Anda di halaman 1dari 13

Cerita Dewasa ML

Kumpulan Cerita Dewasa 18++

Tukar Pasangan Wanita Berjilbab di Gangbang 3 : Henny Si Pegawai

*ILUSTRASI

; ; ; ; ; Kepala penisku mulai mendesak pintu masuk ke liang vagina Fika. Gadis itu sepertinya
akan berontak. Tetapi, pinggulnya cepat-cepat kucengkeram. “Jangan pak….
tolong….jangaaaan…….” Fika memekik. Sia-sia saja, sebab penisku dengan gagah berhasil
mendobrak pintu liang vaginanya. Rasanya luar biasa. Vagina istriku juga luar biasa. Tetapi
vagina gadis muda ini punya kelebihan sendiri. Penisku serasa diremas-remas. Aku terpaksa
berusaha sekuat tenaga agar tidak cepat keluar. Untungnya di perjalanan tadi kantong spermaku
sudah dikosongkan dengan aksi blowjob Fika. So, syaraf-syaraf penisku tak terlalu sensitif saat
ini.

Ini membuatku bisa ‘menyiksa’ pacar Al ini lebih lama. Tempo genjotan penisku di vagina Fika
kubuat makin lama makin cepat. Lama kelamaan terdengar suara kecipak vaginanya yang basah.
Sepanjang perkosaan itu, mahasiswi berjilbab itu terus mengerang-erang.

Sesekali ia memekik waktu bokongnya yang bundar dan mulus aku tampar. Kedua belah
bongkahan pantatnya yang putih itu kini telah berubah warna menjadi merah. Aku ingin melihat
wajah cantiknya menderita. Kudorong bokongnya hingga Fika tersungkur di sofa. Segera kuseret
kedua kakinya. Gadis montok itu jatuh tengkurap di karpet.

Pasti kedua payudaranya ngilu. Kuangkat sebelah kakinya hingga kini ia berbaring miring ke
kanan. Dalam keadaan seperti itu, kusodokkan lagi penisku ke vaginanya. “Rasakan nih
kontolku…. ” kataku dengan hentakan keras ke dasar vaginanya. Fika menjerit memilukan.
Apalagi, payudaranya yang tergeletak di lantai kutekan dengan telapak tanganku. Belakangan,
ibu jariku menekan puting kanannya ke lantai. “Akkkhh…. ampuuun…. sudaaah…. sakiiit….”
gadis malang itu merintih-rintih. Rintihannya membuatku makin tergila-gila. Kugenjot penisku
makin cepat dan makin dalam. Nafas Fika tersengal-sengal.

Sekujur tubuhnya mandi keringat. Dan akhirnya, aku tak tahan lagi. Kuledakkan spermaku di
dalam vaginanya. “Hihhhh…. memekmu memang… legiiiit…..” kataku sambil menusukkan
penisku sejauh mungkin untuk melepaskan semprotan sperma terakhir. Kubiarkan penisku tetap
di dalam sampai akhirnya mengecil dan terlepas sendiri dari jepitan vagina Fika. Kedua pipi
gadis itu basah oleh linangan air mata. “Tolong bersihin kontol gue…. jilatin,” kataku sambil
menyodorkan penisku yang berlepotan sperma ke depan wajah sendu gadis itu. Fika masih
terisak-isak. Kuangkat dagunya. “Perlu gue tarik pentil lu ?” ancamku. Ancaman yang manjur.
Sebab, lidah gadis itu akhirnya mulai menjilati sekujur permukaan penisku.

“Sedot sisa mani gue,” perintahku sambil menyodorkan kepala penisku. Tanpa banyak bicara,
Fika mengecup bagian lubang di kepala penis gue. Dan…. wawww…. rasanya mau melayang
waktu dia menyedot-nyedot di bagian itu. “Gantian bro…” kata Ben yang sejak tadi menonton.
“Gue udah nggak sabar pengen bikin balon toket cewek berjilbab,” lanjutnya. Aku beringsut,
duduk di samping Bob dan menyulut rokok. Siap menyaksikan adegan menegangkan.
Penyiksaan atas Fika…. Tubuh Fika Aditya memang luar biasa. Mungil, tetapi payudara dan
bokongnya terlihat mantap. Itu rupanya yang menarik Ben. Ben menunduk ke arah Fika yang
duduk bersimpuh. Fika menggeliat saat Ben menjepit kedua putingnya.

