Anda di halaman 1dari 3

NAMA : DELLA PUTRI R

NIM : 210810301011

SOAL :
1. Jelaskan Fungsi Perpajakan dalam Perekonomian Indonesia!
2. Jelaskan Kedudukan dan hubungan hukum pajak dalam tata perundang-undangan
Indonesia!
3. Konsep apa yang terdapat dalam Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan?
4. Kajian apa yang menarik dalam aktivitas Pembukuan dalam perpajakan dan Pemeriksaan
Pajak serta Penagihan Pajak dengan surat paksa?
5. Kajian apa yang menarik dalam Pajak Penghasilan (PPh)?
6. Jelaskan pengertian Pajak Penghasilan (PPh) 21 ditanggung pemerintah dan kriteria
tertentu?

JAWABAN :
1. Pada buku Waluyo dijelaskan bahwa pajak memiliki 2 fungsi, yaitu yang pertama fungsi
penerimaan (budgeter) yang artinya pajak berfungsi sebagai sumber dana yang
diperuntukkan bagi pembiayaan pengeluaran-pengeluaran pemerintah. Kemudian, yang
kedua fungsi mengatur (reguler) yaitu pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau
melaksanakan kebijakan di bidang sosial dan ekonomi. Selain di buku Waluyo, pajak
juga memiliki fungsi stabilitas dan fungsi redistribusi. Fungsi stabilitas disini, pajak dapat
membantu pemerintah dalam memiliki dana untuk menjalankan kebijakan yang
berhubungan dengan stabilitas harga sehingga inflasi dapat dikendalikan. Dalam fungsi
redistribusi, pajak yang sudah dipungut oleh negara akan digunakan untuk membiayai
semua kepentingan umum, termasuk juga untuk membiayai pembangunan sehingga dapat
membuka kesempatan kerja, yang akhirnya dapat meningkatkan pendapatan masyarakat.
2. Di dalam buku Waluyo, kedudukan hukum pajak merupakan bagian dari hukum tata
usaha negara. Akan tetapi, ahli hukum pajak seperti Prof. Dr. P. J. A. Adriani
menghendaki hukum pajak ini dapat berdiri sendiri yang merupakan ilmu pengetahuan
terlepas dari hukum tata usaha negara dengan alasan bahwa hukum pajak ini mempunyai
tugas yang bersifat lain dibandingkan dengan hukum administrasi. Namun, kemandirian
hukum pajak ini kurang tepat karena terlihat bahwa hukum pajak terlepas dari hukum
lainnya. Hubungan hukum pajak dengan hukum perdata terlihat dari masalah dasar
pemungutan pajak yang dikenali yaitu adanya peristiwa, keadaan, dan perbuatan. Hal
tersebut dijadikan sebagai tatbestand yang dituangkan dalam undang-undang pajak. Para
ahli menyatakan bukanlah hal demikian yang menjadikan timbulnya hubungan tetapi
lebih dekat dengan masalah ajaran di bidang hukum yaitu lex specialis derogat lex
generale bahwa hukum yang khusus mengenyampingkan hukum yang umum. Hubungan
hukum pajak dengan hukum pidana disebutkan bahwa bentuk ancaman pidana terdapat
dalam KUHP dan juga terdapat pada undang-undang lainnya yang memberikan sanksi
pidana kepada pihak yang melanggar ketentuan perundang-undangan sebagai contoh
sanksi pidana yang ada pada undang-undang lainnya dirumuskan dalam tindak pidana
ekonomi, tindak pidana subversi, tindak pidana korupsi, tindak pidana pajak, dan lain
sebagainya.
3. Konsep yang terdapat dalam ketentuan umum dan tata cara perpajakan pada buku
Waluyo, bahwa adanya perpajakan dimaksudkan untuk lebih memberikan keadilan,
meningkatkan pelayanan kepada wajib pajak, meningkatkan kepastian dan penegakan
hukum, serta mengantisipasi kemajuan di bidang teknologi informasi dan perubahan
ketentuan material di bidang perpajakan. Selain itu, dalam pelaksanaan UU No. 6 Tahun
1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah
dengan UU No. 9 Tahun 1994 dan UU No. 16 Tahun 2000, dimaksudkan untuk
meningkatkan profesionalisme aparatur perpajakan, meningkatkan keterbukaan
administrasi perpajakan, dan meningkatkan kepatuhan wajib pajak. Dengan berpegang
teguh pada prinsip kepastian hukum, keadilan, dan kesederhanaan, arah dan tujuan
perubahan undang-undang tentang ketentuan umum dan tata cara perpajakan mengacu
pada kebijakan pokok, antara lain :
a. Meningkatkan efisiensi pemungutan pajak dalam rangka mendukung penerimaan
