Maka dari itulah, aplikasi ini merupakan tempat yang baik bagi programmer
yang ingin mengasah pengetahuan mengenai Python.
Di mana notebook yang akan dibuat nantinya juga dapat diedit secara
bersamaan oleh anggota tim lain, seperti halnya menyunting dokumen di
Google Documents.
Seperti yang sudah Glints paparkan, sejatinya, Google Colab hampir serupa
dengan Jupyter Notebook.
Maka dari itu, jika kamu sudah menguasai aplikasi tersebut, menggunakan
Google Colaboratory seharusnya bukan tantangan baru.
Tak hanya itu, software tersebut juga dapat digunakan untuk membuat
berbagai tipe sel dan menciptakan notebook, seperti halnya fitur-fitur
Jupyter Notebook.
Nah, bagi kamu yang belum tahu cara menggunakannya, berikut Glints
jelaskan langkah-langkahnya untukmu sesuai ujaran Education Ecosystem.
1. Membuat folder di Google Drive
Jika tidak memiliki akun Google, sebagian besar dari fitur Colaboratory
yang perlu kamu akses tidak akan berfungsi.
Beri nama folder tersebut menggunakan nama baru atau dengan judul
default yang sudah disediakan Google Colaboratory.
2. Membuat notebook
Nah, saat Google Colab sudah terintegrasi dengan folder di Drive, berarti
kamu sudah siap untuk menggunakannya.
Namun, kamu harus buat file Notebook baru terlebih dahulu dengan cara
klik kanan di dalam folder yang baru saja kita buat, pilih More dan lalu klik
opsi Colaboratory.
Kira-kira, apa saja manfaat yang ditawarkan Google Colab untuk para
pegiat IT? Berikut penjelasannya menurut Towards Data Science.
data dalam Google Colaboratory dapat diakses dan diedit dengan mudah
memiliki fitur GPU dan TPU yang dapat dimanfaatkan secara gratis
1.Microsoft Excel adalah tools yang paling umum digunakan oleh Data
Analyst. Tools ini sangat bagus untuk mengolah data yang akan dianalisis
nantinya. Excel dapat digunakan untuk analisis standar dan sederhana.
Sayangnya, tools ini tidak cocok untuk menganalisis data besar yaitu diatas
1 juta data row.
Tools ini juga kurang cocok untuk melakukan kolaborasi data karena
sistemnya offline. Google Spreadsheet bisa dijadikan pilihan pengganti
Excel untuk kolaborasi karena sistemnya online dan bisa digunakan untuk
mengolah data bersama.
2.R-Studio
R Studio adalah tools yang digunakan oleh Data Analyst dengan fokus
untuk mengolah data statistik dan memvisualisasi data grafis. Keunggulan
dari R Studio adalah banyaknya alat hitung statistik yang bisa digunakan
untuk mengolah data.
3.Python
Python bisa dibilang adalah tools yang paling sering digunakan oleh Data
Analyst dan Data Scientist. Keunggulannya, Python dapat menangani
banyak analisis berbeda sendiri, dan dapat berintegrasi dengan library lain
untuk memvisualisasi data.
Contoh library yang populer untuk visualisasi adalah Matplotlib, Plotly, dan
Seaborn. Python juga sering digunakan sebagai antarmuka (interface)
pemrograman untuk sistem analitik lainnya.
4.SAP BusinessObjects
5.Tableau
Google Data Studio adalah tools yang berfungsi untuk memvisualisasi data
secara otomatis. Keuntungannya adalah tools ini gratis dan terintegrasi
dengan sebagian besar aplikasi Google lainnya, seperti Google Analytics,
Google Ads, dan Google BigQuery.
7.Metabase
Metabase adalah tools analitik open source dan intelijen bisnis gratis yang
memungkinkan pengguna untuk mengajukan pertanyaan tentang data.
Tools akan memberikan jawaban secara otomatis serta mengirimkan data
ke aplikasi lain misalnya Slack.
10.Chartio
Chartio adalah tools yang memungkinkan data dapat diimpor dari tempat
lain. Misalnya, kamu mengumpulkan data dari Microsoft Excel atau Google
Spreadsheet, data bisa dengan mudah diolah dengan menggunakan
Chartio tanpa harus mengkonversi format file data terlebih dulu.
11.Redash
13.Power BI
DIBUAT OLEH:
Kelas: XE
MAPEL: INFORMATIKA