Gadis itu baru merintih ketika Ben menarik kedua daging mungil itu ke atas. “Bangun…”
katanya. Sambil merintih kesakitan, Fika terpaksa menuruti kemauan lelaki bertubuh hitam dan
tinggi besar itu. Fika akhirnya berdiri tegang di hadapan Ben. Aku dan Bob duduk santai di sofa
menonton pertunjukan ala Ben ini. Fika tertunduk, wajahnya dibuang menyamping. Tangan
kanannya menyilang di depan dada. Telapak tangan kirinya menutupi selangkangannya.
“Sebentar, gue pingin pacarnya ikut nonton…” kata Ben. Fika mendelik kaget. Aku bangkit dan
menggandeng keluar Al lalu mendudukkannya di sofa. “Mas Aaallll….!!!” Fika memekik
melihat Al yang dalam keadaan telanjang, terikat kedua tangannya ke belakang dan bibir
dilakban.
Tetapi Fika masih dalam posisi semula. Tak berani bergerak menghampiri pacarnya. “Nikmati
aja Al… seperti gue menikmati waktu kalian memperkosa istri gue. Ok ?” aku berbisik ke Al.
Calon dokter itu mengangguk dan kulihat penisnya memang mulai menegang.

“Nah, pacarmu sudah datang. Nggak usah malu-malu. Dia sudah biasa melihat tetek dan
memekmu kan ?”kata Ben sambil menepis kedua tangan Fika. Fika terisak. Tak pernah
membayangkan akan tampil telanjang bulat di hadapan lelaki-lelaki asing. Apalagi kini pacarnya
ada di hadapannya juga ! “Maaf ya, kamu harus diikat. soalnya kamu nanti pasti banyak
berontak…” kata Ben, lalu tahu-tahu ia meringkus kedua tangan Fika ke belakang dan
mengikatnya dengan bra gadis itu.

Fika memekik dan meronta, tapi itu hanya membuat kedua payudaranya berayun indah. “Nggak
usah banyak melawan, ok ?” kata Ben setelah mengikat Fika. Dan… PLAKKK…PLAKKK….
“Aaakhhh…. sakkiiiit….” Fika menjerit histeris ketika tiba-tiba Ben menampar kedua
payudaranya kanan dan kiri. Bekas tamparan tampak memerah di kulit payudaranya yang putih
mulus. “Kalau nggak mau tetekmu ini kutampar terus, nurut ya Non…” lanjutnya. Fika terisak-
isak.

Kulihat penis Al makin tegang. Ben kemudian membimbing Fika agar berdiri menghadap kami
dan mendekat hingga tinggal sejangkauan tangan. Tangannya yang terikat ke belakang membuat
payudaranya yang bundar tampak makin membusung. Ben lalu menendang betis Fika sebagai
isyarat agar Fika melebarkan kakinya. Akhirnya kini Fika berdiri mengangkang di hadapan kami.
Al pasti melihat dengan jelas spermaku mengalir dari celah vagina Fika ke bagian dalam paha
kirinya… Wajah Fika merah padam ketika dari belakang Ben memeluknya dan jemarinya mulai
menyentuh vaginanya.

Dua jari kanan Ben menyusup ke celah bibir vagina Fika, lalu menyusul dua jari kirinya. Fika
merintih saat Ben menarik jari-jarinya ke arah berlawanan sehingga liang vagina Fika tampak
mengangga. Penis Al mengangguk-angguk melihat pemandangan bagian dalam vagina pacarnya
yang betul-betul becek oleh cairan putih kental. “Nah, Mas Al… mulai sekarang bukan cuma
ente yang boleh naruh benih di sini. Ntu bapak itu juga udah. Bentar lagi ane sama Bos Bob…”
katanya. Fika terisak-isak. Fika agak lega ketika Ben menghentikan perlakuannya pada
vaginanya. Namun, kaget juga ia karena Ben kemudian memaksanya mengulum empat jarinya
yang berlepotan sperma… “ok, kita kembali ke rencana semula,” kata Ben, lalu mulai menjamah
sepasang buah dada Fika yang bundar dan lumayan besar.
Ben menggenggam kedua payudara Fika ke atas dari pangkalnya. Hal itu menyebabkan payudara
mahasiswi jurusan farmasi itu makin terlihat membusung. Ben pun mengguncang-
guncangkannya. Fika menggigit bibirnya saat Ben menyedot kuat-kuat kedua putingnya
berganti-ganti. Perlakuan itu menyebabkan putingnya yang pink jadi menonjol dan menegang.
Ben nyengir melihat pucuk payudara Fika.

Dijepitnya dengan ibu jari dan telunjuk, lalu diguncang-guncangkannya. Fika sampai merintih-
rintih kesakitan. Tapi itu belum seberapa. Ben tahu-tahu mengeluarkan seutas tali sepatu dari
sakunya. Fika mengernyitkan keningnya, dan akhirnya dia tahu apa yang akan dilakukan Ben….
Ben melewatkan tali itu di bagian bawah payudara kiri Fika hingga terselip di bawah gumpalan
daging kenyal itu. Lalu, dua ujung tali ditarik ke atas menyusul kemudian salah satu ujung
melingkar lagi lewat pangkal bawah payudaranya. Perlahan, Ben mengeratkan ikatannya.
Akibatnya, payudara kiri Fika seperti “dicekik”… “Aduhhh… sakit masss… ampun… ngilu….”
rintih Fika. Tapi Ben tak peduli. Dieratkannya lagi sambil kembali melingkarkan tali itu lewat
pangkal payudara Fika. Empat putaran tali dan tak bisa dieratkan lagi. Payudara kiri Fika pun
melembung seperti balon yang siap meletus. Gadis cantik berjilbab itu terus merintih-rintih.

