konsumsi akhir rumah tangga dengan
tak
Kota Surakarta
//s
s:
Total Konsumsi RT
22 587 793,70 24 210 990,22 24 540 847,18 25 422 606,33 27 946 066,70
(ADHB) (Juta Rupiah)
Perbandingan Konsumsi
0,72 0,71 0,80 0,74 0,76
RT terhadap PMTB
*Angka Sementara **Angka Sangat Sementara
Dari Tabel 14 di atas dapat dilihat bahwa rata-rata rasio konsumsi rumah tangga
terhadap PMTB selama lima tahun terakhir sebesar 0,75. Hal ini dapat diartikan penggunaan
produk untuk konsumsi rumah tangga 0,75 kali dari PMTB.
Rasio ini terus menurun pada Tahun 2019 dan Tahun 2021, meningkat pada Tahun
2020 dan Tahun 2022. Peningkatan rasio konsumsi rumah tangga terhadap PMTB pada
Tahun 2022 menunjukkan bahwa nilai Total Konsumsi Rumah Tangga mendekati nilai Total
PMTB.
Produk Domestik Regional Bruto Kota Surakarta 43
Menurut Pengeluaran 2018 - 2022
Dari tabel di atas juga dapat dilihat bahwa penggunaan produk yang tersedia di
wilayah domestik Kota Surakarta untuk pemenuhan konsumsi akhir rumah tangga masih
kurang dari 1 (satu) dibandingkan dengan investasi fisik (PMTB). Sehingga dapat dikatakan
bahwa pemerataan pembangunan secara sosial masih kurang dibandingkan dengan
pemerataan pembangunan secara fisik. Namun begitu, dengan adanya pembangunan fisik
untuk kepentingan masyarakat secara jangka Panjang diharapkan dapat menunjang
pembangunan non fisik bagi masyarakat.
Konsumsi akhir adalah penggunaan berbagai produk barang dan jasa akhir (baik
berasal dari produk domestik maupun impor), untuk menunjang aktivitas ekonomi. Pelaku
konsumsi akhir meliputi Rumah Tangga, LNPRT, dan Pemerintah. Walaupun ketiga
komponen tersebut mempunyai fungsi yang berbeda dalam sistem ekonomi, tetapi sama-
sama membelanjakan sebagian pendapatannya untuk tujuan konsumsi akhir.
id
o.
Tabel 15. Proporsi Penggunaan Konsumsi Akhir terhadap PDRB
g
Kota Surakarta s.
bp
Tahun 2018 - 2022
a.
ot
(Juta Rupiah)
ur
a. Rumah tangga 22 587 793,70 24 210 990,22 24 540 847,18 25 422 606,33 27 946 066,70
//s
b. LNPRT 278 345,22 312 574,49 288 158,68 308 215,07 350 155,74
s:
c. Pemerintah 4 873 871,64 5 090 821,49 4 566 198,15 4 749 161,63 4 846 106,13
tp
ht
Jumlah 27 740 010,56 29 614 386,20 29 395 204,01 30 479 983,03 33 142 328,57
PDRB (ADHB) (Juta Rupiah) 44 429 816,95 47 999 714,41 47 621 820,53 50 371 564,19 55 964 803,85
Dari Tabel 15 di atas dapat dijelaskan bahwa pada periode Tahun 2018 - 2022, lebih
dari 60 persen produk barang dan jasa yang berada di wilayah domestik Kota Surakarta
digunakan untuk memenuhi permintaan konsumsi akhir. Proporsi ini mulai menurun pada
Tahun 2019 dan naik kembali pada Tahun 2022. Kenaikan proporsi penggunaan konsumsi
akhir terhadap PDRB di Kota Surakarta pada Tahun 2022 karena ada kenaikan proporsi
LNPRT dan penurunan proporsi PMTB.
Net Ekspor Barang dan Jasa merupakan selisih antara produk yang tidak dikonsumsi
di wilayah domestik (Kota Surakarta) tetapi diperdagangkan ke luar Kota Surakarta dengan
44 Produk Domestik Regional Bruto Kota Surakarta
Menurut Pengeluaran 2018 - 2022
produk yang dikonsumsi di wilayah domestik namun dihasilkan dari luar Kota Surakarta.
Untuk menghasilkan produk yang diekspor dihitung menggunakan kapital (PMTB).
Sementara itu sebagian barang yang diekspor bisa pula berupa barang-barang kapital. Rasio
Net Ekspor terhadap PMTB Kota Surakarta tecantum dalam Tabel 16.
