SKRIPSI
Oleh
NPM : 1505170642
MEDAN
2019
ABSTRAK
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang
bantuan, bimbingan dan arahan serta dorongan dan nasihat dari berbagai
1. Yang teristimewa kedua orang tua penulis, Ayahanda alm Sojono dan
dan Adinda Bunga Sakinah dan Gita Kana Ayomi yang telah memberikan
Sumatera Utara.
3. Bapak Januri, SE., M.Si. Selaku Dekan dan Dekan I, Bapak Ade
Gunawan, SE., M.Si Selaku Wakil Dekan I, dan Bapak Dr. Harsudy
Tanjung, SE., M.Si Selaku Wakil Dekan III Fakultas Ekonomi dan Bisnis
4. Ibu Fitriani Saragih, SE., M.Si. Selaku Ketua Program Studi Akuntansi
dan Ibu Zulia Hanum, SE., M.Si. Selaku Sekretaris Program Studi
Sumatera Utara.
5. Ibu Elizar Sinambela SE., M.Si. Selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang
6. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis atas ilmu dan pembekalan
tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih atas dukungan kalian
semua.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Rindang Arumdari
1505170642
DAFTAR ISI
ABSTRAK
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Halaman
Halaman
LANDASAN TEORI
A. Uraian Teori
1. Keuangan Daerah
Faktor keuangan merupakan faktor yang penting dalam mengukur tingkat
daerahlah yang menentukan bentuk dan ragam yang akan dilakukan oleh
pemerintah daerah. Keuangan daerah dapat diartikan sebagai “Semua hak dan
kewajiban yang dapat dinilai dengan uang, juga segala sesuatu, baik berupa
uang maupun barang, yang dapat dijadikan kekayaan daerah sepanjang belum
dimiliki atau dikuasai oleh negara atau daerah yang lebih tinggi serta pihak-
(Mamesah,1995).
Keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah yang dapat
dinilai dengan uang dan segala sesuatu berupa uang dan barang yangdapat
Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, dalam penjelasan umum pasal 156
ayat (1) disebutkan, pengertian keuangan daerah adalah semua hak dan
kewajiban yang dapat dinilai dengan uang dan segala sesuatu berupa uang
dan barang yang dapat dijadikan milik daerah yang berhubungan dengan
pendanaan dari pemerintah pusat sesuai dengan urusan pemerintah pusat yang
8
diserahkan, kewenangan memungut dan mendayagunakan pajak dan retribusi
daerah dan hak untuk mendapatkan bagi hasil dari sumber-sumber daya
mengevaluasi
b) Dana Perimbangan
dana dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan, dan tidak akan
dikelompokan menjadi:
dalam memahami masalah dan peluang yang terdapat dalam laporan keuangan.
Penggunaan analisis rasio pada sektor publik khususnya terhadap APBD belum
banyak dilakukan, sehingga secara teori belum ada kesepakatan secara bulat
(Halim 2008:4).
dapat diketahui bagaimana kecenderungan yang terjadi. Selain itu dapat pula
terdekat ataupun yang potensi daerahnya relatif sama untuk dilihat bagaimana
lainnya.
Ada beberapa cara untuk mengukur Kinerja Keuangan Daerah salah satunya
a. Rasio Kemandirian
berasal dari sumber lain (Pendapatan Transfer) antara lain : Bagi hasil pajak,
Bagi hasil bukan pajak sumber daya alam, Dana alokasi umum dan Alokasi
khusus, Dana darurat dan pinjaman (Abdul Halim 2007:L-5). Rumus yang
Tabel II.1
Pola Hubungan dan Tingkat Kemandirian Daerah
melaksanakan otonomi.
c). Pola Hubungan Partisipatif, peranan pemerintah pusat semakin berkurang,
b. Rasio Efektivitas
Tabel II.2
Kriteria Pengukuran Efektivitas
yang negatif, maka hal itu akan menunjukkan terjadi penurunan Kinerja
Keterangan :
Perimbangan Keuangan Antara Pusat dan Daerah dapat diukur dengan cara
menghitung Debt Service Coverage Ratio (DSCR). Dalam PP No. 107 tahun
2000 disebutkan bahwa batasan DSCR adalah minimal 2,5 (dua setengah).