Air mata membasahi pipinya. Perlahan balon payudara kiri Fika yang semula putih mulus itu
berubah memerah dan makin lama cenderung membiru. Kontras sekali dengan payudara
kanannya. Bukan hanya itu. Fika merasakan gumpalan daging payudaranya seperti akan copot…
“Aduh.. mas.. sakit… tolong lepasiin…” Fika mengiba-iba. Ben meringis.

“Mau dilepasin ?” katanya. Fika mengangguk. “Nanti yaaa… yang satu juga diiket dulu. Ntar
tetekmu jadi gede sebelah gimana ?” jawab Ben sambil langsung mulai melakukan hal yang
sama pada payudara kanannya. Fika merintih-rintih tetapi tak berdaya melawan. Akhirnya
payudara kanan Fika pun tak beda dengan yang kiri.

Ben tersenyum-senyum puas memandang hasil karyanya. “Mau dilepas ?” Ben menggoda sambil
membelai-belai bulatan balon payudara Fika. Fika menggigit bibirnya dan mengangguk-angguk.
“Aakhh… ampun… sakiit…” Fika mengaduh-aduh lagi karena Ben menjepit dan menarik kedua
putingnya. “Kalau mau dilepas, puasin ane dulu, okey ?” lanjut Ben sambil mengguncang-
guncang kedua payudara Fika. Gadis cantik itu cepat-cepat menganggukkan kepalanya.
Ben melepas tarikannya pada kedua puting Fika lalu melepas celananya sendiri. Penisnya yang
hitam dan besar langsung terlihat tegang. Dengan tenang Ben memintaku dan Bob pindah tempat
duduk. Ia kini duduk di sebelah Al.

Pintar juga dia menyiksa mental Fika. “Ane pengen Fika masukin kontol ane ke memek Fika.
Tapi karena kontol ane gede banget, Fika kudu jilatin dulu kontol ane. Kasian ntar memek Fika
yang cakep itu lecet lagi…” katanya sambil menggenggam penisnya sehingga tampak tegap.
Kudorong pantat Fika hingga ia maju dan kemudian berlutut di hadapan Ben.

Kulihat gadis itu dengan malu melirik pacarnya. “Udah jangan malu-malu gitu. Di ruangan ini
siapa sih yang kontolnya belum pernah ukhti isep ?” kata Ben. Dibimbingnya kepala Fika, lalu
gadis itu pun mulai menjilati dan akhirnya mengulum penisnya, Beberapa saat kemudian, Ben
memberiku kode agar membimbing Fika menaiki sofa. Kini gadis itu mengangkangi penis Ben.
“Pelan-pelan…” bisiknya, ketakutan, saat kepala penis Ben yang besar mulai menekan liang
vaginanya.

Ben memegangi penisnya agar terarah. Dari belakang, kukuakkan sedikit bibir vagina Fika.
Perlahan, akhirnya kepala penis Ben terjepit mulut liang vaginanya. Baru segitu saja Fika sudah
megap-megap. “Ah…ah…ah… besar sekali… ahhh…” rintihnya. Ben kini memegangi pinggul
Fika.

Dari belakang, kutekan pundak Fika ke bawah. Fika mengerang panjang bersamaan dengan
makin dalamnya penetrasi penis Ben. “Tekan terus bos. 5 senti lagi mentok,” kata Ben.
“Aaashhh… shudaaahh… sakkiiit…” Fika menggeleng-gelengkan kepalanya. Ingat perlakuan
kasar Al kepada Tari, kutekan pundak Fika kuat-kuat. Akibatnya gadis itu menjerit histeris.
Nafasnya kini tersengal-sengal. Ben memberi kode jempol kepadaku. “Memeknya rapet banget,”
katanya. “Kontol lu aja yang kegedean, Ben,” jawabku. Fika masih terisak-isak. Kulihat penis
Ben memang betul-betul melesak sampai pangkalnya. Praktis gadis ini duduk di pangkal paha
Ben. “Ayo digoyang-goyangin naik turun. Kalo cuman berhenti gini, kapan ane puas ? Kapan
tetekmu ini ane lepas ?” kata Ben sambil menyentil sebelah puting Fika. Fika memekik
kesakitan.

Lalu, dengan susah payah ia menggerakkan tubuhnya naik. Bibir vaginanya terlihat jelas tertarik
keluar saat ia menaikkan tubuhnya. Perlahan ia turunkan kembali. Lalu naik lagi. Makin lama
makin cepat… “Aahh… bagus gitu… lebih cepat lagi, neng…mantap…” desis Ben. Fika
tampaknya memang sudah terbiasa melakukan itu. Sebentar saja ia terlihat sudah seperti bintang
film porno. Dengan tangan terikat ke belakang pun ia mampu melakukan itu. Bahkan, saat penis
Ben tertancap sampai ke pangkalnya, mahasiswi farmasi ini pun menggerak-gerakkan
pinggulnya ke depan, belakang dan memutar.