Tabel 16. Rasio Net Ekspor Barang dan Jasa terhadap PMTB
Kota Surakarta
Tahun 2018 - 2022
Uraian 2018 2019 2020 2021* 2022**
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
id
*Angka Sementara **Angka Sangat Sementara
o.
g
s.
bp
Dari Tabel 16 didapatkan rasio dari total nilai Net Ekspor terhadap total nilai PMTB
a.
di Kota Surakarta sepanjang Tahun 2018- 2022 kurang dari 1 dan bernilai negatif. Hal ini
ot
menunjukkan bahwa masih ada sebesar 0,41 sampai dengan 0,47 dari total nilai PMTB yang
ak
dipenuhi dari impor dan sisanya berasal dari hasil produksi domestik Kota Surakarta. Rasio
t
ar
terendah berada pada Tahun 2022 yang menunjukkan bahwa sudah banyak pembangunan
ak
fisik yang telah diselesaikan oleh pemerintah Kota Surakarta sampai dengan akhir Tahun
ur
2022.
//s
s:
tp
ht
Dari Tabel 17 berikut bisa didapatkan rata-rata rasio PDRB terhadap net ekspor
Tahun 2018 sampai dengan Tahun 2022 sebesar (3,44). Rasio yang menghasilkan angka lebih
dari 1 dan bernilai negatif menunjukkan bahwa untuk menggerakkan perputaran roda
perekonomian di Kota Surakarta diperlukan impor. Selain untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat di Kota Surakarta, dapat juga digunakan sebagai modal ekspor yang berarti
bahwa mayoritas perekonomian di Kota Surakarta disokong oleh aktivitas distribusi.
Sehingga dapat dikatakan bahwa berdasarkan rasio rata-rata PDRB terhadap Net Ekspor di
Kota Surakarta sebesar (3,44) di sepanjang Tahun 2018 sampai dengan Tahun 2022, terdapat
Produk Domestik Regional Bruto Kota Surakarta 45
Menurut Pengeluaran 2018 - 2022
rasio pergerakan aktivitas distribusi sebesar (3,00) dari Net Ekspor yang terkandung di
dalam PDRB pengeluaran berdasarkan ADHB.
Tabel 17. Rasio PDRB terhadap Net Eskpor Barang dan Jasa
Kota Surakarta
Tahun 2018 - 2022
Uraian 2018 2019 2020 2021* 2022**
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
PDRB (ADHB) (Juta Rupiah) 44 429 816,95 47 999 714,41 47 621 820,53 50 371 564,19 55 964 803,85
id
g o.
s.
bp
a.
ot
tak
ar
ak
ur
//s
s:
tp
ht
PDRB Kota Surakarta menurut pengeluaran Tahun 2018 - 2022 dibedakan menjadi
dua yaitu PDRB pengeluaran berdasarkan ADHB dan PDRB pengeluaran ADHK. PDRB
menurut pengeluaran Tahun 2018 - 2022 dapat menggambarkan perubahan struktur dan
perkembangan kondisi ekonomi Kota Surakarta pada periode bersangkutan. Analisis PDRB
pengeluaran terfokus pada perilaku penggunaan barang dan jasa akhir, baik untuk tujuan
konsumsi akhir, investasi (fisik), maupun perdagangan antar daerah. Empat kelompok
sektor atau pelaku ekonomi yang menggunakan barang dan jasa akhir dalam suatu
perekonomian adalah Rumah Tangga, Lembaga Non Profit yang melayani Rumah Tangga
(LNPRT), Pemerintah, dan Perusahaan.
id
Nominal PDRB Kota Surakarta Tahun 2022 berdasarkan ADHB mencapai 55,965
o.
triliun rupiah. Dari nilai tersebut sebesar 60,69 persen digunakan untuk konsumsi akhir,
g
s.
yaitu konsumsi rumah tangga yang mencapai 49,94 persen, konsumsi pemerintah sebesar
bp
8,66 persen, dan konsumsi LNPRT sebesar 0,63 persen. Dengan peranan rumah tangga yang
a.
sangat dominan dalam konsumsi akhir, tidak dapat dipungkiri bahwa pertumbuhan pada
ot
ak
komponen ini juga mampu mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di Kota Surakarta. Tahun
t
2022 pertumbuhan ekonomi Kota Surakarta sebesar 6,25 persen dan 2,98 persennya
ar
ak
Peranan investasi yang berbentuk kapital/modal fisik akan digunakan secara terus
s:
menerus dan berulang dalam proses produksi yang keluarannya adalah output. Peranan
tp
investasi dalam PDRB Pengeluaran Kota Surakarta dapat didekati dari proporsi PMTB
ht
dalam PDRB. Proporsi PMTB selama Tahun 2018 sampai dengan Tahun 2022 berada pada
kisaran 64,29 - 70,57 persen. Sehingga dapat dikatakan bahwa peranan investasi dalam
perekonomian Kota Surakarta lebih dari 64 persen di sepanjang Tahun 2018 sampai dengan
Tahun 2022.