DSCR menunjukan kemampuan Keuangan Daerah untuk membayar pokok
dalam membayar kembali pinjaman daerah. Rasio ini sangat diperlukan apabila
(PAD), Bagian Daerah dari Pajak Bumi dan Bangunan, Bea Perolehan Hak
atas Tanah dan Bangunan (BPHTB), penerimaan sumber daya alam dan bagian
daerah lainnya serta Dana Alokasi Umum setelah dikurangi Belanja Wajib
lainnya yang jatuh tempo. DSCR dapat dihitung dengan rumus (Halim, 2008 :
238).
5 . Penelitian Terdahulu
B. Kerangka Berfikir
kesejahteraan rakyatnya.
Salah satu aspek dari Pemerintah Daerah yang harus diatur secara hati-
pegawai dan alat koordinasi bagi semua aktivitas dari berbagai unit kerja.
modal/pembangunan.
pertumbuhan positif.
Rasio
Keuangan
Kinerja Keuangan
Gambar II.1
Kerangka Berfikir
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
dengan mengumpulkan dan menyajikan data yang diterima dari Pemerintah Kota
Tebing Tinggi berupa data-data jumlah anggaran pendapatan dan belanja daerah,
realisasi pendapatan dan belanja daerah Kota Tebing Tinggi sehingga memberikan
Menurut Moh. Nazir (2009 hal. 54), Pendekatan deskriptif adalah metode
dalam meneliti untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis,
faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat dan hubungan antar fenomena yang
diselidiki.
dasar dari suatu penelitian ilmiah yang termuat dalam operasional variabel
Pemerintah Daerah adalah keluaran/ hasil dari kegiatan/program yang akan atau
3
dan kualitas yang terukur, kemampuan daerah dapat diukur dengan menilai
b. Rasio Efektivitas
c. Rasio Pertumbuhan
Rasio pertumbuhan mengukur seberapa besar kemampuan Pemerintah
dicapai dari periode satu ke periode berikutnya, baik dilihat dari sumber
Keterangan :
Daerah (PAD), Bagian Daerah dari Pajak Bumi dan Bangunan, Bea
Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB), penerimaan sumber daya
alam dan bagian daerah lainnya serta Dana Alokasi Umum setelah dikurangi
Belanja Wajib (BW), dengan penjumlahan angsuran pokok, bunga dan biaya
pinjaman lainnya yang jatuh tempo. DSCR dapat dihitung dengan rumus
(Halim, 2008 : 238). Rasio DSCR dikatakan baik apabila rasio tercapai lebih
Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada Pemerintah Kota Medan di bagian
Waktu Penelitian
sampai bulan Maret 2019. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel
Tabel III – II
Waktu Penelitian
1. Jenis Data
Dalam penelitian ini jenis data yang digunakan adalah data kuantitatif
objek penelitian.
2. Sumber Data
Dalam penelitian ini terdapat dua sumber data, yaitu sumber data primer
dan sumber data skunder. Penelitian ini menggunakan dua sumber data yaitu:
a. Data Primer
b. Data Sekunder
Dokumentasi
terhadap masalah yang dihadapi, dimana data yang dikumpulkan, disusun dan
penelitian yaitu pada Kantor Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah
Kota Medan.
A. Hasil Penelitian
1. Deskripsi Data
Pemerintah Kota Medan yang merupakan salah satu bagian dari Provinsi
dari Kota Medan maka diharapkan Kota Medan mampu menggali, mengelola,
dan memaksimalkan potensi sumber daya yang ada di Kota Medan. Dengan
ada di Kota Medan, maka nantinya akan mampu meningkatkan pajak daerah,
0
2. Analisis Data
Rasio DSCR.
