Anda di halaman 1dari 7

LPA/AK

LEMBARAN
ANALISIS KONSEPSI RANCANGAN PERATURAN BUPATI GOWA TENTANG PEDOMAN
PEMBERIAN TAMBAHAN PENGHASILAN BAGI PEGAWAI APARATUR SIPIL NEGARA DI
LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH

PEMERIKSAAN ADMINISTRASI
Tanggal Permohonan Harmonisasi Judul Rancangan Peraturan

....................................................... Rancangan Peraturan Bupati Gowa


tentang
Nomor Surat Permohonan Pedoman Pemberian Tambahan Penghasilan Bagi Pegawai
Harmonisasi Aparatur Sipil Negara di Lingkungan Pemerintah Daerah

.......................................................

ANALISIS KONSEPSI
Tujuan Penyusunan Alasan dilakukan penyusunan adalah untuk menyesuaikan dengan
Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 900-4700 Tahun 2020 tanggal
21 Desember 2020 tentang Tata Cara Persetujuan Menteri Dalam Negeri
terhadap Tambahan Penghasilan Pegawai Aparatur Sipil Negara di
Lingkungan Pemerintah Daerah.
Dasar Penyusunan (Dasar 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Hukum dalam Rancangan) Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang Pembentukan
Daerah Tingkat II di Sulawesi (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1959 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 1822);
3. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5234), sebagaimana telah diubah
beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 13 Tahun
2022 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 12
Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2022 Nomor 143,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6801);
4. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494);
5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor
244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587),
sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2022 tentang
Cipta Kerja (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2022
Nomor 238, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
6841);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2019 tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2019 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 6322).
Isu Krusial yg perlu dibahas Kebijakan TPP untuk TA 2023 berdasarkan Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 84 Tahun 2022 tentang Pedoman Penyusunan Anggaran
Pendapatan Belanja Daerah Tahun 2023, yaitu:
a. sama dengan nominal alokasi TPP TA sebelumnya;
b. dapat melebihi nominal alokasi TA sebelumnya sepanjang:
1. merupakan hasil realokasi anggaran belanja pegawai dalam
APBD, antara lain uang lembur dan/atau kompensasi lain yang
diatur dalam peraturan perundang-undangan yang diterima
pegawai ASN pada TA sebelumnya;
2. merupakan pemberian TPP berdasarkan kriteria kondisi kerja
kepada perangkat daerah yang terkait langsung dalam upaya
pencegahan dan penanganan Corona Virus Disease 19 yang
diatur lebih lanjut oleh kepala daerah; dan
3. merupakan pemberian TPP berdasarkan kriteria prestasi kerja
kepada individu dan/atau perangkat daerah yang menerapkan
sistem pemerintahan berbasis elektronik antara lain Elektronifikasi
Transaksi Pemerintah Daerah (ETPD), Kartu Kredit Pemerintah
Daerah pada belanja pengadaan barang dan jasa, dan SIPD
secara terintregrasi dalam pengelolaan keuangan daerah.
c. Alokasi anggaran TPP bagi inspektur lebih kecil dari sekretaris daerah
dan lebih besar dari kepala perangkat daerah lainnya.

MENIMBANG a. bahwa Peraturan Bupati Nomor 9 Tahun 2022 tentang Pedoman Pem-
berian Tambahan Penghasilan kepada Pegawai Aparatur Sipil Ne-
gara, belum diatur mengenai penilaian berdasarkan produktivitas
kerja, disiplin kerja dan kriteria prestasi kerja termasuk inovasi, serta
pemberian TPP kepada Dokter Umum, Dokter Gigi dan Dokter Spe-
sialis sehingga perlu diubah;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam hu-
ruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Bupati tentang Peruba-
han Atas Peraturan Bupati Nomor 9 Tahun 2022 tentang Pedoman
Pemberian Tambahan Penghasilan Kepada Pegawai Aparatur Sipil
Negara.

MENGINGAT 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia


Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang Pembentukan
Daerah Tingkat II di Sulawesi (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1959 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 1822);
3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor
244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5587), sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2023 tentang Penetapan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2022
tentang Cipta Kerja menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2023 Nomor 41, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 6856);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2019 tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2019 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 6322);