Fika terlihat memejamkan mata dan menggigit bibirnya. Boleh jadi ia pun menikmati perkosaan
ini ! “Ambil pantatnya, bos..,” bisik Ben. Langsung kudorong punggung Fika hingga tubuhnya
ambruk ke atas tubuh Ben. Fika menjerit. Pasti sakit sekali payudaranya yang melembung itu
kini terjepit di antara tubuhnya dan dada Ben. Dari belakang kulihat penis Ben masih menancap
erat di vagina Fika. Batang penis Ben tampak benar-benar basah.

Kuselipkan dua jariku di antara batang penis Ben. Fika melenguh. Dua jariku kini juga berlendir
dari campuran spermaku dan cairan vagina Fika. Kutusukkan telunjukku ke anus Fika.
“Aiihhh… aduhhh… jangan di situuuu….” Fika tiba-tiba memekik dan berusaha bangkit, namun
Ben memeluknya erat. “Kenapa neng? Belum pernah ?” aku tak peduli, kutusukkan telunjukku
lebih dalam dan menggerakkan jariku memutar seperti hendak melebarkan lubang sempit ini.
Jari tengah pun menyusul…. “Aahhh…ahhh… sakiiit… jangan di situuu… aku belum pernah…
huhuhuuuu…” Fika menangis. “Nggak bisa neng.

Kita semua mau pantatmu ini. Kamu cuma punya pilihan, siapa yang boleh duluan ambil
keperawanan anusmu ini,” kataku. Dua jariku masih mengaduk-aduk perlahan lubang anusnya.
Fika terus menangis dan menggeliat-geliat. “Bagaimana, kamu mau aku duluan atau pacarmu
duluan ?” kataku. Fika terisak kebingungan. “Ya sudah, kalau kamu nggak jawab, berarti aku
duluan,” kataku lagi. “Ahh..ehhh…. jangan… biar Mas Al dulu…” sahutnya panik. “Wow…
hebat. Cewek ini betul-betul cinta kamu Al.

Ambil tuh pantatnya, habis itu baru gue,” kataku lalu melepas ikatan Al dan duduk di sebelah
Bob yang terus asyik menghisap cerutu. Al mendekati pacarnya dari belakang. Penisnya betul-
betul tegang. “Maafin aku ya say…” katanya sambil melebarkan belahan pantat Fika. “Nggak
papa mas…auhhh… yang penting, Mas Al yang pertama… aaakkhhh….” baru saja Fika berhenti
bicara, Al langsung menancapkan penisnya ke anus Fika.
Dasar Al, dia mengerdipkan matanya ke kami. “Pelan-pelan sayaaang…. sakiiit….” jerit Fika.
“Maaf sayang… kamu memang bikin nafsu siapa saja…. hihhh…” sahut Al sambil menggenjot
pantat Fika. Nafsu Ben pun terpacu lagi. Fika hampir tak henti menjerit saat dua batang penis
berebut menusuk sedalam-dalamnya ke dua lubang yang bersebelahan di bagian bawah
tubuhnya.

Namun, menahan nafsu sekian lama membuat Al tak mampu bertahan lama. Al akhirnya
menyemprotkan spermanya ke anus Fika. Bahkan, Ben pun belum selesai… “Nggak turun, Pak
Bob ?” tanyaku. “Nggak mas… nggak tahu kenapa, aku malah kangen istri mas. Jangan marah
ya…hehe… memeknya memang ngangenin.

Aku kangen rintihannya juga,” sahutnya. Gila, aku meringis mendengar kata-katanya. Tapi
peduli setan, aku langsung bangkit ke belakang tubuh Fika dan menancapkan penisku di anusnya
! Sialan, Fika kenapa cuma diam saja ? “Pingsan bos…” kata Ben. Ah, bangsat. Kugenjot sekuat-
kuatnya dan akhirnya kusemburkan sisa-sisa spermaku hari ini.

Ben memang gila. Dia baru menuntaskan nafsunya 5 menit kemudian. ** Kini di lantai tergolek
tubuh telanjang seorang mahasiswi cantik. Cuma jilbab pink yang melekat di tubuhnya.
Selebihnya terbuka. Di bagian bawah tubuhnya terlihat banjir cairan kental beraroma khas.
Sepasang payudaranya melembung membiru. Al mendekat dan melepaskan ikatan di payudara
pacarnya. Perlahan, gumpalan daging indah itu mulai kembali ke bentuk dan warna aslinya. “Al,
kemari Al…” aku memanggilnya.

“Thanks Al… sekarang kita bisa bertukar dengan nyaman,” kataku. “Ok pak. Saya juga kapan-
kapan pingin mengikat tetek Mbak Tari,” katanya. Aku tertawa. “Tuh, pacarmu sudah bangun.
Pakaikan baju, bawa pulang, mandikan dan entot lagi di rumah…” kata Bob.