negara
b. Meningkatkan pelayanan, kepastian hukum, dan keadilan bagi masyarakat guna
meningkatkan daya saing dalam bidang penanaman modal, dengan tetap
mendukung pengembangan usaha kecil dan menengah
c. Menyesuaikan tuntutan perkembangan sosial ekonomi serta perkembangan di
bidang teknologi informasi
d. Meningkatkan keseimbangan antara hak dan kewajiban
e. Menyederhanakan prosedur administrasi perpajakan
f. Meningkatkan penerapan prinsip self assessment secara akuntabel dan konsisten
g. Mendukung iklim usaha ke arah lebih kondusif dan kompetitif
4. Kewajiban pembukuan menurut ketentuan perundang-undangan perpajakan telah diatur
dalam Pasal 28 tentang Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.
Pada prinsipnya wajib pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan
bebas dan wajib pajak badan di Indonesia, wajib menyelenggarakan pembukuan.
Pembukuan atas pencatatan harus diselenggarakan dengan memperhatikan iktikad baik
dan mencerminkan keadaan atau kegiatan usaha yang sebenernya, diselenggarakan di
Indonesia, menggunakan huruf latin dan angka Arab, diselenggarakan dengan prinsip taat
asas dan dengan dasar akrual atau dasar kas, dan lain-lain. Mengacu pada Pasal 1 angka
25 UU Ketentuan Umum da Tata Cara Perpajakan menyatakan bahwa pemeriksaan
adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data, keterangan dan bukti yang
dilaksanakan secara objektif dan proporsional berdasarkan suatu standar pemeriksaan
untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan atau tujuan lain dalam
rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Kegiatan
penagihan pajak atas utang pajak kepada penanggung pajak bersifat terstruktur sehingga
dapat diwujudkan sebagai serangkaian tindakan agar penanggung pajak melunasi utang
pajak dan biaya penagihan pajak. Sesuai dengan jadwal penagihan ternyata penanggung
pajak tetap tidak melunasi utang pajak, maka pejabat menerbitkan surat paksa. Surat
paksa mempunyai kekuatan eksekutorial dan kedudukan hukum yang sama dengan
putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap.
5. Pajak Penghasilan (PPh) dipungut berdasarkan UU No. 7 Tahun 1983 tentang Pajak
Penghasilan (PPh). UU PPh ini dilakukan perubahan pada tahun 1990, tahun 1994, tahun
2000, dan terakhir dilakukan perubahan tahun 2008. Arah dan tujuan penyempurnaannya
adalah untuk lebih meningkatkan keadilan pengenaan pajak, lebih memberikan
kemudahan kepada wajib pajak, lebih memberikan kesederhanaan administrasi
perpajakan, lebih memberikan kepastian hukum, konsistensi, dan transparansi, lebih
menunjang kebijakan pemerintah dalam rangka meningkatkan daya saing dalam menarik
investasi langsung di Indonesia.
6. Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 merupakan pajak penghasilan yang dikenakan atas
penghasilan berupa gaji, upah, honorium, tunjangan, dan pembayaran lain dengan nama
apapun sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan yang dilakukan oleh Wajib
Pajak Orang Pribadi dalam negeri. PPh Pasal 21 dipotong, disetor, dan dilaporkan oleh
pemotong pajak, yaitu, pemberi kerja, bendaharawan pemerintah, dana pensiun, badan,
perusahaan, dan penyelenggara kegiatan. Skema PPh Pasal 21 ditanggung pemerintah
(DTP) pernah diberikan kurun waktu Februari sampai dengan November 2009 dengan
kategori usaha mencakup petanian, perikanan, dan industri pengolahan. Selain itu dengan
jumalah bruto diatas Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) dan tidak lebih dari Rp 5
Juta dalam sebulan. Untuk mendapatkan stimulus PPh 21 DTP, kala itu pemberi kerja
wajib menyampaikan realisasi pembayaran PPh 21 DTP kepada kantor pajak (KPP),
selain itu Formulir Surat Setoran Pajak (SPP) dilampirkan dalam SPT PPh masa pasal 21
dengan dibubuhi cap atau tulisan "PPh PASAL 21 DITANGGUNG PEMERINTAH EKS
PMK NOMOR 43/PMK.03/2009".

Anda mungkin juga menyukai