Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH 1

PSIKOLOGI ISLAMI

Dosen pengampu : Dr., Yuzarion, S.Ag., S.Psi., M.Si.

Judul : PANDANGAN MANUSIA PERSPEKTIF PSIKOLOGI QUR’AN

KELAS A PSIKOLOGI ISLAM

ANGGOTA KELOMPOK 8 :

Disusun Oleh :
1. RIZKI TRI WAHYUNI 1700013146
2. WIDYANINGSIH 1800013356

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN
YOGYAKARTA
2020
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirrobbil‘alamin puji syukur kami panjatkan atas
kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat serta
karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini guna untuk
memenuhi tugas mata kuliah psikologi islami yang berjudul “Pandangan
Manusia Perspektif Psikologi Qur’an”.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas


dari banyak pihak yang membantu memberikan doa, saran, dan kritik
dengan tulus, sehingga makalah ini dapat terselesaikan.

Kami juga menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna karena terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami
miliki. Oleh karena itu, kami mengharapkan saran serta kritik membangun
dari berbagai pihak. Akhir kata, kami berharap makalah ini dapat
memberikan manfaaat bagi yang membaca serta bagi dunia pendidikan.

Yogyakarta, 29 September 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................ii
BAB 1..........................................................................................................1
PENDAHULUAN.........................................................................................1
1.1 Latar Belakang......................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................2
1.3 Tujuan...................................................................................................2
BAB II..........................................................................................................3
PEMBAHASAN...........................................................................................3
2.1 Pengertian Manusia..............................................................................3
2.2 Pandangan Manusia Terhadap Perspekif Psikologi Al-Qur’an.............5
BAB III.........................................................................................................8
PENUTUP...................................................................................................8
3.1 Kesimpulan...........................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................9

ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manusia merupakan manusia memiliki akal, berbudi luhur yang dapat
memilih sesuatu yang ingin diperbuatnya. Adanya berbagai pandangan
para tokoh mengenai manusia, seperti seorang ahli mantik menyatakan
bahwa manusia merupakan “Hayawan Natiq” (manusia yang berfikir), dan
juga seorang ahli filsafat yaitu ibnu kaldun menyatakan bahwa manusia
madaniyyun bi al-thaba atau manusia adalah makhluk yang bergantungan
pada tabiatnya.
Sedangkan Al-Qur’an ialah kitabullah yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad saw. Dengan adanya al-qur’an menjadikannya petunjuk bagi
akal dan jiwa manusia, mengajarkan tentang tauhid, menyucikan manusia
dengan berbagai ibadah, menunjukkan manusia kepada hal-hal yang
dapat membawa kebaikan serta kemaslahatan dalam kehidupan individual
dan sosial manusia, mengembangkan potensi kepribadian manusia, serta
meningkatkan diri manusia ke taraf kesempurnaan insani, dengan itu
manusia dapat mewujudkan kebahagiaan di dunia maupun akhirat.
Al-Qur’an juga dapat mendorong manusia untuk merenungkan
mengenai dirinya, adanya keajaiban penciptaan, serta keakuratan
pembentukannya. Sebab itu, pengenalan manusia terhadap dirinya dapat
mengantarkannya pada ma‘rifatullah, sebagaimana dalam Q.S. at-Tariq
[86]: 5-7. Maka, hendaklah manusia merenungkan, dari apa ia diciptakan.
Ia diciptakan dari air yang terpancar, yang keluar dari antara tulang sulbi
dan tulang dada. (Q.S. at-tariq [86]: 5-7) Berkaitan dengan hal ini, terdapat
sebuah asar yang menyebutkan bahwa “Barang siapa mengenal dirinya,
niscaya ia mengenal Tuhan-nya.”

1
Di samping itu, Al-Qur’an juga memberikan petunjuk bagi manusia,
dengan sifat-sifat dan keadaan psikologisnya yang berkaitan dengan
pgambaran tentang kepribadian manusia.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa yang dimaksud dengan manusia?
1.2.2 Bagaimana pandangan manusia terhadap perspekif psikologi
al-qur’an?