Medan yang didapat dari Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah
daerah.
= 58,17%
𝑅𝑝 1.384.246.114.729
Tahun 2014 = 𝑅𝑝 2.657.869.713.502 + 𝑅𝑝 20.784.820.138 × 100%
𝑅𝑝 1.384.246.114.729
= 𝑅𝑝 2.678.654.533.640 × 100%
= 51,68%
𝑅𝑝 1.489.723.189.088
Tahun 2015 = 𝑅𝑝 2.769.321.301.626+ 𝑅𝑝 2.221.380.000 × 100%
𝑅𝑝 1.489.723.189.088
= 𝑅𝑝 2.771.542.681.626 × 100%
= 53,75%
𝑅𝑝 1.535.259.539.056
Tahun 2016 = 𝑅𝑝 2.772.807.342.010 × 100%
= 55,37%
𝑅𝑝 1.739.756.922.633
Tahun 2017 = 𝑅𝑝 2.669.308.559.567 × 100%
= 65,18%
Tabel IV.1
Rasio Kemandirian Pemerintah Kota Medan
Tahun Anggaran 2013-2017
Pendapatan Rasio
PAD Kemandirian
Tahun Transfer Pinjaman
(Rp) (%)
(Rp) (Rp)
2013 1.206.169.709.147 2.206.845.776.012 12.701.122.846 58,17%
2014 1.384.246.114. 2.657.869.713.502 20.784.820.138 51,68%
729
2015 1.489.723.189.088 2.769.321.301.626 2.221.380.000 53,75%
2016 1.535.259.539.056 2.772.807.342.010 - 55,37%
2017 1.739.756.922.633 2.669.308.559.567 - 65,18%
Rata-rata 56,83%
Sumber : Data diolah (2019)
Kriteria untuk menetapkan kemandirian keuangan daerah dapat
Tabel IV.2
Pola Hubungan dan Tingkat Kemandirian Daerah
otonomi.
Kota Medan yang diukur dalam 5 tahun, dimana tahun 2013 rasio
karena berada diantara 50%-75%, pada tahun 2015, 2016 dan 2017 Rasio
65,18% yang juga termasuk dalam kategori sedang dan termasuk dalam
urusan otonomi.
b. Rasio Efektivitas Keuangan Daerah
daerah.
𝑅𝑝 3.276.344.285.159
× 100%
Tahun 2013 = × 100%
𝑅𝑝 4.106.900.462.377
= 79,78%
𝑅𝑝 4.042.115.828.231
Tahun 2014 = × 100%
𝑅𝑝 4.560.412.529.543
= 88,63%
𝑅𝑝 4.259.044.490.715
Tahun 2015 = × 100%
𝑅𝑝 5.046.111.839.162
= 84,40%
𝑅𝑝 4.308.066.881.066
Tahun 2016 = × 100%
𝑅𝑝 5.490.162.683.367
= 78,47%
𝑅𝑝 4.409.065.482.200
Tahun 2017 = × 100%
𝑅𝑝 5.523.623.117.419
= 79,82%
Rasio
Target PAD Realisasi PAD Efektivitas
Tahun
(Rp) (Rp) (%)
2013 4.106.900.462.377 3.276.344.285.159 79,78%
2014 4.560.412.529.543 4.042.115.828.231 88,63%
semakin efektif.