“Nggak bos… hari ini sudah cukup,” katanya sambil mendekati pacarnya. “Mas, saya jadi
kepingin memek Mbak Tari nih. Gimana ya ?” ujar Bob kepadaku.“Wah, jangan dulu dong
bos… Biar dia istirahat barang seminggu,” sahutku. “ok deh… saya cari perek yang mau pake
jilbab deh,” katanya. Seminggu setelah menikmati tubuh Fika, aku dapat job keluar kota,
seminggu lamanya. Huh, bosan juga.
Untung sebelum pergi kemarin, sudah sempat ML semalaman dengan Tari. Uhhh, sejak jadi
budak sex Bob dan kawan-kawannya, istriku yang alim ini makin ahli saja melayaniku di
ranjang. Kemampuan oral sexnya luar biasa. Malah, sesekali dia sekarang mau menelan
spermaku… Dia juga sekarang luwes sekali berstriptease ria di hadapanku. Pakai jilbab lebar dan
jubahnya, dia pun melenggak-lenggok di depanku sambil meremas-remas payudara dan pangkal
pahanya.

Entah apakah dia menikmati saat-saat disetubuhi banyak lelaki itu atau apa, yang jelas Tari kini
memang jadi seperti mesin pemuas nafsu… Dia yang dulu pemalu, bahkan di hadapanku, kini
dengan enak saja menyingkapkan jubahnya sampai ke pinggang, melorotkan cd-nya, lalu
merangsang klitoris dan memasukkan jemarinya ke liang vaginanya sampai orgasme… That’s
why one week away from her seemed like one year… Hari ini aku pulang. Kutelepon rumah, tak
ada yang mengangkat. Ku-SMS Tari, “Lg dmn, say ?”. Sebentar saja ada jawaban, “di rmh
teman, sbntar. kpn plg mas?” Aku mau buat kejutan untuknya, jadi ku-sms “3 hr lg.” “Yawdah…
tak tnggu.mmuach” jawabnya. Dan 3 jam berikutnya aku sudah di rumah.

Dengan kunci cadangan, kubuka pintu belakang. Siang begini, Tari kadang tidur. Pelan-pelan
aku mengendap ke kamar. Mau pura-pura memperkosa dia ceritanya… Sialan… ternyata kamar
kosong. Kemana dia ? Tapi tunggu dulu, ranjang kami terlihat berantakan. Ini bukan kebiasaan
Tari meninggalkan kamar berantakan. Sprei awut-awutan dan di atasnya ada jubah hijau tua,
jilbab lebar putih. Shit… jubahnya terasa lembab. Begitu pula jilbabnya. Kuperhatikan banyak
gumpalan kental yang sangat kukenal… sperma.

Di bawah jilbabnya ada bra Tari yang talinya putus, tampaknya seperti bekas ditarik paksa. Di
dekatnya ada cd yang juga sobek seperti bekas digunting di bagian muka… Sialan… pasti ada
yang mendatangi istriku di saat aku pergi. Aku ke ruang TV untuk menelepon Bob. Uhhh…
berengsek… kakiku menginjak tumpukan sperma lagi di depan TV… Sepotong timun tergeletak
di situ. Terlihat jelas timun itu juga berlendir… Baru saja aku mengangkat gagang telepon, hpku
berbunyi. Dari Bob ! “Bos… siapa yang ngerjain istri saya ?” kataku langsung dengan nada
tinggi. TARI TARI “Sabar Mas… Mbak Tari ada di sini sama saya. Dia baik-baik saja… Jangan
khawatir. Mas ke sini saja. Ada yang menarik buat Mas…” jawab Bob dan langsung menutup
telepon. Aku langsung cabut, ngebut ke rumah Bob. Sampai rumah Bob yang besar, mobil
langsung kuparkir di garasi yang berada tepat di samping ruang kerja Bob. Enak juga jadi orang
kaya seperti si gendut ini. Rumah besar, banyak ruangan, anak buah banyak… Aku baru turun
dari mobil, Bob sudah membukakan pintu ruang kerjanya. “Silakan masuk Mas…” katanya. Aku
masih jengkel. Mungkin karena nafsuku pada Tari batal tersalurkan. “Dimana istriku ?” kataku
sambil menghempaskan pantat di sofa empuk. Bob menunjuk jendela di belakangku.
Langsung kusingkap tirai sedikit. “Buka yang lebar aja Mas. Itu kaca satu arah. Dari luar nggak
bisa lihat ke sini,” katanya. Aku berdiri dan membuka tirai lebar-lebar. Mataku langsung melotot
melihat pemandangan di sebuah ruangan seluas sekitar 10 x 10 m persegi…

Gila. Kulihat istriku yang cantik dan alim itu duduk bersimpuh di lantai dengan hanya berjilbab
dan kaus kaki. Jilbabnya yang panjang hanya menutupi tangannya yang terikat ke belakang
punggungnya. Kain bagian muka jilbab yang seharusnya menutupi dadanya pun tersampir ke
belakang. Sementara di depannya belasan lelaki berbaris. Semuanya tanpa celana.