1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui yang dimaksud dengan pengertian manusia
1.3.2 Mengetahui bagaimana pandangan manusia terhadap
perspekif psikologi al-qur’an

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Manusia
Definisi manusia merupakan makhluk sosial yang dilihat dari aspek
sosialnya. Ada juga menurut pendapat ilmuan menyatakan manusia
ialah binatang cerdas yang menyusui atau makhluk yang bertanggung
jawab atau makhluk membaca dan tertawa, dan lainlain sebagainya.
Dalam sifat-sifat dan karakter manusia, khususnya manusia itu mempu
nyai bahasa yang sangat teratur, mempunyai keahlian khusus untuk b
erbicara, berfikir, memiliki kepekaan sosial, dan rasa yang tinggi. Nam
un selaku umat Islam yang menjadikan al-Qur’an dan hadis sebagai su
mber ajaran perlu mengkaji bagaimana manusia dalam gambaran ked
uanya dengan pendekatan dengan istilah yang digunakan untuk manu
sia.
Al-Qu’an memandang manusia sebagai makhluk Alah SWT yang
memiliki keunikan tertentu. Manusia diciptakan dengan bentuk raga ya
ng sebaik-baiknya ( Q S : 95 : 4 ), serta dilengkapi dengan organ psikof
isik yang istimewa. Dalam beberapa ayat berikut al-Quran menjelaskan
manusia memiliki potensi- potensi psikofisik, kekuatan fisik, nafs, akal,
hati dan ruh .
Potensi fisik yang dimiliki manusia yang secara organ telah terbent
uk sempurna sejak dalam kandungan usia empat bulan, merupakan ke
kuatan yang dapat digunakan sebagai alat untuk merealisasikan doron
gan fisik sekaligus untuk membantu memenuhi dorongan psikisnya. Se
dangkan jiwa/ nafs disamping sebagai perwujudan keakuan manusia ju
ga sebaga potensi yang terkait dengan memunculkan dorongan insting
berkehendak dan berimajinasi. Akal adalah merupakan kemampuan ya
ng luar biasa dalam diri manusia, yang dapat digunakan untuk menalar
dan menilai secara rasional untuk membedakan benar – salah serta ba

3
ik atau buruk. Hati adalah menejernya manusia, dialah yang akan men
entukan/ memenej prilaku mengarahkan kepada kebaikan dan bisa se
baliknya.
Sedangkan ruh yang telah dinafkhahkan sejak manusia masih ada
dalam kandungan adalah merupakan potensi yang sangat tinggi,
ketinggian ruh seperti pada surat as-Sajdah yang dapat dimaknai
merupakan potensi dzat Ketuhanan, demikian juga dikaitkan bahwa
ruh adalah merupakan urusan Tuhan ( al-Isro :175). Potensi ruh dari
persepsi ini berarti merupakan kekuatan yang diberikan oleh Allah swt.
Oleh karena itu kemampuan jiwa, akal, dan hati harus bekerja kera
s untuk dapat menyeimbangkan dua potensi fisik yang cenderung men
garah pada kesenangan materiil dengan potensi ruh yang lebih mendo
rong pada kedekatan dengan tuhan, serta mengikuti ketunddukan pen
uh pada kebaikan dari ajaran Allah swt.

2.2 Pandangan Manusia Terhadap Perspekif Psikologi Al-Qur’an


Dalam psikologi al-Qur’an, manusia terkadang bisa terjatuh pada sifat-
sifatnya, atau berubah seperti sifat-sifat malaikat. Adakalanya, manusi
a tertarik oleh kebutuhan dan syahwat tubuhnya, dan tertarik oleh kebu
tuhan spiritualnya.
Al-Qur’an mengisyaratkan pergulatan psikologis yang dialami oleh
manusia, yakni antara kesenangan-kesenangan jasmani dan kecende
rungan pada godaan-godaan kehidupan duniawi. Jadi, sangat alamiah
bahwa pembawaan manusia tersebut terkandung adanya pergulatan a
ntara kebaikan dan keburukan, antara keutamaan dan kehinaan, dan l
ain sebagainya.
Disamping itu, Al-Qur’an juga mengisyaratkan bahwa manusia ber
potensi positif dan negatif, pada hakikatnya potensi positif manusia leb
ih kuat daripada potensi negatifnya. Hanya saja daya tarik keburukan l