Tabel IV.4
Kriteria Pengukuran Efektivitas
Kriteria Efektifitas Persentase Efektifitas
(0%)
Sangat Efektif >100%
Efektif 100%
Cukup Efektif 90% - 99%
Kurang Efektif 75% - 89%
Tidak Efektif <75%
Sumber : Kepmendagri No. 690.900-327, 1996.
daerah pemerintah Kota Medan yang diukur dalam 5 tahun, dimana tahun
2013 dan 2014 mengalami peningkatan , tetapi untuk tahun 2015, 2016,
dan 2017 rasio efektivitas mengalami penurunan. Untuk tahun 2013 rasio
terjadi pertumbuhan yang negatif, maka hal itu akan menunjukkan terjadi
berikut:
𝑃𝐴𝐷𝑡1−𝑃𝐴𝐷𝑡0
Rasio Pertumbuhan =
𝑃𝐴𝐷𝑡0
× 100%
Keterangan :
=0
𝑅𝑝 4.042.115.828.231−3.276.344.285.159
Tahun 2014 = × 100%
𝑅𝑝 3.276.344.285.159
= 23,37%
𝑅𝑝 4.259.044.490.715−𝑅𝑝 4.042.115.828.231
Tahun 2015 = × 100%
𝑅𝑝 4.042.115.828.231
= 5,37%
𝑅𝑝 4.308.066.881.066−𝑅𝑝 4.259.044.490.715
Tahun 2016 = × 100%
𝑅𝑝 4.259.044.490.715
= 1,15%
𝑅𝑝 4.409.065.482.200 − 𝑅𝑝 4.308.066.881.066
Tahun 2017 = × 100%
𝑅𝑝 4.308.066.881.066
= 2,34%
Tabel IV.5
Rasio Pertumbuhan Pendapatan Pemerintah Kota Medan
Tahun Anggaran 2013-2017
Rasio
Pendapatan Awal Pendapatan Akhir Pertumbuhan
Tahun Pendapatan
(Rp) (Rp)
(%)
2013 0 3.276.344.285.159 0%
2014 3.276.344.285.159 4.042.115.828.231 23,37%
Rata-rata 8,06%
Sumber: Data diolah (2019)
Dilihat dari hasil perhitungan pada rasio pertumbuhan diatas
dan tahun 2016 sebesar 1,15%. Dan untuk tahun 2017 rasio pertumbuhan
negatif.
Hal ini dapat disimpulkan bahwa pendapatan daerah yang terjadi pada
bagian daerah dari pajak bumi dan bangunan, penerimaan sumber daya
alam dan bagian daerah lainnya serta dana alokasi umum setelah
biaya pinjaman lainnya yang jatuh tempo. Ukuran minimal DSCR adalah
2,5.
Rumus untuk menghitung Rasio DSCR adalah sebagai berikut:
× 100%
( 𝑅𝑝 3.276.344.285.159+174.054.637.589+1.270.244.794.000)−
2.593.084.833.763
Tahun 2013 = × 100%
𝑅𝑝 12.701.122.846+4.993.144.103
𝑅𝑝 2.127.558.882.982
= × 100%
𝑅𝑝 17.694.266.949
= 12,02%
( 𝑅𝑝 4.042.115.828.231+149.026.739.931+1.393.504.580.000)−
2.939.241.615.113
Tahun 2014 = × 100%
𝑅𝑝 20.784.820.138+1.424.780.450
𝑅𝑝 2.645.405.533.049
= × 100%
𝑅𝑝 22.209.600.588
= 11,91%
( 𝑅𝑝 4.259.044.490.715+123.573.101.363+1.232.071.365.000)−
3.457.801.274.812
Tahun 2015 = × 100%
𝑅𝑝 2.221.380.000+102.194.330
𝑅𝑝 2.156.887.682.266
= × 100%
𝑅𝑝 2.323.574.330
= 92,83%
( 𝑅𝑝 4.308.066.881.364+224.272.293.448+1.611.940.995.000)−
3.585.760.813.580
Tahun 2016 = × 100%
𝑅𝑝 0+0
= 0%
( 𝑅𝑝 4.409.065.482.200+199.321.136.670+1.583.624.355.000)−
3.398.349.177.322
Tahun 2017 = × 100%
𝑅𝑝 0+0
= 0%
Tabel IV.6
Rasio Pinjaman Daerah (DSCR) Pemerintah Kota Medan
Tahun Anggaran 2013-2017
2013 2014 2015
Keterangan
(Rp) (Rp) (Rp)
PAD 3.276.344.285. 4.042.115.828. 4.259.044.490.