Dasar hukum peraturan perundang-undangan memperhatikan butir 28


lampiran II UU Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-Undangan sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir
dengan UU Nomor 13 Tahun 2022 tentang Perubahan Kedua atas UU
Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
Undangan, bahwa dasar hukum memuat:
Dasar kewenangan pembentukan peraturan perundang-undangan dan
peraturan perundang-undangan yang memerintahkan pembentukan
peraturan perundang-undangan.
Diktum Menetapkan Diktum menetapkan memperhatikan butir 59 Lampiran II bahwa Jenis
dan nama yang tercantum dalam judul Peraturan Daerah dicantumkan
lagi setelah kata Menetapkan tanpa frasa nama kabupaten serta ditulis
seluruhnya dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda baca titik.
PERATURAN BUPATI TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN
BUPATI NOMOR 9 TAHUN 2022 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN
TAMBAHAN PENGHASILAN KEPADA PEGAWAI APARATUR SIPIL
NEGARA.
Pasal 5 ayat (2) Harus memperhatikan rekomendasi KPK dalam rangka mendukung
program koordinasi dan supervisi KPK sebagaimana diamanatkan dalam
Pasal 6 huruf a, huruf b dan huruf c Undang-Undang Nomor 19 Tahun
2019 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun
2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, Pemerintah
Daerah dalam menganggarkan TPP ASN agar memedomani salah
satunya mengintegrasikan pembayaran insentif dan honorarium ke dalam
formulasi penganggaran TPP ASN.
Sehingga seharusnya tidak ada lagi pendapatan lain dalam bentuk
honorarium bagi ASN yang telah mendapatkan TPP.
Pasal 7 ayat (2) dan ayat (3) Ayat (2) kata “hadir” diganti dengan frasa “masuk kerja”
Rumusan ayat (2) menjadi:
Rekam kehadiran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
sebanyak 2 (dua) kali, yaitu pada saat masuk kerja dan pulang kerja.

Ayat (3)
Rumusan menjadi:
Seluruh Perangkat Daerah wajib menyerahkan/mengunggah rekam
kehadiran kepada BKPSDM, paling lambat tanggal 22 bulan berkenaan
Pasal 8 Ayat (1)
Kata “hadir” diganti “masuk kerja”
Sehingga rumusan menjadi:
(1) Pegawai ASN dinyatakan melanggar waktu kerja apabila:
a. tidak masuk kerja;
b. terlambat masuk kerja;
c. pulang sebelum waktunya; dan
d. tidak melakukan rekam kehadiran.

Ayat (2)
Rumusan menjadi:
Pelanggaran waktu kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dikecualikan bagi Pegawai ASN yang:
a. Sakit;
b. mendapat tugas di luar kantor;
c. menjaga orang tua, suami/istri, atau anak yang sedang sakit;
d. mendapatkan tugas di luar jam kerja.
Pasal 9 Ayat (1)
Rumusan menjadi:
Pegawai ASN yang tidak masuk kerja karena sakit lebih dari 3 (tiga) hari
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (2) wajib memberitahukan
atasan langsung dan mengunggah surat keterangan sakit dari dokter
atau surat keterangan rawat inap pada Sistem Informasi e-Kinerja.

Ayat (2)
Rumusan menjadi:
Pegawai ASN yang tidak masuk kerja karena sakit kurang dari 3 (tiga)
hari wajib membuat surat keterangan dari atasan langsung dan diunggah
pada Sistem Informasi e-Kinerja

Ayat (3)
Rumusan menjadi:
Pegawai ASN yang tidak masuk kerja karena mendapat tugas di luar
kantor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 pada ayat (2) wajib
mengunggah foto kegiatan, surat tugas atau surat keterangan lain dari
atasan yang berwenang ke Sistem Informasi e-Kinerja.

Ayat (4)
Rumusan menjadi:
Pegawai ASN yang tidak masuk kerja karena menjaga orang tua,
suami/istri atau anak yang sedang sakit sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 8 pada ayat (2) wajib membuat foto yang menunjukkan sedang
menjaga orang yang sakit, surat keterangan atau surat izin dari atasan
langsung dan diunggah pada Sistem Informasi e-Kinerja.

Ayat (5)
Rumusan menjadi:
Pegawai ASN yang mendapatkan tugas di luar jam kerja sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 8 pada ayat (2), wajib memiliki surat tugas atau
sebutan lain yang diberikan oleh atasan kemudian diunggah pada Sistem
Informasi e-Kinerja.
Pasal 11 Perhatikan Lampiran kepmendagri 900-4700 Tahun 2020 ttg TPP Pemda
angka romawi VI bahwa Apabila pemerintah daerah akan mengatur
pemberian dan pengurangan tambahan penghasilan diluar ketentuan
diatas dilakukan usulan kepada Mendagri melalui Sekjen untuk
mendapatkan persetujuan.
Pasal 17 Lampiran Kepmendagri Angka Romawi VIII angka 4
Pembayaran TPP ASN bagi CPNS formasi jabatan pelaksana
dibayarkan sebesar 80 % (delapan puluh persen) dari nilai TPP kelas
jabatannya sampai dengan terbitnya keputusan
pengangkatan dari CPNS menjadi PNS.