4
ebih kuat dibanding daya tarik kebaikan. Potensi positif dan negatif ma
nusia ini banyak diungkap oleh Al-Qur’an. Di antaranya ada dua ayat y
ang menyebutkan potensi positif manusia, yaitu Surah at-Tin : 95:5 (m
anusia diciptakan dalam bentuk dan keadaan yang sebaik-baiknya) da
n Surah al-Isra’ :7:70 (manusia dimuliakan oleh Allah dibandingkan de
ngan kebanyakan makhluk makhluk yang lain).
Dalam berbagai aliran psikologi, seperti psikoanalisa (klasik) Sigm
und Freud, memandang bahwa perilaku manusia dapat dipengaruhi o
leh masa lalu, alam bawah sadar, dan dorongan-dorongan biologisnya.
Dengan demikian psikonalisa menganggap hakikat manusia adalah bu
ruk, liar, kejam, kelam, non etis, egois, sarat nafsu, dan berkiblat pada
kenikmatan jasmani. Sementara aliran behavioral menganggap manusi
a pada hakikatnya adalah netral, baik-buruknya perilaku terpengaruh d
ari pengaruh situasi dan perlakuan yang dialami. Lain halnya dengan
aliran humanistik yang memiliki asumsi bahwa manusia pada dasarnya
memiliki potensi-potensi yang baik, minimal lebih banyak baiknya dari
pada buruknya dan karena itu aliran ini memandang manusia sebagai
makhluk yang memiliki otoritas atas kehidupannya sendiri. Di satu sisi
manusia sebagai makhluk Allah yang paling sempurna mempunyai kar
akteristik dan perilaku yang sangat berbeda dengan makhluk lainnya s
ehingga Allah memberikan amanat kepadanya, “dan kami tidak mencip
tkan jin dan manusia” (QS. Adz Dzariat : 21), di sisi lain manusia dilahir
kan tidak mengetahui apa-apa (QS. 2: 106).
Psikologi modern yang memandang manusia lahir ke dunia untuk
memenuhi keinginan-keinginannya semata (psikoanalisis) atau menye
suaikan diri dengan lingkungannya (behaviorisme). sebagaimana pand
angan psikologi Humanistik, maka psikologi lslami memandang bahwa
kelahiran manusia ke dunia membawa tujuan tertentu, yaitu agar manu
sia mengabdikan hidup kepada Sang Pencipta. Misi utama yang diemb

5
an manusia dalam rangka mengabdikan hidup adalah menjadi khalilah
(wakil Tuhan) di bumi dengan memberikan petayanan lerhadap sesam
a.
Sebenarnya, dua potensi manusia yang saling bertolak belakang in
i diakibatkan oleh persatruan di antara tiga macam nafsu, yaitu nafsu a
mmarah bi as-suu’ (jiwa yang selalu menyuruh kepada keburukan), lih
at Surah Yusuf [12] ayat 53; nafsu lawwamah (jiwa yang amat mencel
a), lihat Surah al-Qiyamah [75] ayat 1-2; dan nafsu muthma’innah (jiwa
yang tenteram), Nafsul imaro’bissu’, dilihat dari potensi manusia adala
h akan terjadi ketika manusia didominasi oleh nafsu yang mengarah pa
da pemenuhan kebutuhan fisik, yakni ketika dorongan spiritual dikalah
kan oleh dorongan fisik. Dan nafsul mutmainnah, adalah terbentuk keti
ka dorongan fisik mampu disembangkan oleh jiwa akal dan hati denga
n kekuatan spiritual/ruh. Sedangkan nafsul lawwamah, terbentuk ketika
antara kekuatan fisik dan kekuatan ruh saling mendominasi dalam kon
disi dan waktu yang berbeda.

BAB III

6
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Definisi manusia adalah makhluk sosial yang dilihat dari aspek
sosialnya. Al-Qu’an juga memandang manusia sebagai makhluk Alah
swt yang memiliki keunikan tertentu. Sedangkan ruh yang telah
dinafkhahkan sejak manusia masih ada dalam kandungan adalah
merupakan potensi yang sangat tinggi. Dalam berbagai aliran
psikologi, seperti psikoanalisa Sigmund Freud, memandang bahwa
perilaku manusia banyak dipengaruhi oleh masa lalu, alam tak
sadar, dorongan-dorongan biologis yang selalu menuntut kenikmatan
untuk segera dipenuhi.
Manusia menurut al-Qur’an, memiliki potensi-potensi yang lebih ko
mprehensif ( fisik, jiwa, akal, hati dan ruh ). Psikologi al-Qur’an dengan
demikian memandang prilaku manusia ditentukan oleh interaksi kesei
mbangan potensi manusiawi

DAFTAR PUSTAKA

7
Gaffar Abdul., 2016. MANUSIA DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN.
Volume, 04, Nomor, 02

Hidayat Aat., 2017. PSIKOLOGI DAN KEPRIBADIAN MANUSIA;


Perspektif Al-Qur’an dan Pendidikan Islam. Jurnal penelitian, Vol. 11, No.
02

Nashori, F. (1997). Perspektif Psikologi Islami Tentang Manusia Suatu


Pandangan Dasar. Psikologika: Jurnal Pemikiran dan Penelitian
Psikologi, 2(4), 21-28.

Sejati, S. TINJAUAN AL QUR’AN TERHADAP PERILAKU MANUSIA:


DALAM PERSPEKTIF PSIKOLOGI ISLAM.

Suparlan, S. (2008). PSIKOLOGI DAN KEPRIBADIAN PERSPEKTIF


AL-QURAN. HUMANIKA, 8(1).

Anda mungkin juga menyukai