159 231 715
Dana Bagi 146.798.093.69 121.401.841.15
Hasil 172.440.05 3 0
Pajak 3.470
Dana Bagi 2.228.646.238 2.171.260.213
Hasil 1.614.584.1
Bukan 16
Pajak
DAU 1.270.244.794. 1.393.504.580. 1.232.071.365.
000 000 000
Jumlah 4.720.643.716. 5.584.647.148. 5.614.688.957.
745 162 078
Belanja 2.593.084.833. 2.939.241.615. 3.457.801.274.
wajib 763 113 812
Angsuran 20.784.820.138 2.221.380.000
Pokok 12.701.122.
Hutang 846
Belanja 1.424.780.450 102.194.330
Bunga 4.993.144.1
03
Jumlah 22.209.600.588 2.323.574.330
17.694.266.
949
Rasio DSCR 12,02% 11,91% 92,83%
2016 2017
Keterangan
(Rp) (Rp)
PAD 4.308.066.881.36 4.409.065.482.
4 200
Dana Bagi Hasil 222.056.416.659 198.592.781.67
Pajak 5
Dana Bagi Hasil 2.215.876.789 728.354.995
Bukan Pajak
DAU 1.611.940.995.00 1.583.624.355.
0 000
Jumlah 6.144.280.169.81 6.192.010.973.
2 870
Belanja wajib 3.585.760.813.58 3.398.349.177.
0 322
Angsuran Pokok - -
Hutang
Belanja Bunga - -
Jumlah - -
Rasio DSCR - -
Rata-rata 23,35%
Sumber : Data diolah (2019)
Keterangan: tanda (–) berarti daerah tidak mempunyai Pinjaman, Bunga dan
Biaya lain yang jatuh tempo sehingga tidak memiliki DSCR.
pemerintah daerah Kota Medan pada tahun 2013-2015 sangat baik karena
rasio DSCR diatas 2,5 dan pada tahun 2016-2017 daerah pemerintah Kota
Medan tidak mempunyai pinjaman, bunga dan biaya lain yang jatuh tempo
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kota Medan dilihat dari rasio
DSCR tahun 2013-2015 sudah sangat baik, dikarenakan rasio DSCR diatas
mempunyai Pinjaman, Bunga dan Biaya lain yang jatuh tempo sehingga
daerahnya.
kategori kurang efektif karena masih berada dibawah 100% yaitu diantara 75-
pendapatan asli daerah secara riil sesuai dengan aturan yang berlaku dan
rata 8,06%. Hal ini menunjukkan bahwa pemerintah daerah kota medan tidak
Medan pada tahun 2013-2015 sangat baik karena rasio DSCR diatas 2,5 dan
Pinjaman, Bunga dan Biaya lain yang jatuh tempo sehingga tidak memiliki
A. Kesimpulan
urusan otonomi.
dibawah 100%.
baik, karena diatas 2,5 dan di tahun 2016 dan 2017 tidak
44
57
B. Saran
Yogyakarta.
Putri Kemala Dewi Lubis dan Nurlia Hafni.( 2017 ). Analisis Rasio Keuangan
Untuk Mengukur Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten
Labuhan Batu Tahun Anggaran 2011–2013. KITABAH: Volume 1. No. 1
Januari – Juni 2017.
Sawir. Agnes.(2005). Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan
Perusahaan, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Sudirman Pauwah, et al.( 2014). Analisis Kinerja Keuangan Daerah Pada Pemda
Kabupaten Kepulauan Sula Provinsi Maluku Utara. Jurnal EMBA 1 Vol.2
No.3 September 2014, Hal. 001-012.
Riwayat Pendidikan
Hormat Saya
Rindang Arumdari