Rumusan menjadi:
Bagi calon pegawai negeri sipil mendapat TPP sebesar 80% (delapan
puluh persen) dari nilai TPP kelas jabatannya sampai dengan terbitnya
keputusan pengangkatan dari CPNS menjadi PNS.
Pasal 19 Ayat (1)
Rumusan menjadi:
(1) Pengurangan TPP berdasarkan disiplin kerja/kehadiran dilakuakan
apabila Pegawai ASN:
a. tidak masuk kerja tanpa keterangan;
b. tidak mengikuti upacara atau apel pagi;
c. terlambat masuk kerja;
d. pulang sebelum waktunya;
e. tidak melakukan rekam kehadiran;
f. tidak membuat laporan harian; dan/atau
g. berpakaian tidak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

Ayat (2)
Rumusan menjadi:
Pengurangan TPP berdasarkan disiplin kerja/kehadiran sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) berlaku ketentuan:
a. 3% (tiga per seratus) per hari bagi Pegawai ASN yang tidak
masuk kerja tanpa keterangan;
b. 0,5 % (nol koma lima per seratus) bagi Pegawai ASN yang tidak
mengikuti upacara atau apel pagi;
c. bagi Pegawai ASN yang terlambat masuk kerja, dikenakan
pengurangan TPP dengan ketentuan sebagai berikut:
1. 0,5% (nol koma lima per seratus) bagi Pegawai ASN yang
terlambat masuk kerja lebih dari 1 (satu) menit sampai dengan
30 (tiga puluh) menit;
2. 1% (satu per seratus) bagi Pegawai ASN yang terlambat
masuk kerja lebih dari 31 (tiga puluh satu) menit sampai
dengan 60 (enam puluh) menit;
3. 1,25% (satu koma dua puluh lima per seratus) bagi Pegawai
ASN yang terlambat masuk kerja lebih dari 61 (enam puluh
satu) menit sampai dengan 90 (sembilan puluh) menit; dan
4. 1,5% (satu koma lima per seratus) bagi Pegawai ASN yang
terlambat masuk kerja lebih dari 91 (sembilan puluh satu)
menit.
d. bagi Pegawai ASN yang pulang sebelum waktunya, dikenakan
pengurangan TPP dengan ketentuan sebagai berikut:
1. 0,5% (nol koma lima per seratus) bagi Pegawai ASN yang
pulang 1 (satu) menit sampai dengan 30 (tiga puluh) menit
sebelum waktu kerja berakhir;
2. 1% (satu per seratus) bagi Pegawai ASN yang pulang 31 (tiga
puluh satu) menit sampai dengan 60 (enam puluh) menit
sebelum waktu kerja berakhir;
3. 1,25% (satu koma dua lima per seratus) bagi Pegawai ASN
yang pulang 61 (enam puluh satu) menit sampai dengan 90
(sembilan puluh) menit sebelum waktu kerja berakhir; dan
4. 1,5% (satu koma lima per seratus) bagi Pegawai ASN yang
pulang 91 (sembilan puluh satu) menit sebelum waktu kerja
berakhir.
Pasal 20 Rumusan Pasal 20 diubah menjadi:
(1) Pengurangan TPP Pegawai ASN tidak dilakukan apabila:
a. mengikuti pendidikan dan pelatihan;
b. menjalani cuti tahunan;
c.menjalani cuti persalinan pertama, kedua dan ketiga;
d. menjalani cuti alasan penting; dan/atau
e. terjadi bencana, wabah dan/atau huru hara sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) pengurangan TPP tidak dilakukan sebagaimana yang dimaksud pada
ayat (1) huruf a sampai dengan huruf e, jika Pegawai ASN yang
bersangkutan mengunggah surat tugas atau surat keterangan lain
dari atasan yang berwenang ke Sistem Informasi e-Kinerja.
Pasal 25 ayat (1) Rumusan menjadi:
(1) TPP dibayarkan kepada Pegawai ASN setelah dilakukan
pemotongan pajak penghasilan dari jumlah TPP yang diterima.
Pasal 40 Pada saat Peraturan Bupati ini mulai berlaku, Peraturan Bupati Gowa
Nomor 26 Tahun 2020 tentang Pedoman Pemberian Tambahan
Penghasilan Bagi Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah
Daerah (Berita Daerah Kabupaten Gowa Tahun 2020 Nomor 26),
sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan
Bupati Gowa Nomor 9 Tahun 2022 tentang Perubahan Ketiga Atas
Peraturan Bupati Gowa Nomor 26 Tahun 2020 tentang Pedoman
Pemberian Tambahan Penghasilan Bagi Pegawai Negeri Sipil di
Lingkungan Pemerintah Daerah (Berita Daerah Kabupaten Gowa Tahun
2022 Nomor 9), dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

2.

Anda mungkin juga menyukai