Dari seluruh data dan ulasan yang ditampilkan dalam publikasi ini dapat
dimanfaatkan oleh para pengguna data untuk berbagai keperluan, seperti perencanaan,
evaluasi, dan berbagai analis ekonomi lainnya. Data-data yang diturunkan dari sajian data
PDRB menurut pengeluaran, juga dapat dijadikan sebagai acuan bagi pengembangan dan
perluasan indikator ekonomi makro lain seperti pendapatan disposabel, tabungan, serta
model ekonomi sederhana yang saling berkaitan antara seluruh variabel ekonomi dengan
variabel yang tersedia. Bahkan secara langsung maupun tidak langsung dapat dikaitkan
dengan tampilan data ekonomi makro lain seperti PDRB menurut lapangan usaha (industri),
Tabel Input-Output, Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE), dan bahkan Neraca Arus Dana.
id
o.
g
s.
bp
a.
ot
tak
ar
ak
ur
//s
s:
tp
ht
1. Konsumsi Rumah Tangga 22 587 793,70 24 210 990,22 24 540 847,18 25 422 606,33 27 946 066,77
2. Konsumsi LNPRT 278 345,22 312 574,49 288 158,68 308 215,07 350 155,74
3. Konsumsi Pemerintah 4 873 871,64 5 090 821,49 4 566 198,15 4 749 161,63 4 846 106,13
4. PMTB 31 167 732,46 33 871 412,04 30 617 430,67 34 144 309,48 36 608 579,83
5. Perubahan Inventori 315 136,44 292 012,26 300 062,23 305 119,86 379 819,87
6. Net Ekspor Barang dan Jasa (14 793 062,51) (15 778 096,09) (12 690 876,38) (14 557 848,18) (14 165 924,42)
Total PDRB 44 429 816,95 47 999 714,41 47 621 820,53 50 371 564,19 55 964 803,85
id
*Angka Sementara **Angka Sangat Sementara
o.
g
s.
bp
a.
ot
ak
t
ar
Kota Surakarta
ur
(Juta Rupiah)
s:
tp
ht
1. Konsumsi Rumah Tangga 16 270 070,21 16 979 006,09 17 003 154,69 17 357 664,34 18 330 244,83
2. Konsumsi LNPRT 182 143,33 200 367,52 181 793,45 188 440,08 199 455,16
3. Konsumsi Pemerintah 3 048 516,76 3 158 638,18 2 854 985,43 2 911 572,37 2 939 640,40
4. PMTB 22 507 256,60 23 634 469,01 21 347 616,35 22 534 261,64 22 790 727,26
5. Perubahan Inventori 122 247,38 123 066,24 230 163,62 172 323,74 208 485,70
6. Net Ekspor Barang dan Jasa (8 624 333,62) (8 654 439,37) (6 801 748,22) (6 953 013, 91) (5 992 564,99)
Total PDRB 33 505 900,66 35 441 107,67 34 815 965,32 36 211 248,26 38 475 988,36
*Angka Sementara **Angka Sangat Sementara
id
*Angka Sementara **Angka Sangat Sementara
go.
s.
bp
a.
ot
t ak
ar
Kota Surakarta
ur
//s
(Persen)
tp
ht
id
o.
*Angka Sementara **Angka Sangat Sementara
g
s.
bp
a.
ot
t ak
ar
ak
Kota Surakarta
//s
(Persen)
tp
ht
id
Total PDRB 5,75 5,78 (1,76) 4,01 6,25
o.
*Angka Sementara **Angka Sangat Sementara
g
s.
bp
a.
ot
t ak
ar
ak
Kota Surakarta
s:
(2010 = 100)
ht
id
o.
*Angka Sementara **Angka Sangat Sementara
g
s.
bp
a.
ot
t ak
ar
ak
ur
//s
s:
tp
ht
id
o.
g
s.
bp
a.
ot
tak
ar
ak
ur
//s
s:
tp
ht
BPS Provinsi Jawa Tengah, Beberapa Indikator Makro Sosial Ekonomi Jawa Tengah, berbagai seri,
Semarang.
id
o.
___________________________, Jawa Tengah dalam Angka, berbagai seri, Semarang.
g
s.
bp
___________________________, Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Jawa Tengah Menurut
a.
ot