Seorang di antaranya tengah memaksa Tari mengoralnya. Kedua tangannya memegangi kepala
Tari yang berjilbab. Tujuh lelaki lain tampak duduk-duduk di sekitar Tari. Sepertinya mereka
sudah dapat giliran. Ada 2 lelaki yang duduk di dekat Tari sambil mempermainkan payudara dan
vaginanya. Sperma betul-betul membasahi wajah dan jilbab abu-abunya. Payudaranya juga
terlihat mengkilap karena dibasahi sperma. Bercak-bercak putih juga terlihat di lantai di sekitar
tempat Tari bersimpuh. Lelaki yang tengah memperkosa mulut Tari kulihat sudah selesai.
Semprotan spermanya menyembur ke wajah sendu istriku. Lelaki itu kemudian menyapukannya
ke sekujur wajahnya, juga ke payudaranya.

Tak lama kemudian, lelaki di belakangnya mengambil giliran dengan menarik kedua puting Tari.
“Apa-apaan ini, Pak Bob ?” aku protes pada lelaki gendut di sebelahku. “Pak Bob kok nggak
bilang saya dulu?” “Sabar Mas…” Bob senyum-senyum sambil menghisap cerutunya. “Saya
cuma ingin bikin kejutan.” katanya. “Kejutan apa ? Kok melanggar kesepakatan sih ? Lagian,
memek Tari bisa remuk ngelayanin laki-laki sebanyak itu. Di rumah juga tadi sudah berapa
lelaki?” sahutku. Bob menghisap cerutunya dalam-dalam. “Pertama, tak satupun dari laki-laki itu
aku bolehkan menyetubuhi istri Mas. Mereka cuma menggunakan mulut Mbak Tari. Di rumah
tadi juga gitu. Kecuali, sepotong timun yang masuk ke memek Mbak Tari. Btw, Mbak Tari juga
orgasme tadi,” katanya perlahan. “Kedua, saya ingin meminjamkan Henny buat Mas. Tapi maaf,
dia sudah nggak perawan lagi,” lanjutnya. Aku jadi tertarik dengan kalimat terakhirnya.
“Henny ? Siapa dia ?” Bob tidak menjawab, tetapi langsung menghidupkan tiga layar monitor di
hadapannya. Ternyata itu CCTV. Layar pertama tampaknya mirip front office sebuah salon.
Yang aneh, di ruangan itu cuma ada 5 perempuan muda, cantik-cantik dan semuanya berjilbab
lebar ! Aku melirik Bob.
Si gendut senyum-senyum. Layar kedua memperlihatkan sebuah ruangan kosong dengan ranjang
yang tampaknya ruangan pelayanan salon tadi. Sedang layar ketiga memperlihatkan kamar
mandi…. “Menarik nggak ?” tanya Bob. “Apaan nih, bos ?” aku mulai tertarik. “Ha ha ha ha…
kamu pasti tertawa. Aku buka salon khusus akhwat dan ummahat… hahahaha….” jawab Bob.
Aku bengong. “Ah, orang malah curiga. Ada Cina kayak sampeyan kok buka salon akhwat?”
sahutku masih ragu. “Owe punya banyak cara. Owe kan punya banyak anak buah. Ya yang
disampaikan ke publik bahwa itu salon punya dia, bukan punya owe…” sahut Bob dengan gaya
Chinesenya. “Itu Henny,” kata Bob seraya menunjuk seorang gadis manis di balik meja
resepsionis. Wow… aku langsung bernafsu melihatnya. Bibirnya tampak penuh. Pasti
hisapannya mantap… “Dia masih kuliah S-2. Umurnya baru 26. Masih perawan... 2 minggu
yang lalu…hahahaha…. Sudah owe sikat memeknya….hahahaha…” kata Bob sambil tergelak.
“Kok bisa ?” sahutku. “Owe jebak… Owe pancing sampai akhirnya dia onani di kamar mandi
itu,”kata Bob sambil menunjuk layar 3. “Terus pake rekaman, owe ancam dia… hahahaha,”
lanjutnya. Aku tertawa, pinter juga si gendut ini. “Nih kalo Mas nggak percaya,” katanya lalu
mengangkat telepon.

Di layar terlihat Henny sebentar kemudian mengangkat gagang telepon juga. “Henny sayang…
Pak Bob lagi horny nih, pingin lihat kamu striptease di kamar mandi. Sekarang ya sayang…
jangan lupa bawa kontol-kontolan itu, kamu masukin memek kamu sampai kamu orgasme ya ?
Ayo segera sekarang sayang…” kata Bob.

