Indikasi: diabetes mellitus tipe 2, terutama untuk pasien dengan berat badan berlebih
(overweight), apabila pengaturan diet dan olahraga saja tidak dapat mengendalikan kadar
gula darah. Metformin dapat digunakan sebagai monoterapi atau dalam kombinasi
dengan obat antidiabetik lain atau insulin (pasien dewasa), atau dengan insulin (pasien
remaja dan anak >10 tahun). Lihat juga keterangan di atas.
Kontraindikasi:
gangguan fungsi ginjal, ketoasidosis, hentikan bila terjadi kondisi seperti hipoksia
jaringan (sepsis, kegagalan pernafasan, baru mengalami infark miokardia, gangguan
hati), menggunakan kontras media yang mengandung iodin (jangan menggunakan
metformin sebelum fungsi ginjal kembali normal) dan menggunakan anestesi umum
(hentikan metformin pada hari pembedahan dan mulai kembali bila fungsi ginjal kembali
normal), wanita hamil dan menyusui.
Efek Samping: anoreksia, mual, muntah, diare (umumnya sementara), nyeri perut, rasa
logam, asidosis laktat (jarang, bila terjadi hentikan terapi), penurunan penyerapan vitamin
B12, eritema, pruritus, urtikaria dan hepatitis.
Dosis: dosis ditentukan secara individu berdasarkan manfaat dan tolerabilitas. Dewasa &
anak > 10 tahun: dosis awal 500 mg setelah sarapan untuk sekurang-kurangnya 1 minggu,
kemudian 500 mg setelah sarapan dan makan malam untuk sekurang-kurangnya 1
minggu, kemudian 500 mg setelah sarapan, setelah makan siang dan setelah makan
malam. Dosis maksimum 2 g sehari dalam dosis terbagi.
3. Irtan
Indikasi:
Hipertensi, untuk menurunkan albuminurea mikro dan makro pada pasien hipertensi dengan
diabetes mellitus tipe II yang mengalami netropati. Kombinasi dengan HCT: untuk pasien
hipertensi dimana tekanan darahnya tidak dapat terkontrol dengan irbesartan atau HCT tunggal.
Peringatan:
lihat keterangan di atas; deplesi volume intravaskular, hipertensi renovaskular, gangguan fungsi
ginjal dan transplantasi ginjal, hipertensi pada pasien diabetes mellitus tipe II dengan gangguan
ginjal, hiperkalemia. Kombinasi dengan HCT (keterangan lihat HCT).
Interaksi:
obat diuretika dan antihipertensi lain, suplemen kalium dan diuretika hemat kalium, AINS.
Obat-obatan yang dapat mempengaruhi kalium: kaliuretik diuretika lain, laksatif, amfotericin,
karbenoksolon, penisilin G natrium, derivat asam salisilat.
Obat-obatan yang dipengaruhi oleh gangguan serum kalium: glikosida digitalis dan antiaritmia.
Kombinasi dengan HCT (keterangan lihat HCT).
Kontraindikasi:
lihat keterangan di atas; hamil (lihat lampiran 2) dan menyusui (lihat lampiran 4). Kombinasi
dengan HCT (lihat keterangan HCT).
Efek Samping:
lihat keterangan di atas; mual, muntah, lelah, nyeri pada otot; tidak terlalu sering: diare, dispepsia,
kemerahan, takikardia, batuk, disfungsi seksual; jarang: ruam, urtikaria; sangat jarang: sakit
kepala, mialgia, arthalgia, telinga berdenging, gangguan pencecap, hepatitis, disfungsi ginjal.
Dosis:
Hipertensi, dosis awal 150 mg sehari sekali, jika perlu dapat ditingkatkan hingga 300 mg sehari
sekali. Pada pasien hemodialisis atau usia lanjut lebih dari 75 tahun, dosis awal 75 mg/hari dapat
digunakan. Hipertensi pada pasien diabetes mellitus tipe II, dosis awal 150 mg sehari sekali dan
dapat ditingkatkan hingga 300 mg sehari sekali sebagai dosis penunjang untuk pengobatan
penyakit ginjal, pada pasien hemodialisis atau lansia di atas 75 tahun, dosis awal 75 mg sehari
sekali
A. Pasien dalam pemeriksaan data Lab pasien memiliki Tekanan darah tinggi dan kadar gula
darah yang tinggi dilihat dari hasil gula darah acak (GDA) dan gula darah puasa (GDP). BUN
35 mg/dL menandakan bahwa fungsi ginjal menurun.
a. Pada bagian peringatan terdapat peringatan untuk hipertensi pada pasien diabetes
mellitus tipe 2 dengan gangguan ginjal, sedangkan pasien ini menderita hipertensi dan
diabetes mellitus, serta dari hasil lab diketahui bahwa fungsi ginjal juga menurun
b. Pada bagian efek samping terdapat disfungsi ginjal, sedangkan fungsi ginjal pada
pasien ini menurun
C. Dari perhitungan BMI, pasien Ny. TG dikategorikan gemuk karena hasil nya 24,97, maka
diberikan kombinasi glibenclamide dan metformin, diberikan keduanya karena pengaturan diet
dari pasien tidak dapat mengendalikan kadar gula, serta metformin ini digunakan untuk pasien
DM dengan berat berlebih
Pengatasan kasus
Pasien Ny. TG ini menderita hipertensi dengan disertai diabetes mellitus, serta dari hasil lab
diketahui bahwa adanya penurunan fungsi ginjal, maka obat antihipertensi yang tepat adalah
golongan penghambat ACE contohnya Captopril. Karena pada pasien diabetes mellitus tipe II,
penghambat ACE dapat menunda perkembangan kondisi mikroalbuminuria menjadi nefropati.
Penghambat ACE cenderung tidak mempunyai efek samping pada fungsi ginjal secara
keseluruhan, tetapi fungsi ginjal tetap harus dipantau selama pengobatan. Sec IONI hal 122 dan
107