Aku bengong. Kulihat Henny mengangguk-anggukkan kepala. Terlihat gadis itu mengambil
sesuatu dari dalam tasnya lalu berjalan lewat pintu di belakangnya. Tak lama kemudian Henny
terlihat di monitor ketiga. Jelas ia tahu posisi kamera yang berada di balik cermin besar. Gadis
manis berkacamata ini betul-betul tampak santun. Jilbab biru tuanya lumayan panjang. Ujung
kain jilbab bagian belakang sampai menutupi pinggulnya. Blusnya panjang sampai hampir
selutut. Rok biru tuanya juga panjang.

Di depan cermin, Henny mulai menari, meliuk-liukkan tubuhnya. Tangannya mulai meremas
kedua payudaranya dari luar jilbabnya, lalu menelusuri perutnya, bokongnya dan pangkal
pahanya. “Lihat, akhwat ini bisa binal juga kan ?” komentar Bob. Kulihat Henny mulai
menyampirkan bagian muka jilbab panjangnya ke punggung. Gundukan payudaranya mulai
terlihat kini. Sambil terus melenggok, Henny melepas satu persatu kancing di bagian muka
blousenya. Nakal juga dia. Dia membalikkan tubuhnya saat blousenya terlepas dari tubuhnya.
Punggungnya tampak mulus… “Eh, dia nggak pake BH ya ?” kataku “Dia memang aku larang
pakai BH dan celana dalam. Supaya kalau sewaktu-waktu aku butuh, tinggal angkat rok dia,”
jelas Bob sambil terkekeh.
Kulihat Henny kini berbalik. Wowww… dia menggenggam kedua payudaranya yang tampak
montok, meremas-remasnya dan perlahan menunjukkan kedua putingnya yang mungil dengan
gerakan memilinnya dengan ibu jari dan telunjuknya. Terlihat jelas, kedua putingnya tampak
mengacung… Aku tak sabar menunggu saat dia mulai menyentuh ritsleting di bagian belakang
rok panjangnya. Kali ini, Henny tak berlama-lama. Rok panjangnya pun meluncur indah ke
bawah kakinya. Wewww… tubuh yang luar biasa indah. Betis yang berlapis kaus kaki hampir
sampai lutut dan pahanya sungguh proporsional. Tak ada rambut di pangkal pahanya. Vaginanya
terlihat gemuk. “Wow… memeknya mantab banget bos,” ujarku. “Iya, mirip memek Mbak
Tari,” sahutnya. Pertunjukan belum usai.

Henny meliuk-liukkan tubuhnya makin menjadi-jadi. Tangannya tak henti meremas-remas


payudaranya, menarik putingnya, mengucek-ucek vaginanya. Yang menarik, ia kemudian
mengambil dildo dari kantong roknya, lalu menjilati dan mengulumnya seperti seorang
pelacur… Ini tampaknya puncak pertunjukan. Henny mengangkat sebelah kakinya ke meja di
depan kaca. Aku melotot ketika jemarinya menelusuri bibir vaginanya yang rapat dan sudah
terlihat lembab.

“Memeknya sudah basah, bos,” kataku. “Iya, mirip memek Mbak Tari,” sahutnya. Sialan, Bob
tampaknya betul-betul terobsesi pada istriku. Tapi masa bodoh. Pemandangan yang ini tak boleh
dilewatkan. Jemari Henny kini menguakkan bibir vaginanya. Wowww… indah sekali bagian
dalam vaginanya. Pink dan lembab. Klitorisnya tampak menonjol memerah. Gadis itu pun
berlama-lama memainkan klitorisnya. Henny terlihat memejamkan mata dan menggigit
bibirnya… Puncaknya adalah saat ia memasukkan dildo ke dalam vaginanya. Luar biasa cantik
vaginanya melahap dildo yang lumayan besar itu. Tampaknya Henny betul-betul menikmatinya.
Sekujur batang dildo itu terlihat basah oleh lendir vagina akhwat yang satu ini. Dan akhirnya,
Henny terlihat mencapai orgasme dengan mendorong dildonya sejauh mungkin ke dalam vagina,
lalu berdiri dengan tangan bersandar ke meja rias dan mengempit benda itu dengan kedua
pahanya. Tubuhnya beberapa kali terlihat gemetar menahan terpaan orgasme… Gadis itu
perlahan bisa menguasai dirinya kembali. Dia pun duduk di kloset dan membersihkan vaginanya.
Kulihat Bob mengangkat telepon. Ternyata Henny yang diteleponnya. “Hebat Henny sayang…
enak mana kontol-kontolan itu sama kontol beneran sayang ?” katanya. “Eh… enak… enak yang
beneran, Bapak ?” sahut Henny, terdengar dari speaker HP Bob yang sengaja dikeraskan. “Kamu
ke ruang Bapak 15 menit lagi ya?” katanya. “Baik, pak,” sahutnya. Aku memandangi Bob.
“Wah, gila lu bos…” kataku. “Itu baru Henny. 4 lainnya pelan-pelan mau tak jebak…hehehe…”
ujarnya. “Dan jangan lupa, owe sekarang punya banyak rekaman gadis dan ibu-ibu berjilbab
yang ke salon owe… Nanti Henny bantuin ngejebak mereka yang memeknya cakep-cakep kaya
punya Mbak Tari,” lanjutnya, lagi-lagi nyebut-nyebut istriku. “Gimana, imbang nggak ? Owe
pinjam memek Mbak Tari. You owe pinjamin memek Henny,” Bob terus nerocos. Aku nyengir.

Nafsu yang tadinya mau aku lampiaskan ke Tari, tampaknya bakal menemukan salurannya di
tubuh mahasiswi S-2 itu. Kulihat di ruangan sebelah, Tari kini berbaring di lantai. Seorang lelaki
tengah mengangkangi wajahnya dan memaksanya mengoralnya.

Pantat berbulu lelaki itu terlihat menekan kedua payudara istriku. Sementara beberapa lelaki lain
melebarkan kakinya dan tak henti menjamah vaginanya. Keasyikanku menonton terhenti saat
terdengar suara ketukan di pintu ruangan Bob. “Itu Henny… masuk !” kata Bob. Pintu ruangan
Bob terbuka. Mataku terbelalak lebar. Dari jarak dekat, Henny memang terlihat sangat cantik.
Gadis itu menunduk, memalingkan wajah dariku. “Ada apa, Pak ?” kata Henny. Tak bosan-
bosan aku memandangi wajahnya. “Henny sayang, Mas ini teman baik bapak. Kamu layani dia
sebaik-baiknya seperti kamu melayani Bapak ya ?” kata Bob. Henny tampak tegang. “Ayo Mas,
nggak pengen liat memeknya ?” lanjut Bob kepadaku. Aku agak bingung. Tapi nafsu
mengalahkan segalanya. Aku rangkul pinggang Henny dan kuputar tubuhnya hingga kini ia
menghadap kepadaku. “Boleh ya ?” kataku sambil menyentuh pangkal pahanya.

Henny menggigit bibirnya. Tubuhnya bergetar waktu tanganku merasakan kelembutan dan
kekenyalan gundukan kemaluannya. Kujumput daging vaginanya yang tembam itu sambil
memandang wajahnya. Akhwat hitam manis ini menggigit bibirnya. Tak sabar, kuangkat bagian
bawah rok Henny. Wow, kulit pahanya begitu mulus. Sampai akhirnya, bagian paling indah pun
terlihat. Vaginanya benar-benar mulus. Kutepuk bagian dalam pahanya agar Henny
merenggangkan kakinya. Lalu, tanpa basa-basi kumasukkan jari tengahku ke dalam liang
vaginanya. Henny menggeliat. Vaginanya terasa lembab dan agak panas di bagian dalam.
“Memekmu kok panas gini, sayang ?” godaku sambil jempolku mulai menstimulasi klitorisnya.
“Dia gadis Padang, suka makan yang pedas-pedas. Owe juga suka memeknya…. hot…” timpal
Bob.

Jariku terus mengorek-ngorek vagina gadis cantik ini. Kulihat wajah Henny yang hitam manis ini
jadi kemerahan. “Buka kancing bajumu, sayang. Aku mau pegang tetekmu,” kataku. Henny
terlihat ragu, tapi Bob menganggukkan kepalanya. Bob malah membantunya melepas blousenya
dan menyampirkan jilbabnya ke pundak. Fiuhhh… payudaranya betul-betul indah. Padat
membulat dan tampak kencang. Lebih terang dari kulit wajahnya. Putingnya mengacung tegak
kehitaman. Kukeluarkan jari tengahku yang mengaduk-aduk vaginanya. Lalu, kuoleskan cairan
lengket di jariku ke puting kiri Henny. Dengan dua tangan, kini kuremas-remas kedua
payudaranya. Kudekatkan ke wajahku dan dengan penuh nafsu kukulum kedua putingnya
berganti-ganti.

Henny memejamkan matanya. Tak berapa lama, kudekatkan wajah Henny ke pangkal pahaku.
Penisku telah mengacung. Kupegang kepalanya yang berjilbab. “Ayo, diemut. Kamu pasti sudah
dilatih Pak Bob,” kataku. Henny terlihat pasrah. Ughhh… mulutnya terasa hangat membungkus
penisku. Inipun tak lama. Begitu terasa bakal meledak, kukeluarkan penisku dari mulutnya.
“Bagaimana kalau kita main di dekat Mbak Tari ?” usul Bob. “Nanti dia liat gimana ?” kataku
khawatir istriku tahu. “Lihat, mukanya betul-betul belepotan sperma. Matanya juga ketutup
sperma. Dia nggak bakal bisa lihat. Ayo…” katanya sambil menunjuk ke ruang sebelah. Aku
segera berdiri dan menggandeng tangan Henny. Akhwat ini tampak ragu, melihat banyak lelaki
di ruang sebelah. “Santai aja sayang. Kamu udah pernah ngentot sama mereka semua kan ?” kata
Bob sambil meremas bokong Henny.

To Be Continued...

bandit malam

Berbagi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Beranda

Lihat versi web

Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai